SlideShare a Scribd company logo
1 of 144
Pendahuluan
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Definisi Kebijakan publik
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.SiPoni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
 Dye (1992:2)
“whatever governments choose to do or not
to do”
 Edward II dan Sharkansky dalam Islami
(1984:18)
“what government say and do, or not to do.
It is the goals or purpose of government
programs.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
 Pengertian kebijakan ini menurut Kartasasmita
(1997:142) merupakan upaya untuk memahami dan
mengartikan
1. Apa yang dilakukan (atau tidak dilakukan) oleh
pemerintah mengenai suatu masalah
2. Apa yang menyebabkan atau yang
mempengaruhinya
3. Apa pengaruh dan dampak dari kebijakan publik
tersebut.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
 Anderson dalam Islamy (1994:19)
Kebijakan publik sebagai serangkaian
tindakan yang mempunyai tujuan tertentu
yang diikuti dan dilaksanakan oleh pelaku
atau sekelompok pelaku guna memecahkan
masalah tertentu.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
 Wahab (1991:13)
Kebijakan sebagai suatu tindakan yang
mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh
seseorang, kelompok atau pemerintah
dalam lingkungan tertentu sehubungan
dengan adanya hambatan-hambatan
tertentu seraya mencari peluang-peluang
untuk mencapai tujuan atau mewujudkan
sasaran yang diinginkan.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
1. Kebijakan publik
2. Pelaku kebijakan
3. Lingkungan kebijakan
3 Elemen Sistem Kebijakan
(Dye, 1978:9)
Dunn
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
1. Stakeholders kebijakan
2. Kebijakan publik
3. Lingkungan kebijakan
Mustopadijaja (1992)
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Menambah satu elemen sistem kebijakan:
Kelompok sasaran kebijakan (target groups)
Elemen yang terkandung dalam
kebijakan : Anderson dalam
Islami(1994:20)
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
 Kebijakan selalu mempunyai tujuan atau berorientasi
pada tujuan tertentu
 Kebijakan berisi tindakan atau pola tindakan pejabat-
pejabat pemerintah
 Kebijakan adalah apa yang benar-benar dilakukan oleh
pemerintah dan bukan apa yang bermaksud akan
dilakukan
 Kebijakan publik bersifat positif dan bersifat negatif.
 Kebijakan publik positif selalu berdasarkan pada
peraturan perundangan tertentu yang bersifat
memaksa.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Proses Kebijakan Publik
(Anderson, 1979)
Agenda setting
Policy formulation
Policy adoption
Policy implementation
Policy Assesment/evaluation.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Dye (1992:328)
 Identification of policy problem
 Agenda setting
 Policy formulation
 Legitimating of policies
 Policy implementation
 Policy evaluation
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Proses kebijakan terkait dengan
bagaimana?
Masalah dirumuskan
Agenda kebijakan ditentuka
Kebijakan dirumuskan
Keputusan kebijakan diambil
Kebijakan dilaksanakan
Kebijakan dievaluasi
Analisis Kebijakan Publik
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.SiPoni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Definisi Analisis Kebijakan
 Wildasky dalam Leslie A. Pal (1987:9)
“Policy analysis is an activity creating problems that
can be solved”
 Dunn
“The process of producing knowledge of and in policy
process”.
 Leslie A. Pal (1987:9)
“Policy analysis will be defined as the disciplined
application of intellect to public problems”
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Ciri Analisis Kebijakan
 Analisis kebijakan sebagai aktivitas kognitif
 Analisis kebijakan sebagai bagian dari
proses kebijakan secara kolektif sehingga
merupakan hasil aktivitas kolektif.
 Analisis kebijakan sebagai disiplin
intelektual terapan.
 Analisis kebijakan berkaitan dengan
masalah-masalah publik
Analisis Kebijakan dan Ilmu
Pengetahuan
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Leslie A. Pal (1987:22), membedakan
analisis kebijakan dalam dua macam
kategori, yaitu analisis kebijakan
terapan (applied policy analysis) dan
analisis kebijakan akademis (academic
policy analysis)
3 Elemen dalam proses
kebijakan yang bisa jadi sesuai
dengan target dari analisis
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
1. Terdapat faktor determinan utama dalam
setiap kebijakan yang menghasilkan
kebijakan.
2. Terdapat isi (content) kebijakan yang bisa
jadi termasuk maksud dan tujuan
kebijakan, pendefinisian masalah, dan
instrumen kebijakan pemerintah.
3. Dampak kebijakan
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Academic Policy
Analysis
Applied Policy
Analysis
Focus Theory “Big
question”
Spesific Policy
:Spesific Problems
Mode of Analysis Explanation Evaluation
Goal Understand
policies
Change policies
Reseach agenda Independent Client determined
Duration of analyis Lengthy Short
Value orientation Strive for
“objectivity”
neutrality
Accept client values
advocate”improve
ment”
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Gaya Analisis Kebijakan (Styles
of Policy Analysis)
1. Analisis deskriptif (Descriptive analysis)
a. Analisis isi (content analysis)
b. Analisis sejarah (historical analysis)
2. Analisis Proses (Process analysis)
3. Analisis Evaluasi (Evaluation analysis)
a. Evaluasi logika (logical evaluation)
b. Evaluasi empiris (Empirical evaluation)
c. Evaluasi etis (Ethical Evaluation)
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Model Analisis Kebijakan
Mengkritisi kebijakan (policy analysis)
menurut wayne Parson dapat dipelajari
melalui dua pendekatan, yaitu analysis
of the policy process dan analysis in
and for the policy process.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
AGENDA SETTING
PERCEPTION OF PROBLEM
DEFINITION OF PROBLEM
MOBILIZATION OF SUPPORT FOR
INCLUDING PROBLEM ON AGENDA
FORMULATION AND LEGITIMATION OF
GOALS AND PROGRAMS.
INFORMATION COLLECTION, ANALYSIS,
AND DISSEMINATION.
ALTERNATIVE DEVELOPMENT.
ADVOCACY AND COALITION BUILDING.
COMPROMISE, NEGOTIATION, DECISION
PROGRAM IMPLEMENTATION
RESOURCE ACQUISITION
INTERPRETATION
PLANNING
ORGANIZING
PROVIDING BENEFITS. SERVICES, COERCION
AGENDA OF GOVERNMENT
POLICY STATEMENTS, INCLUDING
GOALS FOR ACHIEVEMENT AND
DESIGN OF PROGRAMS FOR
ACHIEVING THEM, OFTEN IN THE
FORM OF A STATUTE
POLICY ACTION
POLICY AND PROGRAM
PERFORMANCE AND IMPACT
EVALUATION OF IMPLEMENTATION,
PERFORMANCE, AND IMPACT
DECISIONS ABOUT THE FUTURE
OF THE POLICY AND PROGRAM
Produce
PRODUCT
STAGES (FUNCTIONAL ACTIVITIES)
Allow
Necessitates
Stimulate
Model Analisis Kebijakan
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
AGENDA SETTING
PERCEPTION OF PROBLEM
DEFINITION OF PROBLEM
MOBILIZATION OF SUPPORT FOR
INCLUDING PROBLEM ON AGENDA
FORMULATION AND LEGITIMATION OF
GOALS AND PROGRAMS.
INFORMATION COLLECTION, ANALYSIS,
AND DISSEMINATION.
ALTERNATIVE DEVELOPMENT.
ADVOCACY AND COALITION BUILDING.
COMPROMISE, NEGOTIATION, DECISION
PROGRAM IMPLEMENTATION
RESOURCE ACQUISITION
INTERPRETATION
PLANNING
ORGANIZING
PROVIDING BENEFITS. SERVICES, COERCION
AGENDA OF GOVERNMENT
POLICY STATEMENTS, INCLUDING
GOALS FOR ACHIEVEMENT AND
DESIGN OF PROGRAMS FOR
ACHIEVING THEM, OFTEN IN THE
FORM OF A STATUTE
POLICY ACTION
POLICY AND PROGRAM
PERFORMANCE AND IMPACT
EVALUATION OF IMPLEMENTATION,
PERFORMANCE, AND IMPACT
DECISIONS ABOUT THE FUTURE
OF THE POLICY AND PROGRAM
Produce
PRODUCT
STAGES (FUNCTIONAL ACTIVITIES)
Allow
Necessitates
Stimulate
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.SiPoni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
 Model tahapan kebijakan dari Ripley ini hendak
menyatakan dua proses kebijakan publik yang lahir
dari siklus pendek dan siklus panjang.
 Siklus pendeknya adalah:
1. Penyusunan agenda pemerintah
2. Agenda pemerintah
3. Formulasi dan legitimasi kebijakan
4. Kebijakan
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Siklus Panjang Kebijakan
1. Penyusunan agenda pemerintah
2. Agenda pemerintah
3. Formulasi dan legitimasi kebijakan
4. Kebijakan
5. Implementasi Kebijakan
6. Tindakan Kebijakan
7. Kinerja dan dampak Kebijakan
8. Evaluasi terhadap implementasi, kinerja, dan
dampak kebijakan
9. Keputusan tentang masa depan kebijakan
(keputusan baru)
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Fase Penyusunan Agenda
 Persepsi masalah publik, yaitu menunjuk bagaimana
isu masalah publik dipersepsikan oleh masyarakat.
 Pendefinisian masalah, yaitu menunjuk adanya
pembatasan masalah yang dilakukan oleh publik
sendiri.
 Mobilisasi dukungan untuk masuknya isu/masalah
publik menjadi agenda pemerintah, yaitu menunjuk
upaya dari masyarakat untuk memasukkan masalah
atau isu publik tertentu ke dalam agenda pemerintah.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Fase Formulasi dan Legitimasi
 Tujuan dan program, yaitu masing-masing
kelompok kepentingan mulai berlomba
untuk menginterpretasi masalah publik
yang dihadapi dan menciptakan tujuan dan
desain program yang dapat diterima sebagai
solusi dari masalah publik.
 Informasi dan Analisis, yaitu untuk dapat
mengidentifikasi masalah publik secara
cermat, masing-masing kelompok dalam
proses politik ini membutuhkan informasi
dan analisis dari para ahli.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Fase Formulasi dan Legitimasi
 Pembangunan alternatif-alternatif, yaitu tindak
lanjut dari pengumpulan informasi dan analisis yang
diyakini dapat menjadi solusi dari masalah publik.
 Advokasi dan Pembangunan koalisi, dimana
masing-masing pihak mengembangkan lobi-lobi
agar kebijakan yang keluar nantinya dapat
mengadopsi seluruh atau sebagian besar ide dari
kelompoknya.
 Kompromi, negosiasi, dan keputusan, masing-
masing pihak mulai kompromi, melakukan tawar
menawar atas masalah publik yang dihadapi dan
kebijakan yang akan diambil.
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Model implementasi Kebijakan
George C. Edward III
 Model implementasi kebijakan publik yang
dikemukakan oleh Edward menunjuk empat variabel
yang berperan penting dalam pencapaian keberhasilan
implemenatsi.
 Empat variabel tersebut adalah :
1. Komunikasi
2. Sumber daya
3. Disposisi
4. Struktur Birokrasi
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
 Komunikasi, yaitu menunjuk bahwa setiap kebijakan
akan dapat dilaksanakan dengan baik jika terjadi
komunikasi efektif antara pelaksana program
(kebijakan) dengan para kelompok sasaran (target
group)
 Sumber daya, yaitu menunjuk setiap kebijakan harus
didukung oleh sumber daya yang memadai, baik SDM
maufun SD financial.
 Disposisi, yaitu menunjuk karakteristik yang
menempel erat kepada implementor
kebijakan/program.
 Struktur birokrasi, aspek ini mencakup mekanisme
dan struktur organissai pelaksana itu sendiri.
Model Implementasi Edward III
Komunikasi
Sumberdaya
Disposisi
Struktur Birokrasi
Implementasi
Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
Model Implementasi Kebijakan
Van Meter dan Van Horn
 Model implementasi kebijakan dari Van Meter dan
Horn menetapkan beberapa variabel yang diyakini
dapat mempengaruhi implementasi dan kinerja
kebijakan, yaitu:
1. Standar dan sasaran kebijakan
2.Kinerja kebijakan
3. Sumber daya
4.Komunikasi antar badan pelaksana
5.Karakteristik badan pelaksana
6.Lingkungan sosial, ekonomi dan politik
7.Sikap pelaksana
Model Implementasi Kebijakan-Van
Meter dan Van Horn
Komunikasi
Antar Organisasi
dan Pelaksana
Kegiatan
Karakteristik
Badan
Pelaksana
Lingkungan
Sosial, ekonomi
dan politik
Sikap
Pelaksana
Kinerja
Kebijakan
Sumber
Daya
Standar dan
Sasaran
Masalah –Masalah Kebijakan
Masalah?
Jones (1984)
Kebutuhan manusia yang perlu diatasi atau dipecahkan.
Dunn(1995)
Nilai,kebutuhan,dan kesempatan yang belum terpenuhi
tetapi yang dapat diidentifikasikan dan dicapai dengan
melakukan tindakan publik.
Anderson(1979)
Kondisi dan atau situasi yang menghasilkan kebutuhan-
kebutuhan atauketidakpuasan-ketidakpuasan pada rakyat
untuk mana perlu dicari cara-cara penanggulangannya.
Sifat masalah publik
 Saling ketergantungan
 Subyektif
 Artifisial
 Dinamis
Metode pengenalan masalah
Analisis Snowball Sampling dan survey
Analisis ini menunjuk pada upaya mengenali masalah
dengan cara menanyakan kepada stakeholders tentang
isu masalah publik tertentu yang telah menjadi
masalah formal (masuk dalam agenda pemerintah)
untuk diselesaikan dengan kebijakan publik.
Analisis Klasifikasi
Menunjuk pada upaya untuk mengelompokkan
masalah-masalah publik yang hendak dikenali pada
kategori-kategori tertentu sehinggamemudahkan
analisis.
Analisis klasifikasi masalah
kerusakan gedung sekolah
Ting
-kat
Pen-
didi
k-an
Kategori Umur
Ruang Sekolah
Rusak
Kateori
Kerusakan Ruang
Sekolah
Jumlah Murid
pada Sekolah
Rusak
Tua
(≥20
thn)
Sedan
g (10-
20
thn)
Baru
(≤10
thn)
Ringa
n
Sedang Berat Banya
k
(≥
3000
siswa)
Sedan
g
(2999-
1000)
Sedikit
(<1000
siswa)
SD 25 45 30 60 30 10 25 30 45
SMP 15 35 20 30 35 5 15 25 30
Analisis Bertingkat
Usaha mengetahui sebab-sebab masalah yang dapat
dilihat dari setting permasalahan.
Contoh:
Masalah secara
general
Penyebab I Penyebab II Penyebab III
Buku Sekolah Mahal Buku tidak
disediakan
sekolah
Bisnis para guru Gaji Guru Kecil
Tidak ada
anggaran
Stok Buku
Terbatas
Distribusi tidak
merata
Keterbatasan
jaringan
pemasaran
Penerbit
mencetak
sedikit
Kemampuan
cetak dan modal
terbatas
Biaya Produksi
mahal
Royalti penulis
mahal
Harga Kertas
mahal
Brainstorming Analysis (Analisis curah
gagasan)
Tehnik mengidentifikasi masalah dengan
mengundang para ahli,
stakeholder,akademisi,organ pemerintah
dankelompokkepentinganuntuk
mengemukakan pendapat tentang suatu
masalah publik.
Analisis kaya perspektif
Upaya mengenali masalah publik yang sedang
dihadapi dengancara membandingkan
berbagai variasi pendapat dari berbagai macam
perspektif.
 Analisis Benchmarking
Upaya mengenalimasalah publik yang sedang
dihadapi dengan cara melakukan kajian-kajian
atas masalah sejenis di negara/tempat lain.
Teori gunung es
 Perubahan yang terjadi,baik dilingkungan internal
(internal environment) maupun lingkungan eksternal
(external environment) dapat menimbulkan dampak,
baik dikehendaki maupun tidak dikehendaki.
 Salah satu metode mengenali (scanning)untuk
memahami masalah akibat terjadinya perubahan
lingkungan,baik lingkungan internal maupun
eksternal berupa teori gunung es (ice berg and level
perspective).
Unsur-Unsur Pemahaman Masalah
N0 Unsur Keterangan
1 Events Peristiwa-peristiwa yang terjadi
dimasyarakat
2 Pattern of Behaviour Adanya kesamaan-kesamaan
(kecenderungan) antara peristiwa satu
denganperistiwa lain yang terjadi
dimasyarakat.
3 Systemic Structure Hubungan antara peristiwa satu dengan
peristiwa lainnya yang terjadi
dimasyarakat
4 Model Mental Kesimpulan dari hubungan peristiwa
