SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
Download to read offline
MODULPERKULIAHAN
Hukum Bisnis
dan Lingkungan
Alternatif Resolusi Sengketa atau
Resolusi Sengketa Ekonomi
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
Ekonomi dan Bisnis Akuntansi S1
02
HBL Intan Dwi Kumalagusti
Abstract Kompetensi
Hak cipta adalah hak eksklusif yang
dimiliki oleh Pencipta atau
Pemegang Hak Cipta. Hak cipta
dapat membatasi penggandaan
yang tidak sah atas suatu ciptaan
atau suatu karya.
Para pembaca diharapkan dapat
memahami serta mampu
menjelaskan definisi dan tujuan dari
adanya Hukum Perburuhan.
2015
2 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Nama Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id
Pembahasan
 Pengertian Resolusi Sengketa secara umum
sengketa menurut dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti adalah pertentangan
atau konflik, konflik berarti adanya pertentangan antara orang-orang, kelompok-
kelompok, atau organisasi-organisasi terhadapat satu objek permasalahan
arti dari resolusi sengketa menurut para ahli. menurut Antonius (2002:175) konflik
adalah suatu tindakan salah satu pihak yang berakibat menghalangi, menghambat atau
mengganggu pihak lain dimana hal ini dapat terjadi antar kelompok masyarakat ataupun
dalam hubungan antar pribadi.
menurut pendapat Morton Deutsch, seorang pionirr pendidikan resolusi konflik yang
menyatakan bahwa dalam konflik, interaksi sosial antar dividu atau kelompok lebih
dipengaruhi oleh perbedaam daripada oleh persamaan.
dan menurut Mary scannell konflik adalah suatu hal alami dan normal yang timbul
karena perbedaan repsepsi, tujuan atau nilai dalam sekelompok individu.
 Pengertian Resolusi Sangketa Ekonomi
Menurut winardi, tantangan atau konflik yang terjadi anatar individu-individu atau
kelompok-kelompok yang mempunyai hubungan atau kepentingan yang sama atas suatu
objek kepemilikan, yang menimbulkan akibat hukum antara satu dengan yang lain.
menurut ali achmad, sengketa adalah pertentangan anatara dua pihak atau lebih yang
berawal dari persepsi yang berbeda tentang suatu kepentingan atau hak milik yang dapat
menimbukan akibat hukum bagi keduanya.
dan sengketa dalam ekonomi dapat berbagai macam bentuk sengketa, seperti sengketa
perniagaan, perbankan, keuangan, pekerjaan, hak, dan lain lain.
Dalam penyelesaian sengketa perlu dipahami bahwa penyelesaian sengketa ekonomi
bertujuan untuk meghentikan pertikaian dan menghindari kekerasan dan akibat-akibat
yang mungkin akan terjadi akibat persengkataan tersebut. dalam menyelesaikannya
dapat berupa negosiasii, penyeledikan, mediasi, dan lain-lain.
Menurut pasal 33 ayat 1 ( perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas
asas kekeluargaan) dalam piagam PBB penyelesaian sengketa dapat ditempuh melalui
cara-cara seperti negosiasi, penyelidikan, mediasi, konsiliasi, atbitrase, pengadila, serta
badan badan-badan regional, penjelasannya ialah
- negosiasi adalah komunikasi dua arah yang dirancang untuk mencapai kesepakatan
pada saat keduabelah pihal memiliki berbagai kepentingan yang sama atau berbeda.
- penyelidikan adalah merupakan kegiatan untuk mecari fakta yang dilakukan oleh pihal
ketiga
2015
3 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Nama Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id
- mediasi adalah proses penyelsaian sengketa melalui proses perundingan atau mufakat
para pihak dengan dibantu oleh mediator yang tidakk memiliki kewenangan
memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian.
- konsiliasi adalah usaha untuk mempertemukan keinginan pihak yang berselisih untuk
mecapai persetujuan dan meyelsaiakan perselisihan tersebut.
- atritrase adalah salah satu jenis alternatif penyelesaian sengketa dimana para pihal
menyerahkan kewenangan kepada pihak yang netral, yang disebut arbiter, untuk
memberikan keputusan
- dan dari penyelesaian diatas adapun cara lain yang dapat diguunakan yaitu melalui
proses litigasi yang merupakan mekanisme penyelsaian sengketa melalui jalur
pengadilan dengan menggunakan pendekatan hukum. lembaga penyelesaiaan
merupakan pengadilan umum dan pengadilan niaga.
2015
4 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Nama Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id
Implementasi kasus dalam Sangketa Ekonomi
Analisis Hukum Terhadap Kasus Sengketa Tanah Proyek Pemukiman TNI-AL Di
Pasuruan Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Pokok
Agraria
KASUS POSISI
Sengketa tanah Prokimal (proyek pemukiman TNI AL) meletus tahun 1998. Warga di
sekitar Prokimal sering menggelar unjuk rasa dengan cara memblokade jalur pantura
(pantai utara) untuk menuntut pembebasan lahan yang dianggap miliknya. Di lain pihak,
menurut keterangan TNI AL, lahan yang diinginkan warga itu merupakan milik TNI AL
yang diperoleh dengan pembelian yang sah tahun 1960 seluas 3.569,205 hektare yang
tersebar di dua kecamatan, yakni Nguling dan Lekok, serta di 11 desa, yakni Desa
Sumberanyar, Sumberagung, Semedusari, Wates, Jatirejo, Pasinan, Balunganyar, Brang,
Gejugjati, Tamping, dan Alas Telogo. Saat itu tanah tersebut dibeli seharga Rp 77,66
juta dan rencananya digunakan untuk pusat pendidikan dan latihan TNI AL yang
terlengkap dan terbesar. Karena belum memiliki dana, agar tidak telantar, tanah tersebut
dijadikan area perkebunan dengan menempatkan 185 keluarga prajurit. Kemudian pada
1984 keluar Surat Keputusan KSAL No Skep/675/1984 tanggal 28 Maret 1984 yang
menunjuk Puskopal dalam hal ini Yasbhum (Yayasan Sosial Bhumyamca) untuk
memanfaatkan lahan tersebut sebagai lahan perkebunan produktif, dengan
memanfaatkan penduduk setempat sebagai pekerja. Upaya-upaya penyelesaian
sertifikasi tanah yang dilaksanakan Lantamal III Surabaya sejak 20 Januari 1986 dapat
terealisir BPN pada 1993 dengan terbitnya sertifikat sebanyak 14 bidang dengan luas
3.676 hektare. Meski demikian masih ada penduduk yang belum melaksanakan pindah
dari tanah yang telah dibebaskan TNI AL. Pada 20 November 1993 Bupati Pasuruan
mengirimkan surat kepada Komandan Lantamal III Surabaya perihal usulan pemukiman
kembali nonpemukim TNI AL di daerah Prokimal Grati. Kemudian Bupati Pasuruan
mengajukan surat kepada KSAL pada 3 Januari 1998 untuk mengusulkan bahwa tanah
relokasi untuk penduduk nonpemukim TNI AL agar diberikan seluas 500 meter persegi
per KK. Dari catatan media Surya, dalam setahun terakhir terjadi dua kali pemblokiran
jalan pantura oleh warga, yakni 14 Desember 2006 dan 10 Januari 2007. Selain itu,
warga Desa Alas Telogo, Kecamatan Lekok, memilih menempuh jalur hukum dan
menggugat kepemilikan tanah itu ke Pengadilan Negeri (PN) Bangil, 18 Juli 2006 lalu.
