1. Dokumen tersebut memberikan panduan tentang etika berteman yang mencakup: memilih teman yang baik, menghormati dan menghargai teman, serta tidak saling menyakiti atau mendzalimi.
2. Beberapa etika yang ditekankan adalah saling menolong, menasehati dengan baik, serta menghindari menggunjing, mencela, atau memboikot teman lebih dari tiga hari.
3. Tujuan berteman adalah saling membant
1. ADAB KEPADA TEMAN
Selaku makhluk sosial, kita tentu tidak akan hidup hanya seorang diri saja. Kita membutuhkan
yang namanya teman dalam hidup kita. Namun, dalam mencari teman kita harus selektif dan
hati-hati. Tidak semua orang harus kita jadikan teman, dan setelah kita mendapatkannya, kita
tidaklah asal-asalan di dalam bergaul dengannya.
1. Carilah Teman Yang Baik
Dalam mencari teman, carilah teman yang selalu mengingatkan kita dalam kebaikan, yang bisa
menuntun kita menuju jalan-Nya.
Karena teman yang baik bisa menjadi syafa’at bagi kita pada hari kiamat kelak.
2. Etika Berinteraksi
Ketika kita bertemu dengan seorang Muslim hendaklah kita mengucapkan salam walaupun kita
tidak mengenalnya, dan berilah senyuman karena senyuman itu sebagian dari ibadah. Dan juga
ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam berintraksi dengan teman sebaya, di antaranya :
Menyikapi Teman Sebagai Saudara
Karena umat Muslim itu ibarat satu tubuh, jika ada organ tubuh kita yang tersakiti maka anggota
yang lain juga ikut merasakannya. Sebagaimana hendaknya kaum Muslimin, jika saudaranya
yang satu iman sedang tersakiti, maka kaum Muslimin yang lainnya akan merasakan sakit
tersebut.
Jika teman kita sedang kesulitan maka kita pun harus membantunya, dan selalu
menemaninya baikdikala susah maupun senang.
Saling Menghormati dan Menghargai
Kaum Muslimin adalah seluruhnya sama, yang membedakan mereka hanyalah kadar iman dan
takwa masing-masing. Namun, antara satu dengan yang lainnya haruslah menciptakan rasa
hormat dan saling menghargai antara satu dengan yang lain. Yang muda menghormati yang tua
dan yang tua menyayangi yang muda. Jika terdapat perbedaan pendapat antara satu dengan yang
lainnya, hendaknya disikapi dengan rasa lapang dada dan saling menghargai pendapat. Sebab
satiap orang memiliki pemikiran berbeda-beda. Dan juga tidak semua yang akan menolong kita
adalah berasal dari orang-orang yang memiliki kedudukan atau kekayaan. Bisa jadi kita dibantu
oleh saudara kita yang miskin dan tidak memiliki pangkat. Sebagaimana sabda Shalallahu
„Alaihi wa Sallam,
"Tiadalah kamu mendapat pertolongan dan rezeki, kecuali dari orang-orang lemah dari
kalangan kamu". (HR. Bukhari)
Dari sini jangan sampai kita meremehkan dan tidak menjunjung kehormatan saudara kita. Sebab
sebagaimana yang disebutkan tadi, semua kaum Muslimin itu sama.
Bersikap Amanah (dapat dipercaya) dan Jujur
Apabila teman memberikan amanah terhadap kita,kita harus bisa menjaganya dan berlaku jujur
karena kepercayaan mahal harganya. Jika sebuah kepercayaan sudah kita ingkari maka
kepercayaan untuk kedua kalinya tidak akan sama.
Berprasangka Baik
Sebagai kaum Muslimin, hendaknya kita mengedepankan perasangka baik terhadap saudara kita.
Jangan sampai kita mudah su‟u dzan (buruk sangka) terhadap kawan atau saudara kita. Sebab
Rasulullah Shalallahu „Alaihi wa Sallam bersabda,
احلديث ُأكذب الظن فإن الظنو إياكم
2. “Jauhilah dari kalian perasangka buruk, sebab perasangka buruk adalah sedusta-dustanya
perkataan” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Niat Untuk Berteman Bukan Untuk Memanfaatkan
Sering kita temui dari banyak teman yang hanya memanfaatkan temannya saja. Padahal tujuan
utama dari berteman adalah agar kita mendapatkan tempat tatkala kita sendiri dan sedang
mendapat kesulitan.
Lihatlah temanmu disaat kamu sedang tertimpa kesulitan, maka kamu akan tahu mana
temanmu yang SEJATI dan mana temanmu yang PENGKHIANAT. Teman sejati akan
menemani kita dikala suka maupun duka. Namun, pengkhianat hanya ada janji belaka, tatkala
kesukaran terjadi ia akan melupakan janjinya.
Mengalah Untuk Memulai Pembicaraan
Hendaknya kita mempersilahkan dia untuk memulai berbicara, sebab kita yang memiliki satu
lisan dan dua telinga, menunjukkan agar kita banyak mendengar dan sedikit berbicara.
Namun apabila teman kita pendiam maka hendaklah kita yang memulai pembicaraan tersebut,
agar suasana tidak membosankan ( Boring ). Dan agar tetap terjalin kebersamaan.
