Dokumen tersebut membahas tentang diare pada anak, termasuk definisi, klasifikasi, etiologi, epidemiologi, patogenesis, gejala klinis, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan diare pada anak.
1. Get Homework/Assignment Done
Homeworkping.com
Homework Help
https://www.homeworkping.com/
Research Paper help
https://www.homeworkping.com/
Online Tutoring
https://www.homeworkping.com/
click here for freelancing tutoring sites
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 LATAR BELAKANG
Diare masih merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak-anak di
berbagai negara berkembang. Setiap tahun diperkirakan lebih dari 1 milyar kasus di dunia
dengan 3,3 juta kasus kematian sebagai akibatnya. Diare masih merupakan penyebab kematian
penting pada anak-anak di negara berkembang. Kombinasi paparan lingkungan yang patogenik,
diet yang tidak memadai, malnutrisi menunjang timbulnya kesakitan dan kematian karena diare.
Hal itu terjadi lebih dari 1 milyar episode setiap tahun, dengan 2-3 % jatuh kedalam keadaan
dehidrasi1.
Menurut laporan Depkes RI, di Indonesia setiap anak mengalami diare 1,6-2 kali setahun.
Sekitar 80 % kematian yang berhubungan dengan diare yang terjadi pada 2 tahun pertama
kehidupan. Penyebab kematian adalah karena dehidrasi sebagai akibat dari kehilangan cairan dan
elektrolit melalui tinja2.
Diare masih juga merupakan penyebab penting kekurangan gizi pada bayi dan balita. Hal
ini disebabkan karena adanya anoreksia sehingga makan lebih sedikit dan biasanya kemampuan
menyerap sari makanan juga berkurang. Padahal kebutuhan sari makanan meningkat dengan
2. adanya infeksi serta kebiasaan yang salah dari orang tua yang menghentikan semua jenis
makanan unutk mengistirahatkan usus sehingga diare akan berkurang2.
Oleh karena masih tingginya angka kematian dan kesakitan pada anak karena penyakit
diare ini, pencegahan harus dilakukan dengan cara hidup sehat dan penanganan yang cepat dan
tepat dalam mengatasi diare ini juga sangat penting untuk menurunkan angka kematian akibat
penyakit ini2.
1.2 DEFINISI
Diare didefinisikan sebagai berak-berak encer dengan frekuensi lebih dari 3 kali pada
anak dan lebih dari 4 kali pada bayi dengan disertai atau tanpa adanya darah atau lendir2.
I.3 KLASIFIKASI
Secara klinis diare dapat dibedakan menjadi 3 yaitu2 :
1. Diare akut yaitu diare yang terjadi mendadak pada anak yang sebelumnya sehat,
berlangsung kurang dari 14 hari.
2. Diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non infeksi .
3. Diare persisten yaitu diare yang terjadi lebih dari 14 hari dengan etiologi infeksi.
I.4 ETIOLOGI
Beberapa penyebab seperti virus, kuman patogen, dan parasit yang sering didapatkan pada anak
dengan diare yang ke sarana pengobatan adalah 2,5:
a. Rotavirus :15-25 %
b. Echerichia coli enterotoksigenik(ETEC) :10-20 %
c. Shigella : 5-10 %
d. Campylobakter jejuni :10-15 %
e. Vibrio cholera : 5-10 %
f. Salmonella thypi : 1- 5 %
g. Escherichia coli enteropatogenik(EPEC) : 1- 5 %
h. Cryptosporidium : 5- 15 %
i. Giardia lamblia
j. Entamoeba hystolitika
3. k. Parasit lain (cacing)
1.5 EPIDEMIOLOGI
Di dunia diare akut menyebabkan kematian sebanyak 5 juta pertahun, 25 % diantaranya
disebabkan oleh diare kronik. Di Indonesia angka kesakitan diare pada saat ini adalah 230-330 /
1000 penduduk untuk golongan umur balita dan 1,6 – 2,2 episode diare tiap tahunnya untuk
golongan umur batita. Angka kematian diare golongan umur balita adalah sekitar 4 per 1000
balita. Diare pada bayi dan balita sekarang menduduki peringkat kedua setelah ISPA dengan
persentase 15 % pada bayi dan 25 % pada balita.1,5.
