1. MAKALAH
ARITMATIKA DASAR
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah TIK
Dosen pengampu : Muhamad Ginanjar Ganeswara, S.Kom, M.Pd
Disusun Oleh :
Fira Yulia Sari (NPM : 037117099)
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PGSD
UNIVERSITAS PAKUAN
2018
2. ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah memberikan
bimbingan-Nya sehingga makalah “Terjadinya Bunyi dan Alat Ucap” ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa tanpa taufik, hidayah, serta bimbingan-Nya penyusunan
makalah ini tidak dapat terselesaikan dengan baik.
Tujuan penyusunan makalah “Terjadinya Bunyi dan Alat Ucap” ini adalah untuk
memenuhi nilai mata kuliah kajian kebahasaan semester 2. Dan mempermudah mempelajari
tentang makalah Kebahasaan I “Terjadinya Bunyi dan Alat Ucap” serta mempermudah dalam
cara penyampaian diskusi mata kuliah Kebahasaan I “Terjadinya Bunyi dan Alat Ucap”
Kami menyadari bahwa makalah Kebahsaan I “Terjadinya Bunyi dan Alat Ucap” ini
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami berharap kepada semua pihak untuk
memberi saran demi perbaikan makalah ini. Penyusun menyampaikan ucapan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bogor, 16 Maret 2018
3. iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................I
DAFTAR ISI ..........................................................................................................................II
BAB I .....................................................................................................................................1
LATAR BELAKANG ................................................................................................1
RUMUSAN MASALAH ...........................................................................................1
TUJUAN PENULISAN .............................................................................................2
BAB II ...................................................................................................................................3
PROSES TERJADINYA BUNYI ..............................................................................3
KLASIFIKASI BUNYI ..............................................................................................4
ARTIKULASI ...........................................................................................................5
ALAT UCAP MANUSIA .......................................................................................13
ARUS UDARA .......................................................................................................14
PITA SUARA ..........................................................................................................15
BAB III ................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................16
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mata kuliah Kebahasaan I silabus terjadinya bunyi dan alat ucap adalah mempelajari
tentang proses terjadinya bunyi dan alat –alat yang mendukung bunyi itu. Terjadinya Bunyi
dan Alat Ucap
Seperti yang sudah disebutkan, bahwa fonetik (artrikulatoris) mengkaji cara
membentuk bunyi – bunyi bahasa. Sumber kekuatan utama untuk membentuk bunyi bahasa
yaitu udara yang keluar dari paru – paru. Ketika udara keluar dari paru-paru melalui
tenggorokan, ada yang mendapat hambatan ada juga yang tidak mendapat hambatan.
Proses membentuk dan mengucapkan bunyi berlangsung
dalam suatukontinuum. Menurut analisis bunyi fungsional, arus bunyi yang kontinuum
tersebut bisa dikategorikan berdasarkan segmen tertentu. Ada pula bunyi yang tidak bisa
dikategorisasikan menjadi segmen – segmen tertentu yang disebut bunyi suprasegmental.
Oleh sebab itu, bunyi bahasa dapat di bagi menjadi (1) bunyi segmental dan (2) bunyi
suprasegmental.
Proses terbentuknya bunyi bahasa secara garis besarny terbagi atas 4 macam, yakni :
(1) Proses keluarnya bunyi dari paru – paru, (2) proses fonasi, yaitu lewatnya bunyi dalam
tenggorokkan, (3) proses artikulasi yaitu proses terbentuknya bunyi oleh artikulator dan, (4)
proses oro – nasal, proses keluarnya bunyi melalui mulut atau hidung ( Ladefoged, 1973 : 2
– 3).
5. 2
1.2 Rumusan Masalah
Dalam pembahasan kali ini kami dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa itu alat ucap?
2. Apa saja klasifikasi bunyi?
3. Bagaimana proses bunyi itu terjadi?
4. Bagaimana proses artikulasi?
1.3 Tujuan
Dengan merumuskan masalah diatas dapat diketahui tujuan dari makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk dapat mengetahui apa itu alat ucap.
