Teks tersebut membahas sejarah awal musik di Indonesia, dimulai dari penemuan bahwa manusia zaman batu telah menggunakan musik dan nyanyian untuk mendeteksi gua, lalu berkembang menjadi hiburan. Teks tersebut juga menjelaskan gelombang imigrasi dari Asia Tengah ke Asia Tenggara sejak 2500 SM yang membawa alat musik bambu dan kebudayaan pantun, serta pengaruh budaya Dongson dari Cina Selatan pada abad-abad
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Musik Kuno
1.
2. Awal manusia mengenal musik dan lagu ternyata sudah sejak jaman dulu kala. Hanya
saja, konon musik bukan untuk hiburan, tapi untuk kepentingan yang berhubungan
dengan hidup. Fakta menarik ini dikemukakan oleh Iegor Reznikoff, seorang pakar
musik kuno dari University of Paris X. Ia menyebut bahwa musik dan bernyanyi telah
dikenal manusia sejak zaman batu.
Dalam hasil studinya, Iegor menyebut bahwa sekitar 10.000-40.000 tahun
silam, manusia batu menggunakan musik atau nyanyian guna mendeteksi gua baru.
Mereka membuat bunyi-bunyian untuk mengetahui kedalaman atau kondisi dalam gua
yang baru mereka temukan. Mereka menggunakan teknik gaung dari musik itu karena
cahaya obor tidak dapat menembus sampai ke dalam gua, sebut Iegor yang berencana
mempresentasikan penemuannya pada ajang Acoustical Society of America di Paris.
Temuan Iegor ini didasarkan pada analisisnya karena ia melihat sejumlah gambar
dinding gua kuno yang terdapat di pinggiran Prancis. Gambar-gambar tersebut
memperlihatkan aktivitas manusia gua yang menunjukkan mereka sedang membuat
bunyi-bunyian. Salah satu gua yang mempunyai banyak gambar kuno adalah sebuah
gua di Lascaux.
Menurut Iegor Reznikoff, dari teknik gaung tersebut, manusia akhirnya mengembangkan
kombinasi bunyi-bunyian itu menjadi sebuah harmoni. Perlahan tapi
pasti, bunyi-bunyian tersebut akhirnya menjadi sebuah kebiasaan yang membuat orang
senang.
3. prasejarah Indonesia belum banyak diteliti dengan
kata lain diselidiki oleh para arkeolog , sejarawan atau
yang lain. Padahal justru waktu antara tahun kira-kira
2500 Sebelum Masehi dan abad ke-1 Masehi
menemukan perkembangan kebudayaan termasuk
musik sampai saat ini.
Menurut Alec Robertson dan Denis Stevens (penulis
buku Geschichte der Musik 1 dari
Munchen, Germany), pada jamanMesolitikum kira-
kira tahun 5000 Sebelum Masehi di Asia
Tenggara terdapat 3 ras besar:
orang Australide (penduduk
asli), orangMelanesia (berasal dari Asia Tengah) dan
orang Negrito (mungkin dari India).
4.
5. IMIGRASI PRA-MELAYU
Antara tahun 2500 dan 1500 Sebelum Masehi kiranya terjadi suatu perpindahan
bangsa dari Asia Tengahke Asia Tenggara.
Dalam perjalanannya mereka mengutip juga unsur
dari Kaukasus dan Mongolia.
Mereka membawa serta kebudayaan bambu serta teknik pengolahan lading.
Terutama di Annam (Cina Selatan) mereka memperkenalkan semacam lagu
pantun dimana putra dan putri bernyanyi dengan cara sahut menyahut.
Mereka memakai sebuah alat tiup bernama Khen terdiri dari 6 batang bambu
yang ditiup bersama dalam kelompok d atau 3 nada. Alat ini dikenal pula
di CinaSheng dan di Kalimantan dengan nama Kledi. dengan nama
Alat ini hanya merupakan salah satu alat dari sejumlah besar alat musik bambu
yang sampai sekarang terdapat di Asia Tenggara. Sejumlah batang bambu
dengan ukuran yang berbeda-beda di tanam di tanah. Tiupan angin
menimbulkan bunyi bagaikan Kledi raksasa yang cukup indah (terdapat
di Bali sampai sekarang).
