1. Makalah ini di presentasikan pada acara
pelatihan tingkat mahir
Pada Hari Rabu : 21 Juli 2010
Di Diklat DEPAG Ciputat.
2. Pengertian Ilmu Qira’at:
Secara Bahasa : Qira’at jama’ qira’ah artinya bacaan.
Secara Istilah : Ilmu yang membahas tentang cara cara
pembacaan teks teks al-Qur’an dan perbedaannya dengan
menisbatkan bacaan bacaan tersebut kepada perawinya.
Dari Definisi ini dapat diambil beberapa pengertian :
Pertama : obyek ilmu ini adalah teks teks al-Qur’an yang ada
pada Mushaf.
Kedua : Arah ilmu ini adalah cara membaca teks teks tersebut.
Ketiga : Ilmu ini bersifat riwayat (given) menerima apa adanya.
Tidak bisa di rekayasa dan tidak bisa di qiyas qiyaskan.
Keempat : Ilmu ini di transfer melalui “talaqqi syafahi” atau dari
mulut seorang guru kepada mulut seorang murid.
3. Faedah Mempelajari Ilmu Qira’at :
1.Bisa menjaga keotentikan teks teks Al-Qur’an.
2.Bisa mengetahui kemukjizatan Al-Qur’an. Adanya macam variasi
bacaan dan redaksi, tapi :
a.masih tetap menunjukkan kekuatan sateranya/mukjizatannya.
b.Tidak terdapat pertentangan antara satu ayat dengan ayat lainnya.
3.Bisa menambah jangkauan penafsiran yang lebih luas, baik dalam
bidang akidah, hukum, sosial dan lain sebagainya.
4. Menambah pahala bagi pembacanya. Seakan membaca beberapa al-
Qur’an.
5.Bisa mengetahui bagaimana islam sangat memerhatikan umatnya
agar bisa mengerjakan ajaran islam dengan mudah (taysir) dimulai dari
cara membaca kitab suci.
6.Ilmu Qira’at sebagai khazanah keilmuan untuk mengetahui dialek
(Lahjah) qabilah Arab pada saat Al-Qur’an diturunkan.
4. Latar Belakang Ilmu Qira’at:
II.Kultur budaya masyarakat arab :
a.masyarakat badui : (perkampungan). Seperti kabilah yang mendiami wilayah timur
semenanjung arabia: qabilah Tamim, Sa’d, Qais dll.
b.masyarakat hadlari (perkotaan): Kabilah yang mendiami sebelah barat Jazirah Arabiah:
Hijaz, Quraisy, dll
Ciri Khas Masyarakat Badui:
-letak perumahan biasanya berjauhan. Maka perlu notasi suara yang keras. Mempunyai
watak keras karena harus berhadapan dengan bentangan padang pasir. Ta’asshub
qabalinya lebih kental.
dari segi dialek:
A.meringkas harakat (mensukunkan harakat).
b.mengidghamkan.
c.membaca hamzah dengan nada ditekan (tahqiq) agar bisa didengar oleh lawan bicara.
c.banyak imalah .
-
5. Lanjutan:
Ciri khas masyarakat arab hadlari :
-jarak perumahan biasanya saling berdekatan,
sehingga dalam cara pengucapan tidak perlu dengan
suara keras.
-pengucapan hamzah banyak diperlunak (tashil baina
baina, naql harakatil hamzah, idkhal alif anata dua
hamzah, ibdal hamzah, hadzf al hamzah dll)
-cenderung “fakk al idgham” (izhar).
-mengucapkan harakat secara sempurna. Tidak perlu
tergesa-gesa.
24. Makna Sab’atu Ahruf :
Pendapat pertama : Hadis yang musykil yang tidak bisa
diketahui maknanya.termasuk mutasyabihat.
Pendapat kedua : Hadis yang bisa dipahami oleh para
sahabat.
Kata Sab’ah : bilangan antara enam dan delapan.
Harf : secara bahasa : pinggir, bacaan, bahasa, salah satu
huruf hija’iyah, segi/arah.
Bilangan 7 bisa berarti bilangan hakiki, atau kiasan untuk
arti banyak.
25. Pendapat Ulama Tentang Sab’atu
Ahruf:
Mereka yang berpendapat angka 7 sebagai arti kiasan untuk arti
banyak.
