3. Hampir setiap orang menginginkan rezeki berlimpah
dalam menjalani kehidupan dunia, bahkan diwajibkan
bagi seorang suami untuk mencari rezeki (nafkah) bagi
keluarganya
Tidak jarang sebagian manusia mencari rezeki dengan
cara yang kurang pantas ataupun cara-cara yang
diharamkan
Sebagian lainnya mencari rezeki hanya dengan
mengandalkan kemampuan diri tanpa melibatkan Yang
Maha Pemberi Rezeki
Latar Belakang
4. Idealnya, kita tetap menjalankan kewajiban, tetap mencari
rezeki halal dengan cara yang diridhoi-Nya, insya Allah
hasilnya (kecil ataupun besar) akan cukup dan bermanfaat
bagi diri dan keluarga serta sesama
Untuk itu, mari kita amalkan do‟a-do‟a, dzikir-dzikir, serta
amalan-amalan lainnya yang dianjurkan oleh para Nabi dan
Rasul berdasarkan wahyu, termaktub di dalam Al-Qur‟an dan
Al-Hadits
Dengan begitu, maka rezeki senantiasa bertambah disertai
pahala yang terus mengalir sebagai bekal di akhirat kelak
5. QS. Fathir (35): 29-30
ٌِإ
ٍِٚزان
ٌُٕهْزٚ
بةزِك
ِهللا
ٕاُيبلأٔ
حَلانص
ٕاُمفَْأٔ
بًِي
ْىُْبُْلصس
اًّّشِس
ًّخََِٛلعٔ
ٌُٕجْشٚ
ًّحبسجِر
ٍْن
ُٕسجر
ْىُِّٓٛفُِٕٛن
ْىُُْٕسجُأ
ْىُْذِٚضٚٔ
ٍِْي
ِِّهْعف
ۚ
َُِّإ
ٕسُفغ
ٕسُكش
Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah
dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari
rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-
diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan
perniagaan yang tidak akan merugi,
agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka
dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri
Perniagaan Yang Tidak Pernah Merugi
6. Dalam hadits dikatakan, Rasulullah shallallahu „alaihi wa
sallam bersabda, “Allah Ta‟ala berfirman padaku, „Berinfaklah
kamu, niscaya Aku akan berinfak (memberikan ganti) kepadamu.‟
Dan Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam bersabda, “Pemberian
Allah selalu cukup, dan tidak pernah berkurang walaupun mengalir
siang dan malam. Adakah terpikir olehmu, sudah berapa banyakkah
yang diberikan Allah sejak terciptanya langit dan bumi?
Sesungguhnya apa yang ada di Tangan Allah, tidak pernah
berkurang karenanya.”
HR. Al-Bukhari no. 4684 dan Muslim no. 993
Ibnu Hajar Al Asqolani rahimahullah berkata, “Allah sungguh Maha
Kaya. Allah yang memegang setiap rezeki yang tak terhingga, yakni
melebihi apa yang diketahui setiap makhluk-Nya.”
7. Berdasarkan dalil di atas, salah satu ikhtiar yang
selamanya tidak akan pernah merugi ialah dengan
menyedekahkan sebagian harta kita untuk mereka yang
membutuhkan, karena harta yang kita miliki hanya titipan
sementara dan pada sebagiannya terdapat hak kaum
muslimin. Selain itu, telah banyak kita ketahui pula bahwa
sedekah yang kita berikan dengan mengharap ridho Allah
Azza wa Jalla akan dibalas 10 kali lipat, bahkan hingga
700 kali lipat. Pemberian sedekah dapat diberikan kapan
saja dan kepada siapa saja yang membutuhkan, namun
waktu terbaik ialah saat kita merasa sempit
8. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa ada seorang laki-laki
yang datang kepada Nabi shallallahu „alaihi wa
sallam bertanya, “Wahai Rasulullah, sedekah apa yang
paling utama?” Beliau menjawab: “Engkau bersedekah
dalam kondisi sehat dan berat mengeluarkannya, dalam
kondisi kamu khawatir miskin dan mengharap kaya. Maka
janganlah kamu tunda, sehingga ruh sampai di
tenggorokan, ketika itu kamu mengatakan, “Untuk fulan
sekian, untuk fulan sekian, dan untuk fulan sekian.”
Padahal telah menjadi milik si fulan.”
HR. Al-Bukhari dan Muslim
9. Hampir semua umat muslim mengetahui keutamaan sedekah,
bahkan telah diketahui pula banyak non muslim yang
meyakini hal tersebut. Meski demikian, masih banyak pula
yang belum mengetahui apa yang harus disedekahkan,
padahal sedekah itu sendiri tidak harus dalam bentuk materi,
berupa tenaga pun termasuk sedekah, bahkan tersenyum pun
ialah sedekah. Namun, memang sedekah berupa materi
memiliki keutamaan, lantas apa patokan yang digunakan untuk
menentukan seseorang dikatakan harus sedekah? Apakah
harus menunggu kaya terlebih dahulu? Apakah harus sukses
terlebih dahulu? Apakah harus merasa tercukupi terlebih
dahulu, sementara terkadang manusia selalu merasa tidak
puas?
10. Dari Said ibn Abu Burdah, dari bapaknya, dari kakeknya, dari Nabi
shallallahu „alaihi wa sallam yang bersabda: “(Wajib) bagi setiap muslim
bersedekah. Mereka (para sahabat) bertanya: “Wahai Nabi Allah,
bagaimana jika seseotang tidak menemukan (harta yang bisa
disedekahkan)?” Beliau menjawab: “Dia bekerja dengan tangannya,
sehingga memberi manfaat bagi dirinya lalu dia bersedekah.” Mereka
bertanya lagi: “Jika dia tidak menemukan juga?” Beliau menjawab: “Dia
membantu orang yang sangat membutuhkan bantuan.” Mereka bertanya
lagi: “Jika dia tidak menemukan juga?” Beliau menjawab: “Hendaklah dia
berbuat kebaikan dan menahan diri dari kejahatan, sesungguhnya yang
demikian itu adalah sedekah baginya.”