Gugatan itu ditempuh 256 warga, namun mereka dinyatakan kalah oleh PN Bangil
dalam sidang 12 Maret lalu. Munculnya keputusan tersebut membuat warga marah
hingga berujung pada bentrokan dengan polisi seusai sidang putusan. Sebelum
persidangan itu, yakni pada 15 Februari, Pangarmatim Laksda Moekhlas Sidik
meresmikan Prokimal sebagai pusat latihan tempur (Puslatpur) dan warga 11 desa yang
berjumlah sekitar 5.700 keluarga rencananya direlokasi ke bagian yang aman. “Sesuai
pesan Panglima TNI, 2007 ini lahan akan di-set up ulang sebagai pusat latihan tempur
untuk meningkatkan profesionalitas prajurit TNI AL. Untuk relokasi warga, karena ada
niatan baik dari kami, tidak akan terjadi masalah seperti saya utarakan di hadapan
warga,” kata Laksda Moekhlas Sidik saat meresmikan Prokimal sebagai Puslatpur. Janji
untuk merelokasi warga kemudian diwujudkan, dan 360 hektare tanah diberikan kepada
2015
5 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Nama Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id
warga di 11 desa yang ditempatkan di luar sabuk batas tempat latihan tempur. “Sesuai
Keputusan KSAL, lahan Prokimal dijadikan pusat latihan tempur dan 5.702 rumah
direlokasi di luar garis latihan. Setiap rumah diberi tanah 500 meter persegi sekaligus
bentuk pelepasan dari inventarisasi kekayaan negara (IKN) AL. Untuk biaya relokasi,
TNI AL dan Bupati akan mengusulkan kepada pimpinan masing-masing,” tandas
Moekhlas Sidik didampingi Bupati Pasuruan Jusbakir Aldjufri kepada wartawan seusai
bertemu dengan 11 kepala desa mewakili warga di lahan Prokimal Grati, 22 Maret lalu.
Selain itu, TNI AL juga memberikan tambahan lahan sebesar 20 persen untuk
pemenuhan fasilitas umum. Dengan adanya keputusan ini, diharapkan masyarakat tidak
resah karena jaminan keamanan tidak terkena peluru nyasar serta adanya keputusan
hukum atas tanah yang dimilikinya. Upaya relokasi warga 11 desa ini disambut positif
Pemkab Pasuruan, bahkan Pemkab mengusulkan anggaran untuk relokasi itu ke
pemerintah pusat ditambah dengan anggaran dari APBD Kabupaten Pasuruan. Meski
TNI AL memberikan tanah seluas 360 hektare kepada warga 11 desa, namun para
kepala desa saat itu tidak berani menerimanya dan hanya akan menyampaikan lebih
dulu kepada warga. Alasannya, lahan 500 meter persegi dianggap kurang untuk
memenuhi kebutuhan warga. Di tengah upaya penyelesaian sengketa kasus tanah
dengan jalan damai itulah, tiba-tiba terjadi insiden antara Marinir dengan warga Rabu
(30/5), yang menyebabkan empat warga tewas dan enam lainnya luka-luka. Sengketa
masalah tanah antara warga dengan TNI di Kabupaten Pasuruan bukan hanya terjadi di
lahan Prokimal, Grati. Di Raci, Kecamatan Bangil, juga terjadi kasus sengketa tanah
serupa antara warga dengan TNI Angkatan Udara (AU). Namun dalam kasus Raci ini,
pihak TNI AU telah memberikan lampu hijau untuk pengelolaan lahan dengan porsi
60:40 untuk TNI AU dan warga Desa Raci.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Masalah tersebut bukan sekadar insiden, tapi (lagi-lagi) tragedi. Celakanya, tragedi
semacam ini bukan hanya sekali-dua, tapi berulang-ulang seakan tak ada bosannya.
Tragedi ini pun semakin menambah panjang daftar korban dari berbagai kasus yang
bersumberkan sengketa tanah (agraria) di Indonesia. Sengketa tanah dan sumber-sumber
agraria pada umumnya sepertinya merupakan konflik laten. Dari berbagai kasus yang
terjadi, bangkit dan menajamnya sengketa tanah tidaklah terjadi seketika, namun
tumbuh dan terbentuk dari benih-benih yang sekian lama memang telah terendap.
Pihak-pihak yang bersengketa pun sebagian besar kalaupun tidak bisa disebut, hampir
seluruhnya bukan hanya individual, namun melibatkan tataran komunal. Keterlibatan
secara komunal inilah yang memungkinkan sengketa tanah merebak menjadi kerusuhan
massal yang menelan banyak korban. Tatkala kerusuhan meledak, rakyat lah yang kerap
menanggung akibat yang paling berat. Pada konteks kasus-kasus sengketa tanah ini,
kiranya bukan sekadar desas-desus jika ada cerita, negara justru kerap bersekongkol
dengan para pemilik modal. Rakyat cukup diberi ilusi semua demi negeri ini, demi
terwujudnya kehidupan masyarakat yang gemah ripah loh jinawi repeh rapih toto
tengtrem kerto raharjo. Mereka yang menolak ilusi tersebut, gampang saja solusinya
tinggal memberinya shock therapy dengan teror, intimidasi, dan tindakan refresi. Cerita
semacam ini kiranya bukan hanya tersimpan sebagai milik Rezim Orde Baru. Di alam
keindonesiaan kita hari ini yang konon tengah menyuarakan reformasi, berbagai bentuk
intimidasi dan kekerasan oleh (aparat) negara terhadap masyarakat masih kerap terjadi
dalam konteks sengketa tanah dan sumber-sumber agraria pada umumnya. Sebut saja,
2015
6 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Nama Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id
kasus penggusuran Masyarakat Adat Meler-Kuwus, Manggarai, NTT yang dituduh
telah melakukan “perampasan tanah negara” pada tahun 2002 atau kasus penangkapan
dan intimidasi terhadap delapan anggota Serikat Petani Pasundan di Garut yang dituduh
sebagai perambah dan perusak hutan pada awal Maret 2006. Padahal, Tap MPR No.
IX/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam telah
mengamatkan bahwa “menghormati dan menjunjung tinggi hak asasi manusia” adalah
salah satu prinsip yang wajib ditegakkan oleh (aparat) negara dalam penanganan
sengketa agraria. Dengan merujuk pada Tap MPR ini saja, cara-cara yang ditempuh
oleh (aparat) negara itu tentu saja menjadi tindakan yang tragis-ironis. Sekali lagi hal itu
pun bisa menunjukkan, betapa bobroknya implementasi hukum kita, dan betapa
masyarakat yang semestinya dilindungi selalu berada dalam posisi tidak berdaya, selalu
dipersalahkan, dan menjadi korban. Malangnya, hampir dalam setiap kasus sengketa
tanah, posisi masyarakat selalu lemah atau dilemahkan. Masyarakat sering tidak
memiliki dokumen-dokumen legal yang bisa membuktikan kepemilikan tanahnya.
Mereka bisanya hanya bersandar pada “kepemilikan historis” dimana tanah yang
mereka miliki telah ditempati dan digarap secara turun-temurun. Didalam Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok Agraria (UUPA) sebenarnya termaktub
satu ketentuan akan adanya jaminan bagi setiap warga negara untuk memiliki tanah
serta mendapat manfaat dari hasilnya (pasal 9 ayat 2). Jika mengacu pada ketentuan itu
dan juga merujuk pada PP No. 24/1997 tentang Pendaftaran Tanah (terutama pasal 2)
Badan Pertanahan Nasional (BPN) semestinya dapat menerbitkan dokumen legal
(sertifikat) yang dibutuhkan oleh setiap warga negara dengan mekanisme yang mudah,
