SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
MAKALAH KULIAH FAAL
Resume Kuliah Faal Bicara
Pengampu :
dr. Widya Wastiyastuti, M.Sc., M.Med.Ed, Ph.D
Mahasiswa :
Marshanti Emmadita
21/475859/PKG/01475
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS
PROGRAM STUDI ORTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
SPEECH ORGAN
Percakapan lisan merupakan salah satu cara komunikasi yang diciptakan
manusia. Saat sekelompok manusia hidup bersama, bahkan pada kelompok-
kelompok terisolasi, mereka menciptakan suatu sistem untuk berkomunikasi satu
sama lain. Percakapan memungkinkan manusia mengekspresikan perasaan,
bertukar ide, dan berbagi pengetahuan kepada pendengar, yang kemudian memiliki
peran besar membentuk peradaban manusia saat ini.
Mekanisme percakapan lisan melibatkan berbagai proses yang kompleks.
Percakapan lisan dapat terjadi dengan melibatkan kombinasi gerakan organ bicara
dan proses umpan balik oleh sistem pendengaran, persepsi dan pemrosesan
informasi dalam sistem saraf dan otak. Proses motorik mengeluarkan suara
melibatkan berbagai otot-otot orofasial, laring, faring, dan otot-otot pernapasan.
1.1 Speech Chain
Penjelasan mengenai tahapan komunikasi melalui percakapan sering
dijelaskan dengan bagan yang disebut “The Speech Chain”. Speech chain,
dideskripsikan sebagai permodelan sederhana tahapan komunikasi melalui
percakapan.
Gambar 1. The Speech Chain
Speech chain dapat dielaskan dengan membayangkan dua orang
yang sedang melakukan percakapan. Orang pertama, sebagai pembicara,
ingin menyampaikan informasi pada orang kedua sebagai pendengar. Hal
pertama yang harus dilakukan pembicara adalah memikirkan dan
memutuskan hal yang ingin dikatakan. Transmisi sebuah pesan dimulai
dengan pemilihan dan pengurutan kata-kata yang cocok dan kalimat, yang
disebut tingkat linguistik pada speech chain. Proses ini diasosiasikan dengan
aktivitas dalam otak, yang kemudian mengirimkan impuls di sepanjang
saraf motorik, dikirim ke otot yang mengaktifkan organ vokal.
Impuls saraf mengatur otot-otot vokal menjadi gerakan yang
menghasilkan suara (tingkat fisiologis). Gelombang suara kemudian
dirambatkan dan akan ditangkap oleh sistem pendengaran orang kedua
(tingkat akustik), menghasilkan impuls yang dihantarkan ke otak untuk
kemudian diterjemahkan dalam bentuk informasi.
Di akhir tahap speech chain pada sisi pendengar, prosesnya dibalik.
Transmisi mulai pada tingkat akustik ketika gelombang suara yang masuk
mengaktifkan mekanisme pendengaran yang dilanjutkan pada tingkat
fisiologis dengan aktivitas saraf dalam mekanisme pendengaran dan
persepsi. Speech chain selesai pada tingkat linguistik ketika pendengar
mengenali kata-kata dan kalimat yang disampaikan oleh pembicara.
1.2 Fisiologi Bicara
Produksi suara dan bahasa sangat terkoordinasi yang melibatkan saraf,
otot, mekanik, aerodinamis, akustik, dan faktor pendengaran. Impuls bahasa
dapat berupa impuls auditorik dan visual, yang masing-masing akan
diproses di area otak yang berbeda.
1. Persepsi bahasa auditori (mendengar-berbicara)
Input auditori akan diproses di korteks auditorius primer (area
Broadmann 41) dan kemudian akan diinterpretasikan di area Wernicke
sehingga manusia dapat mendengar dan memahami kata-kata. Selain