HR. Al-Bukhari no. 1353
Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda:
“Sedekah yang terbaik adalah yang dikeluarkan selebih keperluan, dan
mulailah dari orang yang kamu tanggung.”
HR. Al-Bukhari
11. Ibnu Qoyyim rahimahullah berkata: “Terdapat kumpulan
sholat-sholat dari tuntunan Nabi shallallahu „alaihi wasallam
sehari semalam sebanyak 40 rakaat, yaitu dengan menjaga 17
rakaat dari sholat fardhu, 10 rakaat atau 12 rakaat dari sholat
rawatib, 11 rakaat atau 13 rakaat sholat malam, maka
keseluruhannya adalah 40 rakaat. Adapun tambahan sholat
selain yang tersebutkan bukanlah sholat rawatib, maka sudah
seharusnyalah bagi seorang hamba untuk senantiasa
menegakkan terus-menerus tuntunan ini selamanya hingga
menjumpai ajal (maut). Sehingga adakah yang lebih cepat
terkabulkannya do‟a dan tersegeranya dibukakan pintu bagi
orang yang mengetuk sehari semalam sebanyak 40 kali?
Allah-lah tempat meminta pertolongan”.
Zadul Ma‟ad 1/327
Shalat Sehari Semalam 40 Raka‟at
12. Amalan ini punya keunggulan yang luar biasa, bukankah
kita tahu bahwa sholat ialah amalan yang dihisab pertama
kali? Sholat juga merupakan pembeda antara mereka
yang beriman dengan yang kafir? Sholat merupakan
amalan utama yang harus dikerjakan seorang muslim?
Sholat merupakan dzikir dan do‟a yang paling utama?
Maka sholatlah, perbanyaklah sholat, semakin banyak
maka akan terasa semakin dekat dengan Rabb semesta
alam, rasakan kenikmatannya ketika berlama-lama
bermunajat, ketika melantunkan qiro‟at ayat-ayat Al-
Qur‟an yang merdu, ketika bersimpuh ruku‟ dan sujud
dengan tuma‟ninah
13. Kita juga dianjurkan untuk memperbanyak do‟a ketika sholat,
inilah waktu ketika tidak ada hijab, tidak ada penghalang
antara kita dengan Sang Maha Pencipta, waktu yang sangat
istimewa untuk menyampaikan keluh kesah, mencari solusi
dari setiap permasalahan, memohon ampunan dan bertaubat,
meminta suatu hajat, terutama ketika sujud, inilah saat-saat
kita paling dekat dengan Dzat Yang Maha Pengasih, Dzat yang
akan mengabulkan segala permintaan kita, yang akan
mengampuni dosa-dosa kita, yang akan memberikan rahmat
kepada kita. Selama kita terus mendekati Allah Ta‟ala, maka
Allah akan lebih mendekat kepada kita, akan senantiasa
mengabulkan do‟a-do‟a kita
14. Dari Ibnu Abbas, bahwasanya Rasulullah shallallahu „alaihi
wa sallam bersabda: “Adapun pada waktu ruku‟ maka
agungkanlah nama Tuhan, dan pada waktu sujud maka
bersungguh-sungguhlah dalam berdo‟a, karena sudah
sepantasnya apabila do‟amu pada waktu sujud itu
dikabulkan.”
HR. Muslim
Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah shallallahu „alaihi
wa sallam bersabda: “Sedekat-dekat hamba kepada Tuhannya
yaitu ketika ia sujud, oleh karena itu perbanyaklah berdo‟a.”
HR. Muslim
15. Selain sujud dan ruku‟, moment penting yang tidak boleh dilupakan
ialah ketika duduk diantara dua sujud. Moment ini tidak bisa
diremehkan, karena do‟a ketika berada pada posisi ini mengandung
makna yang luar biasa dengan mengharap ampunan, memperbaiki
diri, mengharap kasih sayang Allah, mengharap datangnya
hidayah, serta mengharap diturunkannya rezeki
ُِْٙلُصْاسٔ ، َِِٙذْْأ ، َُِْٙشجْاجٔ ، ًُِْٙحْاسٔ ، ِٙن ْشِفْغا ُىٓانه
“Ya Allah ampunilah aku, sayangilah aku, tutupilah kekuranganku,
anugrahkan kepadaku hidayah dan berikanlah rezeki kepadaku.”
HR. At-Tirmidzi no. 284 dishahihkan oleh Imam Al-Albani dalam
Aslu Sifatish Sholatin Nabi no. 807-810
16. Sudah sangat lazim sekali bahwa salah satu sholat yang diketahui dapat
memperluas rezeki ialah sholat dhuha. Dua raka‟at sholat dhuha disetarakan
dengan sedekah terhadap 360 ruas sendi di dalam tubuh dan tercatat sebagai
hamba yang tidak lalai, empat raka‟at akan dicukupkan rezekinya hingga akhir
siang, enam raka‟at akan tercatat sebagai hamba yang taat terhadap perintah
Rabbnya, delapan raka‟atnya termasuk seorang hamba yang sukses dunia akhirat,
hingga puncaknya dua belas raka‟at akan dibuatkan rumah dari emas di surga
kelak
Dari Abu Dzar, Nabi shallallahu „alaihi wa sallam bersabda, “Pada pagi hari
diharuskan bagi seluruh persendian di antara kalian untuk bersedekah. Setiap
bacaan tasbih (subhanallah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahmid
(alhamdulillah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahlil (laa ilaha illallah) bisa
sebagai sedekah, dan setiap bacaan takbir (Allahu akbar) juga bisa sebagai
sedekah. Begitu pula amar ma‟ruf (mengajak kepada ketaatan) dan nahi mungkar
(melarang dari kemungkaran) adalah sedekah. Ini semua bisa dicukupi (diganti)
dengan melaksanakan shalat Dhuha sebanyak 2 raka‟at”
HR. Muslim no. 720
Rutinkan sholat dhuha
17. Dari Nu‟aim bin Hammar Al Ghothofaniy, beliau mendengar
Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda, “Allah
Ta‟ala berfirman: Wahai anak Adam, janganlah engkau
tinggalkan empat raka‟at shalat di awal siang (di waktu Dhuha).
