Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya bertutur santun dalam kehidupan. Namun, ada yang menggunakan tutur santun untuk melakukan penipuan. Dokumen ini menyarankan untuk selalu memiliki niat baik agar tidak terpengaruh oleh tipu daya orang lain dan mengikuti teladan Rasulullah dalam berbicara dan bertindak.
Indikator :
3.6.1 Mendeskripsikan makna perilaku jujur dalam
kehidupan sehari-hari
3.6.2 Mengidentifikasi dalil naqli perilaku jujur dalam
kehidupan sehari-hari
3.6.3 Mengemukakan contoh perilaku jujur Rasulullah
dalam kehidupan sehari-hari
3.6.4 Menjelaskan manfaat dan hikmah perilaku jujur
dalam kehidupan sehari-hari
Indikator :
3.6.1 Mendeskripsikan makna perilaku jujur dalam
kehidupan sehari-hari
3.6.2 Mengidentifikasi dalil naqli perilaku jujur dalam
kehidupan sehari-hari
3.6.3 Mengemukakan contoh perilaku jujur Rasulullah
dalam kehidupan sehari-hari
3.6.4 Menjelaskan manfaat dan hikmah perilaku jujur
dalam kehidupan sehari-hari
Ancaman keras bagi pelaku zina menurut pandangan islam adalah karena zina merupakan perbuatan tercela yang dapat menurunkan derajat dan harkat kemanusiaan secara umum
Ancaman keras bagi pelaku zina menurut pandangan islam adalah karena zina merupakan perbuatan tercela yang dapat menurunkan derajat dan harkat kemanusiaan secara umum
Anak-anak terlahir dalam fitrah. Orang tua lah yang akan mewarnai kepribadian anak. Namun saat ini kita menjumpai anak yang jauh dari Islam. Dan hal tersebut adalah masalah peradaban, bukan hanya masalah kedua orang tua.
!! Satu hal lagi mengenai bertutur santun dalam islam
1. SATU HAL LAGI TENTANG BERTUTUR SANTUN
Oleh : Drs. H. WINARTO, M.M.
Kepala badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa
Kabupaten Tulungagung
Seperti telah diuraikan dalam tulisan yang lalu, bertutur santun merupakan
budaya yang perlu dikembangkan dalam hidup dan berkehidupan. Dalam
kehidupan sehari - hari sudah banyak contoh tutur santun yang ditunjukkan oleh
para kyai, para ulama, para tokoh, kaum cendikia, para pemikir, dll. Itu semua
dapat kita jadikan referensi dalam upaya pengembangan budaya bertutur
santun dan bisa menjadi motivasi bagi kita untuk menjadi pribadi yang terpuji.
Pada saat kita sudah mengembangkan budaya bertutur santun muncul
sebuah persoalan. Persoalan itu adalah adanya sebuah fakta / fenomena sosial
yang menggunakan tutur santun sebagai tipu daya, kedok dalam melakukan
tindak kejahatan. Banyak peristiwa yang terjadi di masyarakat yang
menunjukkan adanya fenomena / fakta seperti itu. Dengan kedok yayasan
yang menggunakan label – label tertentu dan janji – janji yang menggiurkan
(bonus keuntungan besar, uang cepat berkembang, layanan berkelas, dll),
tetapi di baliknya terdapat niat jahat (penipuan).
Sayangnya ketika banyak kejadian telah dialami oleh warga masyarakat,
orang lain masih sering terpengaruh oleh bujuk rayu dan penampilan menawan
dari pembawa program, sehingga percaya dan menjadi korban berikutnya.
Kejadian seperti ini terulang dan terulang lagi karena lihainya orang yang
membawa program tersebut. Akibat dari peristiwa itu sampai muncul senda
gurau di masyarakat seperti , “ Buah kedondong kulitnya bagus tetapi isinya
tidak baik, sedangkan buah durian kulitnya berduri tetapi isinya nikmat.”
