1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Persaingan secara global sudah merupakan fakta dari kehidupan
ekonomi dan tidak dibantah lagi bagi para pelaku bisnis. Perkembangan
usaha-usaha di Bali dewasa ini dirasakan semakin maju yang membawa
dampak persaingan yang ketat dalam industri pariwisata termasuk juga dalam
bidang perhotelan. Setiap perusahaan berusaha untuk mencapai tujuannya dan
juga untuk menjaga kontinuitas kehidupan perusahaannya. Untuk menjamin
kesinambungan perusahaan maka perlu adanya perpaduan dari enam aspek
faktor produksi yaitu : man, money, materials, methods, market, dan machine.
Dimana salah satu aspek yaitu man yang berarti sumber daya manusia.
Sumber daya manusia sangat penting di dalam menunjang kemajuan
perusahaan, dalam hal ini sumber daya lain dan kekayaan perusahaan tetaplah
merupakan model yang amat berharga. Tanpa manajemen sumber daya yang
handal, pengelolaan, penggunaan, dan pemanfaatan sumber-sumber lainnya
menjadi tidak berdaya guna dan berhasil guna. Maka dalam keadaan seperti
ini sebuah perusahaan memerlukan pemimpin yang cakap agar mampu
mengantarkan perusahaan untuk mencapai tujuan dan sasaran tertentu yang
telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan perusahaan dapat tercapai tergantung
pada keahlian dalam melaksanakan fungsi perusahaan seperti dalam bidang
produksi, keuangan, personalia, maupun fungsi administrasi.
2. 2
Personalia merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh
pimpinan, mengingat faktor manusia adalah faktor penentu dalam
melaksanakan fungsi-fungsi perusahaan. Selain diperlukannya keahlian dalam
melaksanakan fungsi perusahaan, juga diperlukan kemampuan pimpinan
perusahaan untuk mengkombinasikan fungsi-fungsi tersebut agar dapat
berjalan dengan baik dan lancar. Dari beberapa fungsi yang ada, fungsi
personalia merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh
pimpinan. Maka disini diperlukan adanya kepemimpinan.
Disamping kemampuan memimpin juga faktor komunikasi memiliki
arti penting sebab tanpa adanya kepemimpinan yang disertai dengan adanya
komunikasi tidak akan terjadi interaksi antara orang-orang yang ada dalam
suatu organisasi, penerapan komunikasi dan kepemimpinan tidaklah mudah
dikarenakan situasi dan kondisi masing-masing oleh individu. Oleh karena
itu, tidak jarang ditemukan suatu organisasi mengalami masalah yang
berhubungan dengan komunikasi, baik komunikasi vertikal maupun
komunikasi horizontal. Tidak adanya komunikasi yang baik dalam suatu
organisasi akan menyulitkan atau menghambat pencapaian tujuan perusahaan
atau sebaliknya di dalam suatu organisasi terdapat komunikasi yang baik
dalam artian komunikasi yang terjadi antara pimpinan dan dengan
bawahannya atau antara karyawan akan berakibat mempermudah di dalam
pencapaian tujuan perusahaan.
Selain adanya komunikasi dalam suatu perusahaan juga sangat
ditentukan oleh adanya faktor kepemimpinan, karena kepemimpinan
3. 3
merupakan kunci dari manajemen yang penting dalam pencapaian tujuan
perusahaan secara efisien dan efektif.
Pencapaian tujuan perusahaan merupakan sesuatu yang sangat
diinginkan oleh setiap perusahaan. Tetapi sebaliknya perusahaan yang
memiliki semangat kerja yang rendah akan menyebabkan karyawan akan
mudah menyerah saat terjadi kesukaran. Hal ini akan berlainan jika karyawan
memiliki semangat kerja yang tinggi, karyawan akan berusaha mengatasi
kesukaran berkenaan dengan tugas dan pekerjaannya. Untuk membangun
semangat kerja karyawan guna mencapai tujuan perusahaan, maka
memelihara hubungan yang berkelanjutan dan serasi antara manusia yang ada
dalam perusahaan mutlak diperlukan. Dalam membina hubungan antara
manusia yang ada dalam perusahaan. Tanpa adanya komunikasi dan
kepemimpinan, maka tidak akan terjadi interaksi antara orang-orang yang ada
dalam organisasi itu. Hal ini juga dilakukan di hotel.
Dalam upaya meningkatkan semangat kerja karyawan pada Hotel Melia
Bali Indonesia yang belokasi di kawasan BTDC Nusa Dua, Bali. Pimpinan
menerapkan komunikasi. Sistem komunikasi yang digunakan yaitu komunikasi
ke bawah (downward communication), komunikasi ke at
(upwardcommunication) dan komunikasi horizontal. Komunikasi ke bawah
dimulai dari manajemen puncak mengalir ke bawah melalui tingkatan manajer
sampai kekaryawan paling bawah dengan maksud untuk memberikan
pengarahan, informasi, instruksi, saran, nasehat, dan penilaian kepada bawahan
tentang tujuan dan kebijaksanaan perusahaan. Fungsi komunikasi ke atas
4. 4
adalah untukmemberikan informasi kepada tingkatan manajemen atas tentang
apa yang terjadipada tingkatan bawah, bentuk komunikasi ini berupa laporan,
penjelasan, gagasan, dan permintaan pengambilan keputusan. Komunikasi
mencakup arus informasi kepada orang-orang yang berbeda pada tingkat
hierarki wewenang yang sama (horizontal) dan arus informasi diagonal antar
karyawan pada tingkatan yang berbeda dan tidak mempunyai wewenang
langsung pada pihak lainnya. Pertukaran informasi antara karyawan di dalam
perusahaan sangat membantu dalam usaha menjalin dan mempertahankan atau
mengikat suatu organisasi menjadi satu kesatuan yang utuh dan juga berfungsi
sebagai alat utama untuk mengkordinasikan dan mempersatukan semua bagian
yang ada dalam struktur perusahaan. Berikut ini penyampaian komunikasi
yang dilakukan perusahaan baik lisan maupun tertulis melalui beberapa media:
Jenis penyampaian komunikasi lisan:
1. Mengadakan Briefing setiap pagi yang dipimpin oleh manajer sebelum
semua karyawan melakukan tugas masing-masing baik berupa nasehat,
instruksi, dan pengarahan.
2. Menetapkan agenda rapat setiap akhir bulan yang dipimpin oleh pimpinan
perusahaan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan serta membahas
masalah yang ada.
3. Pimpinan memberikan instruksi langsung kepada karyawan.
Jenis penyampaian komunikasi tertulis:
1. Komunikasi melalui peraturan tata tertib karyawan yang ada dibagikan
kepada seluruh karyawan yang diterbitkan oleh perusahaan.
5. 5
2. Komunikasi melalui papan pengumuman tentang agenda rapat, seminar
dan presentasi.
3. Komunikasi melalui surat perintah yang diterbitkan atasan oleh pimpinan
yang berwenang melalui surat keterangan, email, serta melalui surat
masukdan keluar lainnya yang berhubungan dengan perusahaan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh komunikasi terhadap semangat kerja di Hotel
Melia Bali Indonesia?
2. Apakah ada pengaruh kepemimpinan terhadap semangat kerja karyawan
di Hotel Melia Bali Indonesia?