satu dengan peristiwa lain yang terjadi
dimasyarakat.
Unsur-Unsur Pemahaman Masalah
N0 Unsur Keterangan
1 Events PKL mengganggu masyarakat
2 Pattern of Behaviour • Tempat PKLtidak tertata rapi
• PKL tumbuh subur
• PKL produk sampah
• PKL ganggu keindahan kota
• Perilaku PKL seenaknya
3 Systemic Structure PKLtumbuh subur, tempat jualan PKL
tidak tertata rapi,menghasilkan sampah,
dan mengganggu keindahankota,
akibatnya aktivitas masyarakat
terganggu.
4 Model Mental Perilaku PKL dalam berjualan seenaknya
sendiri.
AGENDA SETTING
 Masalah publik sebagaimana dikemukakan
sebelumnya,begitu banyak macam, variasi, dan
intensitasnya. Oleh karena itu tidak semua masalah
publik bisa melahirkan suatu kebijakan publik.
 Menurut Anderson (1979) hanya masalah publik yang
dapat menggerakkan orang banyak untuk ikut
memikirkan dan mencari solusinya yang bisa tampil
menjadi masalah kebijakan.
 Manakala menginginkan kebijakan publik mampu
memecahkan masalah publik (public problems),
masalah publik harus dirumuskan menjadi masalah
kebijakan (policy problems) dengan baik dan benar.
 Kegiatan membuat masalah publik menjadi masalah
kebijakan sering disebut dengan penyusunan agenda
(agenda setting)
Jones (1984), Agenda adalah suatu istilah yang pada
umumnya digunakan untuk menggambarkan suatu
isu yang dinilai oleh publik perlu diambil suatu
tindakan.
Darwin (1995),agenda sebagai suatu kesepakatan
umum, belum tentu tertulis tentang adanya suatu
masalah publik yang perlu menjadi perhatian bersama
dan menuntut campur tangan pemerintah untuk
memecahkannya.
Proses Penyusunan Agenda
 Private problems (masalah privat),
 Public Problems
 Issues
 Systemic Agenda
 Institutional agenda
Masalah privat,merupakan masalah yang mempunyai
akibat terbatas.
Masalah publik,merupakan masalah yang mempunyai
akibat yang luas.
Issu, merupakan perbedaan-perbedaan pendapat di
masyarakat tentang persepsi dan solusi terhadap suatu
masalah publik.
Agenda sistemik,merupakan semua isu yang
padaumumnya dirasakan oleh para anggota masyarakat
politik yang patut mendapat perhatian publik dan isu
tersebut memang berada dalam yurisdiksi kewenangan
pemerintah.
Agenda institusional, merupakan serangkaianmasalah
(issues) yang secara tegas membutuhkan pertimbangan-
pertimbangan yang aktif dan serius dari pembuat
keputusan yang sah/otoritas.
Walker (1982) menegaskan bahwa suatu masalah bisa
tampil menjadi masalah publik jika:
1. mempunyai dampakyang besar pada banyak
orang.
2.Ada bukti yang meyakinkan agar lembaga legislatif
mau memperhatikan masalah tersebut sebagai
masalah serius.
3.Ada pemecahan masalah yang mudah dipahami
terhadap masalah yang sedang diperhatikan tadi.
Jones (1984) mengemukakan masalah publik mudah
menjadi kebijakan publik manakala;
1. Skup dan kemungkinan dukungan terhadap
masalah publik (issues) tersebut dapat
dikumpulkan.
2. Problem atau isu tersebut dinilai penting.
3. Ada kemungkinan masalah publik (issues) tersebut
dapat dipecahkan.
Issue akan mudah tampil atau masuk dalam agenda
sistemik menurut Cobb dan Edler dalam Jones (1984)
jika:
1. Isu itu memperoleh perhatian yang luas atau
setidaknya dapat menimbulkan kesadaran
masyarakat.
2. Adanya persepsi dan pandangan atau pendapat
publik yang luas bahwa beberapa tindakan perlu
dilakukan untuk memecahkan masalah itu.
3. Adanya persepsi yang sama dari masyarakat bahwa
masalah itu merupakan suatu kewajiban dan
tanggungjawab yang sah dari beberapaunit
pemerintahanuntuk memecahkannya.
Agenda Setting
No Tataran Masalah
1 Private Problem VCD porno meresahkan orangtua yang memiliki
anak remaja
2 Public Problem VCD porno meresahkan
• Orang tua yang anaknya remaja
• Orang tua yang anaknya belum remaja
• Pasangan suami istri yang belum memiliki anak
3 Policy Issues • Menghentikan produksi VCD porno
•Menata sistem peredaran VCD porno
• Membentengi diri dan keluarga dengan iman
dan takwa
4 Systemic Agenda •Menata sistem peredaran VCD porno
• Membentengi diri dan keluarga dengan iman
dan takwa
5 Institutional Agenda Membentengi diri dan keluarga dengan iman dan
takwa
Formulasi Masalah Kebijakan Publik
&
Mendesain Kebijakan
Formulasi Masalah Kebijakan
• Dalam merumuskan kebijakan publik (Policy
Problem Formulation) sebagaimana dikemukakan
sebelumnya diawali oleh perumusan masalah. Jika
masalah telah dirumuskan dengan baik dan benar
maka kebijakan yang diambil akan tepat dan dapat
dipertanggungjawabkan.
• Oleh karena itu,dalam merumuskan kebijakan
publik, persoalan mendasar adalah merumuskan
masalah kebijakan (policy problems)
Proses Merumuskan Masalah
Kebijakan
 Pencarian Masalah
 Pendefinisian Masalah
 Spesifikasi Masalah
 Pengenalan Masalah
• Tahap perumusan masalah diawali dengan pengakuan
atau dirasakannya keberadaan situasi masalah. Situasi
masalah dapat dilakukan dengan menemukenali
(scanning) terhadap masalah (pengenalan masalah). Dari
situasi masalah tadi kemudian dicari masalah. Biasanya
yang didapat adalah setumpuk masalah yang terkait.
Kumpulan masalah yang saling terkait namun belum
terstruktur tadi disebut meta masalah. Setumpukmasalah
tersebut, dapat dipecahkan secera serentaknamun harus
didefinisikan terlebih dahulu masalah mana yang menjadi
masalah publik. Hasil pendefinisian dari
setumpukmasalah yang belum terstruktur
tadimenghasilkan masalah substantif. Dari masalah
substantif tadi kemudian dilakukan spesifikasi masalah
dan menghasilkan masalah formal (perumusan masalah
kebijakan).
Contoh Analisis Proses Perumusan
Masalah Kebijakan
No Tahapan Masalah
1 Situasimasalah PKL mengganggu masyarakat
2 Meta Masalah • Tempat PKLtidak tertata rapi
• PKL tumbuh subur
• PKL produk sampah
• PKL ganggu keindahan kota
• Perilaku PKL seenaknya
3 Masalah
Substantif
• PKL tumbuh subur
• tempat jualan PKL tidak tertata rapi
• Perilaku PKL
4 Masalah formal Perilaku PKL dalam berjualan seenaknya sendiri.
Mendesain Kebijakan (Policy
Design)
 Berdasarkan masalah kebijakan yang telah
dirumuskan (masalah formal) kemudian dicarikan
solusi berupa kebijakan publik apa yang perlu diambil.
 Untuk menemukan kebijakan apa yang sebaiknya
diambil perlu dilakukan analisis terhadap masalah
kebijakan tersebut.
7 Tahapan dalam melakukan
analisis kebijakan
1. Tahap pengkajian persoalan
2. Penetapan tujuan dan sasaran kebijakan
3. Penyusunan model
4. Perumusan alternatif kebijakan
5. Penentuan kriteria pemilihan alternatif kebijakan
6. Penilaian alternatif kebijakan
7. Perumusan Rekomendasi Kebijakan
Metode Pengembangan alternatif
kebijakan
• Analisis eksperimental
• Analisis survey dan snowball sampling
• Analisis komparasi
• Analisis hasil evaluasi
• Analisis diam
• Analisis teori
• Analisis aktor dan dampak
• Analisis sinektika
• Analisis analogi
Metode Menilai dan Memprediksi
Alternatif-alternatif kebijakan
 Analisis skor
 Analisis indeks
 Analisis gaming dan simulasi
 Analisis kontra faktual
 Analisis Brainstroming
 Analisis delphi
Pengembangan Alternatif Kebijakan
Analisis Eksperimentasi
Analisis eksperimentasi adalah upaya
menciptakan alternatif-alternatif
kebijakan dengan menggunakan
metode ekksperimen kepada kelompok
sasaran yang berbeda dengan
karakteristik yang sama.
Metode ini juga hampir serupa dengan
metode penelitian implementasi
• Beberapa hal yang penting dilakukan dalam
penelitian ini:
1. Mengidentifikasi dengan cermat bahwa
kelompok sasaran dan kelompok
pembanding memiliki karakteristik yang
hampir sama.
2. Meyakinkan bahwa kondisi sebelum
intervensi program data dua kelompok
telah didapatkan.
3. Meyakinkan bahwa kelompok pemvanding
tidak mendapatkan intervensi dari pihak
ketiga atau program pemerintah yang lain.
Analisis Survey dan Snowball
• Analisis survey adalah upaya mengidentifikasi
alternatif-alternatif kebijakan dengan melakukan
survey. Analisis survey ini berisi beberapa konten
pertanyaan terkait dengan masalah publik yang
sedang dihadapi.
• Selain survey, analisis kebijakan juga dapat
melakukan wawancara dengan tehnik snowball
sampling untuk mendapatkan beberapa alternatif
kebijakan. Wawancara ini melibatkan berbagai
tokoh terkait dengan masalah publik yang
dihadapi, dan para ahli yang berkompeten di
Analisis Komparasi
• Analisis komparasi adalah menunjuk upaya
mengembangkan alternatif kebijakan
dengan cara membandingkan kebijakan-
kebijakan yang pernah ditempuh
sebelumnya, membandingkan kebijakan-
kebijakan yang ditempuh oleh daerah lain
atau negara lain, serta membandingkan
dengan kebijakan ideal dengan tujuan
untuk memperkaya pengembangan
alternatif kebijakan dan bahan untuk
Analisis komparasi ini setidaknya
dapat dikategorisasi menjadi tiga
jenis:
Komparasi kebijakan-kebijakan
yang pernah ditempuh
sebelumnya.
Komparasi kebijakan-kebijakan
yang ditempuh oleh daerah lain
atau negara lain.
Komparasi dengan kebijakan
Analisis Hasil Evaluasi
 Pengembangan alternatif dengan analisis
hasil evaluasi adalah upaya mengembangkan
alternatif kebijakan dengan mendasarkan diri
pada evaluasi-evaluasi program/kebijakan
yang pernah dijalankan.
 Pembelajaran atas hasil evaluasi
kebijakan/program harus mulai dilakukan.
Sebab, selama ini menjadi keluhan para
evaluator dan akademisi adalah minimnya
pemanfaatan hasil evaluasi sebagai bahan
Analisis Diam
Pengembangan alternatif dengan
analisis diam menunjuk upaya
mengembangkan alternatif kebijakan
dengan diam (not to do atau no-
action).
Analisis ini menganalisis jika
seandainya pemerintah berdiam diri
atas masalah publik yang dihadapi.
No-action policy biasanya muncul
dengan sebab sbb:
Masalah yang muncul adalah masalah
sensitif dan apabila pemerintah
mengambil kebijakan justru dianggap
berpihak kepada salah satu pihak.
Pemerintah memiliki keterbatasan
anggaran untuk merespon masalah
publik.
Pemerintah masih menunggu waktu
Analisis Teori
Pengembangan alternatif kebijakan
dengan analisis teori adalah menunjuk
penggunaan teori sebagai sumber dari
alternatif-alternatif kebijakan untuk
menyelesaikan masalah publik.
Alternatif kebijakan yang dilahirkan
dari analisis teori, setidaknya harus
benar-benar disesuaikan dengan
Analisis Aktor dan Dampak
Pengembangan alternatif kebijakan
dengan analisis aktor dan dampak
adalah mengembangkan dan
menganalisis alternatif kebijakan
dengan mempertimbangkan siapakah
aktor yang diuntungkan/dirugikan,
siapa yang terkena dampak negatif.
Analisis Sinektika
 Pengembangan alternatif dengan
menggunakan analisis sinektika adalah
menunjuk pada upaya mengembangkan solusi
masalah publik dengan pandangan/perspektif
baru.
 Proses sinekstika ini dapat dilakukan dengan
mengundang berbagai macam stakeholder dari
berbagai macam kelas dan sudut pandang,
sehingga analis kebijakan mampu
mengembangkan alternatif kebijakan dari
banyak perspektif.
Analisis Analogi
 Pengembangan alternatif kebijakan dengan
menggunakan alternatif analogi menunjuk
pada upaya mengembangkan alternatif
kebijakan dengan menggunakan simbol-
simbol solusi kebijakan dari masalah yang
memiliki latar belakang berbeda.
Penilaian dan Prediksi Kebijakan Dinamis
 Penilaian dan prediksi kebijakan adalah tahap analisis
kebijakan berusaha untuk menilai beberapa alternatif
kebijakan dan mengambil satu atau beberapa
kebijakan yang diprediksi merupakan pilihan terbaik
untuk menyelesaikan masalah publik tertentu,
menentukan prioritas program yang
direkomendasikan kepada pemerintah untuk
dilakukan.
Definisi
 Analisis skor menunjuk proses menilai alternatif
kebijakan dengan menciptakan dan menggunakan
indikator-indikator untuk menilai (menskoringg)
alternatif-alternatif kebijakan yang telah
dikembangkan sesuai dengan tujuan yang telah
dirumuskan sebelumnya, dan bila diperlukan
memberikan pembobotan pada indikator yang dinilai
lebih penting dari indikator yang lain.
Analisis Skor
• Mengingat masalah kebijakan
• Mengidentifikasi alternatif-alternatif kebijakan
• Mengidentifikasi indikator-indikator untuk menilai
alternatif kebijakan sesuai dengan tujuan-tujuan yang
dirumuskan sebelumnya.
• Melakukan skoring alternatif-alternatif kebijakan
dengan indikator-indikator yang telah ditentukan.
• Merekomendasikan kebijakan
Tahap-Tahap Analisis Skor
Analisis indeks menunjuk proses
menilai alternatif kebijakan dengan
mencipttakan dan menggunakan
indikator-indikator serta indeks.
Analisis Indeks
• Menentukan sasaran penelitian, dan populasi
• Menentukan sampel
• Membuat difinisi konsep
• Membuat definisi operasional
• Membuat tehnik analisis data
• Membuat kuisioner
• Membuat jadwal penelitian
• Penelitian lapangan
• Analisis data
Tahap-Tahap Analisis Indeks
 Penilaian alternatif kebijakan dengan menggunakan
analisis gaming dan simulasi adalah menggunakan
tehnik simulasi dan game sebagai tehnik memilih
alternatif terbaik.
 Salah satu yang dipakai adalah menggunakan role-
play
Analisis Gaming dan simulasi
Penilaian alternatif kebijakan dengan
menggunakan analisis kontra faktual
menunjuk menilai alternatif-alternatif
kebijakan dengan menggunakan
argumen-argumen kontra yang akan
muncul seandainya suatu kebijakan
diputuskan.
Analisis Kontra Faktual
• Penilaian alternatif kebijakan dengan tehnik
brainstroming adalah menggunakan hasil diskusi
curah gagasan sebagai alternatif kebijakan yang
direkomendasikan.
• Kelemahan analisis curah gagasan ini adalah
dimungkinkan muncul sekelompok orang yang lebih
dominan dibandingkan kelompok yang lain, dan
berpotensi untuk mempengaruhi pihak yang lain
karena diskusi bersifat terbuka.
Analisis Brainstroming
 Penilaian alternatif kebijakan menggunakan tehnik
delphi merupakan modifikasi dari analisis curah
gagasan.
 Penilaian alternatif kebijakan menggunakan tehnik
delphi adalah menggunakan pendapat para pakar,
atau stakeholder dengan sistem yang tertutup dan
klarifikasi.
Analisis delphi
• Setelah menilai dan memprediksi kebijakan tahap
yang harus dilakukan oleh analis kebijakan adalah
merekomendasikan kebijakan yang diyakini terbaik
untuk dilakukan pemetintah.
• Dalam kaitan dengan rekomendasi kebijakan, maka
analis kebijakan harus berani lebih kreatif, lebih
maju, berorientasi kepada masa depan dan
menunjukkan komitmen yang tinggi kepada publik.
Rekomendasi kebijakan
Analisis Proses Implementasi Kebijakan
 Kamus Webster dalam Wahab (1991:50)
implementasi diartikan sebagai “to provide
the means for carrying out (menyediakan
sarana untuk melaksanakan sesuatu); to
give practical effects to (menimbulkan
dampak/akibat terhadap sesuatu)”.
Definisi
 “policy implementation encompasses those action
by public and private individuals (or groups) that
are directed at the achievement of objectives set
forth in prior policy decisions. This include both
one time efforts to transform decisions into
operational terms, as well as continuing efforts to
achieve the large and small changes mandated by
policy decisions”.
Donald S. Van Mater dan carl E. Va
 Implementasi kebijakan menekankan pada suatu
