Audit laporan keuangan yakni kebutuhan perusahaan yang biasa dilaksanakan pada periode tertentu secara teratur dan berskala untuk memenuhi kebutuhan pihak manajemen perusahaan serta untuk mendapatkan kepercayaan publik. Standar Praktik Profesional Auditor (SPAP) mengatur bahwa untuk setiap perikatan auditor yang signifikan, harus diberikan pendapat atas hasil audit atas laporan keuangan auditee. Laporan keuangan perusahaan tidak boleh memiliki kandungan satu dari beberapa diantaranya diana bisa menyebabkan pembaca menarik kesimpulan yang salah tentang organisasi. Laporan auditor menyajikan penilaian yang akurat dan wajar atas semua fakta penting, kondisi keuangan, hasil operasi, dan arus kas sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum (IAI: SPAP, 2001). Mencegah potensi bencana keuangan dengan memperingatkan investor terlebih dahulu. Ketika sebuah bisnis memiliki alasan untuk percaya bahwa itu tidak dapat berlanjut seperti biasa, itu mungkin mendapatkan opini audit going concern dari auditornya. Sesuai McKeown, Mutchler, and Hopwood (1991), opini audit going concern dari auditor, kecil kemungkinannya jika situasi keuangan perusahaan lemah atau melemah. Auditor bertanggung jawab atas profitabilitas perusahaan yang diaudit, dan merekamemperhitungkan profitabilitas itu ketika memberikan opini audit, meskipun itu bukan tujuan audit.
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
MAKALAH SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN UNIVERSITAS MPU TANTULAR
1. MAKALAH SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN
PENGARUH PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
TERHADAP OPINI AUDIT
Dosen: Maurits Sipahutar, S.E, M.M
Disusun Oleh :
Falentina Laras Ayu
223403140005
UNIVERSITAS MPU TANTULAR
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI
JAKARTA
2023
2. ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga Saya dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas akhir dalam rangka
memenuhi syarat kelulusan mata kuliah Seminar Akuntansi Keuangan di Universitas
Mpu Tantular yang berjudul ”Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Terhadap
Opini Audit”
Dalam penyusunan makalah ini, Saya menyadari bahwa pembelajaran tidak
hanya sebatas memahami konsep, tetapi juga memerlukan kemampuan untuk
mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu,
makalah ini tidak hanya bertujuan untuk memenuhi tugas akademis, tetapi juga sebagai
sarana untuk memahami dan menerapkan konsep-konsep yang telah dipelajari.
Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Seminar Akuntansi Keuangan Bapak Maurits Sipahutar, S.E., M.M yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dan masukan yang sangat berharga dalam proses
pembuatan makalah ini. Selain itu, Saya juga mengucapkan terima kasih kepada teman-
teman yang telah memberikan dukungan dan inspirasi selama proses pembelajaran.
Akhir kata, Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat Saya harapkan untuk perbaikan di
masa yang akan datang.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih dan semoga dapat memberikan manfaat.
Jakarta, 22 November 2023
Falentina Laras Ayu
3. iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................... 3
1.3 Tujuan Materi......................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................5
2.1 Tujuan Auditor....................................................................................................5
2.1.1 Opini Audit...............................................................................................5
2.1.2 Standar Audit............................................................................................9
2.1.3 Going Concern......................................................................................... 9
2.1.4 Opini Audit Going Concern................................................................... 10
2.1.5 Pertumbuhan Perusahaan....................................................................... 12
2.1.6 Ukuran Perusahaan.................................................................................13
2.1.7 Opini Audit Sebelumnya........................................................................13
2.1.8 Kondisi Keuangan Perusahaan...............................................................14
2.1.9 Profitabilitas........................................................................................... 14
2.2 Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Opini Going Concern................15
2.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern .............. 15
2.4 Pengaruh Kondisi Keuangan Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern
...........................................................................................................................16
2.5 Pengaruh Profitabilitas Perusahaan Terhadap Opini Audit Going
Concern ............................................................................................................ 17
BAB III KESIMPULAN.....................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Audit laporan keuangan yakni kebutuhan perusahaan yang biasa dilaksanakan pada
periode tertentu secara teratur dan berskala untuk memenuhi kebutuhan pihak manajemen
perusahaan serta untuk mendapatkan kepercayaan publik. Standar Praktik Profesional
Auditor (SPAP) mengatur bahwa untuk setiap perikatan auditor yang signifikan, harus
diberikan pendapat atas hasil audit atas laporan keuangan auditee. Laporan keuangan
perusahaan tidak boleh memiliki kandungan satu dari beberapa diantaranya diana bisa
menyebabkan pembaca menarik kesimpulan yang salah tentang organisasi. Laporan auditor
menyajikan penilaian yang akurat dan wajar atas semua fakta penting, kondisi keuangan,
hasil operasi, dan arus kas sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum (IAI: SPAP,
2001). Mencegah potensi bencana keuangan dengan memperingatkan investor terlebih
dahulu. Ketika sebuah bisnis memiliki alasan untuk percaya bahwa itu tidak dapat berlanjut
seperti biasa, itu mungkin mendapatkan opini audit going concern dari auditornya. Sesuai
McKeown, Mutchler, and Hopwood (1991), opini audit going concern dari auditor, kecil
kemungkinannya jika situasi keuangan perusahaan lemah atau melemah. Auditor
bertanggung jawab atas profitabilitas perusahaan yang diaudit, dan merekamemperhitungkan
profitabilitas itu ketika memberikan opini audit, meskipun itu bukan tujuan audit.
