Nafais Tsamarat: Malu dan Keutamaannya, Kebaikan Itu Ada Pada Tiga Hal, dan Nafâis Tsamarât: Api Akan Membakar Orang Yang Suka Bermain Api. Tiga naskah ini membahas tentang keutamaan sifat malu, tiga unsur kebaikan yang ada pada seseorang, dan bahaya bermain api.
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
Nafaits tsamarat
1. Nafaits Tsamarat: Malu dan Keutamaannya
Dari Ibnu Umar-semoga Allah meridhoi keduanya-bahwa Rasulullah Saw melewati
(bertemu) seseorang di antara kaum Anshor yang sedang menasehati saudaranya terkait sifat
malu, (karena ia begitu pemalu hingga banyak hak-haknya yang tidak terpenuhi, maka
saudaranya itu pun marah). Melihat itu, Rasulullah Saw bersabda:
«ِانَميِإلْا ْنِم َءاَيَحْلا َّنِإَف ُهْعَد»
“Biarkan ia-dengan sifat malunya itu-sebab malu itu sebagian dari keimanan.” (HR. Al-
bukhari dan Muslim).
Dari Imran bin Hushain-semoga Allah meridhoi keduanya-yang berkata bahwa Rasulullah
Saw bersabda:
«ْريَخِب َّالِإ يِتْأَي َال ُءاَيَحْلا»
“Malu itu tidak akan mendatangkan (sesuatu), kecuali kebaikan.” (HR. Al-bukhari dan
Muslim).
Sedangkan dalam riwayat Muslim, Rasulullah Saw bersabda:
«ُهُّلُك ٌْريَخ ُءاَيَحْلا»
“Malu itu semuanya adalah kebaikan.”
Atau beliau bersabda:
«ٌْريَخ ُهُّلُك ُءاَيَحْلا»
“Malu itu semuanya adalah kebaikan.”
Dari Abu Hurairah-semoga Allah meridhoinya-bahwa Rasulullah Saw bersabda:
«َمِإ َاهَانْدَأ َو ،هللا َّالِإ َهلِإ َال ُل ْوَق اَهُلَضْفَأَف ،ًةَبْعُش َونُّتِس َو ٌعْضِب ْوَأ ،َونُعْبَس َو ٌعْضِب ُانَميِاإلُءاَيَحْلا َو ،ِقي ِرَّطال ِنَع ىَذَألا ُةَطا
ِانَميِاإل َنِم ٌةَبْعُش»
2. “Iman itu memiliki tujuh puluh tiga lebih atau enam puluh tiga lebih cabang. Sedang yang
paling utama (tinggi) adalah ucapan ‘Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah’;
sementara yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan(batu, duri, kotoran, dll) dari
jalan. Dan malu itu merupakan cabang dari keimanan.” (HR. Al-bukhari dan Muslim).
Dari Abu Sa’id al-Khudri-semoga Allah meridhoinya-yang mengatakan:
«ِهِهْج َو يِف ُهَانْفَرَع ُهُهَرْكَي ًاْئيَش ىَأَر اَذِإَف َاه ِْرد ِخ يِف ِاءَرْذَعْلا َنِم ًءاَيَح َّدَشَأ ِ اّلله ُلوُس َر َانَك»
“Rasulullah Saw lebih pemalu dari pada perawan yang sedang dalam kamar pribadinya.
Ketika beliau melihat sesuatu yang dibencinya, maka kami melihat hal itu dari wajahnya.”
(HR. Al-bukhari dan Muslim).
Para ulama mengatakan bahwa hakikat malu adalah tabiat (kebiasaan) yang mendorong
seseorang untuk meninggalkan perbuatan atau apapun yang buruk, keji dan cabul, serta
mencegahnya dari mengabaikan hak orang lain.
Abu Qasim al-Junaidi-semoga Allah merahmatinya-berkata: “Malu adalah melihat berbagai
kenikmatan dan melihat buruknya lalai terhadap perkara yang buruk, keji dan cabul.
Kemudian dari keduanya itulah akan lahir suatu keadaan yang disebut dengan al-hayâ’,
malu.” (Imam Nawawi, Riyâdhush Shâlihîn, hlm. 145).
Sumber: www.hizb-ut-tahrir.info, 16/11/2010.