memahami kata, area Wernicke juga berfungsi untuk menginisiasi
proses bicara dan menentukan kata-kata yang akan diucapkan. Impuls
dari area Wernicke melalui fasciculus arcuatus, akan diteruskan ke area
Broca yang merupakan area yang mengatur proses vokalisasi kata-kata.
Impuls akan diteruskan ke korteks motorik yang kemudian dilanjutkan
ke otot-otot organ bicara.
2. Persepsi bahasa visual (membaca)
Daerah reseptif awal pada proses membaca adalah di area visual primer.
Informasi kemudian diteruskan menuju angular gyrus (area Broadmann
39) dan akhirnya diinterpretasikan dan dipahami di area Wernicke.
1.3 Organ Bicara
Kemampuan manusia untuk mengartikulasi suara membedakan kita
dari spesies lainnya. Bagian tubuh manusia yang terlibat langsung dalam
produksi bicara biasanya disebut sebagai organ bicara. Ada tiga utama organ
bicara: organ respirasi, organ fonasi dan organ artikulasi.
Gambar 2. Organ Bicara
 Respirasi
Fungsi terpenting paru-paru, yang berhubungan dengan produksi
suara saat bicara adalah respirasi yang menginisiasi pergerakan udara.
Saat ekspirasi, udara didorong keluar dari paru-paru melewati
tenggorokan atau trakea, menuju laring di bagian atas.
 Fonasi
Pada laring, terdapat pita suara yang merupakan kumpulan otot
elastis yang dapat membuka dan menutup. Pita suara bersatu di bagian
anterior, dan dapat membuka menutup pada bagian posterior.
Pembukaan pita suara disebut glottis.
 Voiceless sound/unvoiced sound, terjadi saat udara melewati glottis
dengan pita suara tetap terbuka, sehingga tidak terjadi osilasi atau
getaran pita suara, namun ada percepatan aliran udara di bagian yang
menyempit di glottis. Contoh voiceless sound adalah p, t, f, s, h, dan
sebagainya.
 Voiced sound, dihasilkan oleh adanya getaran atau osilasi
membuka-menutup pita suara. Semua bunyi huruf vokal, diftong,
dan beberapa konsonan seperti b, d, g, m, n, v, l, j, r, menghasilkan
voiced sound.
Selama proses fonasi, terjadi gerakan osilasi pita suara. Saat udara
dikeluarkan dari paru, tekanan udara akan membuka pita suara.
Kemudian, efek Bernoulli menjelaskan bahwa udara yang mengalir
melalui glottis dengan kecepatan tinggi akan menciptakan daerah
tekanan rendah di sisi dalam pita suara yang menyebabkan penyatuan
kembali pita suara. Proses ini juga didukung keelastisan pita suara yang
memungkinkan mereka terbuka untuk setiap siklus dan dapat rekoil
penuh untuk kembali menutup.
Loudness (kenyaringan suara) terjadi ketika adanya peningkatan
amplitudo getaran pita suara. Peningkatan ini disebabkan meningkatnya
aliran udara sehingga menyebabkan pita suara menjadi lebih lebar.
Sedangkan pitch (ketinggian suara) terjadi ketika adanya peningkatan
frekuensi getaran pada pita suara.
Gambar 3. Pergerakan Pita Suara
 Artikulasi
Artikulasi adalah proses yang menghasilkan kata-kata yang dapat
dipahami. Proses artikulasi terdiri dari serangkaian gerakan organ bicara
yang disebut artikulator. Artikulator yang bergerak selama proses
artikulasi disebut artikulator aktif. Artikulator yang relatif tidak
bergerak disebut artikulator pasif. Struktur artikulator aktif dan pasif
menyesuaikan bentuk mulut, faring dan rongga hidung (saluran suara)