terlebih lagi jika warga negara yang bersangkutan sebelumnya telah memiliki bukti
lama atas hak tanah mereka. Namun sangat disayangkan pembuktian dokumen legal
melalui sertifikasi pun ternyata bukan solusi jitu dalam kasus sengketa tanah. Seringkali
sebidang tanah bersertifikat lebih dari satu, pada kasus Meruya yang belakangan sedang
mencuat, misalnya. Bahkan, pada beberapa kasus, sertifikat yang telah diterbitkan pun
kemudian bisa dianggap aspro (asli tapi salah prosedur). Dari hal tersebut setidaknya
ada 3 (tiga) faktor penyebab sering munculnya masalah sengketa tanah, diantaranya
yaitu : a) Sistem administrasi pertanahan, terutama dalam hal sertifikasi tanah, yang
tidak beres. Masalah ini muncul boleh jadi karena sistem administrasi yang lemah dan
mungkin pula karena banyaknya oknum yang pandai memainkan celah-celah hukum
yang lemah.
b) Distribusi kepemilikan tanah yang tidak merata. Ketidakseimbangan dalam distribusi
kepemilikan tanah ini baik untuk tanah pertanian maupun bukan pertanian telah
menimbulkan ketimpangan baik secara ekonomi, politis maupun sosiologis. Dalam hal
ini, masyarakat bawah, khususnya petani atau penggarap tanah memikul beban paling
berat. Ketimpangan distribusi tanah ini tidak terlepas dari kebijakan ekonomi yang
cenderung kapitalistik dan liberalistik.
c) Legalitas kepemilikan tanah yang semata-mata didasarkan pada bukti formal
(sertifikat), tanpa memperhatikan produktivitas tanah. Akibatnya, secara legal (de jure),
boleh jadi banyak tanah bersertifikat dimiliki oleh perusahaan atau para pemodal besar,
karena mereka telah membelinya dari para petani atau pemilik tanah, tetapi tanah
tersebut lama ditelantarkan begitu saja.Ironisnya ketika masyarakt miskin mencoba
memanfaatkan lahan terlantar tersebut dengan menggarapnya, bahkan ada yang sampai
2015
7 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Nama Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id
puluhan tahun, dengan gampanya mereka dikalahkan haknya di pengadilan tatkala
muncul sengketa.
Ketetapan MPR No. IX/2001 tentang Pembaharuan Agraria dan Pengelolaan Sumber
Daya Alam, Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok Agraria, Undang-
undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, dan Keppres No.34
Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional di Bidang Pertanahan, pada dasarnya memberi
kewenangan yang besar kepada pemerintah daerah untuk menuntaskan masalah-
masalah agraria. Adalah sudah selayaknya terlepas dari berbagai kekurangan yang
tersimpan di dalam instrumen-instrumen hukum itu jika kewenangan tersebut
dimplementasikan, dengan prinsip-prinsip yang tidak melawan hukum itu sendiri
tentunya. Sementara itu, gagasan untuk membentuk kelembagaan dan mekanisme
khusus untuk menyelesaikan sengketa tanah semacam Komisi Nasional Penyelesaian
Sengketa Agraria dan juga pembentukan lembaga sejenis di daerah sebagaimana yang
pernah diusulkan oleh berbagai kalangan, kiranya menjadi relevan pula untuk semakin
didesakkan, terlebih jika pemerintah memang benar-benar berkehendak untuk
menjalankan reforma agraria dan menangani permasalahan agraria secara serius. Belajar
dari tragedi Pasuruan, jika Badan Pertanahan Nasional mencatat ada 2.810 kasus
sengketa tanah yang berskala nasional, maka boleh dibayangkan bagaimana hebatnya
bom waktu yang akan meledak jika kasus-kasus tersebut tidak segera mendapatkan
penanganan dan penyelesaian yang layak dan yang berpihak pada kepentingan rakyat.
Negara mengatur pengelolaan sumber daya agraria untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat, sampai hari ini barangkali masih hanya sebatas retorika. Yang kerap terjadi
justru sebaliknya dimana rakyat yang kehilangan kemakmuran sebesar-besarnya.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan Sengketa tanah dan sumber-sumber agraria pada umumnya sepertinya
merupakan konflik laten dan pihak-pihak yang bersengketa pun sebagian besar
kalaupun tidak bisa disebut, hampir seluruhnya bukan hanya individual, namun
melibatkan tataran komunal maka boleh dibayangkan bagaimana hebatnya bom waktu
yang akan meledak jika kasus-kasus sengketa tanah tersebut tidak segera mendapatkan
penanganan dan penyelesaian yang layak dan yang berpihak pada kepentingan rakyat.
Ada 3 (tiga) faktor penyebab sering munculnya masalah sengketa tanah, diantaranya
yaitu sistem administrasi pertanahan terutama dalam hal sertifikasi tanah yang tidak
beres, distribusi kepemilikan tanah yang tidak merata dan legalitas kepemilikan tanah
yang semata-mata didasarkan pada bukti formal (sertifikat) tanpa memperhatikan
produktivitas tanah. Berdasarkan Ketetapan MPR No. IX/2001 tentang Pembaharuan
Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam, Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960
tentang Pokok Agraria, Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah, dan Keppres No.34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional di Bidang
Pertanahan, pada dasarnya memberi kewenangan untuk menjalankan reforma agraria
yang besar kepada pemerintah daerah untuk menuntaskan masalah-masalah agraria
secara serius.
Cara penyelesaian
2015
8 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Nama Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id
Banyaknya permasalahan pertanahan yang melibatkan masyarakat dengan masyarakat,
masyarakat dengan perusahaan maupun masyarakat dengan pemerintah yang kerap
berujung pada dirugikannya salah satu pihak dirasakan perlu dilakukan penyelesaian
sengketa alternatif (PSA). Saat ini di Indonesia belum ada langkah PSA, selama ini
permasalahan sengketa pertanahan selalu di selesaikan di pengadilan dimana biasanya
dalam proses pengadilan tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama, biaya cukup
mahal dan tidak bisa langsung di eksekusi. Sehingga sebelum berkas perkara masuk ke
pengadilan perlu dibuat mekanisme PSA. Diantaranya membuat lembaga mediasi dan
membuat arbitrase pertanahan, dimana lembaga mediasi bertugas mempertemukan
pihak-pihak bersengketa, sedangkan arbitrase mempunyai tugas untuk melakukan
penyelesaian di luar pengadilan tetapi berkas berada di pengadilan
2015
9 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Nama Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
https://wonkdermayu.wordpress.com/artikel/analisis-hukum-terhadap-kasus-sengketa-
tanah-proyek-pemukiman-tni-al-di-pasuruan-dihubungkan-dengan-undang-undang-
nomor-5-tahun-1960-tentang-pokok-agraria/
https://aliesaja.wordpress.com/2010/06/03/penyelesaian-sengketa-ekonomi/
http://tugaskuliah-adit.blogspot.com/%20Penyelesaian-%20Sengketa-
%20Ekonomi.Html
https://kbbi.web.id/Sengketa