****************
Nafaits Tsamarat: Kebaikan Itu Ada Pada Tiga Hal
Diriwayatkan dari Rasulullah Saw bahwa beliau bersabda: “Kebaikan itu ada pada tiga hal.
Sehingga apabila ketiganya ini ada pada seseorang, maka sempurnalah imannya: Orang
yang apabila ia senang, maka kesenangannya itu tidak memasukkannya ke dalam kebatilan;
orang yang apabila ia marah, maka kemarahannya itu tidak mengeluarkannya dari
kebenaran; dan orang yang apabila ia mampu-membalas kejahatan (dendam), maka ia
memaafkannya.”
3. Seseorang menyampaikan sebuah perkataan kepada Umar bin Abdul Aziz. Kemudian Umar
berkata: “Anda ingin setan menghancurkan aku karena kebesaran kekuasaan. Aku hari ini
sedang mendapatkan dari Anda apa yang akan Anda dapatkannya dari aku besok. Pergilah,
semoga Allah merahmati Anda.”
(Kitab Adab ad-Din wa ad-Dunya, Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi asy-Syafi’iy)
kan dari Anda apa yang akan Anda dapatkannya dari aku besok. Pergilah, semoga Allah
merahmati Anda.”
(Kitab Adab ad-Din wa ad-Dunya, Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi asy-Syafi’iy)
****************
Nafais Tsamarat:Tidak Besedekah dan Tidak Berjihad, Lalu dengan Apa
Anda Akan Masuk Surga?
Dari Basyir bin Khashashiyah radhiyallahu ‘anhu berkata: Aku mendatangi Rasululah Saw
untuk membaiatnya atas Islam. Kemudian Rasulullah mengajukan syarat kepadaku: “Anda
bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan bersaksi bahwa
Muhammad hamba sekaligus Rasul-Nya, mendirikan shalat lima waktu, berpuasa di bulan
Ramadhan, membayar zakat, berhaji ke Baitullah, dan berjihad di jalan Allah.”
Aku berkata, wahai Rasulullah: Ada dua syarat dimana aku tidak mampu. Pertama, zakat.
Sebab saya tidak memiliki kecuali sepuluh unta. Unta-unta itu penopang hidup keluargaku
dan kendaraan mereka.
Kedua, jihad. Dalam hal jihad ini mereka mengatakan bahwa siapa saja yang lari dari medan
jihad, maka ia akan mendapat murka Allah. Aku khawatir bahwa ketika aku ikut dalam
sebuah peperangan, aku takut mati, sehingga jiwaku menjadi lemas.
Rasulullah memegang tangannya, lalu menggerakkannya. Selanjutnya beliau bersabda:
“Tidak bersadaqah dan tidak pula berjihad, maka dengan apa Anda akan masuk surga?”
4. Aku berkata, wahai Rasulullah: “Aku membaiatmu.” Kemudian beliau membaiatku dengan
semua syarat tersebut. (Hadis ini diriwayatkan oleh Baihaqi dan Hakim. Sedang Hakim
men-shahih-kannya, dan disepakati oleh ad-Dzahabi).
Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 1/8/2010.
****************
Nafâis Tsamarât: Api Akan Membakar Orang Yang Suka Bermain Api
Dari Ibnu Ishak bin Sulaiman dari Abi Sinan dari Amr bin
Marrah dari Abi Bakhtari dari Ibnu Umi Maktum yang berkata bahwa suatu hari di waktu
pagi-pagi sekali, Rasululah Saw pergi keluar, kemudian beliau bersabda: “Api itu akan
membakar orang yang suka bermain api. Dan berbagai fitnah akan datang seperti potongan
malam yang gelap gulita. Sungguh, sekiranya kalian tahu apa yang aku tahu, niscaya kalian
akan sedikit tertawa; sebaliknya kalian akan banyak menangisnya.”
****************
Nafais Tsamarat: Orang yang Berbahagia adalah Orang yang Sedikit dan
Minim Sekali Aibnya
La ‘alima an-naqishu naqshahu lakana kamilan, wa la yakhlu makhluq min ‘aibin. Fa as-
sa’idu man qallat ‘uyubuhu wa daqqat
5. Jika orang yang serba kurang mengetahui kekurangannya, pasti dia akan menjadi sempurna,
dan ternyata tak ada satu makhluk pun tanpa aib [cela]. Maka, orang yang berbahagia
adalah orang yang sedikit dan minim sekali aibnya)
*) Ibn Hazem, al-Akhlaq wa as-Siyar, juz I, hal 6.