Cara penularan diare pada umumnya secara oro-fekal melalui :
1. makanan dan minuman yang telah terkontaminasi dengan enteropatogen
2. kontak langsung penderita atau barang-barang yang telah tercemar dengan tinja
penderita atau secara tidak langsung melalui lalat(4F yaitu food, feces, finger,and
fly).5
Penyakit diare akut pada anak-anak mungkin juga disertai dengan penyakit lain seperti :
1. Infeksi saluran nafas (Bronkopneumonia, Bronkitis, dll)
2. Infeksi susunan saraf pusat (meningitis, ensefalitis, dll)
3. Infeksi saluran kemih
4. Kurang gizi (KEP berat, defisiensi vitamin A,dll)
5. Infeksi sistemik lainnya
6. Penyakit lain yang disertai diare akan tetapi lebih jarang terjadi (penyakit jantung yang
berat atau gagal jantung dan penyakit ginjal atau gagal ginjal)1
1.6 PATOGENESIS
Mekanisme yang menyebabkan diare adalah sebagai berikut :
1. gangguan osmotik
Makanan yang tidak dapat diserap dengan baik akan menyebabkan tekanan osmotik
rongga usus meninggi, hal ini menyebabkan pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga
usus.
2. Gangguan sekresi
4. Adanya rangsangan tertentu misalnya toksin pada dinding usus akan menyebabkan
peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik usus akan meneyebabkan kesempatan untuk melakukan penyerapan
makanan menurun sehingga timbul diare. Hiperperistaltik usus menyebabkan
perpindahan makanan dalam usus menjadi lambat sehingga memungkinkan pertumbuhan
bakteri. Bakteri yang tumbuh ini akan mengeluarkan toksin yang akan merangsang
sekresi air dan elektrolit sehingga timbul diare.
Adapun patofisiologi yang mendasari timbulnya manifestasi klinis dehidrasi adalah:
1. Intake kurang
- minum kurang
- anoreksia
- hipodipsi karena fungsi hipotalamus terganggu
2. Pengeluaran meningkat
- keringat banyak atau insensible loss meningkat (hiperventilasi, panas tinggi, dll).
- osmotic diuresis renal loss.1,6
1.7 GEJALA KLINIS
1. Cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan menurun atau tidak ada,
kemudian tinbul diare.
2. Anus dan daerah sekitarnya bisa lecet (eritema natum)
3. Muntah yang dapat timbul sebelum atau sesudah diare
4. Bila penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit maka gejala dehidrasi
mulai muncul dan dirasakan seperti : rasa haus, elastisitas kulit /turgor kulit turun,
berat badan menurun, bibir dan mukosa mulut kering, mata cekung, airmata tidak ada,
ubun-ubun kecil cekung, air kencing sedikit (oliguria bahkan anuria), tekanan darah
rendah, takikardia dan penurunan kesadaran 1,4
Penilaian keadaan dehidrasi
Tabel 1. Penilaian derajat dehidrasi
5. Penilaian A B C
1. lihat
Keadaan umum++ Baik sadar Gelisah, rewel* Lesu lunglai*
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Airmata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum biasa Haus,minum* Malas minum atau
tidak bisa minum
2. Periksa Turgor kulit Kembali cepat Kembali lambat* Sangat lambat*
3. Derajat dehidrasi Tidak ada
dehidrasi
Dehidrasi ringan
atau sedang bila
ada 1 tanda * +1
atau lebih tanda
lain
Dehidrasi berat bila
ada 1 tanda * +1
atau lebih tanda
lain
4. Terapi Rencana A Rencana B Rencana C
1.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium darah rutin
2. Pemeriksaan feses
a. Makroskopik (konsistensi, jumlah, bau, lendir, darah)
b. Mikroskopik (leukosit, eritrosit, telur cacing, kista dan tropozoit protozoa)
1.9 PENATALAKSANAAN
Prinsip pengobatan :
1. mencegah dehidrasi
2. terapi dietetik
3. obat-obatan.
6. 1.9.1 Terapi Rehidrasi
a. Diare akut tanpa dehidrasi (rencana pengobatan A)
Mengganti cairan yang keluar sesegera mungkin dengan minum lebih banyak dari yang keluar.
