1. MIKROBA PADA PLAK GIGI
Mikroba adalah organisme berukuran mikroskopis yang antara lain terdiri dari
bakteri, fungi dan virus (Waluyo, 2009).
Pembentukan plak terjadi akibat adanya kolonisasi bakteri pada gigi. Salah
satu bakteri yang berkolonisasi pada gigi adalah jenis Streptococcus mutans. Bakteri
ini menguraikan karbohidrat terutama sukrosa (gula tebu) sebagai sumber nutrien.
Sukrosa diuraikan menjadi monosakarida sebagai sumber energi sel, dengan bantuan
enzim. Enzim kedua yang dikeluarkan oleh sel berupa rantai polisakarida yang tidak
larut untuk menguraikan fruktosa, yang disebut sebagai molekul glukan (seperti
matriks glikokaliks yang mengelilingi sel). Adanya glukan ini akan melekatkan
Streptococcus mutans pada pelikel, menyediakan tempat bagi spesies bakteri mulut
lain seperti Streptococcus sanguis dan Actinomyces viscosus, selain itu adanya glukan
juga dapat membuat bakteri menjerat partikel nutrien lain (Reyza, 2011).
Proses pembentukan plak diawali dengan melekatnya glokoprotein pada email
yang kemudian membentuk suatu lapisan tipis, lembut, tidak berwarna dan transparan
yang disebut dengan pelikel saliva. Pembentukan pelikel terjadi pada beberapa saat
setelah membersihkan gigi. Pelikel saliva berfungsi sebagai pelindung. Setelah
terbentuknya pelikel, terjadi kolonisasi awal Streptococcus mutans yang melekatkan
diri pada pelikel tersebut. Pada tahap kolonisasi awal, pertumbuhan bakteri terjadi
sangat cepat, hanya membutuhkan waktu beberapa menit, setelah itu pelikel langsung
dipenuhi oleh populasi bakteri dan membentuk plak.
Pelikel dan matriks plak merupakan produk bakteri yang terdiri dari beberapa
komponen meliputi albumin, lisozim, amilase, imunoglobulin A, prolin yang kaya
protein dan mucins. Komposisi molekul dan kimia fisik pelikel merupakan hal yang
sangat menentukan bentuk kolonisasi mikroba.
Bakteri yang pertama kali melekat apa permukaan pelikel biasanya golongan
coccus. Seiring berjalannya waktu plak dikolonisasi oleh bermacam-macam bentuk
berupa filamen, flagel dan spiral. Koloni awal yang terdapat pada plak adalah
didominasi oleh mikroorganisme fakultatif gram positif spesies komensal utama
meliputi Streptococcus (Streptococcus sanguis, Streptococcus Gordonii dan
Streptococcus oralis) dan Actinomyces viscosus. Pengkoloni awal tersebut melekat ke
permukaan gigi dengan bantuan adhesins yaitu molekul spesifik yang terdapat pada
permukaan bakteri. Contoh adhesin ini adalah Streptococcus gordonii dapat berikatan
2. dengan bantuan α-amylase sedangkan Actinomyces naeslundii dan Fusobakterium
nucleatum berinteraksi dengan statherin. Streptococcus mutans berikatan dengan
glucans protein binding.
Masa plak kemudian mengalami pematangan bersamaan dengan pertumbuhan
bakteri yang telah melekat, maupun kolonisasi dan pertumbuhan spesies lainnya.
Dalam perkembangannya terjadi perubahan ekologis pada biofilm, yaitu peralihan
dari lingkungan awal yang aerob dengan spesies bakteri fakultatif gram positif
menjadi lingkungan yang sangat miskin oksigen dimana yang dominan adalah
mikroorganisme anaerob gram-negatif seperti Veilonella parvula.
Dalam waktu kira-kira tiga hari, bakteri yang tidak ikut pengkolonian awal pada
gigi seperti Prevotella intermedia, Prevotella loescheii, spesies Capnocyttophaga,
Fusobakterium nucleatum, dan Porphyromonas gingivalis, Mikroorganisme tersebut
melekat ke sel bakteri yang telah berada dalam massa plak. Interaksi yang
menimbulkan perlekatan bakteri pengkoloni sekunder (kedua) ke bakteri pengkoloni
awal dinamakan koagregasi. Fase akhir pematangan plak pada hari ke 7 ditandai
dengan menurunnya jumlah bakteri gram positif dan meningkatnya bakteri gram
negatif (Ayu, 2012).
