Implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran sosiologi di SMA Negeri 1 Parung. Penelitian ini bertujuan mengetahui konsep, nilai-nilai karakter, dan implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran sosiologi. Metode penelitian kualitatif deskriptif dengan teknik wawancara, observasi, dokumentasi, dan angket. Hasilnya, terdapat nilai-nilai karakter dalam silabus dan RPP yang diterapkan dalam proses pembelajaran
1. IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER
DALAM PEMBELAJARAN SOSIOLOGI DI SMA NEGERI 1 PARUNG
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S.Pd)
Oleh
Muhamad Robi
11140150000066
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2018
2. LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul “ Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Sosiologi di
SMA Negeri 1 Parung “. Disusun oleh Muhamad Robi, NIM. 11140150000066, Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah
sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan
yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 30 Agustus 2018
Mengesahkan
3.
4.
5. i
ABSTRAK
Muhamad Robi, 11140150000066 “Implementasi Pendidikan Karakter Dalam
Pembelajaran Sosiologi di SMA Negeri 1 Parung”, Skripsi Program Studi Pendidikan
IPS, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2018.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep pendidikan karakter, nlai-nilai
karakter dan implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran sosiologi di SMA
Negeri 1 Parung. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif deskriptif. Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Sumber data
atau informan adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, tiga guru
sosiologi, dan delapan belas siswa SMA Negeri 1 Parung. Pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan observasi, wawancara, dokumentasi dan angket.
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa terdapat nilai karakter di silabus dan
RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang digunakan dalam proses pembelajaran.
Dalam perencanaan pembelajaran mencantumkan beberapa nilai karakter pada silabus
dan RPP. Dalam pelaksanaan pembelajarannya menerapkan sebelas nilai karakter dari
delapan belas nilai karakter yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional.
Untuk evaluasi pembelajaran penilaian yang digunakan yaitu observasi dengan
mengamati sikap dan tingkah laku siswa di dalam kelas serta memberikan penugasan
untuk melihat perkembangan kemajuan belajar siswa.
Kata kunci : Pendidikan Karakter, Pembelajaran, Implementasi, Evaluasi
Pembelajaran.
6. ii
ABSTRACT
Muhamad Robi, 11140150000066 “The Implementation of Character Education in
sociology learning at SMA Negeri 1 Parung”, Skripsi of Social Education Program at
Faculty of Tarbiya and Teacher’s Training of Syarif Hidayatullah State Islamic
University Jakarta, 2018.
This research aims at knowing implementation of education character in sociology
learning at Parung 1 senior high school.The methode in this study used by qualitative
description. Technique the sampling is purposive sampling. Data sources or informants
were principals, vice principals in the curriculum field, three sociology teachers, and
eighteen students of Parung 1 State High School. Data collection in this study uses
observation, interviews, documentation and questionnaires. Based on the results of the
study, it was found that there were character values in the syllabus and RPP (Learning
Implementation Plans) used in the learning process. In learning planning includes some
character values in the syllabus and RPP. In the implementation of the learning, apply
eleven character values from eighteen character values issued by the Ministry of
National Education. For evaluation of assessment learning used is observation by
observing students' attitudes and behavior in the classroom and providing assignments
to see the development of student learning progress.
Keywords: Character Education, Learning, Implementation, Learning Evaluation.
7. iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji serta syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala karunia dan
rahmat-Nya yang tak terhitung berupa kasih sayang, nikmat iman dan islam, serta
kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang sangat
mengasyikan ini dengan judul “Impelementasi Pendidikan Karakter Dalam
Pembelajaran Sosiologi di SMA Negeri 1 Parung””. Shalawat dan salam semoga
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, serta para
pengikutnya.
Proses penulisan laporan penelitian skripsi ini tentu saja banyak menemui
hambatan dan kendala. Semua itu tidak akan teratasi tanpa bantuan dan dukungan dari
beberapa pihak baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Kedua malaikat tak bersayap yaitu orang tua penapak surga yang telah
memberikan motivasi yang tiada terbatas dalam hidup penulis
2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Syaripulloh, M.Si Sekertaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial sekaligus Pembimbing Akademik Penulis
4. Ibu Prof. Dr. Ulfah Fajarini, M.Si selaku dosen pembimbing Pertama yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran di sela-sela kesibukannya untuk
memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan laporan
pelaksanaan penelitian ini.
5. Ibu Zaharah M.Ed selaku dosen pembimbing kedua yang telah meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran di sela-sela kesibukannya untuk memberikan
bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan laporan pelaksanaan penelitian
ini.
8. iv
6. Bapak Ikhwan Setiawan, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMAN 1 Parung yang
telah mengizinkan penulis untuk melaksanakan penelitian di SMA Negeri 1
Parung.
7. Guru-guru dan staf tata usaha SMA Negeri 1 Parung yang telah mengizinkan
penulis dalam melaksanakan penelitian di SMA Negeri 1 Parung.
8. Kakak tercinta yang terus mendukung adiknya untuk mecapai tujuannya.
Terutama untuk kakaku Ade Irma Imamah M.H tersayang yang telah menjadi
inspirasi dan motivasi nyata dalam kehidupan penulis.
9. Untuk guru-guru tersayang yang kumuliakan. Terkhusus Ustadz Aditya
Darmadi, yang perkataannya selalu menyejukan Qalbu. Semoga beliau selalu
dalam keadaan sehat walafiat.
10. Teman teman Karang Taruna Desa Bojong Indah dan Forum Pemuda Bojong
Indah (FPMBI).
11. Sahabat HMJ IPS, Komunitas Banten Mengajar, Komunitas Kabupaten Bogor
Mengajar, Rumah Baca RAKUS (Rak Buku Perpus) yang menginspirasi penulis
untuk terus semangat dalam menjalankan kehidupan dan selalu menguatkan satu
sama lain.
12. Teman-teman Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial angkatan 2014 yang telah
memberikan dukungannya dalam melaksanakan penelitian ini.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan penelitian ini masih
banyak kekurangan, hal ini tidak lepas dari keterbatasan pada diri penulis yang masih
dalam proses belajar. Maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun mengenai
isi penelitian ini sangat diharapkan oleh penulis.
Parung, Oktober 2018
Muhamad Robi
9. v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK........................................................................................................................ i
ABSTRACT...................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................... iii
DAFTAR ISI....................................................................................................................v
DAFTAR TABEL.......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah........................................................................................ 11
C. Batasan Masalah ............................................................................................. 11
D. Rumusan Masalah........................................................................................... 11
E. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 12
F. Manfaat Hasil Penelitian ................................................................................. 12
BAB II KAJIAN TEORI...............................................................................................14
A. Hakikat Implementasi Pendidikan Karakter................................................... 14
1. Pengertian Implementasi.............................................................................. 14
2. Pengertian Karakter ..................................................................................... 14
10. vi
3.Nilai Nilai Karakter ...................................................................................... 15
4. Pengertian Pendidikan Karakter......................................................................... 16
5. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter........................................................... 17
6. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter......................................................................... 19
B. Pengertian Pembelajaran................................................................................. 23
1. Peranan Perencanaan Pembelajaran................................................................... 23
2. Pentingnya Perencanaan Pembelajaran............................................................. 24
C. Pengertian Sosiologi ....................................................................................... 25
1. Sejarah Sosiologi ........................................................................................ 26
2. Definisi Sosiologi dan Hakikatnya ............................................................. 26
3. Sosiologi Auguste Comte ........................................................................... 27
4. Teori Teori Sosiologi Sesudah Comte ........................................................ 28
D. Penelitian Relevan .......................................................................................... 29
E. Kerangka Berfikir............................................................................................ 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN....................................................................36
A. Tempat dan Waktu Penelitian......................................................................... 36
B. Metodologi Penelitian.................................................................................... 37
C. Populasi dan Sampel Data ............................................................................. 39
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 40
E. Instrumen Penelitian ....................................................................................... 42
F. Teknik Analisis Data....................................................................................... 54
G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ............................................................ 56
11. vii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................................58
A. Gambaran Umum SMA Negeri 1 Parung....................................................... 58
1. Sejarah Singkat SMA Negeri 1 Parung............................................................. 58
2. Visi dan MISI SMA Negeri 1 Parung................................................................ 59
3. Tujuan SMA Negeri 1 Parung............................................................................ 60
4. Guru dan Tenaga Kependidikan......................................................................... 63
5. Jumlah Siswa ............................................................................................... 68
6. Sarana dan Prasarana ................................................................................... 70
7. Program Pembinaan Peserta Didik .................................................................... 71
B. Pembahasan .................................................................................................... 72
1. Pemahaman Terhadap Pendidikan Karakter..................................................... 73
2. Implementasi Pendidikan Karakter Dalam PembelajaranSosiologi di SMA
Negeri 1 Parung....................................................................................................85
a. Perencanaan Pendidikan Karakter dalam Pembeljaran Sosiologi di SMA
Negeri 1 Parung...................................................................................... 85
b. Pelaksanaan Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Sosiologi di
SMA Negeri 1 Parung.............................................................................86
c. Evaluasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Sosiologi di SMA
Negeri 1 Parung...................................................................................... 92
C. Temuan Utama Penelitian............................................................................... 93
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN IMPLIKASI..................................................94
A. Kesimpulan....................................................................................................... 4
13. ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Delapan Belas Nilai Karakter Kemendiknas .......................................... 20
Tabel 2.2 Penelitian Relevan .................................................................................. 29
Tabel 3.1 Waktu Penelitian .................................................................................... 36
Tabel 3.2 Penarikan Sampel Penelitian .................................................................. 40
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Wawancara Kepala Sekolah .................................. 42
Tabel 3.4 Pedoman Wawancara Kepala Sekolah....................................................43
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Instrumen Wawancara Wakasek Bidang Kurikulum............. 43
Tabel 3.6 Pedoman wawancara Bidang kurikulum........... .......................... ..........44
Tabel 3.7 Kisi-Kisi Instrumen Wawancara Guru Sosiologi................................... 45
Tabel 3.8 Pedoman wawancara Guru Sosiologi......................................................46
Tabel 3.9 Kisi-Kisi InstrumenWawancara Siswa................................................... 49
Tabel 3.10 Pedoman Wawancara Siswa....................................................................49
Tabel 3.11 Kisi-Kisi Instrumen Angket Siswa ......................................................... 51
Tabel 3.12 Pedoman Angket Siswa...........................................................................52
Tabel 3.13 Kisi-Kisi Pedoman Observasi................................................................. 53
Tabel 3.14 Kisi-Kisi Instrumen Dokumentasi .......................................................... 54
Tabel 4.1 Pelaksanaan Nilai-Nilai Karakter Dalam Pembelajaran sosiologi..........89
Tabel 4.2 Data Hasil Angket Lima Belas Orang siswa IPS....................................91
14. x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ........................................................................35
Gambar 3.1 Tempat Penelitian ........................................................................36
15. xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Wawancara Kepala Sekolah........................................................... 100
Lampiran 2 Lembar Wawancara Bidang Kurikulum...................................................... 106
Lampiran 3 Lembar Wawancara Guru Sosiologi............................................................ 111
Lampiran 4 Lembar Wawancara Siswa........................................................................... 137
Lampiran 5 Lembar Data Instrumen Angket Siswa........................................................ 143
Lampiran 6 Lembar Observasi........................................................................................ 145
Lampiran 7 Lembar Dokumentasi................................................................................... 148
Lampiran 8 Silabus.......................................................................................................... 149
Lampiran 9 RPP .............................................................................................................. 163
Lampiran 10 Surat Bimbingan Skripsi.............................................................................. 185
Lampiran 11 Surat Permohonan Izin Penelitian................................................................ 186
Lampiran 12 Surat Keterangan Dari Sekolah.................................................................... 187
Lampiran 13 Lembar Uji Referensi.. ................................................................................188
Lampiran 14 Biodata Penulis ............................................................................................ 194
Lampiran 15 Dokumentasi Penelitian ............................................................................... 195
16. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hakikat pendidikan adalah meningkatkan kualitas sumber daya
manusia, misalnya dari keadaan tidak tahu menjadi tahu, dari kondisi
buruk menjadi baik, atau dari yang sudah baik menjadi lebih baik lagi.1
Sedangkan menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional BAB 1 Pasal 1 ayat 1 “Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spriritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.2
Secara makro pendidikan nasional bertujuan membentuk
organisasi pendidikan yang bersifat otonom sehingga mampu melakukan
inovasi dalam pendidikan untuk menuju suatu lembaga yang beretika,
selalu menggunakan nalar, berkemampuan komunikasi sosial yang positif
dan memiliki sumber daya manusia yang sehat dan tangguh. Secara mikro
pendidikan nasional bertujuan membentuk manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beretika (beradab dan
berwawasan budaya bangsa Indonesia), memiliki nalar (maju, cakap,
cerdas, kreatif, inovatif dan bertanggung jawab), berkemampuan
komunikasi sosial tertib dan sadar hukum, kooperatif dan kompetitif,
demokratis), dan berbadan sehat sehingga menjadi manusia mandiri. 3
Pendidikan mempunyai arti yang sangat penting bagi manusia untuk
menjalankan hidup di dunia ini. Karena pendidikan merupakan jalan
1
Ngainun Naim, Charakter Building “Optimalisasi Peran Pendidikan dalam
Pengembangan Ilmu dan Pembentukan Karakter Bangsa” , Cetakan I (Jogjakarta : Ar-ruzz
Media, 2012) ,h. 45.