****************
Nafais Tsamarat: Lezatnya Orang yang Berakal
Lezatnya orang yang berakal adalah dengan kemampuan membedakan antara yang haq dan
batil. Lezatnya orang yang berilmu adalah dengang ilmunya . Lezatnya orang yang bijak
dengan kebijakannya. Lezatnya orang yang berjuang di jalan Allah adalah dengan
perjuangannya, semua itu lebih besar dari pada lezatnya orang yang makan dengan
makanannya, lezatnya orang yang minum dengan minumannya, lezatnya orang yang
bersetubuh dengan campurnya, lezatnya orang yang berusaha dengan kasabnya, lezatnya
orang yang bermain dengan mainannya dan lezatnya orang yang berkuasa dengan
kekuasaannya (al akhlaq wa al siar: ibn hazm azh zhahiri juz 1 hal 3)
****************
Nafais Tsamarat: Fitnah Orang Alim dan Faqih
Yazid bin Abi Habib berkata: Sesungguhnya fitnah orang alim dan faqih adalah berbicara
lebih dia sukai daripada mendengarkan (pembicaraan org lain). Sesungguhnya orang yang
berbicara itu sedang menunggu fitnah (dari ucapannya), sementara orang yang diam
(mendengar) itu menunggu rahmat (kasih sayang).
[Ibn Mubarak, az-Zuhdu wa ar-Raqaiq]
****************
6. Nafais Tsamarat: Menjaga Lisan
Syaikh Islam, Ibnu Taimiyah berkata: Aneh sekali, ketika orang mudah menjaga diri dari
memakan makanan haram, berbuat zalim, mencuri, minum khamer, melihat perkara yang
diharamkan, dsb; tetapi, dia sulit menjaga gerakan lisannya, sehingga Anda melihat orang
yang beragama, zuhud dan ahli ibadah, tetapi ucapannya dimurkai Allah, dan dia tidak
peduli.
Berapa banyak Anda lihat, orang wara’ dari perkara keji dan zalim, sementara lisannya
lancang menebar kebohongan terhadap orang yang hidup dan mati, tapi dia tidak hirau
terhadap apa yang diomongkan.
****************
Nafais Tsamrah: Cinta dan Dicintai itu Anugerah Allah
Abu Darda’, sahabat Nabi berkata: Andai seseorang taat kepada Tuhannya, pasti Allah akan
tunjukkan pengaruhnya kepada orang lain, meski ia ada di balik 7 pintu. Sebaliknya, andai
dia durhaka, Allah pun akan tunjukkan pengaruhnya kepada orang lain, meski ia juga berada
di balik 7 pintu. Cinta dan dicintai itu anugerah Allah. Dialah yg memberi dan Dia pulalah yg
mencegahnya. Jika kita taat kepada-Nya, pasti kita akan dicintai orang lain.. (Aid al-Qarni,
Ila al-Ladzina Asrafu.. 269)
****************
Nafais Tsamrah: Barangsiapa Bersabar Akan Disabarkan Oleh Allah
Allah SWT berfirman:
واُرِباَص َو واُرِبْصا واُنَماَء َينِذَّلا اَهُّيَأاَي
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu”. (TQS.