3. Apakah komunikasi dan kepemimpinan berpengaruh terhadap semangat
kerja karyawan di Hotel Melia Bali Indonesia?
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Dari uraian di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh antara komunikasi terhadap semangat
kerja karyawan di Hotel Melia Bali Indonesia
2. Untuk mengetahui pengaruh antara kepemimpinan terhadap
semangat kerja karyawan di Hotel Melia Bali Indonesia.
6. 6
3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh antara komunikasi dan
kepemimpinan terhadap semangat kerja karyawan di Hotel Melia
Bali Indonesia.
1.3.2 Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini berguna untuk memenuhi salah satu syarat dalam
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Triatma Mulya, Badung dan penerapan teori yang didapat
di bangku kuliah dengan pelaksanaan di lapangan. Penelitian ini
merupakan suatu cara untuk mengevaluasi kemampuan mahasiswa
dalam menganalisis masalah secara ilmiah di bangku kuliah, di
masyarakat dan juga sebagai bahan bacaan di perpustakaan Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Triatma Mulya.
2. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai
alternatif maupun dasar pertimbangan bagi pimpinan perusahaan
maupun staff dalam menentukan langkah-langkah yang diambil
selanjutnya didalam meningkatkan semangat kerja karyawan.
7. 7
1.4 Sistematika Penulisan Skripsi
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang masalah, tujuan dan kegunaan
penelitian serta sistematika penyajian skripsi. Pada bagian akhir
dari sub bab latar belakang masalah disajikan masalah yang
hendak diteliti dalam skripsi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini disajikan landasan teoritis dari masalah yang
hendak dibahas dalam skripsi tersebut. Pembahasan hanya
mengenai teori terbaru.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini mengurai tentang “Hipotesis dan Metode, Penelitian”
kalau penelitian yang dimaksud memerlukan hipotesis.
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap persoalan
yang ingin dibahas dalam skripsi, sehingga cocok ditempatkan
pada bab ini.
8. 8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini diberi judul data dan pembahasan. Kalau judul bab ini
data dan pembahasan, maka tinjauan singkatan dari objek
penelitian atau sejarah perusahaan. Dalam bab ini disajikan
karakteristik sampel dari objek penelitian.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi simpulan yang diperoleh dari hasil pembahasan
dan saran-saran yang diberikan atas simpulan.
9. 9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teoritis
2.1.1 Pengertian Komunikasi
Uchjana (2000:13) menyatakan, Komunikasi adalah proses
penyampaian pikiran atau perasaan dari seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan lambang-lambang yang bermakna sama bagi kedua belah
pihak dalam situasi tertentu untuk mencapai sasaran yang jauh tempatnya
atau banyak jumlahnya. Dan dalam situasi tertentu pula komunikasi
dimaksudkan untuk merubah sikap atau tingkah laku seseorang atau
sejumlah orang sehingga ada efek tertentu yang diharapkan.
Robbins (2001:310) menyatakan, tidak ada kelompok yang dapat
eksis tanpa komunikasi: pentransferan makna dari satu anggota-anggotanya.
Hanya lewat pentransferan makna dari satu orang ke orang lain informasi
dan gagasan dapat dihantarkan. Tetapi komunikasi itu lebih dari sekedar
menanamkan makna tetapi harus juga dipahami.
Handoko (2000:30) menyatakan, komunikasi adalah proses
pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan, informasi seseorang ke
orang lain. Berdasarkan dikemukakan di atas, dapat dinyatakan bahwa yang
dimaksud dengan komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau
perasaan oleh seseorang kepada orang lain dengan tujuan untuk dapat saling
mengerti dalam usaha pencapaian tujuan organisasi.
10. 10
Handoko (2001:34) menyatakan, unsur-unsur komunikasi yang baik
antara lain:
1. Berpikir jelas (clear thingking)
2. Berbicara jelas (clear speaking)
3. Menulis jelas (clear writing)
Dengan demikian dalam proses komunikasi terdapat beberapa unsur pokok
yang meliputi:
1. Komunikator, yakni merupakan sumber informasi dan sekaligus sebagai
penggerak atau memulai terjadinya proses komunikasi.
2. Pesan, yakni simbol komunikasi yang mengisyaratkan informasi yang
ditujukan oleh pengirim untuk disampaikan kepada orang lain sebagai
penerima.
3. Saluran, yaitu media melalui dan dengan apa pesan disampaikan kepada
penerima.
Begitu juga Handoko (2000:89) membedakan dua jenis
komunikasi yang ditinjau dari sifatnya yaitu:
1. Komunikasi informal adalah komunikasi yang dilaksanakan tidak
berdasarkan atau ketentuan dalam struktur organisasi atau peraturan-
peraturan di lingkungan organisasi.
2. Komunikasi formal terjadi berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam
suatu organisasi yang berupa komunikasi vertikal maupun horizontal.
2.1.2 Manfaat Komunikasi
Kartono (1998:86) menyatakan, manfaat komunikasi adalah:
11. 11
1. Menghubungkan semua unsur yang melakukan interaksi sehingga
menimbulkan rasa kesetiakawanan dan loyalitas.
2. Semua jaringan pimpinan langsung mengetahui keadaan bidang-bidang
yang membawahi sehingga berlangsung pengendalian secara
operasional.
3. Meningkatkan rasa tanggung jawab semua anggota dan melibatkan
karyawan kepada kepentingan organisasi.
4. Timbul rasa saling mengetahui dan saling menghargai tugas masing-
masing sehingga meningkatkan rasa kesatuan.
Wijaya (1998: 10) menyatakan, tujuan komunikasi adalah:
1. Apa yang disampaikan oleh komunikator dapat di mengerti. Sebagai
komunikator harus bisa menjelaskan kepada komunikan atau bawahan
dengan sebaik-baiknya atau tuntas sehingga mereka harus dapat
mengikuti apa yang kita maksudkan.
2. Memahami orang lain, sebagai pimpinan harus mengetahui benar
aspirasi bawahan mengenai apa yang diinginkannya, jangan mereka
menginginkan arah untuk pergi ke barat tetapi kita memberikan jalan
pergi ke timur.
3. Supaya gagasan kita dapat diterima oleh orang lain kita harus berusaha
agar gagasan kita dapat diterima oleh orang lain dengan pendekatan
yang persuasif bukan memaksakan kehendak.
4. Menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu. Melakukan sesuatu
itu dapat bermacam-macam mungkin berupa kegiatan. Kegiatan yang
12. 12
dimaksudkan disini adalah kegiatan yang lebih banyak mendorong
namun yang lebih penting adalah bagaimana cara yang baik untuk
melakukannya.
Sedangkan fungsi komunikasi lebih lanjut oleh Wijaya (1998:9)
adalah sebagai berikut :
1. Informasi yaitu pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, pembeberan
berita, data, gambar, fakta dan pesan serta komentar yang dibutuhkan
agar mengerti dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan
dan orang lain supaya dapat mengambil keputusan tepat.
2. Sosialisasi, yaitu penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang
memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota yang
efektif sehingga ia sadar sebagai fungsi sosialnya di dalam masyarakat.
3. Motivasi, yaitu menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek
maupun jangka panjang, mendorong orang menemukan pilihannya dan
keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan
tujuan bersama yang akan dikejar.