2
Undang Undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
3
Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Cetakan VI (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2015) h. 20.
17. 2
utama untuk bisa mengarungi kehidupan yang sedang dijalani. Sebab,
pendidikan mengajarkan sesuatu yang belum diketahui agar kita bisa
menjadi tahu, mengajarkan solusi untuk memecahkah masalah yang sulit
dengan pengetahuan. Dengan pendidikan manusia diharapkan menjalani
kehidupannya dengan baik dan benar sesuai harapan dan tujuan
pendidikan itu sendiri.
Perkembangan pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari
perkembangan kurikulum yang terjadi di Indonesia. Perkembangan
kurikulum akan selalu terus berubah mengingat tuntutan yang semakin
komplek yang dihadapi sumber daya manusia Indonesia. Perbedaan
pendidikan bisa kita lihat diantaranya seperti cara belajar. Dahulu, kita
belajar di sekolah diajarkan oleh guru dengan menggunakan papan tulis
dan kapur dan kita mencatat pelajaran tersebut dengan pensil, pulpen dan
buku. Namun sekarang ini, karena canggihnya teknologi membuat belajar
dikelas berbeda dengan dahulu. Saat ini belajar tidak lagi menggunakan
papan tulis dan kapur tetapi guru menggunakan infocus dan laptop untuk
menjelaskan materi pelajaran dikelas. Zaman sekarang ini juga siswa tidak
perlu lagi untuk mencatatnya meggunakan pensil atau pulpen disebuah
buku, namun mereka bisa meminta materi yang diajarkan guru dengan
menggunakan softcopy nya. Jadi siswa bisa mempelajarinya dirumah
menggunakan komputer. Perbedaan pendidikan dulu dan sekarang juga
terlihat dari sumber pengetahuan dan informasi yang didapat oleh guru dan
siswa. Berita saat dulu, informasi dan ilmu disalurkan dengan sangat
lambat. Siswa masih begitu sulit mendapatkan informasi. Biasanya para
siswa hanya memperoleh pengetahuan dengan membaca buku dan
bertanya pada guru. Namun sekarang informasi dapat dicari dengan mudah
dan cepat, karena sudah adanya internet, televisi, radio, dan surat kabar.
Dengan adanya beberapa kecanggihan teknologi tersebut membuat
kemudahan bagi para siswa untuk memperoleh informasi. Namun dengan
kemajuan teknologi tersebut banyak juga dampak negatif karena
penyalahgunaan internet.
18. 3
Pendidikan dahulu dimaksudkan untuk mendidik manusia agar
tumbuh mempunyai akhlak yang baik, mengajarkan nilai kehidupan, dan
mengajarkan budi pekerti, etika, mendahulukan kepentingan umum diatas
kepentingan pribadi. Setelah itu institusi dan tenaga pendidik baru akan
mengajarkan keterampilan yang membuat siswa mampu menyokong
hidupnya sendiri dimasa depan. Namun sekarang ini pendidikan lebih
berorientasi kepada bagaimana meningkatkan kecerdasan, prestasi,
keterampian dan bagaimana menghadapi persaingan. Pendidikan saat ini
cenderung kehilangan misi utamanya untuk investasi karakter manusia.
Dalam agama Islam menuntut ilmu adalah sebuah ibadah yang
wajib dilaksanakan oleh setiap pemeluknya. Ilmu itu bisa didapat dari
berbagai macam sumber. Salah satunya adalah melalui pendidikan.
Dengan ilmu yang didapatkan melalui pendidikan manusia akan
ditinggikan derajatnya oleh Allah SWT. Adapun potongan ayat Alquran
yang membahas ini terdapat pada surat Surat Al-Mujadalah ayat 11 yang
berbunyi :
Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan
kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka
lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu",
Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-
orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
19. 4
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.4
Setiap manusia yang berusaha untuk menuntut ilmu akan
ditinggikan beberapa derajat hidupnya oleh Allah. Pendidikan menjadi
harapan utama bagi perbaikan kualitas manusia Indonesia. Ditinjau dari
peran dasarnya, pendidikan merupakan jalur peningkatan kualitas manusia
yang lebih menekankan pada pembentukan kualitas dasar, seperti
keimanan, ketakwaan, kepribadian, kecerdasan, kedisiplinan, dan
sebagainya. Pendidikan memiliki nilai strategis sebagai investasi bagi
masa depan. Secara teori, pendidikan adalah dasar bagi penumbuhan
ekonomi, perkembangan sains dan teknologi, mengurangi kemiskinan, dan
peningkatan kualitas peradaban. Pendidikan jika dikelola secara baik
menyimpan kekuatan luar biasa untuk menciptakan keseluruhan aspek
lingkungan hidup, dapat memberikan informasi paling berharga mengenai
pegangan masa depan, dan membantu anak didik mempersiapkan
kebutuhan hidup yang esensial dalam menghadapi perubahan.
Fungsi dan tujuan pendidikan nasional menurut undang undang
sistem pendidikan nasional No. 20 Tahun 2003 bab 2 pasal 3. Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, serta bertanggung jawab.5
Namun dalam realita kehidupan yang ada harapan dari hakikat pendidikan
itu belum terlaksana dengan baik di sekolah-sekolah. Dampaknya adalah
timbulnya perilaku-perilaku negatif para peserta didik seperti
penyimpangan sosial antara lain tawuran, narkoba, pergaulan bebas di
kalangan remaja dan lain sebagainya. Dalam hal ini pendidikan Indonesia
menjadi sorotan yang tajam dari pemerintah dan masyarakat itu sendiri.
4
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2011), h. 543
5
Undang Undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
20. 5
Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa baik
dari segi ilmu pengetahuan maupun cerdas dari perilaku atau sikap.
Kenakalan remaja dewasa ini semakin meningkat, contohnya saja tawuran
antar pelajar, narkoba, pencurian dan lain sebagainya. Jumlah pengguna
narkotika, psikotropika, dan zat adiktif di kalangan remaja cenderung
meningkat. Bahaya kehilangan generasi produktif terbayang di depan
mata. Pengguna narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (napza)
diperkirakan sekitar 5 juta orang atau 2,8 persen dari total penduduk
Indonesia. Angka ini lebih tinggi daripada jumlah penduduk Nusa
Tenggara Timur yang mencapai 4,6 juta jiwa. Pengguna remaja yang
berusia 12-21 tahun ditaksir sekitar 14.000 orang dari jumlah remaja di
Indonesia sekitar 70 juta orang. DKI Jakarta, berdasarkan catatan
Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya, jumlah pengguna napza di
kalangan remaja dalam tiga tahun terakhir terus naik. Pada tahun 2011,
siswa SMP pengguna napza berjumlah 1.345 orang. Tahun 2012 naik
menjadi 1.424 orang, sedangkan pengguna baru pada Januari-Februari
2013 tercatat 262 orang, dikalangan SMA, pada 2011 tercatat 3.187 orang,
tahun berikutnya menjadi 3.410 orang. Adapun kasus baru tahun 2013
tercatat 519 orang. Kepala Bagian Pengawasan dan Pengendalian
Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Sri
Hastuti mengatakan, kerentanan remaja dipengaruhi faktor lingkungan.
Kondisi mental remaja yang biasanya ingin tahu dan labil, jika ditambah
pergaulan yang tidak sehat, bisa menjerumuskan mereka ke praktik
penyalahgunaan napza. 6
Begitu pula berdasarkan pengamatan peneliti
yang memang mengajar di SMA Negeri 1 Parung bahwa sebagaian siswa
masih belum disiplinbaik dalam pembelajaran maupun di lingkungan
sekolah. Dari sarana dan prasarana yang belum memadai sampai
keseriusan para guru untuk membentuk karakter siswa.
6
Editor Tim Kompas. Pengguna Narkoba dikalangan Remaja Meningkat
http://regional.kompas.com/read/2013/03/07/03184385/Pengguna.Narkoba.di.Kalangan.R
emaja.Meningkat Di akses pada 15 November pukul 07.58 WIB
21. 6
Pendidikan bukan hanya sekedar memberikan ilmu pengetahuan
kepada peserta didik yang belum tahu menjadi tahu. Bukan hanya sekedar
transformasi ilmu pengetahuan seperti sains dan teknologi. Lebih dari itu
pendidikan juga menyentuh aspek sikap yang mendalam para diri peserta
didik masing masing. Agar peserta didik mampu bersikap sebagaimana
sesuai harapan hakikat pendidikan tersebut. Untuk itu dalam proses
pendidikan dibutuhkan pembentukan karakter untuk peserta didik agar
terhindar dari perilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan harapan dan
tujuan pendidikan.
Di Indonesia akhir-akhir ini menjadi isu yang sangat hangat sejak
Pendidikan Karakter dicanangkan oleh pemerintah Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional, pada 2
Mei 2010. Tekad pemerintah untuk menjadikan pengembangan karakter
dan budaya bangsa sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sistem
pendidikan nasional harus didukung secara serius. Akan tetapi, kita juga
masih belum tahu bagaimana keseriusan pemerintah untuk melakukan
kebijakan pendidikan nasional untuk mendukung program itu. Tentunya,
karakter bangsa hanya semata dapat dibentuk dari program pendidikan
atau proses pembelajaran di dalam kelas. Akan tetapi, kalau memang
pendidikan bermaksud serius untuk membentuk karakter generasi bangsa,
ada banyak hal yang harus dilakukan, butuh penyadaran terhadap para
pendidik dan pelaksana kebijakan pendidikan.P6F
7
Renstra (Rencana Strategis) Kementerian Pendidikan Nasional
(sekarang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) 2010-2014 telah
mencanangkan penerapan pendidikan karakter untuk seluruh jenjang
pendidikan di Indonesia mulai tingkat Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) sampai Perguruan Tinggi (PT) dalam sistem pendidikan di
Indonesia. Berkaitan dengan pelaksanaan Renstra pendidikan karakter di
semua jenjang tersebut maka sangat diperlukan kerja keras semua pihak,
7
Fatchul Muin, Pendidikan Karakter Konstruksi Teoritik dan Praktik, Cetakan I
(Jogjakarta : Ar-ruzz Media,2011), h. 323.
22. 7
terutama terhadap program - program yang memiliki kontribusi besar
terhadap peradaban bangsa harus benar-benar dioptimalkan. Namun,
penerapan pendidikan karakter di sekolah memerlukan pemahaman
tentang konsep, teori, metodologi dan aplikasi yang relevan dengan
pembentukan karakter (character building) dan pendidikan karakter
(character education).8
Pendidikian karakter merupakan pendidikan yang bersifat
menyeluruh yang diberikan kepada semua manusia. Terutama dari orang
tua kepada anaknya, dimulai dari pendidikan dasar untuk membentuk
karakter yang kuat agar kelak nanti ketika ia menginjak dewasa mampu
beradaptasi dengan kehidupan yang ia jalani.