Cara minum sedikit demi sedikit, diberikan dengan sendok pada posisi anak duduk atau setengah
duduk. Cairan yang dapat diberikan adalah oralit, cairan rumah tangga antara lain Larutan Gula
Garam (LGG), air tajin, air sayur, air sup, bila ASI tidak ada dapat diberikan susu pengganti
ASI, anak tetap diberi makan sesuai umur dengan prinsip mudah dicerna dan mudah diserap,
tidak berserat dan tidak merangsang, diberikan dalan porsi kecil tapi dengan frekuensi sesering
mungkin
a. Anak umur 2 tahun berikan ¼-1/2 gelas (50-100 cc) / berak encer
b. Anak umur 2-5 tahun ½-1 gelas (100-200 cc) / berak encer
c. Anak umur > 5 tahun minum semaunya
b. Diare akut dengan dehidrasi ringan sedang (rencana Pengobatan B)
Jumlah larutan oralit yang harus diminum selama 3-4 jam pertama adalah 75 ml/ kgBB. Dapat
juga diberikan berdasarkan umur , bila berat badan tidak diketahui :
a. Umur < 1 tahun : 300 cc
b. Umur 1-5 tahun : 600 cc
c. Umur > 5 tahun : 1200 cc
d. Dewasa : 2400 cc
Setelah 3 sampai 4 jam nilai lagi keadaan anak dengan menggunakan bagan penilaian kemudian
pilih rencana A, B, atau C untuk melanjutkan pengobatan2,4.
c. Diare dengan dehidrasi berat (Rencana Pengobatan C)
tabel 2. Tatalaksana dehidrasi berat pada anak
Umur 30 ml/ kgBB 70 ml/ kgBB
< 1 tahun 1 jam pertama 5 jam berikutnya
> 1 tahun ½-1 jam pertama 2 ½-3 jam berikutnya
a. Nilai kembali pemberian tiap 1-2 jam bila rehidrasi belum tercapai percepat tetesan
b. Juga berikan Oralit 5 ml/ kgBB/ jam bila penderita bisa minum
7. c. Selah 6 jam pada anak nilai lagi penderita dengan menggunakan bagan penilaian dan
pilih rencana terapi yang sesuai
1.9.2 Farmakoterapi pada Diare
Sebagian besar kasus diare disebakan oleh infeksi virus. Oleh karena itu penatalaksaan lebih
difokuskan dalam upaya merehidrasi untuk mencegah pasien jatuh dalam kondisi dehidrasi yang
berat. Antibiotik dan antiprotozoa baru digunakan untuk kasus-kasus diare spesifik misalnya
pada kasus disentri, kolera, disentri amoeba dan giardiasis.
Tabel 3. Penggunaan antibiotik dan antiprotozoa pada kasus diare spesifik menurut Depkes RI8
Penyakit Antimikroba
oral
ANAK-ANAK DEWASA
Dosis/frekuensi
lama
pemberian
Perkiraan dosis berdasarkan BB (kg) dalam
bentuk tablet, kapsul atau ml sirop
DOSIS
(tablet/kapsul)
3-5 kg 6-9 kg 10-14
kg
15-19
kg
20-29
kg
Kolera Doksisiklin
Tablet atau
kapsul,
300 mg
Tidak sesuai
untuk anak
dibawah 12
tahun
- - - - - 300 mg, dosis
tunggal
1 tablet atau
kapsul
Tetrasiklin
Tablet atau
kapsul,
300 mg
12,5 mg/kgBB
4x sehari
selama 3 hari
- ½ 1 1 1 500 mg (2
tablet atau
kapsul)
4xsehari
selama 3 hari
Trimethoprim
(TMP) +
Sulfametoxazole
(SMX)
Tablet dewasa
80 mg TMP +
400 mg SMX
Tablet anak:
20 mg TMP +
100 mg SMX
Syrup
40 mg TMP +
200 mg SMX
dalam 5 ml
Furazolidon
100 mg tablet
5 mg TMP +
25 mg/kgBB, 2
x sehari selama
3 hari
5 mg TMP +
25 mg/kgBB, 2
x sehari selama
3 hari
5 mg TMP +
25 mg/kgBB, 2
x sehari selama
3 hari
1,25 mg/kgBB
4x sehari
¼
1
2,5 ml
-
½
2
5 ml
-
1
3
7,5 ml
¼
1
4
10 ml
¼
2
6
15 ml
½
160 mg TMP
+ 800 mg
SMX
2 tablet, 2 x
sehari selama
3 hari
100 mg
4xsehari
8. selama 3 hari selama 3 hari
Disentri Trimethoprim
(TMP) +
Sulfametoxazole
(SMX)
Tablet dewasa
80 mg TMP +
400 mg SMX
Tablet anak:
20 mg TMP +
100 mg SMX
Syrup
40 mg TMP +
200 mg SMX
dalam 5 ml
Asam