Kapasitas manajemen untuk mengawasi berbagai hal dan mengoordinasikan operasi
perusahaan adalah dua bagian dari apa yang diperlukan untuk menjaga agar perusahaan tetap
berkembang. Kemajuan stabilitas keuangan perusahaan dapat dilacak melalui kegiatan ini,
yang sangat penting bagi perusahaan dan investornya. Seberapa baik perusahaan mengelola
uangnya adalah salah satu ukuran kemajuannya. Perkembangan bisnis di Indonesia sangat
pesat.
Setiap perusahaan Indonesia, termasuk perusahaan pertambangan, memiliki auditor
sendiri yang selalu mengawasi keuangan mereka. Banyak orang keliru berasumsi bahwa
auditor mengevaluasi kesehatan keuangan bisnis, daripada prospek kelangsungan hidup
perusahaan. Sebagai panduan bagi pemegang saham dalam membuat pilihan keuangan yang
sehat, neraca perusahaan menjalani proses audit yang ketat.
5. 2
Tugas auditor lebih dari sekadar memberikan opini atas keakuratan laporan keuangan,
tetapi juga mencakup penilaian jika ada keraguan substansial tentang kapasitas perusahaan
untuk melanjutkan kelangsungan usahanya (SA 570, tentang kelangsungan usaha).
Pernyataan kelangsungan usaha akan dimasukkan dalam laporan keuangan jika auditor
memiliki perhatian serius tentang kemampuan klien untuk melanjutkan operasinya. Namun,
laporan auditor tidak dapat memberikan jaminan yang jelas mengenai kapasitas Perusahaan
untuk melanjutkan kelangsungan usahanyakarena ketidak mampuan auditor untuk
meramalkan peristiwa atau keadaan di masa depan
Opini audit independen dipandang sebagai jaminan bahwasannya sebuah bisnis tidak
akan bangkrut pada jangka waktu yang singkat oleh banyak pihak yang berkepentingan.
Karena itu, sebagian besar akuntan telah terlibat dalam kasus penipuan perusahaan. Auditor
tidak diharuskan untuk membuat prediksi kebangkrutan, tetapi investor tetap menghargai
pendapat auditor tentang peluang perusahaan untuk bertahan. Meski mendapat opini audit
wajar tanpa pengecualian, banyak perusahaan Indonesia yang akhirnya bangkrut.
Semua konstituen perusahaan, tetapi terutama investornya, memiliki kepentingan
dalam kemampuan bisnis untuk tetap pelarut dalam jangka panjang. Operasi jangka panjang
diharapkan dibiayai oleh uang investor, dan investor kemungkinan akan diberi kompensasi
atas investasi mereka dalam bentuk dividen. Mengingat hal ini, sebelum melakukan investasi
apa pun, calon pendukung harus hati-hati memeriksa rekening keuangan perusahaan. Harga
saham dapat mempengaruhi keputusan investasi investor dan menyebabkan mereka
kehilangan kepercayaan terhadap manajemen perusahaan, sehingga setiap orang
menginginkan opini audit yang diharapkan. Menurunnya kepercayaan konsumen merupakan
ancaman jangka panjang bagi kelangsungan hidup perusahaan.
Stabilitas bisnis adalah pertimbangan pertama. Kemungkinan untuk mengkonfirmasi
kelangsungan usaha meningkat dalam menghadapi memburuknya kesehatan keuangan.
Demikian pula, jika segala sesuatunya terlihat baik secara finansial, kemungkinan
mempertahankan opini berkurang. Banyak bisnis berada dalam posisi keuangan yang genting,
tetapi mereka menyajikan laporan keuangan mereka secara positif kepada investor dan
kreditur dengan harapan mempengaruhi penilaian auditor bahwa segala sesuatunya lebih baik
daripada yang sebenarnya.
6. 3
Pertimbangan kedua adalah ukuran bisnis. Bisnis yang lebih besar, menurut CPA,
memiliki peluang lebih baik untuk menyelesaikan masalah keuangan mereka daripada bisnis
dengan sumber daya yang lebih sedikit, seperti yang dapat memperoleh sertifikat
kelangsungan usaha. Perusahaan akan merasa lebih mudah untuk mendapatkan pembiayaan
jika mereka tumbuh ke ukuran dimana lebih meningkat, sebab perusahaan yang lebih besar
cenderung menikmati kesuksesan yang lebih besar di pasar. Jika dua bisnis di sektor yang
sama bersaing untuk mendapatkan pendanaan, yang lebih besar dari keduanya memiliki
sebuah peluang bisa mempunyai kesempatan yang cukup besar dalam hal bertahan jika
memperoleh uang tunai langsung dari pemberi pinjaman. Sayangnya, kebangkrutan selalu
menjadi kemungkinan, terlepas dari seberapa besar bisnisnya.
Ketiga, ekspansi perusahaan itu penting. Kapasitas perusahaan untuk berkembang
melalui waktu adalah definisi pertumbuhan bisnis. Indikator pertumbuhan bisnis
menunjukkan bahwa industri pertambangan adalah sektor ekonomi yang paling tidak layak
secara ekonomi. Ekspansi perusahaan dapat menentukan apakah perusahaan dapat tetap
beroperasi secara berkelanjutan atau tidak.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap opini audit going concern?
2. Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan terhadap opini audit going concern?