tindakan, baik yang dilakukan oleh pihak pemerintah
maupun individu (atau kelompok) swasta yang
diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan dalam suatu keputusan kebijakan
sebelumnya. Pada suatu saat tindakan-tindakan ini
berusaha mentransformasikan keputusan-keputusan
menjadi pola-pola operasional serta melanjutkan
usaha-usaha tersebut untuk mencapai perubahan,
baik besar maupun kecil yang diamanatkan oleh
keputusan-keputusan kebijakan tertentu.
 Organization; The establishment or rearrangement
of resources, units, and methods for pitting a policy
into effect.
 Interpretation; The translation of language (often
contained in a statute) into acceptable and feasible
plans and directives.
 Application; The routine provision of service,
payments, or other agree upon objectives or
instruments.
Aktifitas Implementasi Kebijakan
(Jones, 1997)
 Aktivitas`pengorganisasian merupakan
suatu upaya untuk menetapkan dan menata
kembali sumber daya, unit-unit, dan
metode-metode yang mengarah pada upaya
mewujudkan/merealisasikan kebijakan
menjadi hasil (outcome) sesuai dengan apa
yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan.
Tahap Pengorganisasian
 Aktivitas interpretasi (interpretation) merupakan
aktivitas interpretasi (penjelasan) substansi dari suatu
kebijakan dalam bahasa yang lebih operasional dan
mudah dipahami sehingga dapat dilaksanakan dan
diterima oleh para pelaku dan sasaran kebijakan.
 Tahap interpretasi merupakan tahapan penjabaran
sebuah kebijakan yang masih bersifat abstrak ke
dalam kebijakan yang lebih bersifat teknis
operasional.
Tahap Interpretasi
 Tahap pengorganisasian:
a. Pelaksana kebijakan?
b. SOP
c. Sumber daya keuangan dan peralatan
d. Penetapan manajemen pelaksanaan
kebijakan
e. Penetapan jadwal kegiatan
f. Tahap aplikasi
 Pelaku kontrol pelaksanaan kebijakan
 Kontrol internal
 Kontrol eksternal
 Standar prosedur operasi kontrol
 Kontrol sumber daya keuangan dan peralatan
 Jadwal pelaksanaan kontrol
Kontrol Pelaksanaan Kebijakan
Publik
Model Implementasi Kebijakan
Publik (Edward III)
Komunikasi
Sumberdaya
Disposisi
Struktur Birokrasi
Implementasi
 Komunikasi diartikan sebagai proses penyampaian
informasi dari komunikator (policy maker) kepada
komunikan (policy implementors)
 Komunikasi kebijakan memiliki beberapa macam
dimensi antara lain dimensi transformasi
(transmission), kejelasan (clarity), dan konsistensi
(consistency).
Faktor komunikasi
 Sumber Daya Manusia
 Sumber Daya Anggaran
 Sumber Daya peralatan
 Sumber Daya Informasi dan Kewenangan
Sumber Daya
 Disposisi merupakan kemauan, keinginan, dan
kecenderungan para pelaku kebijakan untuk
melaksanakan kebijakan secara sungguh-sungguh
sehingga apa yang menjadi tujuan kebijakan dapat
diwujudkan.
Disposisi
 Struktur birokrasi ini mencakup aspek-aspek seperti
struktur organisasi, pembagian kewenangan,
hubungan antar unit-unit organisasi yang ada dalam
organisasi yang besangkutan, dan hubungan
organisasi dengan organisasi luar dsb.
 Struktur birokrasi mencakup dimensi fragmentasi,
dan SOP
Struktur Birokrasi
ANALISIS PROSES EVALUASI
KEBIJAKAN PUBLIK
Konsep Evaluasi Kebijakan
Publik
 Evaluasi kebijakan merupakan kegiatan
untuk menilai atau melihat keberhasilan
atau kegagalan pelaksanaan suatu kebijakan
publik.
 Oleh karena itu, evaluasi merupakan
kegiatan pemberian nilai atas sesuatu
“fenomena” di dalamnya terkandung
pertimbangan nilai (value judgement)
tertentu.
Tipe Evaluasi Kebijakan
 Tipe evaluasi hasil (outcomes of public
policy implementation), merupakan riset
yang mendasarkan diri pada tujuan
kebijakan.
 Tipe evaluasi proses (process of public policy
implementation), yaitu riset evaluasi yang
mendasarkan diri pada petunjuk
pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis
(juknis)
Weiss (1972)
The purpose of evaluation research is to measure the
effects of a program againts the goals it set out to
accomplish as a means of contributing to subsequent
decision making about the program and improving
future programming.
Riset evaluasi bertujuan untuk mengukur dampak dari
suatu program yang mengarah pada pencapaian dari
serangkaian tujuan yang telah ditetapkan dan sebagai
sarana untuk memberikan kontribusi (rekomendasi)
dalam membuat keputusan dan perbaikan program
pada masa mendatang.
Unsur Evaluasi Kebijakan
Publik
Untuk mengukur dampak (to measure effects) dengan
bertumpu pada metodologi riset yang digunakan.
Dampak (effects) tadi menekankan pada suatu hasil
(outcomes) dari efisiensi, kejujuran, moral yang melekat
pada aturan-aturan atau standar.
Perbandingan antara dampak (effects) dengan tujuan
(goals) menekankan pada penggunaan kriteria yang jelas
dalam menilai bagaimana suatu kebijakan telah
dilaksanakan dengan baik.
Memberikan kontribusi pada pembuatan keputusan
selanjutnya dan perbaikan kebijakan pada masa
mendatang sebagai tujuan sosial dari evaluasi.
Tujuan riset evaluasi kebijakan
publik
 Tujuan utama
untuk mengetahui sejauhmana keberhasilan
suatu kebijakan program
 Tujuan sosial
untuk memberikaan kontribusi (rekomendasi)
pada pembuatan keputusan selanjutnya dan
perbaikan kebijakan program pada masa
mendatang.
Keputusan tentang masa
depan kebijakan (Weiss, 1972)
 To continue or discontinue the program.
 To improve its practices and procedures.
 To add or drop specific program strategies and
techniques.
 To institute similar programs elsewhere.
 To allocate resource among competing programs.
 To accept or reject a program approach or theory.
Kebijakan perlu diteruskan atau dihentikan
Kebijakan perlu diteruskan, namun perlu diperbaiki
baik prosedur maupun penerapannya.
Perlunya menambah atau mengembangkan strategi
dan teknik program-program khusus
Perlunya menerapkan kebijakan program serupa di
tempat lain
Perlunya mengalokasikan sumber daya langka
diantara program yang saling berkompetitif
Perlunya menolak atau menerima teori atau
pendekatan kebijakan program
Riset Evaluasi (Rossi, 1979)
Research for program Planning and
Development
Project monitoring Evaluation
Research
Impact Evaluation
Economic Efficiency Evaluation
Comprehensive Evaluation
Tahapan (Proses) Evaluasi
Kebijakan Publik
Mengidentifikasi apa yang menjadi tujuan kebijkan,
program, dan kegiatan
Penjabaran tujuan kebijakan, program, dan kegiatan ke
dalam kriteria atau indikator pencapaian tujuan.
Pengukuran indikator pencapaian tujuan kebijakan
program.
Berdasarkan indikator pencapaian tujuan kebijakan
program tadi, dicarikan datanya di lapangan.
Hasil data yang diperoleh dari lapangan kemudian
dilakukan pengolahan, dan dikomparasi dengan kriteria
pencapaian tujuan.
Campbell (2001:2) mengembangkan sistem
pengukuran kinerja program menjadi beberapa
kegiatan proses pengukuran:
Identifikasi hasil yang diharapkan
Memilih ukuran atau indikator
Menyusun standar hasil dan kinerja
Laporan hasil
Gunakan laporan untuk membuat
rencana, mengelola, dan menyusun
anggaran
Tahapan riset evaluasi
kebijakan
Perencanaan riset evaluasi
1. Menetapkan kebijakan publik
2. Menetapkan kapan hasil riset evaluasi
diperlukan
3. Menemukan dan memformulasikan
tujuan kebijakan
4. Menetapkan indikator pencapaian tujuan
kebijakan
5. Menyusun instrumen penelitian
6. Menetapkan sumber dan tehnik
pengumpulan data
Pelaksanaan riset evaluasi kebijakan
1.Tahap editing
2.Tahap coding
3.Tahap tabulating
 Tindak Lanjut
Analisis Evaluasi Kinerja
Kebijakan Publik
Mengkritisi kebijakan dapat dipelajari
melalui dua pendekatan, yaitu:
1. Analysis of the policy process
2. Analysis in and for the policy process
Metode penilaian kinerja
kebijakan
Input and output performance
model
Basic production model
Balance score card model
Perubahan dan Terminasi Kebijakan
Konsep perubahan kebijakan
menunjuk pada pergantian satu
atau lebih kebijakan dengan satu
atau lebih kebijakan lain.
 Perubahan sedikit (tambal sulam) dari kebijakan yang
telah dievaluasi.
 Pembuatan statuta baru dalam area kebijakan tertentu
 Perubahan drastis dari kebijakan publik sebagai
konsekuensi dari munculnya pilihan-pilihan baru.
3 bentuk perubahan kebijakan
(Easton, 1992)
 Perubahan kebijakan hanya berbentuk linear
 Penggabungan (merger) beberapa program yang
dianggap cocok
 Pemisahan satu program menjadi dua atau beberapa
paket program
 Perubahan program secara nonlinear
Kasus perubahan kebijakan
Lester dan Stewart (2000)
• Pemerintah memperluas aktivitasnya dalam kebijakan
tertentu, sehingga tumpang tindih dengan program yang
sedang berjalan.
• Kebijakan itu sendiri yang menciptakan kondisi yang
mensyaratkan perubahan karena ketidakmampuannya
menciptakan efek samping sesuai yang diharapkan.
• Tingkat relativitas keberlanjutan pertumbuhan ekonomi
dan implikasi finansialnya menyebabkan suatu kebijakan
yang ada kemudian dianggap tidak diperlukan lagi, hanya
bersifat pemborosan, dan tidak tepat.
3 Alasan perubahan kebijakan di
negara barat
Tesis Siklikal (The Cyclical Thesis)
Model ini menjelaskan bahwa
perubahan kebijakan disebabkan
adanya suatu pergeseran secara terus
menerus dalam keterlibatan secara
nasional antara kepentingan publik
dan kepentingan swasta
3 Model perubahan kebijakan
 Tesis Policy Learning
Model ini memandang perubahan kebijakan sebagai
suatu fungsi dari tiga faktor:
- interaksi dari advocacy coalitions
- perubahan-perubahan eksternal terhadap subsistem
- Akibat-akibat dari parameter sistem yang stabil.
 Tesis zig zag
Polaini dikarakteristikkan oleh zig zag effect atau
stimulus dan respons. Ini bukan merupakan
pergeseran besar dari liberal ke konservatisme. Konsep
Class strugless atau koalisi masyarakat yang bersaing
merupakan suatu cara yang berguna untuk
menjelaskan pergeseran-pergeseran.
 Istilah terminasi kebijakan mengarah pada
penghapusan agensi, mengarahkan kembali kebijakan
dasar, penghapusan program, penghapusan sebagian
(agensi, kebijakan dasar, dan program), dan
pengurangan anggaran.
Terminasi Kebijakan
 Munculnya tuntutan politik agar kebijakan
diterminasi biasanya disebabkan terkontaminasinya
implementasi kebijakan dan komponen-
komponennya oleh kepentingan pribadi ataupun
kepentingan jangka pendek para aktor yang terlibat.
Sehingga, kebijakan atau program menghadapi
masalah pembiayaan.
 Berkaitan dengan itu, kelompok koalisi anti terminasi
segera melakukan mobilisasi dan menggunakan segala
sumber daya yang dimiliki untuk mempertahankan
kebijakan, program, dan organissai yang dituntut
untuk diterminasi.
 Beberapa kebijakan dan program ternyata tidak
efektiff sehingga perlu untuk dihapuskan
 Adanya suasana politik yang tidak mendukung
pelaksanaan program serta pengurangan fiskal yang
biasanya berwujud penyusutan anggaran.
Alasan adanya perhatian terhadap
terminasi
 Terminasi fungsional, yaitu terminasi yang terarah
pada tindakan eliminasi seluruh area kebijakan,
meliputi baik organisasi maupun kebijakannya
sendiri.
 Terminasi organisasi, yaitu tertuju pada penghapusan
seluruh organisasi yang terlibat dalam implementasi
kebijakan atau program, akibat dari kegagalannya
mencapai tujuan.
Bentuk-bentuk terminasi
(Lester dan Stewart, 2000)
 Terminasi kebijakan, yaitu tertuju kepada
penghapusan sebuah kebijakan ketika teori dan
pendekatan yang mendukung sudah tidak dipercaya
kebenarannya oleh aktor-aktor formal.
 Terminasi program, dilakukan untuk mengeliminasi
program-program spesifik
 Terminasi big bang
Pihak pemegang otoritas kebijakan mmenetapkan
terminasi secara desisif dan dilakukan dalam waktu
cepat, sehingga tidak memberikan kesempatan oposisi
untuk mengorganisisr kekuatan melawan langkah
terminasi.
2 Pendekatan dalam studi
Terminasi Kebijakan
 Terminasi Long Whimper
Menunjukkan terminasi sebagai akhir dari proses
penurunan sumber daya organisasi dalam waktu yang
lama. Proses yang terjadi di sebut juga
dekrementalisme.
 Dari uraian di atas, bahwa terminasi kebijakan tidak
sepenuhnya didasarkan pada alasan-alasan rasional
dan administratif semata, namun nilai-nilai politik
dan ideologi merupakan variabel kunci untuk
menjelaskan langkah dilakukannya terminasi
kebijakan, pertimbangan-pertimbangan politik lebih
mengemuka dibandingkan pertimbangan evaluasi.
 Para terminator disarankan untuk tidak mengumbar
infformasi secara dini mengenai terminasi kebijakan
tertentu.
 Terminator akan lebih berhasil menghapus kebijakan
jika memperluas para pendukungnya hingga keluar
basis pendukungnya secara tradisional
 Memfokuskan terminasi pada kebijakan atau program
yang secara politis tidak merusak.
Strategi untuk melakukan terminasi
kebijakan (Robert Behn)
 Memanfaatkan ideologi untuk memberi persfektif
baru bahwa kebijakan yang akan dieliminasi bersifat
merusak.
 Menciptakan langkah-langkah yang akan
menggagalkan terjadinya kompromi berbagai
kelompok yang mendukung kebijakan yang
dieliminasi.
 Menggunakan para outsider mengembangkan isu-isu
yang tidak menguntungkan kebijakan yang akan di
hapus.
 Menghindari pemungutan suara di lembaga
legislatif, karena para legislator biasanya
berorientasi pada dukungan bukan pada
permusuhan.
 Para terminator dari birokrasi disarankan untuk
menghindari konflik antara kekuatan
konstitusional presiden dan legialtif.
 Menerima peningkatan biaya terminasi dalam
jangka pendek.
 Menawarkan pekerjaan alternatif bagi pekerja
yang terlibat dalam program yang dieliminasi,
serta memberi biaya pengganti pada organisasi
klien yang terlibat dalam program.
 Menciptakan kasus yang menimbulkan persepsi
bahwa kebijakan baru yang lebih baik perlu diadopsi
tetapi dengan persyaratan adanya penghapusan
kebijakan yang sedang berjalan.
 Karena terminasi merupakan cara yang sulit, maka
supaya tidak counter productive para terminator
disarankan melakukan terminasi tidak sembarangan
dan tergesa-gesa.
Kebijakan Publik dan Good Governance
GOOD GOVERNANCE
 Good governance dapat dimaknai sebagai:
1.Kinerja suatu lembaga
2. Mengarahkan, mengendalikan, dan
mempengaruhi masalah publik
Latar Belakang Good Governance
 Tuntutan eksternal (pengaruh globalisasi)
 Tuntutan internal
Tuntutan terhadap pemerintahan yang
menerapkan nilai transparansi,
akuntabilitas, partisipasi, dan demokrasi.
Prinsip Good Governance
 Partisipasi
 Aturan hukum
 Transparansi
 Daya tanggap
 Berorientasi konsensus
 Berkeadilan
 Efektif efisien
 Akuntabilitas
 Visi strategis
Karakteristik Good Governance
Diakuinya semangat pluralisme
Tingginya sikap toleransi
Tegaknya prinsip demokrasi
Implementasi Good Governance
dalam Kebijakan Publik
 Apakah formulasi kebijakan sudah dilandasi praktek
implementasi good governance
 Apakah implementasi kebijakan sudah dilandasi
praktek implementasi good governance
 Apakah evaluasi kebijakan sudah dilandasi praktek
implementasi good governance
Matriks Good Governance
No Kebijakan Transpa-
ransi
Akuntab
ilitas
Fairness Responsi
-veness
Total
Skor
1 Formulasi
2 Implementasi
3 Evaluasi