Ali Imran [3] : 200)
7. Allah SWT berfirman:
ِوعُجْلوا ِف َْوخْلا َنِم ءْيَشِب ْمُكَّن َوُلْبَنَل َوَين ِابرَّصال ِرِهشَب َو ِتاَرَمَّثال َو ِسُفْنَألا َو ِلا َوْمَألا َنِم َقصن َو
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-
orang yang sabar”. (TQS. Al_Baqarah [2] : 155)
Allah SWT berfirman:
ابَس ِح ِْريَغِب ْمُهَرْجأ َونُابرَّصال ىَّف َُوي اَمَّنإ
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa
batas.” (TQS. Az-Zumar [39] : 10)
Allah SWT berfirman:
َل َوِورُمُاأل ِمْزَع ْنِمَل َكِلذ َّإن َرَفَغ َو َرَبَص ْنَم
“Tetapi orang yang bersabar dan mema`afkan sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu
termasuk hal-hal yang diutamakan.” (TQS. Asy-Syura [42] : 43)
Allah SWT berfirman:
ِْربَّصبال واُنيِعَتْساَين ِابرَّصال َعَم َهللا َّإن ِةالَّصال َو
“Mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat,
sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (TQS. Al-Baqarah [2] : 153)
Allah SWT berfirman:
َمَلْعَن ىَّتَح ْمُكَّن َوُلْبَنَل َوَرينِباَّصال َو ْمُكْنِم َينِدِهاَجُمْلا
“Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-
orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu.”. (TQS. Muhammad [47] : 31)
Dari Abi Malik Al-Harits bin Ashim Al-Asy’ari radhiyallahu anhu, semoga Allah
meridhainya, yang berkara: Rasulullah SAW bersabda:
8. َت ْوَأ ِنَآلْمَت ِ َّ ِّلل ُدْمَحْلا َو ِ َّاّلل َانَحْبُس َو َانَيزِمْلا ُألْمَت ِ َّ ِّلل ُدْمَحْلا َو ِانَميِاإل ُرْطَش ُورُهُّطالُةَالَّصال َو ِِ ْرَألْا َو ِتا َاوَمَّسال َْنيَب اَم ُألْم
ُنْفَن ٌعِياَبَف ُودْغَي ِاسَّنال ُّلُك َْكيَلَع ْوَأ َكَل ٌةَّجُح ُآنْرُقْلا َو ٌءاَي ِض ُْربَّصال َو ٌَانهُْرب ُةَقَدَّصال َو ٌوراَهُقِبوُم ْوَأ اَهُقِتْعُمَف ُهَس
“Bersuci adalah separuh iman; bertahmid (mengucapkan alhamdulillah) memenuhi
timbangan; bertasbih (mengucapkan subhanallah) dan sekaligus bertahmid (mengucapkan
alhamdulillah) memenuhi apa yang ada di antara langit dan bumi; shalat itu sinar; sedekah
itu bukti; sabar itu cahaya; dan Al-Qur’an itu hujjah yang membawa kebaikan bagimu atau
justru mencelakakan dirimu; setiap orang berusaha dan bekerja, masing-masing menjual
dirinya, kemudian ia pun merdeka (karena banyak melakukan ketaatan) atau ia celaka
(karena banyak mengerjakan kemaksiatan).” (HR. Muslim)
Dari Abi Sa’id Sa’ad bin Malik bin Sinan Al-Khudri radhiyallahu anhuma, semoga Allah
meridhai keduanya: Bahwasannya Rasulullah SAW bersabda:
ََمنْ َي َصَب رْري َصرب رص َهَماره هوَرَر ُعرطرب رأَََ ٌب َرب رص ٌ ََْ ًٌ َمََنر ٌس َْمنر ر رس َصرب رص
“Barangsiapa yang bersabar, maka akan disabarkan. Dan seseorang tidak diberi suatu
pemberian yang lebih baik dan lebih luas dari pada kesabaran.” (HR. Muslim)
Sumber: hizb-ut-tahrir.info
Tanggal: 14 Dzul Qa’dah 1430 H/ 2 Nopember 2009 M.
****************
Nafais Tsamarat: Bersabar
‘Umar bin al-Khatthab berkata: Kita menemukan kebaikan hidup kita dengan bersabar.
Andai saja para tokoh itu bersabar, maka akan menjadi mulia.
‘Ali bin Abi Thalib berkata: Ingat, sabar adalah bagian dari iman. Ibarat kepala dengan
jasad. Jika kepala putus, maka jasad pun terkulai dan suaranya menjerit. Tidak ada
keimanan pada diri siapa pun yang tidak bersabar. [Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah, 'Uddatu
as-Shabirin, Juz I/(97)]
****************
9. Nafais Tsamarat: Janganlah Bersikap Im’ah
Abdullah ibn Mas’ud berkata: “Janganlah salah seorang di antara kalian bersikap im’ah! ”
Mereka bertanya: “Im’ah itu apa wahai Abu Abdirrahman? Beliau berkata: Jika seorang
mengatakan, Aku selalu mengikuti orang; jika mereka mendapat hidayah, akupun
mendapatkannya; jika mereka tersesat, aku pun sama. Hendaknya kalian meneguhkan
dirinya; jika orang menjadi kafir dia tidak ikut kufur.”
[Abu Nu'man, Hilyatu al-Auliya', 171]
****************
Nafais Tsamarat: Akal adalah Bekal untuk Perang Melawan Bala’
Hasan al-Bashri berkata: “Kebanyakan orang sama ketika mendapatkan nikmat, tetapi saat
ujian (bala’) ditimpakan, mereka berbeda (satu sama lain).”