3. Bagaimana pengaruh kondisi keuangan perusahaan terhadap opini audit going concern?
4. Bagaimana pengaruh profitabilitas perusahaan terhadap opini audit going concern?
1.3 Tujuan
Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap opini audit
going concern.
7. 4
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh ukuran perusahaan terhadap opini audit going
concern
3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh kondisi keuangan perusahaan terhadap opini audit
going concern
4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh profitabilitas perusahaan terhadap opini audit
going concern
8. 5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tujuan Auditor
Berdasarkan Standar Audit (SA) 700 IAPI (2012) auditor memiliki tujuan untuk
merumuskan opini atas laporan keuangan yang didasarkan pada suatu evaluasi atas
kesimpulan yang ditarik dari bukti audit yang diperoleh, dan untuk menyatakan opini secara
jelas melalui suatu laporan tertulis yang juga menjelaskan basis untuk opini tersebut. Dalam
hal ini auditor berperan sebagai pemeriksa apakah laporan keuangan secara keseluruhan telah
terbebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupaun kesalahan
dengan tingkat keyakinan yang memadai. Selain itu auditor harus melaporkan atas laporan
keuangan dan mengkomunikasikannya sebagaimana ditentukan dalam SA berdasarkan
temuan auditor. Hasil laporan auditor tersebut digunakan oleh para pengguna laporan
keuangan untuk mengambil keputusan ekonomi terkait entitas tersebut.
2.1.1 Opini Audit
Menurut (Agoes, 2014) menjelaskan bahwa opini audit adalah pernyataan yang
diberikan oleh auditor tentang kewajaran penyajian laporan keuangan perusahaan tempat
auditor melakukan audit. Opini audit menurut kamus standar akuntansi (Maharani et al., 2020)
merupakan sebuah laporan yang dibuat oleh auditor atas hasil pemeriksaan dan temuan-
temuan dalam laporan keuangan sebuah perusahaan. Opini audit disampaikan dalam laporan
auditor independen atas sebuah laporan keuangan. Sedangkan opini audit menurut (Maharani
et al., 2020) merupakan sebuah opini yang diberikan oleh auditor atas tingkat kewajaran atas
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan yang telah diaudit, dalam semua hal yang
material, dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum.
Tahap-tahap opini audit menurut (Arens etal, 2008) adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan dan pencanangan pendekatan audit;
2. Menguji kontrol dan transaksi;
9. 6
3. Penerapan prosedur analitik dan pengujian terperinci atas saldo;
4. Penyempurnaan dan penertiban laporan audit.
Menurut Standar Akuntan Profesional (PSA 29) opini audit terdiri dari lima jenis, yaitu :
1. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (unqualified opinion)
Apakah pendapat diberikan ketika audit telah dilakukan sesuai dengan Standar Audit
(SPAP), auditor tidak menemukan kesalahan material dalam laporan keuangan keseluruhan
atau tidak ada penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku (SAK). Menurut Arens,
bentuk laporan ini digunakan jika kondisi-kondisi berikut telah dipenuhi:
Semua laporan neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas pemegang saham,
dan laporan arus kas sudah termasuk dalam laporan keuangan.
Bukti audit yang cukup dan memadai telah terkumpul, serta auditor telah
menyelesaikan penugasan audit dengan cara yang memungkinkan untuk auditor
menyimpulkan bahwa audit telah dilaksanakan sesuai dengan standar auditing.
Prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum atau kerangka kerja akuntansi lainnya
yang sesuai diterapkan dalam penyusunan lapoan keuangan. Hal ini menunjukan
bahwa pengungkapan yang memadai telah tercantum dalam catatan kaki dan bagian-
bagian lain dari laporan keuangan.
Tidak terdapat situasi yang membuat auditor merasa perlu untuk menambahkan
sebuah paragraf penjelasan atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit (A. Arens et
al., 2014)
2. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan (modified unqualified
opinion)
Opini audit Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelas atau modifikasi
perkataan adalah kondisi opini yang diterbitkan auditor apabila laporan keuangan telah
disajikan secara lengkap dan wajar, tetapi auditor perlu mengkomunikasikan informasi
tambahan terkait kondisi entitas yang diperiksa maupun terkait penyajian laporan keuangan
yang perlu diberikan penekanan tambahan.
10. 7
Terdapat beberapa penyebab paling utama auditor memberikan paragraf penjelasan menurut
Arens:
1. Tidak terdapat aplikasi yang konsisten dari prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
umum.
2. Keraguan yang substansial mengenai going concern atas entitas yang diperiksa.
3. Auditor setuju dengan penyimpangan yang dilakukan oleh manajemen terkait kondisi
khusus dari prinsip akuntansi yang berlaku.
4. Penekanan pada suatu hal atau masalah lain.
5. Laporan yang melibatkan auditor lain.
Pada butir 1-4 memerlukan paragraf penjelasan, sedangkan pada butir 5 memerlukan
modifikasi kata-kata (A. Arens et al., 2014).
3. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (qualified opinion)
Opini Wajar Dengan Pengecualian diterbitkan karena terdapat pembatasan ruang
lingkup audit oleh manajemen maupun kondisi yang menghalangi auditor untuk dapat
memperoleh bukti audit yang cukup dan memadai atau kelalaian manajemen untuk mematuhi
prinsip akuntansi yang berlaku umum. Arens et al. (2014) berpendapat opini Wajar Dengan
Pengecualian diterbitkan apabila auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan secara
keseluruhan telah disajikan secara wajar.