Nalidiksilat
Tablet 250 mg
Ampicillin
250 mg
tablet/kapsul
5 mg TMP +
25 mg/kgBB, 2
x sehari selama
5 hari
5 mg TMP +
25 mg/kgBB, 2
x sehari selama
5 hari
5 mg TMP +
25 mg/kgBB, 2
x sehari selama
5 hari
15 mg/kgBB
4x sehari
selama 5 hari
25 mg/kgBB
4x sehari
selama 5 hari
¼
1
2,5 ml
¼
½
½
2
5 ml
½
1
1
3
7,5 ml
1
1
1
4
10 ml
1
2
2
6
15 ml
2
3
160 mg TMP
+ 800 mg
SMX
2 tablet, 2 x
sehari selama
5 hari
1 gram ( 4
tablet)
4x sehari
selama 5 hari
1 gram ( 4
tablet)
4x sehari
selama 5 hari
Amubiasis
usus
Metronidazol
250 mg tablet
10 mg/kgBB
3 x sehari
selama 5 hari
(10 hari untuk
kasus yang
berat)
¼ ½ ½ 1 1 750 mg (3
tablet)
3x sehari
selama 5 hari
(10 hari untuk
kasus yang
berat)
giardiasis Metronidazol
250 mg tablet
5 mg/kgBB
3 x sehari
selama 5 hari
- ¼ ¼ ½ ½ 250 mg (1
tablet)
3xsehari
selama 5 hari
Sedangkan World Gastroenterology Organisation (WGO) merekomendasikan terapi diare
sebagai berikut :
Tabel 4. Penggunaan antimikroba pada diare akut menurut World Gastroenterology
Organisation9
9. Penyebab Antimikroba pilihan
Kolera Doksisiklin
Dewasa: 300 mg dosis tunggal
Anak-anak: 2 mg/kg BB( (tidak direkomendasikan)
Azitromisin
Dewasa : 1 gram, dosis tunggal
Anak-anak: 20 mg/kgBB dosis tunggal
Ciprofloxacin
Dewasa: 500 mg setiap 12 jam selama 3 hari atau 2
gram dosis tunggal
Anak-anak: 15 mg/kgBB setiap 12 jam selama 3
hari
Shigellosis Ciprofloxacin
Dewasa: 500 mg 2x sehari selama 3 hari, atau 2
gram dosis tunggal
Pivmecillinam
Dewasa: 400 mg 3 - 4 kali/hari selama 5 hari
Anak-anak: 20 mg/kgBB 4x/hari selama 5 hari
Ceftriaxone
Dewasa: 2- 4 gram dosis tunggal
Anak-anak: 50–100 mg/kgBB 1x/hari IM selama 2–
5 hari
Amebiasis Metronidazol
Dewasa: 750 mg 3x/hari selama 5 hari (10 hari jika
berat)
Anak-anak: 10 mg/kgBB 3x/hari selama 5 hari (10
hari jika berat)
Giardiasis Metronidazol
Adults: 250 mg 3x/hari selama 5 hari
Anak-anak: 5 mg/kgBB 3x/hari selama 5 hari
Tinidazole
Dapat juga diberikan sebagai dosis tunggal—50
mg/kgBB per oral, maksimal 2 gram
Campylobacter Azitromisin
Dewasa: 500 mg 1x/hari selama 3 hari
Anak-anak: 30 mg/kgBB segera setelah onset
penyakit
10. Florokuinolon seperti ciprofloxacin
Dewasa: 500 mg 1x/hari selama 3 hari
Pengobatan dengan zinc pada diare anak merupakan rekomendasi dari WHO dan
UNICEF sejak tahun 2004. Zinc merupakan mikronutrien esensial untuk proses tumbuh
kembang dan pemeliharaan sistem imun. Sesuai rekomendasi, zinc 20 mg per hari dianjurkan
untuk anak di atas usia 6 bulan, sedangkan untuk anak di bawah usia 6 bulan dianjurkan
pemeberrian zionc 10 mg per hari. Masing-masing diberikan selama 10 hari. Pemakaian obat
antidiare seperti antimotilitas (loperamid, difenoksilat) dan adsorben (kaolin, antapulgit) tidak
dianjurkan pada anak-anak.5,6
1.10 PERAN PROBIOTIK, PREBIOTIK DAN SINBIOTIK DALAM PENANGANAN
DIARE AKUT
1.10.1 Definisi probiotik, prebiotik dan sinbiotik
Dalam 15 tahun terakhir terapi probiotik telah berkembang dengan demikian pesat. Akhir-akhir
ini banyak dilakukan penelitian tentang manfaat prebiotik terhadap kesehatan manusia.
Probiotik adalah bakteri hidup yang apabila diberikan atau dikonsumsi dalam jumlah
cukup dapat memberikan efek menguntungkan bagi tubuh yaitu dengan menciptakan
keseimbangan flora usus sehingga dapat mencegah dan mengobati kondisi patologis usus.
