Puisi ini asli karya In Hari Purwanto, S.Pd., M.Si., M.Pd. berisi tentang kehidupan manusia yang sempat dipotret penyair menjadi karya kumpulan puisi kaca mata.
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Kumpulan puisi kaca mata
1. 1
KUMPULAN PUISI
KACA MATA
karya
IN HARI PUWANTO, M.Si., M.Pd.
MGMP BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
DINAS PENDIDIKAN DAN OLAHRAGA
KABUPATEN KEDIRI
2013
2
PENGANTAR
Secara etimologis kata puisi berasal dari bahasa Yunani
poeima yang berarti membuat, poesis yang berarti
pembuatan, atau poeities yang berarti membuat, pembangun
atau pembentuk. Di Inggris puisi itu disebut poem atau poetry
yang tidak jauh berbeda dengan to make atau to create,
sehingga pernah lama sekali di Inggris puisi itu disebut maker
(Tjahjono, 2011:5)
Dengan demikian tidak salah apabila puisi diartikan
sebagai pembangun, pembentuk atau pembuat, karena pada
dasarnya menulis sebuah puisi berarti membangun, atau
membuat atau membentuk sebuah dunia baru. Dunia
imajener dari sebuah realita.
Selanjutnya Tjahjono (2011:6) menjelaskan bahwa puisi
mempunyai kekhasan apabila dibandingkan dengan prosa dan
drama. Kekhasan itu adalah kepadatan, irama, dan tipografi.
Kepadatan puisi menjadikan puisi amat konsentratif,
aksentuatif, dan sublimatif.
Di samping itu irama menjadi salah satu pembentuk efek
estetik dan artistik sebuah puisi. Irama bisa dibentuk dengan
persajakan. Pada perkembangannya, puisi-puisi modern mulai
meninggalkan persajakan klasik atau konvensional. Hal
tersebut tidak mengurangi nilai ritmis sebuah puisi.
Sedang tipografis puisi terungkap lewat bait dan larik. Bait
dan larik menjadi ciri visual sebuah puisi. Prosa umumnya
dibangun dengan pola paragraf dan bab-bab. Naskah drama
menonjolkan dialog dan narasi atau petunjuk laku dalam
ekspresi tulis yang sangat berbeda dengan puisi.
Yang lebih penting lagi ialah pemakaian bahasa dalam
puisi. Bahasa puisi berbeda dengan bahasa wacana dalam
prosa. Hal ini dipengaruhi oleh sifat kepadatan dan estetika
2. 3
puisi. Menurut Riffaterre (dalam Tjahjono, 2011:8) puisi itu
menyatakan tidak langsung, yaitu mengatakan sesuatu
dengan cara yang lain, berbeda dengan kelaziman orang
dalam mengungkapkan gagasan atau perasaannya. Ketidak-
langsungan tersebut disebabkan oleh displacing (penggantian
arti), distorting (penyimpangan arti), dan creating of meaning
(penciptaan arti).
Puisi bermanfaat untuk menghibur diri pembaca, mampu
menghadirkan suasana diri yang nyaman. Bahkan dengan puisi
seseorang mampu membangun tali silaturrahim dengan
kekasih, orang tua, saudara, tetangga dan sebagainya dalam
cinta. Selanjutnya Tjahjono (2011:19) menjelaskan bahwa
dengan puisi kita dapat membayangkan zaman yang akan
datang, perubahan dari yang fana kepada zaman yang lebih
kekal. Puisi juga merupakan doa, sarana kita memuji,
memohon dan bersyukur atas karunia Tuhan. Puisi dapat
hadir pula sebagai kontrol sosial melalui ungkapan-ungkapan
kritisnya.
Kediri, Januari 2013
ttd
Penulis
4
DAFTAR ISI
1. Generasi Garuda 5
2. Cinta 6
3. Rosa dan Bos Besar 7
4. Malam 11 Januari 2012 8
5. Bunga Trotoar 9
6. Aktor Lucu 10
7. Kupu-Kupu 11
8. Bunga Desa 12
9. Senyum 13
10. Aku 14
11. Wanita Idaman 15
12. Tawon 16
13. Semut 17
14. Contekan 18
15. Pengawas UN 19
16. Tikus dan Kucing 20
17. Bintang Malam 21
18. Kambing Hitam 22
19. Amburadul 23
20. Sial Sebelas 24
21. Sunyi Lelap 25
22. Mata Dewa 26
23. Mendung Kelam 27
24. Generasi Pinggiran 28
25. Gerimis Pagi 29
26. Nyamuk 30
27. Menanti 31
28. Dik Ayuningati 32
29. Zaman Edan 33
30. Berbaringlah Mata 34
3. 5
31. Dering Bel 35
32. Jelita Tersenyum 36
33. Kaca Mata 37
34. KPK 38
35. Televisi 39
36. Hidup dan Mati 40
37. Langit Biru 41
38. Wujud dan Rupa 42
39. Gerah 43
40. Galau 44
41. Bimbang 45
42. Kagum 46
43. Pengakuan 47
44. Rengkuhan 48
45. Pertentangan 49
46. Kebijakan Tidak Bijaksana 50
47. Segelas Kopi Warung 51
6
1. Generasi Garuda
Karya: IHP, 30 Nov ‘11
Baca buku mengukir ilmu
Ilmu berdiam diri membeku
Hangat panas semangat baca
Mencairkan kebekuan harta
Pandai pintar jabatan harta melirik
Tatapan tajam insan hati tertarik
Senja membuka selimut mentari
Anak manusia membuka pikir menari
Aksara demi aksara dilantunkan
Meniti kata dalam baris persajakan
Majas gaya bahasa pujangga diamankan