Opini Wajar Dengan Pengecualian tidak dapat diperbitkan apabila terdapat kekeliruan
atau salah saji dengan nilai yang material. Pendapat ini menurut Arens et al. (2014) “auditor
perlu menambahkan istilah kecuali untuk (except for) dalam paragraf pendapat. Sebagai
implikasinya, auditor merasa puas . . . “kecuali” untuk aspek tertentu dari laporan keuangan”
(p. 67).
Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) (2012) menyatakan bahwa opini wajar
dengan pengecualian dirumuskan ketika auditor telah mendapat bukti audit yang mencukupi
dan tepat. Auditor juga harus menyimpulkan bahwa kesalahan dalam penyajian, baik
kesalahan secara individual maupun secara agregasi berada pada tingkat yang material, tetapi
11. 8
tidak pervasif terhadap laporan keuangan. Kondisi lain untuk penerbitan opini wajar dengan
pengecualian adalah dalam hal bukti audit yang tepat dan mencukupi tidak dapat diperoleh
auditor selama proses audit untuk mendasari opini, tetapi auditor masih dapat menyimpulkan
bahwa kemungkinan terdapat salah saji yang material dalam penyajian laporan keuangan,
namun tidak pervasif.
4. Pendapat Tidak Wajar (adverse opinion)
Opini Tidak Wajar diterbitkan auditor apabila auditor meyakini bahwa secara
keseluruhan laporan keuangan mengandung salah saji yang material yang menyebabkan
laporan keuangan tidak disajikan secara wajar. Opini tidak wajar diterbitkan apabila auditor
telah melakukan investigasi secara mendalam serta mendapatkan hasil bahwa tidak terdapat
kesesuaian dengan standar pelaporan yang berlaku secara umum. Ikatan Akuntan Publik
Indonesia (IAPI) (2012) menyatakan opini tidak wajar diterbitkan apabila auditor telah
menyimpulkan bahwa terdapat kesalahan penyajian dengan tingkat yang material dan/atau
pervasif. Kesalahan penyajian tersebut bersifat secara individual maupun agregasi.
Kesimpulan tersebut didasarkan pada bukti audit mencukupi dan tepat sehingga mampu
meyakinkan auditor terkait opini yang sesuai dengan kondisi laporan keuangan entitas yang
diperiksa.
5. Tidak Menyatakan Pendapat (disclaimer opinion)
Opini Tidak Menyatakan Pendapat diterbitkan apabila auditor tidak yakin apabila
laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan standar pelaporan yang berlaku.
Kebutuhan untuk menolak memberikan pendapat akan timbul apabila terdapat pembatasan
ruang lingkup audit atau terdapat hubungan yang tidak independen menurut kode perilaku
profesional.
Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) (2012) menyatakan bahwa pendapat tidak dapat
dirumuskan ketika bukti audit yang mencukupi dan tepat yang digunakan untuk mendasari
opini tidak dapat diperoleh oleh auditor, dan auditor menarik kesimpulan bahwa terdapat
kemungkinan dampak kesalahan penyajian yang tidak terdeteksi yang bersifat material dan
pervasif terhadap laporan keuangan. Selain itu auditor tidak dapat merumuskan opini
12. 9
dikarenakan kondisi yang terpengaruh banyak ketidakpastian, meski bukti audit yang
mencukupi dan tepat tentang ketidak pastian tersebut telah diperoleh auditor. Hal ini
dikarenakan kemungkinan atas ketidakpastian tersebut dapat berdampak kumulatif pada
laporan keuangan.
2.1.2 Standar Audit (SA)
Standar audit merupakan landasan yang digunakan auditor dalam menjalankan audit.
Standar audit untuk pemeriksaan kantor entitas publik (standar yang digunakan oleh auditor
publik) adalah Standar Audit (SA) yang disusun oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia
(IAPI). Standar yang digunakan untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara adalah Standar Pemeriksaaan Keuangan Negara (SPKN) yang disusun oleh BPK.
2.1.3 Going Concern
Going Concern adalah suatu keadaan dimana perusahaan dapat atau telah beroperasi
dalam jangka waktu kedepan yang di pengaruhi oleh keadaan finansial dan non finansial dan
tidak akan dilikuidasi dalam jangka pendek. Opini keuangan Going Concern dikeluarkan oleh
auditor dengan mengkaji dab melihat :
Kualitas audit
Kondisi keuangan perusahaan
Opini audt tahun sebelumnya
Pertumbuhan perusahaan
Ukuran perusahaan
Para pengguna laporan keuangan menganggap bahwa opini audit going concern ini
adalah prediksi kelangsungan hidup suatu perusahaan. Auditor harus bertanggung jawab atas
opini audit going concern yang dikeluarkannya dan opini going concern tersebut harus
konsisten dengan keadaan perusahaan yang sesungguhnya karena opini audit going concern
tersebut akan mempengaruhi para pemakai laporan keuangan untuk membuat keputusan yang
tepat dalam berinvestasi.
13. 10
2.1.4 Opini Audit Going Concern
Opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkan auditor untuk
memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya atau tidak.
