Ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas beberapa aliran dalam ilmu pengetahuan yaitu rasionalisme, empirisme, kritisisme, positivisme, fenomenologisme, pragmatisme, dan post modernisme.
2. Setiap aliran memiliki pandangan yang berbeda tentang sumber dan metode pencarian ilmu pengetahuan.
1. Metode mencari ilmu pengetahuan
AQILAH NUR
Prodi pendidikan profesi fisioterapi
Poltekkes kemenkes Makassar
2. Aliran rasionalisme
Plato mengatakan bahwa pengetahuan dari atas penangkapan aspek-aspek
dari dunia sekitar kita. Aspek-aspek itu bersifat menetap dan telah dada pada
kita, itulah yang disebut dengan idea. Oleh karena itu belajar menurutnya
bukanlah memperoleh pengetahuan baru, melainkan menyadarkan kita
kepada pengetahuan yang ada pada kita.
Descartes mengemukakan bahwa, untuk mencapai kebenaran kebenaran
yang mutlak itu harus ada yang menjamin, yang menjamin itu di
katakannya adalah Tuhan. Menurut Tuhan adalah idea tentang makhluk
hidup yang semperna, dan hal itu sudah mutlak baginya. Kalau Tuhan
berdusta maka itu bukan makhluk yang sempurna. Untuk mencari
kebenaran yang di kemukakan oleh tuhan itu. Kita mencari dengan akal
kita, dan kebenaran itu akan kita kemukakan sebagai idea-idea yang tegas.
Akan tetapi Descartes tidak dapat membuktikan dari mana kita ketahui
bahwa tuhan itu tidak berdusta atau makhluk sempurna.
3. Aliran empirisme
Menurut John Locke, memaparkan dalam bukunya yang berjudul ‘essay concerning
human understanding’, bahwa pengetahuan itu bukanlah telah ada pada kita, tetapi ada
diluar diri kita dan datang kepada kita melalui alat indera.
Penganut empirisme mengatakan bahwa pengalaman tidak lain
akibat suatu objek yang merangsang alat-alat inderawi, kemudian
dipahami dalam otak, dan akibat dari rangsangan tersebut terbentuklah
tanggapan-tanggapan mengenai objek telah merangsang alat-alat
inderawi tersebut. Empirisme memegang peranan yang amat penting
bagi pengetahuan. Penganut aliran ini menanggap pengalaman
sebagai satu-satunya sumber dan dasar ilmu pengetahuan.
Pengalaman inderawi seering dianggap sebagai pengadilan tertinggi.
Namun demikian, aliran ini banyak memiliki kelemahan karena;
1. Indera sifatnya terbatas
2. Indera sering menipu
3. Objek juga menipu, seperti ilusi/fatamorgana
4. Indera dan sekaligus objeknya
4. Aliran kritisisme
Pemikiran Immanuel kant dan kritisisme Kantian berusaha menyatukan aliran
rasionalisme dan empirisme dalam segala macam fenomalisme “baru”
(fenomenalisme jenis unggul). Bagi Kant, manusialah actor yang mengkonstruksi
dunianya sendiri. Melalui “a priori formal”, jiwa manusia mengatur data kasar
pengalaman (penginderaan) dan kemudian membangun ilmu-ilmu matematika
dan fisika. Melalui kehendak yang otonomlah jiwa membangun moralitas. Dan
melalui perasaan (sentiment) manusia menempatkan realitas dalam
hubungannya dengan tujuan tertentu yang hendak dicapai (finalitas) serta
memahami semuanya secara inheren sebagai yang memiliki tendensi kepada
kesatuan (unity).
Secara harfiah kata kritik berarti pemisahan. Filsafat Kant bermaksud
membeda-bedakan antara pengenalan yang murni dan yang tidak
murni, yang tiada kepastiannya. Ia ingin membersihkan pengenalan dari
keterikatan kepada segala penampakan yang bersifat sementara. Jadi
filsafatnya dimaksud sebagai penyadaran atas kemampuan—
kemampuan rasio secara obyektif dan menentukan batas-batas
kemampuannya, untuk memberi tempat kepada iman dan kepercayaan
5. Aliran positivisme
Merupakan aliran yang berorientasi pada ilmu pengetahuan alam. Timbulnya filsafat
postivisme adalah sebagai reaksi terhadap spekulasi theologis dan metafisis hegel. Aliran
positivism ini memberi tekanan kepada fakta, kepada bukti-bukti yang konkrit kepada
sesuatu yang diverifikasi. Menurut Auguste Comte (1978-1857) berpandangan bahwa alam
pikiran manusia berkembang menjadi 3 tahap, yaitu;
1. Religius
2. Metafisis
3. Positivisme
Neo-positivisme Filsafat positifisme telah sangat berjasa bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sekarang ini positivisme masih hidup dalam aliran
neopositivisme sebagaimana yang di kembangkan oleh kelompok sarjana yang
tergabung dalamWiener Kreis atau Vienna Circle (lingkaran wina), atau disebut juga
dengan sebutan: logika positivisme, logica empiricism dan scientific empiricism.
Pendirinya ialah MoritzSchilick (1882-1936), dan tokoh yang lain ialah Hans Hahn (1879-
1934) dan Rudolf Carnap (1891-1979).