Ibn Jauzi berkomentar: Akal adalah simpanan terbaik dan bekal untuk menghadapi perang
melawan bala’
[Ibn Jauzi. Shaid al-Khathir, 78]
****************
Nafais Tsamarat: Letakkanlah Kematian di Depan Mata
LETAKKANLAH KEMATIAN DI DEPAN MATAMU! Wajib bagi orang yang berakal,
menyiapkan bekal untuk perjalanannya. Karena dia tidak tahu kapan keputusan Tuhannya
(kematian) akan megejutkannya.
10. Dia juga tidak tahu, kapan akan dipanggil? Orang berakal adalah orang yang memberikan
tiap kesempatan kepada haknya. Jika diserang oleh kematian, diapun tampak siap. Dan jika
dia meraih impiannya, itu akan menambah kebaikan.
– Ibn al-Jauzi, Shaid al-Khathir, hal. 4.
****************
Nafais Tsamarat: Beraktivitas Sebelum Kematian
Ibn al-Jauzi berkata, “Jika manusia tahu bahwa kematian akan menghentikannya dalam
beraktivitas, maka dia pasti akan melakukan perbuatan dalam hidupnya yang pahalanya terus
mengalis setelah dia mati” (Ibn al-Jauzi, Shaid al-Khathir, juz I, h.22)
****************
Nafais Tsamarat: Menyongsong Kematian
Abu Bakar berkata: Berkeinginan kuatlah untuk menyongsong kematian, maka hal itu akan
memberikan kamu kehidupan (Ibn Khalikan, Wafiyat al-A’yan, III/67).
Maksudnya, ketika pikiran seseorang tertuju untuk menyongsong kebaikan dan hidup setelah
kematian, maka dia akan menemukan makna dan tujuan hidupnya.[]
****************
Nafais Tsamarat: Kemuliaan Akal
Ibrahim bin Hisan pernah bekata: “Seorang pemuda akan bisa hidup di tengah manusia
karena akalnya, karena di atas dasar akalnyalah ilmu dan eksperimennya berjalan. Pemberian
11. Allah yang paling utama kepada seseorang adalah akalnya, tidak ada satu perkarapun yang
bisa membandinginya. Jika Allahtelah menyempurnakan akal seseorang (dengan Islam) maka
sempurnalah akhlak dan segala kebutuhannya” (Adabud Dunya wad Din hal 5)
****************
Nafais Tsamarat: Jangan Remehkan Sedikitpun Pekerjaanmu
Jangan remehkan sedikitpun pekerjaanmu dengan mlaksanakannya esok. Segeralah kerjakan
haria ini, meski itu kecil. Karena sekecil-kecil pekerjaan, jika terakumulasi akan menjadi
banyak. Boleh jadi saat itu Anda dalam kondisi lemah, sehingga semuanya tidak terlaksana.
Jangan remehkan sesuatu yang Anda harap bisa menambah neraca kebaikan Anda di Hari
Kiamat. Jika Anda bisa, segera kerjakan sekarang, meski itu kecil. Jika tidak, boleh jadi
banyak hal akan menghalangi Anda dan kalau perkara itu sudah terakumulasi, maka ia justru
akan melemparkan Anda ke neraka (Ibn Hazem, al-Akhlaq wa as-Siyar, juz I, hal 6).
****************
Nafais Tsamarat: Dunia Pasti Ditinggalkan di Belakang dan Akhirat
Menyongsong di Depan
Sayyidina Ali: Sayyidina ‘Ali berkata, “Ala inna ad-dunya qad wullat mudbirah, wa al-
akhiratu muqbilah, wa likulli wahidatin minhuma banun. Kunu min abna’i al-akhirat, wa la
takunu min abna’i ad-dunya. Fainna al-yauma ‘amalun wa la hisab, wa ghadan hisabun wa la
‘amal.”
“Ingat, dunia pasti ditinggalkan di belakang dan akhirat menyongsong di depan. Masing-
masing mempunyai anak. Jadilah anak akhirat dan jangan menjadi anak dunia. Karena hari
ini adalah tempat beramal bukan perhitungan. Besok di akhirat, tempat hisab dan tidak lagi
ada amal.” []LTS DPP HTI