Dokumen tersebut membahas tentang pusat pertumbuhan ekonomi regional. Pusat pertumbuhan didefinisikan sebagai kelompok industri yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dinamis dan saling terkait melalui hubungan input-output dengan industri utama. Dokumen ini juga menjelaskan karakteristik, manfaat aglomerasi, langkah penerapan, dan contoh penerapan konsep pusat pertumbuhan di Indonesia termasuk studi kasus tentang ident
3. 8.1 DEFINISI DAN KARAKTERISTIK
PUSAT PERTUMBUHAN
RICHARDSON
Ada Empat karakteristik utama sebuah pusat pertumbuhan, yakni:
A Growth Pole was defined a set of
industries capable of generating
dynamic growth in the economy,
and a strongly interrelated to each
other via input-output linkages
around a leading industry
(Propulsive Industry).
Adanya sekelompok
kegiatan ekonomi
terkonsentrasi pada
suatu lokasi tertentu
Konsentrasi
kegiatan ekonomi
tersebut mampu
mendorong
pertumbuhan
ekonomi yang
dinamis dalam
perekonomian
Terdapat
keterkaitan input
dan output yang
kuat antara sesama
kegiatan ekonomi
pada pusat tersebut
Dalam kelompok
kegiatan ekonomi
tersebut terdapat
sebuah industri
induk yang
mendorong
pengembangan
kegiatan ekonomi
pada pusat
tersebut.
3
4. Konsentrasi kegiatan ekonomi yang
dapat berfungsi sebagai pusat
pertumbuhan adalah yang dapat
mendorong partumbuhan ekonomi
nasional, atau seyogyanya daerah
sekitarnya secara dinamis. Dengan
demikian, tidak semua konsentrasi
kegiatan ekonomi pada suatu lokasi
dapat dianggap sebagai sebuah
pusat pertumbuhan.
Kemampuan untuk mendorong
ekonomi daerah secara dinamis
tersebut dapat dilihat dari dampak
ekonomi yang dapat dihasilkan untuk
daerah sekitarnya, baik dalam bentuk
peningkatan kegiatan produksi,
penyediaan lapangan pekerjaan dan
peningkatan pendapatan
masyarakat. 4
6. Pusat Pertumbuhan
suatu kumpulan kegiatan ekonomi
yang mempunyai kapasitas untuk
mengembangkan sekumpulan
kegiatan ekonomi lainnya
Pusat Pembangunan
suatu kumpulan kegiatan ekonomi
yang mempunyai kapasitas untuk
menimbulkan struktur ekonomi
dan sosial yang mendasar dan
dapat mendoorong proses
pembangunan daerah secara
multidimensional.
6
7. R = U+r
Ket:
R= Wilayah
U= Pusat Perkotaan
r= Wilayah terbelakang
1. U akan mempengaruhi pusat
pembangunan bilamana elastisitas
investasi pada pusat tersebut
terhadap kemakmuran wilayah ialah
positif
2. Jika hasil perhitungan elastisitas
ternyata >1 maka daerah perkotaan
tersebut dapat dikatakan sebagai
pusat pembangunan yang dominan.
3. jika elastisitas bergerak diantara 0-
1 maka pusat pembangunan bersifat
sub dominan.
7
8. RUMUS PUSAT PEMBANGUNAN:
∆𝑰𝒋 𝑰𝒋
∆𝑰𝒖 𝑰𝒖
=
𝑰𝒖/𝑰𝒋
∆𝑰𝒖 ∆𝑰𝒋
> 𝟎
RUMUS PUSAT PERTUMBUHAN:
𝑰𝒓/𝑰𝒖
∆𝑰𝒓 ∆𝑰𝒖
> 𝟎
Hal yang perlu diperhatikan dalam pusat
pertumbuhan:
1. Jika elastisitas >-1 maka kota tersebut
merupakan pusat daya tarik yang kuat
2. Jika elastisitas bergerak di angka 0-1
maka kota tersebut merupakan pusat
daya tarik yang lemah.
8
9. 8.2 PUSAT PERTUMBUHAN DAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN
WILAYAH
Pusat pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu alternatif
untuk menggerakkan dan memacu pembangunan guna
meningkatkan pendapatan masyarakat. Perencanaan
Pembangunan Wilayah adalah perencanaan aktivitas pada
ruang wilayah terutama aktivitas ekonomi.