Generasi garuda gapailah masa depan
4. 7
2. Cinta
karya: IHP, 29 Nov ’11
Cinta kala senja merekah
Maju badan meringkuk wajah
Suasana batin merah jambu
Sembunyikan hati retak kalbu
Sinar violet panorama senja
Lucu pantai ubah cinta
Cintaku bawa damai
Mengalir bagai sungai
8
3. Rosa dan Bos Besar
Karya: IHP, 12-01-2012
Jujur diancam ajur, Jujur dianggap ngawur
Jujur menjadi bubur, Jujur berubah kabur
Jujur milik bos besar, Jujur milik siapa saja
Jujur menimbulkan masalah
Jujur menjadi saksi, Jujur menjadi hakim
Jujur menjadi polisi
Jujur menjadi pengacara
Jujur menjadi WNI bermartabat
Jujur janganlah mengubah diri jadi slogan
Jujur janganlah menjadi bualan Rosa
Jujur janganlah menjadi sandiwara Bos Besar
Jujur janganlah dimusnahkan, Jujur janganlah didewakan
Jujur janganlah hanya sebatas tameng
Jujur janganlah dikhianati
Jujur janganlah menjadi objek ejekan
Jujur janganlah menjadi kambing hitam
Jujur sekarang entah esok
Jujur sekarang entah kemarin
Jujur Rosa atau Jujur Bos Besar
5. 9
4. Malam 11 Januari 2012
karya: IHP, 11-01-2012
Esok 11 Januari 2012, hari kelahiranku
Esok genap usia 40 tahun
Esok harapan baru menanti
Esok misteri kehidupan
Esok waktu membarui SIM-ku
Esok pertama memberi didikan siswaku
Esok apa ada pesta?
Esok apa ada uang ekstra?
Malam petang mengirim lebat hujan
Menambah cuaca menghangat dingin basah
Terbang layang hewan malam kecil bergembira
Manambah kotor lantai plataran gereja
Alunan suara pendeta Gidion melambai-lambai
Gemuruh panitia natal membubarkan diri
Sorak sambut ucapan terima kasih
Marilah membangun mimpi megah pada natal 2012
Marilah menabung rupiah di tengah keprihatinan
Marilah mengumpulkan harta dan talenta dari Tuhan
Marilah memikirkan tujuan utama perayaan natal
Marilah menikmati natal dengan iman bukan semata
jasmani
Apakah natal ajakan hidup baru?
Apakah natal ajakaan saling ampuni?
Apakah natal ajakan menghamburkan uang?
10
5. Bunga Trotoar
karya: IHP, 16 – 12 – 2011
Harum bunga semerbak di trotoar jalan kota
Lemah gemulai tersembul di lekuk tubuhmu
Senyum manis menebarkan janji cinta hangat
Tingkah lakumu mengundang mata memandang tak
berkedip
Gaya bersolekmu memberikan tanda khusus bagi mereka
yang membutuhkan
Tangis hatimu di balik senyum mesramu tak pernah ada yang
mendengar kecuali malaikat
Beban beratmu yang kau lepas dalam kehangatan cinta
maya tak pernah lepas
Mereka ada kala butuh sekadar pelampiasan hasrat
Mereka ada kala butuh karena persamaan nasib pelarian diri
dari kenyataan
6. 11
6. Aktor Lucu
karya: IHP, 16 – 12 – 2011
Ngantuk milik mamalia termasuk manusia
Mengantuk menyerang tiba-tiba tanpa disengaja
Ngantuk adakalanya suatu kenikmatan sebelum tidur
Mengantuk dialami bagi manusia yang lelah pikir kurang
tidur
Ngantuk menjadi tradisi siswa kurang gizi
Mengantuk tak memihak entah pejabat maupun penjahat
Ngantuk memeluk tubuh si miskin maupun si kaya
Mengantuk menjadi aktor lucu bila jadi tontonan oleh orang
lain
12
7. Kupu-Kupu
karya: IHP, 16 – 12 – 2011
Pagi sejuk dingin siang panas semilir terbang melayang
sambil hinggap bunga sana bunga sini tak kenal lelah
Kau menari-nari di alam bebas menghisap udara segar bebas
menghisap madu bebas tanpa batas
Kau hanya waktu yang merenggut kebebasanmu, bila waktu
berakhir di saat menebarkan telor-telor generasi barumu
maka kebebasanmu menjadi milik generasimu
Keindahan warna sayapmu senada pesona tarianmu di awan
biru menghibur semua makhluk bumi
Petaka bagi manusia di saat kau tebarkan jutaan telor yang
menetas jadi ulat bulu
Kepompongmu terkadang jadi berkah bagi manusia untuk
makanan piaraan
7. 13
8. Bunga Desa
karya: IHP, 16 – 12 – 2011
Namamu mengundang tanya banyak orang
Kemolekanmu memusingkan mata pria nakal
Harum pesona rambut melambai-lambai
Kedipan mata mengandung sejuta tafsir bayangan
Lenggang lenggokmu memikat anjing jalanan
Wajah mulus keningmu memancar kesucian hati yang polos
Senyum sunggingmu menggeleparkan hati pria jomblo
kesepian
Suara sengal bicaramu merontokan angan-angan para duda
Suara rintih tawamu menggetarkan bulu kuduk
Desahan bisik rayumu membubarkan niat baik
Lentik bulu matamu menambah gelora hati membara
Oh ... memang pantas kau disebut bunga desa
Elok paras bagai bidadari turun dari khayangan
Oh ... bunga desa, syarat apa yang ingin kau tebarkan pada
setiap pria yang datang?