4. Perdebatan dan diskusi, yaitu menyediakan dan saling menukar fakta
yang diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan
bukti-bukti relevan yang diperlukan untuk kepentingan umum agar
masyarakat lebih melibakan diri dalam masalah yang menyangkut
organisasi.
5. Pendidikan yaitu pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong
perkembangan intelektual membantu watak dan pendidikan
13. 13
keterampilan atau kemahiran yang diperlukan pada suatu bidang
kehidupan.
Robbins (2001 : 310 - 311) menyebutkan fungsi komunikasi adalah :
1. Kendali: komunikasi bertindak untuk mengendalikan perilaku anggota
dalam beberapa cara, setiap organisasi mempunyai wewenang yang
harus dipatuhi karyawan.
2. Motivasi: komunikasi membantu perkembngan motivasi dengan
menjelaskan kepada karyawan apa yang harus dilakukan bagaimana
mereka bekerja baik dan apa yang dapat dikerjakan untuk memperbaiki
kinerja di bawah standar.
3. Pengungkapan emosional: bagi banyak karyawan kelompok kerja
mereka merupakan sumber utama untuk interaksi sosial, komunikasi
yang terjadi di dalam kelompok itu merupakan mekanisme fundamental
dengan mana anggota-anggota menunjukkan kekecewaan dan rasa puas
mereka oleh karena itu komunikasi menyiarkan ungkapan emosional
dari perasaan dan pemenuhan kebutuhan sosial.
4. Informasi: komunikasi memberikan informasi yang diperlukan individu
dan kelompok untuk mengambil keputusan dengan meneruskan data
guna mengenai dan menilai pilihan-pilihan alternatif.
2.1.3 Penghalang Komunikasi Efektif
Robbins (2001:322-325) menyebutkan ada penghalang komunikasi
efektif, yaitu:
14. 14
1. Penyaringan
Penyaringan mengacu pada pengirim yang memanipulasi informasi
sehingga tampak lebih menguntungkan di mata si penerima.
Kepentingan dan persepsi pribadi mengenai apa yang penting oleh
mereka yang melakukan sintesis (pemadatan) informasi itu
mengakibatkan penyaringan.
2. Persepsi selektif
Persepsi selektif muncul karena penerimaan dalam proses secara
selektif melihat dan mendengar berdasarkan kebutuhan, motivasi,
pengalaman, latar belakang, dan karakteristik mereka yang lain.
3. Definisi
Bila orang merasa terancam, mereka cenderung beraksi dengan cara
yang mengurangi kemampuan mereka untuk mencapai pemahaman
timbal balik. Artinya, mereka menjadi defensif-terlibat dalam perilaku
menyerang orang lain secara verbal, ungkapan-ungkapan yang
sarkastik, terlalu mengadili, dan menanyakan motif-motif orang lain.
Bila individu menafsirkan pesan orang lain sebagai mengancam mereka
sering menanggapi dengan cara yang mengganggu komunikasi yang
efektif.
4. Bahasa
Kata-kata tidak sama artinya pada orang yang berlainan. Makna kata-
kata tidaklah dalam kata-kata itu, maknanya ada pada diri kita. Usia
15. 15
pndidikan dan latar belakang budaya merupakan tiga dari variabel yang
jelas mempengaruhi bahasa yang digunakan seseorang dan definisi
yang dia berikan kepada kata-kata itu.
2.1.4 Indikator – Indikator Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan oleh seseorang
kepada orang lain melalui media tertentu yang menghasilkan sebuah
informasi.
Dalam memahami komunikasi, maka kita harus mengetahui apa saja
indikator dalam mencapai komunikasi yang efektif. Indikator komunikasi
agar efektif ada empat diantaranya:
1. Pemahaman, Merupakan suatu kemampuan memahami pesan secara
cermat sebagaimana yang disampaikan oleh komunikator. Dalam hal ini
komunikan dikatakan efektif apabila mampu memahami secara tepat.
Sedang komunikator dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan
pesan secara cermat.
2. Kesenangan, Apabila proses komunikasi itu selain berhasil
menyampaikan informasi, juga dapat berlangsung dalam suasana yang
menyenangkan ke dua belah pihak. Sebenarnya tujuan berkomunikasi
tidaklah sekedar transaksi pesan, akan tetapi dimaksudkan pula untuk
saling interaksi secara menyenangkan untuk memupuk hubungan insani.
3. Pengaruh pada sikap, Apabila seorang komunikan setelah menerima
pesan kemudian sikapnya berubah sesuai dengan makna pesan itu.
Tindakan mempengaruhi orang lain merupakan bagian dari kehidupan
16. 16
sehari-hari di perkantoran. Dalam berbagai situasi kita berusaha
mempengaruhi sikap orang lain dan berusaha agar orang lain bersikap
positif sesuai keinginan kita.
4. Hubungan yang makin baik, Bahwa dalam proses komunikasi yang
efektif secara tidak sengaja meningkatkan kadar hubungan interpersonal.
Di perkantoran, seringkali terjadi komunikasi dilakukan bukan untuk
menyampaikan informasi atau mempengaruhi sikap semata, tetapi
kadang-kadang terdapat maksud implisit di sebaliknya, yakni untuk
membina hubungan baik.
2.1.5 Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan dalam suatu organisasi merupakan suatu faktor yang
menentukan atas berhasil tidaknya suatu organisasi atau usaha. Sebab
kepemimpinan yang sukses menunjukkan bahwa pengelolaan suatu
organisasi berhasil dilaksanakan dengan sukses pula. Setiap kemampuan
dalam kepemimpinan harus melekat erat pada seorang manager, yang dalam
melaksanakan fungsi kepemimpinan ini berusaha untuk mempengaruhi
tingkah laku dan penampilan dri anggota-anggota organisasinya. Oleh
karena itu manager harus mampu membimbing para anggota organisasinya
untuk bergerak bersama-sama sesuai dengan pembagian tugas yang telah
ditetapkan bagi masing-masing anggota atau bagian dalam organisasi itu.
Menurut Uchjana (2000 : 194) menyatakan Kepemimpinan adalah
suatu proses dimana seorang memimpin (direct), membimbing (guides),
17. 17
mempengaruhi (influences), atau mengontrol (controls), pikiran, perasaan /
tingkah laku.
Menurut Gitosudarmo dan Mulyono (2001:216) “Kepemimpinan bisa
diartikan suatu upaya menanamkan pengaruh dan bukan paksaan untuk
memotivasi karyawan sehingga mereka dapat bekerja sesuatu dengan yang
manager kehendaki yaitu pencapaian tujuan organisasi”.
Menurut Siagian (2002:62) menyatakan bahwa “Kepemimpinan
adalah kemampuan sesorang untuk mempengaruhi orang lain, dalam hal ini
para bawahannya sedemikian rupa sehingga orang lain itu mau melakukan
kehendak pimpinan meskipun secara pribadi hal itu mungkin tidak
disenanginya”.
Kepemimpinan menurut Hamalik (2001: 165) adalah “Suatu proses
pemberian petunjuk dan pengaruh kepada anggota kelompok atau organisasi
dalam melaksanakan tugas-tugas”.
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang mempengaruhi orang lain
yaitu bawahannya sedemikian rupa sehingga orang lain mau melakukan apa
yang dikehendakinya sebagai pimpinan dalam rangka mencapai tujuan
organisasi.