More Related Content

Similar to HBL, 2, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Alternatif Resolusi Sengketa atau Resolusi Sengketa Ekonomi, Universitas Mercu Buana, 2018

PPT Tugas Transaksi Bisnis dan Properti Kelompok 6.ppt
PPT Tugas Transaksi Bisnis dan Properti Kelompok 6.pptPPT Tugas Transaksi Bisnis dan Properti Kelompok 6.ppt
PPT Tugas Transaksi Bisnis dan Properti Kelompok 6.pptIndro Harianto
 
Geopolitik Indonesia dan Contoh Kasus PT Freeport Indonesia | Kewarganegaraan
Geopolitik Indonesia dan Contoh Kasus PT Freeport Indonesia | KewarganegaraanGeopolitik Indonesia dan Contoh Kasus PT Freeport Indonesia | Kewarganegaraan
Geopolitik Indonesia dan Contoh Kasus PT Freeport Indonesia | KewarganegaraanNovya Ulfa
 
Jurnal penelitian Masyarakat Adat
Jurnal penelitian Masyarakat AdatJurnal penelitian Masyarakat Adat
Jurnal penelitian Masyarakat Adaternidiswan
 
KONSOLIDASI TANAH PERKOTAAN DALAM RANGKA PENYEDIAAN TANAH UNTUK PENATAAN PERU...
KONSOLIDASI TANAH PERKOTAAN DALAM RANGKA PENYEDIAAN TANAH UNTUK PENATAAN PERU...KONSOLIDASI TANAH PERKOTAAN DALAM RANGKA PENYEDIAAN TANAH UNTUK PENATAAN PERU...
KONSOLIDASI TANAH PERKOTAAN DALAM RANGKA PENYEDIAAN TANAH UNTUK PENATAAN PERU...ssuser318a6e
 
Jurnal penelitian masyarakat adat
Jurnal penelitian masyarakat adatJurnal penelitian masyarakat adat
Jurnal penelitian masyarakat adatfakultashukumuiba
 
Jalan panjang perwujudan ketahanan nasional dalam persfektif penguasaan ruang
Jalan panjang  perwujudan ketahanan nasional dalam persfektif penguasaan ruangJalan panjang  perwujudan ketahanan nasional dalam persfektif penguasaan ruang
Jalan panjang perwujudan ketahanan nasional dalam persfektif penguasaan ruangAdriansyah Rustandi
 
PPT Hukum Agraria.pptx
PPT Hukum Agraria.pptxPPT Hukum Agraria.pptx
PPT Hukum Agraria.pptxDavidJogi
 
Konflik tanah di PT.PN VIII dayeuhmanggung vs masyarakat Penggarap (tugas pe...
Konflik tanah di PT.PN VIII dayeuhmanggung  vs masyarakat Penggarap (tugas pe...Konflik tanah di PT.PN VIII dayeuhmanggung  vs masyarakat Penggarap (tugas pe...
Konflik tanah di PT.PN VIII dayeuhmanggung vs masyarakat Penggarap (tugas pe...Syanti Septiani Nugraha II
 
Pelembagaan Balai Mediasi Penyelesaian Konflik
Pelembagaan Balai Mediasi Penyelesaian KonflikPelembagaan Balai Mediasi Penyelesaian Konflik
Pelembagaan Balai Mediasi Penyelesaian KonflikWasmui
 
Jalan Panjang Perwujudan Ketahanan Nasional dalam Persfektif Penguasaan Ruang
Jalan Panjang  Perwujudan Ketahanan Nasional dalam Persfektif Penguasaan RuangJalan Panjang  Perwujudan Ketahanan Nasional dalam Persfektif Penguasaan Ruang
Jalan Panjang Perwujudan Ketahanan Nasional dalam Persfektif Penguasaan RuangAdriansyah Rustandi
 

Similar to HBL, 2, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Alternatif Resolusi Sengketa atau Resolusi Sengketa Ekonomi, Universitas Mercu Buana, 2018 (14)

PPT Tugas Transaksi Bisnis dan Properti Kelompok 6.ppt
PPT Tugas Transaksi Bisnis dan Properti Kelompok 6.pptPPT Tugas Transaksi Bisnis dan Properti Kelompok 6.ppt
PPT Tugas Transaksi Bisnis dan Properti Kelompok 6.ppt
 
Geopolitik Indonesia dan Contoh Kasus PT Freeport Indonesia | Kewarganegaraan
Geopolitik Indonesia dan Contoh Kasus PT Freeport Indonesia | KewarganegaraanGeopolitik Indonesia dan Contoh Kasus PT Freeport Indonesia | Kewarganegaraan
Geopolitik Indonesia dan Contoh Kasus PT Freeport Indonesia | Kewarganegaraan
 
Jurnal penelitian Masyarakat Adat
Jurnal penelitian Masyarakat AdatJurnal penelitian Masyarakat Adat
Jurnal penelitian Masyarakat Adat
 
Sengketa jual beli tanah adat
Sengketa jual beli tanah adatSengketa jual beli tanah adat
Sengketa jual beli tanah adat
 
KONSOLIDASI TANAH PERKOTAAN DALAM RANGKA PENYEDIAAN TANAH UNTUK PENATAAN PERU...
KONSOLIDASI TANAH PERKOTAAN DALAM RANGKA PENYEDIAAN TANAH UNTUK PENATAAN PERU...KONSOLIDASI TANAH PERKOTAAN DALAM RANGKA PENYEDIAAN TANAH UNTUK PENATAAN PERU...
KONSOLIDASI TANAH PERKOTAAN DALAM RANGKA PENYEDIAAN TANAH UNTUK PENATAAN PERU...
 
Jurnal penelitian masyarakat adat
Jurnal penelitian masyarakat adatJurnal penelitian masyarakat adat
Jurnal penelitian masyarakat adat
 
Jalan panjang perwujudan ketahanan nasional dalam persfektif penguasaan ruang
Jalan panjang  perwujudan ketahanan nasional dalam persfektif penguasaan ruangJalan panjang  perwujudan ketahanan nasional dalam persfektif penguasaan ruang
Jalan panjang perwujudan ketahanan nasional dalam persfektif penguasaan ruang
 
Pra Ujiang Tertutup
Pra Ujiang TertutupPra Ujiang Tertutup
Pra Ujiang Tertutup
 
PPT Hukum Agraria.pptx
PPT Hukum Agraria.pptxPPT Hukum Agraria.pptx
PPT Hukum Agraria.pptx
 
Konflik tanah di PT.PN VIII dayeuhmanggung vs masyarakat Penggarap (tugas pe...
Konflik tanah di PT.PN VIII dayeuhmanggung  vs masyarakat Penggarap (tugas pe...Konflik tanah di PT.PN VIII dayeuhmanggung  vs masyarakat Penggarap (tugas pe...
Konflik tanah di PT.PN VIII dayeuhmanggung vs masyarakat Penggarap (tugas pe...
 