2. Untuk dapat mengetahui apa saja klasifikasi bunyi.
3. Untuk dapat mengetahui proses bunyi itu terjadi.
4. Untuk dapat mengetahui proses artikulasi.
6. 3
BAB II
ISI PEMBAHASAN
A. Proses Terjadinya bunyi
Proses produksi suara pada manusia dapat dibagi menjadi tiga buah proses fisiologis,
yaitu: pembentukan aliran udara dari paru-paru, perubahan aliran udara dari paru-paru
menjadi suara, baik voiced, maupun unvoiced yang dikenal dengan istilah phonation, dan
artikulasi yaitu proses modulasi/ pengaturan suara menjadi bunyi yang spesifik.
Organ tubuh yang terlibat pada proses produksi suara adalah : paru-paru, tenggorokan
(trachea), laring (larynx), faring (pharynx), pita suara (vocal cord), rongga mulut (oral
cavity), rongga hidung (nasal cavity), lidah (tongue), dan bibir (lips), seperti dapat dilihat
pada gambar diatas!.
Organ tubuh ini dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian utama, yaitu : vocal tract
(berawal di awal bukaan pita suara atau glottis, dan berakhir di bibir), nasal tract (dari velum
sampai nostril), dan source generator (terdiri dari paru-paru, tenggorokan, dan larynx).
Ukuran vocal tract bervariasi untuk setiap individu, namun untuk laki-laki dewasa rata-rata
panjangnya sekitar 17 cm. Luas dari vocal tract juga bervariasi antara 0 (ketika seluruhnya
tertutup) hingga sekitar 20 cm2. Ketika velum, organ yang memiliki fungsi sebagai pintu
penghubung antara vocal tract dengan nasal tract, terbuka, maka secara akustik nasal tract
akan bergandengan dengan vocal tract untuk menghasilkan suara nasal.
Aliran udara yang dihasilkan dorongan otot paru-paru bersifat konstan. Ketika pita
suara dalam keadaan berkontraksi, aliran udara yang lewat membuatnya bergetar. Aliran
udara tersebut dipotong-potong oleh gerakan pita suara menjadi sinyal pulsa yang bersifat
quasi-periodik. Sinyal pulsa tersebut kemudian mengalami modulasi
7. 4
frekuensi ketika melewati pharynx, rongga mulut ataupun pada rongga hidung. Sinyal
suara yang dihasilkan pada proses ini dinamakan sinyal voiced. Namun, apabila pita suara
dalam keadaan relaksasi, maka aliran udara akan berusaha melewati celah sempit pada
permulaan vocal tract sehingga alirannya menjadi turbulen, proses ini akan menghasilkan
sinyal unvoiced. Ketika sumber suara melalui vocal tract, kandungan frekuensinya
mengalami modulasi sehingga terjadi resonansi pada vocal tract yang disebut formants.
Apabila sinyal suara yang dihasilkan adalah sinyal voiced, terutama vokal, maka pada selang
waktu yang singkat bentuk vocal tract relative konstan (berubah secara lambat) sehingga
bentuk vocal tract dapat diperkirakan dari bentuk spektral sinyal voiced.
Aliran udara yang melewati pita suara dapat dibedakan menjadi phonation, bisikan,
frication, kompresi, vibrasi ataupun kombinasi diantaranya. Phonated excitation terjadi bila
aliran udara dimodulasi oleh pita suara. Whispered excitation dihasilkan oleh aliran udara
yang bergerak cepat masuk ke dalam lorong bukaan segitiga kecil antara arytenoids cartilage
di belakang pita suara yang hampir tertutup. Frication excitation dihasilkan oleh desakan di
vocal tract. Compression excitation dihasilkan akibat pelepasan udara melalui vocal tract
yang tertutup dengan tekanan tinggi. Vibration excitation disebabkan oleh udara yang
dipaksa memasuki rusang selain pita suara, khususnya lidah. Suara yang dihasilkan oleh
Phonated excitation disebut voiced. Suara yang dihasilkan oleh Phonated excitation ditambah
frication disebut mixed voiced, sedangkan yang dihasilkan oleh selain itu disebut unvoiced.
Karakteristik suara tiap individu bersifat unik karena terdapat perbedaan dalam hal panjang
maupun bentuk vocal tract.