Dalam hal perencanaan wilayah, pentingya perencanaan
dikuatkan oleh berbagai faktor sebagai berikut :
1.Potensi wilayah
2.Kemampuan teknologi dan cepatnya perubahan dalam
kehidupanmanusia.
3. Kesalahan perencanaan yang sudah dieksekusi dilapangan
sering tidak dapat diubah atau diperbaiki kembali.
4.Kebutuhan lahan oleh setiap manusia untuk menopang
kehidupannya.
5.Tatanan wilayah yang bersangkutan
6. Potensi Alam 9
10. 8.3 AGLOMERASI
Keuntungan aglomerasi pada dasarnya merupakan
kekuatan utama dari sebuah pusat pertumbuhan, karena
dapat memberikan keuntungan eksternal baik dalam
bentuk penurunan biaya ataupun peningkatan peluang
pasar bagi pengusaha yang beroperasi pada pusat
terrsebut. Keuntungan agromerasi secara makro terdiri
dari tiga unsur (Isard 1960):
-. Keuntungan skala besar
-. Keuntungan lokalisasi
-.Keuntungan urbanisasi
10
11. 8.4 LANGKAH PENDIRIAN PUSAT
PERTUMBUHAN
Dalam rangka pendirian dan pengembangan sebuah pusat pertumbuhan secara baik
dan terarah diperlukan beberapa langkah dan kegiatan yang saling berkaitan satu sama
lain
.
menetapkan lokasi
pusat
pertumbuhan
meneliti potensi
ekonomi wilayah
terkait berikut
komoditas
unggulan.
meneliti
keterkaitan
hubungan input
dan output
menentukan jenis
sarana dan
prasarana yang
diperlukan
11
12. 8.5 PERMASALAHAN PUSAT PERTUMBUHAN
SERTA PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA
12
Masalah utama yang dihadapi dalam
pelaksanaan konsep pusat pertumbuhan secara
menyeluruh (makro) karena masih lemahnya koordinasi
antar dinas dan instansi terkait sehiingga keterpaduan
dalam pelaksanaaan pembangunan menjadi sukar
dilaksanakan. Kelemahan ini tidak hanya terasa pada
tingkat nasional yang mempunyai cakupan wilayah lebih
besar, tetapi juga pada tingkat provinsi maupun
kabupaten dan kota.
Permasalahan lainnya yang juga muncul dalam
pelaksanaan konsep pusat pertumbuhan ini adalah
belum samanya persepsi dikalangan perencanaan dan
aparatur pemerintah tentang manfaat pelaksanaan
konsep pusat pertumbuhan ini untuk mendorong proses
pembangunan regional. Hal ini terjadi karena
pengetahuan akan konsep ini kurang dikalangan
perencanaan dan aparatur pemerintah.
13. 8.6. PENERAPAN KONSEP PUSAT
PERTUMBUHAN
Secara nasional, konsep pusat
pertumbuhan sebenarnya sudah mulai
diterapkan di Indonesia dalam penyusunan
rencana pembangunan lima tahun (Repelita)
II tahun 1974-1979 yang lalu. Dalam hal ini,
sebuah pusat pertumbuhan tersebut
diharapkan dapat mendorong proses
pembangunan pada masing-masing wilayah
pembangunan tersebut yang selanjutnya
akan dapat pula mendorong proses
pembangunan secara nasional.
13
14. KENDALA DALAM PENERAPAN
KONSEP PERTUMBUHAN
• Belum banyak dipahami konsep
pusat pertumbuhan ini oleh para
perencana dan pengambil
keputusan
• Contoh-contoh konkret keberhasilan
konsep pusat pertumbuhan untuk
dijadikan acuan masih terbatas.
14
15. 15
PENERAPAN KONSEP PUSAT
PERTUMBUHAN
• Kawasan (Komplek) Industri
Sasaran utama : mendorong pertumbuhan industri
dan pembangunan wilayah serta sekaligus
meningkatkan pengendalian kualitas hidup.
• Kawasan Ekonomi Terpadu (KAPET)
Kawasan ekonomi terpadu melibatkan perikanan,
perkebunan dan pertambangan. KAPET sebagai
penyedia bahan baku atau pengolah hasil produksi.
