Ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, baik yang berbentuk jasmani maupun rohani. Ontologi mempelajari ciri-ciri esensial dari yang ada, relasi antara eksistensi dan non-eksistensi, serta manfaatnya untuk mengembangkan sistem pemikiran dan memecahkan masalah.
3. ONTOLOGY / METAFISIKA
Pengertian Ontology
Menurut bahasa, ontology berasal
dari bahasa Yunani yaitu,
On/ontos = ada-keberadaan, dan
Logos = Ilmu.
Jadi, ontologi adalah ilmu tentang
yang ada.
Menurut istilah, ontology ialah
ilmu yang membahas tentang
hakikat yang ada, yang merupakan
ultimate reality baik yang
berbentuk jasmani/konkrit maupun
rohani/abstrak
Menurut bahasa,, metafisika
berasal dari bahasa Yunani yaitu,
meta dan pysika. Meta artinya
sesudah atau dibalik sesuatu dan
pyisika artinya nyata, kongkrit
yang dapat diukur oleh jangkauan
panca indera.
Metaphysica Generalis (Ontologi);
ilmu tentang yang ada atau
pengada.
Metapysica Specialis terdiri atas :
1. Antropologi
2. Kosmologi
3. Theologi
Pengertian Metafisika
4. Beberapa Pengertian Ontology
1) Ontologi merupakan studi tentang ciri-ciri “esensial” dari “Yang Ada “
dalam dirinya sendiri yang berbeda dari studi tentang hal-hal yang ada
secara khusus. Dalam mempelajari “yang ada” dalam bentuknya yang
sangat abstrak, studi tersebut melontarkan pertanyaan seperti “apa itu
“Ada” dalam dirinya sendiri?”
2) Ontologi juga bisa mengandung pengertian sebuah cabang filsafat yang
menggeluti tata dan struktur realitas dalam arti seluas mungkin, yang
menggunakan kategori-kategori seperti ada atau menjadi, aktualitas atau
potensialitas, esensi, keniscayaan dasar, bahkan “yang ada” sebagai
“yang ada”.
3) Ontologi bisa juga merupakan cabang filsafat yang mencoba melukiskan
hakikat “Ada” yang terakhir, ini menunjukan bahwa segala hal
tergantung pada eksistensinya.
4) Ontologi juga mengandung pengertian sebagai cabang filsafat yang
melontarkan pertanyaan, apa arti “Ada” dan “Berada”, juga menganalisis
bermacam-macam makna yang memungkinkan hal-hal dapat dikatakan
“Ada”.
5. Beberapa Pengertian Ontology
Ontologi bisa juga mengandung pengertian sebuah cabang filsafat, antara lain ialah
:
a. Menyelidiki status realitas suatu hal, misalnya “apakah objek pencerapan atau
persepsi kita nyata atau bersifat ilusi (menipu)? “apakah bilangan itu nyata?”
apakah pikiran itu nyata?”
b. Menyelidiki apakah jenis reaitas yang dimiliki hal-hal (misalnya, “Apa jenis
realitas yang dimiliki bilangan? Persepsi? Atau pikiran?
c. Yang menyelidiki relitas yang menentukan apa yang kita sebut realitas. Dari
beberapa pengertian dasar tersebut bisa disimpulkan bahwa ontologi
mengandung pengertian “pengetahuan tentang yang ada”
6. Pengertian Ontology Menurut Filsuf
Menurut Ensiklopedia Britannica yang juga diangkat dari Konsepsi
Aristoteles . Ontology yaitu teori atau studi tentang being/wujud seperti
karakteristik dasar dari seluruh realitas. Ontology sinonim dengan
metafisika yaitu, studi filosofis untuk menentukan sifat nyata yang asli
(real nature) dari suatu benda untuk menentukan arti, struktur dan prinsip
benda tersebut.
Ontology adalah ilmu yang mempelajari tentang hakikat sesuatu yang
berwujud (yang ada/being) dengan berdasarkan pada logika semata.
Pengertian ini didukung pula oleh pernyataan Runes bahwa “ontology is
the theory of being qua being”, artinya ontology adalah teori tentang
wujud.
Menurut Augustine, manusia mengetahui dari pengalaman hidupnya bahwa
dalam alam ini ada kebenaran. Namun, akal manusia terkadang merasa
bahwa ia mengetahui apa yang benar, tetepi kadang pula merasa ragu-ragu
bahwa apa yang diketahui adalah suatu kebenaran. Kebenaran tetap dan
kekal itulah kebenaran yang mutlak. Kebenaran mutlak inilah oleh
Augustine disebut Tuhan.