6. Aliran fenomenologisme
Merupakan aliran atau paham yang menganggap bahwa fenomenalisme (gejala) adalah sumber pengetahuan dan
kebenaran. Seorang fenomenalisme suka melihat gejala. Dia berbeda dengan seorang ahli ilmu positif yang
mengumpulkan data, mencari korelasi dan fungsi, serta membuat hukum hukum dan teori. Fenomenalisme bergerak di
bidang yang pasti. Hal yang menampakkan dirinya dilukiskan tanpa meninggalkan bidang evidensi yang langsung.
Fenomenalisme “a way of looking at things” misalnya gejala gedung putih adalah gejala akomodasi, konvergensi, dan
fiksasi dari mata orang yang melihat gedung itu, ditambah aktivitas lain yang perlu supaya gejala itu muncul.
Fenomenalisme adalah tambahan pada pendapat Brentano bahwa subjek dan objek menjadi satu secara dialektis. Tidak
mungkin ada hal yang melihat. Inti dari fenomenalisme adalah tesis dari “intensionalisme’ yaitu hal yang disebut konstitusi.
Tokoh Edmund Husserl (1859-1938 M), berupaya ingin mendekati realitas tidak melalui argument-argumen,
konsep-konsep atau teori umum. “zuruck zu den sachen selbst” yang berarti kembali kepada benda-benda
itu sendiri merupakan inti dari pendekatan yang dipakai untuk mendeskripsikan realitas menurut apa
adanya. Setiap objek memiliki hakikat, dan hakikat itu berbicara kepada kita jika kita membuka diri kepada
gejala-gejala yang kita terima. Kalau kita “mengambil jarak” dari objek itu, melepaskan objek itu
“berbicara” sendiri mengenai hakikatinya, dan kita memahaminya berkat intuisi dalam diri kita.
Fenomenologisme banyak diterapkan dalam epistemologi, psikologi, antropologi, dan studistudi keagamaan
(misalnya kajian atas kitab suci)
7. Aliran pragmatisme
Istilah pragmatisme berasal dari kata yunani “pragma” yang berarti perbuatan tau tindakan. “isme”
disini sama artinya dengan isme yang lainnya yaitu aliran atau ajaran atau paham. Dengan
demikian pragmatisme berarti ajaran yang menekankan bahwa pemikiran itu menuruti tindakan.
Kriteria kebenarannya adalah “faedah” atau “manfaat”. Suatu teori atau hipotesis dianggap oleh
pragmatism benar apabila membawa suatu hasil.
Bagi William James (1842-1910 M), pengertian atau putusan itu benar jika pada praktik dapat
dipergunakan. Putusan yang tidak dapat dipergunakan itu keliru. Kebenaran itu sifat pengertian
atau putusan bukanlah sifat halnya. Pengertian atau putusan itu benar, tidak saja jika terbuktikan
artinya dalam keadaan jasmani ini, akan tetapi jika bertindak dalam lingkungan ilmu, seni dan
agama. Tokoh ini juga berjasa dalam bidang lain, terutama dalam bidang psikologi. Dalam bidang
tersebut ia berhasil membantah pemikiran lama tentang kesadaran. Di dalam filsafat, kata James,
akal dengan segala perbuatannya ditaklukkan perbuatan. Ia tak lebih pemberi informasi bagi
praktik hidup dan sebagai pembuka jalan baru bagi perbuatan-perbuatan kita. Dalam bukunya
The Meaning of Truth, James mengemukakan bahwa tiada kebenaran mutlak, yang berlaku
umum, bersifat tetap, yang berdiri sendiri, lepas dari akal yang mengenal. Sebab, pengalaman kita
berjalan terus dan segala yang kita anggap benar dalam perkembangan pengalaman itu
senantiasa berubah. Hal itu disebabkan karena dalam perkembangannya ia dapat dikoreksi oleh
pengalaman berikutnya.
8. Aliran post modernisme
Jean Francois Lyotard, dia mengungkapkan bahwa ilmu pengetahuan postmodernisme bukan lagi
perkembangan paham yang baru, fase ini telah ada seperti abad pertengahan yang memunculkan istilah
religi, nasional kebangsaan, dan kepercayaan terhadap keunggulan negara Eropa. Maka postmodernisme
menganggap bahwa ilmu tidak dapat diterima tentang kebenerannya sebelum diselidiki dan adanya suatu
bukti. Bagi Lyotard dengan adanya ilmu pengetahuan postmodernisme memberikan keluasan dalam
kepekaan kita dari pandangan yang berbeda dan menjalin kemampun dalam bertoleransi atas prinsip yang
tak ingin dianalogikan
Jacques Derrida merupakan sosok yang terkenal dengan pencipta pemikiran
dekonstruksi. Pemikiran itu mulai hadir keetika ia mengadakan pembacaan narasi
metafisika Barat dan melalui tulisan-tulisan, pemikiran dekontruksi muncul oleh
Jacques Derrida. Keberhasilannya yang telah mengungkap kontradiksi narasi
besar modernitas melalui dekontruksi, Derrida menjadi aliran salah satu pemikir
utama teori sosial postmodern.