Dalam Alquran ada beberapa ayat yang menggambarkan
pendidikan karakter dalam membina karakter anak. Yang pernah
dicontohkan oleh Luqman seperti ayat dibawah ini:
Dan sungguh telah kami berikan hikmah kepada
Luqman, yaitu, “ bersyukurlah kepada Allah! Dan
barang siapa bersyukur kepada Allah, maka
sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri,
8
Retno Lystyarti, Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, dan Kreaif, (
Jakarta : Esensi, 2012 ) h. 2.
23. 8
dan barang siapa tidak bersyukur ( kufur ), maka
sesungguhnya Allah maha kaya, maha terpuji. Dan
ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya,
ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “ wahai
anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar
benar kezalimany an yang besar (Luqman : 12-13).9
Dalam keterangan surat Luqman di atas yang bisa diambil adalah
mengenai keterkaitan pendidikan karakter yang diberikan oleh Luqman
kepada anaknya. Yaitu jangan mempersekutukan Allah. Ini adalah contoh
karakter yang dibangun dalam kehidupan seseorang. Pendidikan karakter
dalam ayat ini bertujuan untuk mencetak dan mengukuhkan pendirian
seorang anak.
Pembentukan karakter bisa dijalankan dengan cara mendidik untuk
membentuk karakter peserta didik atau disebut juga pendidikan karakter.
Pendidikan karakter digunakan untuk mengontrol sikap para peserta didik
dalam bertindak agar tidak menyimpang dan berbuat melanggar peraturan
dan tata tertib yang telah dibuat oleh pihak sekolah. Lebih luas lagi
diharapkan peserta didik mampu menampilkan sikap yang berkarakter di
masyarakat.
Menurut Philips, karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju
pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang
ditampilkan. Sedangkan, Doni Koesoma A. memahami bahwa karakter
sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri, atau
karakteristiknya, atau gaya, atau sifat khas dari diri seseorang yang
bersumber dari bentukan - bentukan yang diterima dari lingkungan,
misalnya keluarga pada masa kecil, juga bawaan sejak lahir.10
Sementara,
Winnie memahami bahwa istilah karakter memiliki dua pengertian tentang
karakter. Pertama, ia menunjukan bagaimana seorang bertingkah laku.
Apabila seorang berprilaku tidak jujur, kejam, atau rakus, tentulah orang
tersebut memanisfetasikan perilaku buruk. Sebaliknya, apabila seseorang
9
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, h. 412
10
Fatchul Muin, Pendidikan Karakter Konstruksi Teoritik dan Praktik, h. 160
24. 9
berprilaku jujur, suka menolong tentulah orang tersebut
memanisfestasikan perilaku karakter mulia. Kedua, disebut orang yang
berkarakter ( a person of character ) apabila tingkah lakunya sesuai
moral.11
Pendidikan karakter sangat dibutuhkan untuk membentuk karakter
sesuai harapan dari pendidikan tersebut. Pendidikan karakter bukan
sekedar pemberian materi pengetahuan kepada siswa apa itu kebaikan dan
keburukan, siswa bukan hanya sekedar belajar untuk mengetahui mana
yang baik dan buruk. Lebih dari itu pendidikan karakter agar siswa mampu
berperilaku sesuai norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat. Dalam
proses nya pendidikan karakter menanamkan kebaikan dan pemahaman
bahkan pembiasaan kepada siswa. Agar terbentuk karakter atau pribadi
yang baik. Akhlak berkenaan dengan kriteria ideal dan sumber karakter
yang baik dan buruk, sedangkan pendidikan karakter berkaitan dengan
metode, strategis, dan teknik pengajaran secara Pendidikan karakter
sesungguhnya bukan sekadar mendidik benar dan salah, tetapi mencakup
proses pembiasaan tentang perilaku yang baik sehingga siswa dapat
memahami, merasakan, dan mau berperilaku baik sehingga terbentuklah
tabiat yang baik. Menurut ajaran Islam, pendidikan karakter identik
dengan pendidikan Akhlak. Walaupun pendidikan akhlak sering disebut
tidak ilmiah karena terkesan bukan sekuler, namun sesungguhnya antara
karakter dengan spiritualitas memiliki keterkaitan yang erat dalam
praktiknya, pendidikan operasional.
Penelitian tentang pendidikan karakter dan berhubungan dengan
mata pelajaran melalui implementasi sudah pernah di lakukan oleh banyak
peneliti. Dalam hal ini ada beberapa penelitian terkait implementasi
pendidikan karakter. Salah satu penelitiannya yaitu yang dilakukan oleh
mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Diah Yuniardi dengan judul
implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran ilmu pengetahuan
sosial di SMP PGRI 1 Ciputat, ” berdasarkan hasil penelitian ditemukan
11
Ibid, h. 160
25. 10
bahwa terdapat nilai karakter di silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran) yang digunakan dalam proses pembelajaran. dalam
perencanaan pembelajaran mencantumkan beberapa nilai karakter pada
silabus dan RPP. Dalam pelaksanaan pembelajarannya menerapkan dua
belas nilai karakter dari delapan belas nilai karakter yang terdapat di
pedoman pengembangan pendidikan karakter yang dikeluarkan oleh
Kementerian Pendidikan Nasional. Untuk evaluasi pembelajaran penilaian
yang digunakan yaitu observasi untuk mengamati tingkah laku siswa, dan
penugasan untuk mengetahui perkembangan belajar siswa.12
Dalam pembelajaran sosiologi penanaman pedidikan karakter
sangat diperlukan. Ini dikarenakan sosiologi merupakan salah satu mata
pelajaran yang berkaitan dengan sosial atau masyarakat luas. Sosiologi
juga memberikan pemahaman kepada siswa tentang bagaimana harusnya
bersikap terhadap lingkungan sekitar. Hakikat sosiologi adalah telaah
tentang manusia dan dunianya. Manusia sebagai mahluk sosial selalu
hidup bersama dengan sesamanya. Dengan kemajuan teknologi pula
sekarang ini orang dapat berkomuikasi dengan cepat dimanapun mereka
berada melalui handphone dan internet. Kemajuan iptek menyebabkan
cepatnya komunikasi antar orang satu dengan lainnya, antara negara satu
dengan negara lainnya. Dengan demikian arus komunikasi akan semakin
cepat pula mengalirnya, oleh karena itu diyakini bahwa orang menguasai
informasi itulah yang menguasai dunia.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Implementasi
pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Sosiologi di SMA Negeri 1
Parung”.
12
Diah Yuniardi, “Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial di SMP PGRI 1 Ciputat,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015), h. i
26. 11
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas maka
masalah yang dapat diidentifikasi adalah :
1. Kurangnya sarana dan prasarana untuk membangun pendidikan
karakter.
2. Perilaku dan sikap siswa yang masih belum disiplin.
3. Kurangnya keseriusan pemerintah dalam melaksanakan program
pendidikan karakter.
4. Kurangnya perhatian guru terhadap tingkah laku siswa dalam
pembelajaran.
5. Kurangnya kesadaran terhadap pendidikan karakter bagi pendidik dan
pelaksana kebijakan pendidikan.
C. Batasan Masalah
Oleh karena banyaknya permasalahan yang dirumuskan dilatar
belakang tersebut maka peneliti fokus pada pembatasan masalah yaitu
berfokus hanya pada Implementasi Pendidikan Karkter dalam
Pembelajaran Sosiologi di SMA Negeri 1 Parung.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran pendidikan karakter dalam pembelajaran
sosiologi di SMA Negeri 1 Parung ?
2. Apa saja nilai-nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran sosiologi
di SMA Negeri 1 Parung ?
3. Bagaimana implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran
sosiologi di SMA Negeri 1 Parung?
27. 12
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Memperoleh gambaran Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran
Sosiologi di SMA Negeri 1 Parung.
2. Mengetahui nilai nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran
sosiologi di SMA Negeri 1 Parung
3. Mengetahui cara guru memberikan Pendidikan Karakter dalam
Pembelajaran Sosiologi di SMA Negeri 1 Parung.
F. Manfaat Hasil Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu rujukan atau
panduan dalam penelitian selanjutnya khususnya terkait masalah
tentang implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran
sosiologi di SMA.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti
1. Sebagai salah satu cara untuk mengaplikasikan pembelajaran
yang telah didapatkan di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
2. Sebagai sarana untuk menambahkan ilmu pengetahuan,
wawasan serta pengalaman yang dapat dijadikan proses
perbaikan diri dimasa mendatang
3. Sebagai salah satu cara untuk memperoleh gelar sarjana strata
satu dari program pendidikan ilmu pengetahuan sosial.
b. Bagi kepala sekolah, kurikulum dan guru penelitian ini dapat
bermanfaat sebagai perbaikan sekolah agar dapat menerapkan
pendidikan karakter di sekolah bukan hanya pada mata pelajaran
sosiologi saja tetapi juga dalam mata pelajaran yang lain.
28. 13
c. Bagi Stake Holder Universitas Islam Negeri Syarif Hidayataullah
Jakarta. Penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi serta salah
satu penelitian relevan untuk sumber selanjutnya.
d. Bagi peneliti yang lain hasil penelitian ini diharapkan menjadi
salah satu rujukan atau panduan dalam penelitian selanjutnya
khususnya terkait masalah tentang implementasi pendidikan
karakter dalam pembelajaran sosiologi di SMA.
29. 14
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hakikat Implementasi Pendidikan Karakter
1. Pengertian Implementasi
Dalam buku yang di tulis oleh Nurdin secara sederhana ia
mengartikan kata “implementasi” sebagai pelaksanaan atau penerapan.
Majone dan Wildavsky mengemukakan implementasi sebagai evaluasi
sedangkan Browne dan Wildavsky juga mengemukakan bahwa
implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan (
dalam pressman dan Wildavsky ). Implementasi merupakan aktivitas
yang saling menyesuaikan juga dikemukakan oleh Mclauglin.
Pengertian lain dikemukakan oleh Schubert bahwa “implementasi”
merupakan sistem rekayasa.1
Dari pengertian implementasi yang telah dijelaskan diatas maka
bisa disimpulkan bahwa implementasi adalah bukan sekedar aktivitas
tapi suatu kegiatan yang dilaksanakan dengan terencana dengan
sungguh sungguh dalam penanaman implementasi tersebut yang sesuai
norma tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Pengertian Karakter
Kata karakter dalam Tesamoko Tesaurus Bahasa Indonesia
mempunyai arti hati, kepribadian, mentalitas, nalur, pekerti,
pembawaan, perangai, perilaku, personalitas, reputasi, sifat, tabiat,
temperamen, dan watak. 2
Dilacak dari asal usulnya, kata karakter
berasal dari bahasa Yunani yang berarti to mark artinya cetak biru,
format dasar, sidik, seperti dalam sidik jari. Dalam tradisi Yahudi,
misalnya, para tetua melihat alam, katakanlah laut, sebagai sebuah
karakter, yaitu sebagai sesuatu yang beda, tidak dapat dikuasai oleh
1
Syafrudin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, Cetakan III (
Jakarta : Quantum Teaching, 2005 ), h. 70.
2
Eko Endarmoko, Tesamoko Teasurus Bhasa Indonesia Edisi Kedua, Cetakan I,
(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2016), h. 317.
30. 15
manusia. Oleh karena itu, berhadapan dengan apa yang memiliki
karakter, manusia tidak dapat ikut campur tangan. Manusia tidak dapat
memberikan bentuk. Sedangkan menurut Philips, karakter adalah
kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi
pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan.3
3. Nilai Nilai Karakter
Menurut Koentjaraningrat dan Lubis, karakter bangsa Indonesia
yaitu meremehkan mutu, suka menerabas, tidak percaya diri sendiri,
tidak berdisiplin, mengabaikan tanggung jawab, hipokrit, lemah
kreativitas, etos kerja buruk, suka feodalisme, dan tak punya malu.
Sedangkan menurut Winarno Surakhmad dan Pramoedya Ananta Toer,
karakter asli bangsa Indonesia adalah : nrimo, penakut, feodal,
penindas, koruptif, dan tak logis.4
Karakter lemah tersebut menjadi realitas dalam kehidupan bangsa
Indonesia. Nilai nilai tersebut sudah ada sejak bangsa Indonesia masih
dijajah bangsa asing beratus ratus tahun yang lalu. Karakter tersebut
akhirnya mengkritalisasi pada masyarakat Indonesia. Bahkan ketika
bangsa ini sudah merdeka pun karakter tersebut masih melekat.