Maka itu akan mencukupimu di akhir siang.”
HR. Ahmad (5/286), Abu Daud no. 1289, At-Tirmidzi no. 475,
Ad-Darimi no. 1451 (Syaikh Al-Albani dan Syaikh Syu‟aib Al-
Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)
“Siapa saja yang shalat Dhuha 12 rakaat, Allah akan membuat
untuknya sebuah istana yang terbuat dari emas di surga.”
HR. Ibnu Majah
18. Siapa yang tidak mengetahui keutamaan dzikir, amalan yang sangat
ringan sekali untuk dilakukan, namun memiliki efek yang sangat luar
biasa salah satunya dalam membuka pintu rezeki, tidak ada lagi
amalan yang lebih sederhana dari sekedar berdzikir dengan
mengingat kebesaran Allah Tabaroka wa Ta‟ala. Pernah diceritakan
dalam suatu kisah, ketika suatu negeri mengalami kemarau yang
berkepanjangan karena sudah sekian lama tidak diturunkan hujan
dari langit setetespun, hingga akhirnya hujan pun turun dengan
deras disebabkan dzikirnya semut-semut yang mengharap rezeki
dari Maha Pemberi Rezeki. Seandainya manusia dapat mendengar
bahasa binatang dan seluruh benda yang ada di dunia ini, maka kita
akan mendapati bahwa segala sesuatu apapun yang ada di alam
semesta ini senantiasa berdzikir terhadap Allah Rabbal Alamin.
Lebih hebatnya lagi, amalan ini tidak mengenal tempat dan waktu,
dapat dilakukan kapanpun dimanapun dan dalam kondisi apapun
Dzikir Pagi dan Petang
19. QS. Al Baqarah (2): 152
ٌُِٔشُفْكر َلٔ ِٙن ٔاُشُكْشأ ْىُكْشُكْرأ َُِٙٔشُكْبرف
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah
kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku
QS. Al Jumu‟ah (62): 10
ارِئف
ِذِٛعُل
ُحَلانص
ٔاُشِشزَْبف
ِٙف
ِضْس ْ
اْل
ٕاُغْزثأ
ٍِْي
ِمْعف
ِهللا
ٔاُشُكْارٔ
هللا
اًّشِٛثك
ْىُكهعن
ٌُٕحِهْفُر
Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung
Dalam Musnad Imam Ahmad diceritakan bahwa ketika menjelang ajal Rasulullah, Beliau
memanggil putrinya dan berkata, “Aku perintahkan engkau agar selalu mengucapkan
Subhanallah wa bihamdihi, karena kalimat tersebut merupakan doa seluruh makhluk dan
dengan kalimat itulah semua makhluk mendapat limpahan rezeki.”
20. Diriwayatkan dalam “Shahih Bukhari” bahwa suatu ketika
datang seorang lelaki mengeluhkan keadaannya kepada
Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam. Ia berkata, “Dunia ini
telah berpaling dariku dan yang telah kuperoleh dari tanganku
sangatlah sedikit.” Rasulullah bertanya kepadanya, “Apakah
engkau tidak pernah membaca doanya para Malaikat dan
tasbihnya seluruh makhluk yang dengan itu mereka mendapat
limpahan rezeki?” Lelaki itu bertanya, “Doa apakah itu wahai
Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Subhanallah wa
bihamdihi subhanallahil adzim, dan beristighfarlah kepada
Allah sebanyak seratus kali diantara waktu terbitnya fajar
hingga menjelang waktu shalatmu, dengan itu dunia akan
tunduk dan merangkak mendatangimu, dan Allah menciptakan
dari setiap kalimat tersebut Malaikat yang selalu bertasbih
kepada Allah hingga hari kiamat dan untukmu pahalanya.”
21. Do‟a Nabi Sulaiman „alaihissalam
QS. Shaad (38): 35
ُبةْْٕان ذَْأ كَِإ ۖ ِ٘ذْعث ٍِْي ٍذح ِ
ْل ِٙغجُْٚ َل بًّكْهُي ِٙن ْتْٔ ِٙن ْشِفْغا ِّةس بلل
Ia berkata: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan
anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki
oleh seorang juapun sesudahku, sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Pemberi"
Do‟a Para Nabi dan Rasul
22. Asbabun nuzul ayat tersebut bercerita bahwa suatu
ketika Nabi Sulaiman „alaihissalam. kehilangan
kerajaannya atau kekuasaan atas kerajaannya. Pada
sebagian kasus, terutama sekarang ini justru respon yang
muncul ketika seorang muslim kehilangan hartanya, entah
karena bencana alam atau musibah lain, misalkan
mengalami kerugian besar atau mempunyai hutang
menggunung dan tidak mampu membayar, seringkali
hanya berharap agar dicukupkan harta, diberikan
pengganti yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya sehari-hari
23. Hikmah yang harus diambil dari ayat tersebut ialah bahwa
pada kondisi seperti itu Nabi Sulaiman „alaihissalam tidak
pernah sama sekali mengecilkan kekuasaan Rabb Yang Maha
Pemberi Rezeki, tiada yang tidak mungkin bagi-Nya, sehingga
Nabi Sulaiman justru meminta, berdo‟a, berharap agar
diberikan kekuasaan/kerajaan yang jauh lebih besar lagi,
bahkan meminta kerajaan yang tidak akan pernah ada seorang
manusia pun yang mampu menandinginya. Maka dari itu,
berdo‟alah dengan mengharap yang terbaik dari Allah Ta‟ala,
tidak ada yang mustahil bagi-Nya, Allah bisa dengan sangat
mudah membalikan kesulitan kita menjadi kebahagiaan. Jangan
takut bermimpi besar, karena kita bergantung pada Dzat Yang
Maha Besar yang tiada tandingannya
24. Do‟a Nabi Yunus „alaihissalam
QS. Al-Anbiya (21): 87-88
َلِإ ّٰنِإ َل ٌْأ ِدبًُهُّانظ ِٙف ٰ
ٖبدُف ِّْٛهع سِذْمَ ٍْن ٌْأ ٍظف ًّبجِظبغُي تْر ْرِإ ٌُُِّٕان ارٔ
َْأ
ًٍِِٛنبانظ ٍِي ُذُُْك َِِّٙإ كَبْحجُس ذ
ٍُِِٛيْؤًُْان ِٙجَُُْ كِن ٰزكٔ ۚ ِّىغْان ٍِي ُِبُْٛجَٔ ُّن بُْججْزسبف
Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan
marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya
(menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap:
"Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya
aku adalah termasuk orang-orang yang zalim"
Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari
pada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang
beriman
25. Dari Sa‟ad bin Abi Waqash bahwasanya Rasulullah
shallallahu „alaihi wa sallam bertanya kepada para sahabat
yang tengah duduk-duduk bersama beliau, “Maukah kalian
apabila aku beritahukan kepada kalian sebuah do‟a, tatkala
seseorang diantara kalian ditimpa sebuah kesusahan atau
musibah duniawi, ia memanjatkan do‟a tersebut sehingga ia
diberi jalan keluar dari kesulitannya?” Para sahabat
menjawab, “Tentu saja, wahai Rasulullah.” Maka beliau
bersabda, “Itulah do‟a Dzun Nun: Tidak ada Ilah yang berhak
diibadahi selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya
aku termasuk orang-orang yang zhalim.”