14
9. Senyum
karya: IHP, 16 – 12 – 2011
Senyum awal dari sapaan
Senyum melambangkan kesan penuh arti
Senyum membagikan amalan kalbu
Senyum membangkitkan harapan yang tak pasti
Senyum membakar urat syaraf yang mati
Senyum memikat kesan pertama pertemuan
Senyum merayu hati gersang sepi
Senyum menutupi kejahatan yang belum ketahuan
Senyum merasakan rasa persaudaraan semu
Senyum menyibir perilaku yang sebaliknya
Senyum meredakan gemuruh hati mendidih
Senyum menebarkan kasih sayang abadi
Senyum melambangkan cinta bersemi
Senyum ciri khas kepala negara
8. 15
10. Aku
karya: IHP, 16 – 12 – 2011
Wajahku membias harapan mata
Rambutku berkilau silau cahaya
Bibirku menghiasi debur ombak
Telingaku penuh gelombang cinta
Dahiku bersemayam impian
Daguku menebar kilauan berlian
Keningku memikat angin sepoi
Tanganku mencatat kisah berlalu
Kakiku menapak tilas realita
Lututku bersujud khusuk
Pantatku lukis keseharian
Dadaku memegahkan bayangan
Perutku simbol kemakmuran
Pinggangku mempesona lawan
Aku tokoh panggung sandiwara
Siapakah sutradara?
16
11. Wanita Idaman
karya: IHP, 16 – 12 – 2011
Kau mengalahkan miliaran wanita
Kau menghiasi tubuh permata cinta
Kau memikat pria ada adanya
Kau bersolek lembut budi bahasa
Kau mempesona pria dengan kesabaran
Kau menjadi ibu dari anak kesayangan
Kau wanita idaman bagi suami
Kau wanita idaman bagi pria tampan
Kau wanita idaman bagi anak-anak
Kau wanita idaman bagi negara
9. 17
12. Tawon
karya: IHP, 16 – 12 – 2011
Sengatan entup senjata andalanmu
Sengatanmu melukai kulit manusia
Namun madu manismu menyehatkan
Bunga mekar menunggu belaianmu
Bunga mekar merasakan cumbuanmu
Bunga mekar merelakan madu kauambil
Bunga mekar rela layu setelah semua madu kauisap habis
Tawon menjadi merk mobil 660 cc buatan putra Indonesia
Tawon menjadi manusia hidup kaya raya
Sengatan tawon dipakai obat sejenis tusuk jarum
Tawon banyak manfaat maka perlu dibudidayakan
Madu kerjamu menambah kecerdasan generasi bangsa
18
13. Semut
karya: IHP, 16 – 12 – 2011
Hitam kecil-kecil merambat dinding
Siang petang pagi sore tak kauhiraukan
Kerjamu membuat malu manusia pemalas
Etos kerjamu melukai hati para pejabat
Gotong royongmu mencabik-cabik penguasa
Saling sapa meluluhkan wakil rakyat
Kadang kegigihan semangatmu membuat marah para ibu-ibu
rumah tangga
Kadang kehadiranmu disambut alhamdulillah obat penyakit
dalam dating
Rumah semut menjadi komoditi ekspor obat alternative
Semut, manusia banyak belajar dari perilakumu
10. 19
14. Contekan
karya: IHP, 14 – 12 – 2011
Belajar cepat tepat dan dapat tak peduli setan lewat, Guru
lihat sapa dengan senyum manis
Kebersamaan hanya selingan belaka bila contekan lagi bokek
gitu lho
Belajar merajut kata yang dibaca tanpa makna yang ada
hanya tulis sampai habis
Tokoh idola mencontek ada Chintia, Dewi, Ratna, dan Galih
Mereka jago dan ahli contek mencontek
Mereka sesaat bersitegang dengan guru pengawas ujian
yang super ketat
Mereka sesaat bersahabat dengan guru pengawas ujian yang
ngantukan
Mereka lebih takut nilai dapat jelek dari wajah hantu
kuntilanak yang seram
20
15. Pengawas UN
karya: IHP, 14 – 12 – 2011
Maju kena apalagi mundur
Disiplin musuh peserta curang
Bersahabat musuh pemerintah
Batin menangis kering air mata
Jabatan bertengger untuk menendang
Jujur ajur jadi bubur melebur lumur
Peserta UN dari tahun ke tahun berubah
Seiring perubahan aturan UN
Orang tua rela amal tumpukan rupiah
Demi anak kesayangan yang lamban
Namun cita-cita menjulang langit
11. 21
16. Tikus dan Kucing
karya: IHP, 14 – 12 – 2011
Tikus binatang, Kucing juga binatang
Ada yang bilang simbol egois dan kelicikan
Tikus mengerat apa pun yang disukai
Tikus kantor menjadi koruptor
Kucing menangkap dan memangsa semua tikus
Kucing kantor menangkap dan memangsa koruptor
Kucing kantor menjadi pemberantas koruptor
Kucing kantor bernegosiasi uang tebal sama tikus kantor
Keberadaan tikus milik kucing, keberadaan kucing
kesempatan tikus
Tikus dan kucing saling menantang, saling pandang, saling
cari kesempatan.