Bakteri yang mempunyai sifat probiotik adalah bakteri penghasil asam laktat (Lactic Acid
Bacteria, LAB), seperti Bifidobacterium dan Lactobacillus , yang dapat diberikan dalam bentuk
tunggal atau campuran dengan bakteri lain.7
Tabel 5. Mikroorganisme probiotik
Lactobacilli Lactobacillus acidophillus
Lactobacillus rhamnosus
Lactobacillus gaseri
Lactobacillus casei
Lactobacillus rauteri
Lactobacillus plantaricum
Lactobacillus bulgaricum
11. Lactobacillus johnsoni
Lactobacillus lactis
Bifidobacteria Bifidobacterium bifidum
Bifidobacterium longum
Bifidobacterium breve
Bifidobacterium infantis
Bifidobacterium adolescentis
Others Bacteria
Yeast
Escherichia coli
Enterococcus fecalis
Streptococcus thermophylus
Saccaromyces boulardii
Suatu probiotik yang masuk ke dalam saluran cerna harus dapat mempertahankan
kestabilannya di dalam suasana lambung yang asam hingga dapat mencapai target kerjanya.
Kriteria yang harus dipenuhi suatu mikroorganisme yang tergolong sebagai probiotik adalah
berasal dari manusia, nonpatogen, tidak mengalami proses di dalam saluran cerna (hidrolisa,
absorbsi) dan stabil di dalam asam dan cairan empedu. Di samping itu, mikroorganisme juga
harus mempunyai sifat adhesif terhadap jaringan epithelial target, mampu bertahan di dalam
saluran cerna, memproduksi substansi antimikroba, mempunyai kemampuan memodulasi sistem
imun dan mempengaruhi aktivitas metabolik.7
Prebiotik adalah substrat, umumnya karbohidrat, yang apabila dikonsumsi akan
merangsang pertumbuhan kuman probiotik karena prebiotik merupakan nutrisi yang diperlukan
untuk metabolisme kuman probiotik. Substrat yang paling banyak digunakan adalah inulin,
laktulosa, dan fruktooligosakarida (FOS). Keduanya telah terbukti dapat merangsang
perbumbuhan bakteri Bifidobacteria dalam lumen usus. Jadi efek positif prebiotik terhadap
ketahanan saluran cerna terjadi secara tidak langsung, yaitu merangsang pertumbuhan bakteri
probiotik Bifidobacteria.7
Sinbiotik adalah kombinasi probiotik dan prebiotik. Penambahan mikroorganisme hidup
(probiotik) dan substrat (prebiotik) untuk pertumbuhan bakteri misalnya fruktooligosakarida
(FOS) dengan bifidobacterium atau lactitol dengan lactobacillus. Keuntungan dari kombinasi ini
12. adalah meningkatkan daya tahan hidup bakteri probiotik oleh karena substrat yang spesifik telah
tersedia untuk fermentasi sehingga tubuh mendapatkan manfaat yang lebih sempurna dari
kombinasi ini.7
1.10.2 Mekanisme Kerja Probiotik Pada Diare
Mekanisme kerja probiotik belum sepenuhnya diketahui. Studi in vitro menjelaskan bahwa
probiotik beraksi dalam tubuh pejamu melalui beberapa mekanisme.
Mekanisme efek probiotik pada diare diantaranya:
a. Perubahan lingkungan mikro lumen usus (pH, oksigen)
Lactobacillus dan bifidobacteria menjaga keseimbangan flora usus dengan memproduksi
komponen-komponen organik dari proses fermentasi dari asam laktat, hidrogen peroksida dan
asam asetat yang semuanya akan meningkatkan derajat keasaman dalam usus sehingga dapat
menghambat proliferasi bakteri yang berpotensi menghancurkan epitel usus.7
b. Produksi substansi bersifat antimikroba
Bakteri yang berperan sebagai probiotik menghasilkan substansi yang dikenal sebagai
bakteriosin, suatu protein yang dimetabolisme secara aktif dan berperan menghancurkan
mikroorganisme yang merugikan. Sebagai contoh adalah reuterin, yang diproduksi oleh
L.reuteri. Baik Lactobacillus dan bifidobacteria keduanya dapat menghasilkan bakteriosin.
Selain itu Lactobacillus rhamnosus GG disamping memproduksi bakteriosin juga menghasilkan
biosurfaktan yang berperan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.7
c. Kompetisi nutrien
Salah satu faktor penghambat pertumbuhan bakteri dalam lumen usus ialah adanya makanan.