Alat musik bambu lain seperti suling, angklung dan lain sebagainya. Telah
mengalami suatu proses perkembangan pada waktu kemudian.
Seperti xylofonAsia Tenggara dalam bentuk berbeda-beda: sebagai’tatung’
di Annam, ‘rangnat’ di Kamboja, ‘ranat’ di Thailand, ‘pattalar’
di Birma, ‘gambang’ diJawa, ‘kolintang’ di Sulawesi
dan Kalimantan. Xylofon malah diekspor dari Asia Tenggara ke Afrikapada abad
5 Masehi. yang tersebar diseluruh
6. Menurut para ahli sejarah terjadi lagi suatu gelombang imigrasi ke Indonesia di sekitar abad 4 Sebelum
Masehi berpangkal dari suatu daerah Cina SelatanAnnam. Menurut R. von Heine-Geldern perpindahan
suku-suku dari daerah tersebut lewat Kamboja, Laos, Thailand, Malaysia ke Indonesia dan berjalan terus
ke Filipina, Melanesia dan Polynesia. Hal ini dibuktikan pula oleh P. Wilhelm Schmidt (1868-1954) yang
menemukan bahwa para penduduk Indonesia, Melanesia dan Polynesia berdasarkan satu bahasa yang sama
(yang memang kemudian berkembang sendiri-sendiri). Teori ini pada jaman sekarang didukung oleh hampir
semua ahli sejarah. bernama
Karena ini terjadi pada zaman perunggu maka kedatangan mereka mempengaruhi juga kebudayaan musik.
Diperkirakan bahwa gong-gong pertama berasal pula dari Asia Selatan, karena di dekat Annam, pada tahun
1930-an ditemukan banyak sekali alat dari perunggu, sehingga terbukti bahwa dari sinilah kebudayaan
perunggu tersebar tidak hanya ke Indonesia tetapi ke seluruh Asia Tenggara.
Maka kebudayaan ini juga disebut “kebudayaan Dong-son”. Kebudayaan ini berlangsung dari abad 7-1
Sebelum Masehi dan mencapai puncaknya pada abad 3-2 Sebelum Masehi.
Bagaimana dengan musik dalam kebudayaan Dong-son? Kita tidak tahu apa-apa tentang musik mereka.
Diperkirakan bahwa gong mereka berukuran besar, maka musiknya berat.
Menurut ahli sejarah tertentu tangga nada Pelog ikut dibawa ke Indonesia oleh kelompok Proto-Melayu.
Menurut Alec Robertson dan Denis StevensPelog mula-mula tersebar di seluruh Asia Tenggara, namun
kemudian terutama dipelihara di Jawa dan Bali. Karena tidak ada catatan maka tidak dapat diketahui
teorimusik yang melatarbelakangi tangga nada yang unik ini. tangga nada
Gong-gong yang dibawa oleh Proto-Melayu dari Cina Selatan ke IndonesiaJawa. Rupa-rupanya mula-mula
dipakai untuk upacara mendatangkan hujan secara magig (mistik). ternyata ditemukan dalam penggalian di
Pengaruh dari kebudayaan Dong-son ke Indonesia tidak berarti bahwa di Indonesia waktu itu tidak terdapat
kebudayaan sendiri, tetapi terjadilah suatu perkembangan : benda-benda dari perunggu dan besi yang
masuk “kasalisator”: meski sebelumnya di Indonesia diperkirakan tidak ada perunggu (timah dan
kuningan), namun kemudian terbukti bahwa orang Jawa waktu abad-abad pertama Masehi menjadi ahli
dalam hal mengolah logam, terutama perunggu.