Pemberian opini ini berarti bahwa auditor memiliki kesangsian bahwa perusahaan yang
diauditnya sedang mengalami masalah-masalah tertentu yang dapat mengancam kehidupan
usahanya dimasa depan. Opini audit going concern ialah suatu opini yang dikeluarkan oleh
auditor untuk memberikan kepastian apakah suatu perusahaan dapat mempertahankan
kelangsungan usahanya (SPAP, 2001). Dalam mengeluarkan sebuah opini, auditor dituntut
untuk memberikan opini audit sebenar-benarnya terkait dengan kelangsungan hidup
suatu perusahaan. Opini audit going concern haruslah bermanfaat bagi investor sebagai signal
negatif tentang kelangsungan hidup perusahaan, sebaliknya opini non going concern
dianggap sebagai signal positif bagi investor sebagai penanda bahwa perusahaan dalam
keadaan baik . Laporan audit sangatlah penting dalam suatu audit atau proses atestasi lainya
karena laporan audit memberikan informasi kepada pemakai laporan keuangan mengenai apa
yang telah dilakukan oleh auditor dan kesimpulan apa yang telah diperolehnya. Laporan audit
yang berhubungan dengan going concern dapat memberikan peringatan awal bagi pengguna
laporan keuangan, khusunya investor, guna menghindari kesalahan dalam mebuat keputusan.
Hal yang dapat mempengaruhi auditor dalam menerbitkan opini audit going concern
adalah sebagai berikut:
1. Tren negatif, misalnya kerugian operasi yang berulang kali, kekurangan modal kerja,
arus kas negatif, rasio keuangan penting yang jelek.
2. Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan, misalnya kegagalan dalam
memenuhi kewajiban utang nya atau perjanjian serupa, penunggakan pembayaran
dividen, penjualan sebagian besar aktiva.
3. Masalah Intern, misalnya pemogokan kerja, ketergantungan besar atas suksesnya suatu
proyek.
4. Masalah Extern, misalnya pengaduan gugatan pengadilan, keluarnya undang-undang
yang mengancam keberadaan perusahaan, kehilangan franchise, lisensi atau paten yang
penting, bencana yang tidak di asuransikan, kehilangan pelanggan atau pemasok utama .
14. 11
Berikut ini adalah ciri-ciri opini audit going concern dilihat dari kondisi di dalam
internal perusahaan:
1. Kondisi Keuangan Perusahaan
Kondisi keuangan perusahaan dapat menggambarkan tingkat kesehatan perusahaan
yang sesungguhnya (Ramadhany, 2004). (Mckeown et al, 1990) menemukan bahwa auditor
hampir tidak akan pernah memberikan opini audit going concern pada perusahaan yang tidak
mengalami kesulitan keuangan. Dalam hal ini kondisi keuangan perusahaan diproksikan
dengan menggunakan model prediksi kebangkrutan Altman Z-Score modifikasi, keberhasilan
membuktikan bahwa model prediksi kebangkrutan Altman berpengaruh terhadap penerimaan
opini going concern. Hasil yang sama juga diperoleh (Rudyawan dan Badera, 2009), yang
menyatakan bahwa model prediksi kebangkrutan Altman berpengaruh signifikan terhadap
penerimaan opini going concern.
2. Reputasi Auditor
(Mutchler et.el, 1997), menemukan bahwa auditor big six sebagai proksi reputasi
auditor lebih cendrung menerbitkan opini going concern pada perusahaan yang mengalami
financial distress dibandingkan auditor non big six.
3. Opini Audit Tahun Sebelumnya
Opini audit going concern tahun sebelumnya akan menjadi faktor pertimbangan
penting auditor untuk mengeluarkan kembali opini audit going concern pada tahun
berikutnya. Apabila auditor menerbitkan opini audit going concern tahun sebelumnya maka
akan semakin besar kemungkinan perusahaan akan menerima kembali opini audit going
concern pada tahun berjalan.
4. Audit Lag
Audit Lag didefinisikan sebagai jumlah hari antara akhir periode akuntansi sampai
dikeluarkannya laporan audit (Cahyadi, 2009). Penelitian menunjukkan bahwa auditor sering
memberikan opini going concern ketika laporan audit tertunda lebih lama karena beberapa
kemungkinan. Pertama, auditor mungkin saja menemukan beberapa pengujian audit
tambahan. Kedua, auditor mungkin saja menguji ulang beberapa pengujian jika menemui
permasalahan tentang going concern perusahaan. Ketiga, manajer dan audit mungkin telah
15. 12
melakukan diskusi pendahuluan ketika terdapat ketidakpastian mengenai going concern
perusahaan.
5. Pertumbuhan Perusahaan
Perusahaan yang mempunyai pertumbuhan laba yang tinggi cenderung memiliki
laporan sewajarnya, sehingga potensi untuk mendapatkan opini non going concern akan lebih
besar, mengemukakan bahwa perusahaan dengan negative gowth mengindikasikan
kecendrungan yang lebih besar kearah kebangkrutan sehingga perusahaan yang laba tidak
akan mengalami kebangkrutan. Karena kebangkrutan merupakan salah satu dasar bagi
auditor untuk memberikan opini audit going concern maka perusahaan yang mengalami
pertumbuhan perusahaan yang negatif akan makin tinggi kecendrungan untuk menerima
opini going concern.
6. Ukuran Perusahaan
(McKeown et.al, 1991) mengatakan bahwa perusahaan besar lebih banyak
menawarkan fee audit tinggi dari pada yang ditawarkan oleh perusahaan kecil. Dalam
kaitannya mengenai kehilangan fee audit yang signifikan tersebut, sehingga auditor mungkin
ragu untuk mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan besar.
