Teman memiliki pengaruh besar terhadap agama seseorang. Memilih teman yang baik dan shalih akan membantu mempertahankan akhlak yang mulia. Persahabatan sejati adalah yang dijalin karena Allah, bukan untuk kepentingan dunia. Sifat-sifat teman yang baik meliputi ramah, sabar, menjaga rahasia, dan saling menasihati untuk kebaikan.
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Standard operating procedure berteman dalam islam
1. Standard operating procedure (SOP)
Berteman dalam Islam
Memilih Teman Yang Baik
Teman memiliki pengaruh yang besar sekali. Rasulullah bersabda,
“Seseorang itu tergantung agama temannya. Maka hendaknya salah seorang dari kalian
melihat siapa temannya.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi).
Makna hadits di atas adalah seseorang akan berbicara dan ber-perilaku seperti kebiasaan
kawannya. Karena itu beliau Shalallaahu alaihi wasalam mengingatkan agar kita cermat
dalam memilih teman. Kita harus kenali kualitas beragama dan akhlak kawan kita. Bila ia
seorang yang shalih, ia boleh kita temani. Sebaliknya, bila ia seorang yang buruk akhlaknya
dan suka melanggar ajaran agama, kita harus menjauhinya.
Cinta Karena Allah
Persahabatan yang paling agung adalah persahabatan yang dijalin di jalan Allah dan karena
Allah, bukan untuk mendapatkan manfaat dunia, materi, jabatan atau sejenisnya.
2. Persahabatan yang dijalin untuk saling mendapatkan keuntungan duniawi sifatnya sangat
sementara. Bila keuntungan tersebut telah sirna, maka persahabatan pun putus.
Berbeda dengan persahabatan yang dijalin karena Allah, tidak ada tujuan apa pun dalam
persahabatan mereka, selain untuk mendapatkan ridha Allah. Orang yang semacam inilah
yang kelak pada Hari Kiamat akan mendapat janji Allah. Rasulullah Shalallaahu alaihi
wasalam bersabda,
“Sesungguhnya Allah pada Hari Kiamat berseru, „Di mana orang-orang yang saling
mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari ini akan Aku lindungi mereka dalam lindungan-
Ku, pada hari yang tidak ada perlindungan, kecuali per-lindungan-Ku.” (HR. Muslim)
Dari Mu‟adz bin Jabalzia berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam
bersabda, Allah Tabaraka wa Ta‟ala berfirman, “Wajib untuk mendapatkan kecintaan-Ku
orang-orang yang saling mencintai karena Aku dan yang saling berkunjung karena Aku dan
yang saling berkorban karena Aku.” (HR. Ahmad).
Lemah Lembut dan Bermuka Manis
Saat bertemu dengan teman hendaknya kita selalu dalam keadaan wajah berseri-seri dan
menyungging senyum. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,
“Jangan sepelekan kebaikan sekecil apapun, meski hanya dengan menjum-pai saudaramu
dengan wajah berseri-seri.” (HR. Muslim dan Tirmidzi).
Dalam sebuah hadis riwayat Aisyah Radhiallaahu anha disebutkan, bahwasanya “Allah
mencintai kelemah-lembutan dalam segala sesuatu.” (HR. al-Bukhari). Dalam hadis lain
riwayat Muslim disebutkan “Bahwa Allah itu Maha Lemah-Lembut, senang kepada
kelembut-an. Ia memberikan kepada kelembutan sesuatu yang tidak diberikan-Nya kepada
kekerasan, juga tidak diberikan kepada selainnya.”
Saling Memberi Nasihat
Dalam Islam, prinsip menolong teman adalah bukan berdasar permintaan dan keinginan hawa
nafsu teman. Tetapi prinsip menolong teman adalah keinginan untuk menunjukkan dan
memberi kebaikan, menjelaskan kebenaran dan tidak menipu serta berbasa-basi dengan
mereka dalam urusan agama Allah. Termasuk di dalamnya adalah amar ma‟ruf nahi
mungkar, meskipun bertentangan dengan keinginan teman.
Adapun mengikuti kemauan teman yang keliru dengan alasan solidaritas, atau berbasa-basi
dengan mereka atas nama persahabatan, supaya mereka tidak lari dan meninggalkan kita,
maka yang demikian ini bukanlah tuntunan Islam.
3. Berlapang Dada dan Berbaik Sangka
Salah satu sifat utama penebar kedamaian dan perekat ikatan persaudaraan adalah lapang
dada. Orang yang berlapang dada adalah orang yang pandai memahami berbagai keadaan dan
sikap orang lain, baik yang menyenangkan maupun yang menjengkelkan.
Ia tidak membalas kejahatan dan kezhaliman dengan kejahatan dan kezhaliman yang sejenis,
juga tidak iri dan dengki kepada orang lain.
Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,
“Seorang mukmin itu tidak punya siasat untuk kejahatan dan selalu (berakhlak) mulia, sedang
orang yang fajir (tukang maksiat) adalah orang yang bersiasat untuk kejahatan dan buruk
akhlaknya.” (HR. HR. Tirmidzi, Al-Albani berkata “hasan”)
Karena itu Nabi Shalallaahu alaihi wasalam mengajarkan agar kita berdo‟a dengan:
“Dan lucutilah kedengkian dalam hati- ku.” (HR. Abu Daud, Al-Albani berkata ‟shahih‟)
Termasuk bumbu pergaulan dan persaudaraan adalah berbaik sangka kepada sesama teman,
yaitu selalu berfikir positif dan memaknai setiap sikap dan ucapan orang lain dengan persepsi
dan gambaran yang baik, tidak ditafsirkan negatif. Nabi Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,
,,,
“Jauhilah oleh kalian berburuk sangka, karena buruk sangka adalah pembicaraan yang paling
dusta” (HR.Bukhari dan Muslim). Yang dimaksud dengan berburuk sangka di sini adalah
dugaan yang tanpa dasar.
Menjaga Rahasia
Setiap orang punya rahasia. Biasa-nya, rahasia itu disampaikan kepada teman terdekat atau
yang dipercayainya. Anas Radhiallaahu anhu pernah diberi tahu tentang suatu rahasia oleh
Nabi Shalallaahu alaihi wasalam. Anas Radhiallaahu anhu berkata, ”
Nabi Shalallaahu alaihi wasalam merahasiakan kepadaku suatu rahasia. Saya tidak
menceritakan tentang rahasia itu kepada seorang pun setelah beliau (wafat). Ummu Sulaim
pernah menanyakannya, tetapi aku tidak memberitahukannya.” (HR. Al-Bukhari).
Teman dan saudara sejati adalah teman yang bisa menjaga rahasia temannya. Orang yang
membeberkan rahasia temannya adalah seorang pengkhianat terhadap amanat. Berkhia-nat
terhadap amanat adalah termasuk salah satu sifat orang munafik.
Penutup
Persahabatan yang dijalin karena kepentingan duniawi tidak mungkin bisa langgeng. Bila
manfaat duniawi sudah tidak diperoleh biasanya mereka dengan sendirinya berpisah bahkan
mungkin saling bermusuhan. Berbeda dengan persahabatan yang dijalin karena Allah, mereka
akan menjadi saudara yang saling mengasihi dan saling membantu, dan persaudaraan itu
tetap akan berlanjut hingga di negeri Akhirat.
4. Allah berfirman, artinya,
“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain
kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS. Az-Zukhruf: 67)
Ya Allah, anugerahilah kami hati yang bisa mencintai teman-teman kami hanya karena
mengharap keridhaan-Mu. Amin. (Ibnu Umar)