Kompisisi plak terbesar adalah mikroorganisme. Diperkirakan lebih dari 400
spesies bakteri dijumpai dalam plak dental. Mikroorganisme non-bakteri yang
dijumpai dalam plak adalah spesies Mycoplasma, ragi, protozoa, dan virus.
Mikroorganisme tersebut berada diantara matriks interseluler yang juga mengandung
sedikit jaringan seperti sel-sel epitel, makrofag, dan leukosit. Suatu penelitian
menunjukkan bahwa bakteri yang dominan dalam semua plak gigi adalah jenis kokus
terutama Streptokokus yang dapat menghasilkan asam dengan cepat dari hasil
metabolisme karbohidrat. Mikroorganisme tersebut selain mampu membentuk asam
(asidogenik) juga tahan asam (asidurik).
Bakteri yang berada di rongga mulut sangat banyak yang sangat berperan pada
proses pembentukan plak. Bakteri di rongga mulut dapat diklasifikasikan berdasarkan
pada Pewarnaan (Gram positif dan Gram negatif) dan Kebutuhan oksigen (aerob dan
anaerob)
1. Kokus Gram Positif
1) Genus Streptococus
i) Kelompok Mutans
Species utama adalah Streptococcus mutans
3. Keberadaan di rongga mulut dan infeksi : tooth surface, dental caries
ii) Kelompok Mitis
Spesies utama : Streptococcus mitis, Streptococcus sanguis, Streptococcus
gordoni, Streptococcus oralis, Streptococcus crista.
Keberadaan di rongga mulut dan infeksi: plak gigi, lidah dan pipi.
iii) Kelompok Salivarius
Spesies utama : Streptococcus salivarius, Streptococcus vestibularis
Keberadaan di rongga mulut dan infeksi: dorsum lidah dan saliva pada
umumnya tidak bersifat patogen
iv) Anaerobic streptococci (genus Peptostreptococcus)
Spesies utama: Peptostreptococcus anaerobicus, Peptostreptococcus micros,
Peptostreptococcus magnus.
Karakteristik kultur: anaerob, pertumbuhan lambat, biasanya non hemolitik.
Keberadaan di rongga mullut dan infeksi: pada gigi, khususnya karies dentin,
abses periodontal &dentoalveolar dalam kultur campur
v) Kelompok Anginosus
Spesies utama : Streptococcus constellatus, Streptococcus intermedius,
Streptococcus anginosus.
Karakteristik kultur : Tergantung CO2
Keberadaan di rongga mulut da infeksi: krevikuler gingiva, infeksi
dentoalveolar & endodontik.
2) Genus Stomatococcus
Spesies utama : Stomatococcus (bentuk Micrococcus)
Karakteristik kultur : koagulase negatif, anaerob fakultatif.
Keberadaan di rongga mulut dan infeksi : Umumnya pada lidah, krevikuler
gingiva, bukan merupakan patogen oportunis
3) Genus Staphylococcus
Spesies utama: Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermis
(Staphylococcus albus), Staphylococcus saphrophyticus
Keberadaan di rongga mulut dan infeksi:Proporsi Staphylococcus aureus lebih
banyak terdapat dalam saliva subyek sehat.
b) Kokus Gram Negatif
1) Genus Neisseria
Spesies utama : Neisseria subflava, Neisseria mucosa.
4. Karakteristik kultur : menghasilkan asakharolitik dan non polisakarida, aerob
fakultatif.
Keberadaan di rongga mulut dan infeksi: diisolasi dlm jmlh yang lebih sedikit
dari lidah,saliva,mukosa rongga mulut dan awal pembenukan plak,
mengkonsumsi O2 pada tahap awal pembentukan plak, menyediakan kondisi
kondusif untuk pertumbuhan anaerob, jarang berkaitan dengan penyakit
2) Genus Veilonella
Spesies utama: Veilonella parvula, Veilonella dispar, Veilonella Atypica
Karakteristik kultur: anaerob obligat, tidak menghasilkan glukokinase dan
frukto kinase sehingga tidak bisa memetabolisme karbohidrat. Oleh karena itu
ia menggunakan laktat hasil dari bakteri lain dan pH plak.
