1. HUKUM SEDEKAH KEPADA SANAK KELUARGA
Sedekah dibagi menjadi dua : sedekah tathowu’ ( yang tidak wajib ) dan sedekah wajib . Untuk sedekah
tathowu’, para ulama menyimpulkan dari kisah Abu Tolhah dan Zaid bin Haritsah di atas, bahwa
seseorang dibolehkan, bahkan dianjurkan untuk bersedekah kepada sanak saudara yang
membutuhkah[].
Sedekah kepada sanak saudara ini , paling tidak mempunyai dua keistimawaan :
1.Sedekah tersebut bisa menguatkan jalinan silaturahmi diantara keluarga. Karena manusia akan
merasa senang jika ada seseorang yang membantunya untuk di dalam memnuhi kebutuhannya, apalagi
yang membantu tersebut adalah dkeluarga dekatnya. Dia akan merasa bangga mempunyai keluarga
yang mau memperhatikan satu dengan yang lainnya. Jelas hal ini akan menguatkan hubungan antar
keluarga.
2. Begitu juga, perasaan orang yang menginfakkan akan lebih tenang dan merasa senang, karena dia
mampu membantu saudaranya yang membutuhkan. Dia juga merasa tenang karena sedekahnya telah
diterima oleh orang yang berhak menerimanya. Di dalam sebuah hadits disebutkan bahwa dua wanita
yaitu Zainab istri Abdullah bin Mas’ud dan Zainab istri Abu Mas’ud bertanya kepada Rosulullah saw
tentang sedekah kepada suami dan anak . Rosulullah saw bersabda : “ Keduanya mempunyai dua pahala ;
pahala menjalin silatrahmi, dan pahala sedekah “ []
Adapun sedekah wajib, para ulama telah sepakat bahwa hal itu tidak boleh diberikan kepada orang yang
menjadi tanggungannya, seperti anak dan istri.
Kenapa tidak boleh ? Banyak alasannya, diantaranya adalah :
1/ Dengan mengambil sedekah wajib dari orang yang menanggungnya , mereka ( anak dan istri ) menjadi
orang yang berkecukupan, dengan demikian, tidaklah perlu mereka diberi nafakah lagi .
2. 2/ Mereka ( anak dan istri ) sudah cukup dengan nafakah yang diberikan suami atau orang tua mereka,
sehingga tidak berhak lagi mendapatkan harta sedekah, karena harta sedekah ( wajib ) hanya diberikan
kepada orag-orang yang membutuhkan. []
Jika ada pertanyaan : bagaimana hukum seorang istri memberikan sedekah wajib kepada suami dan
anak ?
Jawabannya : bahwa para ulama dalam hal ini masih berselisih pendapat , akan tetapi pendapat yang
lebih mendekati kebenaran bahwa hal itu dibolehkan, karena seorang istri tidak berkewajiban
memberikan nafkah kepada suami dan anaknya [] , selain itu dikuatkan juga dengan hadits Zaenab istri
Abdullah bin Mas’ud di atas.
Dari situ juga bisa diambil kesimpulan bahwa seorang istri jika ingin meninfakkan hartanya tidak perlu
ijin kepada suaminya, karena hartanya merupakan haknya pribadi. []
Hadist di atas juga menunjukkan bahwa seseorang sebelum bersedekah dianjurkan untuk meminta
pendapat para ulama dan tokoh masyarakat tentang bagaimana menaruh sedekah dan yang terkait den
Ngannya
SEDEKAH MELIPUTI SELURUH AMAL SHOLEH
Ibnu Umar ra berpendapat bahwa sedekah / infak pada ayat di atas mencakup sedekah/ infaq wajib dan
sedekah tathowu’ ( yang tidak wajib ) .
Tetapi, menurut hemat saya, infak atau sedekah di atas mencakup seluruh amal sholeh yang bermanfaat
bagi orang lain, seperti membantu orang yang kesusahan, dl, . Pendapat ini dikuatkan dengan apa yang
disebutkan Ibnu Al Arabi di dalam Ahkam Al Qur’an ‘ bahwa sedekah di atas meliputi seluruh amal
perbuatan baik , kemudian beliau mengatakan : « Inilah pendapat yang benar, karena ayat di atas
bersifat umum « []
Pendapat ini dikuatkan juga dengan sebuah hadist bahwasanya Rosulullah saw bersabda : « Setiap
perbuatan baik yang bermanfaat bagi orang lain adalah sedekah « . []
Diantara contoh- contoh sedekah yang berupa amal sholeh yang bermanfaat bagi orang lain adalah
sebagai berikut :
1. Bertasbih , bertakbir , bertahmid dan bertahlil – Para ulama menyebutkan bahwa amalan di
atas disebut sedekah karena pahala orang yang mengerjakannya sebagaimana pahala orang
yang bersedekah, atau karena amalan tersebut membuatnya bersedkah pada dirinya sendiri. []
2. Amar Ma’ruf dan Nahi Mungkar – Setiap kali seseorang berbuat Amar Ma’ruf dan Nahi
Mungkar ,maka dihitung satu sedekah. Amalan ini jauh lebih mulia dan lebih utama , serta
pahalanya lebih banyak dibanding dengan amalan yang pertama, karena yang pertama ( tasbih
dst ) hukumnya sunnah sedangkan yang kedua ( amar ma’ruf dst ) hukumnya fardhu kifayah
dan kadang berubah menjadi fardhu ‘ain. Sebagaimana telah diketahui bahwa pahala amalan
wajib jauh lebih besar dibanding dengan pahala amalan yang sunnah.
3. Bahkan Imam Haramain , salah seorang ulama besar dari kalangan Madzhab Syafi’i
mengatakan : « Pahala amalan wajib lebih utama sebanyak tujuh puluh ( 70 ) derajat diatas
amalan sunnah«.[] Beliau merujuk pada hadist Qudsi bahwasanya Allah swt berfirman : « Tidak
ada dari amalan hamba-Ku yang lebih Aku cintai dari pada amalan yang Aku wajibkan kepada-nya
« []Selain itu Amar Ma’ruf Nahi mungkar manfaatnya bisa dirasakan orang banyak sedangkan
tasbih dan tahmid manfaatnya hanya dirasakan dirinya sendiri.
3. Menyalurkan Syahwatnya pada tempat yang halal. – Para ulama menyebutkan bahwa hal-hal
yang mubah bisa berubah menjadi sebuah ibadah dan ketaatan hanya dengan niat yang baik.
Jika seseorang menyalurkan syahwatnya pada tempat yang halal dan berniat
melaksanakanperintah Allah untuk menggauliistrinya dengan baik, atau mengharap anak yang
sholeh, atau untuk menjaga dirinya dan istrinya dari perbuatan haram, maka terhitung ibadah
yang mendapatkan pahala dari Allah swt. []
4. Beristighfar
5. Menyingkirkan batu atau duri atau hal-hal lain yang membahayakan orang lain dari jalan.
6. Membantu orang yang kesusahan.
7. Tidak mengerjakan maksiat atau kejahatan.
8. Membantu orang lain mengangkat barang ke atas kuda atau mobil.
9. Berbicara baik dan sopan.
10. Berjalan menuju masjid .