More Related Content

What's hot

Intisari Buku Public Policy Analysis (William N. Dunn)
Intisari Buku Public Policy Analysis (William N. Dunn)Intisari Buku Public Policy Analysis (William N. Dunn)
Intisari Buku Public Policy Analysis (William N. Dunn)Asep Sufyan Tsauri
 
Modul 1.1 Konsep dan Studi Kebijakan Publik
Modul 1.1 Konsep dan Studi Kebijakan PublikModul 1.1 Konsep dan Studi Kebijakan Publik
Modul 1.1 Konsep dan Studi Kebijakan Publikunitpublikasi
 
Modul 4.1 Konsepsi dan Manfaat Analisis Kebijakan
Modul 4.1 Konsepsi dan Manfaat Analisis KebijakanModul 4.1 Konsepsi dan Manfaat Analisis Kebijakan
Modul 4.1 Konsepsi dan Manfaat Analisis Kebijakanunitpublikasi
 
Pendekatan perencanaan pembangunan
Pendekatan perencanaan pembangunanPendekatan perencanaan pembangunan
Pendekatan perencanaan pembangunanQiu El Fahmi
 
3 proses perumusan kebijakan
3 proses perumusan kebijakan3 proses perumusan kebijakan
3 proses perumusan kebijakanMuh Firyal Akbar
 
Model Formulasi Kebijakan
Model Formulasi KebijakanModel Formulasi Kebijakan
Model Formulasi KebijakanZakiah dr
 
Identifikasi Issu / Masalah Kebijakan
Identifikasi Issu / Masalah Kebijakan Identifikasi Issu / Masalah Kebijakan
Identifikasi Issu / Masalah Kebijakan Tri Widodo W. UTOMO
 
Model dan pendekatan dalam analisis kebijakan publik (public policy)
Model dan pendekatan dalam analisis kebijakan publik (public policy)Model dan pendekatan dalam analisis kebijakan publik (public policy)
Model dan pendekatan dalam analisis kebijakan publik (public policy)Raja Matridi Aeksalo
 
Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Publik
Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Publik Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Publik
Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Publik Dadang Solihin
 
Modul 1 konsep dan studi kebijakan publik
Modul 1 konsep dan studi kebijakan publikModul 1 konsep dan studi kebijakan publik
Modul 1 konsep dan studi kebijakan publikunitpublikasi
 
Agenda Setting Dalam Pembuatan Kebijakan Publik
Agenda Setting Dalam Pembuatan Kebijakan PublikAgenda Setting Dalam Pembuatan Kebijakan Publik
Agenda Setting Dalam Pembuatan Kebijakan PublikTri Widodo W. UTOMO
 
Modul 4.3 Mengembangkan dan Merumuskan Alternatif Kebijakan
Modul 4.3 Mengembangkan dan Merumuskan Alternatif KebijakanModul 4.3 Mengembangkan dan Merumuskan Alternatif Kebijakan
Modul 4.3 Mengembangkan dan Merumuskan Alternatif Kebijakanunitpublikasi
 

What's hot (20)

Formulasi kebijakan
Formulasi kebijakanFormulasi kebijakan
Formulasi kebijakan
 
Intisari Buku Public Policy Analysis (William N. Dunn)
Intisari Buku Public Policy Analysis (William N. Dunn)Intisari Buku Public Policy Analysis (William N. Dunn)
Intisari Buku Public Policy Analysis (William N. Dunn)
 
Modul 1.1 Konsep dan Studi Kebijakan Publik
Modul 1.1 Konsep dan Studi Kebijakan PublikModul 1.1 Konsep dan Studi Kebijakan Publik
Modul 1.1 Konsep dan Studi Kebijakan Publik
 
Analisis kebijakan publik
Analisis kebijakan publikAnalisis kebijakan publik
Analisis kebijakan publik
 
Modul 4.1 Konsepsi dan Manfaat Analisis Kebijakan
Modul 4.1 Konsepsi dan Manfaat Analisis KebijakanModul 4.1 Konsepsi dan Manfaat Analisis Kebijakan
Modul 4.1 Konsepsi dan Manfaat Analisis Kebijakan
 
Pendekatan perencanaan pembangunan
Pendekatan perencanaan pembangunanPendekatan perencanaan pembangunan
Pendekatan perencanaan pembangunan
 
model model analisis kebijakan publik
model model analisis kebijakan publikmodel model analisis kebijakan publik
model model analisis kebijakan publik
 
Analisis Kebijakan Publik
Analisis Kebijakan PublikAnalisis Kebijakan Publik
Analisis Kebijakan Publik
 
3 proses perumusan kebijakan
3 proses perumusan kebijakan3 proses perumusan kebijakan
3 proses perumusan kebijakan
 
Pertemuan ke 12 - evaluasi kebijakan
Pertemuan ke 12 - evaluasi kebijakanPertemuan ke 12 - evaluasi kebijakan
Pertemuan ke 12 - evaluasi kebijakan
 
siklus kebijakan publik
siklus kebijakan publiksiklus kebijakan publik
siklus kebijakan publik
 
Model Formulasi Kebijakan
Model Formulasi KebijakanModel Formulasi Kebijakan
Model Formulasi Kebijakan
 
Identifikasi Issu / Masalah Kebijakan
Identifikasi Issu / Masalah Kebijakan Identifikasi Issu / Masalah Kebijakan
Identifikasi Issu / Masalah Kebijakan
 
Model dan pendekatan dalam analisis kebijakan publik (public policy)
Model dan pendekatan dalam analisis kebijakan publik (public policy)Model dan pendekatan dalam analisis kebijakan publik (public policy)
Model dan pendekatan dalam analisis kebijakan publik (public policy)
 
Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Publik
Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Publik Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Publik
Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Publik
 
Modul 1 konsep dan studi kebijakan publik
Modul 1 konsep dan studi kebijakan publikModul 1 konsep dan studi kebijakan publik
Modul 1 konsep dan studi kebijakan publik
 
Agenda Setting Dalam Pembuatan Kebijakan Publik
Agenda Setting Dalam Pembuatan Kebijakan PublikAgenda Setting Dalam Pembuatan Kebijakan Publik
Agenda Setting Dalam Pembuatan Kebijakan Publik
 
Pertemuan ke 3 - perencanaan sosial
Pertemuan ke 3 - perencanaan  sosialPertemuan ke 3 - perencanaan  sosial
Pertemuan ke 3 - perencanaan sosial
 