Angka 7 untuk arti banyak antara 3-7.
ungkapan 70 untuk bilangan banyak perpuluhan.
ungkapan 700 untuk bilangan banyak untuk bilangan ratusan.
Al-Qur’an diturunkan dengan banyak varian bacaan. Atau dengan
banyak bahasa/dialek. (Qadli ‘Iyadl dll).
Mereka yang berpendapat bilangan 7 adalah hakiki : ada beberapa
pendapat:
1.Tujuh bahasa . 2.Tujuh bacaan (qira’at).3.Tujuh macam sisi
perbedaan. 4.Tujuh macam lafazh dengan makna yang sama.
26. 4.Tujuh macam lafazh dengan makna yang sama
seperti kata :
وعجل وأسرع واذهب وهلم وأقبل تعال
5.Pada mulanya pembaca Al-Qur’an diperbolehkan
untuk membaca Al-Qur’an dengan berbagai macam
varian bacaan untuk memudahkan. Namun setelah
lidah mereka sudah terbiasa dengan logat quraisy,
kemudahan tersebut di batalkan (mansukh).
31. Pendapat Yang Disepakati :
Al-Qur’an:
1. Bisa dibaca dengan berbagai macam varian bacaan.
2.Semuanya diturunkan oleh Allah (munazzalah)
3.dengan tujuan untuk memudahkan orang arab (pada saat Al-
Qur’an diturunkan).
4.varian bacaan tersebut ada kalanya terkait dengan :bahasa/
dialek( Imalah, idgham, tashil hamzah, tafkhim, tarqiq, ibdal
dll) atau redaksional (taqdim-ta’khir, mufrad-tatsniyah-jamak,
mudzakkar-mu’annats, ziyadah-nuqshan, harakat I’rab, dll)
32. Ahruf Sab’ah dan Qira’at Sab’ah
:
Ahruf Sab’ah : varian bacaan yang dibacakan oleh Malaikat Jibril
kepada nabi Muhammad pada saat Al-Qur’an turun dengan
tujuan untuk memudahkan bacaan.
Qira’at Sab’ah :
1.varian bacaan Al-Qur’an yang dimasyhurkan oleh Imam tujuh.
2.Bacaan Imam Tujuh atau Imam Sepuluh adalah bagian dari
Sab’atu Ahruf.
3.Angka 7 pada Sab’atu Ahruf berasal dari hadis nabi. Sementara
angka 7 pada qira’ah sab’ah adalah hasil rekayasa Ibn Mujahid (w
324 h).
33. Sejarah Ilmu Qira’at :
1.Masa Pertumbuhan : masa nabi dan sahabat
2.Masa Penyebaran Ilmu Qira’at di negeri- negeri islam (Mekah, madinah,
Basrah, Kufah, Syam)
3.Masa terciptanya masyarakat qira’at di setiap negeri.
4.Masa munculnya Imam-imam qira’at pada setiap negeri: (Madinah : Nafi’,
Mekah : Ibn Katsir dll, Basrah : Abu ‘Amr al-Bashri dll, Syam : Ibn ‘Amir dll,
Kufah : Ashim, Hamzah, Kisa’I, dll)
5.Masa tadwin Ilmu Qira’at: menulis bacaan yang dipelajari oleh penulis. Masih
belum ada persamaan: ada 20 qira’at, 30, 5 dll.
6.Masa pembentukan Qira’at sab’ah: Abu Bakar Ibn Mujahid (w 324 h)
pemrakarsa Qira’at Sab’ah.
7.Masa penyederhanaan rawi-rawi al-Qurra’ as-Sab’ah menjadi 2 perawi pada
setiap imam: ad-Dani (w 444 h)
34. 8.Peran Imam Syathibi dalam pengukuhan Qira’at Sab’ah
melalui Nazhom Syathibiyyah (1171 bait) di syarahi oleh
lebih dari 50 pensyarah.
9. Masa pengukuhan Qira’at Sab’ah melalui pengumpulan
riwayat yang terkait dengan Imam Tujuh, melakukan
penguraian bacaan Imam Tujuh dari segi bahasa.
10.Masa pengukuhan Qira’at Sepuluh oleh Imam Ibn al-
Jazari (w 823 h) melalui : Tahyyibah an-Nasyr, an-Nasyr,
Taqrib an-Nasyr.
