2. Masa Praaksara
Manusia Purba
Nenek Moyang Bangsa Indonesia
Perkembangan Kehidupan Masa Praaksara
Hasil dan Nilai Kebudayaan Masa Praaksara
3. Dalam bahasa Inggris, masa praaksara
disebut prehistory.
Pre: sebelum
History: sejarah
Jadi, prehistory berarti sebelum masa
sejarah.
Masa praaksara juga disebut masa
”nirleka”.
Nir: tidak ada
Leka: tulisan
Jadi, masa nirleka atau praaksara berarti
masa pada saat manusia belum
mengenal tulisan.
Definisi
Masa
Praaksara
Masa Praaksara
5. Lokasi Penemuan Manusia Purbadi Indonesia
Wilayah Indonesia diperkirakan menjadi tempat hunian manusia purba.
Beberapa daerah di Indonesia yang menjadi tempat hunian manusia purba
antara lain Sangiran, Trinil, Wajak, dan Flores.
Sangiran
Trinil
Wajak
Flores
Manusia Purba
6. Manusia purba yang ditemukan di Indonesia terdiri
atas beberapa jenis. Jenis-jenis manusia purba tersebut
yaitu :
Meganthropus;
Pithecanthropus; dan
Homo sapiens.
7. Fosil yang ditemukan berupa fragmen rahang bawah
sebelah kanan, rahang atas sebelah kiri, dan gigi
lepas.
Dari hasil penemuan fosil tersebut, diperkirakan
bahwa manusia jenis ini memiliki ukuran sangat besar
atau raksasa. Oleh karena itu, fosil ini dinamakan
Meganthropus palaeojavanicus.
Meganthropus palaeojavanicus diperkirakan hidup
pada 1–2 juta tahun lalu. Fragmen fosil Meganthropus
yang ditemukan masih sangat sedikit.
Fosil Meganthropus
pertama kali ditemukan
oleh von Koenigswald pada
1941 di Desa Sangiran
sekitar lembah Sungai
Bengawan Solo.
Meganthropus merupakan
jenis manusia purba paling
tua.
Meganthropus
8. • Pithecanthropus
merupakan jenis
manusia purba yang
paling banyak
ditemukan di Indonesia.
• Sisa-sisa kehidupan
Pithecanthropus dapat
ditemukan di Mojokerto,
Kedungbrubus, Trinil,
Sangiran,
Sambungmacan, dan
Ngandong.
Pithecanthropus
Beberapa jenis Pithecanthropus yang ditemukan
di Indonesia yaitu Pithecanthropus mojokertensis
dan Pithecanthropus erectus.
9. Pithecanthropus mojokertensis merupakan manusia
purba jenis Pithecanthropus tertua yang ditemukan di
Indonesia. Pithecanthropus mojokertensis ditemukan
oleh von Koenigswald di Mojokerto tahun 1936 pada
lapisan pleistosen bawah ini hidup sekira 2,5–1,25 juta
tahun lalu.
Fosil Pithecanthropus mojokertensis yang berhasil
ditemukan berupa tengkorak anak-anak, atap
tengkorak, rahang atas, rahang bawah, dan gigi lepas.
Berdasarkan temuan tersebut, ciri-ciri fisik
Pithecanthropus mojokertensis diperkirakan yaitu
tulang pipi kuat, berbadan tegap, tonjolan kening tebal,
otot-otot tengkuk kukuh, muka menonjol ke depan, dan
volume otak 650–1.000 cc.
Pithecanthropus mojokertensis
10. Pada saat ini nama ilmiah Pithecanthropus erectus adalah Homo erectus.
Para ahli paleoantropologi menduga bahwa Homo erectus berasal dari
Afrika. Homo erectus bermigrasi selama masa pleistosen sekira 2 juta tahun
lalu
Ciri fisik Pithecanthropus erectus atau Homo erectus yaitu badan tegap,
hidung lebar, dagu tidak ada, alat pengunyah kuat, berat badan 80–100 kg,
tinggi badan 160–180 cm, terdapat tonjolan kening pada dahi, tulang
tengkorak berbentuk lonjong, volume otak 750–1.000 cc, dan muka
didominasi oleh bagian rahang yang menonjol.