HR. Al-Hakim no. 1818 dan Ibnu Abi Dunya (Dinyatakan shahih
oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami‟ As-Shaghir no. 2605
dan Silsilah As-Shahihah no. 1744)
26. Do‟a Nabi Musa „alaihissalam
QS. Thoha (20): 25-28
ِ٘سْذص ِٙن ْحشْشا ِّةس بلل
ِ٘شْيأ ِٙن ْشِّسٚٔ
َِٙبسِن ٍِْي ًّحذْمُع ْمُهْاحٔ
ِٙنْٕل ُٕآمْفٚ
Berkata Musa: "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku,
dan mudahkanlah untukku urusanku,
dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku,
supaya mereka mengerti perkataanku,
27. Berikut kami sarikan penjelasan Syaikh As Sa‟di rahimahullah dalam kitab tafsirnya ketika
menafsirkan ayat di atas
Pertama:
ِ٘سْذص ِٙن ْحشْشا ِّةس
“Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku”
Maksudnya adalah lapangkanlah, janganlah perkataan dan perbuatanku ini menyakiti dan
janganlah hatiku ini terkotori dengan yang demikian, dan jangan pula hatiku ini dipersempit.
Karena jika hati telah sempit, maka orang yang memiliki hati tersebut sulit memberikan
hidayah (petunjuk ilmu) pada orang yang didakwahi
Allah Ta‟ala telah berkata pada Nabi-Nya Muhammad shallallahu „alaihi wa sallam, “Maka
disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya
kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu.” (QS. Ali Imron: 159). Semoga saja seseorang yang didakwahi dapat menerima
dakwah dengan sikap lemah lembut dan lapangnya jiwa
28. Kedua:
ْشِّسٚٔ
ِٙن
ِ٘شْيأ
“dan mudahkanlah untukku urusanku”
Maksudnya adalah mudahkanlah setiap urusan dan setiap
jalan yang ditempuh untuk mengharap ridho-Mu,
mudahkanlah segala kesulitan yang ada di hadapanku. Di
antara dimudahkan suatu urusan yaitu seseorang yang
memohon diberikan berbagai kemudahan dari berbagai pintu,
ia dimudahkan untuk berbicara dengan setiap orang dengan
tepat, dan ia mendakwahi seseorang melalui jalan yang
membuat orang lain mudah menerima
29. Ketiga:
ْمُهْاحٔ
ًّحذْمُع
ٍِْي
َِٙبسِن
ُٕآمْفٚ
ِٙنْٕل
“dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti
perkataanku”
Dahulu Nabi Musa „alaihissalam memiliki kekurangan, yaitu rasa
kaku dalam lisannya. Hal ini membuat orang lain sulit memahami
yang beliau ucapkan, demikianlah dikatakan oleh para pakar tafsir.
Sebagaimana Allah Ta‟ala berfirman, “Dan saudaraku Harun, dia
lebih fasih lidahnya daripadaku” (QS. Al-Qashshash: 34). Oleh
karena itu, Nabi Musa meminta pada Allah agar dilepaskan dari
kekakuan lidahnya sehingga orang bisa memahami apa yang
diucapkan oleh Musa. Akhirnya tercapailah maksud yang beliau
minta
30. Do‟a Nabi Adam „alaihissalam
QS. Al-A‟raf (7): 23
ٍِٚشِبسخْان ٍِي ٍَُٕكُن بًُْحْشرٔ بُن ْشِفْغر ْىن ٌِْإٔ بُسُفَْأ بًُْهظ بُثس بَلل
Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami
sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi
rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang
yang merugi.”
Karena berbuat zalim, Nabi Adam „alaihissalam sampai terusir dari
surga dan terpisah dari Siti Hawa selama 300 tahun. Selama itu,
Nabi Adam selalu berdo‟a mengakui kesalahan dan memohon
ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta‟ala hingga akhirnya dapat
dipertemukan kembali
31. QS. Nuh (71): 10-12
اًّسبفغ ٌبك َُِّإ ْىُكثس ُٔاشِفْغْزسا ُذْهُمف
اًّساسْذِي ْىُكْٛهع بءًانس ِمِسْشُٚ
اًّسبَْٓأ ْىُكن ْمعْجٚٔ ٍدبُج ْىُكن ْمعْجٚٔ ٍُِٛثٔ ٍالْٕيأِث ْىُكْدِذًُْٚٔ
maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada
Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-,
niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat,
dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan
untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya)
untukmu sungai-sungai
Perbanyak Istighfar
32. Istighfar akan menghilangkan kesusahan, gundah gulana, dan
mengundang terbukanya pintu rezeki. Sebagaimana yang tertera dalam
kitab Riyadhus Shalihin dalam hadits riwayat Abu Dawud dijelaskan,
“Barangsiapa yang terbiasa istighfar, Allah akan menjadikan untuknya
jalan keluar dari setiap kesempitan dan kesusahannya, dan diberi rezeki
dari arah yang tidak disangka-sangka.”