Kebijakan publik
Kebijakan publik Kebijakan publik
Kebijakan publik
 
Modul 4.3 Mengembangkan dan Merumuskan Alternatif Kebijakan
Modul 4.3 Mengembangkan dan Merumuskan Alternatif KebijakanModul 4.3 Mengembangkan dan Merumuskan Alternatif Kebijakan
Modul 4.3 Mengembangkan dan Merumuskan Alternatif Kebijakan
 

Similar to Materi kebijakan pert 1 15

Tugas Perumusan Masalah Kebijakan Publik.pptx
Tugas Perumusan Masalah Kebijakan Publik.pptxTugas Perumusan Masalah Kebijakan Publik.pptx
Tugas Perumusan Masalah Kebijakan Publik.pptxnaila449385
 
Perumusan kebijakanpubliktk
Perumusan kebijakanpubliktkPerumusan kebijakanpubliktk
Perumusan kebijakanpubliktklailashare
 
Perumusan Naskah Kebijakan Dalam Peningkatan Kualitas Pembangunan Kessos
Perumusan Naskah Kebijakan Dalam Peningkatan Kualitas Pembangunan KessosPerumusan Naskah Kebijakan Dalam Peningkatan Kualitas Pembangunan Kessos
Perumusan Naskah Kebijakan Dalam Peningkatan Kualitas Pembangunan KessosTri Widodo W. UTOMO
 
Kuliah 2 kp manajemen kp edited
Kuliah 2 kp   manajemen kp editedKuliah 2 kp   manajemen kp edited
Kuliah 2 kp manajemen kp editedPosdaya Solok
 
Definisi Kebijakan Publik
Definisi Kebijakan PublikDefinisi Kebijakan Publik
Definisi Kebijakan Publiksiskamto
 
Pengertian Kebijakan Publik
Pengertian Kebijakan PublikPengertian Kebijakan Publik
Pengertian Kebijakan PublikMuh Firyal Akbar
 
analisi kebijakan pendidikan: teori proses kebijakan publik
analisi kebijakan pendidikan: teori proses kebijakan publikanalisi kebijakan pendidikan: teori proses kebijakan publik
analisi kebijakan pendidikan: teori proses kebijakan publikAfif Alfianto
 
Transparansi analisis kebijakan publik 1
Transparansi analisis kebijakan publik 1Transparansi analisis kebijakan publik 1
Transparansi analisis kebijakan publik 1BKPP kabupaten Bandung
 
implementasi kebijakan program penanggulangan kebijakan
implementasi kebijakan program penanggulangan kebijakanimplementasi kebijakan program penanggulangan kebijakan
implementasi kebijakan program penanggulangan kebijakanAnggit T A W
 
Materi PKL_Introduction to PP.pptx
Materi PKL_Introduction to PP.pptxMateri PKL_Introduction to PP.pptx
Materi PKL_Introduction to PP.pptxDidikArrayid
 
Tgas prof atmadja
Tgas prof atmadjaTgas prof atmadja
Tgas prof atmadjaputulina
 
Public Policy
Public Policy Public Policy
Public Policy Nur Asda
 
2019 2 diktat pengembangan pengantar-kebijakan-publik-genap-05-12-2019
2019 2 diktat pengembangan pengantar-kebijakan-publik-genap-05-12-20192019 2 diktat pengembangan pengantar-kebijakan-publik-genap-05-12-2019
2019 2 diktat pengembangan pengantar-kebijakan-publik-genap-05-12-2019TaufiqurokhmanTaufiq
 
Konsep dan Studi Kebijakan Publik - angkt XXIV 2023.pptx
Konsep dan Studi Kebijakan Publik - angkt XXIV 2023.pptxKonsep dan Studi Kebijakan Publik - angkt XXIV 2023.pptx
Konsep dan Studi Kebijakan Publik - angkt XXIV 2023.pptxarizalarizalnovendy
 

Similar to Materi kebijakan pert 1 15 (20)

Tugas Perumusan Masalah Kebijakan Publik.pptx
Tugas Perumusan Masalah Kebijakan Publik.pptxTugas Perumusan Masalah Kebijakan Publik.pptx
Tugas Perumusan Masalah Kebijakan Publik.pptx
 
Perumusan kebijakanpubliktk
Perumusan kebijakanpubliktkPerumusan kebijakanpubliktk
Perumusan kebijakanpubliktk
 
Perumusan Naskah Kebijakan Dalam Peningkatan Kualitas Pembangunan Kessos
Perumusan Naskah Kebijakan Dalam Peningkatan Kualitas Pembangunan KessosPerumusan Naskah Kebijakan Dalam Peningkatan Kualitas Pembangunan Kessos
Perumusan Naskah Kebijakan Dalam Peningkatan Kualitas Pembangunan Kessos
 
Kuliah 2 kp manajemen kp edited
Kuliah 2 kp   manajemen kp editedKuliah 2 kp   manajemen kp edited
Kuliah 2 kp manajemen kp edited
 
kebijakan dan perencanaan sosial
 kebijakan dan perencanaan sosial kebijakan dan perencanaan sosial
kebijakan dan perencanaan sosial
 
Definisi Kebijakan Publik
Definisi Kebijakan PublikDefinisi Kebijakan Publik
Definisi Kebijakan Publik
 
Pengertian Kebijakan Publik
Pengertian Kebijakan PublikPengertian Kebijakan Publik
Pengertian Kebijakan Publik
 
analisi kebijakan pendidikan: teori proses kebijakan publik
analisi kebijakan pendidikan: teori proses kebijakan publikanalisi kebijakan pendidikan: teori proses kebijakan publik
analisi kebijakan pendidikan: teori proses kebijakan publik
 
W hat is public policy
W hat is public policyW hat is public policy
W hat is public policy
 
Policy research
Policy researchPolicy research
Policy research
 
Transparansi analisis kebijakan publik 1
Transparansi analisis kebijakan publik 1Transparansi analisis kebijakan publik 1
Transparansi analisis kebijakan publik 1
 
Analisa kebijakan
Analisa kebijakanAnalisa kebijakan
Analisa kebijakan
 
Analisa kebijakan
Analisa kebijakanAnalisa kebijakan
Analisa kebijakan
 
implementasi kebijakan program penanggulangan kebijakan
implementasi kebijakan program penanggulangan kebijakanimplementasi kebijakan program penanggulangan kebijakan
implementasi kebijakan program penanggulangan kebijakan
 
Materi PKL_Introduction to PP.pptx
Materi PKL_Introduction to PP.pptxMateri PKL_Introduction to PP.pptx
Materi PKL_Introduction to PP.pptx
 
Tgas prof atmadja
Tgas prof atmadjaTgas prof atmadja
Tgas prof atmadja
 
Public Policy
Public Policy Public Policy
Public Policy
 
Kebijakan pablik
Kebijakan pablikKebijakan pablik
Kebijakan pablik
 
2019 2 diktat pengembangan pengantar-kebijakan-publik-genap-05-12-2019
2019 2 diktat pengembangan pengantar-kebijakan-publik-genap-05-12-20192019 2 diktat pengembangan pengantar-kebijakan-publik-genap-05-12-2019
2019 2 diktat pengembangan pengantar-kebijakan-publik-genap-05-12-2019
 
Konsep dan Studi Kebijakan Publik - angkt XXIV 2023.pptx
Konsep dan Studi Kebijakan Publik - angkt XXIV 2023.pptxKonsep dan Studi Kebijakan Publik - angkt XXIV 2023.pptx
Konsep dan Studi Kebijakan Publik - angkt XXIV 2023.pptx
 

Recently uploaded

Administrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah PemerintahAdministrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah PemerintahAnthonyThony5
 
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfINDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfNetraHartana
 
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxemka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxAmandaJesica
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditYOSUAGETMIRAJAGUKGUK1
 
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptmata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptMuhammadNorman9
 
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1RomaDoni5
 
MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukum
MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara HukumMAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukum
MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukumbrunojahur
 
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorevaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorDi Prihantony
 
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024DEDI45443
 
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...mayfanalf
 
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxMateri Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxBudyHermawan3
 
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...citraislamiah02
 
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptxSOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptxwansyahrahman77
 

Recently uploaded (13)

Administrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah PemerintahAdministrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
 
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfINDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
 
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxemka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
 
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptmata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
 
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
 
MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukum
MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara HukumMAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukum
MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukum
 
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorevaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
 
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
 
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
 
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxMateri Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
 
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
 
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptxSOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
 