Mereka saling adu kecerdikan dan kelicikan
22
17. Bintang Malam
karya: IHP, 14 – 12 – 2011
Cemerlang sinar pancar terang awan gelap gulita
Batu angkasa melayang terbang tak tentu arah meminta
Cahaya bulan kuat sinar bintang tajam gempita
Beraneka warna bentuk segi dan sudut tetap bagai pelita
Cerita dan lagu anak-anak mengagungkan si jelita
Berhembuslah anginmalam menunggu si gempita
Cantik jelita mengusir warna peluk pelita
Bangsawan pakai simbol bintang derita
Cerdik bidadari layang di alam semesta
Berjaya dewa semedi pinta senjata
Cincin melingkar tanda keabadian cinta
Bercerminlah para bintang bila ingin dipinta
Cinta mampu gapai bahagia dan derita
Bertebaran bintang malam maknai insan bercinta
12. 23
18. Kambing Hitam
karya: IHP, 14 – 12 – 2011
Belajar tunduk lempar pandang
Mata sejuta sorot gerak pengawas
Mata selingkuh tangan raba-raba
Mata memaling merekam rabaan
Tangan merajut jawaban soal
Option A, B, C, D, E mana pilih
Bingung kadang salah daripada benar
Takut nilai jelek dari nilai moral
Takut dimarahi dari budaya curang
Takut tidak naik kelas, tidak lulus sekolah
Takut semua angan melayang
Pengawas jadi kambing hitam
Pengawas bersabar beramal demi pendidikan
Amalan indah kadang cercahan menghadang
24
19. Amburadul
karya: IHP, 14 – 12 – 2011
Siswa guru orang tua masyarakat, mereka komponen
penyebab maju dan mundur kualitas pendidikan Indonesia.
Guru stres, orang tua stres, masyarakat stres jadilah siswa
stres.
PR, masalah teman, masalah cita dan cinta bikin siswa stres.
Guru, orang tua, masyarakat yang menghakimi dan memaksa
kehendak, asal mula siswa stres.
Budaya gengsi, bonek, mengejar mimpi, akibat siswa stres.
Siswa stres, bangsa dan negara lambat laun jadi amburadul.
Siswa stres, pendidikan perilaku yang ekstra disiplin kaya
robot.
13. 25
20. Sial Sebelas
karya: IHP, 14 – 12 – 2011
Sial, anganku terbang layang-layang
Sial, kerjaku pulas mendengkur di awang
Sial, pacarku dirayu orang kaya bujang
Sial, laptopku lelah mogok begadang
Sial, motorku ganti aus dipandang
Sial, siswaku melelahkan cara pandang
Sial, citaku kabur lebur terbawa di awang
Sial, cintaku bertepok sebelah menentang
Sial, awakku lapar lelah menerjang
Sial, temanku meragukan buah matang
Sial, duniaku melerai semangat juang
26
21. Sunyi Lelap
karya: IHP, 14 – 12 – 2011
Gemuruh ombak tiada dendang
Nyiur lambaikan angin enggan datang
Gurau siswa ujian dipatah pandang
Nyanyian jangkrik lemah bergoyang
Gegeran remaja cinta jadi melayang
Nama megah pahlawan bisu menjulang
Ganti gilir teriak memekak kendang
Nurani membelai cinta yang menghadang
Gagal bercatur lawan ditendang
Negeri tanpa pemimpi bangsa terbelakang
Gadis desa tergeletak di awan melayang
Nama tanpa bayangan awak jadi hilang
Gunung Kelud meletus tanpa batu melayang
Nyanyian bidadari mengalun tanpa syair dendang
Gerimis lemah pawang sedang terawang
Nikmat tawa takdir menentang
Genggam gembira terlena di gawang
Nang ning nong gong digoyang kerawang
Gemerlap sinar nyenyakan tembang-tembang
Ninabobok lelap mata awak ditimang
14. 27
22. Mata Dewa
karya: IHP, 13 – 12 – 2011
Mata memancar sinar kehidupan
Banyak mata memandang alami keredupan
Menanti dan menanti petani tuwai panen depan
Bocah kecil ramaikan mainan masa depan
Menari-narilah burung-burung di awan-awan
Bersorak-sorailah hewan berebut pangan
Mengalirlah fotosintesis daun tumbuhan
Berhentilah siang menunggu lelahan
Menyambut hari baru selamat pagi kuucapkan
Berlian dicari manusia simbol kemewahan
Mimpi orang pinggiran menyambut kemegahan
Berlabuhlah senyum manis dalam hamparan
Menatap sayup mata dewa berbinaran
Bekerja siang, malam, tanpa berlelah-lelahan
Marilah memandang jauh ke depan
Berbudi bahasa menghadang harapan
Mata dewa berkelana menginjak landasan
Berlomba menantang alasan
28
23. Mendung Kelam
karya: IHP, 12 – 12 – 2011
Awan menguak lebar rebahkan mentari siang
Angin semilir menggoda burung-burung di awang-awang
Awas sapaan mesra dari halilintar terbentang
Akankah tetes air dari surga membasahi ladang-ladang
Apa suasana mencekam seram dipandang
Arti apa semua yang akan terjadi diterjang
Awak pesawat terbang cemas harap melayang
Armada persiapan cegah banjir siap menantang
Angkasa luar tak menerima cinta melintang
Anak manusia menanti deras hujan datang
Ayah ibu sibuk mengemasi jemuran tadi siang
Anak ayam menciap-ciap hilang arah menendang-tendang
15. 29
24. Generasi Pinggiran