“Barangsiapa memperbanyak istighfar, niscaya Allâh merubah setiap
kesedihannya menjadi kegembiraan; Allah Azza wa Jalla memberikan
solusi dari setiap kesempitannya (kesulitannya), dan Allâh anugerahkan
rezeki dari jalur yang tiada disangka-sangka.”
HR. Ahmad dan Al-Hakim
“Aku pernah mendengar Rasulullah Shallahu „Alaihi wa Sallam bersabda,
„Demi Allah, sesungguhnya aku biasa memohon ampunan dan bertaubat
kepada Allah dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali.”
HR. Al-Bukhori
33. Dari Abu Said Al-Khudri diriwayatkan bahwa pada suatu hari Rasulullah shallallahu „alaihi
wa sallam memasuki masjid. Tiba-tiba ada seorang pemuda yang sudah duduk lama di
masjid, pemuda itu bernama Abu Umamah. Rasulullah bertanya kepadanya: “Wahai Abu
Umamah, mengapa aku melihatmu duduk di masjid pada waktu-waktu di luar shalat?” Abu
Umamah menjawab, “Aku sedang dilanda kesusahan dan dililit hutang-hutang wahai
Rasulullah” Rasulullah kemudian bersabda kepadanya, “Ketahuilah aku akan mengajarkan
kepadamu ucapan yang apabila engkau mengucapkannya, maka Allah akan menyingkirkan
kesedihan dan membayarkan hutang-hutangmu. Ucapkanlah pada waktu pagi dan sore:
Allahumma inni audzubika minal hammi wal hazani wa audzubika minal „ajzi wal kasali wa
audzubika minal jubni wal bukhli wa audzubika min ghalabatiddaini wa qahrirrijali
(Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku
berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari
pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari lilitan hutang dan kesewenang-
wenangan manusia)”
Kata Abu Umamah: “Setelah membaca do‟a tersebut, Allah berkenan menghilangkan
kebingunganku dan membayarkan lunas semua hutangku.”
HR. Abu Daud 4/353
Do‟a Agar Terlepas Dari Hutang
34. Allahumma inni as-alukal huda wat-tuqa wal-„afafa wal-ghina
Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, kehormatan diri, dan rasa
cukup
HR. Muslim no. 4898, At-Tirmidzi no. 3411, dan Ibnu Majah no. 3822
Allahummakfini bi halalika „an haramika wa aghnini bi fadhlika „amman siwaka
Ya Allah, cukupilah aku dengan rezeki-Mu yang halal sehingga aku tidak mencari-cari (mengonsumsi)
yang haram, dan jadikanlah aku merasa cukup dengan karunia-Mu sehingga aku tidak memerlukan
uluran tangan selain-Mu
HR. At-Tirmidzi no. 3486, Ahmad no. 1250, dan Al-Hakim no. 1929 (Dinyatakan hasan oleh At-Tirmidzi
dan Al-Albani, dan dinyatakan shahih oleh Al-Hakim dan Adz-Dzahabi)
Allahumma inni a‟udzubika min ghalabatiddayni wa ghalabatil aduwwi wa syamaatatil a‟daa‟i
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari jeratan hutang, bahaya musuh, dan dari
kemenangan pihak musuh
HR. An-Nasa‟i (Hadits ini shahih menurut Hakim)
35. Nabi shallallahu „alaihi wa sallam biasa berdo‟a di akhir shalat
(sebelum salam):
Allahumma inni a‟udzubika minal ma‟tsami wal maghrom
Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari berbuat dosa dan banyak
utang
Lalu ada yang berkata kepada beliau shallallahu „alaihi wa sallam,
“Kenapa engkau sering meminta perlindungan dalam masalah
hutang?” Lalu Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda,
“Jika orang yang berhutang berkata, dia akan sering berdusta. Jika
dia berjanji, dia akan mengingkari.”
HR. Al-Bukhari no. 2397
36. Seringkali manusia kurang bersyukur terhadap apa yang
dimiliki, selalu merasa kekurangan, dan tidak pernah
merasa puas. Tidak ada yang keliru dengan pola
berharap dan meminta diberikan harta yang banyak untuk
mencukupi kebutuhan hidup, karena Allah Maha Pemberi
Rezeki, tidak ada illah lain yang mampu melakukan hal
serupa, hanya kepada-Nya lah tempat meminta segala
permohonan
Jangan Lupa Bersyukur
37. Namun, ada kewajiban lain yang harus kita senantiasa
jalankan, yaitu mensyukuri apa yang ada, yang mungkin
tanpa sepengetahuan kita bahwa selama ini nikmat yang
kita rasakan, rezeki yang kita dapatkan begitu besar
dibandingkan amal yang selama ini kita kerjakan.
Lagipula masalah rezeki hanya Allah yang sanggup
mengaturnya, Ia atur sedemikian rupa agar manusia tidak
khilaf ketika diuji dengan harta yang banyak maupun
yang sedikit. Dan justru dengan mensyukuri yang ada,
niscaya akan semakin bertambah sesuai janji-Nya yang
termaktub dalam Al-Qur‟an
38. QS. Ibrahim (14): 7
ذِٚذشن ِٙثازع ٌِإ ْىُرْشفك ٍِْئنٔ ۖ ْىُكَذِٚصْل ْىُرْشكش ٍِْئن ْىُكُّثس ٌرأر ْرِإٔ
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan
menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih"
39. Manusia dituntut untuk dapat melakukan hubungan
secara seimbang antara hubungannya dengan Allah
(Hablum minallah) dan hubungan dengan sesama
(Hablum minannas). Menjaga hubungan dengan manusia
tidak dapat dianggap enteng, banyak keutamaan-
keutamaan yang sangat disayangkan untuk dilewatkan.