Pelembagaan Balai Mediasi Penyelesaian Konflik
Pelembagaan Balai Mediasi Penyelesaian KonflikPelembagaan Balai Mediasi Penyelesaian Konflik
Pelembagaan Balai Mediasi Penyelesaian Konflik
 
Kabar jkpp 16
Kabar jkpp 16Kabar jkpp 16
Kabar jkpp 16
 
Jalan Panjang Perwujudan Ketahanan Nasional dalam Persfektif Penguasaan Ruang
Jalan Panjang  Perwujudan Ketahanan Nasional dalam Persfektif Penguasaan RuangJalan Panjang  Perwujudan Ketahanan Nasional dalam Persfektif Penguasaan Ruang
Jalan Panjang Perwujudan Ketahanan Nasional dalam Persfektif Penguasaan Ruang
 
Delaa bab 1 prosal
Delaa bab 1 prosalDelaa bab 1 prosal
Delaa bab 1 prosal
 

More from intandwik_

HBL, 14, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Hukum Perdagangan Internasional, U...
HBL, 14, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Hukum Perdagangan Internasional, U...HBL, 14, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Hukum Perdagangan Internasional, U...
HBL, 14, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Hukum Perdagangan Internasional, U...intandwik_
 
HBL, 13, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Hak Atas Kekayaan Intelektual, Hak...
HBL, 13, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Hak Atas Kekayaan Intelektual, Hak...HBL, 13, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Hak Atas Kekayaan Intelektual, Hak...
HBL, 13, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Hak Atas Kekayaan Intelektual, Hak...intandwik_
 
HBL, 12, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Hukum Perbankan dan Asuransi, Univ...
HBL, 12, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Hukum Perbankan dan Asuransi, Univ...HBL, 12, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Hukum Perbankan dan Asuransi, Univ...
HBL, 12, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Hukum Perbankan dan Asuransi, Univ...intandwik_
 
HBL, 11, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Penanaman Modal Dalam Negeri dan A...
HBL, 11, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Penanaman Modal Dalam Negeri dan A...HBL, 11, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Penanaman Modal Dalam Negeri dan A...
HBL, 11, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Penanaman Modal Dalam Negeri dan A...intandwik_
 
HBL, 10, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Anti Monopoli dan Persaingan Usaha...
HBL, 10, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Anti Monopoli dan Persaingan Usaha...HBL, 10, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Anti Monopoli dan Persaingan Usaha...
HBL, 10, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Anti Monopoli dan Persaingan Usaha...intandwik_
 
HBL, 9, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Perlindungan Konsumen dan Tanggung ...
HBL, 9, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Perlindungan Konsumen dan Tanggung ...HBL, 9, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Perlindungan Konsumen dan Tanggung ...
HBL, 9, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Perlindungan Konsumen dan Tanggung ...intandwik_
 
HBL, 7,Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Hukum Perburuhan, Universitas Mercu ...
HBL, 7,Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Hukum Perburuhan, Universitas Mercu ...HBL, 7,Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Hukum Perburuhan, Universitas Mercu ...
HBL, 7,Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Hukum Perburuhan, Universitas Mercu ...intandwik_
 
HBL, 6, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Tindak Pencucian Uang, Universitas ...
HBL, 6, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Tindak Pencucian Uang, Universitas ...HBL, 6, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Tindak Pencucian Uang, Universitas ...
HBL, 6, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Tindak Pencucian Uang, Universitas ...intandwik_
 
HBL, 5, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Kegiatan Jenis Lembaga Pembiayaan, ...
HBL, 5, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Kegiatan Jenis Lembaga Pembiayaan, ...HBL, 5, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Kegiatan Jenis Lembaga Pembiayaan, ...
HBL, 5, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Kegiatan Jenis Lembaga Pembiayaan, ...intandwik_
 
HBL, 4, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Definisi Jenis Lembaga Pembiayaan d...
HBL, 4, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Definisi Jenis Lembaga Pembiayaan d...HBL, 4, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Definisi Jenis Lembaga Pembiayaan d...
HBL, 4, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Definisi Jenis Lembaga Pembiayaan d...intandwik_
 
HBL, 3, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Bentuk Badan Hukum, dan Perseroan T...
HBL, 3, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Bentuk Badan Hukum, dan Perseroan T...HBL, 3, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Bentuk Badan Hukum, dan Perseroan T...
HBL, 3, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Bentuk Badan Hukum, dan Perseroan T...intandwik_
 
HBL, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Hukum Perburuhan, Universitas Mercu Bu...
HBL, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Hukum Perburuhan, Universitas Mercu Bu...HBL, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Hukum Perburuhan, Universitas Mercu Bu...
HBL, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Hukum Perburuhan, Universitas Mercu Bu...intandwik_
 

More from intandwik_ (12)

HBL, 14, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Hukum Perdagangan Internasional, U...
HBL, 14, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Hukum Perdagangan Internasional, U...HBL, 14, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Hukum Perdagangan Internasional, U...
HBL, 14, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Hukum Perdagangan Internasional, U...
 
HBL, 13, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Hak Atas Kekayaan Intelektual, Hak...
HBL, 13, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Hak Atas Kekayaan Intelektual, Hak...HBL, 13, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Hak Atas Kekayaan Intelektual, Hak...
HBL, 13, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Hak Atas Kekayaan Intelektual, Hak...
 
HBL, 12, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Hukum Perbankan dan Asuransi, Univ...
HBL, 12, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Hukum Perbankan dan Asuransi, Univ...HBL, 12, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Hukum Perbankan dan Asuransi, Univ...
HBL, 12, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Hukum Perbankan dan Asuransi, Univ...
 
HBL, 11, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Penanaman Modal Dalam Negeri dan A...
HBL, 11, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Penanaman Modal Dalam Negeri dan A...HBL, 11, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Penanaman Modal Dalam Negeri dan A...
HBL, 11, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Penanaman Modal Dalam Negeri dan A...
 
HBL, 10, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Anti Monopoli dan Persaingan Usaha...
HBL, 10, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Anti Monopoli dan Persaingan Usaha...HBL, 10, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Anti Monopoli dan Persaingan Usaha...
HBL, 10, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Anti Monopoli dan Persaingan Usaha...
 
HBL, 9, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Perlindungan Konsumen dan Tanggung ...
HBL, 9, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Perlindungan Konsumen dan Tanggung ...HBL, 9, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Perlindungan Konsumen dan Tanggung ...
HBL, 9, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Perlindungan Konsumen dan Tanggung ...
 
HBL, 7,Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Hukum Perburuhan, Universitas Mercu ...
HBL, 7,Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Hukum Perburuhan, Universitas Mercu ...HBL, 7,Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Hukum Perburuhan, Universitas Mercu ...
HBL, 7,Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Hukum Perburuhan, Universitas Mercu ...
 
HBL, 6, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Tindak Pencucian Uang, Universitas ...
HBL, 6, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Tindak Pencucian Uang, Universitas ...HBL, 6, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Tindak Pencucian Uang, Universitas ...
HBL, 6, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Tindak Pencucian Uang, Universitas ...
 
HBL, 5, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Kegiatan Jenis Lembaga Pembiayaan, ...
HBL, 5, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Kegiatan Jenis Lembaga Pembiayaan, ...HBL, 5, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Kegiatan Jenis Lembaga Pembiayaan, ...
HBL, 5, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Kegiatan Jenis Lembaga Pembiayaan, ...
 
HBL, 4, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Definisi Jenis Lembaga Pembiayaan d...
HBL, 4, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Definisi Jenis Lembaga Pembiayaan d...HBL, 4, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Definisi Jenis Lembaga Pembiayaan d...
HBL, 4, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Definisi Jenis Lembaga Pembiayaan d...
 
HBL, 3, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Bentuk Badan Hukum, dan Perseroan T...
HBL, 3, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Bentuk Badan Hukum, dan Perseroan T...HBL, 3, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Bentuk Badan Hukum, dan Perseroan T...
HBL, 3, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Bentuk Badan Hukum, dan Perseroan T...
 