Keberadaan di rongga mulut dan infeksi: Diisolasi dari permukaan lidah,
saliva dan plak gigi, tidak berhubungan dengan penyakit (Reyza, 2011).
Plak merupakan penyebab utama terbentuknya penyakit gigi dan mulut yang lain
seperti karies (lubang gigi), kalkulus (karang gigi), gingivitis (radang pada gusi),
periodontitis (radang pada jaringan penyangga gigi), dan lain sebagainya. Oleh karena
plak tidak dapat dihindari pembentukannya, maka mengurangi akumulasi plak adalah
hal yang sangat penting untuk mencegah terbentuknya panyakit gigi dan mulut.
Berikut bahan Anti-Plak atau Pengontrol mikroba:
1. Permen karet
Mengunyah permen karet yang mengandung Xylitol atau sorbitol (pengganti
gula), mempunyai efek pengurang plak. Xylitol tidak bisa digunakan oleh bakteri,
sehingga membuat bakteri tersebut kelaparan. Begitu bakteri mati, kerusakan gigi
juga akan berkurang.
Sebuah studi yang dipublikasikan di Journal Of Dental Education menemukan,
mengunyah permen karet Xylitol sekali sehari selama empat minggu menyebabkan
pengurangan plak dalam jumlah besar. Studi dari Harvard School of Dental Medicine
juga menemukan, mengunyah permen karet ini secara teratur mengurangi kerusakan
gigi sebanyak 30% - 60 % (Anna, 2009).
2. Pasta gigi
Pasta gigi mengandung komponen pencegah plak/substansi antibakteri bernama
triclosan bisa mengurangi plak dan tetap aktif dalam mulut selama 12 jam setelah
penggunaan.
3. Polifenol
5. Teh hijau, anggur merah dan jus cranberry mengandung substansi yang dikenal
dengan polifenol. Komponen ini mengurangi pembentukan plak. polifenol membantu
mencegah bakteri memproduksi asam yang memecah lapisan email gigi.
Peneliti dari University of Tohoku, Jepang, menganalisis kesehatan gigi dan diet
dari 250.000 partisipan. Peneliti menemukan, satu cangkir teh hijau saja sehari bisa
meningkatkan kesehatan gigi dan menurunkan risiko gigi tanggal sebanyak 20 persen.
4. Minyak zaitun
Peneliti dari University of Madrid mempelajari kandungan antirongga dari minyak
zaitun. Peneliti menemukan, minyak zaitun mengandung oleuropein, komponen
antibakteri yang mencegah bakteri 'gram negative' menempel di gigi. Bakteri 'gram
negative' merupakan pemicu penyakit gusi dan penurunan kepadatan tulang.
Selain itu, minyak zaitun melapisi gigi dengan molekul-molekul lemak sehingga
mencegah pembentukan plak. Diet sumber lemak dan minyak lainnya juga membantu
menetralkan asam yang diproduksi bakteri dalam plak (Anonim, 2010).
DAFTAR PUSTAKA
Anna Hodgekiss. Cleaner that can ease denture pain.
http://www.dailymail.co.uk/health/article1204077/Cleanereasedenturepain.html#ix
zz1QLUMKkMI. 2009. Diakses pada tanggal 23 April 2015 pukul 16.30 WIB.
Anonim. Antiseptik Sebagai Obat Kumur Peranannya Terhadap
Pembentukan Plak Gigi. http://www.kalbe.co.id . 2010. diakses pada tanggal 23
April 2015 pukul 16.00 WIB.
Ayu Nurma Dewi Amnur. Plak Karang Gigi.
http://eprints.undip.ac.id/44509/3/Ayu_Nurma_Dewi_Amnur_22010110110058_B
AB2KTI.pdf. 2012. diakses pada tanggal 22 April 2015 pukul 17.30 WIB.
Reyzaa Wahyu Yosa. Plak Karang Gigi.
https://www.academia.edu/8646944/13
0292576-Plak-Karang-Gigi. 2011. diakses
pada tanggal 22 April 2015 pukul 17.00 WIB.
6. Waluyo L. Teknik dan Metode Dasar dalam Mikrobiologi. Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang Press. 2009.
7. Waluyo L. Teknik dan Metode Dasar dalam Mikrobiologi. Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang Press. 2009.