Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Resensi (final)
1. Menulis Itu Memang Gampang
Judul Buku : Agar Menulis-Mengarang
Bisa Gampang
Penulis : Andrias Harefa
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : XIV + 105 halaman
Tahun Terbit : 2002
Harga : Rp. 44.500,-
Sudah banyak buku tentang teknik tulis-menulis yang beredar di pasaran. Hal ini
mengindikasikan besarnya minat orang untuk memiliki kemampuan mentransformasikan
gagasan ke dalam bentuk tulisan. Karena komunikasi dalam bentuk literir (wacana) diyakini
mempunyai daya jangkau lebih luas, melintasi sekat wilayah dan kurun waktu antar
generasi.
Motivasi orang untuk menjadi penulis pun beragam, ada yang ingin mengejar
popularitas, mencari tambahan penghasilan, aktualisasi diri, maupun sebagai sarana untuk
berbagi pengetahuan kepada khalayak publik. Bahkan tidak sedikit orang yang
mengandalkan hidupnya dengan konsisten mengeluti bidang kepengarangan ini. Apapun
alasan yang melatarbelakanginya, semua itu manusiawi dan sah-sah saja.
Menulis dan mengarang memang pekerjaan yang mudah, setidaknya uraian 17
sub judul buku ini menggambarkan dengan bahasa yang populer sehingga mudah
ditangkap oleh siapa pun yang membacanya. Buku yang merupakan ”kritik” atas
Mengarang Itu Gampang, karya Arswendo Atmowiloto dibuat justru dari susun akhir
sistematika. Namun, tidak setiap individu yang punya hasrat jadi pengarang berhasil
mempublikasikan tulisan-tulisannya ke media massa. Malah ada yang akhirnya mengubur
dalam-dalam cita-citanya itu. Padahal sebagai sebuah keterampilan, teknik tulis-menulis
bisa dipelajari oleh siapa saja.
Lebih jauh, Andrias Harefa, penulis buku ini, dengan berani menyatakan bahwa
mengarang adalah keterampilan tingkat Sekolah Dasar (SD). Ia berkeyakinan, bahwa dalam
2. batas tertentu semua orang yang tamat SD bisa mengarang. Sebagai contoh, Adam Malik
mantan Wakil presiden RI hanya sempat mengecap bangku pendidikan sampai kelas 5 SD.
Tapi siapa yang tak kenal kalau dia adalah wartawan handal yang piawai mengarang?
Selain memupuk sikap mental, untuk bisa jadi penulis produktif, diperlukan pula
kiat-kiat menggali sumber ilham, cara mengembangkan ide, memilah dan memilih topik
aktual, memberdayakan judul agar pembaca terpikat, serta kejelian mengenali pasar. Semua
itu dibeberkan dengan gamblang dalam buku ini.
Kiat-kiat praktis itulah yang dipaparkan dalam buku berjudul: “Agar Menulis -
Mengarang Bisa Gampang” ini. Dengan nada provokatif motivasional, ditegaskan bahwa
modal utama untuk jadi penulis produktif itu antara lain adalah komitmen dan keyakinan
diri. “Artinya, ada proses pembelajaran yang harus dilewati bila pembaca ingin mencapai
tahap gampang itu. Tanpa kesediaan berproses, mengarang bisa sulit bukan kepalang” (hal:
XII).
Dalam buku yang disertai dengan ilustrasi bergambar—sehingga mempermudah
pembaca untuk segera memahami maksud isi buku. Setelah kita mengetahui berbagai
keistimewaan dari buku ini, ternyata penulis kurang menyadari bahwa ada beberapa kata
yang menggunakan ejaan tak baku. Selain itu, 20 persen dari buku ini merupakan
kenangan masa lalu pengarang, jadi tak khayal sepintas pembaca akan menilai buku ini
hanyalah sebuah “diary” seorang Andrias Harefa.
Akhirnya, buku yang meski cukup ”mahal”—semoga dipergunakan untuk
”menghargai” penulisnya—ini mudah-mudahan mampu mendorong lahirnya penulis-
pengarang baru yang memang sangat dinantikan untuk mengisi dan memberi makna
terhadap ide tentang Indonesia baru, sebab menulis-mengarang itu memang gampang.
Setidaknya resensi ini membuktikannya.