B. Klasifikasi Bunyi
a. Vokal dan Konsonan
8. 5
Pada umumnya bunyi bahasa dibedakan atas vokal dan konsonan. Bunyi vokal
dihasilkan dengan pita suara terbuka sedikit. Bunyi konsonan terjadi setelah arus udara
melewati pita suara yang terbuka sedikit atau agak lebar. Jadi, beda terjadinya bunyi vokal
dan konsonan adalah arus udara dalam pembentukan bunyi vokal, setelah melewati pita suara
tidak mendapat hambatan apa-apa.
Sedangkan dalam pembentukan bunyi konsonan arus udara itu masih mendapat
hambatan atau gangguan.
b. Klasifikasi Vokal
Bunyi vokal biasanya diklasifikasikan dan diberi nama berdasarkan posisi lidah dan
bentuk mulut. Posisi lidah bisa bersifat vertikal bisa bersifat horizontal. Secara vertikal
dibedakan adanya vokal tinggi (I dan u), vokal tengah (e dan o) dan vokal rendah (a). Secara
horizontal dibedakan adanya vokal depan (i dan e), vokal pusat (ә), dan vokal belakang (u
dan o).
c. Klasifikasi Konsonan
Bunyi konsonan dibedakan berdasarkan tiga patokan atau kriteria yaitu posisi pita
suara, tempat artikulasi, dan cara artikulasi. Sedangkan berdasarkan posisi pita suara
dibedakan adanya bunyi bersuara dan tak bersuara.
Faringalisasi : dilakukan dengan cara menarik lidah ke arah belakang ke dinding faring.
C. Artikulasi
a. Proses artikulasi
- Labialisasi : dilakukan dengan membulatkan bentuk mulut.
- Palatilisasi : dilakukan dengan menaikkan bagian depan lidah.
- Velarisasi : dilakukan dengan cara menaikkan belakang lidah ke arah langit-langit lunak.
9. 6
Alat ucap terbagi dua yaitu artikulator pasif dan artikulator aktif. Artikulator pasif
adalah organ-organ yang tak bergerak sewaktu terjadi artikulasi suara seperti bibir atas, gigi
atas dan alveolum.
Artikulator aktif bergerak ke arah artikulator pasif untuk menghasilkan berbagai bunyi
bahasa dengan berbagai cara. Artikulator aktif utama adalah lidah, uvula, dan rahang bawah
(termasuk gigi bawah dan bibir bawah).
Bunyi-ujaran dihasilkan oleh berbagai macam kombinasi dari alat-ucap yang terdapat
dalam tubuh manusia. Ada tiga macam alat-ucap yang perlu untuk menghasilkan suatu bunyi-
ujaran, yaitu:
Udara : yang dialirkan keluar dari paru-paru.
Artikulator : bagian dari alat-ucap yang dapat digerakkan atau digeserkan untuk
menimbulkan suatu bunyi.
b. Titik artikulasi
Titik artikulasi ialah bagian dari alat-ucap yang menjadi tujuan sentuh dari artikulator
dalam menimbulkan bunyi-ujaran /k/ misalnya, dapat kita lihat kerja sama antara ketiga
faktor tersebut dia atas. Mula-mula udara mengalir keluar dari paru-paru, sementara itu
bagian belakang lidah bergerak ke atas serta merapat ke langit-langit lembut. Akibatnya
udara terhalang. Dalam hal ini belakang lidah menjadi artikulatornya, karena belakang lidah
merupakan alat-ucap yang bergerak atau digerakkan, sedangkan langit-langit lembut menjadi
titik artikulasinya, karena dia tidak bergerak, dia menjadi tempat tujuan atau tempat sentuh
belakang lidah.
Yang termasuk alat ucap adalah: paru-paru (tempat asal aliran udara), tenggorokan, di
ujung atas tenggorokan ( laring ) terdapat pita suara. Ruang di atas pita suara hingga ke
perbatasan rongga hidung disebut faring . Alat-alat ucap yang terdapat dalam rongga mulut
adalah: bibir ( labium ), gigi ( dens ), lengkung kaki gigi ( alveolum ), langit-langit keras (
palatum ), langit-langit lembut ( velum ), anak tekak ( uvula) , lidah, yang terbagi lagi atas
beberapa bagian yaitu: ujung lidah ( apex ), lidah bagian depan, lidah bagian belakang dan
akar lidah.