saat suara yang dihasilkan getaran pita suara lewat, menghasilkan suara
yang bervariasi.
Titik artikulasi terdiri dari bibir atas, gigi atas, alveolar ridge,
palatum durum, dan palatum mole (velum). Bibir atas dan gigi atas dapat
kita identifikasi dengan mudah. Alveolar ridge adalah bagian kasar,
tidak rata dan bergerigi tepat di posterior gigi atas. Palatum durum
adalah struktur tulang keras lanjutan alveolar ridge di bagian posterior.
Palatum mole adalah bagian lunak langit-langit mulut yang berakhir di
uvula.
Dua artikulator terpenting adalah bibir bawah dan lidah. Lidah
terdiri atas otot-otot ekstrinsik dan intrinsik yang memungkinkan
perubahan bentuk dan posisi ke titik-titik artikulasi yang berbeda.
Secara umum, lidah dapat dibagi menjadi bagian depan, tengah, bilah,
bagian belakang, dan pangkal lidah.
Gambar 4. Organ-Organ Artikulator
1.4 Individualiatas Suara Manusia
Setiap orang memiliki kualitas suara yang unik, yang timbul dari
variasi mekanisme vokal. Keunikan suara terbentuk karena setiap manusia
secara eksperimental mengembangkan proses belajar berbicara yang unik
dan individual. Kecil sekali peluang dua individu akan memiliki bentuk,
ukuran saluran suara, rongga vokal dan cara mengontrol articulator yang
persis sama, sehingga setiap individu memiliki keunikan suara masing-
masing.
1.5 Perkembangan Kemampuan Bicara
Dworetzsky (1990) menyatakan bahwa dalam kehidupan manusia
mengalami perkembangan bahasa melalui dua tahapan, yakni pralinguistik
dan linguistik.
a. Periode pralinguistik
Tahap pertama, sejak lahir hingga sekitar usia 2 bulan yaitu masa
fonasi (phonation stage). Pada masa ini bayi sering membuat apa yang
disebut "bunyi-bunyi yang menyenangkan. Pada usia antara 4 hingga 7
bulan anak memproduksi beberapa kata baru, disebut masa expansion
stage.
Tahap kedua yaitu pada usia 7-10 bulan, bayi mulai mengoceh bunyi
yang belum memiliki makna (babbling stage) dan akan meningkat
hingga dapat menirukan ucapan seperti 'bababa' atau 'mamama'. Tahap
ini disebut tahap kononikal (cononical stage). Tahapan mengoceh suku
kata kononikal hanya dapat dilakukan oleh bayi yang dapat mendengar.
(Oller & Eiler, dalam Dworetzky, 1990:214).
Tahap ketiga, setelah melalui masa kononikal, bayi akan memasuki
tahap kontraksi (contraction stage) dan umumnya terjadi antara usia 10
dan 14 bulan. Pada masa ini bayi belajar meniru apa yang mereka
dengar.
b. Periode linguistik
Pada akhir usia bayi, anak mulai mampu menggunakan kata-kata
benda (mama, papa) atau kata kerja dasar tertentu dalam berbicara.
Tahap ini terjadi antara umur 10 sampai 17 bulan (Benedict, 1979 dalam
Dworetzky, 1990).
Pada awal tahun pertama yakni usia sekitar 12 bulan, anak
menggunakan 3-6 kata (holofrase). Tahap berikutnya saat anak usia
antara 12 sampai 18 bulan, anak telah mampu menggunakan kata benda
yang luas serta mampu menggunakan kosakata yang terdiri dari 3
sampai 50 kata. Pada usia sekitar 2-3 tahun, anak sudah mampu
menerima bahasa dengan menggunakan bahasa telegrafik 2-3 kata.
Anak yang berusia sekitar 3 tahun, kosakatanya bertambah setiap hari.
Pada usia 4 tahun, anak telah mampu menerapkan pengucapan dan tata
bahasa. Pada usia 5 sampai 6 tahun, anak telah memiliki susunan kalimat
dan tata bahasa yang baik dan benar.

