SlideShare a Scribd company logo
1 of 75
Pertemuan 1 - 2 BESARAN INTENSIF DAN EKSTENSIF I Made Astra, M.Pd Jurusan Fisika Fakukltas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
A  Hukum Termodinamika I B  Hukum Termodinamika II C  Hukum Termodinamika III D  Konsep Kesetimbangan E  Tetapan Kesetimbangan ( K ) F  Pendugaan Arah Reaksi G  Hubungan   G o  dengan  K H  Faktor-faktor yang Memengaruhi Kesetimbangan Kimia I  Kesetimbangan Pengionan Outline Isi slaid ini merupakan gabungan dari isi diktat Bab 6 dan 7 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
[object Object],[object Object],[object Object],[object Object],Hukum Termodinamika I:  Hukum kekekalan energi Energi tidak dapat diciptakan/dimusnahkan, tetapi dapat berubah bentuk atau beralih sistem dalam bentuk kerja atau kalor. Hukum Termodinamika II:  Arah perubahan Suatu proses berjalan spontan jika semesta bergerak ke arah ketidakteraturan. Hukum Termodinamika III: Keteraturan struktur tertinggi dimiliki oleh kristal sempurna yang murni pada suhu 0 K. 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
A. Hukum Termodinamika I E total  =  E k  +  E p   = tetap E k   = energi kinetik =  ½ mv 2 E p   = energi potensial =  mgh Satuan energi: J  = N m =  kg m 2  det -2 (hukum kekekalan energi)    BACK 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  | E p   =  10 unit E k  =  0 unit E p   =  4 unit E k  =  6 unit Energi potensial Energi kinetik
A. 1. Kerja dan Kalor (1)  Kerja:   e nergi yang dihasilkan ketika suatu gaya  F  bekerja pada jarak tertentu  s . Kerja tekanan-volume  berhubungan dengan pemuaian/penekanan gas : w =  – F d h =  – PA d h =  – P d V A   = luas permukaan wadah d h  =   h akhir  – h awal (2)  Kalor:  energi yang dipindahkan sebagai akibat adanya perbedaan suhu. Asas Black:  kalor selalu berpindah dari benda yang panas ke yang dingin 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
(1)   Kapasitas kalor ( C ) :  kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu suatu zat 1  o C. ,[object Object],[object Object],(2)   1 kalori :  kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 g air dari 14,5 ke 15,5  o C. Kesetaraan kalor mekanik :  1 kal = 4,184 J atau 1 kkal = 4,184 kJ A. 1. Kerja dan Kalor 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Contoh 6.1: Berapa kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 735 g air dari 21,0 ke 98,0  o C? Jawab:   q = m c   t m   = massa zat c   = kalor jenis (untuk air,  c  = 1 kal g -1   o C -1  = 4,184 J g -1   o C -1 )  t   = perubahan suhu =  t akhir  –  t awal  q   = (735 g) (1 kal g -1   o C -1 ) (98,0 – 21,0)  o C = 5,7    10 4  kal 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Contoh 6. 2 : Sebanyak 150,0 g timbel (Pb) pada suhu air mendidih (100  o C) dicelupkan ke dalam 50,0 g air bersuhu 22,0  o C dalam gelas piala yang terisolasi (hanya terjadi pertukaran kalor antara Pb dan air). Jika suhu akhir campuran 28,8  o C, hitunglah kalor jenis Pb. Jawab:   Asas Black:   q air  +  q Pb   = 0 q air  = m air  c air    t   = (50,0 g) (1 kal g -1   o C -1 ) (28,8 – 22,0)  o C = 340 kal q Pb  = - q air  =  m Pb  c Pb    t = 3 ,2    10 -2   kal  g -1   o C -1 Air menyerap kalor yang dilepas oleh Pb. 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
A. 2. Sistem dan Lingkungan (1)   Sistem : sejumlah materi atau daerah dalam ruang yang dijadikan objek studi. (2)   Lingkungan :  massa atau daerah yang berada di luar sistem. (3)   Batas :  bidang nyata/maya antara sistem dan lingkungan. (a)  b atas tetap ( fixed boundary ) (b)  b atas berubah ( movable boundary ) 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Sistem terbuka Sistem tertutup Sistem terisolasi A. 2. Sistem dan Lingkungan 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  | Sistem Perpindahan Contoh Massa Kalor Kerja Terbuka    Gelas piala, tabung reaksi Tertutup –   Pembakar Bunsen Terisolasi – – – Kalorimeter bom Adiabatik  –  Termos
Proses pemanasan kentang dalam oven. Apakah sistem, lingkungan, dan batasnya? A. 2. Sistem dan Lingkungan 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
A. 3. Besaran Intensif, Ekstensif, dan Fungsi Keadaan  U ,   H ,   S ,   G Fungsi keadaan : sifat sistem yang hanya ditentukan oleh keadaan (awal dan akhir) sistem dan tidak ditentukan oleh cara mencapai keadaan tersebut. 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  | Jenis besaran Nilainya Contoh Intensif Tidak bergantung pada jumlah sistem  ,  P ,  T ,   ,   ,  c ,  c m Ekstensif Bergantung pada jumlah sistem m ,  V ,   U ,   H ,   S ,   G ,  C
A. 3. Besaran Intensif, Ekstensif, dan Fungsi Keadaan 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  | Jenis energi Variabel intensif Variabel ekstensif Kerja Mekanik Tekanan ( P ) Volume ( V ) P  d V Termal Suhu ( T ) Entropi ( S ) T  d S Kimia Potensial kimia (  ) Mol ( n )    d n Listrik Tegangan ( E ) Muatan ( Q ) E  d Q Gravitasi Medan gravitasi ( mg ) Tinggi ( h ) mg  d h
A.  4 . Perubahan Energi Dalam (  U )  U  =  q  +  w q   = kalor     (+): sistem menyerap kalor (–): sistem melepas kalor  U   = perubahan energi dalam w   = kerja     (+): sistem dikenai kerja (–): sistem melakukan kerja (Hukum Termodinamika I) Contoh 6.3: Pengembangan gas menyebabkan 5000 J energi diserap oleh sistem, sedangkan sistem melakukan kerja sebesar 6750 J terhadap lingkungan. Berapa   U  sistem? Jawab:    U  =  q  +  w   = (+ 5000 J) + (– 6750 J) = – 1750 J  02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
A.  4 . Perubahan Energi Dalam (  U ) Sebagian besar kalor yang dilepaskan selama reaksi menaikkan suhu air di dalam bom, sisanya akan menaikkan suhu bom, pengaduk, dan bagian lain dari kalorimeter : q v  +  q air  + q bom  = 0 q air  = m air  c air    t q bom  = C bom    t dengan  U   diukur dalam  kalorimeter bom , sistem dengan  volume yang tetap : w = –P  V  = 0    U  =  q v  = kalor reaksi pada volume tetap 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Contoh 6. 4 : Sebanyak 0,505 g naftalena (C 10 H 8 ) dibakar sempurna di dalam kalorimeter bom yang berisi 1215 g air. Akibat reaksi, suhu air naik dari 25,62 ke 29,06 °C. Jika kapasitas kalor bom 826 J °C -1 , berapakah    U   reaksi dinyatakan dalam kkal mol -1 . Jawab:   q air  = m air  c air    t  = (1215 g)(4,184 J g -1   o C -1 )(29,06 – 25,62)  o C = 1,75    10 4  J q bom  = C bom    t  = (826 J  o C -1 )(29,06 – 25,62)  o C = 2,84    10 3  J q v  +  q air  + q bom  =  0  U =  q v   = – ( q air  + q bom )  = – (1,75    10 4  + 2,84    10 3 ) = – 2,03    10 4  J  (untuk 0,505 g naftalena) q v  bernilai negatif karena reaksinya eksoterm (melepas kalor) 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Untuk setiap g C 10 H 8 :  U = = – 4,03    10 4  J g -1   Jika dinyatakan dalam kkal mol -1 :  U = = – 1,23    10 3  kkal mol -1   Contoh 6. 4 : 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
A. 5. Perubahan Entalpi (  H ) Jika reaksi dilakukan di udara terbuka atau dalam kalorimeter dari busa  styrofoam , sistem dengan  tekanan yang tetap :  U  =  q  +  w = q p   –  p  V   H =   U +  p  V   H  =  q p  = kalor reaksi pada  tekanan  tetap (perubahan entalpi) Persamaan gas ideal:  pV  =  nRT      Pada suhu tetap:  p  V =   n g RT ,  maka:  H =   U +   n g RT  R   = tetapan gas ideal = 8,314    10 -3  kJ mol -1  K -1  n g   =    koef gas produk  –    koef gas reaktan T   = suhu mutlak (K) 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Contoh 6. 5 : Bila perubahan energi dalam dalam pembakaran sempurna 1 mol naftalena: C 10 H 8( s )  + 12 O 2(g)     10 CO 2( g )  + 4 H 2 O ( l )   ialah – 5,15    10 3  kJ, hitunglah perubahan entalpi pembakarannya pada 298 K.  Jawab:    H =   U +   n g RT = (–5,15    10 3  kJ) + (10–12) mol (8,314    10 -3  kJ mol -1  K -1 )(298 K) = – 5,155    10 3  kJ 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Contoh 6. 6 : Sebanyak 1,50 g amonium nitrat (NH 4 NO 3 ) ditambahkan ke dalam 35,0 g air dalam sebuah mangkok busa kemudian diaduk sampai seluruhnya larut. Suhu larutan turun dari 22,7 menjadi 19,4  o C. Berapakah kalor pelarutan NH 4 NO 3  dalam air dinyatakan dalam kJ mol -1 ? Jawab:   q air  = m air  c air    t  = ( 35,0  g)(4,184 J g -1   o C -1 )( 1 9, 4  – 2 2 , 7 )  o C =  – 4,83     10 2  J q NH4NO3  + q air  =  0  (kalorimeter dianggap tidak berubah suhunya)  H = q NH4NO3  = –  q air   = +  4,83    10 2  J (untuk 1,50 g NH 4 NO 3 ) q p  bernilai positif karena reaksinya endoterm (menyerap kalor) 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Untuk setiap g  NH 4 NO 3 :  H = =  3,22    10 2  J g -1   Jika dinyatakan dalam k J  mol -1 :  H = =  +  2 5,8  k J  mol -1   Contoh 6. 6 : 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
A. 6. Hubungan-hubungan yang Melibatkan   H (a)   H  merupakan besaran ekstensif (b)   H  akan berubah tanda bila arah reaksi berbalik (c) Hukum penjumlahan kalor dari Hess CO ( g )  + ½O 2( g )  -> CO 2( g )    H   = – 283,0 kJ/mol -1 C O 2( g )   ->  CO ( g )  + ½O 2( g )   Δ H   = + 283,0 kJ/mol -1 CO ( g )  + ½O 2( g )  -> CO 2( g )    H   = – 283,0 kJ   mol -1 2 CO ( g )  + O 2( g )  -> 2 CO 2( g )    H   = – 566,0 kJ   mol -1 ½ CO ( g )  + ¼ O 2( g )  -> CO 2( g )    H   = – 141,5 kJ   mol -1 Jika 2 atau lebih persamaan kimia dijumlahkan untuk menghasilkan persamaan kimia lainnya, perubahan entalpi masing-masing juga harus dijumlahkan. 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
A. 6. Hubungan-hubungan yang Melibatkan   H 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  | C ( s )   +  O 2( g ) CO ( g )   +  ½ O 2( g ) CO 2( g ) Δ H  = –110,5 kJ Δ H  = +283,0 kJ Δ H  = –393,5 kJ C ( s ,gr)  + O 2( g )   -> CO 2( g )   Δ H 1  = –393,5 kJ CO 2( g )   ->  CO ( g )  + ½O 2( g )   Δ H 2  = +283,0 kJ C ( s ,gr)  + ½O 2( g )   ->  CO ( g )   Δ H  = Δ H 1  + Δ H 2  = –110,5 kJ
A. 7. Entalpi Pembentukan Standar Molar (  H o f ) Perbedaan entalpi antara 1 mol senyawa dalam keadaan standar dengan unsur-unsur pembentuknya juga dalam keadaan standar dilambangkan   H o f . Contoh:   (a)  2 C (gr)  + 3 H 2(g)     C 2 H 6(g)  H o f  C 2 H 6( g )  = –84,7 kJ mol -1   (b)  C (gr)  +  O 2( g )     CO 2( g )  H o f  CO 2( g )  = –393,5 kJ mol -1   (c)  H 2( g )  + ½ O 2( g )     H 2 O ( l )    H o f  H 2 O ( l )  = –285,8 kJ mol -1   Konvensi keadaan standar dari suatu zat: (a) Padatan : senyawa/bahan murni pada tekanan 1 atm (b) Cairan : senyawa/bahan murni pada tekanan 1 atm (c) Gas : gas ideal pada tekanan parsial 1 atm (d) Zat terlarut : larutan ideal pada konsentrasi 1 M 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Contoh 6. 7 : Dengan menggunakan data   H o f  pada slaid sebelumnya, hitunglah perubahan entalpi untuk reaksi pembakaran sempurna 1 mol etana, C 2 H 6( g ) .  Jawab:   – (a): C 2 H 6(g)     2 C (gr)  + 3 H 2(g)   –   H o f  C 2 H 6( g )  = +84,7 kJ mol -1   2(b):  2 C (gr)  +  2 O 2( g )     2 CO 2( g ) 2   H o f  CO 2( g )  = 2(–393,5) kJ mol -1   3(c):  3 H 2( g )  +  3 / 2  O 2( g )     3 H 2 O ( l )   3   H o f  H 2 O ( l )  = 3(–285,8) kJ mol -1   C 2 H 6( g )  +  7 / 2  O 2( g )     2 CO 2( g )  + 3 H 2 O ( l )  H o reaksi  = –1559,7 kJ mol -1 (reaksi pembakaran sempurna etana) (negatif    reaksi eksoterm) 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Perubahan entalpi untuk reaksi pembakaran etana pada contoh 6.7 dihitung dengan menggunakan persamaan  H o reaksi  = [2      H o f  CO 2( g )  + 3      H o f  H 2 O ( l ) ] –   H o f  C 2 H 6( g )   A. 7. Entalpi Pembentukan Standar Molar (  H o f ) Persamaan tersebut dapat diperluas menjadi bentuk umum berikut:  H o reaksi  = [  (koef      H o f ) produk] – [  (koef      H o f ) reaktan] Perlu diperhatikan bahwa tidak ada nilai   H o f  untuk O 2( g ) , karena   H o f   unsur bebas atau gas bebas yang terdiri dari atom-atom identik = 0 . 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Contoh 6. 8 : Reaksi pembakaran siklopropana yang biasa digunakan sebagai anestesi ialah sebagai berikut: (CH 2 ) 3(g)  +  9 / 2  O 2( g )     3 CO 2( g )  + 3 H 2 O ( l )    H o rks  = –2091,4 kJ mol -1 Gunakan nilai   H o rks  ini untuk menghitung entalpi pembentukan standar siklopropana, jika diketahui   H o f  CO 2( g )  = –393,5 kJ mol -1  dan   H o f  H 2 O ( l )  = –285,8 kJ mol -1 . Jawab:    H o reaksi  = [  (koef      H o f ) produk] – [  (koef      H o f ) reaktan] =  (3       H o f  CO 2( g )  + 3      H o f  H 2 O ( l ) )  – [  H o f  (CH 2 ) 3 ] – 2091,4 kJ mol -1   =  [3      (–393,5 kJ mol -1 ) + (3    (–285,8 kJ mol -1 )] –  [  H o f  (CH 2 ) 3 ]  H o f  (CH 2 ) 3  =  + 53,5 kJ mol -1 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
