DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
KONSUMSI PANGAN 2025
1. Menuju Ketahanan dan Kedaulatan Pangan
Prof. Dr. Bustanul Arifin
barifin@uwalumni.com
Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian UNILA
Dewan Pendiri dan Ekonom Senior INDEF
Wakil Ketua Umum Pengurus Pusat PERHEPI
Dialog Selasa DPP Partai Nasdem “Menyoal Ketahanan Pangan”, 22 Mei 2018 di Jakarta
2. Outline dan Sistematika Pembahasan
1. Klarifikasi tiga konspe, mirip tapi tidak sama
2. Penyediaan pangan: Paradoks surplus, harga masih tinggi
3. Akses pangan: Pergeseran pola konsumsi dan gaya hidup
4. Cerita dari Studi Proyeksi Permintaan Pangan 2025 dan 2045
5. Utilisasi pangan: Perpres 83/2017 KS Pangan dan Gizi
6. Ketahanan & Kedaulatan Pangan perlu visi utuh-komprehensif
4. Klarifikasi tiga konsep, mirip tapi tidak sama
• Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya Pangan bagi
negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari
tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,
aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat,
untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.
• Kemandirian Pangan adalah kemampuan negara dan bangsa
dalam memproduksi Pangan yang beraneka ragam dari dalam
negeri yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan Pangan yang
cukup sampai di tingkat perseorangan dengan memanfaatkan
potensi sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan
lokal secara bermartabat.
• Kedaulatan Pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara
mandiri menentukan kebijakan Pangan yang menjamin hak atas
Pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi masyarakat
untuk menentukan sistem Pangan yang sesuai dengan potensi
sumber daya lokal.
6. Penyediaan Pangan: Kinerja Produksi
• Data resmi terakhir BPS adalah angka tetap 2015 (per 1 Juli2016)
Produksi padi, jagung dan kedelai (Pajale) meningkat signifikan, walau
metode estimasi diragukan. BPS kini sedang memperbaiki.
• Padi: Produksi 75,40 juta ton gabah (43 juta ton beras, konversi 0,57),
naik 6,42%. Jika konsumsi padi 114 kg per kapita, total konsumsi
beras: 31 juta ton. Teori Surplus. Mengapa harga naik?
• Jagung: Produksi 19,61 juta ton pipilan kering, atau naik 3,18%, untuk
pakan ternak. Mirip dengan beras, impor 2015: 2,5 juta ton.
• Kedelai: Produksi 963 ribu ton kering, naik 0,86%, jauh dari target
swasembada adalah 3,2 juta ton. Impor sebagian besar dari AS.
• Gula: Produksi 2,6 juta ton, di bawah target produksi 2,8 juta ton.
Konsumsi 6 juta ton, jauh untuk dipenuhi dari suplai domestik. Impor
gula mentah untuk industri gula rafinasi selalu meningkat.
19. AIDS: Projecting Indonesian Food Demand in 2025 and 2045
Assumptions: Economic growth, population, income & rural-urban population composition
Urban and rural population, Indonesia
Indicator
Year
2017 2025 2045
Percentage of Urban Population (%) 0.53 0.58 0.64
Percentage of Rural Population (%) 0.47 0.42 0.36
Indicator
Scenario of Economic Growth
Baseline Moderate Optimist
Economic Growth (% per year) 5.10 5.70 6.40
Population Growth (% per year) 0.71 0.71 0.71
Income Growth (% per year) 4.39 4.99 5.69
5.1%
per year
• BASELINE
• BAU, The global turmoil has impact but some periods
have high commodity prices or economic growth and
low commodity prices without global fluctuations
5.7%
per year
• MODERATE
• BAU, The reforms are not running as expected,
commodity prices are high for some periods,
achievement of basic targets (such as 30 years ago)
6.4%
per year
• OPTIMIST
• The structural reforms go as expected. World economic
growth is relatively high. The basic targets are well
achieved.
Income per Capita
(Rp/cap/month)
Formula
base year
22. Utilisasi Pangan: Perpres 83/2017 KSPG
1. Ketersediaan Pangan
2. Keterjangkauan Pangan
3. Pemanfaatan Pangan
4. Perbaikan Gizi Masyarakat
5. Penguatan Kelembagaan Pangan dan Gizi
Ketahanan pangan bukan
semata perkara supply-
demand pangan (urusan
perut), tapi dayasaing bangsa
(urusan otak, gizi anak)
23.
24. Penutup: Perlu visi utuh dan komprehensif
• Penyediaan: Pengembangan sistem insentif baru yang berbasis
inovasi dan teknologi, benih, produksi, dan panen-pasca panen, dll
• Akses: Diversifikasi dan pengindustrian pangan lokal bervisi
peningkatan nilai tambah, integrasi pariwisata, industri kuliner,
pengentasan kemiskinan dan strategi keseimbangan gizi;
• Utilisasi: Gunakan pendekatan The Lancet (yang telah dimodifikasi)
untuk memulai pertanyaan kritis tentang internvensi sensitif dan
intervensi spesifik untuk memecahkan masalah pangan dan gizi.
• Komposisi penduduk kota yang besar mensyaratkan perubahan
strategi. Pergeseran pola permintaan perlu diantisipasi dan
diadaptasi dengan strategi baru produksi dan penyediaan pangan.
• Peran organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, kemitraan
ABGC (academics, business, government, and civil society)