More Related Content

What's hot

Mengidentifikasi & mengkonstruksi ujaran
Mengidentifikasi & mengkonstruksi ujaranMengidentifikasi & mengkonstruksi ujaran
Mengidentifikasi & mengkonstruksi ujaranIbi E
 
Ppt faal pendengaran
Ppt faal pendengaranPpt faal pendengaran
Ppt faal pendengaranAfifah Lee
 
Sistem koordinasi
Sistem koordinasiSistem koordinasi
Sistem koordinasiDio Altha
 
Anatomi pendengaran fisiologi pendengaran dan keseimbangan
Anatomi pendengaran fisiologi pendengaran dan keseimbanganAnatomi pendengaran fisiologi pendengaran dan keseimbangan
Anatomi pendengaran fisiologi pendengaran dan keseimbanganwidiganteng
 
Teknik Vokal dalam KSSR tahun 1
Teknik Vokal dalam KSSR tahun 1Teknik Vokal dalam KSSR tahun 1
Teknik Vokal dalam KSSR tahun 1Maszuraidah Razali
 
[Biologi] Alat Indra - Telinga, Hidung, dan Lidah
[Biologi] Alat Indra - Telinga, Hidung, dan Lidah[Biologi] Alat Indra - Telinga, Hidung, dan Lidah
[Biologi] Alat Indra - Telinga, Hidung, dan LidahNita Sintari
 
Nyanyian dan suara dalam nyanyian
Nyanyian dan suara dalam nyanyianNyanyian dan suara dalam nyanyian
Nyanyian dan suara dalam nyanyianhaziqkamu
 
pengertian Indra pengecap ( Lidah )
pengertian Indra pengecap ( Lidah )pengertian Indra pengecap ( Lidah )
pengertian Indra pengecap ( Lidah )NayuAnggraini
 

What's hot (12)

Mengidentifikasi & mengkonstruksi ujaran
Mengidentifikasi & mengkonstruksi ujaranMengidentifikasi & mengkonstruksi ujaran
Mengidentifikasi & mengkonstruksi ujaran
 
Ppt faal pendengaran
Ppt faal pendengaranPpt faal pendengaran
Ppt faal pendengaran
 
Tugasan kumpulan
Tugasan kumpulanTugasan kumpulan
Tugasan kumpulan
 
Sistem koordinasi
Sistem koordinasiSistem koordinasi
Sistem koordinasi
 
Anatomi pendengaran fisiologi pendengaran dan keseimbangan
Anatomi pendengaran fisiologi pendengaran dan keseimbanganAnatomi pendengaran fisiologi pendengaran dan keseimbangan
Anatomi pendengaran fisiologi pendengaran dan keseimbangan
 
Teknik Vokal dalam KSSR tahun 1
Teknik Vokal dalam KSSR tahun 1Teknik Vokal dalam KSSR tahun 1
Teknik Vokal dalam KSSR tahun 1
 
Fisiologi pengecapan
Fisiologi pengecapanFisiologi pengecapan
Fisiologi pengecapan
 
[Biologi] Alat Indra - Telinga, Hidung, dan Lidah
[Biologi] Alat Indra - Telinga, Hidung, dan Lidah[Biologi] Alat Indra - Telinga, Hidung, dan Lidah
[Biologi] Alat Indra - Telinga, Hidung, dan Lidah
 
Anatomi Fisiologi Otak
Anatomi Fisiologi OtakAnatomi Fisiologi Otak
Anatomi Fisiologi Otak
 
Nyanyian dan suara dalam nyanyian
Nyanyian dan suara dalam nyanyianNyanyian dan suara dalam nyanyian
Nyanyian dan suara dalam nyanyian
 
pengertian Indra pengecap ( Lidah )
pengertian Indra pengecap ( Lidah )pengertian Indra pengecap ( Lidah )
pengertian Indra pengecap ( Lidah )
 
FONETIK
FONETIKFONETIK
FONETIK
 

Similar to faal fisiologi bicara

Similar to faal fisiologi bicara (20)

Interkom 3
Interkom 3Interkom 3
Interkom 3
 
Pengantar linguistik umum
Pengantar linguistik umumPengantar linguistik umum
Pengantar linguistik umum
 
Linguistik fonologi
Linguistik fonologi Linguistik fonologi
Linguistik fonologi
 
Linguistik fonologi
Linguistik fonologi Linguistik fonologi
Linguistik fonologi
 
Pengantar linguistik umum
Pengantar linguistik umumPengantar linguistik umum
Pengantar linguistik umum
 
Tugas kelompok biologi bab telinga ms 2007
Tugas kelompok biologi bab  telinga  ms 2007Tugas kelompok biologi bab  telinga  ms 2007
Tugas kelompok biologi bab telinga ms 2007
 
Dila
DilaDila
Dila
 
listia diah indriyani
listia diah indriyanilistia diah indriyani
listia diah indriyani
 
Tugas tik
Tugas tikTugas tik
Tugas tik
 
Phonetics and phonology
Phonetics and phonologyPhonetics and phonology
Phonetics and phonology
 
Fonologi
FonologiFonologi
Fonologi
 
Fonologi
FonologiFonologi
Fonologi
 
Bagaimana manusia mempersepsi ujaran
Bagaimana manusia mempersepsi ujaranBagaimana manusia mempersepsi ujaran
Bagaimana manusia mempersepsi ujaran
 