B. Hukum Termodinamika II Hukum Termodinamika I tidak memberikan penjelasan mengenai arah dari dapat/atau tidaknya suatu proses berlangsung. Fenomena ini disebut  derajat kespontanan .  Contoh proses yang spontan:    BACK 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  | Keadaan awal Proses Keadaan akhir Parfum menyebar Es meleleh Penguapan air 75 o 25 o Kalor 50 o 50 o Ag Ag Ag Ag 25 o C 25 o C Keadaan awal Proses Keadaan akhir Parfum menyebar Es meleleh Penguapan air 75 o 25 o Kalor 50 o 50 o Ag Ag Ag Ag 25 o C 25 o C
Pada tahun 1850,  Rudolf Clausius  menyebutkan besaran  entropi ( S )  sebagai  ukuran derajat ketidakteraturan .  Apabila sejumlah kalor,  d Q rev , dipindahkan secara reversibel (perubahan yang sangat lambat jalannya) ke dalam sistem terisolasi pada suhu  T , entropi yang timbul akibat proses pada sistem tersebut didefinisikan sebagai:  B. 1. Perubahan Entropi  (  S ) Suatu proses spontan dalam sistem terisolasi memiliki perubahan entropi total yang bernilai positif:    Stotal =   Ssis +   Sling  > O    S total  =   S sistem   +   S lingkungan   > O   02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
B. 2. Perubahan Energi Bebas Gibbs (  G ) Nilai   S lingkungan  secara praktik sulit dihitung, karena interaksi antara sistem dan lingkungan harus diketahui secara pasti. Untuk itu, dikemukakan suatu besaran termodinamika baru yang disebut energi bebas:   Energi bebas Helmholtz :  A  =  U  –  TS  Energi bebas Gibbs :  G  =  H  –  TS Untuk proses pada suhu dan tekanan konstan digunakan energi bebas Gibbs, yang perubahannya ditunjukkan oleh persamaan  G  =   H  –  T    S  G  < 0    Proses spontan   02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
B. 2. Perubahan Energi Bebas Gibbs (  G ) Ada dua unit energi yang menentukan tanda   G , yakni   H  dan  T  S . 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  | Kasus  H  S  G Hasil Contoh reaksi 1. - + - Spontan di semua  T 2H 2 O ( g )     2H 2( g )  + O 2( g ) 2. - - - + Spontan pada  T    Tak spontan pada  T    H 2 O ( l )     H 2 O ( s ) 3. + + + - Tak spontan pada  T    Spontan pada  T    2NH 3( g )     N 2( g )  + 3H 2( g ) 4. + - + Tak spontan pada semua  T 3O 2( g )     2O 3( g )
Contoh 6.9: Apakah reaksi disosiasi AB ( g )     A ( g )  + B ( g ) , cenderung berjalan spontan pada suhu tinggi atau suhu rendah ? Reaksi melibatkan pemutusan ikatan    energi harus diserap oleh sistem      H  > 0  Dua mol gas dihasilkan dari 1 mol gas    ketidakteraturan meningkat      S  > 0 Karena   G  =   H  –  T  S ,  reaksi berjalan spontan (  G  < 0) pada suhu tinggi . Jawab:   02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
B. 3. Energi Bebas Pembentukan Molar Standar (  G o f ) Perubahan energi bebas yang dihasilkan bila pereaksi dan produk berada pada keadaan standar ( lihat  subbab A. 7)     perubahan energi bebas standar  (  G °) . Seperti   H ,   G  merupakan fungsi keadaan, maka (a)   G  merupakan besaran ekstensif (b)   G  akan berubah tanda bila arah reaksi berbalik (c)   G   untuk reaksi keseluruhan dapat diperoleh dengan menjumlahkan nilai-nilai   G  dari setiap tahapan dalam reaksi tersebut. 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
(  G o f   unsur bebas atau gas bebas yang terdiri dari atom-atom identik = 0 )  G o reaksi  = [  (koef      G o f ) produk] – [  (koef      G o f ) reaktan] B. 3. Energi Bebas Pembentukan Molar Standar (  G o f ) Perbedaan energi bebas antara 1 mol senyawa dalam keadaan standar dengan unsur-unsur pembentuknya juga dalam keadaan standar dilambangkan   G o f . 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Entalpi pembentukan molar standar perak oksida pada 298 K ialah –30,59 kJ/mol. Perubahan energi bebas molar standar,   G o , untuk disosiasi perak oksida pada suhu yang sama diberikan berikut ini: 2Ag 2 O ( s )     4Ag ( s )  + O 2( g )    G o   = +22,43 kJ mol -1 Berapakah nilai   S o  untuk reaksi tersebut?  Contoh 6. 10 : Jawab:    H o reaksi  = [  (koef      H o f ) produk] – [  (koef      H o f ) reaktan] = (4      H o f  Ag ( s )  +   H o f  O 2( g ) ) – (2      H o f  Ag 2 O) =  (4      0 +  0) –  [ 2 (–30,59 kJ mol -1 )] =  +61,18 kJ mol -1  G  =   H  –  T    S  02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Contoh 6. 11 : Berapakah nilai   G o  pada 298 K untuk reaksi C ( s )  + CO 2( g )     2 CO ( g )   jika diketahui   G o f  CO ( g )  = –137,28 kJ mol -1  dan   G o f  CO 2( g )  = –394,38 kJ mol -1 ? Apakah pembentukan CO berlangsung spontan pada 298 K? Jawab:    G o reaksi  = [  (koef      G o f ) produk] – [  (koef      G o f ) reaktan] = (2      G o f  CO ( g ) ) – (  H p f  C ( s )  +   H o f  CO 2 ) =  2      (–137,28 kJ mol -1 ) –  [ 0 + (–394,38 kJ mol -1 )] =  +119,62 kJ mol -1 Jadi, pembentukan CO berlangsung  tidak  spontan pada 298 K, karena   G   >  0. 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
B. 4. Energi Bebas dan Kesetimbangan  G  = 0    keadaan setimbang Proses memiliki kecenderungan yang sama untuk bergerak ke arah produk/ reaktan.  G  =   H  –  T    S   = 0 atau  (untuk kesetimbangan transisi fase) Contoh :   Peleburan es: H 2 O( s , 1 atm)     H 2 O( l , 1 atm)  H o fus  = 6,02 kJ mol -1   (pada 273,15 K) = 22,0 J mol -1  K -1 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Contoh 6. 12 : Berapakah entropi penguapan molar standar air pada 100  o C jika diketahui entalpi penguapan molar standar pada suhu tersebut 40,7 kJ mol -1 ? Jawab:   = 109 J mol -1  K -1 Hitung perubahan entropi jika 3,00 mol benzena menguap pada titik didih normalnya, yaitu 80,1°C. Entropi penguapan molar benzena pada suhu ini adalah 30,8 kJ mol -1 . Contoh 6. 13 : Jawab:   = 87,2 J mol -1  K -1 Untuk 3,00 mol benzena:   S o vap  = (87,2 J mol -1  K -1 )(3,00 mol) = 262 J K -1 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
C. Hukum III Termodinamika “ Entropi kristal sempurna yang murni pada suhu NOL mutlak (0 K) adalah NOL” Dengan kata lain, pada suhu 0 K kristal paling teratur.    BACK 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
D. Konsep Kesetimbangan Kesetimbangan: Laju reaksi sama ke dua arah    [reaktan] & [produk] secara neto tidak berubah. (a)  Kesetimbangan fisika : melibatkan 1 zat dalam 2 fase yang berbeda H 2 O ( l )      H 2 O ( g ) (b)  Kesetimbangan kimia : melibatkan zat yang berbeda sebagai reaktan dan produk Contoh: Contoh: N 2 O 4( g )  (tak berwarna)     2NO 2( g )  (cokelat gelap)    BACK 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Dikenal reaksi fase gas, fase cair, atau fase padat bergantung pada fase yang terlibat dalam kesetimbangan. Contoh di atas merupakan  reaksi fase gas . 2 Hg ( l )  + Cl 2( g )      Hg 2 Cl 2( s ) (a)  Kesetimbangan homogen : hanya melibatkan 1 fase Contoh: C 2 H 4( g )  + H 2( g )    C 2 H 6( g )   (b)  Kesetimbangan heterogen : melibatkan >1 fase zat Contoh: Fase cair ( l ,  liquid ) dianggap satu fase dengan larutan berair ( aq ,  aqueous ). D. Konsep Kesetimbangan 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
E. Tetapan Kesetimbangan  ( K ) N 2 O 4( g )      2NO 2( g ) Nisbah  yang nilainya relatif konstan disebut tetapan kesetimbangan ( K ).    BACK 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  | [ ] awal [ ] kesetimbangan Nisbah [ ] saat kesetimbangan [NO 2 ] [N 2 O 4 ] [NO 2 ] [N 2 O 4 ] [NO 2 ]/[N 2 O 4 ] [NO 2 ] 2 /[N 2 O 4 ] 0,000 0,670 0,0547 0,643 0,0851 4,65    10 -3 0,050 0,446 0,0457 0,448 0,1020 4,66    10 -3 0,030 0,500 0,0475 0,491 0,0967 4,60    10 -3
(a) Untuk padatan ( s ) dan cairan ( l ) ,   a  =1 (b) Untuk gas ( g ) (anggaplah gas ideal):  a  = tekanan,  P  (dalam atm) (c) Untuk komponen di dalam larutan (anggaplah ideal bila keadaan standar 1 M):  a  = konsentrasi molarnya a  =  aktivitas , yang nilainya dapat diperkirakan sebagai berikut: Secara umum, untuk reaksi  a  A +  b  B     c  C +  d  D: E. Tetapan Kesetimbangan  ( K ) 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  | Dikenal 2 macam nilai  K , yaitu  K C  dan  K P : (a) Rumus  K C  hanya memasukkan  molaritas  dari  fase  g  dan  aq . (b) Rumus  K P  hanya mengikutsertakan  tekanan parsial  dari  fase  g .
(1)  4   NH 3 ( g )  + 7   O 2 ( g )     4   NO 2 ( g )  +  6 H 2 O ( g ) Contoh: (2) CH 3 OH ( l )  + CH 3 COOH ( l )     CH 3 COOCH 3( l )  + H 2 O ( l ) (3)  CaCO 3( s )     CaO ( s )  + CO 2( g ) (4)  BaCl 2( aq )  + Na 2 SO 4( aq )     BaSO 4( s )  + NaCl ( aq ) Tidak ada  K P  untuk reaksi (2) dan (4), karena tidak ada zat yang berfase gas. E. Tetapan Kesetimbangan  ( K ) 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Contoh 6.14: Tuliskan rumus  K c  dan  K P  untuk reaksi-reaksi berikut: Jawab:   (a) 2 ZnS ( s )  + 3 O 2( g )     2 ZnO ( s )  + 2 SO 2( g ) (b) 2 HCrO 4  ( aq )     Cr 2 O 7 2  ( aq )  +  H 2 O ( l ) Apakah reaksi-reaksi di atas termasuk kesetimbangan homogen atau heterogen? (a) ( b ) Kesetimbangan heterogen Tidak ada  K P Kesetimbangan homogen 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Contoh 6.1 5 : ( a )  Pada suhu tertentu, untuk reaksi N 2 O 4( g )      2NO 2( g )  pada saat kesetimbangan terdapat 0,1 mol N 2 O 4  dan 0,06 mol NO 2  dalam volume 2 L. Hitunglah nilai  K c . (b) Pada suhu yang sama, ke dalam wadah bervolume 2 L dimasukkan 0,8 mol N 2 O 4 . Hitunglah konsentrasi zat-zat dalam reaksi pada kesetimbangan yang baru. Jawab:   Jawab:   02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  | N 2 O 4( g )  2 NO 2( g ) Mula-mula 0,8 mol Reaksi – x +2 x Setimbang 0,8 –  x   2 x
x 2  + 0,009 x  – 0,0072 = 0   x  = 0,0809 mol Jadi, pada saat kesetimbangan tercapai [NO 2 ] = 2 x  mol/2L = 0.0809 M [N 2 O 4 ] = (0,8 –  x ) mol/2 L = 0,7191 mol/2 L = 0,3595 M  Contoh 6.1 5 : 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
(1)  Jenis reaksi ,[object Object],[object Object],2 H 2( g )  + O 2( g )     2 H 2 O ( g )   K C  = 9,1    10 80 N 2 O 4( g )     2 NO 2( g )   K C  = 4,63    10 -3 E. 1. Faktor-faktor yang Memengaruhi Nilai  K Contoh: Contoh: 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
[object Object],H 2( g )  + I 2( g )     2 HI ( g )   K  = 49,5 (440  ° C) K  = 54,3   (430   °C) E. 1. Faktor-faktor yang Memengaruhi Nilai  K (2)  Suhu ,[object Object],CH 4( g )  + H 2 O ( g )     CO ( g )  + 3 H 2 O ( g )   K  = 1,78    10 -3  (800  ° C) K  = 4,68    10 -2  (1000   °C) K  = 5,67 (1500   °C) Contoh: Contoh: 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