karya: IHP, 10 – 12 – 2011
Keberadaan mereka perlu dibina dan disayang
Mereka punya hak dan kewajiban melayang
Kemarin mereka berperang berjuang
Mereka sekarang melayang-layang terbang
Ke mana dan di mana pintu cita-cita terpampang
Mereka tak bosan dirajut ilmu bayang-bayang
Kemunafikan sering datang dan terbang
Mereka sering menangisi waktu yang hilang
Kemarahan memeluk kasih sayang
Meraba pagi ganti siang ganti petang
Kemarilah generasi penerus mendatang
Meski pinggiran kota sinar cemerlang
Kemiskinan mereka rebahkan terlentang
Mereka kadang mengukir bangsa tanpa pandang
Kemerosotan moral dan akhlak hilang membayang
Makan dan minum mungkin jarang rentang
Ketakutan membayang
Malas membentang
30
25. Gerimis Pagi
karya: IHP, 9 – 12 – 2011
Cericih mengalun landai suara titik hujan
Sembari mentari lagi bermalas-malasan
Kasak kusuk perjuangan nilai ulangan
Mata beterbangan tak punya tujuan
Kudengar rajutan peserta ulangan
Entah… mereka berpeluk dalam impian
Saat bergandengan menyusuri jalan
Negeri ini lahirkan jutaan pahlawan
Asal bukan pahlawan kesiangan
Sudah budaya gerimis di musim hujan
Tanah kering bersujud syukuran
Gerimis pagi banyak kenangan
Sejuta insan menaruh banyak harapan
Gerimis pagi telah terangan
Senang berdendang pekerjaan
16. 31
26. Nyamuk
karya: IHP, 8 – 12 – 2011
Ngung … nyanyian sunyi
Nging … seruling bidadari
Clekit … plak! Irama tari menari
Siapa tak pernah bersorak sorai
Belalaimu melerai sepi
Manufermu mengajari bernyanyi
Nona manis menari-nari
Bocah nakal memanjat tinggi
Tuan dan Nyonya berpeluk hati
Majikan memanjakan diri
Pelayan menggegam buah kemiri
Serdadu beradu bela diri
Ulama datang waktu mengaji
Mereka donatur berbudi
Mereka sering lupa diri berkali
32
27. Menanti
karya: IHP, 8-12-2011
Bangkitlah sinar dada merona
Menerjang badai rebahkan mata
Bersemilah tunas rasa meraba
Bunyi kereta merayap tak berdaya
Sampai mentari beranak dua
Hingga rasa terbang ke mana
Mengapa bulan malam lama menyapa
Apakah sang surya lupa bekerja
Adakah bidadari tebar bunga cinta
Apa mungkin cinta bersemi tanpa harta
Sabarlah menebar rasa rindu di dada
Belaian silir angin pagi ubah suasana
Menguji diri berkelana tanpa makna
Suara aneh merajai suasana bertapa
Pesanggrahan tinggal kenangan dan tanda
Jemuku, jemumu, jemu dia, dan jemu mereka
Lemah lesuh tubuh rebah tak berdaya
Khiamat datang membawa tawa
17. 33
28. Dik Ayuningati
(Oktober 2011, IHP)
Aduh ... Dik Ayuningati ...
Siang ... Malam ...bayang wajah membayang
apalagi senyummu menggoda
senyum manismu ... semanis madu ...
manis madu hutan kenangan.
Aduh ... Mimpiku ...
Mengapa rinduku merana?
Mengapa sayangku menggoda?
Mengapa Adam ditemani Hawa?
Mengapa bibir tepis membiusku?
Mengapa kedip mata sejukan ...?
Hati penuh harap, sayangku...
Ah ... Sayangku Ayuningati ...
Angan ini rasakan hangat nafas ...
Yang mendesah dalam mimpi ...
Angan ini rasakan belaian tangan ...
Yang menari-nari dalam mimpi ...
Angan ini menjemput bulan madu ...
Yang berpergian dalam mimpi ...
Angan ini terperanga tutur kata ...
Yang semerdu kicau burung Kung ...
Oh ... Dik Ayuningati ...
Masih berapa lama lagi penantian ini?
Belum cukupkah edanku ini?
Edan ... Yah ... Edan tenan ...
Oh ... Wedo’an... Dik Ayuningati.
34
29. Zaman Edan
(Oktober 2011, IHP)
Zamanku zamanmu zaman mereka
Masaku masamu masa mereka
Takdirku takdirmu takdir mereka
Cintaku cintamu cinta mereka, Siapa yang tahu?
Suamiku suamimu suami mereka
Istriku istrimu istri mereka
Anaku anakmu anak mereka
Rumahku rumahmu rumah mereka, Siapa yang tahu?
Mobilku mobilmu mobil mereka
Bajuku bajumu baju mereka
Ranjangku ranjangmu ranjang mereka
Sawahku sawahmu sawah mereka, Siapa yang tahu?
Agamaku agamamu agama mereka
Susuku susumu susu mereka
Maduku madumu madu mereka
Gayaku gayamu gaya mereka, Siapa yang tahu?
Temanku temanmu teman mereka
Darahku darahmu darah mereka
Maluku malumu malu mereka
Hartaku hartamu harta mereka, Siapa yang tahu?
Malaikat pun tak tahu
bila tak diberi tahu.
Hanya Allah swt. yang tahu
karena Maha Tahu.
18. 35
30. Berbaringlah Mata
(IHP, 23 Nov ’11)
Lelah menjemput
Awan pun berkabut
Mentari ikut berkalut
Burung terbang di atas laut
Wahai kau yang takut
Bayang membentang rajut
Menjerat yang tersangkut
Penatianpun menjemput
Mengapa?
Mata membaringkan badan
Mata mengerti kesehatan
Matamu kelihatan surutan
Mataku terkapar di hamparan
Seiring mata dewa yang tiduran
Mengapa?