SISTEM FONASI.pdf
SISTEM FONASI.pdfSISTEM FONASI.pdf
SISTEM FONASI.pdf
 
Listia diah indriyani
Listia diah indriyaniListia diah indriyani
Listia diah indriyani
 
5. laporan praktikum biologi perambatan bunyi melalui tulang tengkorak
5. laporan praktikum biologi perambatan bunyi melalui tulang tengkorak5. laporan praktikum biologi perambatan bunyi melalui tulang tengkorak
5. laporan praktikum biologi perambatan bunyi melalui tulang tengkorak
 
INDERA PENDENGARAN KEL.2.pptx
INDERA PENDENGARAN KEL.2.pptxINDERA PENDENGARAN KEL.2.pptx
INDERA PENDENGARAN KEL.2.pptx
 
Phonetics
PhoneticsPhonetics
Phonetics
 
Phonetics
PhoneticsPhonetics
Phonetics
 
Phonetics
PhoneticsPhonetics
Phonetics
 

Recently uploaded

MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfAyundaHennaPelalawan
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptxAzwarArifkiSurg
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 

Recently uploaded (20)

MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 

faal fisiologi bicara

  • 1. MAKALAH KULIAH FAAL Resume Kuliah Faal Bicara Pengampu : dr. Widya Wastiyastuti, M.Sc., M.Med.Ed, Ph.D Mahasiswa : Marshanti Emmadita 21/475859/PKG/01475 PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS PROGRAM STUDI ORTODONSIA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2021
  • 2. SPEECH ORGAN Percakapan lisan merupakan salah satu cara komunikasi yang diciptakan manusia. Saat sekelompok manusia hidup bersama, bahkan pada kelompok- kelompok terisolasi, mereka menciptakan suatu sistem untuk berkomunikasi satu sama lain. Percakapan memungkinkan manusia mengekspresikan perasaan, bertukar ide, dan berbagi pengetahuan kepada pendengar, yang kemudian memiliki peran besar membentuk peradaban manusia saat ini. Mekanisme percakapan lisan melibatkan berbagai proses yang kompleks. Percakapan lisan dapat terjadi dengan melibatkan kombinasi gerakan organ bicara dan proses umpan balik oleh sistem pendengaran, persepsi dan pemrosesan informasi dalam sistem saraf dan otak. Proses motorik mengeluarkan suara melibatkan berbagai otot-otot orofasial, laring, faring, dan otot-otot pernapasan. 1.1 Speech Chain Penjelasan mengenai tahapan komunikasi melalui percakapan sering dijelaskan dengan bagan yang disebut “The Speech Chain”. Speech chain, dideskripsikan sebagai permodelan sederhana tahapan komunikasi melalui percakapan. Gambar 1. The Speech Chain
  • 3. Speech chain dapat dielaskan dengan membayangkan dua orang yang sedang melakukan percakapan. Orang pertama, sebagai pembicara, ingin menyampaikan informasi pada orang kedua sebagai pendengar. Hal pertama yang harus dilakukan pembicara adalah memikirkan dan memutuskan hal yang ingin dikatakan. Transmisi sebuah pesan dimulai dengan pemilihan dan pengurutan kata-kata yang cocok dan kalimat, yang disebut tingkat linguistik pada speech chain. Proses ini diasosiasikan dengan aktivitas dalam otak, yang kemudian mengirimkan impuls di sepanjang saraf motorik, dikirim ke otot yang mengaktifkan organ vokal. Impuls saraf mengatur otot-otot vokal menjadi gerakan yang menghasilkan suara (tingkat fisiologis). Gelombang suara kemudian dirambatkan dan akan ditangkap oleh sistem pendengaran orang kedua (tingkat akustik), menghasilkan impuls yang dihantarkan ke otak untuk kemudian diterjemahkan dalam bentuk informasi. Di akhir tahap speech chain pada sisi pendengar, prosesnya dibalik. Transmisi mulai pada tingkat akustik ketika gelombang suara yang masuk mengaktifkan mekanisme pendengaran yang dilanjutkan pada tingkat fisiologis dengan aktivitas saraf dalam mekanisme pendengaran dan persepsi. Speech chain selesai pada tingkat linguistik ketika pendengar mengenali kata-kata dan kalimat yang disampaikan oleh pembicara. 