Kondisi inilah yang kemudian melatarbelakangi lahirnya pendidikan
karakter oleh kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.5
Mulai tahun
pelajaran 2011, seluruh tingkat pendidikan di Indonesia harus
menyisipkan pendidikan karakter. Ada 18 nilai karakter yang harus
disisipkan dalam setiap mata pelajaran. Yaitu, religius, jujur, toleransi,
disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,
semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli
lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Semua nilai karakter
tersebut disisipkan dalam pelajaran di semua jenjang pendidikan.
3
Fatchul Muin, Pendidikan Karakter Konstruksi Teoritik dan Praktik, Cetakan I, (
Jogjakarta : Ar-ruzz Media, 2011) h. 160.
4
Retno Lystyarti, Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, dan Kreaif, h. 4.
5
Ibid, h. 5
31. 16
4. Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter menurut Thomas Lickona adalah pendidikan
untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi
pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu
tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati orang
lain, kerja keras, dan sebagainya. Aristoteles berpendapat bahwa
karakter itu erat kaitannya dengan kebiasaan yang kerap
dimanifestasikan dalam tingkah laku.6
Secara sederhana, pendidikan
karakter dapat didefinisikan sebagai segala usaha yang dapat dilakukan
untuk mempengaruhi karakter siswa.7
Usaha yang dapat dilakukan
adalah terus menerus memberikan nilai-nilai yang berkaitan dengan
karakter agar karakter siswa dapat terbentuk.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai
karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan,
kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai nilai
tersebut, baik terhadap tuhan yang maha esa (YME), diri sendiri,
sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia
insan kamil. Dalam pendidikan karakter disekolah, semua komponen
(stakeholder) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen
pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran mata
pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktifitas atau kegiatan
kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja
seluruh warga dan lingkungan sekolah. 8
Masuknya era globalisasi
yang berkaitan dengan masuknya pula keberagaman dari luar
Indonesia mengharuskan Indonesia harus tetap mempertahankan
kebudayaan dan nilai-nilai yang ada pada diri manusia Indonesia,
6
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, Cetakan II,
(Bandung: Alfabeta, 2012), h.23.
7
Depict Pristine A & Endang Suryani, “Implementasi Pembentukan Karakter Budi
Pekerti di SMP Negeri 1 Tanggul Jember”, Jurnal Pendidikan Karakter,Tahun V, Nomor 1, 2015,
h. 83.
8
Nurochim, Perencanaan Pembelajaran Ilmi Ilmu Sosial, Cetakan I, (Jakarta :
Rajawali Pers, 2013), h.142.
32. 17
terlebih pada segi karakter. Oleh karena itu perlu adanya sebuah
dorongan untuk menanamkan sikap atau pendidikan karakter kepada
semua orang terlebih dimulai melalui bangku sekolah dan mata
pelajaran nya. Pendidikan adalah sebuah proses untuk mengubah jati
diri seorang peserta didik untuk lebih maju. Menurut para ahli, ada
beberapa pengertian yang mengupas tentang definisi pendidikan
karakter. Diantaranya adalah Elkind dan Sweet, pendidikan karakter
adalah upaya yang disengaja untuk membantu memahami manusia,
peduli dan inti atas nilai nilai etis/susila. Dimana kita berfikir tentang
macam macam karakter yang kita inginkan untuk anak kita, ini jelas
bahwa kita ingin mereka mampu untuk menilai apa itu kebenaran,
sangat peduli tentang apa itu kebenaran/hak-hak, dan kemudian
melakukan apa yang mereka percaya menjadi yang sebenarnya, bahkan
dalam menghadapi tekanan dari tanpa dan dalam godaan.9
Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan karakter adalah segala
sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter
peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini
mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara
atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai
hal terkait lainnya.10
5. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter
Penyelenggaraan Pendidikan karakter menjadi satu hal yang
mutlak dilakukan di jenjang pendidikan manapun. Hal ini sangat
beralasan karena pendidikan adalah pondasi utama bagi tumbuh
kembang generasi muda Indonesia.11
Tujuan pendidikan karakter pada
intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif,
berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa
9
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, h. 23.
10
Ibid, h.24.
11
Reza Armin Abdillah Dalimunthe, “ Strategi dan Implementasi Pelaksanaan
Pendidikan Karakter di SMP N 9 Yogyakarta,” Jurnal Pendidikan Karakter,Tahun V, Nomor 1,
2015, h. 103
33. 18
patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan
teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan
yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Pendidikan karakter berfungsi
mengembangkan (1) mengembangkan potensi dasar agar berhati baik,
berpikiran baik, dan berprilaku baik, (2) memperkuat dan membangun
perilaku bangsa yang multikultural (3) meningkatkan peradaban
bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia..12
Pendidikan karakter bukan semata mata soal pengetahuan belaka,
namun terlebih soal kepribadian dan perilaku siswa sehari hari.
Pembangunan karakter (character building) merupakan tugas bersama
orang tu, sekolah dan masyarakat/lingkungan sekitar. Menyerahkan
sepenuhnya pendidikan karakter hanya pada guru sekolah adalah hal
yang mustahil dan tidak realistis. 13
Sekolah sebagai lingkungan
akademis dan sosial bagi anak harus memberikan kondisi yang
kondusif bagi pembentukan karakter baik anak. Membudayakan dan
menghormati orang yang lebih tua, menghargai pendapat orang lain,
bersikap demokratis, tidak diskriminatif, dan mendorong siswa untuk
lebih kompetitif dalam prestasi daripada hal profesi (kepemilikan harta
benda).14
Akhlak berkenaan dengan kriteria ideal dan sumber karakter yang
baik dan buruk, sedangkan pendidikan karakter berkaitan dengan
metode, strategis, dan teknik pengajaran secara pendidikan karakter
sesungguhnya bukan sekedar mendidik benar dan salah, tetapi
mencakup proses pembiasaan tentang perilaku yang baik sehingga
siswa dapat memahami, merasakan, dan mau berprilaku baik sehingga
terbentuklah tabiat yang baik.
Adapun pengertian akhlak mnurut terminologis, penulis merujuk
kepada pendapat beberapa ahli, diantaranya :
12
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, h. 30.
13
Elisah,Jauhari, dan Sofan, Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran,
Cetakan I, (Jakarta : 2011), h.26.
14
Ibid, h.26.
34. 19
a. Imam Abu Hamadi al –Ghazali sebagaimana dikutip oleh Abudinata
mengatakan bahwa akhlak adalah ‘ sifat yang tertanam (terpatri)
dalam jiwa yang darinya menimbulkan perbuatan-perbuatan yang
gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan
(perenungan) terlebih dahulu’.
b. Ibnu maskawih sebagaimanan dikutip oleh Rahmat Djantika
mengatakan akhlak adalah ‘perangai itu adalah keadaan gerak jiwa
yang mendorong ke arah melakukan perbuatan dengan tidak
menghajarkan pikiran.15
Dari pengertian diatas bisa disimpulkan bahwa pendidikan karakter
berfungsi dan bertujuan untuk membentuk karakter anak menjadi
watak yang baik, melalui pembiasaaann pembiasaan. Pendidikan
karakter yang baik bukan hanya sekedar pembelajaran dan penanaman
moral di dalam kelas.
Jika pendidikan dipahami dalam arti luas, sebagai proses
penyadaran, percerdasan dan pembangunan mental atau karakter, tentu
ia bukan hanya identik dengan sekolah.16
Akan tetapi, ia berkaitan
dengan proses kebudayaan secara umum yang sedang berjalan, yang
punya kemampuan untuk mengarahkan kesadaran, memasok
informasi, membentuk cara pandang, dan membangun karakter
generasi muda khususnya, artinya karakter yang mempuyai cara
pandang dan kebiasaan siswa, remaja, dan kaum muda secara umum
hanya sedikit sekali yang dibentuk oleh proses sosial yang juga tak
dapat dilepaskan dari proses bentukan ideologi dari tatanan material
ekonomi yang sedang berjalan.
6. Nilai - Nilai Pendidikan Karakter
Dalam buku yang ditulis oleh Retno Listyarti dijelaskan bahwa
mulai tahun 2011 seluruh tingkat pendidikan di Indonesia harus
menyisipkan pendidikan berkarakter. Adapun 18 karakter tersebut
15
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, h.5.
16
Fatchul muin, Pendidikan Karakter Konstruksi Teoritik dan Praktik, h. 323.
35. 20
ialah 1) religius, 2) Jujur, 3) Toleransi, 4) Disiplin, 5) Kerja keras, 6)
Kreatif, 7) Mandiri, 8) Demokratis, 9) Rasa ingin tahu, 10)Semangat
Kebangsaan) 11) Cinta tanah air, 12) Mrnghargai prestasi, 13)
Bersahabat / komunikatif, 14) Cinta damai, 15) Gemar membaca, 16)
peduli lingkungan, 17) peduli sosial, 18) Tanggung jawab.
Adapun penjelasan lebih rinci tentang nilai nilai karakter
adalah sebagai berikut.
Delapan Belas Nilai Karakter Kemendiknas
No Nilai karakter Uraian
1 Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam
melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan
ibadah agama lain, dan hidup rukun
dengan pemeluk agama lain. Religius
adalah proses mengikat kembali atau bisa
dikatakan dengan tradisi, sistem yang
mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan
peribadatan kepada Tuhan Yang
Mahakuasa serta tata kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan manusia
dan manusia serta lingkungannya
2 Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya sebagai orang yang
selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan.
3 Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai
perbedaan agama, suku, etnis, pendapat,
sikap, dan tindakan orang lain yang
berbeda dari dirinya.
Tabel 2.1
36. 21
4 Disiplin Tindakan yang menunjukan perilaku tertib
dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan
5 Kerja Keras Perilaku yang menunjukan upaya sungguh
sungguh dalam mengatasi berbagai
hambatan belajar dan tugas, serta
menyelesaikan tugas dengan sebaik baik
nya
6 Kreatif Berfikir dan melakukan sesuatu untuk
menghasilkan cara atau hasil baru dari
sesuatu yang telah dimiliki
7 Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah
tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas
8 Demokratis Cara berpikir, bersikap, dan bertindak
yang menilai sama hak dan kewajiban
dirinya dan orang lain
9 Rasa ingin tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya
untuk mengetahui lebih menalam dan
meluas dari sesuatu yang dipelajarinya,
dilihat dan didengar
10 Semangat
Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan
yang menempatkan kepentingan bangsa
dan negara diatas kepentingan diri dan
kelompoknya
11 Cinta Tanah Air Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang
menunjukan kesetiaan, kepedulian, dan
penghagaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial,budaya,ekonomi,
dan politik bangsa
37. 22
12 Menghargai
Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong
dirinya untuk menghasilakan sesuatu yang
berguna bagi masyarakat, dan mengakui,
serta menghormati keberhasilan orang lain
13 Bersahabat /
Komunikatif
Tindakan yang memperlihatkan rasa
sesenang berbicara, bergaul dan bekerja
sama dengan orang lain
14 Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang
menyebabkan orang lain merasa senang
dan aman atas khadiran dirinya. Diri
sendiri, masyarakat, lingungan, (alam,
sosial, dan budaya ) negara
15 Gemar
membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk
membaca berbagai bacaan yang
memberikan kebajikan bagi dirinya
16 Peduli
Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya
mencegah kerusakan pada lingkungan
alam di sekitarnya, dan mengembangkan
upaya upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi
17 Peduli sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin
memberi bantuan pada orang lain dan
masyarakat yang membutuhkan
18 Tanggung jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya,
yang seharusnya dia lakukan, terhadap
dirinya maupun orang lain dan lingkungan
sekitarnya17
17
Retno Lystyarti, Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, dan Kreaif, h. 5.
