1. MAKALAH KULIAH FAAL
Resume Kuliah Faal Bicara
Pengampu :
dr. Widya Wastiyastuti, M.Sc., M.Med.Ed, Ph.D
Mahasiswa :
Marshanti Emmadita
21/475859/PKG/01475
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS
PROGRAM STUDI ORTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
2. SPEECH ORGAN
Percakapan lisan merupakan salah satu cara komunikasi yang diciptakan
manusia. Saat sekelompok manusia hidup bersama, bahkan pada kelompok-
kelompok terisolasi, mereka menciptakan suatu sistem untuk berkomunikasi satu
sama lain. Percakapan memungkinkan manusia mengekspresikan perasaan,
bertukar ide, dan berbagi pengetahuan kepada pendengar, yang kemudian memiliki
peran besar membentuk peradaban manusia saat ini.
Mekanisme percakapan lisan melibatkan berbagai proses yang kompleks.
Percakapan lisan dapat terjadi dengan melibatkan kombinasi gerakan organ bicara
dan proses umpan balik oleh sistem pendengaran, persepsi dan pemrosesan
informasi dalam sistem saraf dan otak. Proses motorik mengeluarkan suara
melibatkan berbagai otot-otot orofasial, laring, faring, dan otot-otot pernapasan.
1.1 Speech Chain
Penjelasan mengenai tahapan komunikasi melalui percakapan sering
dijelaskan dengan bagan yang disebut “The Speech Chain”. Speech chain,
dideskripsikan sebagai permodelan sederhana tahapan komunikasi melalui
percakapan.
Gambar 1. The Speech Chain
3. Speech chain dapat dielaskan dengan membayangkan dua orang
yang sedang melakukan percakapan. Orang pertama, sebagai pembicara,
ingin menyampaikan informasi pada orang kedua sebagai pendengar. Hal
pertama yang harus dilakukan pembicara adalah memikirkan dan
memutuskan hal yang ingin dikatakan. Transmisi sebuah pesan dimulai
dengan pemilihan dan pengurutan kata-kata yang cocok dan kalimat, yang
disebut tingkat linguistik pada speech chain. Proses ini diasosiasikan dengan
aktivitas dalam otak, yang kemudian mengirimkan impuls di sepanjang
saraf motorik, dikirim ke otot yang mengaktifkan organ vokal.
Impuls saraf mengatur otot-otot vokal menjadi gerakan yang
menghasilkan suara (tingkat fisiologis). Gelombang suara kemudian
dirambatkan dan akan ditangkap oleh sistem pendengaran orang kedua
(tingkat akustik), menghasilkan impuls yang dihantarkan ke otak untuk
kemudian diterjemahkan dalam bentuk informasi.
Di akhir tahap speech chain pada sisi pendengar, prosesnya dibalik.
Transmisi mulai pada tingkat akustik ketika gelombang suara yang masuk
mengaktifkan mekanisme pendengaran yang dilanjutkan pada tingkat
fisiologis dengan aktivitas saraf dalam mekanisme pendengaran dan
persepsi. Speech chain selesai pada tingkat linguistik ketika pendengar
mengenali kata-kata dan kalimat yang disampaikan oleh pembicara.
1.2 Fisiologi Bicara
Produksi suara dan bahasa sangat terkoordinasi yang melibatkan saraf,
otot, mekanik, aerodinamis, akustik, dan faktor pendengaran. Impuls bahasa
dapat berupa impuls auditorik dan visual, yang masing-masing akan
diproses di area otak yang berbeda.
1. Persepsi bahasa auditori (mendengar-berbicara)
Input auditori akan diproses di korteks auditorius primer (area
Broadmann 41) dan kemudian akan diinterpretasikan di area Wernicke
sehingga manusia dapat mendengar dan memahami kata-kata. Selain
memahami kata, area Wernicke juga berfungsi untuk menginisiasi
4. proses bicara dan menentukan kata-kata yang akan diucapkan. Impuls
dari area Wernicke melalui fasciculus arcuatus, akan diteruskan ke area
Broca yang merupakan area yang mengatur proses vokalisasi kata-kata.
Impuls akan diteruskan ke korteks motorik yang kemudian dilanjutkan
ke otot-otot organ bicara.
2. Persepsi bahasa visual (membaca)
Daerah reseptif awal pada proses membaca adalah di area visual primer.
Informasi kemudian diteruskan menuju angular gyrus (area Broadmann
39) dan akhirnya diinterpretasikan dan dipahami di area Wernicke.
1.3 Organ Bicara
Kemampuan manusia untuk mengartikulasi suara membedakan kita
dari spesies lainnya. Bagian tubuh manusia yang terlibat langsung dalam
produksi bicara biasanya disebut sebagai organ bicara. Ada tiga utama organ
bicara: organ respirasi, organ fonasi dan organ artikulasi.
Gambar 2. Organ Bicara
Respirasi
Fungsi terpenting paru-paru, yang berhubungan dengan produksi
suara saat bicara adalah respirasi yang menginisiasi pergerakan udara.
Saat ekspirasi, udara didorong keluar dari paru-paru melewati
tenggorokan atau trakea, menuju laring di bagian atas.