HBL, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Hukum Perburuhan, Universitas Mercu Bu...
HBL, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Hukum Perburuhan, Universitas Mercu Bu...HBL, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Hukum Perburuhan, Universitas Mercu Bu...
HBL, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Hukum Perburuhan, Universitas Mercu Bu...
 

Recently uploaded

Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAppgauliananda03
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptxSusanSanti20
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...MuhammadSyamsuryadiS
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxDEAAYUANGGREANI
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxwawan479953
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxJuliBriana2
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024RoseMia3
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxrizalhabib4
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 

Recently uploaded (20)

Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 

HBL, 2, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Alternatif Resolusi Sengketa atau Resolusi Sengketa Ekonomi, Universitas Mercu Buana, 2018

  • 1. MODULPERKULIAHAN Hukum Bisnis dan Lingkungan Alternatif Resolusi Sengketa atau Resolusi Sengketa Ekonomi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ekonomi dan Bisnis Akuntansi S1 02 HBL Intan Dwi Kumalagusti Abstract Kompetensi Hak cipta adalah hak eksklusif yang dimiliki oleh Pencipta atau Pemegang Hak Cipta. Hak cipta dapat membatasi penggandaan yang tidak sah atas suatu ciptaan atau suatu karya. Para pembaca diharapkan dapat memahami serta mampu menjelaskan definisi dan tujuan dari adanya Hukum Perburuhan.
  • 2. 2015 2 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning Nama Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id Pembahasan  Pengertian Resolusi Sengketa secara umum sengketa menurut dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti adalah pertentangan atau konflik, konflik berarti adanya pertentangan antara orang-orang, kelompok- kelompok, atau organisasi-organisasi terhadapat satu objek permasalahan arti dari resolusi sengketa menurut para ahli. menurut Antonius (2002:175) konflik adalah suatu tindakan salah satu pihak yang berakibat menghalangi, menghambat atau mengganggu pihak lain dimana hal ini dapat terjadi antar kelompok masyarakat ataupun dalam hubungan antar pribadi. menurut pendapat Morton Deutsch, seorang pionirr pendidikan resolusi konflik yang menyatakan bahwa dalam konflik, interaksi sosial antar dividu atau kelompok lebih dipengaruhi oleh perbedaam daripada oleh persamaan. dan menurut Mary scannell konflik adalah suatu hal alami dan normal yang timbul karena perbedaan repsepsi, tujuan atau nilai dalam sekelompok individu.  Pengertian Resolusi Sangketa Ekonomi Menurut winardi, tantangan atau konflik yang terjadi anatar individu-individu atau kelompok-kelompok yang mempunyai hubungan atau kepentingan yang sama atas suatu objek kepemilikan, yang menimbulkan akibat hukum antara satu dengan yang lain. menurut ali achmad, sengketa adalah pertentangan anatara dua pihak atau lebih yang berawal dari persepsi yang berbeda tentang suatu kepentingan atau hak milik yang dapat menimbukan akibat hukum bagi keduanya. dan sengketa dalam ekonomi dapat berbagai macam bentuk sengketa, seperti sengketa perniagaan, perbankan, keuangan, pekerjaan, hak, dan lain lain. Dalam penyelesaian sengketa perlu dipahami bahwa penyelesaian sengketa ekonomi bertujuan untuk meghentikan pertikaian dan menghindari kekerasan dan akibat-akibat yang mungkin akan terjadi akibat persengkataan tersebut. dalam menyelesaikannya dapat berupa negosiasii, penyeledikan, mediasi, dan lain-lain. Menurut pasal 33 ayat 1 ( perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan) dalam piagam PBB penyelesaian sengketa dapat ditempuh melalui cara-cara seperti negosiasi, penyelidikan, mediasi, konsiliasi, atbitrase, pengadila, serta badan badan-badan regional, penjelasannya ialah - negosiasi adalah komunikasi dua arah yang dirancang untuk mencapai kesepakatan pada saat keduabelah pihal memiliki berbagai kepentingan yang sama atau berbeda. - penyelidikan adalah merupakan kegiatan untuk mecari fakta yang dilakukan oleh pihal ketiga
  • 3. 2015 3 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning Nama Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id - mediasi adalah proses penyelsaian sengketa melalui proses perundingan atau mufakat para pihak dengan dibantu oleh mediator yang tidakk memiliki kewenangan memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian. - konsiliasi adalah usaha untuk mempertemukan keinginan pihak yang berselisih untuk mecapai persetujuan dan meyelsaiakan perselisihan tersebut. - atritrase adalah salah satu jenis alternatif penyelesaian sengketa dimana para pihal menyerahkan kewenangan kepada pihak yang netral, yang disebut arbiter, untuk memberikan keputusan - dan dari penyelesaian diatas adapun cara lain yang dapat diguunakan yaitu melalui proses litigasi yang merupakan mekanisme penyelsaian sengketa melalui jalur pengadilan dengan menggunakan pendekatan hukum. lembaga penyelesaiaan merupakan pengadilan umum dan pengadilan niaga.
  • 4. 2015 4 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning Nama Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id Implementasi kasus dalam Sangketa Ekonomi Analisis Hukum Terhadap Kasus Sengketa Tanah Proyek Pemukiman TNI-AL Di Pasuruan Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Pokok Agraria KASUS POSISI Sengketa tanah Prokimal (proyek pemukiman TNI AL) meletus tahun 1998. Warga di sekitar Prokimal sering menggelar unjuk rasa dengan cara memblokade jalur pantura (pantai utara) untuk menuntut pembebasan lahan yang dianggap miliknya. Di lain pihak, menurut keterangan TNI AL, lahan yang diinginkan warga itu merupakan milik TNI AL yang diperoleh dengan pembelian yang sah tahun 1960 seluas 3.569,205 hektare yang tersebar di dua kecamatan, yakni Nguling dan Lekok, serta di 11 desa, yakni Desa Sumberanyar, Sumberagung, Semedusari, Wates, Jatirejo, Pasinan, Balunganyar, Brang, Gejugjati, Tamping, dan Alas Telogo. Saat itu tanah tersebut dibeli seharga Rp 77,66 juta dan rencananya digunakan untuk pusat pendidikan dan latihan TNI AL yang terlengkap dan terbesar. Karena belum memiliki dana, agar tidak telantar, tanah tersebut dijadikan area perkebunan dengan menempatkan 185 keluarga prajurit. Kemudian pada 1984 keluar Surat Keputusan KSAL No Skep/675/1984 tanggal 28 Maret 1984 yang menunjuk Puskopal dalam hal ini Yasbhum (Yayasan Sosial Bhumyamca) untuk memanfaatkan lahan tersebut sebagai lahan perkebunan produktif, dengan memanfaatkan penduduk setempat sebagai pekerja. Upaya-upaya penyelesaian sertifikasi tanah yang dilaksanakan Lantamal III Surabaya sejak 20 Januari 1986 dapat terealisir BPN pada 1993 dengan terbitnya sertifikat sebanyak 14 bidang dengan luas 3.676 hektare. Meski