REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
Bunyi Bahasa
1. Pembentukan Bunyi Bahasa
Bunyi bahasa dibentuk oleh udara dari paru-paru mengalir keluar oleh adanya tekanan
diafragma. Arus udara itu keluar melewati larinxs (jakuns), kemudian ke farinxs (rongga
kerongkongan), lantas ke mulut atau hidung.
Arus udara itu dapat keluar dengan bebas atau mendapatkan rintangan pada suatu tempat.
Akibat adanya proses ini maka terjadilah berbagai macam bunyi. Jadi untuk membentuk bunyi bahasa
harus ada aliran udara dari paru-paru keluar.
Fungsi Alat Bicara
1. Paru-paru
Sebagai motor penggerak yang menimbulkan bunyi bahasa dalam wujud getaran
udara yang mengalir menuju keluar.
2. Pita Suara
Pita suara atau selaput suara letaknya di jakun berupa sepasang pita. Di antara pita
dapat nterjadi celah yang disebut glotis, terentang dari depan kebelakang. Pita suara itu dapat
membentuk berbagai posisi :
(a) Posisi untuk bernafas secara normal, tidak menghasilkan bunyi bahasa, maka pita suara akan
terbuka lebar
(b) Posisi yang menghasilkan bunyi tak bersuara yang ditandai dengan tidak bergetarnya pita
suara, contoh : ( s ), ( t ), dan semua bunyi vokoid ( a ), ( i ), ( u ), ( e ), dan ( o )
(c) Posisi yang menghasilkan bunyi bersuara yang ditandai dengan bergetarnya pita suara,
contohnya : ( j ), ( r )
(d) Posisi yang mengawali atau mengakhiri bunyi hamzah (glotal stop) ditandai dengan
tertutupnya pita suara
3. Larinxs (jakun), pangkal tenggorok
Larinxs terdapat di pangkal tenggorok yang di dalamnya terdapat pita suara yang melintang
dari arah depan ke belakang; dan bunyi yang artikulasinya pada selaput suara disebut bunyi glotal,
contoh : ( ? ).
4. Uvula (anak tekak)
Uvula itu dapat diturunkan atau dikebawahkan sehingga aliran udara keluar melalui hidung,
maka dapat terjadi bunyi-bunyi nasal, misalnya : ( m ), ( n ). Dan bila uvula