38. 23
B. Pengertian Pembelajaran
Efektivitas pendidikan karakter sangat dtentukan oleh adanya
pembelajaran (teaching), keteladanan (modeling), penguatan (reinforcing),
dan pembiasaan (habituatung) yang dilakukan secara serentak dan
berkelanjutan.18
Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian
belajar dan megajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama
sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan
pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang
guru lakukan di dalam kelas.19
Sementara menurut Undang undang No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar.20
Pengertian lain tentang pembelajaran yang di
paparkan dalam buku yang ditulis oleh Wina Sanjaya adalah, kata
“pembelajaran” adalah terjemahan dari “instruction”, yang banyak dipakai
dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi
oleh aliran psikologi kognitif-Wholistik, yang menempatkan siswa sebagai
sumber dari kegiatan.21
1. Peranan Perencanaan Pembelajaran
Keberhasilan dari suatu kegiatan yang sangat ditentukan oleh
perencanaannya. Apabila perencanaan suatu kegiatan dirancang
dengan baik, maka kegiatan akan lebih mudah dilaksanakan, terarah
serta terkendali. Demikian pula halnya dalam proses belajar mengajar,
agar pelaksanaan pembelajaran terlaksana dengan baik maka
diperlukan perencanaan pembelajaran yang baik. 22
Perencanaan
pembelajaran berperan sebagai acuan bagi guru untuk melaksanakan
kegiatan pembelajaran agar lebih terarah dan berjalan efektif dan
18
Ajat Sudrajat,”Mengapa Pendidikan Karakter?,” Jurnal Pendidikan Karakter,Tahun I,
Nomor 1, 2011, h. 54.
19
Nurochim, Perencanaan Pembelajaran Ilmu Ilmu Sosial, h.17.
20
Undang Undang RI No. 20 Tahun 2003 Pasal I ayat 20, Tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
21
Wina Sanjaya,”Pembelajaran Dalam Implementasikan Kurikulum Berbasis
Kompetensi,” Cetatakan III, (Jakarta : Kencana, 2008), h. 78.
22
Nurochim, Perencanaan Pembelajaran Ilmu Ilmu Sosial, h.115.
39. 24
efisien. Dengan perkataan lain perencanaan pembelajaran berperan
sebagai skenario proses pembelajaran. Oleh karena itu hendaknya
pembelajaran bersifat luwes (fleksibel) dan memberi kemungkinan
bagi guru untuk menyesuaikannya dengan respon siswa dalam proses
pembelajaran sesungguhya.23
2. Pentingnya Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran merupakan salah satu cara untuk
menyiapkan kegiatan belajar mengajar agar sesuai dengan tujuan
pembelajaran tersebut. Ada beberapa pertimbangan atau asumsi yang
melandasi mengapa guru harus melakukan perencanaan pembelajaran
adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan pembelajaran dikembangkan atas dasar tesis yang
menyatakan bahwa pengajaran dapat dirancang secra lebih
sistematis dann berbeda dengan cara cara tradisional.
b. Hasil pemeblajaran dapat dirumuskan secara lebih operasional
sehingga dapat diamati dan diukur.
c. Tujuan pembelajaran dapat diukur dengan menggunakan
instrumen yang disebut penilaian acuan patokan yaitu tes yang
didasarkan atas kriteria tertentu yang dalam hal ini adalah
tujuan pembelajaran khusus.
d. Untuk menjamin efektivitas proses pembelajaran, paket
pembelajaran yang akan digunakan hendaknya valid. Hal ini
berarti semua perangkat, alat media, metode pembelajaran yang
akan digunakan dalam proses pembelajaran perlu diujicobakan
dahylu secara empirik.
e. Desain pembelajaran didasari oleh teori sistem. Desain
pembelajaran pada hakikatnya merupakan penerapan teori
sistem terhadap proses pembelajaran dan evaluasinya. Dalam
23
Ibid, h.115
40. 25
proses perencanaan yang sistematis dikehendaki adanya
langkah langkah tertentu secara urut.24
C. Pengertian Sosiologi
Dalam proses pembelajaran di SMA khususnya dalam penjurusan
IPS ada beberapa mata pelajaran yang khusus di pelajari antara lain mata
pelajaran ekonomi, geografi, sejarah dan sosiologi. Konsep konsep
sosiologi ada pada tujuan pendidikan IPS, Kurikulum 2004 untuk
pendidikan dasar menyatakan bahwa pengetahuan sosial (sebutan IPS
dalam kurikulum 2004), bertujuan untuk :
1. Mengajarkan konsep konsep sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan
kewarganegaraan, pedagogis, dan psikologis.
2. Mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif, inkuiri,
memecahkan masalah, dan keterampilan sosial.
3. Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial.25
Beberapa pelajaran mempunyai pengertiannya masing masing dan
mempunyai guru yang kompeten di bidangnya masing masing. Sosiologi
sendiri adalah mata pelajaran yang dipelajari oleh siswa siswa di SMA.
Ilmu ilmu sosial dinamakan demikian karena ilmu ilmu tersebut
mengambil masyarakat atau kehidupan bersama sebagai objek yang
dipelajarinya. Ilmu - ilmu sosial belum mempunyai kaidah - kaidah dan
dalil - dalil tetap yang diterima oleh bagian terbesar masyarakat karena
ilmu - ilmu tersebut belum lama berkembang, sedangkan yang jadinya
objeknya adalah masyarakat manusia yang selalu berubah ubah. Karena
sifat masyarakat yang selalu berubah ubah, hingga kini belum dapat
diselidiki dan dianalisis secara tuntas hubungan antar unsur - unsur di
dalam masyarakat secara lebih mendalam. Lain halnya dengan ilmu
pengetahuan alam yang telah lama berkembang sehingga telah mempunyai
24
Ibid, h. 116
25
Rudi Gunawan. Pendidikan IPS Folososfi Konsep dan Aplikasi. Cetakan II. (Bandung :
Alfabeta, 2013 ). H.18.
41. 26
kaidah kaidah dan dalil - dalil yang teratur dan diterima oleh masyarakat,
yang juga disebabkan karena objeknya bukan manusia.
1. Sejarah Sosiologi
Timbulnya sosiologi, semua ilmu pengetahuan yang
dikenal dewasa ini pernah menjadi bagian dari filsafat yang di
anggap sebagai induk dari segala ilmu pengetahuan (master
scientiarum ). Filsafat pada masa itu mencakup pula segala usaha
pemikiran mengenai masyarakat. Seiring dengan perkembangan
zaman dan peradaban manusia, pelbagai ilmu pengetahuan yang
semula terhubung dengan filsafat memisahkan diri yaitu Astronomi
( ilmu tentang bintang bintang ) dan fisika (ilmu alam) merupakan
cabang cabang filsafat yang pertama tama memisahkan diri,
kemudian diikuti oleh ilmu kimia,biologi, dan geologi. Didalam
abad ke 19, dua ilmu pengetahuan baru muncul, yaitu psikologi
(ilmu yang mempelajarai perilaku dan sifat - sifat manusia) dan
sosiologi (ilmu yang mempelajari masyarakat).26
2. Definisi Sosiologi dan Hakikatnya
Ada banyak tokoh - tokoh yang mendefinisikan tentang
sosiologi. Berikut akan dipaparkan beberapa pendapat para ahli
tentang pengertian sosiologi. Merumuskan suatu definisi (batasan
makna) yang dapat mengemukakan keseluruhan pengertian, sifat
dan hakikat yang dimaksud dalam beberapa kata dan kalimat
merupakan hal yang sangat sukar. Oleh sebab itu, suatu definisi
hanya dapat dipakai sebagai suatu pegangan sementara saja.
Sungguhpun penyelidikan berjalan terus dan ilmu pengetahuan
tumbuh ke arah pelbagai kemungkinan, masih juga diperlukan
suatu pengertian yang pokok dan menyeluruh. Untuk patokan
sementara, akan diberikan beberapa defiinsi sosiologi sebagai
berikut :
26
Soekanto, Soejono, “ Sosiologi Suatu Pengantar”, Edisi Revisi, Cetakan 47, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2015), h. 3.
42. 27
a. Piritim Sorokin, mengatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka
macam gejala gejala sosial (misalnya antara gejala ekonomi
dengan agama, keluarga dengan moral, hukum dengan ekonomi,
gerak masyarakat dengan politik dan lain sebagainya. Selain itu
sosiologi juga mempelajari hubungan antara hubungan dan
pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala gejala
nonsosial (misalnya gejala geografis, biologis, dan sebagainya.
Dan sosiologi mempelajari ciri ciri umum semua jenis gejala gejala
sosial.
b. Roucek dan Warren mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu
yang mempelajaari hubungan antara manusia dalam kelompok
kelompok.
c. William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff berpendapat bahwa
sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial
dan hasilnya yaitu organisasi sosial.27
Dari Pengertian pengertian dan definisi tersebut akan dapat
disimpulkan bahwa sosioligi berfokus untk mempelajari hubungan -
hubungan masyarakat baik dari segi sosial dan segi lainnya. Sosiologi
mempelajari masyarakat dan gejala - gejala yang ada dimasyarakat.
Sosiologi juga mepelajari interaksi antar masyarakat dengan keadaan
sosial masyarakat.
3. Sosiologi Auguste Comte
Aguste Comte yang pertama tama memakai istilah
‘sosiologi” adalah orang pertama yang membedakan antara ruang
lingkup dan isi sosiologi dari ruang lingkup dan isi ilmu - ilmu
pengetahuan lainnya. Dia menyusun suatu sistematika dari filsafat
sejarah dalam kerangka tahap tahap pemikiran yang berbeda beda.
Menurut Comte ada tiga tahap perkembangan intelektual, yang
27
Ibid, h. 17.
43. 28
masing - masing merupakan perkembangan dari tahap sebelumnya.
Tahap pertama dinamakannya tahap teologis atau fiktif, yaitu suatu
tahap dimana manusia menafsirkan gejala - gejala disekelilingnya
secara teologis, yaitu dengan kekuatan kekuatan roh dewa atau
tuhan yang maha kuasa. Penafsiran ini penting bagi manusia untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang memusuhinya untuk
melindungiya dari faktor-faktor yang tidak terduga timbulnya.
Tahap kedua yang merupakan perkembangan dari tahap pertama
adalah tahap metafisik. Pada tahap ini manusia mengannggap
bahwa didalam setiap gejala terdapat kekuatan - kekuatan atau inti
tertentu yang pada akhirnya akan dapat diungkapkan. Pada tahap
ini manusia masih terikat oleh cita - cita tanpa verifikasi karena
adanya kepercayaan bahwa setiap cita - cita terkait pada suatu
realitas tertentu dan tidak ada usaha untuk yang menemukan
hukum - hukum alam yang seragam. Hal yang terakhir inilah yang
merupakan tugas ilmu pengetahuan positif, yang merupakan ketiga
atau tahap terakhir dari perkembangan manusia.28
Hal yang paling menonjol dari sistematika comte adalah
penilaiannya terhadap sosiologi, yang merupakan ilmu
pengetahuan paling kompleks, dan merupakan suatu ilmu
pengetahuan yang akan berkembang dengan pesat sekali. Sosiologi
merupakan studi positif tentang hukum hukum dasar dari gejala
gejala sosial.
4. Teori - Teori Sosiologi Sesudah Comte
Teori - teori sosiologi sesudah comte banyak dipengaruhi
oleh ilmu- ilmu lain, maupun data yang diperoleh dari penggunaan
ilmu tersebut. Pengaruh yang mencolok akan terlihat, misalnya,
dari geogrfi, biologi, antropologi, ilmu hukum, dan lain
sebagainya. Pengelompokan ke dalam mazhab - mazhab akan
didasarkan pada faktor faktor tersebut sehingga akan dapat
28
Ibid, h. 30.
44. 29
diperoleh suatu gambaran yang minimal.29
Adapun mazhab nya
antara lain :
a. Mazhab geografi dan lingkungan
b. Mazhab organis dan evolusioner
c. Mazhab formal
d. Mazhab psikologi
e. Mazhab ekonomi
f. Mazhab hukum
D. Penelitian relevan
Tabel 2.2
Penelitian Relevan
29
Ibid, h. 31.