36
31. Dering Bel
(IHP, 23 Nov ‘11)
Bunyi dering bel tanda lembaran baru
Bunyi dering bel mengagetkan lamunku
Bunyi dering bel mengajakku
Bekerja … bekerja… sampai tiba waktuku
Belajar … belajar … terus mengajariku
Belajar … bekerja … menghampiriku
Sampai kapan menyapaku?
Bosankah kau memanjakanku?
Kenanglah yang kualami
Kejarlah yang kujalani
Kibarkanlah cita-cita insani
Kemarin boleh bernyanyi
Kemarin sudah bermimpi
Sampai kapan mimpi-mimpi berlalu?
Bosankah kau memahamiku?
19. 37
32. Jelita Tersenyum
(IHP, 23 Nov ‘11)
Nada dasar mendesah dadaku
Senyummu meresahkanku
Sinar kerlingmu menggugahku
Tanyamu menghapus lamunku
Mendung cuaca mendukungku
Merajut rasa gelora dadaku
Mengapa egomu merayuku?
Mengapa detak jantungku
bergelora … tanpa seizinku?
Mengapa rona beningmu membiusku?
Mengapa kilauan merah tipismu bisik hasratku?
Mengapa pancaran gelombang asmaraku
berbaur dengan keheningan malam gulitaku?
Mungkinkah Jelita menyapaku?
Mungkinkah Jelita melewati hatiku?
38
33. Kaca Mata
(IHP, 23 Nov ‘11)
Kau mencerahkan pandangku
Kau menyenangkan hatiku
Kau membukakan jendela pikirku
Kau menerobos embun mataku
Kau menerangi gelap tulisanku
Bila kau tak mendekatku, arah jalan hidupku,
entah seperti apa jadinya diriku.
Kurasakan kaca mataku
Kubersihkan kaca mataku
Kuambil kaca mataku
Kupakai kaca mataku
Kurawat kaca mataku
Kubaringkan kaca mataku seiring lelapnya waktu,
lelapnya mata, lelapnya tidur menjemput mimpiku.
20. 39
34. KPK
karya: IHP, 30 Nov ‘11
Komisi Pemberantasan Korupsi mengamuk
KPK akrab panggil koruptor menenteng cambuk
Penguasa melangsingkan diri yang dulu gemuk
Siapa dulu berkuasa namun sekarang ambruk
Kekuasaan tunggal merambah melilit mereka
Pimpinan partai berbondong mencium mereka
Rakyat dengan tangis senyum kecut menatap mereka
Isu menjadi monster di negeri ini memukau mereka
KPK bukan malaikat pencabut nyawa
KPK bukan hantu gentayangan takuti siapa saja
KPK mengorban diri demi negeri
KPK berjaya melayang di awan negeri
40
35. Televisi
karya: IHP, 30 Nov ’11
Tua muda menatap termangu
Tua muda menyerap udara ilmu
Tua muda menyenangi selalu
Tua muda enggan berlalu
Pria perempuan selalu kau hibur
Pria perempuan sering menjadi takabur
Pria perempuan menjadi malas untuk kabur
Pria perempuan berbuat jarang jujur
Kaulah yang membuka jendela kehidupan
Kaulah yang merajut kenangan kehidupan
Kaulah yang mengubah warna pelangi kehidupan
Kaulah yang dinantikan bawa nafas kehidupan
21. 41
36. Hidup dan Mati
karya: IHP, 15 Oktober ’12
Terasa panas kemarau 2012
Olah raga mengucurkan keringat
Petani mengeluh air fatamorgana
Tetap semangat petani berpeluk cari air
Oling bahtera hidup mengancam
Pilih hidup atau mati
Terbang debu beramai menderu
Onggokan sampah menjamu pesta lalat
Pernahkah anak kecil bersedih?
Tanpa ragu dan malu
Orang lapar berpesta ria dengan lalat
Pernahkah terpikirkan oleh tuan?
Tuan dan nyonya harapan mereka
Onggokan sampah rumah tuan dan nyonya
Pelipur rasa lapar mereka setiap hari
Terapung harapanku di kolam air mata
Obor api abadi hangatkan tubuh kurusku
Pernik-pernik tuan dan nyonya menguburku
42
37. Langit Biru
karya: IHP, 15 Oktober ’12
Sinar mata dewa meredup pagi cerah membisu
Anak Adam menikmati segudang sakit abadi
Hati Hawa menebar kabut kepasrahan
Siapa yang peduli?
Adakah harapan menepis kenyataan?
Haruskah manusia berselimut doa?
Sampai kapan kuberharap?
Akankah doaku terkabut?
Harapan mungkin hanya penghiburan sesaat
Siang malam debar jantung terasa lelah
Agungkan nama-Nya selama-lamanya
Hapuslah masa silam kelam dengan tobat
Sayang cita-citaku sudah berlabuh
Apa mungkin datang kehidupan baru
Harap melambung tinggi di langit biru
22. 43
38. Wujud dan Rupa
karya: IHP, 16 Oktober ’12
Semilir desah sejuk dingin terasa di telingaku
Energi panas tubuhku lelah tertidur
Nyonya dan tuan merajut benang kehidupan
Yang tanpa batas kapan berakhir?
Ulama berkumpul bersujud kehadirat-Nya
Membawa visi dan misi yang membelenggu
Kereta kencana simbol wibawa dan kharismatik
Elemen kehidupan saling tindih dan tumpas
Dunia tak pernah jujur dalam berkata
Manis di bibir lain di hati menjadi budaya
Apakah gadis kecilku mengerti arti hidup ini?