Pithecanthropus erectus
memiliki daerah persebaran
paling luas. Pada 1890 Eugene
Dubois berhasil menemukan
beberapa fosil Pithecanthropus
erectus di Kedungbrubus,
Trinil, dan Ngawi.
Pithecanthropus erectus atau Homo erectus
11. Homo sapiens artinya
manusia cerdas. Tingkat
kecerdasan Homo sapiens
salah satunya disebabkan
volume otaknya yang jauh
lebih besar daripada jenis
manusia purba sebelumnya.
Homo sapiens
• Homo sapiens diperkirakan memiliki ciri-ciri fisik antara lain tengkorak
besar, volume otak diperkirakan 1.650 cc, muka datar dan lebar, akar
hidung lebar, bagian mulut menonjol sedikit, dahi agak miring, di atas
rongga mata ada busur kening yang nyata, langit-langit mulut besar dan
dalam, rahang bawah masif, gigi besar-besar, serta tinggi badan sekira
173 cm.
• Jenis-jenis Homo sapiens yang ditemukan di Indonesia yaitu Homo
wajakensis, Homo soloensis, dan Homo floresiensis.
12. Homo wajakensis (manusia dari Wajak) ditemukan di
lembah Sungai Brantas, Wajak, Tulungagung, Jawa
Timur. Fosil Homo wajakensis ditemukan pada lapisan
pleistosen atas oleh Eugene Dubois pada 1889. Manusia
purba ini diperkirakan hidup pada 40–25 ribu tahun
lalu.
Von Koenigswald mengategorikan Homo wajakensis
dalam jenis Homo sapiens (manusia cerdas) karena
sudah mengenal upacara penguburan.
Homo wajakensis
13. Fosil Homo soloensis pertama kali ditemukan oleh von
Koenigswald pada 1931–1934 di daerah Ngandong, di tepi Sungai
Bengawan Solo. Selain itu, fosil Homo soloensis ditemukan di
Sambungmacan dan Ngawi.
Manusia purba Homo soloensis diperkirakan hidup pada 900–200
ribu tahun lalu.
Homo soloensis
14. Homo floresiensis ditemukan oleh para ilmuwan dari
Australia pada 2003 dalam ekskavasi di gua Liang Bua,
Flores. Manusia purba ini hidup di Kepulauan Flores
sekira 18.000 tahun lalu.
Menurut tim ilmuwan yang menemukan fosil tersebut,
Homo floresiensis merupakan keturunan spesies Homo
erectus yang hidup di Asia Tenggara sekira 1 juta tahun
lalu. Akibat proses seleksi alam, tubuh mereka
berevolusi menjadi bentuk lebih kecil.
Dalam jurnal ilmiah Nature, para ilmuwan menjelaskan
Homo floresiensis sebagai spesies baru manusia.
Sementara itu, menurut Teuku Jacob, Homo floresiensis
bukan merupakan spesies baru, melainkan nenek
moyang dari orang-orang Katai di Flores yang
menderita penyakit microcephalia, yaitu bertengkorak
kecil dan berotak kecil.
Homo floresiensis
15. Ada empat teori yang
menjelaskan tentang asal-
usul nenek moyang bangsa
Indonesia yaitu:
Teori Yunan;
Teori Nusantara;
Teori Out of Africa; dan
Teori Out of Taiwan
Nenek moyang bangsa
Indonesia juga dapat
dijelaskan dengan migrasi ras
Melanesia/ras Negroid dan
Austronesia/ras Mongoloid.
Bangsa-bangsa yang
bermigrasi ke wilayah
kepulauan Nusantara yaitu:
Bangsa Melanesia;
Bangsa Proto Melayu; dan
Bangsa Deutro Melayu.
16. Dasar dari teori Yunan adalah hasil temuan
teknologi dan persamaan bahasa. Berdasarkan
penemuan kapak tua di wilayah Nusantara, bentuk
kapak tersebut memiliki kesamaan dengan temuan
kapak di wilayah Asia Tengah.
Dari segi kebahasaan, bahasa Melayu yang
berkembang di Nusantara memiliki kesamaan
dengan bahasa Champa yang berkembang di
Kamboja. Persamaan ini memunculkan dugaan
bahwa penduduk di Kamboja berasal dari Daratan
Yunan.
Salah satu tokoh
yang mendukung
teori ini adalah
Mohammad Ali.