Kompetisi terjadi lebih hebat di kolon bagian distal, dimana terdapat lebih sedikit residu
makanan dibandingkan kolon proksimal atau usus kecil. Dengan meningkatnya jumlah
lactobacillus dan bifidobacteria, maka proliferasi bakteri patogen tidak akan terjadi.7
d. Kompetisi adhesi pada reseptor enterosit
13. Salah satu faktor yang berperan dalam kerja bakteri patogen di saluran cerna adalah kemampuan
melekat/ adhesi pada reseptor spesifik mukosa usus, begitu pula dengan mikroorganisme
probiotik. Akibat sifat ini maka probiotik tidak akan tereliminasi dengan adanya gerakan
peristaltik usus sehingga dapat mencegah efek enteropatogenik bakteri patogen seperti
S.Typhimurium, Y.enterocolitica, serta E.coli.7
e. Efek imunomodulasi
Usus merupakan organ limfoid terbesar dan berperan penting dalam respon imun terhadap
mikroorganisme maupun protein asing, melalui pembentukan antibodi imunoglobulin A (IgA) di
lamina propia dan epitel usus. Selain itu pada pasien-pasien alergi susu sapi dan dermatitis
atopik, efek probiotik yang tampak ialah dengan meningkatkan produksi gamma-interferon.7
f. Perbaikan permeabilitas usus
Beberapa spesies lactobacillus mempunyai efek pada ekspresi gen mucin yang akan
menstimulasi produksi mukus dari mukosa usus sehingga akan semakin meningkatkan fungsi
barier mukosa usus.7
1.10.3 Dosis Probiotik
Suatu preparat probiotik harus berisi bakteri dengan jumlah minimum tertentu yang dinyatakan
dalam satuan dosis Colony-forming units (CFUs). Natural Health Products Directorate of Canada
saat ini telah merekomendasikan dosis penggunaan probiotik sebesar 5 Milyar (5x109) CFU per
hari, diberikan dalam 5 hari berturut-turut. Sediaan yang beredar di pasaran pada umumnya
tersedia dalam bentuk kapsul atau bubuk dengan dosis lebih dari 50 Milyar CFU per dosis.
Penggunaan dosis terapeutik bervariasi berkisar antara 106-109 sebagai dosis efektif minimum.7
1.11. PENCEGAHAN
Diare dapat dicegah dengan cara:
a. Mencuci tangan menggunakan sabun pada lima waktu yang penting, yaitu : sebelum
makan, setelah buang air besar, sebelum memegang bayi, setelah membersihkan anak
dari BAB, dan sebelum menyiapkan makanan
b. Mengkonsumsi makanan sehat.
14. Makanan dapat terkontaminasi oleh enteropatogen pada tahap produksi, penyajian, atau
penyimpanan. Makanan harus dimasak hingga matang. Pisahkan makanan yang telah
dimasak dengan yang belum dimasak, yang telah dicuci dengan yang belum dicuci, serta
hindari makanan dari vektor serangga seperti lalat.
c. Mengkonsumsi air minum sehat yaitu air minum dari sumber yang sehat dan yang sudah
dimasak hingga mendidih.
d. Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar serangga (lalat, kecoa,
lipas, dan lain-lain)
e. Buang air besar dan kecil pada tempatnya.
BAB II
LAPORAN KASUS
1. Identitas pasien
Nama : RA
Umur : 4 tahun 6 Bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan/pendidikan : belum bersekolah
Alamat : Jalan Bungus Barat, Padang.
2. Latar belakang sosial, ekonomi, demografi, lingkungan keluarga
a. Jumlah saudara : Anak ke 1 dari 1 bersaudara
b. Status ekonomi keluarga : Ayah pasien bekerja sebagai nelayan dengan
penghasilan Rp1.000.000,00 /bulan, ibu pasien
hanya seorang ibu rumah tangga
c. Kondisi lingkungan rumah :
- Rumah permanen, pekarangan sempit
- Lantai rumah dari ubin, ventilasi udara dan sirkulasi kurang baik, pencahayaan
cukup, 1 kamar dengan ukuran 3x3 meter
15. - Listrik ada
- Sumber air dari PDAM.
- Jamban ada di dalam rumah
- Sampah ditumpuk di belakang rumah untuk kemudian dikubur atau dibakar
- Jumlah penghuni 3 orang : pasien, ayah dan ibu pasien.
Kesan : higiene dan sanitasi kurang
d. Kondisi lingkungan keluarga :
- Pasien tinggal di daerah pinggir pantai dengan penduduk yang padat.