2.1.5 Pertumbuhan Perusahaan
Pertumbuhan perusahaan adalah dampak atas arus dana perusahaan dari perubahan
operasional yang disebabkan oleh pertumbuhan atau penurunan volume usaha (Herfet, 1997).
Pertumbuhan perusahaan sangat diharapkan oleh pihak internal maupun eksternal
perusahaan, karena pertumbuhan yang baik memberi tanda bagi perkembangan perusahaan.
Dari sudut pandang investor, pertumbuhan suatu perusahaan merupakan tanda perusahaan
memiliki aspek yang menguntungkan, dan investor pun akan mengharapkan tingkat
pengembalian (rate of return) dari investasi yang dilakukan menunjukkan perkembangan
yang baik.
16. 13
2.1.6 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan ukuran besar kecilnya sebuah perusahaan yang
ditunjukan atau dinilai oleh total asset, total penjualan, jumlah laba, beban pajak dan lain-lain
(Brigham & Houston, 2010).
Ukuran perusahaan adalah faktor untuk mengklasifikasikan suatu entitas ke dalam
perusahaan besar, menengah, atau kecil untuk meneliti korelasinya pada probabilitas
diterimanya opini audit dengan modifikasi going concern. Auditor yang mengetahui ukuran
perusahaan akan memiliki pemahaman memadai mengenai seberapa besar volume bisnis
perusahaan tersebut. Perusahaan besar yang dianggap mampu mengatasi turbulence kondisi
keuangan, auditor cenderung lebih sering memberikan opini audit non going concern. Ukuran
perusahaan diukur menggunakan logaritma total aktiva karena pertimbangan bila
dibandingkan dengan nilai kapitalisasi pasar dan rasio pertumbuhan penjualan, nilai aktiva
relatif lebih stabil.
2.1.7 Opini Audit Sebelumnya
Opini audit tahun sebelumnya adalah opini audit yang diberikan oleh auditor kepada
pihak auditee pada tahun sebelum atau satu tahun sebelum penelitian, menguji pengaruh
ketersediaan informasi public terhadap prediksi opini going concern, menggunakan
discriminant analysis dengan memasukan tipe opini audit tahun sebelumnya sebagai akurasi
prediksi.
Manfaat opini audit tahun sebelumnya, maka dapat mengetahui manfaat dari opini
audit tahun sebelumnya yaitu opini audt yang diterima oleh audit pada tahun sebelumnya.
Opini audit going concern tahun sebelumnya ini akan menjadi faktor pertimbangan penting
auditor untuk mengeluarkan kembali opini audit audit going concern pada tahun berikutnya.
Opini audit tahun sebelumnya ini dikelompoka menjadi 2 yaitu audit dengan opini going
concern dan audit tanpa going concern. Opini audit tahun sebelumnya akan berpengaruh
terhadap penerimaan opini audit going concern. Audit yang menerima opini audit going
concern pada tahun sebelumnya akan dianggap memiliki masalah kelangsungan hidupnya,
sehingga semakin besar kemungkinan perusahaan menerima kembaliopini audit going
concern pada tahun berjalan. Dan penyebab masalah tersebut, adanya hipotesis self-fulfilling
properchy yang menyatakan bahwa apabila auditor memberikan opini going concern, maka
17. 14
perusahaan akan menjadi cepat bangkrut karena banyak investor yang akan membatalkan
investasinya atau kreditor yang menarik dananya. Perusahaan yang menerima opini audit
going concern akan mengalami kesulitan keuangan dalam satu tahun kedepan sehingga akan
berdampak pada kelangsungan hidup perusahaan.
Cara mengukur opini audit tahun sebelumnya yaitu dengan cara audit yang menerima
opini audit going concern pada tahun sebelumnya akan dianggap memiliki masalah
kelangsungan hidupnya, sehingga semakin besar kemungkinan bagi auditor untuk
mengeluarkan opini audit going concern pada tahun berjalan. Variabel opini audit tahun
sebelumnya diukur dengan menggunakan variabel dummy. Opini audit going concern akan
diberikan kode 1, sedangkan untuk opini audit non going concern akan diberikan kode 0.
2.1.8 Kondisi Keuangan Perusahaan
Kondisi keuangan perusahaan menggambarkan tingkat kesehatan perusahaan
sesungguhnya (Ramadhany, 2004). Mc Keown dkk (1991) menemukan bahwa auditor
hampir tidak pernah memberikan opini going concern pada perusahaan yang tidak mengalami
kesulitan keuangnan. Menyatakan bahwa auditor lebih cenderung untuk mengeluarkan opini
audit going concern ketika kemungkinan kebangkrutan berada di atas 28 persen dengan
menggunakan model prediksi Zmijeski. Menyatakan bahwa semakin buruk kondisi keuangan
perusahaan maka semakin besar probabilitas perusahaan menerima opini going concern.
Dengan menggunakan model prediksi Zscore Altman, hasil penelitian (Ramadhany, 2004)
selaras dengan penelitian Mc Kweon, Caecello dan Neal.
2.1.9 Profitabilitas
Profitabilitas atau kemampuan memperoleh laba adalah suatu ukuran dalam
persentase yang di gunakan untuk menilai sejauh mana perusahaan mampu menghasilkan
laba pada tingkat yang dapat di terima. Angka profitabilitas dinyatakan antara lain dalam
angka laba sebelum atau sesudah pajak, laba investasi, pendapatan per saham, dan laba
penjualan (Munawir, 2007).
Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba atau ukuran
efektivitas pengelolaan manajemen perusahaan (Wiagustini, 2010). Semakin tinggi tingkat
18. 15
profitabilitas semakin besar laba perusahaan. Hal ini dapat menjamin bahwa perusahaan
dengan seluruh aset dan laba yang dimiliki mampu untuk terus melangsungkan usahanya
dimasa depan, jauh dari ancaman kebangkrutan dan pemberian opini audit going concern.
2.2 Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern
Pertumbuhan perusahaan mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam
mempertahankan kelangsungan usahanya (Rudyawan dan Badera, 2009). Rasio pertumbuhan
penjualan yang positif mengindikasikan bahwa perusahaan dapat going concern. Penjualan
yang terus meningkat akan memberikan peluang untuk memperoleh peningkatan laba.
Semakin tinggi rasio pertumbuhan penjualan maka semakin kecil kemungkinan auditor untuk
menerbitkan opini audit going concern. Sebaliknya, perusahaan dengan pertumbuhan
penjualan yang negatif mengindikasikan akan mengalami kebangkrutan sehingga tidak dapat
melanjutkan kegiatan operasinya sehingga kemungkinan mendapatkan opini audit going
concern. Mengenai variabel pertumbuhan perusahaan menunjukan persamaan yaitu berpengaruh
terhada Opini Audit Going Concern.
2.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern
Menurut (Luh Komang dan I ketut, 2015) Ukuran perusahaan adalah ukuran besar
kecilnya perusahaan dilihat dari besar atau kecilnya aktiva. Semakin besar perusahaan
semakin cepat dalam melaporkan keuangannya dibandingkan perusahaan kecil. Perusahaan
yang besar pastinya memiliki staf yang banyak, sumber informasi yang canggih, hal tersebut
akan memungkinkan perusahaan cepat dalam menyampaikan laporan keuangannya.
Ukuran perusahaan adalah faktor untuk mengklasifikasikan suatu entitas ke dalam
perusahaan besar, menengah, atau kecil untuk meneliti korelasinya pada probabilitas
diterimanya opini audit dengan modifikasi going concern. Auditor yang mengetahui ukuran
perusahaan akan memiliki pemahaman memadai mengenai seberapa besar volume bisnis
perusahaan tersebut. Perusahaan besar yang dianggap mampu mengatasi turbulence kondisi
keuangan, auditor cenderung lebih sering memberikan opini audit non going concern. Ukuran
perusahaan diukur menggunakan logaritma total aktiva karena pertimbangan bila
dibandingkan dengan nilai kapitalisasi pasar dan rasio pertumbuhan penjualan, nilai aktiva
19. 16
relatif lebih stabil. Megenai variabel ukuran perusahaan menunjukan hasil yaitu ukuran
perusahaan berpengaruh terhadap opini audit going concern.
2.4 Pengaruh Kondisi Keuangan Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern
Kondisi keuangan perusahaan merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh
auditor selama proses audit berlangsung. Karena sejak dikeluarkannya peraturan mengenai
diharuskannya penambahan paragraph penjelas mengenai kelangsungan hidup perusahaan,
maka auditor memperhatikan kondisi keuangan perusahaan auditee selama proses audit
untuk melihat apakah terdapat kesangsian terhadap kelangsungan hidup perusahaan atau
tidak. Ketika kondisi keuangan menunjukkan kondisi yang baik (sehat), maka kemungkinan
besar auditor akan memberikan opini audit non going concern opinion, dan sebaliknya,
ketika auditor menemukan bukti bahwa kondisi keuangan perusahaan dalam kondisi buruk
(sakit), maka kemungkinan besar auditor akan mengeluarkan opini going concern pada
perusahaan yang kondisi keuangannya yang sakit tersebut.
Kondisi keuangan perusahaan menggambarkan tingkat kesehatan perusahaan
kenyataanya (Ramadhany, 2004). Kondisi keuangan perusahaan juga mencerminkan
kelangsungan kinerja suatu perusahaan kedepannya melalui laporan keuangan. Para
pengguna laporan keuangan dapat mengetahui auditee tidak dapat bertahan lama. Dari sudut
pandang auditor, keputusan tersebut melibatkan beberapa tahap analisis. Auditor harus
mempertimbangkan kondisi ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, hasil dari operasi
perusahaan, kemampuan membayar hutang serta kebutuhan likuidasi di masa mendatang
(Setyarno, 2006). Terkait dengan pentingnya opini audit yang dikeluarkan auditor, maka
auditor harus bertanggung jawab untuk mengeluarkan opini audit going concern yang sesuai
dengan kondisi perusahaan sebenarnya. Ada beberapa faktor yang dapat dikaji sebagai faktor
yang berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern yaitu kondisi keuangan
perusahaan, kualitas audit, dan opinion shopping. Pada perusahaan yang kondisi
keuangannya baik, auditor cenderung untuk tidak mengeluarkan opini audit going concern
(Ramadhany, 2004). Hal ini didukung oleh Carcello, et. al., (2000) yang menyebutkan bahwa
kondisi keuangan perusahaan yang terganggu, maka besar kemungkinan perusahaan tersebut
akan menerima opini audit going concern. Pendapat tersebut juga didukung oleh (Setyarno,
2006), Santoso dan Wedari (2007) serta (Rudyawan dan Badera, 2009) yang menyatakan
20. 17
bahwa, semakin baik kondisi keuangan perusahaan semakin kecil kemungkinan auditor
memberikan opini audit going concern. Mengenai variabel kondisi keuangan perusahaan
menunjukan hasil bahwa kondisi keuangan perusahaan berpengaruh terhadap opini audit
going concern.