Ini pun salah satu amalan yang dapat meringankan
kesulitan-kesulitan hidup kita. Ketika kita berbuat baik
kepada orang lain, maka Allah yang akan membalas
kebaikan kita dengan balasan yang jauh lebih baik
Menolong Sesama
40. Contoh lain yang dapat kita ambil ibrohnya ialah ketika ada
keluarga, saudara, atau tetangga yang meninggal, dimana
dalam lingkungan tersebut diwajibkan ada yang mengurusi
jenazah mulai dari memandikan hingga mengantarnya ke liang
lahat. Pahala yang didapat pun tidak main-main, yaitu sebesar
2 qirath (1 qirath nya saja kurang lebih sebesar gunung uhud).
Bayangkan jika yang meninggal ialah orang yang beragama
islam namun berperangai buruk, sering meresahkan warga
sekitar, apakah ada yang mau mengurusi jenazahnya? Tentu
secara logika tidak akan ada yang mau mengurusnya, jika
demikian maka jenazah tersebut akan terlantar dan membusuk
begitu saja. Namun, risalah dalam agama ini begitu sempurna,
sehingga meskipun memendam perasaan yang tidak nyaman,
namun kewajiban tersebut disertai pahala besar yang menanti
di akhirat kelak
41. QS. Al Anfal (8): 74
ٍِٚزانٔ
ٕاُُآي
ُٔاشبجْٔ
ٔاُذْبجٔ
ِٙف
ِمِٛجس
ِهللا
ٍِٚزانٔ
أْٔآ
ُٔاشصَٔ
كِئٰٔنُأ
ُىُْ
ٌُُِٕيْؤًُْان
بًّّمح
ۚ
ْىُٓن
حشِفْغي
قْصِسٔ
ىِٚشك
Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta
berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang
memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan
(kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-
orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh
ampunan dan rezeki (nikmat) yang mulia
42. “Seorang Muslim adalah saudara Muslim lainnya. Ia tidak
boleh menzhaliminya dan tidak boleh membiarkannya
diganggu orang lain (bahkan ia wajib menolong dan
membelanya). Barangsiapa membantu kebutuhan saudaranya,
maka Allâh Azza wa Jalla senantiasa akan menolongnya.
Barangsiapa melapangkan kesulitan seorang Muslim, maka
Allâh akan melapangkan baginya dari salah satu kesempitan
di hari Kiamat dan barangsiapa menutupi (aib) seorang
Muslim, maka Allâh menutupi (aib)nya pada hari Kiamat.”
HR. Al-Bukhâri no. 2442 dan 6951, Muslim no. 2580, Ahmad
2/91, Abu Dâwud no. 4893, At-Tirmidzi no. 1426, dan Ibnu
Hibbân no. 533
43. Dalam riwayat lain disebutkan, dari Ibnu Umar, bahwa seorang lelaki mendatangi
Nabi shallallahu „alaihi wa sallam dan berkata,”Wahai Rasulullah, siapakah orang
yang paling dicintai Allah dan amal apakah yang paling dicintai Allah?”
Rasulullah menjawab, ”Orang yang paling dicintai Allah adalah orang yang paling
bermanfaat buat manusia dan amal yang paling dicintai Allah adalah kebahagiaan
yang engkau masukkan kedalam diri seorang muslim atau engkau menghilangkan
suatu kesulitan atau engkau melunasi utang atau menghilangkan
kelaparan." Rasulullah meneruskan sabdanya: "Dan sesungguhnya aku berjalan
bersama seorang saudaraku untuk (menuaikan) suatu kebutuhan lebih aku sukai
daripada aku beritikaf di masjid ini—yaitu Masjid Madinah—selama satu bulan.
Dan barangsiapa yang menghentikan amarahnya maka Allah akan menutupi
kekurangannya dan barangsiapa menahan amarahnya padahal dirinya sanggup
untuk melakukannya maka Allah akan memenuhi hatinya dengan harapan pada
hari kiamat. Dan barangsiapa yang berjalan bersama saudaranya untuk
(menunaikan) suatu keperluan sehingga tertunaikan (keperluan) itu maka Allah
akan meneguhkan kakinya pada hari tidak bergemingnya kaki-kaki (hari
perhitungan).”
HR. Thabrani
44. Do‟a merupakan senjata bagi seorang muslim, senjata
utama yang tidak akan pernah dimiliki oleh orang kafir.
Sebagai seorang muslim berdo‟a tidak hanya merupakan
kebutuhan, namun ia merupakan kewajiban yang harus
dilaksanakan. Dalam berdo‟a pun sudah diatur tata
caranya, adab-adabnya, agar do‟a kita senantiasa
diijabah oleh Rabb Maha Pengasih
Perbanyak Berdo‟a dan Kenali Waktu Mustajabnya
45. Ketika seorang anak kecil menginginkan sesuatu, maka ia akan
meminta kepada orang tuanya dengan permintaan terbaik,
sikap yang siap berbakti, dengan nada yang lemah lembut dan
penuh harap. Bayangkan jika anak tersebut meminta dengan
nada sambil berteriak, tidak mengindahkan perintah orang
tuanya, maka kecil kemungkinannya permintaan tersebut akan
dipenuhi. Untuk itu pun, penting bagi kita mengetahui tata
cara, adab-adab ketika berdo‟a kepada Rabb, salah satu hal
yang tidak kalah penting ialah mengetahui waktu-waktu
mustajab do‟a, ketika itu tidak ada penghalang antara kita
dengan Pemilik „Arsy, do‟a-do‟a kita akan senantiasa
dikabulkan oleh-Nya
46. QS. Al-Mu-min (40): 60
ىُٓج ٌُٕهُخْذٛس ِٙربدجِع ٍْع ٌُٔشِجْكْزسٚ ٍِٚزان ٌِإ ۚ ْىُكن ْتِجْزسأ َُِٕٙعْدا ُىُكُّثس بللٔ
ٍِٚشِاخد
Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan
Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang
menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam
dalam keadaan hina dina“
“Sesunguhnya Rabb kalian tabaroka wa ta‟ala Maha Pemalu lagi Maha
Mulia. Dia malu terhadap hamba-Nya, jika hamba tersebut
menengadahkan tangan kepada-Nya , lalu kedua tangan tersebut kembali
dalam keadaan hampa.”