Impian anak desa tak sebanding dengan kenyataan
Amukan masa merajalela di sudut kota
Namun kekecewaan menutup mata dewa
Apa mungkin cercahan menutup luka?
Nyanyian malam melelapkan kantukku
Apa mungkin pujian melukai hati?
Ke mana ramalan menempatkan diri?
Ada suka dan duka meratapi nasibku
Dermaga cinta tampak sepi
Akankah dunia kehilangan penghuni
Manusia berganti wujud dan rupa
44
39. Gerah
karya: IHP, 1 November ’12
Dada lapang membentang
Ufuk sinar matahari menentang
Karma dendam menerjang
Agin sepoi berdendang
Laut berdesir menyapa lantang
Arus deras mengaliri jurang
Rawa-rawa menertawakan dengan riang
Armada udara terbang melayang
Nirwana menangis mengerang
Energi panas bumi berkumandang
Senyum kabut pegunungan mengenang
Tertawa pohon pinus bergumang
Air mata ibu pertiwi menggenang
Pikiran sunyi hutan mencengang
Alam semesta tak lelah berjuang
Bumi berdoa sujud sembahyang
Angkasa bersorak sorai melintang
Hujan bermimpi jumpa waktu siang
Arjuna bergetar berbuih menjulang
Gas bercampur angin berpasang-pasang
Ikan di sungai enggan bersulang
Api akhir dari kehidupan mendatang
23. 45
40. Galau
karya: IHP, 2 November ’12
Hati merana entah mengapa?
Akal meronta entah mengapa?
Hati pedih entah mengapa?
Akal memberontak entah mengapa?
Hati pilu entah mengapa?
Akal menangis entah mengapa?
Hidup mati siapa tahu?
Inilah kenyataan yang kutahu
Hidup mati siapa tahu?
Inilah takdir yang bukan urusanku
Hidup mati siapa tahu?
Inilah dunia keberadaanku
Halal haram menampakkan kepadaku
Orang suka dan murka bermesraan
Halal haram menyapa kepadaku
Orang suka dan murka berduaan
Halal haram menghampiri kepadaku
Orang suka dan murka berjabatan
Hidangkan bagi raja
Empat sehat lima sempurna
Hidangkan bagi raja
Empat gadis lima janda
Hidangkan bagi raja
Empat anggur lima delima
46
41. Bimbang
karya: IHP, 2 November ’12
Hamparan cita dan cinta melayang
Ikatan batin dan sukma melayang
Jiwa raga pergi sembahyang
Alam kekal melayang-layang
Umat manusia beranjak pulang
Kiriman hujan tak kunjung datang
Amarahkah alam sekarang?
Hangus tanah tanpa ilalang
Rasa malu rasa duka tanpa muka
Urusan dunia dan akhirat menjadi lupa
Malam siang enggan meronda
Pulanglah si petualang membawa dupa
Ungkapan para wali siswa berlomba
Temuan uang tak bernama
Temaram sinar rembulan
Entah menyapa entah mengejek
Tiada teman tiada saudara
Anak manusia mencari mangsa
Negara bersatu bangsa berpadu
Getarkan gunung-gunung setiap waktu
Galau asmara mendaki puncak
Angkasa penuh sampah berbahaya
Mata air menetes tak menentu
Ungkap manusia menahan tangis
24. 47
42. Kagum
karya: IHP, 3 November ’12
Cermerlang biar sinar wajahmu
Indah kemilau hitam rambutmu
Niat hati tuk pergi menanti sapamu
Terbersit gairah nafas segarmu
Air mata terasa kering tanpamu
Bersemi cinta hanya untukmu
Energi kuat tatapan matamu
Riang selalu bila teringat dirimu
Senyum manis membias wajahmu
Elegi mana yang berani menolakmu
Merdu suara nada terlontar dari mulutmu
Inilah getar nadi hasratku kepadamu
Seni berdandan busana membungkusmu
Aroma wangi menebar dari tubuhmu
Alis mata bermakna raut wajahmu
Telinga berpasang menambah tampangmu
Kerikil tajam memijat kaki indahmu
Angin membisikkan kata hatimu
Ulu hati menelan madu cintamu
Merpati putih lambang ketulusan hasratmu
Awan putih biru menghiasi mahkotamu
Terang sinar rembulan meredupkan sorot matamu
Isilah hatiku dengan sukma kemesraanmu
48
43. Pengakuan
karya: IHP, 3 November ’12
Seberkas cahya melayang pandang mataku
Interaksi kunang-kunang menghiburku
Air mata mengalir membasahi tubuhku
Perangai solekmu menghibur diriku
Alam mimpimu mengiringi mimpiku
Salam sapa manismu memanjakanku
Isi kalbumu menggairahkan hasratku
Harapanmu mencerminkan isi hatiku
Kekasih mengapa kau toreh hatiku
Apakah memang engkau lahir menyambutku?
Ujian apalagi yang akan kau ujikan kepadaku?
Sisihkan waktumu hanya untukku
Izinkan binar pipimu membelai relung hatiku
Ceritalah masa-masa indahmu kepadaku
Ambilah langkah kakimu menuju istanaku
Nikmatilah hidup mu bersama diriku
Tinggalah hatimu dalam hatiku
Ikrarkan semangat juangmu bersamaku
Kembalilah engkau dalam semayamku
Jelajah kakimu menebar badai cintaku
Entah ada apa dalam dirimu meluluhkan hasratku
Lenggang pinggulmu jadi inspirasiku
Inilah keberadaanku
Tanpa pengakuan kau dambaanku
Aku mengharap dirimu menjadi miliku
25. 49
44. Rengkuhan
karya: IHP, 9 November ’12
Remang-remang sinar hati melenyap
Esa keyakinan menebar sunyum
Niscaya sang surya memejamkan mata
Gunung cinta meletuskan pesona
Kerikil batu menebar petaka
Ujung jalan menanti sampai mati
Haruskah hidup seperti ini?