2.1.6 Gaya Kepemimpinan
Studi tentang kepemimpinan ini sejak dulu telah banyak menarik
perhatian para ahli sehingga para ahli membuat teori-teori dan penelitian-
penelitian yang mendukung gaya-gaya kepemimpinan yaitu:
18. 18
1. Studi Lowa yaitu
Studi ini dilakukan pada tahun 1930 oleh Ronald Lippit dan Ralp K.
White dibawah pengarahan Kurt Lewin di Universitas Lowa, hasil
penemuan studi Lowa yaitu: tipe style kepemimpinan diantaranya:
a. Style Otokratis yaitu
Pemimpin yang otoriter bertindak sangat derektif selalu
memberikan pengarahan, dan tidak memberikan kesempatan
timbulnya partisipasi.
b. Style Demokratis yaitu
Pemimpin yang selalu mendorong diskusi dan membuat keputusan.
c. Style Semaunya Sendiri (Leanes Faireo) yaitu
Pemimpin yang memberikan kebebasan yang mutlak pada
kelompoknya (Thoha, 2001:21).
2. Penemuan OHO
Penekanan utama dalam studi kepemimpinan dari Universitas Ohio
(1945) ini adalah para perilaku yang diamati. Dalam hal ini pemimpin
mempunyai dekripsi perilaku atas dua domensi yaitu :
a. Struktur pembuatan inisiatif (initiating structure)
b. Perhatian (consideration) Miftah I hoha, 2001 : 24)
3. Studi Kepemimpinan Michigan
Pada tahun 1947, Pusat Riset Survey Universitas Michigan melakukan
suatu penelitian dari penelitian ini dihasilkan ada 2 orientasi
pengawasan yaitu :
19. 19
a. Pengawasan berorientasi pada produksi
Menekankan pada penggunaan survevisi kekuasaan, legitimasi dan
paksaan menepati jadwal waktu dan penilaian prestasi kerja yang
ketat.
b. Pengawasan yang berorientasi pada karyawan
Menekankan pada pendelegasian wewenang dan tanggung jawab
serta memperhatikan kesejahteraan karyawan (Thoha, 2001: 29).
2.1.7 Syarat-syarat Kepemimpinan
Konsepsi mengenai persyaratan kepemimpinan itu harus selalu dikaitkan
dengan 3 hal penting, yaitu:
1. Kekuasaan ialah kekuatan, otoritas dan legalitas yang memberikan
wewenang kepada pimpinan guna mempengaruhi dan mengatakan
bawahan untuk berbuat sesuatu.
2. Kewibawaan ialah kelebihan, keunggulan keulamaan, sehingga orang
mampu “membawahi” atau mengatur yang lain, sehingga orang tersebut
patuh pada pemimpin dan bersedia melakukan perbuatan-perbuatan
tertentu.
3. Kemampuan ialah segala daya, kesanggupan, kekuatan dan kecakapan
atau keterampilan teknis maupun sosial, yang dianggap melebihi dari
kemampuan anggota biasa (Kartono 2001: 31).
20. 20
2.1.8 Teori Kepemimpinan
Menurut Thoha (2001: 31-45) Kepemimpinan dibagi menjadi 6 teori
diantaranya:
1. Teori Sifat
Analisis ini memusatkan perhatiannya pada pemimpin itu sendiri dan
orang percaya bahwa pemimpin itu dilahirkan bukan dibuat.
2. Teori Kelompok
Teori kelompok ini beranggapan bahwa, supaya kelompok bisa mencapai
tujuan-tujuannya, maka ia harus terdapat pertukaran yang positif antara
pemimpin dan pengikut-pengikutnya.
3. Teori Situasional dan Model Kontijensi
Menurut teori ini yang mempunyai pengaruh terhadap peranan
kepemimpinan adalah kecakapan dan perilaku serta pelaksanaan kerja
dan kepuasan para pengikutnya.
4. Teori Model Kepemimpinan Kontijensi dari Fridler
Model ini berisi tentang hubungan antara gaya kepemimpinan dengan
situasi yang menyenangkan.
5. Teori Jalan Kecil – Tujuan (Path – Goal Theory)
Menurut teori ini kepemimpinan di satu pihak sangat dekat hubungan
dengan motivasi kerja, dan pihak lain berhubungan dengan kekuasaan.
21. 21
6. Teori Pendekatan Sosial Learning dalam Kepemimpinan
Sosial learning merupakan suatu teori yang dapat memberikan suatu
model yang menjamin kelangsungan, interaksi timbal balik antar
pemimpin dan lingkungan serta perilakunya sendiri.
2.1.9 Indikator Kepemimpinan
Indikator–indikator kepemimpinan menurut Martoyo (2000:176-179)
diantaranya:
1. Kemampuan Analitis Kemampuan menganalisa situasi yang dihadapi
secara teliti, matang, dan mantap, merupakan prasyarat untuk suksesnya
kepemimpinan seseorang.
2. Keterampilan Berkomunikasi Dalam memberikan perintah, petunjuk,
pedoman, nasihat, seorang pemimpin harus menguasai teknik-teknik
berkomunikasi.
3. Keberanian Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam organisasi ia
perlu memiliki keberanian yang semakin besar dalam melaksanakan
tugas pokoknya yang telah dipercayakan padanya.
4. Kemampuan Mendengar Salah satu sifat yang perlu dimiliki oleh setiap
pemimpin adalah kemampuannya serta kemauannya mendengar
pendapat dan atau saran-saran orang lain, terutama bawahan-
bawahannya.
5. Ketegasan Ketegasan dalam menghadapi bawahan dan menghadapi
ketidaktentuan, sangat penting bagi seorang pemimpin. Dari beberapa
indikator di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan harus
22. 22
memperhitungkan perasaan para bawahan dan memperhitungkan faktor
kepuasan kerja para bawahan dalam menyelesaikan tugas yang
dipercayakan padanya selain itu kepemimpinan memerlukan ketegasan
dalam menghadapi bawahan dan menghadapi ketidaktentuan,
kemampuan menganalisa situasi yang dihadapi secara teliti, matang,
dan mantap, merupakan prasyarat untuk suksesnya.
2.1.10 Pengertian Semangat Kerja Karyawan
Menurut Moekijat (1999: 130), semangat kerja (moril kerja) adalah
kemampuan sekelompok orang bekerja Sama dengan giat dan konsekuen
dalam mengejar tujuan bersama.
Sedangkan Menurut Nitisemito (1999: 130) Semangat kerja adalah
melakukan pekerjaan secara lebih giat dengan jalan memperkecil
kekeliruan. Kekeliruan dalam pekerjaan, mempertebal rasa tanggung jawab
serta dapat menyelesaikan tugas tepat pada waktunya sesuai dengan rencana
yang ditetapkan.
Berdasarkan beberapa pendapat mengenai semangat kerja diatas
dapatlah dinyatakan bahwa yang dimaksud semangat kerja adalah sikap
mental dari individu maupun kelompok yang menunjukkan kegairahan di
dalam melaksanakan pekerjaannya sehingga mendorong mereka untuk
bekerja sama, bekerja lebih giat dan lebih baik, sehingga dapat memperkecil
kekeliruan-kekeliruan maupun dalam menyelesaikan tugas tepat pada
waktunya, memiliki tanggung jawab atas pekerjaan yang dibebankan
23. 23
kepadanya serta adanya pemahaman dan pengertian yang jelas tentang
tujuan-tujuan perusahaan yang ingin dicapai.