10. 7
Di samping rongga-rongga laring, faring dan rongga mulut sebagaimana telah
disebutkan di atas, rongga hidung juga memainkan peranan yang penting dalam
menghasilkan bunyi.
Dalam bidang fonetik artikulasi, daerah artikulasi ialah titik penyentuhan di mana
berlakunya halangan dalam saluran vokal antara artikulator aktif (bergerak, biasanya
sebahagian lidah) dan artikulator pasif (pegun, biasanya sebahagian lelangit mulut) untuk
menghasilkan konsonan. Bersama cara artikulasi dan pembunyian, inilah yang menentukan
bunyi tersendiri sesebuah konsonan.
Contohnya, bibir bawah yang aktif boleh menyentuh bibir atas yang pasih (dwibibir,
seperti [m]) atau gigi atas (bibir-gigi, seperti [f]). Lelangit keras boleh disentuh oleh bahagian
depan atau belakang lidah. Jika depan lidah digunakan, maka daerahnya dipanggil gelungan;
juga belakang lidah (”dorsum”) pula, maka lelangit (palatal) namanya.
Daerah artikulasi (pasif dan aktif):
1. Ekso-labial; 2. Endo-labial; 3. Gigi (Dental); 4. Gusi (Alveolar); 5. Belakang gusi
(Postalveolar); 6. Pra-lelangit (Pre-palatal); 7. Lelangit (Palatal); 8. Velar; 9. Uvular;
10. Farinks; 11. Glotis; 12. Epiglotis; 13. Akar (Radikal); 14. Postero-dorsal; 15.
Antero-dorsal; 16. Laminal; 17. Hujung lidah (Apikal); 18. Sub-apikal
2. Terdapat lima artikulator aktif yang asas, iaitu: bibir (”labial“), depan lidah yang lentur
(”koronal“), bahagian tengah/belakang lidah (”dorsal“), akar lidah bersama epiglotis
(”radikal“), dan larinks (”glotis“). Artikulator-artikulator ini boleh bertindak sendirian,
atau dua daripadanya boleh bertindak serentak.
Artikulasi pasif pula tidak jelas sempadan daerahnya, iaitu berlakunya pertindanan
antara daerah lidah-bibir dan antargigi, antargigi dan gigi, gigi dan gusi, gusi dan lelangit,
lelangit dan velar, dan velar dan uvular, yang boleh disentuh oleh mana-mana konsonan.
Selain itu, apabila bagian depan lidah digunakan, itupun sama ada permukaan atas atau
daun lidah (”laminal“), ataupun hujung lidah (”apikal“), atau permukaan bawahnya (”sub-
apikal“), yang melakukan sentuhannya; ketiga-tiganya bertindak menjadi satu tanpa aturan
yang jelas.
11. 8
A. Jenis-jenis Artikulasi
Pada bahasan sebelumnya telah dipelajari alat-alat ucap dengan baik. berbagai bunyi
yang kta dengar dari alat bunyi merupakan hasil macam-macam penyekatan atau rintangan
terhadap udara yang ditiupkan ke dalamnya. Paru-paru dapat menghembuskan udara ke
tempat alat ucap yang ada di atasnya melalui tenggorokan dan kerongkongan dapat
mengalami macam-macam penyekatan dan rintangan. Rongga yang dilalui aliran udara itu
dapat berubah-ubah bentuknya disebabkan oleh jenis-jenis gerakan artikulator.
Artikulator adalah bagian alat ucap yang dapat bergerak dan menyentuh daerah
artikulasi. Daerah artikulasi atau titik artikulasi selalu berada pada posisi tetap, tidak dapat
bergerak. Sebagai akibat dari gerakan artikulator-artikulator yang menyentuh titik artikulasi
terjadilah jenis-jenis artikulasi.
Jenis-jenis artikulasi yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1) Hentian (stop), terjadi karena aliran udara terhenti sepenuhnya pada suatu tempat oleh alat
ucap yang menutup rapat, sehingga terbentuklah bunyi-bunyi seperti p, b, t, d, k, g.
2) Spiran, terjadi bila rongga tempat udara lewat menyempit sehingga terbentuklah bunyi-
bunyi berdesis seperti s,sy,z.