1.2 Fisiologi Bicara Produksi suara dan bahasa sangat terkoordinasi yang melibatkan saraf, otot, mekanik, aerodinamis, akustik, dan faktor pendengaran. Impuls bahasa dapat berupa impuls auditorik dan visual, yang masing-masing akan diproses di area otak yang berbeda. 1. Persepsi bahasa auditori (mendengar-berbicara) Input auditori akan diproses di korteks auditorius primer (area Broadmann 41) dan kemudian akan diinterpretasikan di area Wernicke sehingga manusia dapat mendengar dan memahami kata-kata. Selain memahami kata, area Wernicke juga berfungsi untuk menginisiasi
  • 4. proses bicara dan menentukan kata-kata yang akan diucapkan. Impuls dari area Wernicke melalui fasciculus arcuatus, akan diteruskan ke area Broca yang merupakan area yang mengatur proses vokalisasi kata-kata. Impuls akan diteruskan ke korteks motorik yang kemudian dilanjutkan ke otot-otot organ bicara. 2. Persepsi bahasa visual (membaca) Daerah reseptif awal pada proses membaca adalah di area visual primer. Informasi kemudian diteruskan menuju angular gyrus (area Broadmann 39) dan akhirnya diinterpretasikan dan dipahami di area Wernicke. 1.3 Organ Bicara Kemampuan manusia untuk mengartikulasi suara membedakan kita dari spesies lainnya. Bagian tubuh manusia yang terlibat langsung dalam produksi bicara biasanya disebut sebagai organ bicara. Ada tiga utama organ bicara: organ respirasi, organ fonasi dan organ artikulasi. Gambar 2. Organ Bicara  Respirasi Fungsi terpenting paru-paru, yang berhubungan dengan produksi suara saat bicara adalah respirasi yang menginisiasi pergerakan udara. Saat ekspirasi, udara didorong keluar dari paru-paru melewati tenggorokan atau trakea, menuju laring di bagian atas.
  • 5.  Fonasi Pada laring, terdapat pita suara yang merupakan kumpulan otot elastis yang dapat membuka dan menutup. Pita suara bersatu di bagian anterior, dan dapat membuka menutup pada bagian posterior. Pembukaan pita suara disebut glottis.  Voiceless sound/unvoiced sound, terjadi saat udara melewati glottis dengan pita suara tetap terbuka, sehingga tidak terjadi osilasi atau getaran pita suara, namun ada percepatan aliran udara di bagian yang menyempit di glottis. Contoh voiceless sound adalah p, t, f, s, h, dan sebagainya.  Voiced sound, dihasilkan oleh adanya getaran atau osilasi membuka-menutup pita suara. Semua bunyi huruf vokal, diftong, dan beberapa konsonan seperti b, d, g, m, n, v, l, j, r, menghasilkan voiced sound. Selama proses fonasi, terjadi gerakan osilasi pita suara. Saat udara dikeluarkan dari paru, tekanan udara akan membuka pita suara. Kemudian, efek Bernoulli menjelaskan bahwa udara yang mengalir melalui glottis dengan kecepatan tinggi akan menciptakan daerah tekanan rendah di sisi dalam pita suara yang menyebabkan penyatuan kembali pita suara. Proses ini juga didukung keelastisan pita suara yang memungkinkan mereka terbuka untuk setiap siklus dan dapat rekoil penuh untuk kembali menutup. Loudness (kenyaringan suara) terjadi ketika adanya peningkatan amplitudo getaran pita suara. Peningkatan ini disebabkan meningkatnya aliran udara sehingga menyebabkan pita suara menjadi lebih lebar. Sedangkan pitch (ketinggian suara) terjadi ketika adanya peningkatan frekuensi getaran pada pita suara.