E .  2 . Hubungan-hubungan yang Melibatkan  K (a)  K  dipangkatkan  n  jika reaksi dikalikan  n . (b)  K  akan menjadi kebalikannya bila arah reaksi berbalik (c)  K   untuk reaksi keseluruhan dapat diperoleh dengan mengalikan nilai-nilai  K  dari setiap tahapan dalam reaksi tersebut. Contoh: (a) 2 SO 2( g )  + O 2( g )     2   SO 3( g )   SO 2( g )  + ½ O 2( g )     SO 3( g )   4   SO 2( g )  + 2   O 2( g )     4   SO 3( g )   02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
E .  2 . Hubungan-hubungan yang Melibatkan  K (b) N 2 O 4( g )     2 NO 2( g ) 2 NO 2( g )     N 2 O 4( g ) (c) 2   N 2( g )  + O 2( g )      2   N 2 O ( g )   2   N 2 O ( g )  +   3   O 2( g )     4   NO 2( g )   2   N 2( g )  +   4 O 2( g )     4   NO 2( g )   02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Hitunglah nilai  K  untuk reaksi H 2 O ( g )  + CO ( g )     CO 2( g )  + H 2( g )  pada suhu 25  ° C bila pada suhu tersebut diketahui (a) 2 CO ( g )  + O 2( g )     2 CO 2( g ) K 1  = 3,3    10 91 (b) 2 H 2( g )  + O 2( g )     2 H 2 O ( g ) K 2  = 9,1    10 80 Contoh 6.1 6 : Jawab: Reaksi (a) dibagi 2   :  CO ( g )  + ½ O 2( g )     CO 2( g ) K 3  =  Reaksi (b) dibalik & dibagi 2:  H 2 O ( g )     H 2( g )  +  ½ O 2( g )   K 4  = H 2 O ( g )  + CO ( g )     CO 2( g )  + H 2( g ) K  =  K  =  1 , 9     10 5 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Menurut hukum gas ideal: pV  =  nRT p  = ( n/V)RT  = [ ]  RT E. 3. Hubungan  K P   dengan  K C Untuk reaksi fase gas:  a  A ( g )  +  b  B ( g )      c  C ( g )  +  d  D ( g ) dan  Karena itu, dengan  n g   =    koef gas produk  –    koef gas reaktan 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
K p  =  K c  ( RT )  n  = 1,2    {0,0821    (375+273)} 2–(1+3)  = 4,24    10 -4 Contoh 6.1 7 : Hitunglah  K p  untuk reaksi berikut: N 2( g )  + 3 H 2( g )     2 NH 3( g ) K C  = 1,2 pada 375  o C Jawab: Perhatikan nilai  R  yang digunakan, dan suhu dinyatakan dalam K. Contoh 6.1 8 : Di antara 2 reaksi di bawah ini, manakah yang memiliki nilai  K p  =  K C ? (a) H 2( g )  + I 2( g )     2 HI ( g ) K C  = 54,3 pada 430  o C (b) N 2 O 4( g )     2 NO 2( g ) K C  = 4,63    10 -3  pada 25  o C Jawab: Agar nilai  K P  =  K C , jumlah koefisien gas pada sisi kiri dan kanan harus sama (  n g  = 0), dan syarat ini hanya dipenuhi oleh reaksi (a). 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Reaksi PCl 5( g )     PCl 3( g )  + Cl 2( g )  mempunyai  K p  = 1,05 pada 250  ° C. (a)  Hitunglah tekanan parsial Cl 2  bila pada suhu tersebut tekanan parsial PCl 5  dan PCl 3  saat kesetimbangan ialah 0,875 dan 0,463 atm.  (b)  Hitunglah nilai  K c  reaksi itu pada 250  ° C.  (a) = 0,024 Contoh 6.1 9 : Jawab: = 1,98 atm (b) 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Rumus  Q  =  K , tetapi nilainya belum tentu sama: ,[object Object],[object Object],[object Object],F. Pendugaan Arah Reaksi Pada Contoh 6.15, arah reaksi mudah diduga karena mula-mula, hanya terdapat reaktan. Apabila juga terdapat produk,  arah reaksi dapat diduga dengan menghitung  kuosien hasil reaksi ( Q ) .    BACK 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  | Kesetimbangan Δ G  = 0 Reaktan  murni Produk murni Q  <  K Δ G  < 0 Q  >  K Δ G  > 0 G
Reaksi H 2( g )  + I 2( g )     2   HI ( g )  mempunyai nilai  K  = 49,5 pada suhu 440  ° C. Jika pada suhu tersebut ke dalam wadah bervolume 2 L dimasukkan 5 mol H 2 , 2 mol I 2 , dan 4 mol HI. Tentukan   ( a )  arah reaksi ( b )  konsentrasi masing-masing zat saat kesetimbangan tercapai Q  <  K     reaksi berlangsung ke kanan Contoh 6. 20 : Jawab: (a) (b) = 1,6 Karena reaksi berlangsung ke kanan, H 2  dan I 2  berkurang, HI bertambah.  02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
45,5 x 2  – 362,5 x  + 479 = 0 x 1  = 1,672 mol Contoh 6. 20 : (4 + 2 x ) 2  = 49,5 (5 –  x )(2 –  x ) 16 + 8 x  + 4 x 2  = 495 – 346,5 x  – 49,5 x 2 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  | H 2( g ) + I 2( g )  2  HI ( g ) Mula-mula 5  mol 2 mol 4 mol Reaksi – x – x +2 x Setimbang (5  –  x ) (2  –  x ) (4 +  2 x )
[HI] = (4 + 2 x ) mol/2 L = (4 + 3,344) mol/2 L = 3,672 M [H 2 ] = (5 –  x ) mol/2 L = (5 – 1,672) mol/2 L = 1,664 M [I 2 ] = (2 –  x ) mol/2 L = (2 – 1,672) mol/2 L = 0,164 M Jadi, konsentrasi setiap senyawa pada kesetimbangan: Contoh 6. 20 : x 2  = 6,29 mol (tidak mungkin, melebihi mol H 2  dan mol I 2  mula-mula) 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
G . Hubungan   G o  dengan  K Apa yang terjadi jika kita ubah tekanan sistem sehingga kondisi tidak standar lagi?  Penguapan air tidak berlangsung spontan pada 25  o C dalam keadaan standar: H 2 O( l , 1 atm)     H 2 O( g , 1 atm)  G o vap  = 8,58 kJ mol -1   (pada 298,15 K) Kondensasi spontan Keadaan setimbang Penguapan spontan    BACK 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Untuk keadaan tak standar berlaku hubungan berikut:    G  =   G o  +  RT  ln  Q   Pada keadaan setimbang:   G  = 0 dan  Q  =  K , maka  G o   = –  RT  ln  K   G . Hubungan   G o  dengan  K Contoh 6. 21 : Suatu campuran dari 0,5 mol N 2 O ( g )  dan 0,5 mol O 2( g )  dimasukkan ke dalam wadah bervolume 4 L pada suhu 250  o C dan dibiarkan mencapai kesetimbangan: 2 N 2 O ( g )  + 3 O 2( g )     4 NO 2( g )   Setelah tercapai kesetimbangan, jumlah N 2 O menjadi 0,45 mol. Hitunglah nilai  K C ,  K P , dan perubahan energi bebas Gibbs-nya. 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Contoh 6. 21 : Jawab:  G o   = –  RT  ln  K C   = – (8,314    10 -3  kJ mol -1  K -1 )(250 + 273) ln (2,57    10 -2 ) = –15,9 kJ mol -1 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  | 2 N 2 O ( g ) + 3 O 2( g )  4   NO 2 ( g ) Mula-mula 0,5  mol 0,5 mol Reaksi –   0,05 – 3 / 2  0,05 + 4 / 2  0,05 Setimbang 0,45 0,425 0,1
H. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kesetimbangan Kimia ,[object Object],[object Object],[object Object],[object Object],Catatan:   Di Kimia TPB, pengaruh faktor-faktor ini hanya dibahas secara kualitatif. Contoh-contoh perhitungan di diktat sekadar untuk memperkaya ilmu Anda.    BACK 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
H. 1. Perubahan Konsentrasi Besi(III)   tiosianat [Fe(SCN) 3 ] larut dalam air membentuk larutan berwarna merah : FeSCN 2+      Fe 3+   +  SCN  merah   kuning   tak   muda   berwarna + NaSCN atau Fe(NO 3 ) 3       warna merah larutan semakin pekat + H 2 C 2 O 4  (yang mengikat kuat Fe 3+ )    warna merah larutan memudar [Produk]   , [Reaktan]        Q  >  K     Kesetimbangan bergeser ke kiri  [Produk]   , [Reaktan]        Q  <  K     Kesetimbangan bergeser ke kanan Contoh: 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
H. 1. Perubahan Konsentrasi (a) Larutan Fe(SCN) 3 : campuran warna merah FeSCN 2+  dan warna kuning Fe 3+   (b) Setelah penambahan NaSCN: kesetimbangan bergeser ke kiri (c) Setelah penambahan Fe(NO 3 ) 3 : kesetimbangan juga bergeser ke kiri (d) Setelah penambahan H 2 C 2 O 4 : kesetimbangan bergeser ke kanan; warna kuning berasal dari ion Fe(C 2 O 4 ) 3 3  02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
H. 2. Perubahan Volume dan Tekanan Hanya berpengaruh terhadap fase gas; tidak memengaruhi fase cair dan padat. V    ,  P         Q  <  K     Kesetimbangan bergeser ke    koef gas terbesar  V   ,  P         Q  >  K     Kesetimbangan bergeser ke    koef gas terkecil N 2 O 4( g )     2 NO 2( g )   Volume wadah diperbesar    [N 2 O 4 ] maupun [NO 2 ] mengalami pengenceran. ( t ekanan diperkecil)    penurunan pembilang > penyebut karena [NO 2 ] dipangkatkan 2     Q  <  K     kesetimbangan bergeser ke kanan Contoh: 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Contoh 6. 22 : Ke arah manakah reaksi di bawah ini bergeser bila pada suhu yang tetap, tekanan diperbesar (volume diperkecil)? (a) CaCO 3( s )   -> CaO ( s )  + CO 2( g ) ( c) H 2( g )  + CO 2( g )  -> H 2 O ( g )  + CO ( g ) (b) PCl 5( g )   -> PCl 3( g )  + Cl 2( g ) (d) N 2( g )  + 3 H 2( g )  -> 2 NH 3( g ) Jawab: Bila tekanan ditingkatkan, kesetimbangan akan bergeser ke sisi dengan    koefisien gas paling kecil:  (a) ke kiri  (c) tidak bergeser (b) ke kiri (d) ke kanan 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
H. 3. Perubahan Suhu Tidak seperti perubahan konsentrasi, volume, atau tekanan, perubahan suhu tida k  hanya menggeser kesetimbangan, tetapi juga  mengubah nilai  K . T        Kesetimbangan bergeser ke arah reaksi endoterm  T       Kesetimbangan bergeser ke arah reaksi eksoterm Contoh  1 : N 2 O 4( g )     2 NO 2( g )    H o  = 58,0 kJ  atau   N 2 O 4( g )     2 NO 2( g )  –   58,0 kJ Reaksi pembentukan NO 2  dari N 2 O 4  endoterm; reaksi sebaliknya eksoterm. Pemanasan akan memperbesar [NO 2 ] (warna makin cokelat), pendinginan akan memperbesar [N 2 O 4 ] (warna cokelat memudar). 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  | Setiap bola berisi campuran gas NO 2  dan N 2 O 4 Dalam air es Dalam air panas
Contoh  2 : CoCl 4 2   + 6 H 2 O    Co(H 2 O) 6 2+  + 4 Cl    biru   merah muda Reaksi pembentukan CoCl 4 2   endoterm: larutan berwarna biru jika dipanaskan dan merah muda jika didinginkan. H. 3. Perubahan Suhu 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Contoh 6. 23 : Perhatikan kesetimbangan berikut: N 2 F 4( g )     2 NF 2( g )    H o  = 38,5 kJ Prediksikan arah pergeseran kesetimbangan jika (a) Campuran dipanaskan pada volume konstan (b) Gas NF 2  diambil dari campuran pada suhu konstan (c) Tekanan diturunkan pada suhu konstan (d) Gas lembam seperti He ditambahkan ke dalam campuran pada volume dan suhu konstan 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Jawab: (d) Penambahan gas lembam tidak akan menggeser kesetimbangan, karena reaksi akan dipercepat sama besar ke dua arah. (a) Reaksi pembentukan NF 2  endoterm (  H o  > 0), maka pemanasan akan menyukai-nya (reaksi bergeser ke kanan). (b) Pengambilan gas NF 2  menurunkan konsentrasi produk, maka  Q  <  K  dan jumlah produk harus ditambah agar  Q  =  K  (reaksi bergeser ke kanan). (c) Penurunan tekanan akan menggeser kesetimbangan ke arah koefisien gas yang lebih besar, yaitu ke arah pembentukan NF 2  (reaksi bergeser ke kanan). Contoh 6. 23 : 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
I. Kesetimbangan Pengionan Derajat pengionan (  )  = (a) Elektrolit kual :    = 1 (mengion seluruhnya) MgCl 2     Mg 2+  + 2 Cl  (b) Elektrolit lemah : 0 <    < 1 CH 3 COOH    CH 3 COO   + H + (c) Nonelektrolit :    = 0 (sama sekali tidak mengion) C 12 H 22 O 11  (sukrosa)    BACK 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
Dalam campuran suatu elektrolit lemah dengan garam yang mengandung ion yang sama seperti pada elektrolit tersebut (disebut  ion senama ), kesetimbangan pengionan elektrolit akan digeser ke kiri (   menurun) ,  karena garam terionkan dengan lebih sempurna daripada elektrolit. NaCH 3 COO ->   Na +  + CH 3 COO  CH 3 COOH      H +  + CH 3 COO  I. 1. Efek Ion Senama ( Common Ion Effect ) Contoh:  Dalam campuran bufer CH 3 COOH-NaCH 3 COO, ion asetat dari garam Na-asetat menjadi ion senama yang menghambat pengionan asam asetat. Konsentrasi ion asetat dalam kesetimbangan meningkat Kesetimbangan pengionan asam asetat bergeser ke kiri 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |
I. 2. Hukum Pengenceran Ostwald Nilai    dari suatu larutan elektrolit lemah akan meningkat jika diencerkan. jika    << 1 Karena  K  konstan, jika larutan diencerkan ( C    ), derajat pengionan (  ) harus   . Hukum pengenceran Ostwald akan Anda jumpai kembali pada Bab 8. 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  | CH 3 COOH  CH 3 COO  + H + Mula-mula C Reaksi –  C +  C +  C Setimbang C (1–  ) C  C 
That’s all folks, be prepared for UTS 02/02/11 ©  2010 Universitas Negeri Jakarta  |  www.unj.ac.id  |