Menurut
Mohammad Ali,
bangsa Indonesia
berasal dari daerah
Mongol. Teori ini
juga disetujui oleh
R.H. Geldern dan
J.H.C. Kern.
Teori
Yunan
17. Teori ini menyatakan nenek moyang bangsa-bangsa
di Nusantara merupakan bangsa Melayu. Orang
Melayu bukan berasal dari luar, orang Melayu
merupakan keturunan dari Homo soloensis dan
Homo wajakensis.
Dalam teori ini juga dijelaskan bahwa terdapat
perbedaan bahasa antara bahasa Austronesia yang
berkembang di Nusantara dengan bahasa Indo-
Eropa yang berkembang di Asia Tengah.
Menurut teori
Nusantara, bangsa
Indonesia berasal
dari wilayah
Indonesia sendiri.
Teori ini didukung
oleh Muhammad
Yamin, Gory’s Keraf,
dan J. Crawford.
Teori
Nusantara
18. Teori Out of Africa merupakan teori yang didasarkan
pada penelitian DNA. Penelitian Ingman juga
menunjukkan tidak adanya gen manusia yang
bercampur dengan gen spesies manusia purba.
Teori Out of Africa menjelaskan manusia Afrika
bermigrasi sekira 50.000 hingga 70.000 tahun silam.
Wilayah tujuan migrasi tersebut adalah Asia Barat
dan melewati dua jalur. Pertama, jalur yang
mengarah ke Sungai Nil, melintasi Semenanjung
Sinai, dan ke utara. Kedua, jalur yang bermula dari
Afrika kemudian melewati Laut Merah.
Teori Out of Africa
dikemukakan oleh
ahli genetika asal
Amerika Serikat,
Max Ingman.
Menurut
penelitiannya,
manusia modern
berasal dari Afrika
antara kurun waktu
100–200 ribu tahun
lalu.
Teori Out
of Africa
19. Menurut teori Out of Taiwan manusia di kepulauan
Nusantara berasal dari Taiwan. Melalui pendekatan
linguistik, didapatkan kesimpulan bahwa
keseluruhan bahasa yang digunakan oleh suku-suku
di kepulauan Nusantara memiliki rumpun sama,
yaitu rumpun Austronesia.
Dengan kata lain, akar dari keseluruhan cabang
bahasa yang digunakan oleh leluhur di Nusantara
berasal dari rumpun Austronesia di Formosa atau
Taiwan.
Teori Out of Taiwan
dikemukakan oleh
Peter Bellwood dan
Robert Blust. Teori
ini didukung oleh
Harry Truman
Simanjuntak.Teori
Out of Taiwan
merupakan
pertentangan dari
teori i Yunan.
Teori Out
of Taiwan
20. Bangsa Melanesia/Papua Melanosoide termasuk
rumpun Veddoid-Austroloid yang memiliki ciri-ciri
fisik antara lain kulit kehitam-hitaman, badan kekar,
rambut keriting, mulut lebar, dan hidung mancung.
Kebudayaan bangsa Melanesia/Papua Melanosoide
digolongkan dalam budaya mesolitikum.
Keturunan bangsa Melanesia saat ini antara lain
penduduk di pedalaman Malaya, penduduk Aeta di
pedalaman Filipina, suku Sakai di Siak, serta orang-
orang Papua dan Kepulauan Melanesia.
Bangsa Melanesia
berasal dari Teluk
Tonkin. Fakta
tentang asal bangsa
ini didasarkan pada
penelitian terhadap
benda-benda
peninggalan seperti
pebble dan kapak
pendek. Benda-
benda tersebut
ditemukan di
Pegunungan Bacson
di daerah Hoabinh.
Bangsa
Melanesia
21. Bangsa Proto Melayu memiliki ciri fisik antara lain kulit
sawo matang, rambut lurus, badan tinggi ramping,
serta bentuk mulut dan hidung sedang.
Kebudayaan Proto Melayu termasuk kebudayaan batu
muda (neolitikum). Kebudayaan kapak persegi dibawa
oleh bangsa Proto Melayu melalui jalur barat,
sedangkan kebudayaan kapak lonjong melalui jalur
timur.
Keturunan bangsa Proto Melayu antara lain suku
Toraja, Sasak, Dayak, Nias, Batak, dan Kubu.
Bangsa Proto
Melayu mulai
bermigrasi ke
wilayah Nusantara
sekira tahun 2000
sebelum Masehi.