HR. Abu Daud no. 1488 dan At Tirmidzi no. 3556 (Syaikh Al-Albani dalam
Shohih wa Dho‟if Sunan Abi Daud mengatakan bahwa hadits ini shahih)
47. Diantara usaha yang bisa kita upayakan agar doa kita dikabulkan oleh
Allah Ta‟ala adalah dengan memanfaatkan waktu-waktu tertentu yang dijanjikan
oleh Allah bahwa do‟a ketika waktu-waktu tersebut dikabulkan. Diantara waktu-
waktu tersebut adalah:
Ketika sahur atau sepertiga malam terakhir
Ketika berbuka puasa
Ketika malam lailatul qadar
Ketika adzan berkumandang
Di antara adzan dan iqamah
Ketika sedang sujud dalam shalat
Ketika sebelum salam pada shalat wajib
Pada hari Jum‟at
Ketika turun hujan
Pada hari Rabu antara Dzuhur dan Ashar
Ketika hari arafah
Ketika perang berkecamuk
Ketika meminum air zam-zam
48. Taqwa dan tawakkal merupakan pilar dalam beribadah
dan berharap kepada Allah Azza wa Jalla. Dibanding
bahasan lain, poin ini lebih banyak memiliki referensi
dalil-dalil Al-Qur‟an, dimana isinya merupakan
Kalamullah, perkataan Allah secara langsung, janji-janji
Allah, tiada yang dapat menghalangi, dan tiada yang
berhak meragukan apa yang telah disampaikan-Nya
Esensi Taqwa dan Tawakkal
49. QS. Al-Ma‟idah (5): 66
ْٕنٔ
ْىَُٓأ
ٕاُيبلأ
احسْٕانز
مِٛجَِْ ْ
اْلٔ
بئ
لِضَُْأ
ْىِْٓٛنِإ
ٍِْي
ْىِِّٓثس
ٕاُهكْل
ٍِْي
ْىِِٓلْٕف
ٍِْئ
ِذْحر
ْىِِٓهُجْسأ
ۚ
ْىُُِْٓي
خيُأ
حذِصزْمُي
ۖ
شِٛثكٔ
ْىُُِْٓي
بءس
بي
ٌُٕهًْعٚ
Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan
(hukum) Taurat dan Injil dan (Al Quran) yang diturunkan
kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan
mendapat makanan dari atas dan dari bawah kaki mereka.
Diantara mereka ada golongan yang pertengahan. Dan
alangkah buruknya apa yang dikerjakan oleh kebanyakan
mereka
50. QS. Al-Maidah (5): 100
ْمُل
َل
ِْٕ٘زسٚ
ُثِٛجخْان
ُِّتٛانطٔ
ْٕنٔ
كججْعأ
ُحشْثك
ِثِٛجخْان
ۚ
ٕاُمبرف
هللا
بٚ
ِٙنُٔأ
ِةبجْن ْ
اْل
ْىُكهعن
ٌُٕحِهْفُر
Katakanlah: "Tidak sama yang buruk dengan yang baik,
meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu,
maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang berakal,
agar kamu mendapat keberuntungan"
51. QS. Al-Jinn (72): 16
ٌْأٔ
ِٕن
ٕاُيبمْزسا
ٗهع
ِخمِٚشانط
ْىُْبُْْٛمسْل
ًّءبي
بًّلذغ
Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap berjalan lurus di
atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan
memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki
yang banyak)
52. QS. Al-A‟raf (7): 96
ْٕنٔ
ٌأ
مْْأ
ٰ
ٖشُمْان
ٕاُُآي
إْمارٔ
بُْحزفن
ْىِْٓٛهع
ٍدبكشث
ٍِي
ِءبًانس
ِضْس ْ
اْلٔ
ٍِْكٰنٔ
ُٕاثزك
ْىُْبَْزخأف
بًِث
ٕاَُبك
ٌُٕجِسْكٚ
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan
bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada
mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa
mereka disebabkan perbuatannya
53. QS. Al-A‟raf (7): 128
بلل
ٰ
ٕٗسُي
ِِّيْٕمِن
ٕاُُِٛعْزسا
ِبّللِث
ُٔاشِجْاصٔ
ۖ
ٌِإ
ضْس ْ
اْل
ِ ِ
ّلل
بُٓثُِٕسٚ
ٍْي
ُءبشٚ
ٍِْي
ِِِدبجِع
ۖ
ُخجِلبعْانٔ
ٍِٛمزًُْهِن
Musa berkata kepada kaumnya: "Mohonlah pertolongan
kepada Allah dan bersabarlah; sesungguhnya bumi (ini)
kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang
dihendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan
yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa"
54. QS. Ali Imran (3): 160
ٌِْإ
ُىُكْشُصُْٚ
ُهللا
َلف
تِنبغ
ْىُكن
ۖ
ٌِْإٔ
ْىُكْنُزْخٚ
ًٍْف
ار
ِ٘زان
ْىُكُشُصُْٚ
ٍِْي
ِِِذْعث
ۗ
ٗهعٔ
ِهللا
ِمكٕزْٛهف
ٌُُِٕيْؤًُْان
Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang
dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu
(tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan
yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah
itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang
mukmin bertawakkal
55. QS. At-Thalaq (65): 2-4
ْىُكُِْي ٍلْذع ْ٘ٔر ٔاُذِْٓشأٔ ٍُٔفشْعًِث ٍُُْٕلِبسف ْٔأ ٍُٔفشْعًِث ٍُُْٕكِسْيأف ٍُٓهجأ ٍْغهث ارِئف
أٔ
ۚ ِ ِ
ّلل حبدٓانش ٕاًُِٛل
ًّبجشْخي ُّن ْمعْجٚ هللا ِكزٚ ٍْئ ۚ ِشِخ ْ
ٜا ِوْْٕٛانٔ ِبّللِث ٍُِيُْؤٚ ٌبك ٍْي ِِّث ُعُٕعٚ ْىُكِن ٰر
ۚ ِِِشْيأ ُغِنبث هللا ٌِإ ۚ ُُّجْسح ُٕٓف ِهللا ٗهع ْمكٕزٚ ٍْئ ۚ ُتِسزْحٚ َل ُْثٛح ٍِْي ُّْلُصْشٚٔ
ل
ًّاسْذل ٍءْٙش ِّمُكِن ُهللا معج ْذ
ِحٚ ْىن ِٙئانَلٔ ٍُشْٓشأ ُخثَلث ٍُُٓرذِعف ْىُزْجرْاس ٌِِإ ْىُكِئبسَِ ٍِْي ِطِٛحًْان ٍِي ٍْسِئٚ ِٙئانَلٔ
ْع
ِلبًْح ْ
اْل ُدَٔلُأٔ ۚ ٍ
ًّاشْسُٚ ِِِشْيأ ٍِْي ُّن ْمعْجٚ هللا ِكزٚ ٍْئ ۚ ٍُٓهًْح ٍْععٚ ٌْأ ٍُُٓهجأ
Apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, maka rujukilah mereka
dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah
dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu
tegakkan kesaksian itu karena Allah. Demikianlah diberi pengajaran
dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat.