No Judul Hasil Persamaan Perbedaan
1 Implementasi
Pendidikan
Karakter dalam
Pembelajaran
Ilmu
Pengetahuan
Sosial di SMP
PGRI 1 Ciputat
(Diah Yuniardi )
ditemukan bahwa terdapat
nilai karakter di silabus dan
RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran) yang digunakan
dalam proses pembelajaran.
dalam perencanaan
pembelajaran mencantumkan
beberapa nilai karakter pada
silabus dan RPP. Dalam
pelaksanaan pembelajarannya
menerapkan dua belas nilai
karakter dari delapan belas
nilai karakter yang terdapat di
pedoman pengembangan
pendidikan karakter yang
dikeluarkn oleh Kementerian
Pendidikan Nasional. Untuk
evaluasi pembelajaran
Penelitian ini
meneliti
tentang
implementasi
pendidikan
karakter
Perbedaan
pada
penelitian
ini pada
studi kaasus
nya yaitu
jenjang
SMP dan
pada mata
pelajaran
IPS.
45. 30
30
Diah Yuniardi, “Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial di SMP PGRI 1 Ciputat,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015).
31
Muhamad Alfian, “Pendidikan Karakter dalam Hadits Arbain An-nawawiyah,”
(Skripsi S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2013).
penilaian yang digunakan
yaitu observasi untuk
mengamati tingkah laku
siswa, dan penugasan untuk
mengetahui perkembangan
belajar siswa30
2 pendidikan
karakter dalam
hadits al-
Arba’in al-
Nawawiyyah
(Muhammad
Alfian)
Hasil dari penelitian
menunjukan bahwa terdapat
banyak sekali nilai nilai
pendidikan karakter dalam
hadits al-Arba’in al-
Nwawiyyah, yakni: dasar,
tujuan, tahapan dan nilai nilai
pendidikan karakter, konsep
dan nilai nilai pendidikan
karakter tersebut disimpulkan
untuk kemudian diterapkan
dalam dunia pendidikan di
Indonesia sebagai salah satu
alternatif solusi yang
ditawarkan untuk mengatasi
masalah pendidikan di
Indonesia ini31
Persamaan
penelitian
yang
dilakukan ini
dalah meneliti
tentang
pendidikan
karakter.
Namun
melalui hadits
al-arba-n al-
Nawawiyah.
Dimana tujuan
penelitian ini
adalah untuk
mengali
konsep dan
nilai nilai
pendidikan
karakter yang
terkandung
dalam hadist
tersebut
Perbedaan
penelitian
ini adalah
menggunak
an
penelitian
pustaka
(Library
Research).
Teknik
pengumpula
n data yang
dilakukan
adalah
melalui
analisi teks.
46. 31
32
Rafiah, “Penerapan Pendidikan Berbasis Karakter di SDIT Nurul Amal Pondok Cabe
Ilir Pmaulang, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2014).
3 Penerapan
Pendidikan
Berbasis
Karakter di
SDIT Nurul
Amal Pondok
Cabe Ilir
Pamulang
(Rafiah)
hasil penelitian tersebut
menunjukan bahwa penerapan
pendidikan berbasis karakter
di SDIT Nurul Amal
dikatakan baik, meskipun ada
sebagian kecil siswa yang
melanggar. Dengan demikian
pendidikan karakter yang
dterapkan oleh guru
pendidikan agama, seperti
pembiasaan, keteladanan,
nasehat, pujian dan hukuman
sangat berpengaruh terhadap
pembentukan karakter siswa.
Ini membuktikan bahwa
pentingnya pendidikan
karakter diterapkan di sekolah.
Pendidikan karakter
merupakan bagian penting
dalam pembinaan kepribadian
dan moral bangs, pelaksanaan
pendidikannya harus
diarahkan untuk membina
budi pekerti yang luhur dan
membina morala bangsa.32
Penelitian ini
membahas
tentang
penerapan
pendidikan
berbasis
karakter.
Penelitian ini
menggunaka
n penelitian
kualitatif.
Penelitian ini
menggunaka
n data
observasi
dan
pengamatan
saat
pembelajaran
Perbedaan
penelitian
ini adalah
pada studi
kasus yaitu
pada
sekolah
dasar.
Penelitian
ini lebih
fokus pada
pembelajara
n PAI
47. 32
4 Implementasi
Pendidikan
Karakter Pada
Pembeljaran
PAI di SMPN
166 Jakarta
(Nur Sabrina)
Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa pertama,
dalam melakukan
pengimplementasian
pendidikan karakter di SMPN
166 Jakarta ini melalui
pembelajaran PAI yang di
lakukan di dalam kelas, secara
inklusi pendidikan karakter
masuk disetiap mata pelajaran,
tetapi khususnya masuk di
dalam pelajaran PAI. Kedua,
Setelah peserta didik
mengetahui apa itu pendidikan
karakte, maka selanjutnya
pengimplementasian nya
langsung diterapkan di dalam
lingkungan sekolah, baik di
dalam kelas ataupun di luar
kelas. Ketiga, untuk
mendukung
pengimplementasian yang
sudah diajarkan dan
diterapkan di dalam kurikulum
sekolah, SMPN 166 Jakarta
ini juga membuat program
seperti ada dalam pembiasaan
pembiasaan yang memang
sudah di program seperti ada
pembiasaan rutinan,
pembiasaan teladan,
pembiasaan spontan,
pendidikan life skill dan juga
secara ekslusi pendidikan
karakter masuk ke dalam
bidang keterampila atau
Persamaan
dari
penelitian ini
adalah
menggunaka
n metode
kualitatif.
Membahas
tentang
implementas
i.
Perbedaan
penelitian ini
adalah pada
tingkat
sekolah
menengah
pertama
negeri. Dan
pada
pembelajaran
PAI.
48. 33
ekstrakurikuler.33
5 Implementasi
Pendidikan
Karakter dalam
Pendidikan
Islam
(M Nur Hidayat
)
Hasil penelitian ditemukan
sebuah konsepsi baru
pengembangan pendidikan
karakter perspektif islam,
dengan melihat fase
pertumbuhan dan
perkembangan individu secara
didaktis dan nilai nilai
karakter yang dikembangkan
pada fase fase perkembangan
individu tersebut.34
Membahas
tentang
implementas
i dan
pendidikan
karakter
namun
dalam
konsep
Islam.
Jenis
penelitian ini
adalah
kepustakaan
(Library
research ).
Pada
pembahasan
menggunakan
metode
analisis.
33
Nur Sabrina, , “Implementasi Pendidikan Karakter Pada Pembelajaran PAI di SMPN
166 Jakarta,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2018).
34
M Nur Hidayat, “Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Islam ,”
(Skripsi S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2011)
49. 34
E. Kerangka Berfikir
Menurut Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional BAB 1 Pasal 1 ayat 1 “Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spriritual kegamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan karakter merupakan
program yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional yang
selanjutnya harus di laksanakan oleh sekolah dan para guru yang mengajar
semua mata pelajaran. Melalui amanat tersebut para guru diharuskan
melaksanakan delapan belas nilai karakter sesuai dengan mata pelajaran
masing-masing. Dewasa ini perilaku-perilaku menyimpang siswa semaki
meningkat seperti tawuran, narkoba dan minuman keras. Hal ini sangat
dikhawatirkan oleh semua pihak dalam hal ini sekolah sebagai lembaga
yang menaungi mereka serta para guru yang setiap hari berinteraksi
dengan mereka. Maka dari itu perluya keseriusan pemerintah dalam
menangani hal ini dengan memberikan pendidikan karakter.
Dari masalah tersebut peneliti ingin berfokus kepada implementasi
pendidikan karakter dalam pembelajarn sosiologi. Adapun teori yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan teori implementasi oleh
Browne dan Wildavsky dan teori pendidikan karakter yang dikemukakan
oleh Thomas Lickona serta delapan belas nilai karakter yaoleh Retno
Lystiarty.
Untuk mendapatkan data dan diolah peneliti dalam masalah ini
ingin mendapatkan gambaran tentang :
1. Konsep Pendidikan karakter
2. Nilai-nilai pendidikan karakter
3. Pelaksanaan pendidikan karakter
51. 36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Gambar 3.1
Peneliti melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Parung yang
beralamat di Jl. Waru Jaya. No. 17, Warujaya, Parung, Bogor,
Jawa Barat 16330. Waktu Penelitian yaitu dari bulan Januari sampai
Bulan Agustus 2018.
2. Waktu Penelitian
Tabel 3.1
No Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
1 Pengajuan
Judul
2 Persetujuan
Judul
3 Penyusunan
proposal
4 Seminar
Proposal
52. 37
5 Revisi
Proposal
6 Penyusunan
bab I
Pendahuluan
7 Penyusunan
Bab II
Kajian
Pustaka
8 Penyusunan
bab III
Metodologi
penelitian
9 Penyusunan
Bab IV
Hasil
Penelitian
10 Penyusunan
Bab V
kesimpulan
11 Penysusunan
Laporan
Penelitian
B. Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian dengan
pendekatan kualitatif dan menggunakan metode deskriptif. Menurut
Lodico, Spaulding, dan Voegtle mengatakan pengertian penelitian
kualitatif, yang disebut juga penelitian lapangan adalah suatu
metodelogi yang dipinjam dari disiplin ilmu seperti sosiologi dan
antropologi dan diadaptasi dalam seting pendidikan. Peneliti
kualitattif menggunakan metode penalaran induktif dan sangat percaya
bahwa terdapat banyak perspektif yang akan dapat diungkapkan.
Penelitian kualitatif berfokus pada fenomena sosial dan pada
53. 38
pemberian suara pada perasaan dan persepsi dari partisipan dibawah
studi. Hal ini didasarkan pada kepercayaan bahwa pengetahuan
dihasilkan dari seting sosial dan bahwa pemahaman pengetahuan sosial
adalah suatu proses ilmiah yang sah (legitimate).1
Istilah kualitatif dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang
temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau
bentuk hitungan lainnya.2
Penelitian kualitatif satu diantaranya yaitu data deskripstif.
Penelitian kualitatif adalah deskriptif. Data yang dikumpulkan lebih
mengambil bentuk kata - kata atau gambar daripada angka - angka.
Hasil penelitian tertulis berisi kutipan - kutipan dari data untuk
mengilustrasikan dan menyediakan bukti presentasi. Data tersebut
mencakup, transkip wawancara, catatan lapangan, fotografi, videotape,
dokumen pribadi, memo, dan rekaman rekaman resmi lainnya. Dalam
pencarian mereka untuk pemahaman, peneliti kualitatif tidak
mereduksi halaman demi halaman dari narasi dan data lain ke dalam
simbol simbol numerik. Mereka mencoba menganalisis data dengan
segala kekayaannya sedapat dan sedekat mungkin dengan bentuk
rekaman dan transkipnya.3
Oleh sebab itu, berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir yang
telah dipaparkan di atas, untuk mendapatkan data yang akan
mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan, maka jenis penelitian
yang di anggap tepat adalah penelitian kualitatif deskriftif.
Tahapan penelitian ini dibagi menjadi, yaitu :
a. Menentukan masalah penelitian, dalam tahap ini peneliti
mengadakan studi pendahuluan.
1
Emzir, Analsisis Data: Metodologi Penelitian Kualitatif, Cetakan I, ( Jakarta:
Rajawali Pers, 2010), h. 2.
2
Anselm Strauss & Juliet Corbin, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta :
Pustaka pelajar, 2003), h. 4.
3
Emzir, Analsisis Data: Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 3.
54. 39
b. Pengumpulan data, pada tahap ini peneliti mulai menentukan
sumber data, yaitu buku buku dan sumber referensi lainnya
yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti. Pada
tahap ini diakhiri dengan pengumpulan data dengan
menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi
serta angket.
c. Analisis dan penyajian data, yaitu menganalisis dan ditarik
suatu kesimpulan.
C. Populasi dan Sampel Data
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek /
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Subjek penelitian adalah tempat memperoleh
keterangan, informasi mengenai permasalahan yang akan diteliti.