3) Getar atau trill, terjadi bila salah satu alat ucap bergetar sehingga terbentuk bunyi r.
4) Vokal, terjadi bila udara yang keluar dari paru-paru boleh dikatakan tidak mendapat
rintangan, sedangkan rongga mulut berubah-ubah bentuknya karena gerakan lidah dan bibir,
sehingga terbentuklahh bunyi-bunyi seperti a, i, u, e, o.
5) Frikatif, pada dasarnya jenis artikulasi ini termasuk ke dalam spiran. Bunyi f, v, dan
sebagainya menjadi bunyi yang dihasilkan jenis bunyi ini.
B. Klasikfikasi Bunyi Bahasa
Akhir-akhir ini, pada umumnya orang lebih suka mengklasifikasikan bunyi bahasa
menjadi dua kelas yaitu vokal dan konsonan. Di bawah ini terlebih dahulu akan diuraikan
kelas bunyi vokal (vokoid).
12. 9
Vokal merupakan bunyi bahasa yang dihasilkan dengan melibatkan pita siara tanpa
penyempitan dan penutupan pada daerah artikulasi.
Yang dimaksud vokoid ialah bunyi-bunyi bahasa yang terjadi karena udara dari paru-
paru ke luar dengan bebas tidak mengalami rintangan sesuuatu apa pun. Celah pita suara
yang dilalui udara tidak ter lalu longgar, akan tetapi agak menyempit saja. Vokoid semacam
ini pada dasarnya termasuk bunyi yang bersuara, artinya selaput suara ikut bergetar sewaktu
ada hembusan udara dari laring. Yang mempengaruhi bunyi vokoid selain jalan udara yang
ditempuh juga lidah dan bibir. Vokoid mungkin merupakan bunyi oral, karena aliran udara
seluruhnya mengalir lewat mulut atau sebaliknya termasuk bunyi nasal karena aliran udara
seluruhnya lewat rongga hidung. Sehubungan dengan terjadinya vokoid, maka bagian-bagian
lidah yang berfungsi sebagai artikulator memegang peranan penting sebagai pembentuk
bunyi tersebut, misalnya depan lidah (pembentuk vokoid depan), tengah lidah (pembentuk
vokoid pusat/tengah), dan belakang lidah (pembentuk belakang).
Secara artikulatoris, vokal dapat diklasifikasikan lagi ke dalam beberapa kelas tertentu.
Pengklasifikasian ini dapat dilihat dari posisi lidah dan bentuk bibir ketika bunyi bahasa itu
diproduksi. Agar lebih spesifik, berikut ini adalah klasifikasi vokal menurut posisi lidah,
bentuk bibir, artikilator yang bergerak maupun dari jumlah vokal.
1) Dilihat dari Posisi Lidah
Posisi lidah dalam memroduksi bunyi bahasa akan mempengaruhi terhadap bunyi yang
dihasilkan. Maka dari itu, terdapat beberapa jenis vokal apabila dilihat dari posisi lidah
ketikan memroduksi bunyi.
Jenis vokal yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a) vokal tinggi.
b) vokal tengah; dan
c) vokal rendah.
2) Dilihat dari bagian lidah yang bergerak
Bergerak atau tidaknya lidah dalam mem
13. 10
roduksi bunyi bahasa akan menghasilkan bunyi bahasa yang berbeda, untuk itu ada
pengklasifikasian jenis vokal menurut bagian lidah yang bergerak.
Adapun pengklasifikasian yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a) vokal depan/datar;
b) vokal belakang; dan
c) vokal tengah.
3) Dilihat dari bentuk bibir
Bentuk bibir yang dimaksud dalam pengklasifikasian jenis vokal berikut adalah bentuk
bibir ketika proses produksi bunyi bahasa. Bentuk bibir ketika memroduksi bahasa terbagi
atas dua jenis vokal yakni :
a) vokal bundar; dan
b) vokal tak bundar
4) Dilihat dari jumlah vokal
Jumlah vokal ketika ujaran atau bunyi bahasa itu terdiri atas dua jenis vokal. Kedua
jenis vokal tersebut adalah:
a) vokal tunggal (dasar); dan
b) vokal rangkap (diftong), dalam bahasa Indonesia hanya ada difong naik.