Materi kebijakan pert 1 15

  • 2. Definisi Kebijakan publik Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.SiPoni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si  Dye (1992:2) “whatever governments choose to do or not to do”  Edward II dan Sharkansky dalam Islami (1984:18) “what government say and do, or not to do. It is the goals or purpose of government programs.
  • 3. Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si  Pengertian kebijakan ini menurut Kartasasmita (1997:142) merupakan upaya untuk memahami dan mengartikan 1. Apa yang dilakukan (atau tidak dilakukan) oleh pemerintah mengenai suatu masalah 2. Apa yang menyebabkan atau yang mempengaruhinya 3. Apa pengaruh dan dampak dari kebijakan publik tersebut.
  • 4. Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si  Anderson dalam Islamy (1994:19) Kebijakan publik sebagai serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan masalah tertentu.
  • 5. Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si  Wahab (1991:13) Kebijakan sebagai suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan.
  • 6. Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si 1. Kebijakan publik 2. Pelaku kebijakan 3. Lingkungan kebijakan 3 Elemen Sistem Kebijakan (Dye, 1978:9)
  • 7. Dunn Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si 1. Stakeholders kebijakan 2. Kebijakan publik 3. Lingkungan kebijakan
  • 8. Mustopadijaja (1992) Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si Menambah satu elemen sistem kebijakan: Kelompok sasaran kebijakan (target groups)
  • 9. Elemen yang terkandung dalam kebijakan : Anderson dalam Islami(1994:20) Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si  Kebijakan selalu mempunyai tujuan atau berorientasi pada tujuan tertentu  Kebijakan berisi tindakan atau pola tindakan pejabat- pejabat pemerintah  Kebijakan adalah apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah dan bukan apa yang bermaksud akan dilakukan  Kebijakan publik bersifat positif dan bersifat negatif.  Kebijakan publik positif selalu berdasarkan pada peraturan perundangan tertentu yang bersifat memaksa.
  • 10. Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si Proses Kebijakan Publik (Anderson, 1979) Agenda setting Policy formulation Policy adoption Policy implementation Policy Assesment/evaluation.
  • 11. Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si Dye (1992:328)  Identification of policy problem  Agenda setting  Policy formulation  Legitimating of policies  Policy implementation  Policy evaluation
  • 12. Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si Proses kebijakan terkait dengan bagaimana? Masalah dirumuskan Agenda kebijakan ditentuka Kebijakan dirumuskan Keputusan kebijakan diambil Kebijakan dilaksanakan Kebijakan dievaluasi
  • 13. Analisis Kebijakan Publik Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
  • 14. Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.SiPoni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si Definisi Analisis Kebijakan  Wildasky dalam Leslie A. Pal (1987:9) “Policy analysis is an activity creating problems that can be solved”  Dunn “The process of producing knowledge of and in policy process”.  Leslie A. Pal (1987:9) “Policy analysis will be defined as the disciplined application of intellect to public problems”
  • 15. Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si Ciri Analisis Kebijakan  Analisis kebijakan sebagai aktivitas kognitif  Analisis kebijakan sebagai bagian dari proses kebijakan secara kolektif sehingga merupakan hasil aktivitas kolektif.  Analisis kebijakan sebagai disiplin intelektual terapan.  Analisis kebijakan berkaitan dengan masalah-masalah publik
  • 16. Analisis Kebijakan dan Ilmu Pengetahuan Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si Leslie A. Pal (1987:22), membedakan analisis kebijakan dalam dua macam kategori, yaitu analisis kebijakan terapan (applied policy analysis) dan analisis kebijakan akademis (academic policy analysis)
  • 17. 3 Elemen dalam proses kebijakan yang bisa jadi sesuai dengan target dari analisis Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si 1. Terdapat faktor determinan utama dalam setiap kebijakan yang menghasilkan kebijakan. 2. Terdapat isi (content) kebijakan yang bisa jadi termasuk maksud dan tujuan kebijakan, pendefinisian masalah, dan instrumen kebijakan pemerintah. 3. Dampak kebijakan
  • 18. Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si Academic Policy Analysis Applied Policy Analysis Focus Theory “Big question” Spesific Policy :Spesific Problems Mode of Analysis Explanation Evaluation Goal Understand policies Change policies Reseach agenda Independent Client determined Duration of analyis Lengthy Short Value orientation Strive for “objectivity” neutrality Accept client values advocate”improve ment”
  • 19. Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si Gaya Analisis Kebijakan (Styles of Policy Analysis) 1. Analisis deskriptif (Descriptive analysis) a. Analisis isi (content analysis) b. Analisis sejarah (historical analysis) 2. Analisis Proses (Process analysis) 3. Analisis Evaluasi (Evaluation analysis) a. Evaluasi logika (logical evaluation) b. Evaluasi empiris (Empirical evaluation) c. Evaluasi etis (Ethical Evaluation)
  • 20. Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si Model Analisis Kebijakan Mengkritisi kebijakan (policy analysis) menurut wayne Parson dapat dipelajari melalui dua pendekatan, yaitu analysis of the policy process dan analysis in and for the policy process.
  • 21. Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si AGENDA SETTING PERCEPTION OF PROBLEM DEFINITION OF PROBLEM MOBILIZATION OF SUPPORT FOR INCLUDING PROBLEM ON AGENDA FORMULATION AND LEGITIMATION OF GOALS AND PROGRAMS. INFORMATION COLLECTION, ANALYSIS, AND DISSEMINATION. ALTERNATIVE DEVELOPMENT. ADVOCACY AND COALITION BUILDING. COMPROMISE, NEGOTIATION, DECISION PROGRAM IMPLEMENTATION RESOURCE ACQUISITION INTERPRETATION PLANNING ORGANIZING PROVIDING BENEFITS. SERVICES, COERCION AGENDA OF GOVERNMENT POLICY STATEMENTS, INCLUDING GOALS FOR ACHIEVEMENT AND DESIGN OF PROGRAMS FOR ACHIEVING THEM, OFTEN IN THE FORM OF A STATUTE POLICY ACTION POLICY AND PROGRAM PERFORMANCE AND IMPACT EVALUATION OF IMPLEMENTATION, PERFORMANCE, AND IMPACT DECISIONS ABOUT THE FUTURE OF THE POLICY AND PROGRAM Produce PRODUCT STAGES (FUNCTIONAL ACTIVITIES) Allow Necessitates Stimulate
  • 22. Model Analisis Kebijakan Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si
  • 23. Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si AGENDA SETTING PERCEPTION OF PROBLEM DEFINITION OF PROBLEM MOBILIZATION OF SUPPORT FOR INCLUDING PROBLEM ON AGENDA FORMULATION AND LEGITIMATION OF GOALS AND PROGRAMS. INFORMATION COLLECTION, ANALYSIS, AND DISSEMINATION. ALTERNATIVE DEVELOPMENT. ADVOCACY AND COALITION BUILDING. COMPROMISE, NEGOTIATION, DECISION PROGRAM IMPLEMENTATION RESOURCE ACQUISITION INTERPRETATION PLANNING ORGANIZING PROVIDING BENEFITS. SERVICES, COERCION AGENDA OF GOVERNMENT POLICY STATEMENTS, INCLUDING GOALS FOR ACHIEVEMENT AND DESIGN OF PROGRAMS FOR ACHIEVING THEM, OFTEN IN THE FORM OF A STATUTE POLICY ACTION POLICY AND PROGRAM PERFORMANCE AND IMPACT EVALUATION OF IMPLEMENTATION, PERFORMANCE, AND IMPACT DECISIONS ABOUT THE FUTURE OF THE POLICY AND PROGRAM Produce PRODUCT STAGES (FUNCTIONAL ACTIVITIES) Allow Necessitates Stimulate
  • 24. Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.SiPoni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si  Model tahapan kebijakan dari Ripley ini hendak menyatakan dua proses kebijakan publik yang lahir dari siklus pendek dan siklus panjang.  Siklus pendeknya adalah: 1. Penyusunan agenda pemerintah 2. Agenda pemerintah 3. Formulasi dan legitimasi kebijakan 4. Kebijakan
  • 25. Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si Siklus Panjang Kebijakan 1. Penyusunan agenda pemerintah 2. Agenda pemerintah 3. Formulasi dan legitimasi kebijakan 4. Kebijakan 5. Implementasi Kebijakan 6. Tindakan Kebijakan 7. Kinerja dan dampak Kebijakan 8. Evaluasi terhadap implementasi, kinerja, dan dampak kebijakan 9. Keputusan tentang masa depan kebijakan (keputusan baru)
  • 26. Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si Fase Penyusunan Agenda  Persepsi masalah publik, yaitu menunjuk bagaimana isu masalah publik dipersepsikan oleh masyarakat.  Pendefinisian masalah, yaitu menunjuk adanya pembatasan masalah yang dilakukan oleh publik sendiri.  Mobilisasi dukungan untuk masuknya isu/masalah publik menjadi agenda pemerintah, yaitu menunjuk upaya dari masyarakat untuk memasukkan masalah atau isu publik tertentu ke dalam agenda pemerintah.
  • 27. Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si Fase Formulasi dan Legitimasi  Tujuan dan program, yaitu masing-masing kelompok kepentingan mulai berlomba untuk menginterpretasi masalah publik yang dihadapi dan menciptakan tujuan dan desain program yang dapat diterima sebagai solusi dari masalah publik.  Informasi dan Analisis, yaitu untuk dapat mengidentifikasi masalah publik secara cermat, masing-masing kelompok dalam proses politik ini membutuhkan informasi dan analisis dari para ahli.
  • 28. Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si Fase Formulasi dan Legitimasi  Pembangunan alternatif-alternatif, yaitu tindak lanjut dari pengumpulan informasi dan analisis yang diyakini dapat menjadi solusi dari masalah publik.  Advokasi dan Pembangunan koalisi, dimana masing-masing pihak mengembangkan lobi-lobi agar kebijakan yang keluar nantinya dapat mengadopsi seluruh atau sebagian besar ide dari kelompoknya.  Kompromi, negosiasi, dan keputusan, masing- masing pihak mulai kompromi, melakukan tawar menawar atas masalah publik yang dihadapi dan kebijakan yang akan diambil.
  • 29. Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si Model implementasi Kebijakan George C. Edward III  Model implementasi kebijakan publik yang dikemukakan oleh Edward menunjuk empat variabel yang berperan penting dalam pencapaian keberhasilan implemenatsi.  Empat variabel tersebut adalah : 1. Komunikasi 2. Sumber daya 3. Disposisi 4. Struktur Birokrasi
  • 30. Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si  Komunikasi, yaitu menunjuk bahwa setiap kebijakan akan dapat dilaksanakan dengan baik jika terjadi komunikasi efektif antara pelaksana program (kebijakan) dengan para kelompok sasaran (target group)  Sumber daya, yaitu menunjuk setiap kebijakan harus didukung oleh sumber daya yang memadai, baik SDM maufun SD financial.  Disposisi, yaitu menunjuk karakteristik yang menempel erat kepada implementor kebijakan/program.  Struktur birokrasi, aspek ini mencakup mekanisme dan struktur organissai pelaksana itu sendiri.
  • 31. Model Implementasi Edward III Komunikasi Sumberdaya Disposisi Struktur Birokrasi Implementasi
  • 32. Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si Model Implementasi Kebijakan Van Meter dan Van Horn  Model implementasi kebijakan dari Van Meter dan Horn menetapkan beberapa variabel yang diyakini dapat mempengaruhi implementasi dan kinerja kebijakan, yaitu: 1. Standar dan sasaran kebijakan 2.Kinerja kebijakan 3. Sumber daya 4.Komunikasi antar badan pelaksana 5.Karakteristik badan pelaksana 6.Lingkungan sosial, ekonomi dan politik 7.Sikap pelaksana
  • 33. Model Implementasi Kebijakan-Van Meter dan Van Horn Komunikasi Antar Organisasi dan Pelaksana Kegiatan Karakteristik Badan Pelaksana Lingkungan Sosial, ekonomi dan politik Sikap Pelaksana Kinerja Kebijakan Sumber Daya Standar dan Sasaran
  • 35. Masalah? Jones (1984) Kebutuhan manusia yang perlu diatasi atau dipecahkan. Dunn(1995) Nilai,kebutuhan,dan kesempatan yang belum terpenuhi tetapi yang dapat diidentifikasikan dan dicapai dengan melakukan tindakan publik. Anderson(1979) Kondisi dan atau situasi yang menghasilkan kebutuhan- kebutuhan atauketidakpuasan-ketidakpuasan pada rakyat untuk mana perlu dicari cara-cara penanggulangannya.
  • 36. Sifat masalah publik  Saling ketergantungan  Subyektif  Artifisial  Dinamis
  • 37. Metode pengenalan masalah Analisis Snowball Sampling dan survey Analisis ini menunjuk pada upaya mengenali masalah dengan cara menanyakan kepada stakeholders tentang isu masalah publik tertentu yang telah menjadi masalah formal (masuk dalam agenda pemerintah) untuk diselesaikan dengan kebijakan publik. Analisis Klasifikasi Menunjuk pada upaya untuk mengelompokkan masalah-masalah publik yang hendak dikenali pada kategori-kategori tertentu sehinggamemudahkan analisis.
  • 38. Analisis klasifikasi masalah kerusakan gedung sekolah Ting -kat Pen- didi k-an Kategori Umur Ruang Sekolah Rusak Kateori Kerusakan Ruang Sekolah Jumlah Murid pada Sekolah Rusak Tua (≥20 thn) Sedan g (10- 20 thn) Baru (≤10 thn) Ringa n Sedang Berat Banya k (≥ 3000 siswa) Sedan g (2999- 1000) Sedikit (<1000 siswa) SD 25 45 30 60 30 10 25 30 45 SMP 15 35 20 30 35 5 15 25 30
  • 39. Analisis Bertingkat Usaha mengetahui sebab-sebab masalah yang dapat dilihat dari setting permasalahan. Contoh: Masalah secara general Penyebab I Penyebab II Penyebab III Buku Sekolah Mahal Buku tidak disediakan sekolah Bisnis para guru Gaji Guru Kecil Tidak ada anggaran Stok Buku Terbatas Distribusi tidak merata Keterbatasan jaringan pemasaran Penerbit mencetak sedikit Kemampuan cetak dan modal terbatas Biaya Produksi mahal Royalti penulis mahal Harga Kertas mahal
  • 40. Brainstorming Analysis (Analisis curah gagasan) Tehnik mengidentifikasi masalah dengan mengundang para ahli, stakeholder,akademisi,organ pemerintah dankelompokkepentinganuntuk mengemukakan pendapat tentang suatu masalah publik. Analisis kaya perspektif Upaya mengenali masalah publik yang sedang dihadapi dengancara membandingkan berbagai variasi pendapat dari berbagai macam perspektif.
  • 41.  Analisis Benchmarking Upaya mengenalimasalah publik yang sedang dihadapi dengan cara melakukan kajian-kajian atas masalah sejenis di negara/tempat lain.
  • 42. Teori gunung es  Perubahan yang terjadi,baik dilingkungan internal (internal environment) maupun lingkungan eksternal (external environment) dapat menimbulkan dampak, baik dikehendaki maupun tidak dikehendaki.  Salah satu metode mengenali (scanning)untuk memahami masalah akibat terjadinya perubahan lingkungan,baik lingkungan internal maupun eksternal berupa teori gunung es (ice berg and level perspective).
  • 43. Unsur-Unsur Pemahaman Masalah N0 Unsur Keterangan 1 Events Peristiwa-peristiwa yang terjadi dimasyarakat 2 Pattern of Behaviour Adanya kesamaan-kesamaan (kecenderungan) antara peristiwa satu denganperistiwa lain yang terjadi dimasyarakat. 3 Systemic Structure Hubungan antara peristiwa satu dengan peristiwa lainnya yang terjadi dimasyarakat 4 Model Mental Kesimpulan dari hubungan peristiwa satu dengan peristiwa lain yang terjadi dimasyarakat.