Bangsa Proto
Melayu termasuk
rumpun ras
Mongoloid dari
daerah Yunan.
BangsaProto
Melayu
22. Bangsa Deutro Melayu memiliki ciri fisik yang tidak
jauh berbeda dengan mayoritas penduduk Indonesia
saat ini. Proses migrasi bangsa Deutro Melayu di
kepulauan Nusantara dilakukan melewati jalur barat,
yaitu daerah Semenanjung Malaka, Sumatra, kemudian
menyebar ke beberapa wilayah di Nusantara.
Bangsa Deutro Melayu membawa kebudayaan
logam.Keturunan bangsa Deutro Melayu di Indonesia
antara lain suku Aceh, Minangkabau, Jawa, Bali, Bugis,
dan Makassar.
Bangsa Deutro
Melayu bermigrasi
ke wilayah
Nusantara pada 500
sebelum Masehi.
Bangsa Melayu
Muda merupakan
hasil percampuran
antara bangsa Proto
Melayu dan bangsa
Arya.
Bangsa
Deutro
Melayu
24. Manusia purba hidup secara berkelompok meskipun
dalam jumlah relatif kecil sekira 10–15 orang. Mereka hidup
secara berpindah-pindah (nomaden), dan tinggal di gua-
gua karang sekitar sungai, danau, atau pantai.
Sebagian besar hasil kebudayaan peninggalan masa
berburu dan mengumpulkan makanan berupa alat-alat
batu yang masih sederhana. Beberapa peralatan tersebut
yaitu kapak perimbas, kapak genggam, kapak penetak, dan
alat-alat serpih (flakes).
Masa berburu dan
mengumpulkan
makanan
merupakan tahap
awal kehidupan
manusia. Pada masa
ini manusia
menghabiskan 90%
waktu hidupnya
dengan berburu dan
mengumpulkan
makanan.
Masa Berburu
dan
Mengumpulkan
Makanan
25. Diperkirakan telah muncul sistem masyarakat yang
dipimpin oleh seorang kepala suku. Pemilihan kepala suku
biasanya dilakukan dengan menggunakan sistem primus
interpares, yaitu orang yang utama atau paling
berpengaruh.
Manusia berhasil membuat perlengkapan pertanian dan
perkakas rumah tangga yang memiliki permukaan halus
dan tajam. Benda-benda tersebut yaitu beliung persegi,
mata panah, kapak lonjong, gurdi dan pisau, perhiasan,
serta gerabah.
Manusia mulai mengenal aktivitas ekonomi perdagangan
dengan sistem barter.
Pada masa ini
manusia sudah
menetap di suatu
wilayah. Manusia
memenuhi
kebutuhan dari
hasil bercocok
tanam. Pola
kehidupan bercocok
tanam
menunjukkan
manusia pada masa
ini sudah dapat
menguasai
lingkungan alam.
Masa Bercocok
Tanam dan
Beternak
26. Masyarakat mulai membentuk kelompok lebih besar
dengan penguasaan terhadap sebuah wilayah.
Kelompok masyarakat tersebut dipimpin oleh
seorang kepala suku terpandang yang bergelar datu
atau datuk.
Muncul golongan undagi dalam masyarakat. Mereka
dapat membuat barang-barang logam yang indah
sebagai simbol status sosial. Barang-barang yang
dihasilkan antara lain nekara, moko, kapak corong,
bejana perunggu, dan arca perunggu.
Masa perundagian
merupakan masa
dengan tingkat
kebudayaan
tertinggi pada masa
praaksara. Pada
masa perundagian
masyarakat sudah
mampu membuat
peralatan dari
perunggu dan
mengenal sistem
pembagian kerja
berdasarkan
kemampuan tiap-
tiap individu.
Masa
Perundagian
27. Penemuan Teknologi
Sederhana
Penemuan Api
Peralatan Batu dan
Tulang
Teknik Pembuatan Alat-
Alat Batu
Pembuatan Tempat
Tinggal
Pengolahan Logam
Sistem Kepercayaan
Jenis Kepercayaan
Penguburan Jenazah
Benda-Benda
Pemujaan
Nilai Kebudayaan
Masa Praaksara
Kreativitas
Menjaga
Lingkungan Alam
Hubungan Sosial
yang Harmonis
28. Pada awalnya pembuatan api dilakukan dengan cara
membenturkan batu api dan menggosokkan kayu.