demikian masih ada penduduk yang belum melaksanakan pindah dari tanah yang telah dibebaskan TNI AL. Pada 20 November 1993 Bupati Pasuruan mengirimkan surat kepada Komandan Lantamal III Surabaya perihal usulan pemukiman kembali nonpemukim TNI AL di daerah Prokimal Grati. Kemudian Bupati Pasuruan mengajukan surat kepada KSAL pada 3 Januari 1998 untuk mengusulkan bahwa tanah relokasi untuk penduduk nonpemukim TNI AL agar diberikan seluas 500 meter persegi per KK. Dari catatan media Surya, dalam setahun terakhir terjadi dua kali pemblokiran jalan pantura oleh warga, yakni 14 Desember 2006 dan 10 Januari 2007. Selain itu, warga Desa Alas Telogo, Kecamatan Lekok, memilih menempuh jalur hukum dan menggugat kepemilikan tanah itu ke Pengadilan Negeri (PN) Bangil, 18 Juli 2006 lalu. Gugatan itu ditempuh 256 warga, namun mereka dinyatakan kalah oleh PN Bangil dalam sidang 12 Maret lalu. Munculnya keputusan tersebut membuat warga marah hingga berujung pada bentrokan dengan polisi seusai sidang putusan. Sebelum persidangan itu, yakni pada 15 Februari, Pangarmatim Laksda Moekhlas Sidik meresmikan Prokimal sebagai pusat latihan tempur (Puslatpur) dan warga 11 desa yang berjumlah sekitar 5.700 keluarga rencananya direlokasi ke bagian yang aman. “Sesuai pesan Panglima TNI, 2007 ini lahan akan di-set up ulang sebagai pusat latihan tempur untuk meningkatkan profesionalitas prajurit TNI AL. Untuk relokasi warga, karena ada niatan baik dari kami, tidak akan terjadi masalah seperti saya utarakan di hadapan warga,” kata Laksda Moekhlas Sidik saat meresmikan Prokimal sebagai Puslatpur. Janji untuk merelokasi warga kemudian diwujudkan, dan 360 hektare tanah diberikan kepada
  • 5. 2015 5 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning Nama Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id warga di 11 desa yang ditempatkan di luar sabuk batas tempat latihan tempur. “Sesuai Keputusan KSAL, lahan Prokimal dijadikan pusat latihan tempur dan 5.702 rumah direlokasi di luar garis latihan. Setiap rumah diberi tanah 500 meter persegi sekaligus bentuk pelepasan dari inventarisasi kekayaan negara (IKN) AL. Untuk biaya relokasi, TNI AL dan Bupati akan mengusulkan kepada pimpinan masing-masing,” tandas Moekhlas Sidik didampingi Bupati Pasuruan Jusbakir Aldjufri kepada wartawan seusai bertemu dengan 11 kepala desa mewakili warga di lahan Prokimal Grati, 22 Maret lalu. Selain itu, TNI AL juga memberikan tambahan lahan sebesar 20 persen untuk pemenuhan fasilitas umum. Dengan adanya keputusan ini, diharapkan masyarakat tidak resah karena jaminan keamanan tidak terkena peluru nyasar serta adanya keputusan hukum atas tanah yang dimilikinya. Upaya relokasi warga 11 desa ini disambut positif Pemkab Pasuruan, bahkan Pemkab mengusulkan anggaran untuk relokasi itu ke pemerintah pusat ditambah dengan anggaran dari APBD Kabupaten Pasuruan. Meski TNI AL memberikan tanah seluas 360 hektare kepada warga 11 desa, namun para kepala desa saat itu tidak berani menerimanya dan hanya akan menyampaikan lebih dulu kepada warga. Alasannya, lahan 500 meter persegi dianggap kurang untuk memenuhi kebutuhan warga. Di tengah upaya penyelesaian sengketa kasus tanah dengan jalan damai itulah, tiba-tiba terjadi insiden antara Marinir dengan warga Rabu (30/5), yang menyebabkan empat warga tewas dan enam lainnya luka-luka. Sengketa masalah tanah antara warga dengan TNI di Kabupaten Pasuruan bukan hanya terjadi di lahan Prokimal, Grati. Di Raci, Kecamatan Bangil, juga terjadi kasus sengketa tanah serupa antara warga dengan TNI Angkatan Udara (AU). Namun dalam kasus Raci ini, pihak TNI AU telah memberikan lampu hijau untuk pengelolaan lahan dengan porsi 60:40 untuk TNI AU dan warga Desa Raci. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Masalah tersebut bukan sekadar insiden, tapi (lagi-lagi) tragedi. Celakanya, tragedi semacam ini bukan hanya sekali-dua, tapi berulang-ulang seakan tak ada bosannya. Tragedi ini pun semakin menambah panjang daftar korban dari berbagai kasus yang bersumberkan sengketa tanah (agraria) di Indonesia. Sengketa tanah dan sumber-sumber agraria pada umumnya sepertinya merupakan konflik laten. Dari berbagai kasus yang terjadi, bangkit dan menajamnya sengketa tanah tidaklah terjadi seketika, namun tumbuh dan terbentuk dari benih-benih yang sekian lama memang telah terendap. Pihak-pihak yang bersengketa pun sebagian besar kalaupun tidak bisa disebut, hampir seluruhnya bukan hanya individual, namun melibatkan tataran komunal. Keterlibatan secara komunal inilah yang memungkinkan sengketa tanah merebak menjadi kerusuhan massal yang menelan banyak korban. Tatkala kerusuhan meledak, rakyat lah yang kerap menanggung akibat yang paling berat. Pada konteks kasus-kasus sengketa tanah ini, kiranya bukan sekadar desas-desus jika ada cerita, negara justru kerap bersekongkol dengan para pemilik modal. Rakyat cukup diberi ilusi semua demi negeri ini, demi terwujudnya kehidupan masyarakat yang gemah ripah loh jinawi repeh rapih toto tengtrem kerto raharjo. Mereka yang menolak ilusi tersebut, gampang saja solusinya tinggal memberinya shock therapy dengan teror, intimidasi, dan tindakan refresi. Cerita semacam ini kiranya bukan hanya tersimpan sebagai milik Rezim Orde Baru. Di alam keindonesiaan kita hari ini yang konon tengah menyuarakan reformasi, berbagai bentuk intimidasi dan kekerasan oleh (aparat) negara terhadap masyarakat masih kerap terjadi dalam konteks sengketa tanah dan sumber-sumber agraria pada umumnya. Sebut saja,
  • 6. 2015 6 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning Nama Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id kasus penggusuran Masyarakat Adat Meler-Kuwus, Manggarai, NTT yang dituduh telah melakukan “perampasan tanah negara” pada tahun 2002 atau kasus penangkapan dan intimidasi terhadap delapan anggota Serikat Petani Pasundan di Garut yang dituduh sebagai perambah dan perusak hutan pada awal Maret 2006. Padahal, Tap MPR No. IX/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam telah mengamatkan bahwa “menghormati dan menjunjung tinggi hak asasi manusia” adalah salah satu prinsip yang wajib ditegakkan oleh (aparat) negara dalam penanganan sengketa agraria. Dengan merujuk pada Tap MPR ini saja, cara-cara yang ditempuh oleh (aparat) negara itu tentu saja menjadi tindakan yang tragis-ironis. Sekali lagi hal itu pun bisa menunjukkan, betapa bobroknya implementasi hukum kita, dan betapa masyarakat yang semestinya dilindungi selalu berada dalam posisi tidak berdaya, selalu dipersalahkan, dan menjadi korban. Malangnya, hampir dalam setiap kasus sengketa tanah, posisi masyarakat selalu lemah atau dilemahkan. Masyarakat sering tidak memiliki dokumen-dokumen legal yang bisa membuktikan kepemilikan tanahnya. Mereka bisanya hanya bersandar pada “kepemilikan historis” dimana tanah yang mereka miliki telah ditempati dan digarap secara turun-temurun. Didalam Undang- undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok Agraria (UUPA) sebenarnya termaktub satu ketentuan akan adanya jaminan bagi