2.1.11 Pengaruh Komunikasi dan Kepemimpinan Terhadap Semangat Kerja
Menurut Nitisemito (1999: 151) menyatakan, komunikasi yang baik
akan memberikan keuntungan seperti:
1. Kelancaran tugas-tugas dapat lebih terjamin
Dengan komunikasi yang baik maka berarti apa yang akan kita
komunikasikan dapat dimengerti sehingga tidak perlu mengadakan
pengulangan berkali-kali atas komunikasi yang telah kita sampaikan.
2. Biaya-biaya dapat ditekan
Selain dapat mengganggu kelancaran tugas-tugas komunikasi yang
kurang baik sering kali dapat menyebabkan bertambahnya biaya.
3. Dapat meningkatkan partisipasi
Agar partisipasi baik harus ada komunikasi timbal balik. Hal ini
berarti menimbulkan unsur pengikut sertaan dari bawahan kepada
perusahaan. Hal ini berarti bawahan dengan komunikasi yang baik
kita dapat meningkatkan prestasi kerja.
4. Pengawasan pada dilakukan dengan lebih baik
Dengan adanya komunikasi yang baik, berarti hubungan antara
pimpinan dan bawahan terjalin baik sehingga pengawasan dari
pimpinan atas tugas-tugas dapat dilakukan dengan baik.
24. 24
4.1.10 Faktor-faktor yang Membentuk dan Mempengaruhi Semangat Kerja
Taufiq (2005:192) menyatakan tinggi rendahnya semangat kerja para
karyawan dalam suatu organisasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1. Hubungan yang harmonis antara pemimpin dan bawahan pimpinan
yang sehari-hari langsung berhadapan dengan para karyawan yang
dihadapinya.
2. Kepuasan para karyawan terhadap tugas dan pekerjaannya karena
memperoleh tugas yang disukai sepenuhnya.
3. Terdapatnya suatu suasana atau iklim kerja yang bersahabat dengan
anggota-anggota lain organisasi, apalagi dengan mereka yang sehari-
hari banyak berhubungan dengan pekerjaannya.
4. Rasa kemanfaatan bagi tercapainya tujuan organisasi yang juga
merupakan tujuan bersama yang harus diwujudkan secara bersama
pula.
5. Adanya tingkat kepuasan ekonomi dan kepuasan materiil lainnya
sebagai imbalan yang dirasakan adil terhadap jerih payah yang telah
diberikan kepada organisasi.
6. Adanya ketenangan jiwa jaminan kepastian serta perlindungan
terhadap segala sesuatu yang dapat membahayakan diri pribadi dan
karier dalam pekerjaan.
25. 25
4.1.11 Indikator Semangat Kerja
Indikator Semangat Kerja Menurut Sugiyono dalam Utomo (2002),
aspek-aspek semangat kerja karyawan dapat dilihat dari beberapa segi,
yaitu:
1. Disiplin yang tinggi. Individu yang memiliki semangat kerja yang
tinggi akan bekerja giat dan sadar akan peraturan-peraturan yang
berlaku dalam perusahaan
2. Kualitas untuk bertahan. Individu yang mempunyai semangat kerja
tinggi, menurut Alport, tidak akan mudah putus asa dalam menghadapi
kesukaran-kesukaran yang timbul dalam pekerjaannya. Hal ini
menunjukkan bahwa individu tersebut mempunyai energi dan
kepercayaan untuk memandang masa yang akan datang dengan baik
yang dapat meningkatkan kualitas seseorang untuk bertahan.
3. Kekuatan untuk melawan frustasi. Individu yang mempunyai semangat
kerja tinggi, tidak memiliki sikap yang pesimistis apabila menemui
kesulitan dalam pekerjaannya.
4. Semangat berkelompok. Adanya semangat kerja membuat karyawan
lebih berfikir sebagai “kami” daripada sebagai “saya”. Mereka akan
saling tolong menolong dan tidak saling bersaing untuk saling
menjatuhkan.
26. 26
2.2 Kajian Empiris
1. Nama Peneliti : Putu Yuni Antari
Judul : Pengaruh komunikasi dan kepemimpinan terhadap
semangat kerja karyawan di PT. BANK MANDIRI
(Persero) TBK. HUB Veteran Denpasar
Lembaga : STIE Triatma Mulya
Tahun : 2007
Hasil : Kepemimpinan (X2) memberikan pengaruh yang
lebih dominan di bandingkan dengan Komunikasi
(X1) TBK. Terhadap semangat kerja Karyawan di
PT. BANK MANDIRI (persero) HUB Veteran
Denpasar, hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien
beta (ß) (X1) 0,371 < nilai koefisien beta (ß) X2
sebesar 0,452.
2. Nama Peneliti : Ni Ketut Putri Adnyani
Judul : Pengaruh komunikasi dan kepemimpinan terhadap
semangat kerja karyawan di Alam Kul-Kul Boutiqe
Resort
Lembaga : STIE Triatma Mulya
Tahun : 2007
Hasil : Kepemimpinan (X2) dan Komunikasi (X1)
memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
secara parsial terhadap Semangat Kerja Karyawan
27. 27
di Alam Kul-Kul Boutiqe Resort. Kepemimpinan
(X2) memiliki pengaruh dominan terhadap
semangat kerja karyawan (Y) di Alam Kul-Kul
Boutique Resort bila dibandingkan Komunikasi
(X2) dank Komunikasi (X1) memberi presentase
lebih besar terhadap semangat kerja Karywan (Y)
di Alm Kul-Kul Boutique Resort daripada variabel-
variabel lain yang tidak di bahas dalam penelitian
ini.
2.3 Kerangka Konseptual & Hipotesis
2.3.1 Kerangka Konseptual
Berkembangnya suatu perusahaan sangat tergantung pada semangat
kerja karyawan yang bersangkutan yaitu bagaimana komunikasi yang
berlangsung dapat mengoptimalkan seluruh sumber daya yang jadi adi
miliki perusahaan. Pemimpin yang mampu membangun komunikasi yang
baik sehingga mempengaruhi semangat kerja karyawan. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa komunikasi dan kepemimpinan merupakan faktor
yang mendorong karyawan untuk bekerja dengan bergaerah dan semangat
kerja yang tinggi yang berakibat untuk pencapaian tujuan perusahaan yang
sesuai harapan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar berikut ini:
28. 28
GAMBAR 2.1
KERANGKA PEMIKIRAN PENGARUH KOMUNIKASI DAN
KEPEMIMPINAN TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN DI
HOTEL MELIA BALI INDONESIA
H 1
H 2
2.3.2 Hipotesis
Dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh positif antara komunikasi terhadap semangat kerja
karyawan pada Hotel Melia Bali Indonesia.
2. Terdapat pengaruh positif antara kepemimpinan terhadap semangat kerja
karyawan pada Hotel Melia Bali Indonesia.
Komunikasi
( X 1 )
Kepemimpinan
( X 2 )
Semangat Karyawan
( Y )
29. 29
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Identifikasi Variabel
1. Variabel Bebas
Variabel yang besarnya tidak dipengaruhi oleh variabel lainnya, dimana
di dalam penelitian ini yang digunakan sebagai variabel babas yaitu
komunikasi (X1) dan kepemimpinan (X2).