Apakah tidak ada pilihan selain ini?
Namun siapa yang peduli?
Iman manusia harus berbuah
Nafsu manusia harus bermanfaat
Senyuman siapa yang bijak?
Adakah peta akibat senyum
Namun siapa yang peduli?
Manusia menebar biji perbuatan
Angan manusia memburu rasa
Nikmat yang tak pernah kenyang
Usaha senantiasa berpacu
Siang malam tak pernah jumpa
Inilah hidup manusia sekarang
Apakah yang akan terjadi esok?
50
45. Pertentangan
karya: IHP, 10 November ’12
Berani menentang arus
Arus ditentang tanpa sela
Jalan gelap dilewati terus
Ujung tanpa batas dituju tanpa sela
Wajah senyum tanpa ekspresi
Amarah terbendung rasa berseri
Harapan memeluk cinta sendiri
Jarang orang berhasil tanpa cinta sejari
Untung mendapat lawan seri
Dunia penuh dendam diri
Ikatan bathin mengusik kawan sendiri
Siapa yang abadi dalam pertentangan?
Pangeran mana yang tak punya lawan?
Di manakah tersembunyi dermawan?
Manusia resah gerah dan berserah
Omongan berbisa beraroma madu perah
Jenaka anak balita untuk dapat susu perah
Orang pinggiran hidupnya makih parah
26. 51
46. Kebijakan Tidak Bijaksana
karya: IHP, 10 November ’12
Pemenang tidak selama jadi juara
Argumentasi tidak selama dapat diterima
Kebiasaan belum tentu jadi budaya
Evaluasi hanya kedok belaka
Terpidana tak mampu bayar pengacara
Anak pinggiran tak mampu bayar sekolah
Pengamen jalanan tak ada yang pergi sekolah
Lelaki tua renta apa dulu juga sekolah?
Ibu tua bongkok apa dulu masuk sekolah?
Kakek bergedeg-gedeg tak mau sekolah
Anjing tuan Polan yang rajin sekolah
Si Ning yang bersolek sebelum sekolah
Istri dan pejabat bertamu ke sekolah
Siapa yang berjasa mencerdaskan generasi muda?
Engkaukah yang berjasa?
Keluarga kolong jembatan apa tidak berjasa?
Orang berpuasa karena miskin juga tidak berjasa?
Laki perempuan berilmu dan berdidikasi tinggi saja
Apa memang seperti mereka saja?
Hiruk pikuk anak pejabat berebut jasa
52
47. Segelas Kopi Warung
karya: IHP, 15 November ’12
Surya mulai berani bertengger menjelang pagi
Enak hisapan rokok berbaur aroma segelas kopi
Gigi usang dan uban tak mengusik hati
Enak sekali seruput wedang kopi yang khas ini
Laki-laki setengah baya berimajinasi
Akankah kehidupan cepat berlalu hari ini?
Sementara aroma wedang kopi tak berubah sampai nanti
Kaca mata tebal menemani tak jemu
Otak berpikir menerawang jauh tuk bertemu
Perasaan bergejolak memberontak anganmu
Idaman hanya rayuan belaka di balik wajahmu
Warnailah hidup ini dengan karya
Apalah arti harta tak berkarya
Rasa puas perlu pengakuan karya
Untung rugi hidup dinilai dari karya
Nasib baik tidak dilihat dari karya
Garuda terbang di angkasa raya
27. BIOGRAFI PENYAIR
Lahir di Kabupaten Kediri,
Kecamatan Pare, pada tanggal
11 Januari 1972. Lahir dari
pasangan Bapak Soehariadji
(almarhum) dan Ib
Swihani, S.Pd. Pernah belajar di
TK Dharma Wanita Bendo,
SDN Bendo II, SMPN 1 Pare,
SMAN 2 Pare, IKIP Negeri
Malang (S1), Universitas
Wijaya Putra Surabaya (S2
gelar M.Si.), Universitas
Muhamadiyah Surabaya (S2
gelar M.Pd. Prodi Bahasa dan
Sastra Indonesia).
bekerja di Penerbit Sigma
Media Malang, Penerbit IKIP
Malang, menjadi guru GTT di
SMAN 1 Purwoasri, dan
sekarang menjadi guru PNS di
UPTD SMAN 1 Mojo.
53
IOGRAFI PENYAIR
Lahir di Kabupaten Kediri,
Kecamatan Pare, pada tanggal
11 Januari 1972. Lahir dari
pasangan Bapak Soehariadji
(almarhum) dan Ibu Indyah
Pernah belajar di
TK Dharma Wanita Bendo,
SDN Bendo II, SMPN 1 Pare,
SMAN 2 Pare, IKIP Negeri
S1), Universitas
Wijaya Putra Surabaya (S2
gelar M.Si.), Universitas
Muhamadiyah Surabaya (S2
Prodi Bahasa dan
Sastra Indonesia). Pernah
bekerja di Penerbit Sigma
Media Malang, Penerbit IKIP
Malang, menjadi guru GTT di
SMAN 1 Purwoasri, dan
guru PNS di
D SMAN 1 Mojo.