Terhadap contoh senda gurau di atas tentulah terdapat berbagai
pendapat karena setiap yang berpendapat bisa menyampaikan
argumentasinya. Itulah sebabnya perlu dicarikan solusi terbaik dalam
menyikapinya dan kita tetap bisa mengembangkan Kultur Khusnudhon.
Dalam konteks berpikir positif (khusnudhon), orang yang telah lulus diklat
dalam Bulan Suci Ramadhan, tentulah dia dapat mencapai derajat Muttaqin
dan menjadi Insan Kamil (Manusia Paripurna). Orang yang seperti ini tentulah
memiliki sifat ikhlas, ikhsan, dan dibarengi dengan satunya kata (tutur), pikiran,
2. hati, dan perbuatan. Karena itu ketika dia berucap A, pikiran yang ada adalah
A, demikian pula hati dan perbuatannya juga A.
Berbicara tentang derajat muttaqin, sebenarnya kita telah memiliki
referensi yang sempurna yaitu sifat – sifat Rasulullah yaitu Sidiq, Amannah,
Tabligh, dan Fatanah. Tentulah tidak mungkin kita bisa menyamai bahkan
mendekati pun sulit karena Rasulullah adalah insan yang terjaga, sementara kita
adalah manusia biasa yang tidak lepas dari noda dan dosa. Walaupun
demikian kita harus berusaha agar dapat mengikuti jejak Rasulullah seberapa
pun kadarnya. Dengan demikian ketika seseorang telah mencapai predikat
Muttaqin, Insyaallah akan memperoleh hidayah dari-Nya dan tidak akan
melakukan hal – hal yang keluar dari koridor Islami. Lebih dari itu, orang yang
Muttaqin akan memperoleh kemuliaan di mata Allah. Bukankah Allah telah
berfirman, “ Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah
orang yang paling bertaqwa.” (Al hujurat : 13).
Berbagai fenomena sosial yang ada sebenarnya dapat dikembalikan
kepada persoalan yang utama yaitu Niat. Segala sesuatu bergantung kapada
niatnya. Bahkan kalau kita benar – benar memiliki niat yang baik, Islam
membolehkan kita berbohong tetapi ada syaratnya. Syarat itu adalah :
1. Bertujuan untuk mendamaikan orang / pihak yang berselisih. Sebut saja yang
berselisih adalah A dan B. Sebagai penengah di antara keduanya, C, bisa
membohongi A maupun B dengan maksud agar keduanya bisa berdamai.
2. Bertujuan untuk menyenangkan / menjaga perasaan suami / istri atau mitra
kita. Ketika seorang istri sudah susah payah memasak dan menyediakan
makanan / minuman kepada suami, seharusnya suami berterima kasih dan
menyatakan betapa nikmatnya masakan istri seperti apa pun rasanya.
Demikian pula sebaliknya.
3. Bertujuan untuk menyelamatkan jiwa / nyawa seseorang. Ketika ada orang
yang sedang marah besar dan akan membunuh tetangga kita, sedangkan
kita mengetahui niat orang itu, kita bisa berbohong kepada orang itu
dengan menyatakan bahwa tetangga kita telah pindah rumah yang tidak
diketahui alamatnya.
3. Pada akhirnya mari kita baca dan dalami makna Surat Al Baqoroh ayat
256 :
Yang artinya, “ Tidak ada paksaan dalam (menganut) Agama Islam.
Sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar daripada jalan
yang sesat. Barang siapa ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah,
maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang
tidak akan lepas. Dan Allah Maha Mendengar, Mengetahui. ” Dari ayat tersebut
sebenarnya kita dapat mengambil kesimpulan bahwa hidup itu adalah pilihan.
Hanya ada dua pilihan dalam hidup, yaitu “ The Best Choice ” (Kebenaran) dan
“ The Worse Choice ” (Keburukan) dan tentu masing – masing ada
konsekuensinya, yaitu pahala atau dosa, surga atau neraka.
Wallahu a’lam bishowab