Dalam penelitian ini bisa berupa lembaga yaitu, SMA Negeri 1
Parung. Adapun yang diwawancarai sebagai subjek penelitian adalah
warga SMA Negeri 1 Parung sedangkan objek penelitian nya adalah
kegiatan belajar mengajar siswa siswi pada mata pembelajaran
sosiologi di SMA Negeri 1 Parung.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik purposive
sampling, yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang
tertentu yang di anggap paling tahu tentang apa - apa yang kita
harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan
memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti.4
4
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung:
Alfabeta, 2012), h. 300.
55. 40
Tabel 3.2
Penarikan Sampel Penelitian
No Status Jumlah
1 Kepala Sekolah 1
2 Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum 1
3 Guru Sosiologi 3
4 Siswa (Wawancara) 3
5 Siswa (Angket ) 15
TOTAL 23
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh dan mengumpulkan data penelitian dilapangan,
peneliti menggunakan teknik pengumpulan data seperti:
1. Observasi, dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih
mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi
sosial, jadi akan dapat diperoleh pandanga yang holistik atau
menyeluruh 5
Dengan observasi data dikumpulkan dengan
mengamati langsung terhadap subjek penelitian, peneliti secara
terus-menerus melakukan pengamatan atas proses
pembelajaran Sosiologi. Peneliti melakukan observasi terhadap
situasi keseharian dalam proses belajar. Observasi ini dilakukan
untuk mengamati kondisi sekolah dan mengamati kegiatan
pembelajaran sosiologi yang dilakukan di dalam kelas.
2. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila
peneliti ingin mengetahui hal hal dari responden yang lebih
mendalam dan jumlah respondennya sedikit / kecil. Teknik
5
Ibid, h. 313
56. 41
pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang
diri sendiri atau self report, atau setidak tidaknya pada
pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. Dalam penelitian ini
peneliti m
Melakukan wawancara untuk memperoleh dan
mengumpulkan data. Adapun subjek wawancara yaitu kepala
sekolah, guru sosiologi, dan beberapa orang siswa. Untuk
wawancara peneliti menggunakan pedoman wawancara tentang
pendidikan karakter.
3. Angket
Angket yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi yang diberikan responden.
Menurut Sugiyono amgket adalah teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan
atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
Bentuk angket yang penulis gunakan adalah angket langsung
dan bersifat tertutup, artinya jaaban telah disediakan dan
responden hanya memilih satu jawaban yang sesuai. Adapun
jumlah pertanyaan yang disediakan adalah 10 item pertanyaan.
4. Dokumentasi
Untuk memperoleh data dan mengumpulkannya. Selain
menggunakan teknik observasi dan wawancara. Peneliti juga
menggunanakan teknik pengumpulan data yang lain yaitu
dokumentasi. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang
sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau
karya karya monumental dari seseorang. Dokumen yang
berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan
(life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan,.
Dokumen yang berbentuk ,gambar, misalnya foto, gambar
hidup, sketsa dan lain lain. Dokumen yang berbentuk gambar
misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film,
57. 42
dan lain lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari
penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian
kualitatif. Dalam penelitian ini peneliti mendokumentasikan
kondisi sekolah yang akan diteliti, subjek yang akan diteliti dan
segala sarana dan prasarana yang mendukung penelitian
E. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data penelitian, peneliti menggunakan
instrumen yang ditujukan kepada responden. Instrumen yang
digunakan dalam peelitian ini terbagi atas tiga bagian yaitu :
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrumen Wawancara Kepala Sekolah
No Dimensi Indikator No
Item
Jumlah
1 Pendidikan
Karakter
1. Pendidikan Karakter
2. Tujuan Penerapan
pendidikan karakter
1,2.3 3
2 Nilai 1. Nilai nilai apa saja
yang diterapkan
4 1
3 Sarana dan
prasarana
1. Sarana dan prasarana
yang menunjang
pendidikan karakter
2. Kegiatan yang
menunjang
3. Kurikulum
8,5,9 3
4 Upaya dan
hambatan
1. Upaya dan hambatan
2. Perubahan perilaku
siswa
7,6,10 3
58. 43
Pedoman wawancara Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Parung
Tabel 3.4
No Pertanyaan
1 Menurut bapak, apa yang dimaksud dengan pendidikan
karakter ?
2 Apakah penanaman nilai karakter pada siswa itu sangat
penting dalam pembentukan karakter nya ? Jelaskan !
3 Apa yang ingin dicapai sekolah ini dengan menerapkan
nilai- nilai karakter ?
4 Nilai-nilai karakter apa saja yang diberikan di sekolah ?
5 Kegiatan apa saja yang mendukung pembentukan karakter ?
6 Apa saja yang menjadi hambatan / kendala dalam
menerapkan nilai-nilai pendidikan arakter di sekolah ?
7 Upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan
dalam menerapkan nilai-nilai karakter ?
8 Sarana dan pra sarana apa saja yang ada untuk menunjunag
penerapan pendidikan karakter disekolah ?
9 Kurikulum apa yang digunakan di sekolah ini ?
10 Apa perubahan nyata yang ada pada siswa setelah
memberikan nilai nilai karakter ?
Kisi-Kisi Instrumen Wawancara Wakasek Bidang Kurikulum
Tabel 3.5
No Dimensi Indikator No
Item
Jumlah
1 Pendidikan
Karakter
1. Pengetahuan
Pendidikan karakter
1
59. 44
2. Tujuan Implementasi
pendidikan karakter
dalam pembelajaran
3. Mata Pelajaran
memuat pendidikan
karakter
2
4
3
2 Cita cita
Sekolah
1. harapan dari
sekolah
2. Perubahan nyata
sikap
3
10
1
3 Sarana dan
prasarana
1. Sistem kerja
kurikulum
2. Penunjanng
pendidikan karakter
3. Kurikulum yang
diginakan
5
8
9
1
4 Upaya dan
hambatan
1. Hambatan dalam
Kurikulum
6 1
Pedoman wawancara Bidang Kurikulum
Tabel 3.6
No Pertanyaan
1 Apakah yang dimaksud pendidikan karakter
2 Apa tujuan dari implementasi pendidikan karakter disekolah
ini didalam kurikulum?
3 Apa harapan dari sekolah dengan memberikan nilai karakter
dalam kurikulum?
4 Apakah semua mata pelajaran menggunakan pendidikan
karakter di kurikulum ?
Lanjutan Tabel 3.5
60. 45
5 Bagaimana sistem kerja kurikulum dalam pemberian nilai
karakter di sekolah ?
6 Apakah ada masalah dalam pemberian nilai karakter di
kurikulum ?
7 Apa saja yang menjadi hambatan / kendala dalam kurikulum
menerapkan nilai nilai pendidikan karakter di sekolah ?
8 Sarana dan pra sarana apa saja yang ada untuk menunjang
penerapan pendidikan karakter dalam kurikulum disekolah ?
9 Kurikulum apa yang digunakan di sekolah ini ?
10 Apa perubahan nyata yang ada pada siswa setelah
memberikan nilai nilai karakter ?
Tabel 3.7
Kisi-kisi Instrumen Wawancara Guru Sosiologi
No Dimensi Indikator No
Item
Jumlah
1 Pendidikan
karakter
1. Pengetahuan
Pendidikan karakter
2. Tujuan Implementasi
pendidikan karakter
dalam pembelajaran
1,2,3,
4
4
2 Perilaku
siswa
1. Respon Siswa dalam
Proses Belajar
2. Perilaku siswa dalam
proses belajar
3. Perubahan perilaku
siswa
11,14, 2
Lanjutan Tabel 3.6
61. 46
3 Model
pembelajar
an
1. Model pembelajaran
yang digunakan
2. Cara guru menerapkan
nilai karakter saat
KBM
5,6,10
12,13
5
4 Nilai 1. Nilai yang diberikan
saat Pembelajaran
2. Sumber ajar yang
digunakan
3. Sarana dan prasarana
7,8,9 3
5 Pelaksanaa
n 18 nilai
karakter
1. Implementasi 18 nilai
karakter dalam
pelajaran sosiologi
15 - 32 18
Pedoman Wawancara Guru Sosiologi
Tabel 3.8
No Pertanyaan
1 Menurut bapak / ibu, apa yang dimaksud dengan pendidikan
karakter ?
2 Apakah penting pemberian karakter kepada siswa dalam
pembelajaran sosiologi? Jelaskan !
3 Apa tujuan dari pendidikan penerapan pendidikan karakter
dalam pembelajaran sosiologi ?
4 Apa yang hendak ibu/bapak capai dengan menerapkan nilai
nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran sosiologi
dalam materi hubungan sosial?
5 Apa yang hendak ibu/bapak capai dengan menerapkan nilai
nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran sosiologi
dalam materi hubungan sosial?
6 Model pembelajaran yang ibu/bapak gunakan dalam proses
Lanjutan Tabel 3.7
62. 47
pembelajaran sosiologi untuk membentuk karakter siswa
dalam materi hubungan sosial?
7 Nilai karakter apa saja yang bapak / ibu berikan dalam
pembelajaran sosiologi untuk membentuk karakter siswa
dalam materi hubungan sosial ?
8 Sarana apa saja yang bapak / ibu gunakan untuk menerapkan
pendidkan karakter dalam pembelajaran sosiologi dalam
materi hubungan sosial?
9 Dalam menerapkan pendidikan karakter, sumber ajar apa
yang ibu gunakan dalam pembelajaran sosiologi?
10 Bagamana cara ibu / bapak menanamkan nilai nilai karakter
dalam kegiatan belajar mengajar
11 Apa kendala yang bapak / ibu hadapi dalam menerapkan
pendidikan karakter kepada siswa dalam pembelajaran
sosiologi ?
12 Apa upaya yang bapak / ibu lakukan unttuk mengatasi
kendala dalam pembelajaran sosiologi?
13 Penilaian apa yang bapak / ibu gunakan dalam mengevaluasi
pembelajaran sosiologi dalam menerapkan pendidikan
karakter ?
14 Penilaian apa yang bapak / ibu gunakan dalam mengevaluasi
pembelajaran sosiologi dalam menerapkan pendidikan
karakter ?
15 Apakah ada perubahan nyata pada siswa setelah diterapkan
pendidikan karakter dalam pembelajaran sosiologi ?
16 Apakah terdapat hubungan antara penanman nilai nilai
karakter dalam pembelajaran sosiologi dengan prestasi
belajar siswa ? jelaskan !
17 Apakah dalam mengajar sosiologi bapak menanamkan nilai
religius ?
18 Apakah dalam mengajar sosiologi bapak menanamkan nilai
Lanjutan Tabel 3.8
63. 48
jujur ?
19 Apakah dalam mengajar sosiologi bapak menanamkan nilai
Toleransi ?
20 Apakah dalam mengajar sosiologi bapak menanamkan nilai
Disiplin ?
21 Apakah dalam mengajar sosiologi bapak menanamkan nilai
Kerja keras ?
22 Apakah dalam mengajar sosiologi bapak menanamkan nilai
Kreatif ?
23 Apakah dalam mengajar sosiologi bapak menanamkan nilai
Mandiri ?
24 Apakah dalam mengajar sosiologi bapak menanamkan nilai
Demokratis ?
25 Apakah dalam mengajar sosiologi bapak menanamkan nilai
Rasa ingin tahu ?
26 Apakah dalam mengajar sosiologi bapak menanamkan nilai
Semangat Kebangsaan ?
27 Apakah dalam mengajar sosiologi bapak menanamkan nilai
Cinta tanah air ?
28 Apakah dalam mengajar sosiologi bapak menanamkan nilai
Menghargai prestasi ?
29 Apakah dalam mengajar sosiologi bapak menanamkan nilai
bersahabat atau komunikatif ?
30 Apakah dalam mengajar sosiologi bapak menanamkan nilai
Cinta damai ?
31 Apakah dalam mengajar sosiologi bapak menanamkan nilai
Gemar membaca ?
32 Apakah dalam mengajar sosiologi bapak menanamkan nilai
peduli lingkungan ?
33 Apakah dalam mengajar sosiologi bapak menanamkan nilai
Lanjutan Tabel 3.8
64. 49
peduli sosial ?
34 Apakah dalam mengajar sosiologi bapak menanamkan nilai
tanggung jawab ?