- Jarak antar rumah penduduk rapat
3. Aspek psikologis di keluarga
Hubungan dengan keluarga baik
4. Riwayat Penyakit Sekarang
- Berak-berak encer sejak 1 hari yang lalu, frekuensi BAB sebanyak 5-6 kali/hari,
jumlahnya 4 sdm-¼ gelas/kali BAB, ampas (+), lendir tidak ada, darah tidak ada.
- Demam sejak 1 hari yang lalu. Demam tidak tinggi, tidak berkeringat dan tidak
menggigil.
- Mual dan muntah tidak ada
- Kejang tidak ada
- Batuk dan sesak napas tidak ada
- Riwayat ganti susu formula tidak ada.
- Anak masih mau minum.
- Kembung tidak ada, lecet di dubur tidak ada.
- BAK, jumlah dan warna biasa.
- Anak belum diberikan oralit dan pengobatan lainnya
5. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya
16. 6. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini.
7. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Frekuensi Nadi : 112 x/menit
Frekuensi Nafas : 28 x/menit
Suhu : 37,2oC
Berat Badan : 14 kg
Tinggi Badan : 97 cm
Status Gizi :
BB/U : 93 %
TB/U : 98 %
BB/TB: 96%
KESAN : Status gizi baik
KGB tidak teraba pembesaran KGB
Kulit teraba hangat, turgor kembali cepat
Kepala bentuk bulat simetris, rambut hitam tak mudah dicabut, lingkaran
kepala 50 cm (Normal menurut standar Nellhauss), UUB telah
menutup.
Mata Tidak tampak cekung, air mata ada, konjungtiva tak anemis, sklera tak
ikterik.
Telinga Tidak ada kelainan
Hidung Tidak ada kelainan
Mulut Mukosa mulut dan bibir tidak tampak kering
Tonsil T1 – T1 , tidak hiperemis
Faring Tidak hiperemis
Leher Kaku kuduk (-), KGB tak membesar
17. Dada :
Paru
Inspeksi : normochest, simetris kiri = kanan
Palpasi : fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : bronkovesikuler, ronki (-), wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)
Abdomen :
Inspeksi : tidak membuncit, distensi tidak ada
Palpasi : supel, hepar teraba ¼ - ¼, kenyal, tajam, rata, turgor kembali lambat.
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) Normal
Punggung : tidak ada kelainan
Alat kelamin : tidak ada kelainan
Anus : colok dubur tidak dilakukan. Eritema natum (-).
Ekstremitas : akral hangat, refilling kapiler baik, RF +/+, RP -/-
C. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan anjuran:
- Pemeriksaan laboratorium darah rutin
- Pemeriksaan feses (makroskopis dan mikroskopis)
D. DIAGNOSIS KERJA
Diare akut tanpa dehidrasi
18. E.MANAJEMEN PENATALAKSANAAN
1.Preventif
a. Menerapkan perilaku hidup sehat dalam keluarga seperti BAB di toilet, menjaga
kebersihan jamban, cuci tangan dengan sabun sesudah BAB
b. Menjaga higienitas peralatan makan dan alat bermain anak
c. Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dalam mengolah dan menyajikan
makanan dan minuman sehari-hari
d. Berantas lalat agar tidak menghinggapi makanan. Salah satunya dengan cara tidak
membiarkan sampah menumpuk di sekitar rumah
2.Promotif
a. Memberikan edukasi kepada keluarga pasien (karena pasien masih balita, edukasi
terutama diberikan kepada orang yang mengasuh pasien) tentang diare, cara
penularannya, faktor-faktor predisposisi dan presipitasi dari diare
b. Menjelaskan kepada keluarga pasien tindakan pertama yang bisa dilakukan dalam
penanggulangan diare seperti prinsip mengganti cairan tubuh yang hilang
(rehidrasi) dan cara pembuatan oralit
c. Mengedukasi keluarga pasien pentingnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan
d. Menjelaskan kepada keluarga pasien pentingnya menjaga daya tahan tubuh pasien
yang masih balita dengan memperhatikan kecukupan gizinya dan pemberian
imunisasi secara lengkap
3.Kuratif
a. Paracetamol syrup 1 ½ cth
b. Oralit dilarutkan dalam 200 cc air dan diminum setiap kali BAB encer
19. c. Zink tablet 20 mg
4.Rehabilitatif
a. Istirahat yang cukup
b. Banyak minum untuk menggantikan cairan yang hilang karena diare dan
mencegah dehidrasi
c. Lanjutkan pemberian makanan seperti biasa dan hindari makanan yang sifatnya
merangsang/mengiritasi saluran cerna.