Percikan api yang dihasilkan diarahkan pada
dedaunan kering kemudian diperbesar dengan
menambahkan kayu bakar.
Pada masa bercocok tanam manusia menggunakan
api untuk membuka hutan. Mereka menebang
pohon-pohon berukuran besar lalu membakarnya
(slash and burn) agar lahan menjadi bersih dan
mudah ditanami.
Beberapa peneliti
memperkirakan
penemuan api
terjadi pada periode
kehidupan manusia
purba jenis Homo
erectus. Mereka
menggunakan api
untuk mengolah
makanan,
menghangatkan
badan, menerangi
ruangan, dan
mengusir binatang
buas.
Penemuan
Api
29. Kebudayaan Pacitan identik dengan alat-alat batu berupa
kapak perimbas (chooper). Tempat penemuan tradisi
kapak perimbas antara lain Pacitan, Jawa Timur; Lahat,
Sumatra Selatan; Awangbangkal, Kalimantan Selatan;
Sukabumi, Jawa Barat; dan Gombong, Jawa Tengah.
Kebudayaan yang
mengembangkan
peralatan dari batu
dan tulang di
Indonesia terbagi
menjadi dua yaitu
budaya Pacitan dan
budaya Ngandong.
Peralatan dari
Batudan
Tulang
Kebudayaan Ngandong identik dengan peralatan yang
terbuat dari tulang, tanduk, dan duri ikan. Oleh karena itu,
kebudayaan Ngandong disebut kebudayaan tulang.
30. Teknik pemangkasan dilakukan dengan cara memangkas
batu menggunakan martil batu untuk memperoleh
bentuk permukaan yang tajam dan bagian pegangan.
Teknik levallois adalah teknik pembuatan alat serpih batu
yang menghasilkan dataran pukul berfaset atau
berbidang-bidang. Di Indonesia penggunaan teknik
levallois ditemukan pada peninggalan alat-alat serpih dari
kebudayaan Pacitan.
Teknik upam adalah teknik mengasah batu untuk
mendapatkan alat-alat berbentuk halus. Alat yang
digunakan untuk mengasah biasanya berasal dari jenis
batuan andesit.
Teknik pembuatan
alat-alat batu yang
digunakan pada
masa praaksara
yaitu teknik
pemangkasan,
teknik levallois,
dan teknik upam.
Teknik
Pembuatan
Alat-Alat Batu
31. Kjokkenmoddinger berasal
dari bahasa Denmark, yang
berarti sampah-sampah
dapur. Kjokkenmoddinger
merupakan timbunan atau
tumpukan fosil kulit
kerang dan siput yang
menggunung. Berbagai
peninggalan manusia
purba ditemukan di sekitar
kjokkenmoddinger seperti
kapak genggam dari zaman
paleolitikum.
Tempat tinggal
mulai dikenal
manusia purba
setelah hidup secara
menetap. Tempat
tinggal manusia
pada masa
praaksara berkaitan
erat dengan
penemuan
Kjokkenmoddinger
dan Abris Sous
Roche.
Pembuatan
Tempat
Tinggal
Abris sous roche adalah
gua yang menyerupai
ceruk pada batu karang.
Gua-gua ini pernah
dijadikan tempat tinggal
manusia purba karena
berfungsi sebagai tempat
perlindungan dari cuaca
dan binatang buas.
32. Masyarakat pada masa praaksara mengenal dua teknik
pengolahan logam perunggu, yaitu teknik a cire perdue
dan bivalve.
Teknik a cire perdue disebut teknik cetak lilin karena
model dari tanah liat yang akan dicetak dilapisi lilin.
Teknik a cire perdue digunakan untuk membuat benda-
benda perunggu yang memiliki bentuk dan hiasan rumit.
Teknik bivalve disebut juga teknik setangkup karena
menggunakan dua keping cetakan yang terbuat dari batu.
Cetakan ini dapat dipakai berkali-kali sesuai kebutuhan.
Teknik pengolahan
logam yang
berkembang di
Indonesia berasal
dari kebudayaan
Dongson yang
dibawa oleh bangsa
Deutro Melayu.
Sebagian besar
peralatan logam
terbuat dari
perunggu berupa
campuran antara
timah dan tembaga.