  • 44. Unsur-Unsur Pemahaman Masalah N0 Unsur Keterangan 1 Events PKL mengganggu masyarakat 2 Pattern of Behaviour • Tempat PKLtidak tertata rapi • PKL tumbuh subur • PKL produk sampah • PKL ganggu keindahan kota • Perilaku PKL seenaknya 3 Systemic Structure PKLtumbuh subur, tempat jualan PKL tidak tertata rapi,menghasilkan sampah, dan mengganggu keindahankota, akibatnya aktivitas masyarakat terganggu. 4 Model Mental Perilaku PKL dalam berjualan seenaknya sendiri.
  • 46.  Masalah publik sebagaimana dikemukakan sebelumnya,begitu banyak macam, variasi, dan intensitasnya. Oleh karena itu tidak semua masalah publik bisa melahirkan suatu kebijakan publik.  Menurut Anderson (1979) hanya masalah publik yang dapat menggerakkan orang banyak untuk ikut memikirkan dan mencari solusinya yang bisa tampil menjadi masalah kebijakan.
  • 47.  Manakala menginginkan kebijakan publik mampu memecahkan masalah publik (public problems), masalah publik harus dirumuskan menjadi masalah kebijakan (policy problems) dengan baik dan benar.  Kegiatan membuat masalah publik menjadi masalah kebijakan sering disebut dengan penyusunan agenda (agenda setting)
  • 48. Jones (1984), Agenda adalah suatu istilah yang pada umumnya digunakan untuk menggambarkan suatu isu yang dinilai oleh publik perlu diambil suatu tindakan. Darwin (1995),agenda sebagai suatu kesepakatan umum, belum tentu tertulis tentang adanya suatu masalah publik yang perlu menjadi perhatian bersama dan menuntut campur tangan pemerintah untuk memecahkannya.
  • 49. Proses Penyusunan Agenda  Private problems (masalah privat),  Public Problems  Issues  Systemic Agenda  Institutional agenda
  • 50. Masalah privat,merupakan masalah yang mempunyai akibat terbatas. Masalah publik,merupakan masalah yang mempunyai akibat yang luas. Issu, merupakan perbedaan-perbedaan pendapat di masyarakat tentang persepsi dan solusi terhadap suatu masalah publik. Agenda sistemik,merupakan semua isu yang padaumumnya dirasakan oleh para anggota masyarakat politik yang patut mendapat perhatian publik dan isu tersebut memang berada dalam yurisdiksi kewenangan pemerintah. Agenda institusional, merupakan serangkaianmasalah (issues) yang secara tegas membutuhkan pertimbangan- pertimbangan yang aktif dan serius dari pembuat keputusan yang sah/otoritas.
  • 51. Walker (1982) menegaskan bahwa suatu masalah bisa tampil menjadi masalah publik jika: 1. mempunyai dampakyang besar pada banyak orang. 2.Ada bukti yang meyakinkan agar lembaga legislatif mau memperhatikan masalah tersebut sebagai masalah serius. 3.Ada pemecahan masalah yang mudah dipahami terhadap masalah yang sedang diperhatikan tadi.
  • 52. Jones (1984) mengemukakan masalah publik mudah menjadi kebijakan publik manakala; 1. Skup dan kemungkinan dukungan terhadap masalah publik (issues) tersebut dapat dikumpulkan. 2. Problem atau isu tersebut dinilai penting. 3. Ada kemungkinan masalah publik (issues) tersebut dapat dipecahkan.
  • 53. Issue akan mudah tampil atau masuk dalam agenda sistemik menurut Cobb dan Edler dalam Jones (1984) jika: 1. Isu itu memperoleh perhatian yang luas atau setidaknya dapat menimbulkan kesadaran masyarakat. 2. Adanya persepsi dan pandangan atau pendapat publik yang luas bahwa beberapa tindakan perlu dilakukan untuk memecahkan masalah itu. 3. Adanya persepsi yang sama dari masyarakat bahwa masalah itu merupakan suatu kewajiban dan tanggungjawab yang sah dari beberapaunit pemerintahanuntuk memecahkannya.
  • 54. Agenda Setting No Tataran Masalah 1 Private Problem VCD porno meresahkan orangtua yang memiliki anak remaja 2 Public Problem VCD porno meresahkan • Orang tua yang anaknya remaja • Orang tua yang anaknya belum remaja • Pasangan suami istri yang belum memiliki anak 3 Policy Issues • Menghentikan produksi VCD porno •Menata sistem peredaran VCD porno • Membentengi diri dan keluarga dengan iman dan takwa 4 Systemic Agenda •Menata sistem peredaran VCD porno • Membentengi diri dan keluarga dengan iman dan takwa 5 Institutional Agenda Membentengi diri dan keluarga dengan iman dan takwa
  • 55. Formulasi Masalah Kebijakan Publik & Mendesain Kebijakan
  • 56. Formulasi Masalah Kebijakan • Dalam merumuskan kebijakan publik (Policy Problem Formulation) sebagaimana dikemukakan sebelumnya diawali oleh perumusan masalah. Jika masalah telah dirumuskan dengan baik dan benar maka kebijakan yang diambil akan tepat dan dapat dipertanggungjawabkan. • Oleh karena itu,dalam merumuskan kebijakan publik, persoalan mendasar adalah merumuskan masalah kebijakan (policy problems)
  • 57. Proses Merumuskan Masalah Kebijakan  Pencarian Masalah  Pendefinisian Masalah  Spesifikasi Masalah  Pengenalan Masalah
  • 58. • Tahap perumusan masalah diawali dengan pengakuan atau dirasakannya keberadaan situasi masalah. Situasi masalah dapat dilakukan dengan menemukenali (scanning) terhadap masalah (pengenalan masalah). Dari situasi masalah tadi kemudian dicari masalah. Biasanya yang didapat adalah setumpuk masalah yang terkait. Kumpulan masalah yang saling terkait namun belum terstruktur tadi disebut meta masalah. Setumpukmasalah tersebut, dapat dipecahkan secera serentaknamun harus didefinisikan terlebih dahulu masalah mana yang menjadi masalah publik. Hasil pendefinisian dari setumpukmasalah yang belum terstruktur tadimenghasilkan masalah substantif. Dari masalah substantif tadi kemudian dilakukan spesifikasi masalah dan menghasilkan masalah formal (perumusan masalah kebijakan).
  • 59. Contoh Analisis Proses Perumusan Masalah Kebijakan No Tahapan Masalah 1 Situasimasalah PKL mengganggu masyarakat 2 Meta Masalah • Tempat PKLtidak tertata rapi • PKL tumbuh subur • PKL produk sampah • PKL ganggu keindahan kota • Perilaku PKL seenaknya 3 Masalah Substantif • PKL tumbuh subur • tempat jualan PKL tidak tertata rapi • Perilaku PKL 4 Masalah formal Perilaku PKL dalam berjualan seenaknya sendiri.
  • 60. Mendesain Kebijakan (Policy Design)  Berdasarkan masalah kebijakan yang telah dirumuskan (masalah formal) kemudian dicarikan solusi berupa kebijakan publik apa yang perlu diambil.  Untuk menemukan kebijakan apa yang sebaiknya diambil perlu dilakukan analisis terhadap masalah kebijakan tersebut.
  • 61. 7 Tahapan dalam melakukan analisis kebijakan 1. Tahap pengkajian persoalan 2. Penetapan tujuan dan sasaran kebijakan 3. Penyusunan model 4. Perumusan alternatif kebijakan 5. Penentuan kriteria pemilihan alternatif kebijakan 6. Penilaian alternatif kebijakan 7. Perumusan Rekomendasi Kebijakan
  • 62. Metode Pengembangan alternatif kebijakan • Analisis eksperimental • Analisis survey dan snowball sampling • Analisis komparasi • Analisis hasil evaluasi • Analisis diam • Analisis teori • Analisis aktor dan dampak • Analisis sinektika • Analisis analogi
  • 63. Metode Menilai dan Memprediksi Alternatif-alternatif kebijakan  Analisis skor  Analisis indeks  Analisis gaming dan simulasi  Analisis kontra faktual  Analisis Brainstroming  Analisis delphi
  • 65. Analisis Eksperimentasi Analisis eksperimentasi adalah upaya menciptakan alternatif-alternatif kebijakan dengan menggunakan metode ekksperimen kepada kelompok sasaran yang berbeda dengan karakteristik yang sama. Metode ini juga hampir serupa dengan metode penelitian implementasi
  • 66. • Beberapa hal yang penting dilakukan dalam penelitian ini: 1. Mengidentifikasi dengan cermat bahwa kelompok sasaran dan kelompok pembanding memiliki karakteristik yang hampir sama. 2. Meyakinkan bahwa kondisi sebelum intervensi program data dua kelompok telah didapatkan. 3. Meyakinkan bahwa kelompok pemvanding tidak mendapatkan intervensi dari pihak ketiga atau program pemerintah yang lain.
  • 67. Analisis Survey dan Snowball • Analisis survey adalah upaya mengidentifikasi alternatif-alternatif kebijakan dengan melakukan survey. Analisis survey ini berisi beberapa konten pertanyaan terkait dengan masalah publik yang sedang dihadapi. • Selain survey, analisis kebijakan juga dapat melakukan wawancara dengan tehnik snowball sampling untuk mendapatkan beberapa alternatif kebijakan. Wawancara ini melibatkan berbagai tokoh terkait dengan masalah publik yang dihadapi, dan para ahli yang berkompeten di
  • 68. Analisis Komparasi • Analisis komparasi adalah menunjuk upaya mengembangkan alternatif kebijakan dengan cara membandingkan kebijakan- kebijakan yang pernah ditempuh sebelumnya, membandingkan kebijakan- kebijakan yang ditempuh oleh daerah lain atau negara lain, serta membandingkan dengan kebijakan ideal dengan tujuan untuk memperkaya pengembangan alternatif kebijakan dan bahan untuk
  • 69. Analisis komparasi ini setidaknya dapat dikategorisasi menjadi tiga jenis: Komparasi kebijakan-kebijakan yang pernah ditempuh sebelumnya. Komparasi kebijakan-kebijakan yang ditempuh oleh daerah lain atau negara lain. Komparasi dengan kebijakan
  • 70. Analisis Hasil Evaluasi  Pengembangan alternatif dengan analisis hasil evaluasi adalah upaya mengembangkan alternatif kebijakan dengan mendasarkan diri pada evaluasi-evaluasi program/kebijakan yang pernah dijalankan.  Pembelajaran atas hasil evaluasi kebijakan/program harus mulai dilakukan. Sebab, selama ini menjadi keluhan para evaluator dan akademisi adalah minimnya pemanfaatan hasil evaluasi sebagai bahan
  • 71. Analisis Diam Pengembangan alternatif dengan analisis diam menunjuk upaya mengembangkan alternatif kebijakan dengan diam (not to do atau no- action). Analisis ini menganalisis jika seandainya pemerintah berdiam diri atas masalah publik yang dihadapi.
  • 72. No-action policy biasanya muncul dengan sebab sbb: Masalah yang muncul adalah masalah sensitif dan apabila pemerintah mengambil kebijakan justru dianggap berpihak kepada salah satu pihak. Pemerintah memiliki keterbatasan anggaran untuk merespon masalah publik. Pemerintah masih menunggu waktu
  • 73. Analisis Teori Pengembangan alternatif kebijakan dengan analisis teori adalah menunjuk penggunaan teori sebagai sumber dari alternatif-alternatif kebijakan untuk menyelesaikan masalah publik. Alternatif kebijakan yang dilahirkan dari analisis teori, setidaknya harus benar-benar disesuaikan dengan
  • 74. Analisis Aktor dan Dampak Pengembangan alternatif kebijakan dengan analisis aktor dan dampak adalah mengembangkan dan menganalisis alternatif kebijakan dengan mempertimbangkan siapakah aktor yang diuntungkan/dirugikan, siapa yang terkena dampak negatif.
  • 75. Analisis Sinektika  Pengembangan alternatif dengan menggunakan analisis sinektika adalah menunjuk pada upaya mengembangkan solusi masalah publik dengan pandangan/perspektif baru.  Proses sinekstika ini dapat dilakukan dengan mengundang berbagai macam stakeholder dari berbagai macam kelas dan sudut pandang, sehingga analis kebijakan mampu mengembangkan alternatif kebijakan dari banyak perspektif.
  • 76. Analisis Analogi  Pengembangan alternatif kebijakan dengan menggunakan alternatif analogi menunjuk pada upaya mengembangkan alternatif kebijakan dengan menggunakan simbol- simbol solusi kebijakan dari masalah yang memiliki latar belakang berbeda.
  • 77. Penilaian dan Prediksi Kebijakan Dinamis
  • 78.  Penilaian dan prediksi kebijakan adalah tahap analisis kebijakan berusaha untuk menilai beberapa alternatif kebijakan dan mengambil satu atau beberapa kebijakan yang diprediksi merupakan pilihan terbaik untuk menyelesaikan masalah publik tertentu, menentukan prioritas program yang direkomendasikan kepada pemerintah untuk dilakukan. Definisi
  • 79.  Analisis skor menunjuk proses menilai alternatif kebijakan dengan menciptakan dan menggunakan indikator-indikator untuk menilai (menskoringg) alternatif-alternatif kebijakan yang telah dikembangkan sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya, dan bila diperlukan memberikan pembobotan pada indikator yang dinilai lebih penting dari indikator yang lain. Analisis Skor
  • 80. • Mengingat masalah kebijakan • Mengidentifikasi alternatif-alternatif kebijakan • Mengidentifikasi indikator-indikator untuk menilai alternatif kebijakan sesuai dengan tujuan-tujuan yang dirumuskan sebelumnya. • Melakukan skoring alternatif-alternatif kebijakan dengan indikator-indikator yang telah ditentukan. • Merekomendasikan kebijakan Tahap-Tahap Analisis Skor
  • 81. Analisis indeks menunjuk proses menilai alternatif kebijakan dengan mencipttakan dan menggunakan indikator-indikator serta indeks. Analisis Indeks
  • 82. • Menentukan sasaran penelitian, dan populasi • Menentukan sampel • Membuat difinisi konsep • Membuat definisi operasional • Membuat tehnik analisis data • Membuat kuisioner • Membuat jadwal penelitian • Penelitian lapangan • Analisis data Tahap-Tahap Analisis Indeks
  • 83.  Penilaian alternatif kebijakan dengan menggunakan analisis gaming dan simulasi adalah menggunakan tehnik simulasi dan game sebagai tehnik memilih alternatif terbaik.  Salah satu yang dipakai adalah menggunakan role- play Analisis Gaming dan simulasi
  • 84. Penilaian alternatif kebijakan dengan menggunakan analisis kontra faktual menunjuk menilai alternatif-alternatif kebijakan dengan menggunakan argumen-argumen kontra yang akan muncul seandainya suatu kebijakan diputuskan. Analisis Kontra Faktual
  • 85. • Penilaian alternatif kebijakan dengan tehnik brainstroming adalah menggunakan hasil diskusi curah gagasan sebagai alternatif kebijakan yang direkomendasikan. • Kelemahan analisis curah gagasan ini adalah dimungkinkan muncul sekelompok orang yang lebih dominan dibandingkan kelompok yang lain, dan berpotensi untuk mempengaruhi pihak yang lain karena diskusi bersifat terbuka. Analisis Brainstroming
  • 86.  Penilaian alternatif kebijakan menggunakan tehnik delphi merupakan modifikasi dari analisis curah gagasan.  Penilaian alternatif kebijakan menggunakan tehnik delphi adalah menggunakan pendapat para pakar, atau stakeholder dengan sistem yang tertutup dan klarifikasi. Analisis delphi
  • 87. • Setelah menilai dan memprediksi kebijakan tahap yang harus dilakukan oleh analis kebijakan adalah merekomendasikan kebijakan yang diyakini terbaik untuk dilakukan pemetintah. • Dalam kaitan dengan rekomendasi kebijakan, maka analis kebijakan harus berani lebih kreatif, lebih maju, berorientasi kepada masa depan dan menunjukkan komitmen yang tinggi kepada publik. Rekomendasi kebijakan
  • 89.  Kamus Webster dalam Wahab (1991:50) implementasi diartikan sebagai “to provide the means for carrying out (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu); to give practical effects to (menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu)”. Definisi
  • 90.  “policy implementation encompasses those action by public and private individuals (or groups) that are directed at the achievement of objectives set forth in prior policy decisions. This include both one time efforts to transform decisions into operational terms, as well as continuing efforts to achieve the large and small changes mandated by policy decisions”. Donald S. Van Mater dan carl E. Va