Di atas telah dipaparkan secara singkat bahasan mengenai vokal dan
pembentukkannya. Selanjutnya kita akan membahas konsonan sebagai salah satu jenis fonem
beserta pembentukkannya.
Konsonan adalah bunyi yang dihasilkan dengan mempergunakan artikulasi pada salah
satu bagian alat bicara. Berlainan dengan pembentukkan vokal, pembentukan konsonan
dilakukan dengan jalan merintangi aliran udara yang keluar dari paru-paru. Rintangan bisa
dilakukan dalam rongga tenggorokan, rongga mulut, dan rongga bibir. Semua bunyi
konsonan adalah bunyi kontoid. Udara yang dihembuskan dari paru-paru bisa lewat rongga
mulut sehingga bunyi yang terjadi disebut bunyi oral; dapat juga lewat hidung sehingga bunyi
yang dihasilkan disebut bunyi nasal.
14. 11
Bunyi kontoid ialah bunyi yang terjadi jika aliran udara yang dihembuskan dari paru-
paru mendapat rintangan atau halangan baik penuh maupun sebagian. Klasifikasi vokoid
dapat dilakukan dengan dasar-dasar sebagai berikut :
1) Menurut dasar ucapannya (artikulator dan titik artikulasi), kontoid dapat dibedakan
menjadi enam yakni: labial, dental, palatal, trill, dan semi vokal.
2) Menurut cara pengucapannya atau ada tidak adanya halangan, kontoid dapat dibedakan
menjadi lima yakni hambat, spiran, lateral, trill dan semi vokal.
3) Didasarkan pada getar atau tidaknya selaput suara, kontoid dapat dibedakan menjadi dua
yakni, bersuara dan tidak bersuara.
4) Didasarkan pada jalan keluarnya udara dari paru-paru, kontoid dapat dibedakan menjadi
dua yakni, oral dan nasal.
5) Kombinasi dari berbagai kriteria di atas sehingga akan menghasilkan nama bunyi yang
kombinasi juga.
Biasanya konsonan diklasifikasikan berdasarkan tiga hal yang ikut menentukannya
yaitu dasar ucapan, cara melisankan, dan getaran pita suara. Bunyi yang dibentuk dengan
getaran pita suara adalah bunyi bersuara.
Pada bahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa artikulator adalah alat ucap yang
dapat bergerak, sedangkan daerah artikulasi merupakan alat ucap yang tidak dapat bergerak.
Artikulator tertentu biasanya menghampiri atau merapat pada daerah artikulasi tertentu
secara tetap. Post dorsum, misalnya, selalu mengartikulasi ke arah velum, tidak pernah
mengartikulasi ke arah prae-palatum. Aspek tidak pernah berartikulasi ke arah velum. Titik
artikulasi yang merupakan titik pertemuan antara artikulator dan daerah artikulasi ialah
bilabial, labiodental, apikodental, apikoalveolar, apikopalatal, dorsovelar, dan glotal. Nama
konsonan disesuaikan dengan titik artikulasi pada pembentukan konsonan yang
bersangkutan. Pertemuan antara bibir bawah dan bibir atas disebut bilabial (dua bibir), bunyi
yang terjadi disebut bunyi bilabial seperti [p], [b], dan [m].
15. 12
Labiodental ialah pertemuan antara bibir dan gigi. Bunyi laiodental ialah [f]. Bunyi
apikoalveolar terjadi karena ujung lidah (apeks) menyentuh alveolar. Konsonan [d] adalah
bunyi apikoalveolar. Bunyi dorsoveolar ialah [k], [g], [nj]. Bunyi glotal terjadi di
tenggorokan [?] terjadi bila glotis menutup, [h] terjadi bila glotis tetap terbuka. Bunyi [h]
sering kali juga dianggap bunyi faringgal. Memang ada dua macam desah, ada yang faringgal
ada yang laringgal. Dengan demikian lambang fonetiknya haruslah dibedakan.
Di samping dasar ucapan, klasifikasi konsonan harus dilakukan pula berdasarkan jenis
ucapan (cara ucapan). Terdapat lima jenis artikulasi yaitu hentian (stop), spiran, sengau,
lateral, getar. Yang termasuk konsonan hentian ialah [p], [b], [t], [d], [c], [j], [k], dan [g].