7. 2. BEING DAN NON BEING
Yang tiada merupakan istilah yang mengandung
makna dan tidak kepada apapun. Memikirkan
istilah yang tiada berarati memberikan sifat “yang
ada” kepada istilahnya, tetapi tidak memberi sifat
“yang ada” kepada sesuatu yang dianggap
ditujukan oleh istilah tersebut. Disatu pihak
dikatakan bahwa “yang tiada” merupakan
himpunan tanpa anggota sama sekali dan di lain
pihak dikatakan bahwa himpunan tersebut
beranggotakan hal-hal yang ada dalam
kemungkinan
Yang ada merupakan predikat
universal, dalam arti bahwa
yang ada merupakan predikat
dari setiap satuan yang
mungkin ada. Misalnya:
bangku harus memiliki sifat
ada
YANG ADA/BEING YANG TIDAK ADA/NON BEING
8. 3. KENYATAAN DAN PENAMPAKAN
Kenampakan sebagai kenampakan adalah bersifat nyata, sedangkan barangnya sendiri yang
tampak demikian itulah yang tidak nyata. Misalnya: yang menggambarkan ada seseorang
yang mengira bahwa ia melihat gajah berwarna jingga. Ilusinya itu sendiri bersifat nyata,
karena membawa pengaruh tertentu terhadap pola tingkah laku orang yang
bersangkutan, tetapi barangnya yaitu gajah yang berwarna jingga itulah yang tiada nyata
Yang nyata pasti ada, dibedakan antara yang sungguh ada dengan yang mungkin ada, juga
yang nyata ada dengan yang nampak ada atau tidak nyata. Hendaknya diingat, apapun yang
bersifat antara, pasti ada. Tetapi sesuatu yang dalam kemungkinan ada kiranya sulit untuk
dikatakan nyata, namun kadang-kadang kita cenderung menyatakan bahwa yang mungkin
ada bersifat nyata. Perbedaan yang nampak nyata ada yang yang bersifat tidak nyata
KENYATAAN
PENAMPAKAN
9. 4. EKSISTENSI DAN NON-EKSISTENSI
Non eksistensi terdiri dari anggota-anggota yang beraneka ragam coraknya. Misalnya: anda
mengatakan “ya, warna memang bereksistensi,” dan kemudian saya menjawab “anda keliru,
warna tidak bereksistensi.” Bagaimanakah cara anda membuktikan kebenaran ucapan anda?
Pada umumnya anda berkata, “lihatlah, kan ada warna dibuku itu, seraya menunjuk
pada buku tersebut, namun anda tidak akan pernah dapat menunjukkan warna, melainkan
benda-benda yang berwarna tertentu.” Jika anda mengatakan melihat warna, maka
sebenarnya bahwa anda mengatakan melihat barang sesuatu dalam ruang dan waktu
tertentu yang mempunyai kualitas, yaitu suatu warna tertentu
Eksistensi merupakan himpunan yang terdiri dari satuan-satuan yang jika nama-namanya
digunakan sebagai pengganti x dalam ungkapan x bereksistensi, menghasilkan pernyataan
yang benar. Setiap satuan dalam himpunan eksistensi dinamakan “yang berseksistensi
(existent)”
EKSISTENSI
NON-EKSISTENSI
10. 5. ONTOLOGY PENYELESAIAN MASALAH
Kejadian sebagai kategori pokok.William R. Dennis seorang pengenut paham naturalisme
dewasa ini mengatakan, naturelisme modern-ketika berpendirian bahwa apa yang di
namakan kenyataan pasti bersifat kealaman-beranggapan bahwa katagori pokok untuk
memberikan keterangan mengenai kenyataan ialah kejadian. Kejadian-kejadian dalam
ruang dan waktu merupakan satuan-satuan penyusun kenyataan yang ada, dan senantiasa
dapat dialami oleh manusia biasa. Hanya satuan-satuan semacam itulah yang merupakan
satu-satunya penyusun dasar bagi segenap hal yang ada.
NATURALISME
Yang terdalam ialah materi, seorang naturalisme mendasarkan
ajarannya pada pengertian “alam”, berusaha melampaui
pengertian “alam” dan mendasar diri pada macam substansi
atau kenyataan terdalam yang dinamakan “materi”.
MATERIALISME
11. 5. ONTOLOGY PENYELESAIAN MASALAH
Definisi Idealisme. Para penganut faham naturialisme dan materialisme mengatakan bahwa
istilah-istilah yang mereka sarankan (meteri, alam, dsb). Sudah cukup untuk memberikan
keterangan mengenai segenap kenyataan. Namun kiranya ada banyak orang benar-benar
dapat merasakan bahwa ada hal-hal serat gejala-gejala yang tidak dapat semata-mata
diterangkan berdasarkan pengertian alam lebih-lebih sekedar berdasarkan pengertian
materi.
IDEALISME
POSITIVISME
Para penganut filsafat menyatakan bahwa positivisme adalah suatu filsafat
non metafisik. Dalam pandangan positivisme, pertanyaan-pertanyaan
metafisis sama sekali tidak mengandung makna, tidak dapat
dipertanggungjawabkan dan tidak ada gunanya.
12. 6. MANFAAT BELAJAR ONTOLOGY
Membantu untuk mengembangkan dan
mengkritisi berbagai bangunan sistem
pemikiran yang ada
Membantu memecahkan masalah pola relasi
antar berbagai eksisten dan eksistensi
Bisa mengeksplorasi secara mendalam dan jauh
pada berbagai ranah keilmuan maupun
masalah, baik itu sains maupun etika
Ontology ini pantas dipelajari bagi yang ingin
memehami secara menyeluruh tentang dunia
ini dan berguna bagi studi ilmu-ilmu empiris
(misalnya, antropologi, sosiologi, ilmu
kedokteran, ilmu budaya, fisika, ilmu teknik dan
sebagainya)
13. Refrensi
Louis O Kattsoff, Pengantar
Filsafat, Yogyakarta : Tiara
Wacana Yogya, 2018
Jujun S Suriasumantri, Filsafat
Ilmu Sebuah Pengantar Populer,
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
2009