• Kawasan Sentra Produksi (KSP)
KSP lebih banyak digunakan untuk pembangunan
skala kecil untuk pengembangan kegiatan pertanian.
16. 8.7 STUDI KASUS: IDENTIFIKASI PUSAT PERTUMBUHAN
DAN DAERAH HINTERLAND KOTA PALEMBANG
Palembang sebagai ibukota Sumatera Selatan menjadi pusat
pertumbuhan daerah merupakan salah satu kota metropolis di Indonesia. Secara
geografis, di sebelah utara, timur dan barat Palembang berbatasan dengan
Kabupaten Banyuasin sedangkan di sebelah selatan berbatasan dengan
Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten Ogan Ilir. Kota Palembang sebagai
pusat pertumbuhan berdasarkan letaknya memiliki lokasi yang strategis secara
internasional. Jarak tempuh Palembang dengan Singapura sebagai salah satu
pusat bisnis dunia sama dengan jarak tempuh Palembang menuju Jakarta,
ibukota Negara. Sebagai salah satu pusat pertumbuhan diharapkan Palembang
dapat memberikan spread effect bagi daerah belakangnya (hinterland) di
Sumatera Selatan terutama bagi daerah yang berbatasan langsung dengan
Palembang yang dikenal dengan istilah Patung Sang Jaya, yaitu akronim dari
Palembang, Betung, Sungsang, Jejawi, dan Indralaya 16
17. 17
No Kecamatan Penduduk
Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 Ilir Barat II 37.918 36.761 74.679
2 Seberang Ulu I 94.867 92.183 187.050
3 Seberang Ulu II 53.166 51.202 104.368
4 Ilir Barat I 74.040 72.755 146.795
5 Ilir Timur I 39.387 40.267 79.654
6 Ilir Timur II 98.773 96.087 194.860
7 Sukarami 79.543 76.966 156.509
8 Sako 48.548 46.931 95.479
g Kemuning 47.415 46.319 93.734
10 Kalidoni 62.596 59.409 122.005
11 Bukit Kecil 25.248 25.243 50.491
12 Gandus 34.600 32.876 67.476
13 Kertapati 50.911 48.666 99.577
14 Plaju 48.880 47.394 96.274
15 Alang-Alang Lebar 48.307 47.091 95.398
16 Sematang Borang 20.087 19.304 39.391
Total 864.286 839.454 1.703.740
Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin
Tahun 2012
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Palembang
18. PROFIL EKONOMI
Dengan semakin membaiknya perekonomian global, maka kondisi
perekonomian Kota Palembang di tahun 2012 pada dasarnya juga stabil. Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai indikator yang mencerminkan gambaran
penciptaan nilai tambah bruto dari berbagai aktivitas ekonomi di Kota Palembang
dapat dilihat pada Tabel berikut.
18
Sektor ADH Berlaku ADH Konstan
Pertanian 290.729 134.197
Pertambangan dan Penggalian 0 0
Industri Pengolahan 29.661.198 7.352.747
Listrik, Gas dan Air Bersih 803.952 295.031
Bangunan 4.985.935 1.894.580
Perdagangan, Hotel dan Restoran 11.223.737 4.149.525
Pengangkutan dan Komunikasi 7.398.356 3.537.820
Keuangan, Persewaan dan Jasa perusahaan 3.996.915 1.517.537
9. Jasa-jasa lainnya 8.574.395 2.542.643
PDRB dengan Migas 66.935.210 21 .424.079
PDRB tanpa Migas 51 .433.657 19.493.524
19. Sektor ADH Berlaku ADH Konstan
Pertanian 290.729 134.197
Pertambangan dan Penggalian 0 0
Industri Pengolahan 29.661.198 7.352.747
Listrik, Gas dan Air Bersih 803.952 295.031
Bangunan 4.985.935 1.894.580
Perdagangan, Hotel dan Restoran 11.223.737 4.149.525
Pengangkutan dan Komunikasi 7.398.356 3.537.820
Keuangan, Persewaan dan Jasa perusahaan 3.996.915 1.517.537
9. Jasa-jasa lainnya 8.574.395 2.542.643
PDRB dengan Migas 66.935.210 21 .424.079
PDRB tanpa Migas 51 .433.657 19.493.524
Produk Domestik Regional Bruto Kota Palembang
Tahun 2012 (Dalam Juta Rupiah)