2. Variabel Terikat
Variabel yang besarnya dipengaruhi oleh variabel bebas, dimana di
dalam penelitian ini yang digunakan sebagai variabel terikat yaitu
semangat kerja karyawan.
3.2 Definisi Operasional Variabel
3.2.1 Komunikasi
Komunikasi adalah proses penyampaian pemikiran atau perasaan dari
seseorang kepada orang lain dengan pemberian perintah kepada bawahan
dalam situasi lingkungan kerja dimana dalam penerapan komunikasi ini
diharapkan terjadi interaksi antara pimpinan dan bawahannya, maupun
bawahan dengan bawahan dan nantinya akan berdampak baik bagi
kemajuan.
Hotel Melia Bali Indonesiadimana komunikasi ini dapat dilihat
melalui indikator antara lain: Perintah, Teguran, Nasehat dan Arahan,
Pujian, Saran, Laporan, Diskusi, serta Koordinasi.
30. 30
3.2.2 Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan suatu proses dalam membina atau
menggerakkan seseorang atau sekelompok orang agar mau secara ikhlas
untuk melaksanakan suatu kegiatan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan di Hotel Melia Bali Indonesia, dimana kepemimpinan ini dapat
dilihat melalui indikator antara lain: Merencanakan, Pemecahan masalahan,
Motivasi, Tujuan dan Sasaran, Membantu serta Berkonsultasi.
3.2.3 Semangat Kerja
Semangat Kerja adalah sikap mental dari masing-masing karyawan
yang dapat terlihat dari kegairahan dan semangat kerja serta kemauan
karyawan yang tinggi dalam memberikan kontribusi positif, dari
kemampuan karyawan yang dimilikinya kepada Hotel Melia Bali Indonesia
atau mempunyai dedikasi dan loyalitas yang tinggi terhadap perusahaan.
Semangat kerja karyawan dapat dilihat melalui beberapa indikator, antara
lain: Absensi, Kerja sama, Kepuasan, dan Disiplin kerja.
TABEL 3.1
VARIABEL, OPERASIONAL, INDIKATOR DAN ITEM
PERNYATAAN
No
Variabel
Operasional
Indikator Item pertanyaan
1 Komunikasi (X1) 1. Perintah
2. Teguran
3. Nasehat dan
Arahan
4. Pujian
5. Saran
6. Laporan
7. Diskusi
8. Koordinasi
1. Perintah dari atasan
2. Teguran dari atasan
3. Pemberian nasehat
4. Pemberian pujian
5. Penyampaian hasil kerja
6. Penyampaian keluhan-
keluhan
7. Penyampaian saran
8. Koordinasi dengan
teman kerja
31. 31
2 Kepemimpinan
(X2)
1. Merencanakan
2. Pemecahan
masalahan
3. Motivasi
4. Tujuan dan
sasaran
5. Membantu
6. Berkonsultasi
1. Merencanakan
2. Pemcahan masalah
3. Motivasi terhadap
bawahan
4. Menjelaskan tujuan dan
sasaran
5. Membantu pekerjaan
bawahan
6. Berkonsultasi tentang
pekerjaan
3 Semangat Kerja
Karyawan (Y)
1. Absensi
2. Kerja sama
3. Kepuasan
4. Disiplin kerja
1. Absensi
2. Kerja sama antar
karyawan
3. Kepuasan terhadap
pembagian kerja
4. Kepuasan terhadap
lingkungan kerja
5. Kepuasan terhadap
jaminan
6. Kepatuhan terhadap jam
kerja
7. Kepatuhan terhadap
perintah atasan
Sumber: Gorda (2002); Heidjrachman (2002); Taufiq (2000)
3.3 Jenis dan Sumber Data
3.3.1 Jenis Data
1. Data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka-angka dan dapat
dihitung secara sistematis seperti pengelompokkan data dari jawaban
responden yang telah diberi bobot.
2. Data kualitatif, yaitu data mengenal penggolongan dalam hubungannya
dengan kualitas atau sifat tertentu. Seperti penilaian responden terhadap
kepemimpinan pada Hotel Melia Bali Indonesia.
32. 32
3.3.2 Sumber Data
1. Data primer, yaitu data yang langsung diperoleh melalui perusahaan
yang dicatat dan diamati oleh peneliti yang mana hasilnya digunakan
langsung untuk menyusun skripsi.
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh oleh peneliti dalam bentuk
yang sudah jadi dan peneliti tinggal menggunakan saja seperti :
Contoh: job description, struktur organisasi, sejarah perusahaan, data
absensi karyawan.
3.4 Prosedur Pengumpulan Data
1. Wawancara
Merupakan metode pengumpulan data dengan melakukan wawancara
atau tanya jawab langsung dengan responden untuk mendapatkan data
yang berkaitan dengan masalah penelitian.
2. Studi Dokumentasi
Merupakan metode pengumpulan data dengan mencari data-data
melalui dokumen-dokumen yaitu catatan-catatan, transkrip, perusahaan,
struktur organisasi dan sejarah perusahaan, data absensi karyawan.
3. Kuesioner
Merupakan cara pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner yang
akan dijawab oleh responden untuk mendapatkan data yang diperlukan
di dalam penelitian. Adapun pendistribusiannya akan disebarkan
melalui pihak Human Resources Department setelah terlebih dahulu
diberikan oleh peneliti. Untuk pembobotan nilai kuesioner ini akan
33. 33
digunakan skala likert. Dengan skala likert maka variabel yang akan
diukur di jabarkan menjadi indikator tersebut dijadikan titik tolak untuk
menyusun item-item instrument yang berupa pertanyaan. Jawaban
setiap instrument yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi
dari sangat setuju sampai tidak setuju. Sangat setuju diberi skor 5,
setuju diberi skor 4, kurang setuju diberi skor 3, tidak setuju diberi skor
2, sangat setuju diberi skor 1 (Sugiyono, 2004:57).
3.5 Prosedur Penentuan Sampel
Menurut Sugiyono (2005:72), “Populasi merupakan wilayah
generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya”. Pada penelitian ini jumlah populasi adalah
601 karyawan. Jumlah yang akan digunakan sebagai sampel penelitian ini
adalah sebanyak 15% dari seluruh anggota populasi atau sebanyak 90
responden. Hal ini mengacu pada Arikunto (2002: 46) menyatakan “Apabila
subjek kurang dari 100, lebih baik subjek diambil semua sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah
subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau 50%”.