More Related Content

What's hot

Sistem Termodinamika
Sistem TermodinamikaSistem Termodinamika
Sistem TermodinamikaAlpiYanti
 
77190036 gas-ideal-sulies
77190036 gas-ideal-sulies77190036 gas-ideal-sulies
77190036 gas-ideal-suliesSaif Azhar
 
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawaban
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawabanITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawaban
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawabanFransiska Puteri
 
kumpulan soal hukum-hukum gas
kumpulan soal hukum-hukum gaskumpulan soal hukum-hukum gas
kumpulan soal hukum-hukum gasRfebiola
 
TOM (Teori Orbital Molekul)
TOM (Teori Orbital Molekul)TOM (Teori Orbital Molekul)
TOM (Teori Orbital Molekul)Farikha Uly
 
Energi Bebas dan Kespontanan
Energi Bebas dan KespontananEnergi Bebas dan Kespontanan
Energi Bebas dan Kespontananninisbanuwati96
 
Sistem kerja, kalor dan energi dalam
Sistem kerja, kalor dan energi dalamSistem kerja, kalor dan energi dalam
Sistem kerja, kalor dan energi dalamFauziah Maswah
 
Penerapan hukum 2 termodinamika
Penerapan hukum 2 termodinamikaPenerapan hukum 2 termodinamika
Penerapan hukum 2 termodinamikaFKIP UHO
 
S T O I K I O M E T R I
S T O I K I O M E T R IS T O I K I O M E T R I
S T O I K I O M E T R IIwan Setiawan
 
Pengertian gas ideal dan gas nyata
Pengertian gas ideal dan gas nyataPengertian gas ideal dan gas nyata
Pengertian gas ideal dan gas nyataAris Wibowo
 
Laporan kimfis 1 kelompok i
Laporan kimfis 1 kelompok i Laporan kimfis 1 kelompok i
Laporan kimfis 1 kelompok i Dede Suhendra
 
363346658 16-soal-jawab-kinetik-kimia-nop-bahan-uas-docx
363346658 16-soal-jawab-kinetik-kimia-nop-bahan-uas-docx363346658 16-soal-jawab-kinetik-kimia-nop-bahan-uas-docx
363346658 16-soal-jawab-kinetik-kimia-nop-bahan-uas-docxSaya Kamu
 
Hukum hukum termodinamika
Hukum hukum termodinamikaHukum hukum termodinamika
Hukum hukum termodinamikaFKIP UHO
 

What's hot (20)

Sistem Termodinamika
Sistem TermodinamikaSistem Termodinamika
Sistem Termodinamika
 
Kimia fisika
Kimia fisikaKimia fisika
Kimia fisika
 
7 energi bebas gibbs
7 energi bebas gibbs7 energi bebas gibbs
7 energi bebas gibbs
 
Simetry
SimetrySimetry
Simetry
 
77190036 gas-ideal-sulies
77190036 gas-ideal-sulies77190036 gas-ideal-sulies
77190036 gas-ideal-sulies
 
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawaban
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawabanITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawaban
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawaban
 
Struktur Kristal
Struktur KristalStruktur Kristal
Struktur Kristal
 
kumpulan soal hukum-hukum gas
kumpulan soal hukum-hukum gaskumpulan soal hukum-hukum gas
kumpulan soal hukum-hukum gas
 
Persamaan Schrodinger
Persamaan SchrodingerPersamaan Schrodinger
Persamaan Schrodinger
 
TOM (Teori Orbital Molekul)
TOM (Teori Orbital Molekul)TOM (Teori Orbital Molekul)
TOM (Teori Orbital Molekul)
 
Energi Bebas dan Kespontanan
Energi Bebas dan KespontananEnergi Bebas dan Kespontanan
Energi Bebas dan Kespontanan
 
Sistem kerja, kalor dan energi dalam
Sistem kerja, kalor dan energi dalamSistem kerja, kalor dan energi dalam
Sistem kerja, kalor dan energi dalam
 
Penerapan hukum 2 termodinamika
Penerapan hukum 2 termodinamikaPenerapan hukum 2 termodinamika
Penerapan hukum 2 termodinamika
 
S T O I K I O M E T R I
S T O I K I O M E T R IS T O I K I O M E T R I
S T O I K I O M E T R I
 
Pengertian gas ideal dan gas nyata
Pengertian gas ideal dan gas nyataPengertian gas ideal dan gas nyata
Pengertian gas ideal dan gas nyata
 
6 termokimia (entalphi)
6 termokimia (entalphi)6 termokimia (entalphi)
6 termokimia (entalphi)
 
Laporan kimfis 1 kelompok i
Laporan kimfis 1 kelompok i Laporan kimfis 1 kelompok i
Laporan kimfis 1 kelompok i
 
363346658 16-soal-jawab-kinetik-kimia-nop-bahan-uas-docx
363346658 16-soal-jawab-kinetik-kimia-nop-bahan-uas-docx363346658 16-soal-jawab-kinetik-kimia-nop-bahan-uas-docx
363346658 16-soal-jawab-kinetik-kimia-nop-bahan-uas-docx
 
Katalis
KatalisKatalis
Katalis
 
Hukum hukum termodinamika
Hukum hukum termodinamikaHukum hukum termodinamika
Hukum hukum termodinamika
 

Similar to Termodinamika (1 - 2) e besaran_intensif_dan_ekstensif

Bab 6 Hubungan Energi dalam Reaksi Kimia
Bab 6 Hubungan Energi dalam Reaksi KimiaBab 6 Hubungan Energi dalam Reaksi Kimia
Bab 6 Hubungan Energi dalam Reaksi KimiaJajang Sulaeman
 
Termodinamika (14) c prinsip_perubahan_entropi
Termodinamika (14) c prinsip_perubahan_entropiTermodinamika (14) c prinsip_perubahan_entropi
Termodinamika (14) c prinsip_perubahan_entropijayamartha
 
Termodinamika (4) a kesetimbangan_termal
Termodinamika (4) a kesetimbangan_termalTermodinamika (4) a kesetimbangan_termal
Termodinamika (4) a kesetimbangan_termaljayamartha
 
week-89-10-energi-perubahan-energi1.ppt
week-89-10-energi-perubahan-energi1.pptweek-89-10-energi-perubahan-energi1.ppt
week-89-10-energi-perubahan-energi1.pptAlumSimbolon1
 
Termodinamika
TermodinamikaTermodinamika
TermodinamikaSuhendra
 
Termodinamika
TermodinamikaTermodinamika
TermodinamikaSuhendra
 
Termokimia - Zimon Pereiz.pptx
Termokimia - Zimon Pereiz.pptxTermokimia - Zimon Pereiz.pptx
Termokimia - Zimon Pereiz.pptxChuchitaChu
 