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan
baginya jalan keluar
56. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-
sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah
niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.
Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang
(dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan
ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu
Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (menopause)
di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu
(tentang masa iddahnya), maka masa iddah mereka adalah tiga
bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak
haid. Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah
mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya.
Dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah
menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya
57. QS. Al-Anfal (8): 2-4
ْىُْٓرادص ُُّربٚآ ْىِْٓٛهع ْذِٛهُر ارِإٔ ْىُُٓثُٕهُل ْذهِجٔ ُهللا شِكُر ارِإ ٍِٚزان ٌُُِٕيْؤًُْان بًَِإ
ِٚإ
ٌُٕهكٕزٚ ْىِِّٓثس ٰ
ٗهعٔ بًَّبً
ٌُٕمِفُُْٚ ْىُْبُْلصس بًِئ حَلانص ًٌُِٕٛمُٚ ٍِٚزان
ىِٚشك قْصِسٔ حشِفْغئ ْىِِّٓثس ذُِْع بدجسد ْىُٓن ۚ بًّّمح ٌُُِٕيْؤًُْان ُىُْ كِئٰٔنُأ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama
Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah
iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal
(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari
rezeki yang Kami berikan kepada mereka
Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan
memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta
rezeki (nikmat) yang mulia
58. QS. Hud (11): 1-3
ٍشِٛجخ ٍىِٛكح ٌُْذن ٍِْي ْذهِّصُف ىُث ُُّربٚآ ْذًِكْحُأ بةزِك ۚ انش
شِٛشثٔ شِٚزَ ُُِّْي ْىُكن َُِِٙإ ۚ هللا َلِإ ٔاُذُجْعر َلأ
ِر مُك ِدُْؤٚٔ ًًّّٗسُي ٍمجأ ٰ
ٗنِإ بًُّسح ًّبعبزي ْىُكْعِّزًُٚ ِّْٛنِإ ُٕاثُٕر ىُث ْىُكثس ٔاُشِفْغْزسا ٌِأٔ
ف ٘
اةزع ْىُكْٛهع ُبفخأ َِِّٙئف إْنٕر ٌِْإٔ ۖ ُّهْعف ٍمْع
ٍشِٛجك ٍوْٕٚ
Alif laam raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan
secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu,
agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku (Muhammad) adalah pemberi
peringatan dan pembawa khabar gembira kepadamu daripada-Nya,
dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika
kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus
menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan
kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu
berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat
59. QS. Hud (11): 6
۞
بئ
ٍِْي
ٍخاثد
ِٙف
ِضْس ْ
اْل
َلِإ
ٗهع
ِهللا
بُٓلْصِس
ُىْهعٚٔ
بْشمْزسُي
بٓعدْْٕزسُئ
ۚ
مُك
ِٙف
ٍةبزِك
ٍٍِٛجُي
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi
melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia
mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat
penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang
nyata (Lauh mahfuzh)
60. QS. At-Taubah (9): 59
ْٕنٔ
ْىَُٓأ
ُٕاظس
بي
ُىُْبآر
ُهللا
ُُّنُٕسسٔ
ٕاُنبلٔ
بُُجْسح
ُهللا
بُِٛرُْؤٛس
ُهللا
ٍِْي
ِِّهْعف
ُُّنُٕسسٔ
بَِإ
ٗنِإ
ِهللا
ٌُٕجِغاس
Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang
diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka, dan
berkata: "Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan
memberikan sebagian dari karunia-Nya dan demikian
(pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-
orang yang berharap kepada Allah," (tentulah yang
demikian itu lebih baik bagi mereka)
61. Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam bersabda : “Barangsiapa yang
memutuskan gantungannya selain kepada Allah Subhanahu wa Ta‟ala,
maka Allah akan mencukupi baginya segala kebutuhannya, dan Allah
akan mendatangkan rezeki baginya dari yang tak terduga.”
HR. Thabrani dalam Ash-Shagir 1/115-116 dan diriwayatkan oleh Ibnu Abu
Halim seperti yang disebutkan dalam Ibnu Katsir 8/174 dan Abu Shaikh
dalam At-Targhib 2/538 lihat Majmu‟ Az-Zawa‟id 10/303
Dari „Umar bin Khaththab radhiyallahu‟anhu, dari Rasulullah shallallahu
„alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Seandainya kalian sungguh-sungguh
bertawakal kepada Allah, sungguh Allah akan memberi kalian rezeki
sebagaimana Allah memberi rezeki kepada seekor burung yang pergi
dalam keadaan lapar dan kembali dalam keadaan kenyang.“
HR. Imam Ahmad, Tirmidzi, Nasa‟i, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban, dan Al-
Hakim (Imam Tirmidzi berkata: hasan shahih)