Resep
Dinas Kesehatan Kota Padang
Puskesmas Bungus
Dokter : Dinda Genisya
Tanggal : 5 Desember 2013
R/ Paracetamol syr fls No. I
S3 dd cth 1 ½ £
R/ Oralit sach No. X
S sach1/200 ml ad libit post defaec £
R/ Zinc tab 20 mg No.X
S1dd tab 1 £
Pro : RA
Umur : 4 tahun 6 bulan
Alamat: Jalan Bungus Barat, Padang
20. BAB III
DISKUSI
Telah dilaporkan sebuah kasus seorang pasien anak laki-laki berumur 3 tahun 6 bulan dengan
diagnosis Diare akut tanpa dehidrasi. Diagnosis tersebut ditegakkan berdasarkan anamnesis
adanya berak-berak encer sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, frekuensi BAB sebanyak 5-6
kali/hari, jumlahnya 4 sdm-¼ gelas/kali BAB, lendir tidak ada, darah tidak ada. Diare juga
disertai demam sejak 1 hari yang lalu, tidak tinggi, tidak menggigil dan tidak berkeringat.
Dari pemeriksaan fisik tidak ditemukan ditemukan adanya tanda-tanda dehidrasi. Mata
tidak tampak cekung, air mata ada, mukosa mulut dan bibir tidak kering dan turgor kulit kembali
cepat.
Pada pasien ini tidak terdapat tanda-tanda dehidrasi sehingga ditatalaksana dengan
rencana pengobatan A yaitu mengganti cairan yang keluar sesegera mungkin dengan minum
lebih banyak cairan dari jumlah yang keluar .Cairan yang dapat diberikan adalah oralit, cairan
rumah tangga antara lain Larutan Gula Garam (LGG), air tajin atau air sayur. Untuk anak usia 4
tahun 6 bulan dapat diberikan minum ½ - 1 gelas (100-200 cc) setiap kali BAB encer. Anak tetap
diberi makan sesuai umur dengan prinsip mudah dicerna, mudah diserap, rendah serat dan tidak
merangsang.
21. Diare adalah salah satu penyakit yang berkaitan dengan higienitas lingkungan.
Penularannya terjadi secara fecal-oral, umumnya melalui konsumsi makanan atau minuman yang
terkontaminasi. Oleh karena itu, upaya preventif dan promotif lebih ditekankan kepada
perubahan perilaku menuju perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Perubahan perilaku yang
dimaksud diantaranya dengan membiasakan mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah
makan serta sesudah buang air besar, menjaga higienitas peralatan makan dan peralatan bermain
anak, menjaga kebersihan jamban, memperhatikan kebersihan dalam pengolahan dan penyajian
makanan dan minuman sehari-hari. Orang tua juga perlu diedukasi mengenai tatalaksana awal
jika anak diare, yaitu dengan memberikan cairan rumah tangga atau cairan oralit untuk mencegah
anak mengalami dehidrasi.
KONDISI RUMAH
22.
23. DAFTAR PUSTAKA
1. Irwanto, Rahim A, Sudarmo MS. Diare Akut pada Anak. Dalam : Soegeng S eds. Ilmu
Penyakit Anak, Diagnosis dan Penatalaksanaan. Jakarta, Salemba Medika, 2002 :73 – 91
2. Depkes RI. Buku Ajar Diare Pegangan Bagi Mahasiswa. Dirjen PPM & PLP Depkes RI,
Jakarta, 1999
3. Staf Pengajar IKA FK- Unand. Ilmu Kesehatan Anak : Pedoman Diagnosis dan
Terapi.Padang, Bagian IKA FK- Unand / RSUP. Dr. M. Djamil,: 6 – 20
4. Staf Pengajar FK- Unpad. Diare Akut Dalam : Pedoman Diagnosis dan terapi Bandung,
bagian IKA FK- Unpad / RS Hasan Sadikin, 2000 : 237 – 44.
24. 5. Markum AH. Saluran Cerna. Dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Jakarta,
Balai Penerbit FKUI, 1991 : 448 – 56
6. Staf Pengajar FKUI. Diare pada Bayi dan Anak. Dalam buku kuliah IKA,jilid II, Jakarta,
Balai Penerbit FKUI, 1985.
7. Gunawan, Shyrli. Peran Probiotik Pada Diare Akut Anak. Dalam Ebers Papyrus Volume
13 No 3. Penerbit FK Univiversitas Tarumanegara, 2007:112-123.
8. Departemen Kesehatan RI. Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan
Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Buku Ajar Diare.1999.
9. Acute diarrhea in adults and children : a global perspective. 2013. Diakses dari
www.worldgastroenterology.org tanggal 6 Desember 2013.