Saling Bekerjasama, Tolong-menolong, dan Melindungi
”... Allah akan slalu menolong hambanya selama hamba itu mau menolong saudaranya... .”(HR.
Muslim)
ِانَوْدُعْلا َو ِْثِإلا ىَلَع اْوُنَاوَعَت َل َو ىَوْقالت َو رِبْلا ىَلَع اْوُنَاوَعَت َو
“Saling tolong-menolonglah kamu di dalam kebajikan dan taqwa, dan janganlah saling tolong-
menolong dalam dosa dan permusuhan.” (Qs. Al-Maidah : 2)
Saling Menasehati
ِْبالصِب اْوَاصَوَتَو رقَْاحلِب اْوَاصَوَتَو ِاتَ
ِاحلالص اوُلِمَعَو اوُنَآم َينِذال لِإ
“Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati
supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-Ashr
: 3)
Tidak Mencela dan tidak memanggilnya dengan panggilan yang buruk
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lainnya,
boleh jadi yang diolok-olok lebih baik daripada yang mengolok-olok, dan janganlah kaum
wanita mengolok-olok wanita yang lainnya, boleh jadi wanita yang diolok-olok lebih baik
daripada wanita yang mengolok-olok, jangan pula mencela diri sendiri, dan janganlah
memanggil dengan julukan-julukan (yang jelek), sejelek-jelek nama adalah kefasikan setelah
iman, barangsiapa yang tidak bertaubat maka mereka itulah orang-orang yang zhalim.” (Qs.
Al-Hujurot: 11)
“... Cukup seseorang dikatakan jahat apabila ia menghina saudaranya yang Muslim,
diharamkan bagi setiap Muslim atas Muslim lainnya dari darahnya, hartanya, dan
kehormatannya.” (HR. Muslim)
“Seorang mu‟min bukanlah orang yang suka mencela, tidak suka melaknat, tidak berbuat keji
dan tidak berkata kotor.” ( HR Ahmad dan At-Tirmidzi )
Tidak menggunjing (menyebarkan aib dan kekurangannya)
“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, karena sebagian
prasangka itu adalah dosa. Janganlah kalian saling mencari-cari kesalahan orang lain, dan
janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lainnya, apakah salah seorang di antara
kalian suka memakan bangkai saudaranya yang sudah mati ? Tentu kalian tidak menyukainya.
3. Bertaqwalah kepada Alloh, sesungguhnya Alloh Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang.” (Qs. Al-Hujurot : 12)
Tidak saling mendengki, tidak saling menipu, dan tidak saling membenci
اْوُرَابَدَت َل َو اْوُضَغاَبَت َل َو اْوُشَاجَنَت َل َو اْوُدَاسَََت َل
”Janganlah kalian saling mendengki, jangan saling menipu, jangan saling membenci dan
jangan saling membelakangi!” (HR. Ahmad dan Muslim)
Tidak saling mendzalimi
Ini sebagaimana firman Allah Ta‟ala dalam hadits qudsi yang berbunyi,
اْوُمَلاَظَت َلَف اًمرَُُم ْمُكَنْيَب ُوُتْلَعَج َو ْيِسْفَن ىَلَع َمْلُّظال ُتْمرَح ْرِنِإ ْيِادَبِع اَي
“Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan zhalim atas diri-Ku, dan
Aku pun telah menjadikannya haram di antara kalian maka janganlah kalian saling menzhalimi
!” ( HR. Muslim )
القيامة يوم ٌظلمات الظلم إن
Dari Ibnu Umar, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya kedzaliman itu adalah kegelapan di hari
kiamat” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Tidak mengambil tempat kedudukannya
اْوُعسَوَت َو اْوُحسَفَت ْنِكَل َو ِيوِف َسِلْجَيَف ِوِسِلََْم ْنِم َلُجالر ُلُجالر ُمْيِقُي َل
“Tidak layak menyuruh orang lain berdiri dari tempat duduknya kemudian dia duduk padanya,
tetapi berlapang-lapanglah dan luaskanlah !” (HR. Ahmad dan Muslim)
Jangan Kau Biarkan Ia Selama Tiga Hari
ٍامَيأ ِةَثَلَث َقْوَف ُاهََخأ َرُجْهَي ْنَأ ٍمِلْسُمِل ُّلََِي َل
“Tidak halal bagi seorang Muslim untuk memboikot saudaranya lebih dari tiga hari.” (HR
Ahmad, Al-Bukhori, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi)
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu berkata, “Rasulullah Shalallahu „Alaihi wa
Sallam bersabda,„Tidak halal bagi seorang Mukmin untuk mendiamkan saudaranya yang
mukmin di atas tiga hari, jika telah lewat tiga hari lalu saling bertemu, kemudian salah satunya
mengucapkan salam kepadanya. Jika ia menjawabnya maka mereka berdua mendapat pahala,
namun jika ia tidak menjawabnya, maka yang Muslim telah lepas dari dosa akibat mendiamkan,
dan dosa kembali kepada yang tidak menjawab.” (HR. Al-Baihaqi)