35. Imam, Rawi dan Thariq :
Imam : bacaan yang dinisbatkan kepada salah satu
Imam Qira’at tujuh atau sepuluh.
Rawi : bacaan yang dinisbatkan kepada rawi dari
Imam.
Thariq : bacaan yang dinisbatkan kepada murid dari
rawi dan kebawahnya.
Contoh : bacaan qasr al-Munfashil adalah bacaan
Imam ‘Ashim, riwayat Hafsh, thariq : ‘Amr bin
Shabbah, thariq : al-Fil dan Zar’an.
36. Al-Qira’at al-’Asyr al-Kubra dan ash-
Shugra:
1.al-Qira’at al-’Asyr ash-Shugra :
a.bacaan yang dinisbatkan dan dimasyhurkan oleh Imam Sepuluh melalui
perawi/thariq yang ada pada “Syathibiyyah/Hirzul Amani” dan “ad-Durrah al-
Mudli’ah fil Qira’at ats-Tsalats al-Mutammimah lil ‘Asyrah”. Karya Ibn al-Jazari,
Atau materi yang ada pada kitab : “Tahbir at-Taysir” karya Ibn al-Jazari .
b.jumlah riwayat/thariq lebih sedikit dari pada Kubra. Setiap Imam : 2 rawi.
Setiap rawi : 1 thariq saja.
2.al-Qira’at al-’Asyr al-Kubra :
a.materi qira’at yang ada di kitab an-Nasyr atau Taqrib an-Nasyr atau dalam
nazhom “ Tahyyibah an-Nasyr”
b.jumlah thariq yang meriwayatkan lebih banyak dari ash-Shugra yaitu dari
masyariqah (Iraq) dan Magaribah (Mesir).
c. setiap Imam: 2 Rawi. Setiap rawi : 2 thariq. Setiap thariq : 2 thariq lagi
(masyariqah dan magaribah).
37. Al-’Asyr ash-Shugra :
1-NAFI’ : Qalun : Abu Nusyaith- (al-Hulwani)
Warsy : Abu Ya’qub al-Azraq- (al-Ashbihani)
2-IBN KATSIR : al-Bazzi : Abu Rabi’ah-(ibn al-Hubbab)
Qunbul : Ibn Mujahid- (Ibn Syannabudz)
3-ABU ‘AMR : ad-Duri : Abu az-Za’ra’- (Ibn Farah)
as-Susi : Abu ‘Imran, Musa bin jarir - (Ibn Jumhur)
4-IBN AMIR : Hisyam : al-Hulwani (Ahmad bin yazid)- (ad-Dajuni dari ashhab). Ibn Dzakwan :
al-Akhfasy- (ash-Shuri)
5-‘ASHIM : Syu’bah : Yahya bin Adam- (al-’Ulaimi)
Hafsh : Ubaid bin ash- Shabbah- (‘Amr bin ash-Shabbah)
6-HAMZAH : Khalaf : Ahmad bin Usman dari al-Haddad- Ibn Muqsim, Ibn Shalih, al-
Muththawwi’I, dari Idris)
Khallad : Bin Syadzan (Abu bakar Muhammad)- Ibn al-Haitsam dan al-Wazzan dan
ath-Thulahi).
7-Al-KISA’I : Abul Harits : Muhammad bin yahya al-Baghdadi- (Salamah bin ‘Ashim)
ad-Duri al-Kisa’I : Ja’far an-Nushaibi.- (Abu Usman adl-Dlarir )
38. 8-ABU JA’FAR : Ibn Wardan : al-Fadl bin Syadzan- (Hibatullah bin
Ja’far).
Ibn Jammaz: Abu Ayyub al-Hasyimi- (ad-Duri dari
Isma’il bin ja’far)
9-YA’QUB : Ruwais : an-Nakhkhas dari at- Tammar- (Abuth-
Thayyib, Ibn Muqsim, al-jauhari dari at-Tammar dari Ruwais).
Rauh : Abu bakr Muhammad bin Wahb- (az-Zubairi).
10-KHALAF : Ishaq : as-Susanjardi dari an-Naqqasy – (Bakr bin
Syadzan dari Abu Umar dari Ishaq).
Idris : al-Muththawwi’I dan al-Quthai’i- (asy-
Syaththi, Ibn Buyan dari Idris).