  • 6. Gambar 3. Pergerakan Pita Suara  Artikulasi Artikulasi adalah proses yang menghasilkan kata-kata yang dapat dipahami. Proses artikulasi terdiri dari serangkaian gerakan organ bicara yang disebut artikulator. Artikulator yang bergerak selama proses artikulasi disebut artikulator aktif. Artikulator yang relatif tidak bergerak disebut artikulator pasif. Struktur artikulator aktif dan pasif menyesuaikan bentuk mulut, faring dan rongga hidung (saluran suara) saat suara yang dihasilkan getaran pita suara lewat, menghasilkan suara yang bervariasi. Titik artikulasi terdiri dari bibir atas, gigi atas, alveolar ridge, palatum durum, dan palatum mole (velum). Bibir atas dan gigi atas dapat kita identifikasi dengan mudah. Alveolar ridge adalah bagian kasar, tidak rata dan bergerigi tepat di posterior gigi atas. Palatum durum adalah struktur tulang keras lanjutan alveolar ridge di bagian posterior. Palatum mole adalah bagian lunak langit-langit mulut yang berakhir di uvula. Dua artikulator terpenting adalah bibir bawah dan lidah. Lidah terdiri atas otot-otot ekstrinsik dan intrinsik yang memungkinkan
  • 7. perubahan bentuk dan posisi ke titik-titik artikulasi yang berbeda. Secara umum, lidah dapat dibagi menjadi bagian depan, tengah, bilah, bagian belakang, dan pangkal lidah. Gambar 4. Organ-Organ Artikulator 1.4 Individualiatas Suara Manusia Setiap orang memiliki kualitas suara yang unik, yang timbul dari variasi mekanisme vokal. Keunikan suara terbentuk karena setiap manusia secara eksperimental mengembangkan proses belajar berbicara yang unik dan individual. Kecil sekali peluang dua individu akan memiliki bentuk, ukuran saluran suara, rongga vokal dan cara mengontrol articulator yang persis sama, sehingga setiap individu memiliki keunikan suara masing- masing. 1.5 Perkembangan Kemampuan Bicara Dworetzsky (1990) menyatakan bahwa dalam kehidupan manusia mengalami perkembangan bahasa melalui dua tahapan, yakni pralinguistik dan linguistik. a. Periode pralinguistik Tahap pertama, sejak lahir hingga sekitar usia 2 bulan yaitu masa fonasi (phonation stage). Pada masa ini bayi sering membuat apa yang
  • 8. disebut "bunyi-bunyi yang menyenangkan. Pada usia antara 4 hingga 7 bulan anak memproduksi beberapa kata baru, disebut masa expansion stage. Tahap kedua yaitu pada usia 7-10 bulan, bayi mulai mengoceh bunyi yang belum memiliki makna (babbling stage) dan akan meningkat hingga dapat menirukan ucapan seperti 'bababa' atau 'mamama'. Tahap ini disebut tahap kononikal (cononical stage). Tahapan mengoceh suku kata kononikal hanya dapat dilakukan oleh bayi yang dapat mendengar. (Oller & Eiler, dalam Dworetzky, 1990:214). Tahap ketiga, setelah melalui masa kononikal, bayi akan memasuki tahap kontraksi (contraction stage) dan umumnya terjadi antara usia 10 dan 14 bulan. Pada masa ini bayi belajar meniru apa yang mereka dengar. b. Periode linguistik Pada akhir usia bayi, anak mulai mampu menggunakan kata-kata benda (mama, papa) atau kata kerja dasar tertentu dalam berbicara. Tahap ini terjadi antara umur 10 sampai 17 bulan (Benedict, 1979 dalam Dworetzky, 1990). Pada awal tahun pertama yakni usia sekitar 12 bulan, anak menggunakan 3-6 kata (holofrase). Tahap berikutnya saat anak usia antara 12 sampai 18 bulan, anak telah mampu menggunakan kata benda yang luas serta mampu menggunakan kosakata yang terdiri dari 3 sampai 50 kata. Pada usia sekitar 2-3 tahun, anak sudah mampu menerima bahasa dengan menggunakan bahasa telegrafik 2-3 kata. Anak yang berusia sekitar 3 tahun, kosakatanya bertambah setiap hari. Pada usia 4 tahun, anak telah mampu menerapkan pengucapan dan tata bahasa. Pada usia 5 sampai 6 tahun, anak telah memiliki susunan kalimat dan tata bahasa yang baik dan benar.