Tulisan ini menceritakan perjalanan penulis dalam mengembangkan bakat menulis puisi sejak ditemukan bakatnya di sekolah. Penulis mulai mengikuti berbagai kompetisi puisi dan meraih juara, lalu menerbitkan kumpulan puisi pertamanya berjudul "Rindu Kunci Mimpi". Buku ini mendapat sambutan baik dari guru-guru, dosen, dan pembaca lain. Kesuksesan buku ini mendorong penulis
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
RKM-BakatMenjadiKenikmatan
1. PERJALANAN RINDU KUNCI MIMPI
Berawal motivasi dari beberapa guru, aku menemukan bakat ini. Sebuah bakat yang
berkembang dari imajinasi dan rasa, ku asah dengan harapan bakat ini dapat menjadi ekspresi
jiwa yang dapat menginpirasi semua kalangan. Puisi menjadi pilihan ku untuk berkesenian
tanpa batas, menghembuskan kepuasan dan ungkapan hati tanpa berharap belas kasih.
Aku tahu, tiada ilmu yang mudah untuk dipelajari. Namun ternyata, hanya dengan
sedikit kecerdasan kata dan memori sebuah puisi dapat tercipta dan dinikmat oleh halayak
ramai. Maka wajar adanya jika, dalam karya ini ada keterkaitan hati antara pembaca dengan
menciptanya. Karena, dengan pengalaman hidup dapat mewujudkan kesetaraan dibalik
lemah raga penyair dengan kuatnya raga para pembaca.
Ketika ilmu telah ada digenggaman, perlahan ku kembangan bakat itu. Langkah awal,
diriku mencoba untuk mengikuti kompetisi ditingkat kota hingga provinsi. Dalam kompetisi
ini, ilmu baru kembali masuk pada akal ku. Hebatnya sebuah ilmu ketika, ia mengantarkan
ku untuk menjadi juara 1 dan 2 dalam kompetisi ini.
Gelar juara itu, seperti gas bumi yang terus memacu jiwa ini untuk berkarya. Hingga,
pencarian jati diri ku rangkai apik dalam kumpulan puisi. Hari demi hari, seolah menjadi
saksi semakin terasahnya bakat itu. Dimana, akal, hati dan jari-jemari dapat berpadu yang
berbuah puisi penuh makna.
6 tahun berlalu, buku kumpulan puisi Rindu Kunci Mimpi pun tercipta dari kajian
jiwa. Rindu pun, ku gali demi mencari sisi indahnya. Kunci adalah media untuk membuka
mimpi agar kelemahan raga tidak menjadi pandangan utama bagi mereka yang pernah ada
dalam hidup. Kuingin mereka tahu bahwa, biar raga bertumpu pada bundarnya roda namun
luasnya langkah yang lumbrah bagi normalnya penduduk bumi masih kugenggam di dalam
jiwa.
Keraguan pun, muncul saat keinginan karya ini dapat dikenal oleh banyak orang.
Hujan yang memenjarakan, menjawab keraguan itu saat ditengah rintiknya ia mengizinkan
ku untuk berkenalan dengan bapak Farhan. Beliau telah dikenal sebagai artis di Indonesia
dan karena kebaikan hatinya, pak Farhan menawarkan diri untuk mengisi kata pengantar di
dalam buku karya ku. Kesediaanya pun, telah membangkitkan rasa percaya diri untuk
memperkenalkan buku ini kepada masyarakat luas.
2. Melihat potensi itu, kedua orang tua ku sangat mendukungnya. Ini terbukti saat,
mereka seolah mempercayai karya ini untuk berinvestasi. Hal ini membuat bakat menulis
menjadi kenikmatan yang tiada terkira bagi ku. Dan kini, biarlah bakat tersebut menjadi
media bakti ku kepada mereka.
Pemasaran pertama, terjadi di tempat ku menimba ilmu. Saat ku menawarkan karya,
terlihat bapak dan ibu guru ingin membeli untuk memilikinya. Bahkan, seorang guru berhati
baik bersedia untuk menawarkan karya ku kepada rekannya yang mengajar di sekolah lain.
Selain itu, seorang dosen dari perguruan tinggi dengan fakultas calon guru bagi anak
istimewa mempercayakan karya ku untuk tersimpan di dalam perpustakaannya. Rasa syukur
dan semangat untuk berkarya, seolah merajai dasar jiwa ini karena kejadian tersebut.
Berjualan buku di sebuah museum, menjadi langkah selanjutnya mengenalkan buku
ini pada publik. Aku ingin seperti angin yang menebarkan oksigen pada seluruh penduduk
bumi. Dan inspirasi adalah nyawa bagi karya ku sehingga, para pembaca menghidupkan
imajinasi untuk mencapai impiannya.
Saat itu, antusias para pembaca seperti arus kencang yang membawa akal untuk
menyusun karya baru. Adanya kenangan indah dengan Rindu Kunci Mimpi, adalah bibit dari
karya itu. Dan Rindu Kunci Mimpi 2 ungkapan kebahagiaan ku atas kenikmatan yang bakat
ini berperan sebagai pelantaranya.