Energetika termokimia
Energetika termokimiaEnergetika termokimia
Energetika termokimiaujangsupiandi
 
Termodinamika - 04 a
Termodinamika - 04 aTermodinamika - 04 a
Termodinamika - 04 ajayamartha
 
Bab6 hubungan energi dalam reaksi kimia
Bab6 hubungan energi dalam reaksi kimiaBab6 hubungan energi dalam reaksi kimia
Bab6 hubungan energi dalam reaksi kimiaZhefSena Al-Djamil
 
Menentukan perubahan entalpi
Menentukan perubahan entalpi Menentukan perubahan entalpi
Menentukan perubahan entalpi nurul hasanah
 
Termodinamika (13) a proses_reversibilitas_dan_irreversibel
Termodinamika (13) a proses_reversibilitas_dan_irreversibelTermodinamika (13) a proses_reversibilitas_dan_irreversibel
Termodinamika (13) a proses_reversibilitas_dan_irreversibeljayamartha
 

Similar to Termodinamika (1 - 2) e besaran_intensif_dan_ekstensif (20)

Bab 6 Hubungan Energi dalam Reaksi Kimia
Bab 6 Hubungan Energi dalam Reaksi KimiaBab 6 Hubungan Energi dalam Reaksi Kimia
Bab 6 Hubungan Energi dalam Reaksi Kimia
 
Termodinamika (14) c prinsip_perubahan_entropi
Termodinamika (14) c prinsip_perubahan_entropiTermodinamika (14) c prinsip_perubahan_entropi
Termodinamika (14) c prinsip_perubahan_entropi
 
Termodinamika (4) a kesetimbangan_termal
Termodinamika (4) a kesetimbangan_termalTermodinamika (4) a kesetimbangan_termal
Termodinamika (4) a kesetimbangan_termal
 
week-89-10-energi-perubahan-energi1.ppt
week-89-10-energi-perubahan-energi1.pptweek-89-10-energi-perubahan-energi1.ppt
week-89-10-energi-perubahan-energi1.ppt
 
Termodinamika
TermodinamikaTermodinamika
Termodinamika
 
Termodinamika
TermodinamikaTermodinamika
Termodinamika
 
Thermokimia
ThermokimiaThermokimia
Thermokimia
 
Termokimia - Zimon Pereiz.pptx
Termokimia - Zimon Pereiz.pptxTermokimia - Zimon Pereiz.pptx
Termokimia - Zimon Pereiz.pptx
 
Ppt termokimia
Ppt termokimiaPpt termokimia
Ppt termokimia
 
Energetika termokimia
Energetika termokimiaEnergetika termokimia
Energetika termokimia
 
3. termokimia
3. termokimia3. termokimia
3. termokimia
 
Termokimia_Kimia Dasar_2014
Termokimia_Kimia Dasar_2014Termokimia_Kimia Dasar_2014
Termokimia_Kimia Dasar_2014
 
Termokimia
TermokimiaTermokimia
Termokimia
 
1
11
1
 
AAD
AADAAD
AAD
 
Termo ppt.pptx
Termo ppt.pptxTermo ppt.pptx
Termo ppt.pptx
 
Termodinamika - 04 a
Termodinamika - 04 aTermodinamika - 04 a
Termodinamika - 04 a
 
Bab6 hubungan energi dalam reaksi kimia
Bab6 hubungan energi dalam reaksi kimiaBab6 hubungan energi dalam reaksi kimia
Bab6 hubungan energi dalam reaksi kimia
 
Menentukan perubahan entalpi
Menentukan perubahan entalpi Menentukan perubahan entalpi
Menentukan perubahan entalpi
 
Termodinamika (13) a proses_reversibilitas_dan_irreversibel
Termodinamika (13) a proses_reversibilitas_dan_irreversibelTermodinamika (13) a proses_reversibilitas_dan_irreversibel
Termodinamika (13) a proses_reversibilitas_dan_irreversibel
 

More from jayamartha

Kalkulus 1 - Kuis 4
Kalkulus 1 - Kuis 4Kalkulus 1 - Kuis 4
Kalkulus 1 - Kuis 4jayamartha
 
Kalkulus 1 - Kuis 3
Kalkulus 1 - Kuis 3Kalkulus 1 - Kuis 3
Kalkulus 1 - Kuis 3jayamartha
 
Kalkulus 1 - Kuis 2
Kalkulus 1 - Kuis 2Kalkulus 1 - Kuis 2
Kalkulus 1 - Kuis 2jayamartha
 
Kalkulus 1 - Kuis 1
Kalkulus 1 - Kuis 1Kalkulus 1 - Kuis 1
Kalkulus 1 - Kuis 1jayamartha
 
Week 15 kognitif
Week 15 kognitifWeek 15 kognitif
Week 15 kognitifjayamartha
 
15-superconductivity
15-superconductivity15-superconductivity
15-superconductivityjayamartha
 
12-14 d-effect_of_electron_-_electron_interaction
12-14 d-effect_of_electron_-_electron_interaction12-14 d-effect_of_electron_-_electron_interaction
12-14 d-effect_of_electron_-_electron_interactionjayamartha
 
7-metal_vs_semiconductor
7-metal_vs_semiconductor7-metal_vs_semiconductor
7-metal_vs_semiconductorjayamartha
 
12 -14 c-spin_paramagnetism
12 -14 c-spin_paramagnetism12 -14 c-spin_paramagnetism
12 -14 c-spin_paramagnetismjayamartha
 
12 -14 b-diamagnetism
12 -14 b-diamagnetism12 -14 b-diamagnetism
12 -14 b-diamagnetismjayamartha
 
12-14 a-magnetic_effects_in_quantum _mechanics
12-14 a-magnetic_effects_in_quantum _mechanics12-14 a-magnetic_effects_in_quantum _mechanics
12-14 a-magnetic_effects_in_quantum _mechanicsjayamartha
 
Week4-5 tb-kognitif
Week4-5 tb-kognitifWeek4-5 tb-kognitif
Week4-5 tb-kognitifjayamartha
 
10-11 a-energy_bands
10-11 a-energy_bands10-11 a-energy_bands
10-11 a-energy_bandsjayamartha
 
7 -metal_vs_semiconductor
7 -metal_vs_semiconductor7 -metal_vs_semiconductor
7 -metal_vs_semiconductorjayamartha
 
Week-13 model pembelajaran
Week-13 model pembelajaranWeek-13 model pembelajaran
Week-13 model pembelajaranjayamartha
 
5-6-definition_of_semiconductor
5-6-definition_of_semiconductor5-6-definition_of_semiconductor
5-6-definition_of_semiconductorjayamartha
 
Week-15 kognitif
Week-15 kognitifWeek-15 kognitif
Week-15 kognitifjayamartha
 
Week 15 kognitif
Week 15 kognitifWeek 15 kognitif
Week 15 kognitifjayamartha
 

More from jayamartha (20)

Kalkulus 1 - Kuis 4
Kalkulus 1 - Kuis 4Kalkulus 1 - Kuis 4
Kalkulus 1 - Kuis 4
 
Kalkulus 1 - Kuis 3
Kalkulus 1 - Kuis 3Kalkulus 1 - Kuis 3
Kalkulus 1 - Kuis 3
 
Kalkulus 1 - Kuis 2
Kalkulus 1 - Kuis 2Kalkulus 1 - Kuis 2
Kalkulus 1 - Kuis 2
 
Kalkulus 1 - Kuis 1
Kalkulus 1 - Kuis 1Kalkulus 1 - Kuis 1
Kalkulus 1 - Kuis 1
 
P6
P6P6
P6
 
Week 15 kognitif
Week 15 kognitifWeek 15 kognitif
Week 15 kognitif
 
15-superconductivity
15-superconductivity15-superconductivity
15-superconductivity
 
12-14 d-effect_of_electron_-_electron_interaction
12-14 d-effect_of_electron_-_electron_interaction12-14 d-effect_of_electron_-_electron_interaction
12-14 d-effect_of_electron_-_electron_interaction
 
7-metal_vs_semiconductor
7-metal_vs_semiconductor7-metal_vs_semiconductor
7-metal_vs_semiconductor
 
12 -14 c-spin_paramagnetism
12 -14 c-spin_paramagnetism12 -14 c-spin_paramagnetism
12 -14 c-spin_paramagnetism
 
12 -14 b-diamagnetism
12 -14 b-diamagnetism12 -14 b-diamagnetism
12 -14 b-diamagnetism
 
12-14 a-magnetic_effects_in_quantum _mechanics
12-14 a-magnetic_effects_in_quantum _mechanics12-14 a-magnetic_effects_in_quantum _mechanics
12-14 a-magnetic_effects_in_quantum _mechanics
 
Week4-5 tb-kognitif
Week4-5 tb-kognitifWeek4-5 tb-kognitif
Week4-5 tb-kognitif
 
10-11 a-energy_bands
10-11 a-energy_bands10-11 a-energy_bands
10-11 a-energy_bands
 
7 -metal_vs_semiconductor
7 -metal_vs_semiconductor7 -metal_vs_semiconductor
7 -metal_vs_semiconductor
 
Week-13 model pembelajaran
Week-13 model pembelajaranWeek-13 model pembelajaran
Week-13 model pembelajaran
 
5-6-definition_of_semiconductor
5-6-definition_of_semiconductor5-6-definition_of_semiconductor
5-6-definition_of_semiconductor
 
Week-15 kognitif
Week-15 kognitifWeek-15 kognitif
Week-15 kognitif
 
Week 15 kognitif
Week 15 kognitifWeek 15 kognitif
Week 15 kognitif
 
Pert 1-4
Pert 1-4Pert 1-4
Pert 1-4
 

Recently uploaded

AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPCMBANDUNGANKabSemar
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptAcemediadotkoM1
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 

Recently uploaded (20)

AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 

Termodinamika (1 - 2) e besaran_intensif_dan_ekstensif

  • 1. Pertemuan 1 - 2 BESARAN INTENSIF DAN EKSTENSIF I Made Astra, M.Pd Jurusan Fisika Fakukltas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
  • 2. A Hukum Termodinamika I B Hukum Termodinamika II C Hukum Termodinamika III D Konsep Kesetimbangan E Tetapan Kesetimbangan ( K ) F Pendugaan Arah Reaksi G Hubungan  G o dengan K H Faktor-faktor yang Memengaruhi Kesetimbangan Kimia I Kesetimbangan Pengionan Outline Isi slaid ini merupakan gabungan dari isi diktat Bab 6 dan 7 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 3.
  • 4. A. Hukum Termodinamika I E total = E k + E p = tetap E k = energi kinetik = ½ mv 2 E p = energi potensial = mgh Satuan energi: J = N m = kg m 2 det -2 (hukum kekekalan energi)  BACK 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id | E p = 10 unit E k = 0 unit E p = 4 unit E k = 6 unit Energi potensial Energi kinetik
  • 5. A. 1. Kerja dan Kalor (1) Kerja: e nergi yang dihasilkan ketika suatu gaya F bekerja pada jarak tertentu s . Kerja tekanan-volume berhubungan dengan pemuaian/penekanan gas : w = – F d h = – PA d h = – P d V A = luas permukaan wadah d h = h akhir – h awal (2) Kalor: energi yang dipindahkan sebagai akibat adanya perbedaan suhu. Asas Black: kalor selalu berpindah dari benda yang panas ke yang dingin 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 6.
  • 7. Contoh 6.1: Berapa kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 735 g air dari 21,0 ke 98,0 o C? Jawab: q = m c  t m = massa zat c = kalor jenis (untuk air, c = 1 kal g -1 o C -1 = 4,184 J g -1 o C -1 )  t = perubahan suhu = t akhir – t awal q = (735 g) (1 kal g -1 o C -1 ) (98,0 – 21,0) o C = 5,7  10 4 kal 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 8. Contoh 6. 2 : Sebanyak 150,0 g timbel (Pb) pada suhu air mendidih (100 o C) dicelupkan ke dalam 50,0 g air bersuhu 22,0 o C dalam gelas piala yang terisolasi (hanya terjadi pertukaran kalor antara Pb dan air). Jika suhu akhir campuran 28,8 o C, hitunglah kalor jenis Pb. Jawab: Asas Black: q air + q Pb = 0 q air = m air c air  t = (50,0 g) (1 kal g -1 o C -1 ) (28,8 – 22,0) o C = 340 kal q Pb = - q air = m Pb c Pb  t = 3 ,2  10 -2 kal g -1 o C -1 Air menyerap kalor yang dilepas oleh Pb. 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 9. A. 2. Sistem dan Lingkungan (1) Sistem : sejumlah materi atau daerah dalam ruang yang dijadikan objek studi. (2) Lingkungan : massa atau daerah yang berada di luar sistem. (3) Batas : bidang nyata/maya antara sistem dan lingkungan. (a) b atas tetap ( fixed boundary ) (b) b atas berubah ( movable boundary ) 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 10. Sistem terbuka Sistem tertutup Sistem terisolasi A. 2. Sistem dan Lingkungan 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id | Sistem Perpindahan Contoh Massa Kalor Kerja Terbuka    Gelas piala, tabung reaksi Tertutup –   Pembakar Bunsen Terisolasi – – – Kalorimeter bom Adiabatik  –  Termos
  • 11. Proses pemanasan kentang dalam oven. Apakah sistem, lingkungan, dan batasnya? A. 2. Sistem dan Lingkungan 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 12. A. 3. Besaran Intensif, Ekstensif, dan Fungsi Keadaan  U ,  H ,  S ,  G Fungsi keadaan : sifat sistem yang hanya ditentukan oleh keadaan (awal dan akhir) sistem dan tidak ditentukan oleh cara mencapai keadaan tersebut. 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id | Jenis besaran Nilainya Contoh Intensif Tidak bergantung pada jumlah sistem  , P , T ,  ,  , c , c m Ekstensif Bergantung pada jumlah sistem m , V ,  U ,  H ,  S ,  G , C
  • 13. A. 3. Besaran Intensif, Ekstensif, dan Fungsi Keadaan 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id | Jenis energi Variabel intensif Variabel ekstensif Kerja Mekanik Tekanan ( P ) Volume ( V ) P d V Termal Suhu ( T ) Entropi ( S ) T d S Kimia Potensial kimia (  ) Mol ( n )  d n Listrik Tegangan ( E ) Muatan ( Q ) E d Q Gravitasi Medan gravitasi ( mg ) Tinggi ( h ) mg d h
  • 14. A. 4 . Perubahan Energi Dalam (  U )  U = q + w q = kalor  (+): sistem menyerap kalor (–): sistem melepas kalor  U = perubahan energi dalam w = kerja  (+): sistem dikenai kerja (–): sistem melakukan kerja (Hukum Termodinamika I) Contoh 6.3: Pengembangan gas menyebabkan 5000 J energi diserap oleh sistem, sedangkan sistem melakukan kerja sebesar 6750 J terhadap lingkungan. Berapa  U sistem? Jawab:  U = q + w = (+ 5000 J) + (– 6750 J) = – 1750 J 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 15. A. 4 . Perubahan Energi Dalam (  U ) Sebagian besar kalor yang dilepaskan selama reaksi menaikkan suhu air di dalam bom, sisanya akan menaikkan suhu bom, pengaduk, dan bagian lain dari kalorimeter : q v + q air + q bom = 0 q air = m air c air  t q bom = C bom  t dengan  U diukur dalam kalorimeter bom , sistem dengan volume yang tetap : w = –P  V = 0  U = q v = kalor reaksi pada volume tetap 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 16. Contoh 6. 4 : Sebanyak 0,505 g naftalena (C 10 H 8 ) dibakar sempurna di dalam kalorimeter bom yang berisi 1215 g air. Akibat reaksi, suhu air naik dari 25,62 ke 29,06 °C. Jika kapasitas kalor bom 826 J °C -1 , berapakah  U reaksi dinyatakan dalam kkal mol -1 . Jawab: q air = m air c air  t = (1215 g)(4,184 J g -1 o C -1 )(29,06 – 25,62) o C = 1,75  10 4 J q bom = C bom  t = (826 J o C -1 )(29,06 – 25,62) o C = 2,84  10 3 J q v + q air + q bom = 0  U = q v = – ( q air + q bom ) = – (1,75  10 4 + 2,84  10 3 ) = – 2,03  10 4 J (untuk 0,505 g naftalena) q v bernilai negatif karena reaksinya eksoterm (melepas kalor) 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 17. Untuk setiap g C 10 H 8 :  U = = – 4,03  10 4 J g -1 Jika dinyatakan dalam kkal mol -1 :  U = = – 1,23  10 3 kkal mol -1 Contoh 6. 4 : 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 18. A. 5. Perubahan Entalpi (  H ) Jika reaksi dilakukan di udara terbuka atau dalam kalorimeter dari busa styrofoam , sistem dengan tekanan yang tetap :  U = q + w = q p – p  V  H =  U + p  V  H = q p = kalor reaksi pada tekanan tetap (perubahan entalpi) Persamaan gas ideal: pV = nRT  Pada suhu tetap: p  V =  n g RT , maka:  H =  U +  n g RT R = tetapan gas ideal = 8,314  10 -3 kJ mol -1 K -1  n g =  koef gas produk –  koef gas reaktan T = suhu mutlak (K) 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 19. Contoh 6. 5 : Bila perubahan energi dalam dalam pembakaran sempurna 1 mol naftalena: C 10 H 8( s ) + 12 O 2(g)  10 CO 2( g ) + 4 H 2 O ( l ) ialah – 5,15  10 3 kJ, hitunglah perubahan entalpi pembakarannya pada 298 K. Jawab:  H =  U +  n g RT = (–5,15  10 3 kJ) + (10–12) mol (8,314  10 -3 kJ mol -1 K -1 )(298 K) = – 5,155  10 3 kJ 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 20. Contoh 6. 6 : Sebanyak 1,50 g amonium nitrat (NH 4 NO 3 ) ditambahkan ke dalam 35,0 g air dalam sebuah mangkok busa kemudian diaduk sampai seluruhnya larut. Suhu larutan turun dari 22,7 menjadi 19,4 o C. Berapakah kalor pelarutan NH 4 NO 3 dalam air dinyatakan dalam kJ mol -1 ? Jawab: q air = m air c air  t = ( 35,0 g)(4,184 J g -1 o C -1 )( 1 9, 4 – 2 2 , 7 ) o C = – 4,83  10 2 J q NH4NO3 + q air = 0 (kalorimeter dianggap tidak berubah suhunya)  H = q NH4NO3 = – q air = + 4,83  10 2 J (untuk 1,50 g NH 4 NO 3 ) q p bernilai positif karena reaksinya endoterm (menyerap kalor) 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 21. Untuk setiap g NH 4 NO 3 :  H = = 3,22  10 2 J g -1 Jika dinyatakan dalam k J mol -1 :  H = = + 2 5,8 k J mol -1 Contoh 6. 6 : 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 22. A. 6. Hubungan-hubungan yang Melibatkan  H (a)  H merupakan besaran ekstensif (b)  H akan berubah tanda bila arah reaksi berbalik (c) Hukum penjumlahan kalor dari Hess CO ( g ) + ½O 2( g ) -> CO 2( g )  H = – 283,0 kJ/mol -1 C O 2( g ) -> CO ( g ) + ½O 2( g ) Δ H = + 283,0 kJ/mol -1 CO ( g ) + ½O 2( g ) -> CO 2( g )  H = – 283,0 kJ mol -1 2 CO ( g ) + O 2( g ) -> 2 CO 2( g )  H = – 566,0 kJ mol -1 ½ CO ( g ) + ¼ O 2( g ) -> CO 2( g )  H = – 141,5 kJ mol -1 Jika 2 atau lebih persamaan kimia dijumlahkan untuk menghasilkan persamaan kimia lainnya, perubahan entalpi masing-masing juga harus dijumlahkan. 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 23. A. 6. Hubungan-hubungan yang Melibatkan  H 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id | C ( s ) + O 2( g ) CO ( g ) + ½ O 2( g ) CO 2( g ) Δ H = –110,5 kJ Δ H = +283,0 kJ Δ H = –393,5 kJ C ( s ,gr) + O 2( g ) -> CO 2( g ) Δ H 1 = –393,5 kJ CO 2( g ) -> CO ( g ) + ½O 2( g ) Δ H 2 = +283,0 kJ C ( s ,gr) + ½O 2( g ) -> CO ( g ) Δ H = Δ H 1 + Δ H 2 = –110,5 kJ
  • 24. A. 7. Entalpi Pembentukan Standar Molar (  H o f ) Perbedaan entalpi antara 1 mol senyawa dalam keadaan standar dengan unsur-unsur pembentuknya juga dalam keadaan standar dilambangkan  H o f . Contoh: (a) 2 C (gr) + 3 H 2(g)  C 2 H 6(g)  H o f C 2 H 6( g ) = –84,7 kJ mol -1 (b) C (gr) + O 2( g )  CO 2( g )  H o f CO 2( g ) = –393,5 kJ mol -1 (c) H 2( g ) + ½ O 2( g )  H 2 O ( l )  H o f H 2 O ( l ) = –285,8 kJ mol -1 Konvensi keadaan standar dari suatu zat: (a) Padatan : senyawa/bahan murni pada tekanan 1 atm (b) Cairan : senyawa/bahan murni pada tekanan 1 atm (c) Gas : gas ideal pada tekanan parsial 1 atm (d) Zat terlarut : larutan ideal pada konsentrasi 1 M 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 25. Contoh 6. 7 : Dengan menggunakan data  H o f pada slaid sebelumnya, hitunglah perubahan entalpi untuk reaksi pembakaran sempurna 1 mol etana, C 2 H 6( g ) . Jawab: – (a): C 2 H 6(g)  2 C (gr) + 3 H 2(g) –  H o f C 2 H 6( g ) = +84,7 kJ mol -1 2(b): 2 C (gr) + 2 O 2( g )  2 CO 2( g ) 2  H o f CO 2( g ) = 2(–393,5) kJ mol -1 3(c): 3 H 2( g ) + 3 / 2 O 2( g )  3 H 2 O ( l ) 3  H o f H 2 O ( l ) = 3(–285,8) kJ mol -1 C 2 H 6( g ) + 7 / 2 O 2( g )  2 CO 2( g ) + 3 H 2 O ( l )  H o reaksi = –1559,7 kJ mol -1 (reaksi pembakaran sempurna etana) (negatif  reaksi eksoterm) 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 26. Perubahan entalpi untuk reaksi pembakaran etana pada contoh 6.7 dihitung dengan menggunakan persamaan  H o reaksi = [2   H o f CO 2( g ) + 3   H o f H 2 O ( l ) ] –  H o f C 2 H 6( g ) A. 7. Entalpi Pembentukan Standar Molar (  H o f ) Persamaan tersebut dapat diperluas menjadi bentuk umum berikut:  H o reaksi = [  (koef   H o f ) produk] – [  (koef   H o f ) reaktan] Perlu diperhatikan bahwa tidak ada nilai  H o f untuk O 2( g ) , karena  H o f unsur bebas atau gas bebas yang terdiri dari atom-atom identik = 0 . 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 27. Contoh 6. 8 : Reaksi pembakaran siklopropana yang biasa digunakan sebagai anestesi ialah sebagai berikut: (CH 2 ) 3(g) + 9 / 2 O 2( g )  3 CO 2( g ) + 3 H 2 O ( l )  H o rks = –2091,4 kJ mol -1 Gunakan nilai  H o rks ini untuk menghitung entalpi pembentukan standar siklopropana, jika diketahui  H o f CO 2( g ) = –393,5 kJ mol -1 dan  H o f H 2 O ( l ) = –285,8 kJ mol -1 . Jawab:  H o reaksi = [  (koef   H o f ) produk] – [  (koef   H o f ) reaktan] = (3   H o f CO 2( g ) + 3   H o f H 2 O ( l ) ) – [  H o f (CH 2 ) 3 ] – 2091,4 kJ mol -1 = [3  (–393,5 kJ mol -1 ) + (3  (–285,8 kJ mol -1 )] – [  H o f (CH 2 ) 3 ]  H o f (CH 2 ) 3 = + 53,5 kJ mol -1 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 28. B. Hukum Termodinamika II Hukum Termodinamika I tidak memberikan penjelasan mengenai arah dari dapat/atau tidaknya suatu proses berlangsung. Fenomena ini disebut derajat kespontanan . Contoh proses yang spontan:  BACK 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id | Keadaan awal Proses Keadaan akhir Parfum menyebar Es meleleh Penguapan air 75 o 25 o Kalor 50 o 50 o Ag Ag Ag Ag 25 o C 25 o C Keadaan awal Proses Keadaan akhir Parfum menyebar Es meleleh Penguapan air 75 o 25 o Kalor 50 o 50 o Ag Ag Ag Ag 25 o C 25 o C