setiap warga negara untuk memiliki tanah serta mendapat manfaat dari hasilnya (pasal 9 ayat 2). Jika mengacu pada ketentuan itu dan juga merujuk pada PP No. 24/1997 tentang Pendaftaran Tanah (terutama pasal 2) Badan Pertanahan Nasional (BPN) semestinya dapat menerbitkan dokumen legal (sertifikat) yang dibutuhkan oleh setiap warga negara dengan mekanisme yang mudah, terlebih lagi jika warga negara yang bersangkutan sebelumnya telah memiliki bukti lama atas hak tanah mereka. Namun sangat disayangkan pembuktian dokumen legal melalui sertifikasi pun ternyata bukan solusi jitu dalam kasus sengketa tanah. Seringkali sebidang tanah bersertifikat lebih dari satu, pada kasus Meruya yang belakangan sedang mencuat, misalnya. Bahkan, pada beberapa kasus, sertifikat yang telah diterbitkan pun kemudian bisa dianggap aspro (asli tapi salah prosedur). Dari hal tersebut setidaknya ada 3 (tiga) faktor penyebab sering munculnya masalah sengketa tanah, diantaranya yaitu : a) Sistem administrasi pertanahan, terutama dalam hal sertifikasi tanah, yang tidak beres. Masalah ini muncul boleh jadi karena sistem administrasi yang lemah dan mungkin pula karena banyaknya oknum yang pandai memainkan celah-celah hukum yang lemah. b) Distribusi kepemilikan tanah yang tidak merata. Ketidakseimbangan dalam distribusi kepemilikan tanah ini baik untuk tanah pertanian maupun bukan pertanian telah menimbulkan ketimpangan baik secara ekonomi, politis maupun sosiologis. Dalam hal ini, masyarakat bawah, khususnya petani atau penggarap tanah memikul beban paling berat. Ketimpangan distribusi tanah ini tidak terlepas dari kebijakan ekonomi yang cenderung kapitalistik dan liberalistik. c) Legalitas kepemilikan tanah yang semata-mata didasarkan pada bukti formal (sertifikat), tanpa memperhatikan produktivitas tanah. Akibatnya, secara legal (de jure), boleh jadi banyak tanah bersertifikat dimiliki oleh perusahaan atau para pemodal besar, karena mereka telah membelinya dari para petani atau pemilik tanah, tetapi tanah tersebut lama ditelantarkan begitu saja.Ironisnya ketika masyarakt miskin mencoba memanfaatkan lahan terlantar tersebut dengan menggarapnya, bahkan ada yang sampai
  • 7. 2015 7 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning Nama Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id puluhan tahun, dengan gampanya mereka dikalahkan haknya di pengadilan tatkala muncul sengketa. Ketetapan MPR No. IX/2001 tentang Pembaharuan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam, Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok Agraria, Undang- undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, dan Keppres No.34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional di Bidang Pertanahan, pada dasarnya memberi kewenangan yang besar kepada pemerintah daerah untuk menuntaskan masalah- masalah agraria. Adalah sudah selayaknya terlepas dari berbagai kekurangan yang tersimpan di dalam instrumen-instrumen hukum itu jika kewenangan tersebut dimplementasikan, dengan prinsip-prinsip yang tidak melawan hukum itu sendiri tentunya. Sementara itu, gagasan untuk membentuk kelembagaan dan mekanisme khusus untuk menyelesaikan sengketa tanah semacam Komisi Nasional Penyelesaian Sengketa Agraria dan juga pembentukan lembaga sejenis di daerah sebagaimana yang pernah diusulkan oleh berbagai kalangan, kiranya menjadi relevan pula untuk semakin didesakkan, terlebih jika pemerintah memang benar-benar berkehendak untuk menjalankan reforma agraria dan menangani permasalahan agraria secara serius. Belajar dari tragedi Pasuruan, jika Badan Pertanahan Nasional mencatat ada 2.810 kasus sengketa tanah yang berskala nasional, maka boleh dibayangkan bagaimana hebatnya bom waktu yang akan meledak jika kasus-kasus tersebut tidak segera mendapatkan penanganan dan penyelesaian yang layak dan yang berpihak pada kepentingan rakyat. Negara mengatur pengelolaan sumber daya agraria untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, sampai hari ini barangkali masih hanya sebatas retorika. Yang kerap terjadi justru sebaliknya dimana rakyat yang kehilangan kemakmuran sebesar-besarnya. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Sengketa tanah dan sumber-sumber agraria pada umumnya sepertinya merupakan konflik laten dan pihak-pihak yang bersengketa pun sebagian besar kalaupun tidak bisa disebut, hampir seluruhnya bukan hanya individual, namun melibatkan tataran komunal maka boleh dibayangkan bagaimana hebatnya bom waktu yang akan meledak jika kasus-kasus sengketa tanah tersebut tidak segera mendapatkan penanganan dan penyelesaian yang layak dan yang berpihak pada kepentingan rakyat. Ada 3 (tiga) faktor penyebab sering munculnya masalah sengketa tanah, diantaranya yaitu sistem administrasi pertanahan terutama dalam hal sertifikasi tanah yang tidak beres, distribusi kepemilikan tanah yang tidak merata dan legalitas kepemilikan tanah yang semata-mata didasarkan pada bukti formal (sertifikat) tanpa memperhatikan produktivitas tanah. Berdasarkan Ketetapan MPR No. IX/2001 tentang Pembaharuan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam, Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok Agraria, Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, dan Keppres No.34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional di Bidang Pertanahan, pada dasarnya memberi kewenangan untuk menjalankan reforma agraria yang besar kepada pemerintah daerah untuk menuntaskan masalah-masalah agraria secara serius. Cara penyelesaian
  • 8. 2015 8 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning Nama Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id Banyaknya permasalahan pertanahan yang melibatkan masyarakat dengan masyarakat, masyarakat dengan perusahaan maupun masyarakat dengan pemerintah yang kerap berujung pada dirugikannya salah satu pihak dirasakan perlu dilakukan penyelesaian sengketa alternatif (PSA). Saat ini di Indonesia belum ada langkah PSA, selama ini permasalahan sengketa pertanahan selalu di selesaikan di pengadilan dimana biasanya dalam proses pengadilan tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama, biaya cukup mahal dan tidak bisa langsung di eksekusi. Sehingga sebelum berkas perkara masuk ke pengadilan perlu dibuat mekanisme PSA. Diantaranya membuat lembaga mediasi dan membuat arbitrase pertanahan, dimana lembaga mediasi bertugas mempertemukan pihak-pihak bersengketa, sedangkan arbitrase mempunyai tugas untuk melakukan penyelesaian di luar pengadilan tetapi berkas berada di pengadilan
  • 9. 2015 9 Nama Mata Kuliah Pusat Bahan Ajar dan eLearning Nama Dosen Penyusun http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka https://wonkdermayu.wordpress.com/artikel/analisis-hukum-terhadap-kasus-sengketa- tanah-proyek-pemukiman-tni-al-di-pasuruan-dihubungkan-dengan-undang-undang- nomor-5-tahun-1960-tentang-pokok-agraria/ https://aliesaja.wordpress.com/2010/06/03/penyelesaian-sengketa-ekonomi/ http://tugaskuliah-adit.blogspot.com/%20Penyelesaian-%20Sengketa- %20Ekonomi.Html https://kbbi.web.id/Sengketa