2.5 Pengaruh Profitabilitas Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri (Sartono, 2010:122).
Melalui perhitungan yang diproksikan dengan return on assets (ROA), yaitu dengan cara
membagi laba (rugi) bersih dengan total aset, kita dapat mengetahui sejauh mana efektifitas
pengelolaan aset perusahaan dalam rangka menghasilkan laba. Semakin tinggi nilai return
onassets (ROA) menunjukkan semakin efektif pula pengelolaan asetnya, sehingga semakin
kecil pula kemungkinan perusahaan mendapatkan opini audit going concern.
Menurut (Kasmir, 2011:196) menyatakan bahwa Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam beroperasi secara efisien.
21. 18
BAB III
KESIMPULAN
Profitabilitas nyatanya memberikan pengaruh terhadap pemberian opini audit going
concern, yang artinya perusahaan dapat mempertimbangkan rasio profatibilitas supaya
terhindar dari pemberian opini going concern. Profitabilitas yang berpengaruh negatif
terhadap pemberian opini audit going concern, mendorong perusahaan untuk
meningkatkan rasio profitabilitas. Untuk meningkatkan profitabilitas, perusahaan dapat
melakukan beberapa hal seperti mengurangi beban, meningkatkan margin serta
meningkatkan penjualan.
Perusahaan harus pintar dalam mengelola labanya supaya rasio profitabilitas terjaga
baik. Profitabilitas yang tinggi juga mengirimkan sinyal ke investor bahwa perusahaan
sedang dalam kondisi laba, yang dari lab aitu perusahaan dapat terus bertahan dan
mengembangkan usahanya. Opini audit going concern merupakan opini yang diterbitkan
oleh auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan
hidupnya selama satu tahun kedepan.
Penerbitan opini audit going concern sangat berguna bagi para pengguna laporan
keuangan dalam membuat keputusan untuk berinvestasi, karena ketika investor melakukan
investasi perlu mengetahui kondisi keuangan perusahaan, terutama yang menyangkut
kelangsungan hidup perusahaan. Opini audit tahun sebelumnya juga menjadi pertimbangan
bagi seorang auditor dalam mempertimbangakan pemberian opini pada tahun berjalan,
karena auditor memiliki keraguan akan kelangsungan hidup terhadap perusahaan klien. Hal
ini juga menjadi faktor pertimbangan yang cukup penting bagi investor untuk menanamkan
investasi mereka. Penelitian mengenai going concern diharapkan dapat berkelanjutan dan
memperoleh hasil yang didukung dengan pertimbangan mengenai variabel yang dinilai
dapat memberikan pengaruh hasil yang lebih baik.
22. 19
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. 2014. Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik.
Edisi ke 4. Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.
Arens, A.A, Elder, R, J. A and Beasley, M.S. 2003. Auditing and Assurance Service: An Intergrated
Approach. Ninth Edition. Prentice Hall. New Jersey.
Arens, A. A. et al. (2014). Auditing and Assurance Services (15th ed.). England: Pearson
Education Limited.
Brigham, Eugene F. dan Houston, Joel F.2010. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi 11.
Salemba Empat. Jakarta.
Cahyadi Putra, I Gede. 2009. Opini Going Concern, Model Prediksi Kebangkrutan dan Auditor
Independen. Usulan Penelitian Tesis Program Pasca Sarjana Magister Akuntansi
Universitas Udayana.
Herfet, E.A. 1997. Teknik Analisis Keuangan, Penerjemah Herman Wibowo. Edisi Kedelapan,
Jakarta: Erlangga
Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat
Kasmir. 2008.Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Komang, Luh & I Ketut. 2015. Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Reputasi KAP, dan
Penggantian Auditor pada Ketidaktepatanwaktuan Pelaporan Keuangan. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana Vol.13, No.2
Munawir, S. 2007. Analisa Laporan Keuangan. Liberty: Yogyakarta.
Mutchler, Jane F., William Hopwood, James M. McKeown. 1997. The Influence of Contrary
Information and Mitigating Factors on Audit Opinion Decisions on Bankrupt Companies.
Journal of Accounting Research, Vol. 35 No. 2 (Autumn): 295-310.
23. 20
Ramadhany, Alexander. 2004. “Analsis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini
Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Mengalami Financial Distress di
Bursa Efek Jakarta”.Jurnal MAKSI. Vol. 4, pp: 146-160.
Rudyawan, A. P., dan I Dewa N. B., 2009, Opini Audit Going Concern: Kajian Berdasarkan
Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, Leverage, dan Reputasi Auditor,
Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol. 4, No. 2, Juli: 129-139.
Sartono, Agus, R. 2010. Manajemen keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi Keempat.
Yogyakarta;BPPE
Setyarno., Budi, E., Januarti, I., dan Faisal. 2006. “Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan
Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Opini
Audit Going Concern”. Simposium Akuntansi Nasional. Vol. 9(2), pp: 3-10.
Standar Audit (SA). 2012 (Revisi 2021). Standar Profesional Akuntan Publik SA700. Perumusan
Suatu Opini dan Pelaporan atas Laporan Keuangan
Wiagustini, Ni Luh Putu. 2010. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Denpasar: Udayana
University Press.