  • 29. Pada tahun 1850, Rudolf Clausius menyebutkan besaran entropi ( S ) sebagai ukuran derajat ketidakteraturan . Apabila sejumlah kalor, d Q rev , dipindahkan secara reversibel (perubahan yang sangat lambat jalannya) ke dalam sistem terisolasi pada suhu T , entropi yang timbul akibat proses pada sistem tersebut didefinisikan sebagai: B. 1. Perubahan Entropi (  S ) Suatu proses spontan dalam sistem terisolasi memiliki perubahan entropi total yang bernilai positif:  Stotal =  Ssis +  Sling > O  S total =  S sistem +  S lingkungan > O 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 30. B. 2. Perubahan Energi Bebas Gibbs (  G ) Nilai  S lingkungan secara praktik sulit dihitung, karena interaksi antara sistem dan lingkungan harus diketahui secara pasti. Untuk itu, dikemukakan suatu besaran termodinamika baru yang disebut energi bebas: Energi bebas Helmholtz : A = U – TS Energi bebas Gibbs : G = H – TS Untuk proses pada suhu dan tekanan konstan digunakan energi bebas Gibbs, yang perubahannya ditunjukkan oleh persamaan  G =  H – T  S  G < 0  Proses spontan 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 31. B. 2. Perubahan Energi Bebas Gibbs (  G ) Ada dua unit energi yang menentukan tanda  G , yakni  H dan T  S . 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id | Kasus  H  S  G Hasil Contoh reaksi 1. - + - Spontan di semua T 2H 2 O ( g )  2H 2( g ) + O 2( g ) 2. - - - + Spontan pada T  Tak spontan pada T  H 2 O ( l )  H 2 O ( s ) 3. + + + - Tak spontan pada T  Spontan pada T  2NH 3( g )  N 2( g ) + 3H 2( g ) 4. + - + Tak spontan pada semua T 3O 2( g )  2O 3( g )
  • 32. Contoh 6.9: Apakah reaksi disosiasi AB ( g )  A ( g ) + B ( g ) , cenderung berjalan spontan pada suhu tinggi atau suhu rendah ? Reaksi melibatkan pemutusan ikatan  energi harus diserap oleh sistem   H > 0 Dua mol gas dihasilkan dari 1 mol gas  ketidakteraturan meningkat   S > 0 Karena  G =  H – T  S , reaksi berjalan spontan (  G < 0) pada suhu tinggi . Jawab: 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 33. B. 3. Energi Bebas Pembentukan Molar Standar (  G o f ) Perubahan energi bebas yang dihasilkan bila pereaksi dan produk berada pada keadaan standar ( lihat subbab A. 7)  perubahan energi bebas standar (  G °) . Seperti  H ,  G merupakan fungsi keadaan, maka (a)  G merupakan besaran ekstensif (b)  G akan berubah tanda bila arah reaksi berbalik (c)  G untuk reaksi keseluruhan dapat diperoleh dengan menjumlahkan nilai-nilai  G dari setiap tahapan dalam reaksi tersebut. 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 34. (  G o f unsur bebas atau gas bebas yang terdiri dari atom-atom identik = 0 )  G o reaksi = [  (koef   G o f ) produk] – [  (koef   G o f ) reaktan] B. 3. Energi Bebas Pembentukan Molar Standar (  G o f ) Perbedaan energi bebas antara 1 mol senyawa dalam keadaan standar dengan unsur-unsur pembentuknya juga dalam keadaan standar dilambangkan  G o f . 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 35. Entalpi pembentukan molar standar perak oksida pada 298 K ialah –30,59 kJ/mol. Perubahan energi bebas molar standar,  G o , untuk disosiasi perak oksida pada suhu yang sama diberikan berikut ini: 2Ag 2 O ( s )  4Ag ( s ) + O 2( g )  G o = +22,43 kJ mol -1 Berapakah nilai  S o untuk reaksi tersebut? Contoh 6. 10 : Jawab:  H o reaksi = [  (koef   H o f ) produk] – [  (koef   H o f ) reaktan] = (4   H o f Ag ( s ) +  H o f O 2( g ) ) – (2   H o f Ag 2 O) = (4  0 + 0) – [ 2 (–30,59 kJ mol -1 )] = +61,18 kJ mol -1  G =  H – T  S  02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 36. Contoh 6. 11 : Berapakah nilai  G o pada 298 K untuk reaksi C ( s ) + CO 2( g )  2 CO ( g ) jika diketahui  G o f CO ( g ) = –137,28 kJ mol -1 dan  G o f CO 2( g ) = –394,38 kJ mol -1 ? Apakah pembentukan CO berlangsung spontan pada 298 K? Jawab:  G o reaksi = [  (koef   G o f ) produk] – [  (koef   G o f ) reaktan] = (2   G o f CO ( g ) ) – (  H p f C ( s ) +  H o f CO 2 ) = 2  (–137,28 kJ mol -1 ) – [ 0 + (–394,38 kJ mol -1 )] = +119,62 kJ mol -1 Jadi, pembentukan CO berlangsung tidak spontan pada 298 K, karena  G > 0. 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 37. B. 4. Energi Bebas dan Kesetimbangan  G = 0  keadaan setimbang Proses memiliki kecenderungan yang sama untuk bergerak ke arah produk/ reaktan.  G =  H – T  S = 0 atau  (untuk kesetimbangan transisi fase) Contoh : Peleburan es: H 2 O( s , 1 atm)  H 2 O( l , 1 atm)  H o fus = 6,02 kJ mol -1 (pada 273,15 K) = 22,0 J mol -1 K -1 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 38. Contoh 6. 12 : Berapakah entropi penguapan molar standar air pada 100 o C jika diketahui entalpi penguapan molar standar pada suhu tersebut 40,7 kJ mol -1 ? Jawab: = 109 J mol -1 K -1 Hitung perubahan entropi jika 3,00 mol benzena menguap pada titik didih normalnya, yaitu 80,1°C. Entropi penguapan molar benzena pada suhu ini adalah 30,8 kJ mol -1 . Contoh 6. 13 : Jawab: = 87,2 J mol -1 K -1 Untuk 3,00 mol benzena:  S o vap = (87,2 J mol -1 K -1 )(3,00 mol) = 262 J K -1 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 39. C. Hukum III Termodinamika “ Entropi kristal sempurna yang murni pada suhu NOL mutlak (0 K) adalah NOL” Dengan kata lain, pada suhu 0 K kristal paling teratur.  BACK 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 40. D. Konsep Kesetimbangan Kesetimbangan: Laju reaksi sama ke dua arah  [reaktan] & [produk] secara neto tidak berubah. (a) Kesetimbangan fisika : melibatkan 1 zat dalam 2 fase yang berbeda H 2 O ( l )  H 2 O ( g ) (b) Kesetimbangan kimia : melibatkan zat yang berbeda sebagai reaktan dan produk Contoh: Contoh: N 2 O 4( g ) (tak berwarna)  2NO 2( g ) (cokelat gelap)  BACK 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 41. Dikenal reaksi fase gas, fase cair, atau fase padat bergantung pada fase yang terlibat dalam kesetimbangan. Contoh di atas merupakan reaksi fase gas . 2 Hg ( l ) + Cl 2( g )  Hg 2 Cl 2( s ) (a) Kesetimbangan homogen : hanya melibatkan 1 fase Contoh: C 2 H 4( g ) + H 2( g )  C 2 H 6( g ) (b) Kesetimbangan heterogen : melibatkan >1 fase zat Contoh: Fase cair ( l , liquid ) dianggap satu fase dengan larutan berair ( aq , aqueous ). D. Konsep Kesetimbangan 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 42. E. Tetapan Kesetimbangan ( K ) N 2 O 4( g )  2NO 2( g ) Nisbah yang nilainya relatif konstan disebut tetapan kesetimbangan ( K ).  BACK 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id | [ ] awal [ ] kesetimbangan Nisbah [ ] saat kesetimbangan [NO 2 ] [N 2 O 4 ] [NO 2 ] [N 2 O 4 ] [NO 2 ]/[N 2 O 4 ] [NO 2 ] 2 /[N 2 O 4 ] 0,000 0,670 0,0547 0,643 0,0851 4,65  10 -3 0,050 0,446 0,0457 0,448 0,1020 4,66  10 -3 0,030 0,500 0,0475 0,491 0,0967 4,60  10 -3
  • 43. (a) Untuk padatan ( s ) dan cairan ( l ) , a =1 (b) Untuk gas ( g ) (anggaplah gas ideal): a = tekanan, P (dalam atm) (c) Untuk komponen di dalam larutan (anggaplah ideal bila keadaan standar 1 M): a = konsentrasi molarnya a = aktivitas , yang nilainya dapat diperkirakan sebagai berikut: Secara umum, untuk reaksi a A + b B  c C + d D: E. Tetapan Kesetimbangan ( K ) 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id | Dikenal 2 macam nilai K , yaitu K C dan K P : (a) Rumus K C hanya memasukkan molaritas dari fase g dan aq . (b) Rumus K P hanya mengikutsertakan tekanan parsial dari fase g .
  • 44. (1) 4 NH 3 ( g ) + 7 O 2 ( g )  4 NO 2 ( g ) + 6 H 2 O ( g ) Contoh: (2) CH 3 OH ( l ) + CH 3 COOH ( l )  CH 3 COOCH 3( l ) + H 2 O ( l ) (3) CaCO 3( s )  CaO ( s ) + CO 2( g ) (4) BaCl 2( aq ) + Na 2 SO 4( aq )  BaSO 4( s ) + NaCl ( aq ) Tidak ada K P untuk reaksi (2) dan (4), karena tidak ada zat yang berfase gas. E. Tetapan Kesetimbangan ( K ) 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 45. Contoh 6.14: Tuliskan rumus K c dan K P untuk reaksi-reaksi berikut: Jawab: (a) 2 ZnS ( s ) + 3 O 2( g )  2 ZnO ( s ) + 2 SO 2( g ) (b) 2 HCrO 4  ( aq )  Cr 2 O 7 2  ( aq ) + H 2 O ( l ) Apakah reaksi-reaksi di atas termasuk kesetimbangan homogen atau heterogen? (a) ( b ) Kesetimbangan heterogen Tidak ada K P Kesetimbangan homogen 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 46. Contoh 6.1 5 : ( a ) Pada suhu tertentu, untuk reaksi N 2 O 4( g )  2NO 2( g ) pada saat kesetimbangan terdapat 0,1 mol N 2 O 4 dan 0,06 mol NO 2 dalam volume 2 L. Hitunglah nilai K c . (b) Pada suhu yang sama, ke dalam wadah bervolume 2 L dimasukkan 0,8 mol N 2 O 4 . Hitunglah konsentrasi zat-zat dalam reaksi pada kesetimbangan yang baru. Jawab: Jawab: 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id | N 2 O 4( g )  2 NO 2( g ) Mula-mula 0,8 mol Reaksi – x +2 x Setimbang 0,8 – x 2 x
  • 47. x 2 + 0,009 x – 0,0072 = 0 x = 0,0809 mol Jadi, pada saat kesetimbangan tercapai [NO 2 ] = 2 x mol/2L = 0.0809 M [N 2 O 4 ] = (0,8 – x ) mol/2 L = 0,7191 mol/2 L = 0,3595 M  Contoh 6.1 5 : 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 48.
  • 49.