Bunyi-bunyi itu disebut plosif atau eksplosif sebab dibentuk dengan jalan menutup jalan
udara secara sementara saja kemudian dibuka sehingga terjadi letupan. Penutupan jalan udara
itu biasa terjadi karena bibir atas dan bawah dirapatkan (bilabial); bisa juga terjadi karena
bibir disentuhkan dengan gigi, atau alveolo (apikodental atau apiko alveolar) kalau
penutupan itu terjadi karena dorsum dilekatkan pada velum maka akan terjadi bunyi-bunyi
dorsovelar.
Berdasarkan paparan-paparan di atas, maka dapat diklasifikasikan jenis-jenis konsonan
menurut proses memroduksi bunyi bahasa. Adapun jenis-jenis konsonan yang dimaksud
adalah sebagai berikut :
1) Konsonan Letupan, dihasilkan dengan cara udara dihambat kemudian diletupkan oleh
artikulator. Konsonan letupan dibagi atas lima jenis yaitu:
a) yang dihasilkan di antata bibir [p], [b];
b) yang dihasilkan oleh ujung lidah dan langit-langit keras;
c) yang dihasilkan oleh ujung lidah dan lengkung kaki gigi [t], [d];
d) yang dihasilkan oleh tengah lidah dan langit-langit keras [c], [j];
e) yang dihasilkan oleh pangkal lidah dan langit-langit tekak [k], [g].
16. 13
2) Gugus/Klaster, konsonan rangkap atau lebih yang termasuk dalam satu suku kata yang
sama
3) Konsonan Sengau, dihasilkan dengan menutup arus udara keluar dari rongga mulut dengan
membuka agar dapat keluar melalui hidung. Konsonan sengau dibagi atas empat jenis yaitu:
a) dihasilkan antara bibir [m]
b) dihasilkan ujung lidah dan lengkung gigi atas/gusi [n]
c) dihasilkan tengah lidah dan langit-langit keras [ny]
d) dihasilkan pangkal lidah dan langit-langit lunak [ng]
4) Konsonan Samping, konsonan yang dihasilkan dengan menghalangi arus udara
sedemikian rupa sehingga dapat keluar hanya melalui sebelah/kedua belah sisi lidah. Tempat
artikulasinya adalah ujung lidah dengan lengkung kaki gigi [l]
5) Konsonan Geseran/Frikatif, konsonan yang dihasilkan oleh alur yang amat sempit
sehingga sebagian besar arus udara terhambat. Penghambatan terjadi pada:
a) penyempitan dinding varing dan pangkal lidah [h];
b) penyempitan pangkal lidah dan anak tekak [r];
c) penyempitan daun lidah dan lengkung kaki gigi [s], [z]; dan
d) penyempitan bibir bawah dan gigi atas [f], [v].
6) Konsonan Paduan/Afrikat, dihasilkan dengan menghambat arus udara pada salah satu
tempat artikulasi secara implosif lalu dilepaskan secara penyempitan
7) Konsonan Getaran [r]
8) Konsonan Kembar, yang diperpanjang pelafalannya.
17. 14
D. Alat Ucap Manusia
Kita tidak akan memahami sebaik-baiknya segala macam bunyi-ujaran bila kita tidak
mengetahui sebaik-baiknya tentang alat ucap yang menghasilkan bunyi-bunyi tersebut.
Sebab itu dalam Fonologi dipelajari juga bagian-bagian tubuh yang ada sangkut-pautnya
dengan menghasilkan bunyi ujaran tersebut.
Alat ucap adalah organ pada tubuh manusia yang berfungsi dalam pengucapan bunyi.
Organ-organ yang terlibat antara lain adalah paru-paru, laring, faring, rongga hidung, rongga
mulut, bibir, gigi, lidah, alveolum, palatum, velum, dan uvula.