Pengolahan
Logam
33. Sistem Kepercayaan
Totemisme
Animisme
Kepercayaan
bahwa roh
nenek moyang
akan selalu
mengawasi
dan
melindungi
mereka.
Kepercayaan
terhadap
binatang-
binatang
tertentu
sebagai
lambang nenek
moyang.
Dinamisme
Kepercayaan
bahwa benda-
benda tertentu
seperti batu
dan pohon
besar
mempunyai
kekuatan gaib
Kepercayaan
manusia purba
mulai muncul
sejak masa
berburu dan
mengumpulkan
makanan
tingkat lanjut.
Pada zaman
megalitikum
muncul
kepercayaan
yang
mendorong
masyarakat
melakukan
pemujaan
terhadap roh
leluhur.
34. Selain melakukan
berbagai ritual atau
pemujaan terhadap
roh nenek moyang,
masyarakat
mengenal sistem
penguburan bagi
orang meninggal.
Sistem penguburan
pada masa ini yaitu
penguburan primer
dan sekunder.
Penguburan
Jenazah
Penguburan primer atau penguburan langsung
• Dalam sistem penguburan ini, mayat hanya dikubur sekali
dalam tanah atau dalam sebuah wadah seperti kendi gerabah
atau peti batu.
Penguburan sekunder atau penguburan tidak
langsung
• Dalam sistem ini mayat dikubur langsung dalam tanah tanpa
upacara penguburan. Setelah mayat menjadi kerangka,
kuburnya digali dan kerangka diambil untuk dibersihkan
kemudian diletakkan dalam wadah berupa tempayan atau
sarkofagus dan dikubur kembali disertai upacara penguburan.
35. Benda-benda pemujaan berkaitan dengan kepercayaan
masyarakat terkait roh nenek moyang, kekuatan benda-
benda gaib, dan kekuatan alam.
Benda-benda pemujaan mulai muncul pada zaman
megalitikum. Oleh karena itu, benda-benda pemujaan
pada masa ini berukuran besar. Benda-benda tersebut
yaitu menhir, dolmen, sarkofagus, punden berundak, dan
kubur batu.
Seiring munculnya
kepercayaan,
masyarakat pada
masa praaksara
membuat benda-
benda yang
digunakan untuk
ritual pemujaan
terhadap roh nenek
moyang.
Benda-Benda
Pemujaan
36. Nilai kreativitas manusia pada masa praaksara dapat
dilihat dari kehidupan sehari-hari. Misalnya, saat manusia
membutuhkan alat untuk memotong dahan pohon atau
daging, manusia menciptakan alat semacam pisau yang
terbuat dari bahan batu.
Dengan mengenali kondisi alam dan belajar dari
pengalaman dalam memenuhi kebutuhan, manusia
berhasil menciptakan teknologi meskipun dalam tingkat
paling sederhana.
Kreativitas
berkaitan dengan
kemampuan
manusia pada masa
praaksara
menciptakan
teknologi sederhana
Kreativitas
37. Ketergantungan terhadap alam membentuk pola pikir
dan kebiasaan manusia pada masa praaksara. Manusia
pada masa praaksara cenderung aktif menjaga
lingkungan. Apabila alam rusak, konsekuensinya
mereka kesulitan mendapatkan makanan.
Pada masa sekarang masih banyak contoh kehidupan
masyarakat yang menjunjung tinggi keselarasan
dengan alam. Contohnya, masyarakat suku Anak
Dalam di pedalaman hutan Jambi dan suku Baduy di
Banten.
Pemenuhan
kebutuhan
makanan manusia
sangat bergantung
dengan alam. Oleh
karena itu, mereka
cenderung turut
menjaga lingkungan
alam.
Menjaga
Lingkungan
Alam
38. Kehidupan sosial yang harmonis ditunjukkan
masyarakat dengan adanya pembagian tugas yang jelas
dalam kelompok.
Adanya upacara penguburan menunjukkan manusia
pada masa praaksara mempunyai hubungan yang sangat
erat satu dengan lainnya. Mereka memiliki kepercayaan
yang dianut bersama-sama.
Masyarakat pada
masa praaksara
hidup secara
berkelompok di
gua-gua. Kondisi
tersebut mendorong
munculnya
hubungan sosial
dalam masyarakat.
Hubungan
Sosialyang
Harmonis