  • 50. E . 2 . Hubungan-hubungan yang Melibatkan K (a) K dipangkatkan n jika reaksi dikalikan n . (b) K akan menjadi kebalikannya bila arah reaksi berbalik (c) K untuk reaksi keseluruhan dapat diperoleh dengan mengalikan nilai-nilai K dari setiap tahapan dalam reaksi tersebut. Contoh: (a) 2 SO 2( g ) + O 2( g )  2 SO 3( g ) SO 2( g ) + ½ O 2( g )  SO 3( g ) 4 SO 2( g ) + 2 O 2( g )  4 SO 3( g ) 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 51. E . 2 . Hubungan-hubungan yang Melibatkan K (b) N 2 O 4( g )  2 NO 2( g ) 2 NO 2( g )  N 2 O 4( g ) (c) 2 N 2( g ) + O 2( g )  2 N 2 O ( g ) 2 N 2 O ( g ) + 3 O 2( g )  4 NO 2( g ) 2 N 2( g ) + 4 O 2( g )  4 NO 2( g ) 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 52. Hitunglah nilai K untuk reaksi H 2 O ( g ) + CO ( g )  CO 2( g ) + H 2( g ) pada suhu 25 ° C bila pada suhu tersebut diketahui (a) 2 CO ( g ) + O 2( g )  2 CO 2( g ) K 1 = 3,3  10 91 (b) 2 H 2( g ) + O 2( g )  2 H 2 O ( g ) K 2 = 9,1  10 80 Contoh 6.1 6 : Jawab: Reaksi (a) dibagi 2 : CO ( g ) + ½ O 2( g )  CO 2( g ) K 3 = Reaksi (b) dibalik & dibagi 2: H 2 O ( g )  H 2( g ) + ½ O 2( g ) K 4 = H 2 O ( g ) + CO ( g )  CO 2( g ) + H 2( g ) K = K = 1 , 9  10 5 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 53. Menurut hukum gas ideal: pV = nRT p = ( n/V)RT = [ ] RT E. 3. Hubungan K P dengan K C Untuk reaksi fase gas: a A ( g ) + b B ( g )  c C ( g ) + d D ( g ) dan  Karena itu, dengan  n g =  koef gas produk –  koef gas reaktan 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 54. K p = K c ( RT )  n = 1,2  {0,0821  (375+273)} 2–(1+3) = 4,24  10 -4 Contoh 6.1 7 : Hitunglah K p untuk reaksi berikut: N 2( g ) + 3 H 2( g )  2 NH 3( g ) K C = 1,2 pada 375 o C Jawab: Perhatikan nilai R yang digunakan, dan suhu dinyatakan dalam K. Contoh 6.1 8 : Di antara 2 reaksi di bawah ini, manakah yang memiliki nilai K p = K C ? (a) H 2( g ) + I 2( g )  2 HI ( g ) K C = 54,3 pada 430 o C (b) N 2 O 4( g )  2 NO 2( g ) K C = 4,63  10 -3 pada 25 o C Jawab: Agar nilai K P = K C , jumlah koefisien gas pada sisi kiri dan kanan harus sama (  n g = 0), dan syarat ini hanya dipenuhi oleh reaksi (a). 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 55. Reaksi PCl 5( g )  PCl 3( g ) + Cl 2( g ) mempunyai K p = 1,05 pada 250 ° C. (a) Hitunglah tekanan parsial Cl 2 bila pada suhu tersebut tekanan parsial PCl 5 dan PCl 3 saat kesetimbangan ialah 0,875 dan 0,463 atm. (b) Hitunglah nilai K c reaksi itu pada 250 ° C. (a) = 0,024 Contoh 6.1 9 : Jawab: = 1,98 atm (b) 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 56.
  • 57. Reaksi H 2( g ) + I 2( g )  2 HI ( g ) mempunyai nilai K = 49,5 pada suhu 440 ° C. Jika pada suhu tersebut ke dalam wadah bervolume 2 L dimasukkan 5 mol H 2 , 2 mol I 2 , dan 4 mol HI. Tentukan ( a ) arah reaksi ( b ) konsentrasi masing-masing zat saat kesetimbangan tercapai Q < K  reaksi berlangsung ke kanan Contoh 6. 20 : Jawab: (a) (b) = 1,6 Karena reaksi berlangsung ke kanan, H 2 dan I 2 berkurang, HI bertambah. 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 58. 45,5 x 2 – 362,5 x + 479 = 0 x 1 = 1,672 mol Contoh 6. 20 : (4 + 2 x ) 2 = 49,5 (5 – x )(2 – x ) 16 + 8 x + 4 x 2 = 495 – 346,5 x – 49,5 x 2 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id | H 2( g ) + I 2( g )  2 HI ( g ) Mula-mula 5 mol 2 mol 4 mol Reaksi – x – x +2 x Setimbang (5 – x ) (2 – x ) (4 + 2 x )
  • 59. [HI] = (4 + 2 x ) mol/2 L = (4 + 3,344) mol/2 L = 3,672 M [H 2 ] = (5 – x ) mol/2 L = (5 – 1,672) mol/2 L = 1,664 M [I 2 ] = (2 – x ) mol/2 L = (2 – 1,672) mol/2 L = 0,164 M Jadi, konsentrasi setiap senyawa pada kesetimbangan: Contoh 6. 20 : x 2 = 6,29 mol (tidak mungkin, melebihi mol H 2 dan mol I 2 mula-mula) 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 60. G . Hubungan  G o dengan K Apa yang terjadi jika kita ubah tekanan sistem sehingga kondisi tidak standar lagi? Penguapan air tidak berlangsung spontan pada 25 o C dalam keadaan standar: H 2 O( l , 1 atm)  H 2 O( g , 1 atm)  G o vap = 8,58 kJ mol -1 (pada 298,15 K) Kondensasi spontan Keadaan setimbang Penguapan spontan  BACK 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 61. Untuk keadaan tak standar berlaku hubungan berikut:  G =  G o + RT ln Q Pada keadaan setimbang:  G = 0 dan Q = K , maka  G o = – RT ln K G . Hubungan  G o dengan K Contoh 6. 21 : Suatu campuran dari 0,5 mol N 2 O ( g ) dan 0,5 mol O 2( g ) dimasukkan ke dalam wadah bervolume 4 L pada suhu 250 o C dan dibiarkan mencapai kesetimbangan: 2 N 2 O ( g ) + 3 O 2( g )  4 NO 2( g ) Setelah tercapai kesetimbangan, jumlah N 2 O menjadi 0,45 mol. Hitunglah nilai K C , K P , dan perubahan energi bebas Gibbs-nya. 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 62. Contoh 6. 21 : Jawab:  G o = – RT ln K C = – (8,314  10 -3 kJ mol -1 K -1 )(250 + 273) ln (2,57  10 -2 ) = –15,9 kJ mol -1 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id | 2 N 2 O ( g ) + 3 O 2( g )  4 NO 2 ( g ) Mula-mula 0,5 mol 0,5 mol Reaksi – 0,05 – 3 / 2  0,05 + 4 / 2  0,05 Setimbang 0,45 0,425 0,1
  • 63.
  • 64. H. 1. Perubahan Konsentrasi Besi(III) tiosianat [Fe(SCN) 3 ] larut dalam air membentuk larutan berwarna merah : FeSCN 2+  Fe 3+ + SCN  merah kuning tak muda berwarna + NaSCN atau Fe(NO 3 ) 3  warna merah larutan semakin pekat + H 2 C 2 O 4 (yang mengikat kuat Fe 3+ )  warna merah larutan memudar [Produk]  , [Reaktan]   Q > K  Kesetimbangan bergeser ke kiri [Produk]  , [Reaktan]   Q < K  Kesetimbangan bergeser ke kanan Contoh: 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 65. H. 1. Perubahan Konsentrasi (a) Larutan Fe(SCN) 3 : campuran warna merah FeSCN 2+ dan warna kuning Fe 3+ (b) Setelah penambahan NaSCN: kesetimbangan bergeser ke kiri (c) Setelah penambahan Fe(NO 3 ) 3 : kesetimbangan juga bergeser ke kiri (d) Setelah penambahan H 2 C 2 O 4 : kesetimbangan bergeser ke kanan; warna kuning berasal dari ion Fe(C 2 O 4 ) 3 3  02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 66. H. 2. Perubahan Volume dan Tekanan Hanya berpengaruh terhadap fase gas; tidak memengaruhi fase cair dan padat. V  , P   Q < K  Kesetimbangan bergeser ke  koef gas terbesar V  , P   Q > K  Kesetimbangan bergeser ke  koef gas terkecil N 2 O 4( g )  2 NO 2( g ) Volume wadah diperbesar  [N 2 O 4 ] maupun [NO 2 ] mengalami pengenceran. ( t ekanan diperkecil)  penurunan pembilang > penyebut karena [NO 2 ] dipangkatkan 2  Q < K  kesetimbangan bergeser ke kanan Contoh: 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 67. Contoh 6. 22 : Ke arah manakah reaksi di bawah ini bergeser bila pada suhu yang tetap, tekanan diperbesar (volume diperkecil)? (a) CaCO 3( s ) -> CaO ( s ) + CO 2( g ) ( c) H 2( g ) + CO 2( g ) -> H 2 O ( g ) + CO ( g ) (b) PCl 5( g ) -> PCl 3( g ) + Cl 2( g ) (d) N 2( g ) + 3 H 2( g ) -> 2 NH 3( g ) Jawab: Bila tekanan ditingkatkan, kesetimbangan akan bergeser ke sisi dengan  koefisien gas paling kecil: (a) ke kiri (c) tidak bergeser (b) ke kiri (d) ke kanan 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 68. H. 3. Perubahan Suhu Tidak seperti perubahan konsentrasi, volume, atau tekanan, perubahan suhu tida k hanya menggeser kesetimbangan, tetapi juga mengubah nilai K . T   Kesetimbangan bergeser ke arah reaksi endoterm T   Kesetimbangan bergeser ke arah reaksi eksoterm Contoh 1 : N 2 O 4( g )  2 NO 2( g )  H o = 58,0 kJ atau N 2 O 4( g )  2 NO 2( g ) – 58,0 kJ Reaksi pembentukan NO 2 dari N 2 O 4 endoterm; reaksi sebaliknya eksoterm. Pemanasan akan memperbesar [NO 2 ] (warna makin cokelat), pendinginan akan memperbesar [N 2 O 4 ] (warna cokelat memudar). 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id | Setiap bola berisi campuran gas NO 2 dan N 2 O 4 Dalam air es Dalam air panas
  • 69. Contoh 2 : CoCl 4 2  + 6 H 2 O  Co(H 2 O) 6 2+ + 4 Cl  biru merah muda Reaksi pembentukan CoCl 4 2  endoterm: larutan berwarna biru jika dipanaskan dan merah muda jika didinginkan. H. 3. Perubahan Suhu 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 70. Contoh 6. 23 : Perhatikan kesetimbangan berikut: N 2 F 4( g )  2 NF 2( g )  H o = 38,5 kJ Prediksikan arah pergeseran kesetimbangan jika (a) Campuran dipanaskan pada volume konstan (b) Gas NF 2 diambil dari campuran pada suhu konstan (c) Tekanan diturunkan pada suhu konstan (d) Gas lembam seperti He ditambahkan ke dalam campuran pada volume dan suhu konstan 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 71. Jawab: (d) Penambahan gas lembam tidak akan menggeser kesetimbangan, karena reaksi akan dipercepat sama besar ke dua arah. (a) Reaksi pembentukan NF 2 endoterm (  H o > 0), maka pemanasan akan menyukai-nya (reaksi bergeser ke kanan). (b) Pengambilan gas NF 2 menurunkan konsentrasi produk, maka Q < K dan jumlah produk harus ditambah agar Q = K (reaksi bergeser ke kanan). (c) Penurunan tekanan akan menggeser kesetimbangan ke arah koefisien gas yang lebih besar, yaitu ke arah pembentukan NF 2 (reaksi bergeser ke kanan). Contoh 6. 23 : 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 72. I. Kesetimbangan Pengionan Derajat pengionan (  ) = (a) Elektrolit kual :  = 1 (mengion seluruhnya) MgCl 2  Mg 2+ + 2 Cl  (b) Elektrolit lemah : 0 <  < 1 CH 3 COOH  CH 3 COO  + H + (c) Nonelektrolit :  = 0 (sama sekali tidak mengion) C 12 H 22 O 11 (sukrosa)  BACK 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 73. Dalam campuran suatu elektrolit lemah dengan garam yang mengandung ion yang sama seperti pada elektrolit tersebut (disebut ion senama ), kesetimbangan pengionan elektrolit akan digeser ke kiri (  menurun) , karena garam terionkan dengan lebih sempurna daripada elektrolit. NaCH 3 COO -> Na + + CH 3 COO  CH 3 COOH  H + + CH 3 COO  I. 1. Efek Ion Senama ( Common Ion Effect ) Contoh: Dalam campuran bufer CH 3 COOH-NaCH 3 COO, ion asetat dari garam Na-asetat menjadi ion senama yang menghambat pengionan asam asetat. Konsentrasi ion asetat dalam kesetimbangan meningkat Kesetimbangan pengionan asam asetat bergeser ke kiri 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |
  • 74. I. 2. Hukum Pengenceran Ostwald Nilai  dari suatu larutan elektrolit lemah akan meningkat jika diencerkan. jika  << 1 Karena K konstan, jika larutan diencerkan ( C  ), derajat pengionan (  ) harus  . Hukum pengenceran Ostwald akan Anda jumpai kembali pada Bab 8. 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id | CH 3 COOH  CH 3 COO  + H + Mula-mula C Reaksi –  C +  C +  C Setimbang C (1–  ) C  C 
  • 75. That’s all folks, be prepared for UTS 02/02/11 © 2010 Universitas Negeri Jakarta | www.unj.ac.id |