Dalam fonetik artikulatoris hal pertama yang dibicarakan adalah alat ucap manusia
yang menghasilkan bunyi bahasa. Sebenarnya alat ucap itu juga memiliki fungsi utama lain
yang bersifat biologis. Bunyi-bunyi yang terjadi pada alat-alat ucap itu biasanya diberi nama
sesuai dengan alat ucap itu namun disesuaikan dengan nama latinnya, misalnya :
1. Paru-paru (lung)
2. Batang tenggorokan (trachea)
3. Pangkal tenggorokan (larynx) – laringal
4. Pita suara (vocal cord)
5. Krikoid (cricoid)
6. Tritoid (thyroid) atau lekum
7. Aritenoid (arythenoid)
8. Dinding rongga kerongkongan (pharynx) – faringal
9. Epiglotis (epiglottis)
10. Akar lidah (root of the tongue)
11. Pangkal lidah (dorsum) – dorsal
12. Tengah lidah (medium) – medial
13. Daun lidah (laminum) – laminal
14. Ujung lidah (apex) – apical
18. 15
15. Anak tekak (uvula) – uvular
16. Langit-langit lunak (velum)
17. Langit-langit keras (palatum)
18. Gusi, lekung kaki gigi (alveolum) – alveolar
19. Gigi atas (upper teeth dentum)
20. Gigi bawah (lower teeth dentum)
21. Bibir atas (upper lip labium)
22. Bibir bawah (lower lip labium)
23. Mulut (mouth)
24. Rongga mulut (oral cavity)
25. Rongga hidung (nasal cavity)
Selanjutnya sesuai dengan bunyi bahasa itu dihasilkan, maka harus kita gabungkan
istilah dari dua nama alat ucap itu. Misalnya, bunyi apikodental yang gabungan antara ujung
lidah dengan gigi atas.
E. Arus Udara
Arus udara yang menjadi sumber energi utama pembentukan bunyi bahasa merupakan
hasil kerja alat atau organ tubuh yang dikendalikan oleh otot-otot tertentu atas perintah syaraf
otak, apakah arus udara menuju keluar dari paru-paru ( arus udara egresif ), atau arus udara
ke dalam atau menuju paru-[aru ( arus udara ingresif ) .
Sebaliknya apabila arus udara yang mengalir tadi mengalami hambatan pada salah satu
atau beberapa alat ucap maka akan terdengar bunyi bahasa. Jenis bunyi bahasa yang
dihasilkan bergantung pada alat ucap yang menjadi tempat terjadinya hambatan udara yang
mengalir dari paru-paru.
Jenis hambatan yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut:
1). antara pita-pita suara, yang dihasilkan bunyi bersuara ( voiced sounds );
2). antara akar lidah dan dinding belakang rongga kerongkongan, bunyi yang
dihasilkan bunyi faringal: [ h ];
19. 16
3). Antara pangkal lidah anak tekak, hasilnya bunyi uvular: [ q, r ]
4). Antara pangkal lidah dan langit-langit lunak, hasilnya bunyi dorso-velar: [ k, g, ŋ, x ];
5). Antara tengah lidah dan langit-langit keras, hasilnya bunyi medio-palatal: [ c, j ];
6). Antara ujung lidah dan gusi atas, hasilnya bunyi apiko-alveolar: [ t, d, n ];
7). Antara ujung lidah dan gigi atas, hasilnya bunyi apiko-dental: [ t, d, n ];
8). Antara bibir bwah dan gigi atas, hasilnya bunyi labio-dental: [ f, v ];
9). Antara bibir bawah dan bibir atas, hasilnya bunyi bilabial: [ p, b, m, w ];
10). Antara lubang atau celah pada pita suara, hasilnya bunyi glotal: [ ? atau hamzah ].
F. Pita Suara
Pita suara merupakan sumber bunyi. Ia bergetar atau digetarkan oleh udara yang keluar
atau masuk paru-paru. Pita suara terletak dalam kerongkongan.
Jadi proses pembentukan bunyi bersumber pada arus udara yang mengalir dari/ke paru-
paru. Getaran getaran itu timbul pada pita suara sebagai akibat tekanan arus udara, yang
dibarengi dengan gerakan alat-alat ucap sedimikian rupa sehingga menimbulkan
perbedaan/perubahan rongga udara yang terdapat dalam rongga mulut dan/hidung.
Dari sinilah maka jelas bahwa sarana utama yang berperan dalam proses pembentukan
bunyi bahasa adalah arus udara, pita suara dan alat ucap.