Berikut ini adalah komposisi karyawan di Hotel Melia Bali Indonesia
berdasarkan departemen:
34. 34
TABEL 3.2
JUMLAH KARYAWAN HOTEL MELIA BALI INDONESIA
No Departement
Jenis
Kelamin Populasi
Total
Sampel
15 %L P
1 Admin & HRD 11 25 36 6
2 Housekeeping 69 65 134 20
3 Sales & Marketing 14 9 23 6
4 Front Office 55 24 79 15
5 Engineering 60 1 61 9
6 Accounting 43 10 53 8
7 Security 16 - 16 5
8 F & B Service 85 29 114 17
9 F & B Product 76 9 85 13
Total 429 172 601 90
Sumber: Hotel Melia Bali Indonesia
3.6 Teknik Analisis
Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis parametrik
kuantitatif yang mana dapat dilakukan penyebaran kuesioner, yang mana
kemudian hasil dari kuesioner dilakukan data. Yang kemudian akan diolah
data tersebut dengan alat analisis dengan bantuan program computer satistic
for social science (SPSS) 19.0 for windows sebagai berikut:
1. Uji Validitas dan Reabilitas Instrument Penelitian
Pengujian validitas dan reabilitas terhadap instrument-instrument di
dalam kuesioner sangatlah penting dilakukan untuk memperoleh hasil
penelitian yang valid dan realibel karna syarat mutlak untuk
mendapatkan hasil dalam penelitian. Suatu instrument penelitian dapat
dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang ingin diukur dan
35. 35
dapat mengungkapkan data dari variabel-variabel yang diteliti secara
tepat. Masrun (dikutip Arikunto 2002: 110) menyatakan bahwa
“ketentuan suatu instrument dikatakan valid apabila memiliki koefisien
korelasi pearson product moment (r0 0,3 dengan alpa sebesar 0,005”,
Penyelesaian pengujian validitas menggunakan paket sub-program
indeks yang menunjukan sejauh mana alat ukur dapat di percaya atau
dapat di handalkan untuk mengukur berbagai aspek dari suatu variabel
penelitian. Suatu instrument dikatakan reliabel atau handal, apabila
memiliki koefisien reabilitas (a) sebesar 0,60 atau lebih. (Arikunto, 2002:
129).
2. Analisis Korelasi Parisial
Teknik ini digunakan untuk mengukur derajat hubungan antara
masing-masing variabel bebas (X) yaitu komunikasi (X1) dan
kepemimpinan (X2) terhadap semangat kerja karyawan (Y) apabila
variabel lain dianggap konstan. Menurut Hasan (2003:268), korelasi
paresial di rumuskan sebagai berikut:
r = ry1- .ry1ry2
√(1 − 𝑟2 𝑦1)(1 − 𝑟212)
korelasi antara Y dengan X1 apabila X2 konstan
ry2 . 1ry1- .ry1ry2
√(1 − 𝑟2 𝑦1)(1 − 𝑟212)
Korelasi antara Y dengan X2 apabila X1 konstan
Keterangan:
36. 36
r = korelasi antara Y (semangat kerja karyawan) dengan X1
(komunikasi) apabila X2 (kepemimpinan) konstan
r = korelasi antara Y (kinerja karyawan) dengan X2
(kepemimpinan) apabila X1 (komunikasi) konstan
r = korelasi variabel X1 (komunikasi) terhadapY (semangat kerja
karyawan)
r = korelasi variabelX2 (kepemimpinan) dengan Y (semangat
kerja karyawan)
r12 = korelasi X1 (komunikasi) dengan X2 (kepemimpinan)
3. Analisa Korelasi Berganda
Alat analisa ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan yang kuat antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
Dengan rumus menurut Sugiyono (2001:1900) adalah sebagai berikut:
√
𝑟𝑦𝑥1 𝑥2= 𝑟2 𝑦𝑥1−𝑟2 𝑦𝑥2−2𝑟𝑦𝑥1 𝑟𝑦𝑥2.𝑟𝑥1 𝑟𝑥2
1− 𝑟2 𝑥1 𝑥2
Ryx1x2 = korelasi antara variabel bebas yaitu komunikasi (X1) dan
kepemimpinan (X2) secara bersama-sama dengan variabel terikat
yaitu (semangat kerja karyawan)
Yang mana:
r = korelasi product moment antar variabel bebas yaitu
komunikasi (X1) dengan semangat kerja karyawan (Y).
r = korelasi product moment antar variabel bebas yaitu
kepemimpinan (X2) dengan semangat kerja karyawan (Y).
rx1x2 = korelasi product moment antar variabel bebas yaitu
komunikasi (X1) dengan kepemimpinan (X2)
37. 37
Adapun penafasiran besarnya koefisien yang akan dipakai dalam
penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
TABEL 3.3
INTERPRESTASI KOEFISIEN KORELASI
No. Besarnya nilai r Interprestasi
1 Antara 0,00 sampai dengan 0,19 Korelasi lemah sekali
2 Antara 0,00 sampai dengan 0,19 Korelasi lemah sekali
3 Antara 0,00 sampai dengan 0,19 Korelasi lemah sekali
4 Antara 0,00 sampai dengan 0,19 Korelasi lemah sekali
5 Antara 0,00 sampai dengan 0,19 Korelasi lemah sekali
Sumber: Sugiyono (2008:184
Apabila r positif (+), maka korelasi antara variabel bebas (X1)
dengan variabel terikat (Y) bersifat searah. Sedangkan jika nilai r negatif
(-) maka korelasi antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y)
bersifat berlawanan arah.
4. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi
pada analisis regresi linear berganda yang berbasis Ordinary least square
disebut sebagai model yang baik jika model tersebut memenuhi beberapa
asumsi yang kemudian disebut sebagai dengan asumsi klasik dilakukan
bersama dengan proses uji regresi sehingga langkah-langkah yang
dilakukan dalam pengujian asumsi klasik menggunakan langkah kerja
yang sama dengan uji regresi.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sebaran berasal
dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Pengujian dilakukan
38. 38
terhadap masing-masing variabel X1, X2 dan Y. Ratio swekness dan
kurtosis di antara -2 dan 2, maka dapat disimpulkan bahwa distribusi
bersifat normal.
b. Uji Multikolinearitas
Multikolinearlitas menunjukkan adanya korelasi linear yang
sempurna diantara beberapa atau semua variabel independen.
Idealnya variabel-variabel independen dari persamaan regresi tidak
memiliki korelasi satu dengan yang lainnya. Kalaupun terdapat
korelasi antara variabel yang independen maka tingkat korelasi
tersebut harus rendah agar tidak terjadi masalah akibat
mulyikolinearlitas Frisch dalam Gujarati (2005:126) mengemukakan
bahwa: “multikolinearlitas berarto adanya hubungan linear yang
sempurna atau pasti di atas beberapa atau semua variabel yang
menjelaskan dari kode regresi”. Menurut Subiyanto (2000: 209),
konsekuensi yang ditimbulkan dari adanya multikolinearlitas ini
adalah:
1. Apabila terhadap kolenieritas sempurna diantara variabel x,
maka koefisien regresi menjadi tak tertentu dengan tingkat
kesalahan standar yang tak terhingga.
2. Jika terdapat kolinearitas dengan tingkat yang tinggi, tetapi tidak
sempurna, maka penafsiran koefisien regresi adalam mungkin,
tetapi kesalahan standarnya cenderung besar sehingga nilai
populasi dari koefisien tidak dapat ditafsirkan dengan tepat uji
39. 39
multikolinearitas juga dapat dilakukan dengan melihat telorance
value dan variabel inflation factor (VIF) multikolinearitas terjadi
jika nilai VIF diatas nilai 10 atau tolerance value dibawah 0,01
(hiedjrachman, 2005:204).
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas adalah untuk melihat apakah terdapat
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Model regresi yang memenuhi persyaratan
dimana terdapat kesamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap atau disebut homoskedastisitas.