  • 91.  Implementasi kebijakan menekankan pada suatu tindakan, baik yang dilakukan oleh pihak pemerintah maupun individu (atau kelompok) swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu keputusan kebijakan sebelumnya. Pada suatu saat tindakan-tindakan ini berusaha mentransformasikan keputusan-keputusan menjadi pola-pola operasional serta melanjutkan usaha-usaha tersebut untuk mencapai perubahan, baik besar maupun kecil yang diamanatkan oleh keputusan-keputusan kebijakan tertentu.
  • 92.  Organization; The establishment or rearrangement of resources, units, and methods for pitting a policy into effect.  Interpretation; The translation of language (often contained in a statute) into acceptable and feasible plans and directives.  Application; The routine provision of service, payments, or other agree upon objectives or instruments. Aktifitas Implementasi Kebijakan (Jones, 1997)
  • 93.  Aktivitas`pengorganisasian merupakan suatu upaya untuk menetapkan dan menata kembali sumber daya, unit-unit, dan metode-metode yang mengarah pada upaya mewujudkan/merealisasikan kebijakan menjadi hasil (outcome) sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan. Tahap Pengorganisasian
  • 94.  Aktivitas interpretasi (interpretation) merupakan aktivitas interpretasi (penjelasan) substansi dari suatu kebijakan dalam bahasa yang lebih operasional dan mudah dipahami sehingga dapat dilaksanakan dan diterima oleh para pelaku dan sasaran kebijakan.  Tahap interpretasi merupakan tahapan penjabaran sebuah kebijakan yang masih bersifat abstrak ke dalam kebijakan yang lebih bersifat teknis operasional. Tahap Interpretasi
  • 95.  Tahap pengorganisasian: a. Pelaksana kebijakan? b. SOP c. Sumber daya keuangan dan peralatan d. Penetapan manajemen pelaksanaan kebijakan e. Penetapan jadwal kegiatan f. Tahap aplikasi
  • 96.  Pelaku kontrol pelaksanaan kebijakan  Kontrol internal  Kontrol eksternal  Standar prosedur operasi kontrol  Kontrol sumber daya keuangan dan peralatan  Jadwal pelaksanaan kontrol Kontrol Pelaksanaan Kebijakan Publik
  • 97. Model Implementasi Kebijakan Publik (Edward III) Komunikasi Sumberdaya Disposisi Struktur Birokrasi Implementasi
  • 98.  Komunikasi diartikan sebagai proses penyampaian informasi dari komunikator (policy maker) kepada komunikan (policy implementors)  Komunikasi kebijakan memiliki beberapa macam dimensi antara lain dimensi transformasi (transmission), kejelasan (clarity), dan konsistensi (consistency). Faktor komunikasi
  • 99.  Sumber Daya Manusia  Sumber Daya Anggaran  Sumber Daya peralatan  Sumber Daya Informasi dan Kewenangan Sumber Daya
  • 100.  Disposisi merupakan kemauan, keinginan, dan kecenderungan para pelaku kebijakan untuk melaksanakan kebijakan secara sungguh-sungguh sehingga apa yang menjadi tujuan kebijakan dapat diwujudkan. Disposisi
  • 101.  Struktur birokrasi ini mencakup aspek-aspek seperti struktur organisasi, pembagian kewenangan, hubungan antar unit-unit organisasi yang ada dalam organisasi yang besangkutan, dan hubungan organisasi dengan organisasi luar dsb.  Struktur birokrasi mencakup dimensi fragmentasi, dan SOP Struktur Birokrasi
  • 103. Konsep Evaluasi Kebijakan Publik  Evaluasi kebijakan merupakan kegiatan untuk menilai atau melihat keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan suatu kebijakan publik.  Oleh karena itu, evaluasi merupakan kegiatan pemberian nilai atas sesuatu “fenomena” di dalamnya terkandung pertimbangan nilai (value judgement) tertentu.
  • 104. Tipe Evaluasi Kebijakan  Tipe evaluasi hasil (outcomes of public policy implementation), merupakan riset yang mendasarkan diri pada tujuan kebijakan.  Tipe evaluasi proses (process of public policy implementation), yaitu riset evaluasi yang mendasarkan diri pada petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis)
  • 105. Weiss (1972) The purpose of evaluation research is to measure the effects of a program againts the goals it set out to accomplish as a means of contributing to subsequent decision making about the program and improving future programming. Riset evaluasi bertujuan untuk mengukur dampak dari suatu program yang mengarah pada pencapaian dari serangkaian tujuan yang telah ditetapkan dan sebagai sarana untuk memberikan kontribusi (rekomendasi) dalam membuat keputusan dan perbaikan program pada masa mendatang.
  • 106. Unsur Evaluasi Kebijakan Publik Untuk mengukur dampak (to measure effects) dengan bertumpu pada metodologi riset yang digunakan. Dampak (effects) tadi menekankan pada suatu hasil (outcomes) dari efisiensi, kejujuran, moral yang melekat pada aturan-aturan atau standar. Perbandingan antara dampak (effects) dengan tujuan (goals) menekankan pada penggunaan kriteria yang jelas dalam menilai bagaimana suatu kebijakan telah dilaksanakan dengan baik. Memberikan kontribusi pada pembuatan keputusan selanjutnya dan perbaikan kebijakan pada masa mendatang sebagai tujuan sosial dari evaluasi.
  • 107. Tujuan riset evaluasi kebijakan publik  Tujuan utama untuk mengetahui sejauhmana keberhasilan suatu kebijakan program  Tujuan sosial untuk memberikaan kontribusi (rekomendasi) pada pembuatan keputusan selanjutnya dan perbaikan kebijakan program pada masa mendatang.
  • 108. Keputusan tentang masa depan kebijakan (Weiss, 1972)  To continue or discontinue the program.  To improve its practices and procedures.  To add or drop specific program strategies and techniques.  To institute similar programs elsewhere.  To allocate resource among competing programs.  To accept or reject a program approach or theory.
  • 109. Kebijakan perlu diteruskan atau dihentikan Kebijakan perlu diteruskan, namun perlu diperbaiki baik prosedur maupun penerapannya. Perlunya menambah atau mengembangkan strategi dan teknik program-program khusus Perlunya menerapkan kebijakan program serupa di tempat lain Perlunya mengalokasikan sumber daya langka diantara program yang saling berkompetitif Perlunya menolak atau menerima teori atau pendekatan kebijakan program
  • 110. Riset Evaluasi (Rossi, 1979) Research for program Planning and Development Project monitoring Evaluation Research Impact Evaluation Economic Efficiency Evaluation Comprehensive Evaluation
  • 111. Tahapan (Proses) Evaluasi Kebijakan Publik Mengidentifikasi apa yang menjadi tujuan kebijkan, program, dan kegiatan Penjabaran tujuan kebijakan, program, dan kegiatan ke dalam kriteria atau indikator pencapaian tujuan. Pengukuran indikator pencapaian tujuan kebijakan program. Berdasarkan indikator pencapaian tujuan kebijakan program tadi, dicarikan datanya di lapangan. Hasil data yang diperoleh dari lapangan kemudian dilakukan pengolahan, dan dikomparasi dengan kriteria pencapaian tujuan.
  • 112. Campbell (2001:2) mengembangkan sistem pengukuran kinerja program menjadi beberapa kegiatan proses pengukuran: Identifikasi hasil yang diharapkan Memilih ukuran atau indikator Menyusun standar hasil dan kinerja Laporan hasil Gunakan laporan untuk membuat rencana, mengelola, dan menyusun anggaran
  • 113. Tahapan riset evaluasi kebijakan Perencanaan riset evaluasi 1. Menetapkan kebijakan publik 2. Menetapkan kapan hasil riset evaluasi diperlukan 3. Menemukan dan memformulasikan tujuan kebijakan 4. Menetapkan indikator pencapaian tujuan kebijakan 5. Menyusun instrumen penelitian 6. Menetapkan sumber dan tehnik pengumpulan data
  • 114. Pelaksanaan riset evaluasi kebijakan 1.Tahap editing 2.Tahap coding 3.Tahap tabulating  Tindak Lanjut
  • 115. Analisis Evaluasi Kinerja Kebijakan Publik Mengkritisi kebijakan dapat dipelajari melalui dua pendekatan, yaitu: 1. Analysis of the policy process 2. Analysis in and for the policy process
  • 116. Metode penilaian kinerja kebijakan Input and output performance model Basic production model Balance score card model
  • 118. Konsep perubahan kebijakan menunjuk pada pergantian satu atau lebih kebijakan dengan satu atau lebih kebijakan lain.
  • 119.  Perubahan sedikit (tambal sulam) dari kebijakan yang telah dievaluasi.  Pembuatan statuta baru dalam area kebijakan tertentu  Perubahan drastis dari kebijakan publik sebagai konsekuensi dari munculnya pilihan-pilihan baru. 3 bentuk perubahan kebijakan (Easton, 1992)
  • 120.  Perubahan kebijakan hanya berbentuk linear  Penggabungan (merger) beberapa program yang dianggap cocok  Pemisahan satu program menjadi dua atau beberapa paket program  Perubahan program secara nonlinear Kasus perubahan kebijakan Lester dan Stewart (2000)
  • 121. • Pemerintah memperluas aktivitasnya dalam kebijakan tertentu, sehingga tumpang tindih dengan program yang sedang berjalan. • Kebijakan itu sendiri yang menciptakan kondisi yang mensyaratkan perubahan karena ketidakmampuannya menciptakan efek samping sesuai yang diharapkan. • Tingkat relativitas keberlanjutan pertumbuhan ekonomi dan implikasi finansialnya menyebabkan suatu kebijakan yang ada kemudian dianggap tidak diperlukan lagi, hanya bersifat pemborosan, dan tidak tepat. 3 Alasan perubahan kebijakan di negara barat
  • 122. Tesis Siklikal (The Cyclical Thesis) Model ini menjelaskan bahwa perubahan kebijakan disebabkan adanya suatu pergeseran secara terus menerus dalam keterlibatan secara nasional antara kepentingan publik dan kepentingan swasta 3 Model perubahan kebijakan
  • 123.  Tesis Policy Learning Model ini memandang perubahan kebijakan sebagai suatu fungsi dari tiga faktor: - interaksi dari advocacy coalitions - perubahan-perubahan eksternal terhadap subsistem - Akibat-akibat dari parameter sistem yang stabil.
  • 124.  Tesis zig zag Polaini dikarakteristikkan oleh zig zag effect atau stimulus dan respons. Ini bukan merupakan pergeseran besar dari liberal ke konservatisme. Konsep Class strugless atau koalisi masyarakat yang bersaing merupakan suatu cara yang berguna untuk menjelaskan pergeseran-pergeseran.
  • 125.  Istilah terminasi kebijakan mengarah pada penghapusan agensi, mengarahkan kembali kebijakan dasar, penghapusan program, penghapusan sebagian (agensi, kebijakan dasar, dan program), dan pengurangan anggaran. Terminasi Kebijakan
  • 126.  Munculnya tuntutan politik agar kebijakan diterminasi biasanya disebabkan terkontaminasinya implementasi kebijakan dan komponen- komponennya oleh kepentingan pribadi ataupun kepentingan jangka pendek para aktor yang terlibat. Sehingga, kebijakan atau program menghadapi masalah pembiayaan.
  • 127.  Berkaitan dengan itu, kelompok koalisi anti terminasi segera melakukan mobilisasi dan menggunakan segala sumber daya yang dimiliki untuk mempertahankan kebijakan, program, dan organissai yang dituntut untuk diterminasi.
  • 128.  Beberapa kebijakan dan program ternyata tidak efektiff sehingga perlu untuk dihapuskan  Adanya suasana politik yang tidak mendukung pelaksanaan program serta pengurangan fiskal yang biasanya berwujud penyusutan anggaran. Alasan adanya perhatian terhadap terminasi
  • 129.  Terminasi fungsional, yaitu terminasi yang terarah pada tindakan eliminasi seluruh area kebijakan, meliputi baik organisasi maupun kebijakannya sendiri.  Terminasi organisasi, yaitu tertuju pada penghapusan seluruh organisasi yang terlibat dalam implementasi kebijakan atau program, akibat dari kegagalannya mencapai tujuan. Bentuk-bentuk terminasi (Lester dan Stewart, 2000)
  • 130.  Terminasi kebijakan, yaitu tertuju kepada penghapusan sebuah kebijakan ketika teori dan pendekatan yang mendukung sudah tidak dipercaya kebenarannya oleh aktor-aktor formal.  Terminasi program, dilakukan untuk mengeliminasi program-program spesifik
  • 131.  Terminasi big bang Pihak pemegang otoritas kebijakan mmenetapkan terminasi secara desisif dan dilakukan dalam waktu cepat, sehingga tidak memberikan kesempatan oposisi untuk mengorganisisr kekuatan melawan langkah terminasi. 2 Pendekatan dalam studi Terminasi Kebijakan
  • 132.  Terminasi Long Whimper Menunjukkan terminasi sebagai akhir dari proses penurunan sumber daya organisasi dalam waktu yang lama. Proses yang terjadi di sebut juga dekrementalisme.
  • 133.  Dari uraian di atas, bahwa terminasi kebijakan tidak sepenuhnya didasarkan pada alasan-alasan rasional dan administratif semata, namun nilai-nilai politik dan ideologi merupakan variabel kunci untuk menjelaskan langkah dilakukannya terminasi kebijakan, pertimbangan-pertimbangan politik lebih mengemuka dibandingkan pertimbangan evaluasi.
  • 134.  Para terminator disarankan untuk tidak mengumbar infformasi secara dini mengenai terminasi kebijakan tertentu.  Terminator akan lebih berhasil menghapus kebijakan jika memperluas para pendukungnya hingga keluar basis pendukungnya secara tradisional  Memfokuskan terminasi pada kebijakan atau program yang secara politis tidak merusak. Strategi untuk melakukan terminasi kebijakan (Robert Behn)
  • 135.  Memanfaatkan ideologi untuk memberi persfektif baru bahwa kebijakan yang akan dieliminasi bersifat merusak.  Menciptakan langkah-langkah yang akan menggagalkan terjadinya kompromi berbagai kelompok yang mendukung kebijakan yang dieliminasi.  Menggunakan para outsider mengembangkan isu-isu yang tidak menguntungkan kebijakan yang akan di hapus.
  • 136.  Menghindari pemungutan suara di lembaga legislatif, karena para legislator biasanya berorientasi pada dukungan bukan pada permusuhan.  Para terminator dari birokrasi disarankan untuk menghindari konflik antara kekuatan konstitusional presiden dan legialtif.  Menerima peningkatan biaya terminasi dalam jangka pendek.  Menawarkan pekerjaan alternatif bagi pekerja yang terlibat dalam program yang dieliminasi, serta memberi biaya pengganti pada organisasi klien yang terlibat dalam program.
  • 137.  Menciptakan kasus yang menimbulkan persepsi bahwa kebijakan baru yang lebih baik perlu diadopsi tetapi dengan persyaratan adanya penghapusan kebijakan yang sedang berjalan.  Karena terminasi merupakan cara yang sulit, maka supaya tidak counter productive para terminator disarankan melakukan terminasi tidak sembarangan dan tergesa-gesa.
  • 138. Kebijakan Publik dan Good Governance
  • 139. GOOD GOVERNANCE  Good governance dapat dimaknai sebagai: 1.Kinerja suatu lembaga 2. Mengarahkan, mengendalikan, dan mempengaruhi masalah publik
  • 140. Latar Belakang Good Governance  Tuntutan eksternal (pengaruh globalisasi)  Tuntutan internal Tuntutan terhadap pemerintahan yang menerapkan nilai transparansi, akuntabilitas, partisipasi, dan demokrasi.
  • 141. Prinsip Good Governance  Partisipasi  Aturan hukum  Transparansi  Daya tanggap  Berorientasi konsensus  Berkeadilan  Efektif efisien  Akuntabilitas  Visi strategis
  • 142. Karakteristik Good Governance Diakuinya semangat pluralisme Tingginya sikap toleransi Tegaknya prinsip demokrasi
  • 143. Implementasi Good Governance dalam Kebijakan Publik  Apakah formulasi kebijakan sudah dilandasi praktek implementasi good governance  Apakah implementasi kebijakan sudah dilandasi praktek implementasi good governance  Apakah evaluasi kebijakan sudah dilandasi praktek implementasi good governance
  • 144. Matriks Good Governance No Kebijakan Transpa- ransi Akuntab ilitas Fairness Responsi -veness Total Skor 1 Formulasi 2 Implementasi 3 Evaluasi