Kisi-kisi Instrumen Wawancara Siswa
Tabel 3.9
No Dimensi Indikator No Item Jumlah
1 Pelaksanaan
Pedidikan
Karakter
Guru
mengimplementasikan
18 nilai karakter
dalam pelajaran
sosiologi
1-18 18
Pedoman wawancara siswa
Tabel 3.10
No Pertanyaan
1 Apakah dalam mengajar sosiologi guru menanamkan nilai
religius ?
2 Apakah dalam mengajar sosiologi guru menanamkan nilai
jujur ?
3 Apakah dalam mengajar sosiologi guru menanamkan nilai
Toleransi ?
4 Apakah dalam mengajar sosiologi guru menanamkan nilai
Disiplin ?
5 Apakah dalam mengajar sosiologi guru menanamkan nilai
Kerja keras ?
6 Apakah dalam mengajar sosiologi guru menanamkan nilai
Lanjutan Tabel 3.8
65. 50
Kreatif ?
7 Apakah dalam mengajar sosiologi guru menanamkan nilai
Mandiri ?
8 Apakah dalam mengajar sosiologi guru menanamkan nilai
Demokratis ?
9 Apakah dalam mengajar sosiologi guru n menanamkan nilai
Rasa ingin tahu ?
10 Apakah dalam mengajar sosiologi guru menanamkan nilai
Semangat Kebangsaan ?
11 Apakah dalam mengajar sosiologi guru menanamkan nilai
Cinta tanah air ?
12 Apakah dalam mengajar sosiologi guru menanamkan nilai
Menghargai prestasi ?
13 Apakah dalam mengajar sosiologi guru menanamkan nilai
bersahabat atau komunikatif ?
14 Apakah dalam mengajar sosiologi guru menanamkan nilai
Cinta damai ?
15 Apakah dalam mengajar sosiologi guru menanamkan nilai
Gemar membaca ?
16 Apakah dalam mengajar sosiologi guru menanamkan nilai
peduli lingkungan ?
Lanjutan Tabel 3.10
66. 51
17 Apakah dalam mengajar sosiologi guru menanamkan nilai
peduli sosial ?
18 Apakah dalam mengajar sosiologi guru menanamkan nilai
Tanggung jawab ?
Kisi-kisi Instrumen Angket Siswa
Tabel 3.11
No Dimensi Indikator No
Item
Jumlah
1 Pendidikan
karakter
1. Guru memberikan
pendidikan karakter
2. Nilai Positif
3. Penitngnya
pendidikan karakter
1
4
5
3
2. Pelaksanaan
Pembelajara
n
1. Guru menjadi
teladan
2. Berdoa sebelum
belajar
3. Sumber Belajar
4. Evaluasi
Pembelajaran
5. Sarana
Pembelajaran
6. Model
Pembelajaran
2
3
6
7
8
9
6
3 Nilai
Karakter
1. Perubahan Perilaku 10 1
Lanjutan Tabel 3.10
67. 52
Pedoman Angket Siswa
Tabel 3.12
No Pertanyaan
Jawab
Ya Tidak
1 Apakah guru Menanamkan Nilai
Karakter dalam pembelajaran sosiologi
?
2 Apakah guru Menjadi Sosok Teladan
dalam pembelajaran sosiologi ?
3 Apakah guru Guru Memerintah
Membaca Doa dalam pembelajaran
sosiologi ?
4 Apakah guru meninformasikan
Pentingnya Pendidikan Karakter ?
5 Apakah guru Memberikan Nilai Positif
Nilai Karakter ?
6 Apakah guru Guru Menggunakan
Sumber Belajar dalam pembelajaran
sosiologi ?
7 Apakah guru Guru Mengevaluasi dalam
pembelajaran sosiologi ?
8 Apakah guru Guru Menggunakan
Sarana dalam pembelajaran sosiologi ?
9 Apakah guru Guru Menggunakan
Model Pembelajaran dalam
pembelajaran sosiologi ?
10 Apakah Ada Perubahan Nyata Pada Diri
Siswa ?
68. 53
Kisi-Kisi Pedoman Observasi
Tabel 3.13
No. Aspek Yang Diamati Kegiatan
1. Sarana dan prasarana sekolah Mengamati kondisi sarana
dan prasarana yang ada di
sekolah untuk menunjang
kegiatan pembelajaran di
dalam kelas maupun diluar
kelas seperti tempat
ibadah, perpus, kantin dll
2. Lingkungan sekolah Mengamati kedaan
lingkungan sekolah dan
sekitarnya. Mencatat
kelebihan dan
kekuranganya seperti
kebersihan, strategis
tidaknya letak sekolah
dengan lingkungan
3. Guru Melihat cara guru
memberikan materi pada
saat proses pembelajaran
dan melihat guru
melaksanakan dan
memberikan
nilai-nilai pendidikan
karakter
4. Siswa Mengamati sikap siswa
pada saat proses
pembelajaran di dalam
kelas
69. 54
Kisi Instrumen Dokumentasi
Tabel 3.14
No Jenis Dokumen Sumber Ada Tidak Keterangan
1 Profil Sekolah TU
2 Visi dan Misi
Sekolah
TU
3 Data Jumlah Guru
dan Tenaga
Kependidikan
TU
4 Data Jumlah
Siswa
TU
5 Data sarana dan
prasarana
TU
6 Silabus Mata
Pelajaran
Sosiologi
Guru
7 RPP (Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran )
Pelajaran
Sosiologi
Guru
F. Teknik Analisis Data
Bogdan mengatakan analisis data adalahProses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan, dan bahan bahan lain, sehingga dapat mudah
dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.
Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data,
menjabarkannya ke dalam unit unit, melakukan sintesa, menyusun
70. 55
kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari,
dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.6
Teknik analisis data yang dilakukan dengan cara
mengorganisasikan data lalu menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola memilih mana yang
penting dan mempelajarinya kemudian membuat kesimpulan yang
dapat dipahami oleh orang lain. Teknik analisis data dalam
penelitian ini adalah: (1) Analisis sebelum di lapangan, (2) Analisis
selama di Lapangan Model Miles and Huberman meliputi Data
Reduction (Reduksi Data), Data Display (Penyajian Data) dan
Conclusion Drawing/ Verification.7
1. Analisis sebelum di lapangan
Analisis ini dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan atau
ata sekunder, yang akan digunakan untuk menentukan fokus
penelitian. Namun, demikian fokus penelitian ini masih bersifat
sementara, dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan
selama di lapangan.
2. Analisis selama di lapangan Model Miles and Huberman
a . Data Reduction ( Reduksi Data )
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup
banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal hal pokok,
memfokuskan pada hal hal yang penting, dicari tema dan polanya
dan membuang yang tidak perlu. Untuk memberikan gambaran
yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
b . Data Display (Penyajian Data)
6
Ibid, h. 334
7
Ibid, h. 336.
71. 56
Setelah direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Sehingga
akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah
dipahami.
c. Conclusion Drawing / Verification
Penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal
yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah
bila tidak ditemukan bukti – bukti yang kuat yang mendukung
pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila
kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh
bukti–bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke
lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Adapun rumusan yang penulis akan gunakan dalam analisis
angket adalah :
Rumus : P/N x 100 %
Keterangan :
P = Angka prosentase
F = Frekuensi yang dicari prosentasenya
N= Jumlah frekuensi / banyaknya individu
G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Dalam Pemeriksaan atau pengecekan data pada penelitian ini
peneliti menggunakan triangulasi data yaitu yang merupakan teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain
diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data itu.
Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah
pemeriksaan melalui sumber lainnya. Pada penelitian yang dilakukan
72. 57
oleh peneliti ini penulis membandingkan data yang diperoleh dari
observasi, angket dengan hasil wawancara kepala sekolah, wakil
bidang kurikulum dan guru mata pelajaran sosiologi dalam rangka
membantu peneliti dalam meningkatkan derajat kepercayaan data yang
diperoleh.
73. 58
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum SMA Negeri 1 Parung
1. Sejarah singkat SMA Negeri 1 Parung
SMA Negeri Parung didirikan pada tanggal 01 Juli 1985 berdasarkan SK
Mendikbud No 0601/O/1985. Awalnya SMAN 1 Parung merupakan filial
(kelasJauh) SMA Negeri 1 Cibinong. Menempati gedung sendiri di Jl Waru
Jaya, Desa Waru Jaya, Kec.Parung sejak tahun 1987. Sampai tahun 2017 telah
meluluskan sebanyak 30 angkatan.1
Kepala Sekolah yang telah memimpin di SMAN 1 Parung:
1. Drs. WiryaJayaAtmaja tahun 1985-1989
2. 2 Djuariman,BA(alm) tahun 1990-1992
3. NanaSutarna,BA tahun 1992-1995
4. 4 Drs. AcepWiharsa tahun 1996-1998
5. Dra.Hj.Zuraidah,M.M tahun 1998-2006
6. Dra. Hj. Komariah tahun 2006-2009
7. 7 Drs. H. Ali Gozali,M.Pd tahun 2009-2011
8. Drs. H. AliRochman,M.BA,MM tahun 2011-2014
9. 9 Drs.IkhwanSetiawan,MM tahun 2014-sekarang
Adapun Identitas sekolah adalah sebagai berikut :
Nama Madrasah : SMA Negeri 1 Parung
Alamat Madrasah : Jl. Waru Jaya No. 17 Kec. Parung
Kab. Bogor
No. Telepon : (0251) 0251-8541063
1
Dokumentasi profil sekolah
74. 59
Fax. : (0251) 0251-8541063
Desa : Waru Jaya
Kecamatan : Parung
Kabupaten : Bogor
Provinsi : Jawa Barat
Kode Pos : 16330
Nama Kepala Sekolah : Ikhwan Setiawan, S.Pd.
Status Sekolah : Sekolah Negeri
Akreditasi Sekolah : Terakreditasi A
Keadaan Gedung : Permanen
NSS/NPSN : 301020210051 /20200602
Tahun Didirikan/Dibangun : 1985
Tahun Beroperasi : 1985
Status Tanah : Negara/Pemda Kab. Bogor
Luas Tanah : 9.180 m2
Luas Bangunan : 6.500 m2
2. Visi dan Misi SMA Negeri 1 Parung
a. Visi SMA Negeri 1 Parung
“Unggul dalam prestasi, berkarakter kebangsaan serta berakhlak
mulia berdasarkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa”
Indikator:
1.Berprestasi dalam peningkatan nilai rata-rata Ujian Nasional.
75. 60
2.Berprestasi dalam Lomba Olimpiade Mata Pelajaran.
3.Berprestasi dalam Lomba Siswa Berprestasi.
4.Berprestasi dalam Lomba Berpidato Bahasa Inggris.
5.Berprestasi dalam Lomba Olah Raga dan Seni.
6.Berprestasi dalam Lomba Keagamaan.
b. Misi SMA Negeri 1 Parung
Sehubungan dengan visi tersebut, SMA Negeri 1 Parung mengemban
Misi :
1. Menumbuhkan penghayatan dan pengalaman terhadap ajaran agama
yang dianut.
2. Membantu pembentukan peserta didik yang berakhlak mulia.
3. Melaksanakan pembelajaran efektif, inovatif, konsisten dan bermutu.
4. Meningkatkan mutu pendidikan yang memiliki daya saing di tingkat
nasional, regional, dan internasional.
5. Membantu dan mengembangkan potensi peserta didik secara utuh
sebagai masyarakat belajar sepanjang hayat.
6. Memfasilitasi pembentukan pribadi peserta didik yang memiliki
budaya hidup sehat.
7. Membantu pembentukan peserta didik yang berdisiplin, mandiri dan
bertanggungjawab terhadap lingkungan sekitarnya.2
3. Tujuan SMA Negeri 1 Parung
Dalam rangka mewujudkan visi dan menjalankan misi pendidikan di
SMA Negeri 1 Parung maka diperlukan strategi tertentu. Strategi tersebut
dituangkan dalam rencana kerja SMA Negeri 1 Parung, yang terbagi menjadi
3 tujuan, yaitu:
a. Tujuan Jangka Pendek (Target Tahun 2011/2012)
1) Melaksanakan sistem pembelajaran yang efektif, kreatif, inovatif dan
bermutu.
2
Dokumentasi profil sekolah