Satu asumsi penting dari model regresi linier klasik adalah adanya
gangguan (disturbance) error term (e) yang muncul dalam fungsi
regresi populasi adalah homoskedastisitas yaitu semua gangguna tadi
mempunyai variance yang sama.
5. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis ini digunakan untuk mengetahui berubahnya variabel
terikat yang dipengaruhi oleh variabel-variabel bebas secara serempak
dengan rumus menurut Hasan (2003: 270) yaitu:
Y = a+b1x1+b2x2…………………………………………………………………......... ( 1 )
Dimana:
Y = variabel terikat (semgant kerja)
A = bilangan konstanta
b1= koefisien regresi variabel x1
40. 40
b2 = koefisien regresi variabel x2
x1 = komunikasi
x2 = kepemimpinan
Dimana rumus untuk memperoleh bilangan konstanta (a) dan
koefisien pengaruh (b) adalah sebagai berikut:
a = Y – b1x1-b2x2
Sedangkan rumus untuk mendapatkan koefisien pengaruh (b) adalah:
𝑏1 =
(∑ 𝑥1
2
).(∑ 𝑥1 𝑦1 )−(∑ 𝑥1 𝑥2).(∑ 𝑥2 𝑌)
(∑ 𝑥1
2).(∑ 𝑥2
2)−(∑ 𝑥1 𝑥2)2 ……………………………………( 2 )
𝑏2 =
(∑ 𝑥1
2
).(∑ 𝑥1 𝑦1)−(∑ 𝑥1 𝑥2).(∑ 𝑥2 𝑌)
(∑ 𝑥1
2).(∑ 𝑥2
2 )−(∑ 𝑥1 𝑥2)2 ………………………………( 3 )
6. Analisis Determinasi Berganda
Adalah alat bantu untuk mengukur besar kecilnya pengaruh atau
kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat yang dinyatakan
dengan presentase dalam rumus yang dikemukan oleh Sudjana
(1998:246) sebagai berikut:
D = R2 x 100%................................................................( 4 )
Dimana:
D = Koefisien determinasi
R = koefisien korelasi berganda
41. 41
Yang mana nilai D merupakan kuadrat dari t, maka kofisien
determinasi tidak pernah negatif dan paling besar sama dengan satu
(0<D<1)
7. Analisis t-test
Analisis t-test digunakan untuk menguji hipotesis pertama dan
kedua yaitu pengaruh variabel X1X2 secara parsial terhadap variabel Y.
Adapun langkah-langkah analisis menurut Algifari (2000:19) adalah
sebagai berikut:
a. Menentukan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha)
Ho: ß<0, berarti tidak pengaruh yang positif dan signifikan antara
komunikasi dan kepemimpinan terhadap semangat kerja karyawan.
Ha: ß>0, berarti ada pengaruh positif dan signifikan antara
komunikasi dan kepemimpinan terhadap semangat kerja karyawan.
b. Menentukan level of significant dalam penelitian ini tingkat
kesalahan (a) ditentukan 5%.
c. Menentukan t-hitung dengan rumus :
t =
b
sb
……………………………………………………… ( 5 )
t = t- yang hitung
b = koefisien regresi
sb = kesalahan standar koefisien regresi
Rumus untuk memperoleh sb (kesalahan standar koefisien regresi)
adalah sebagai berikut:
42. 42
𝑆𝑏 =
√( 𝑋2 )−( 𝑥)2
n
………………………………………………. (6)
Sedangkan rumus untuk memperoleh nilai Se (kesalahan standard
estimasi) adalah sebagai berikut :
𝑆𝑒 =
√( 𝑋2)−( 𝑥)2
n−2
………………………………………………. (7)
Keputusan : nilai t-hitung dibandingkan t-tabel adalah apabila t-
hitung lebih besar daripada nilai t-tabel maka keputusannya menolak
hipotesis nol (Ho) dan menerima hipotesis alternative (Ha). Ini
berarti terdapat pengaruh antara variabel bebas dengan variabel
terikat, sebaliknya jika nilai t-hitung lebih kecil dari pada t-tabel
maka keputusannya menerima hipotesis nol (Ho) dan menolak
hipotesis alternatif (Ha), yang berarti tidak ada pengaruh antara
variabel bebas terhadap variabel terikat. Selain apabila signifikan ()
≥ a (0,05) maka terdapat pengaruh yang tidak signifikan dan
sebaliknya apabila () ≥ a (0,05) maka terdapat pengaruh signifikan.
GAMBAR 1
KURVA NORMAL DISTRIBUSI UJI T
Daerah Penolakan Ho
Type equation here.
Daerah terima Ho
0 Ttabel (0,05 : df)
Sumber : Alfagari (2000:19)
43. 43
3.7 Jadwal Penelitian
No Kegiatan BULAN I BULAN II BULAN III
1 Persiapan
2 Pengumpulan data
3 Pembuatan bab I +
Bimbingan
4 Pembuatan bab II dan III +
Bimbingan
5 Pembuatan bab IV dan V +
Bimbingan
6 Pengetikan ulang
7 ACC dari pembimbing
8 Daftar ujian
44. DAFTAR PUSTAKA
A.M. Kadarman 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta Penerbit PT.
Prenhallindo.
Alex S. Nitisemito 2000. Manajemen Personalia, Jakarta: Penerbit Ghalia
Indonesia Algifari 2001. Arralisis Regresi. Yogyakarta: Penerbit BPFE
UGM
Ruchari Zainun 2000. Manajemen dan Motivasi. Jakarta: Penerbit Rajawali
Domi C. Matutita 2003. Pekepmimpinan dalam Orgatrisasi. Terjamahan Jusuf
Udaya. Jakarta: Penerbit PT. Prenhallindo
Gorda 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan I Denpasar: Penerbit
Widya Kriya Gematama
Gito Sudarmo dan “Nyoman Sudita 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia:
Surabaya: Penerbit CV. Citra Media
Heidjrachman dan Sjuad Huasnan 2005. Pengantar Marurjemen. Malang:
Penerbit Unibraw
Husein Umar 2001. Sumber Daya Manusia dalam Organisasi. Jakarta: Penerbit
PT. Gramedia Pustaka Utama
Jusuf Udaya 2003. Manajemen Personalia. Yogyakarta: Penerbit Rajawali Pers
Kartini Kartono 2003. Pemimpin dan Kepemimpinan. Edisi Baru. Jakarta:
Penerbit Ghalia Indonesia.
M. Manullarig 2002. Perilau Organisasi. Surabaya: Penerbit CY C1tulYfldtd
Newstrom dan David 2003. Manajemen Mid 1. Penerbit PT. Andi Yogyakarta
Bekerjsama dengan Jhon Willey dan Soans (ASIA).
Onong Uchjana Effendy, Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Penerbit
CV. Alfabeta
Pramudya Sanu 2005. Pengantar Manajemen, Jakarta: Penerbit Liberty
Soekidjo Notoasmojo 2003. Kepemimpinan dalam Organisasi. Surabaya: penerbit
Bumi Aksara
Syarifuddin Alwi 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung Penerbit
Rineka Cipta
Sayuti Hasibuan 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung: Penerbit
BPFE
Suharsimi Arikunto 2002. Prosedur Penelitian Suatu Organisasi Praktis, Jakarta:
Rineka Cipta
Sri Soekerni 2002. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Perilakunya. Cetakan
VII. Jakarta: Raja Grafindo Persada