5. Fonasi
Pada laring, terdapat pita suara yang merupakan kumpulan otot
elastis yang dapat membuka dan menutup. Pita suara bersatu di bagian
anterior, dan dapat membuka menutup pada bagian posterior.
Pembukaan pita suara disebut glottis.
Voiceless sound/unvoiced sound, terjadi saat udara melewati glottis
dengan pita suara tetap terbuka, sehingga tidak terjadi osilasi atau
getaran pita suara, namun ada percepatan aliran udara di bagian yang
menyempit di glottis. Contoh voiceless sound adalah p, t, f, s, h, dan
sebagainya.
Voiced sound, dihasilkan oleh adanya getaran atau osilasi
membuka-menutup pita suara. Semua bunyi huruf vokal, diftong,
dan beberapa konsonan seperti b, d, g, m, n, v, l, j, r, menghasilkan
voiced sound.
Selama proses fonasi, terjadi gerakan osilasi pita suara. Saat udara
dikeluarkan dari paru, tekanan udara akan membuka pita suara.
Kemudian, efek Bernoulli menjelaskan bahwa udara yang mengalir
melalui glottis dengan kecepatan tinggi akan menciptakan daerah
tekanan rendah di sisi dalam pita suara yang menyebabkan penyatuan
kembali pita suara. Proses ini juga didukung keelastisan pita suara yang
memungkinkan mereka terbuka untuk setiap siklus dan dapat rekoil
penuh untuk kembali menutup.
Loudness (kenyaringan suara) terjadi ketika adanya peningkatan
amplitudo getaran pita suara. Peningkatan ini disebabkan meningkatnya
aliran udara sehingga menyebabkan pita suara menjadi lebih lebar.
Sedangkan pitch (ketinggian suara) terjadi ketika adanya peningkatan
frekuensi getaran pada pita suara.
6. Gambar 3. Pergerakan Pita Suara
Artikulasi
Artikulasi adalah proses yang menghasilkan kata-kata yang dapat
dipahami. Proses artikulasi terdiri dari serangkaian gerakan organ bicara
yang disebut artikulator. Artikulator yang bergerak selama proses
artikulasi disebut artikulator aktif. Artikulator yang relatif tidak
bergerak disebut artikulator pasif. Struktur artikulator aktif dan pasif
menyesuaikan bentuk mulut, faring dan rongga hidung (saluran suara)
saat suara yang dihasilkan getaran pita suara lewat, menghasilkan suara
yang bervariasi.
Titik artikulasi terdiri dari bibir atas, gigi atas, alveolar ridge,
palatum durum, dan palatum mole (velum). Bibir atas dan gigi atas dapat
kita identifikasi dengan mudah. Alveolar ridge adalah bagian kasar,
tidak rata dan bergerigi tepat di posterior gigi atas. Palatum durum
adalah struktur tulang keras lanjutan alveolar ridge di bagian posterior.
Palatum mole adalah bagian lunak langit-langit mulut yang berakhir di
uvula.
Dua artikulator terpenting adalah bibir bawah dan lidah. Lidah
terdiri atas otot-otot ekstrinsik dan intrinsik yang memungkinkan
7. perubahan bentuk dan posisi ke titik-titik artikulasi yang berbeda.
Secara umum, lidah dapat dibagi menjadi bagian depan, tengah, bilah,
bagian belakang, dan pangkal lidah.
Gambar 4. Organ-Organ Artikulator
1.4 Individualiatas Suara Manusia
Setiap orang memiliki kualitas suara yang unik, yang timbul dari
variasi mekanisme vokal. Keunikan suara terbentuk karena setiap manusia
secara eksperimental mengembangkan proses belajar berbicara yang unik
dan individual. Kecil sekali peluang dua individu akan memiliki bentuk,
ukuran saluran suara, rongga vokal dan cara mengontrol articulator yang
persis sama, sehingga setiap individu memiliki keunikan suara masing-
masing.
1.5 Perkembangan Kemampuan Bicara
Dworetzsky (1990) menyatakan bahwa dalam kehidupan manusia
mengalami perkembangan bahasa melalui dua tahapan, yakni pralinguistik
dan linguistik.
a. Periode pralinguistik
Tahap pertama, sejak lahir hingga sekitar usia 2 bulan yaitu masa
fonasi (phonation stage). Pada masa ini bayi sering membuat apa yang
8. disebut "bunyi-bunyi yang menyenangkan. Pada usia antara 4 hingga 7
bulan anak memproduksi beberapa kata baru, disebut masa expansion
stage.
Tahap kedua yaitu pada usia 7-10 bulan, bayi mulai mengoceh bunyi
yang belum memiliki makna (babbling stage) dan akan meningkat
hingga dapat menirukan ucapan seperti 'bababa' atau 'mamama'. Tahap
ini disebut tahap kononikal (cononical stage). Tahapan mengoceh suku
kata kononikal hanya dapat dilakukan oleh bayi yang dapat mendengar.
(Oller & Eiler, dalam Dworetzky, 1990:214).
Tahap ketiga, setelah melalui masa kononikal, bayi akan memasuki
tahap kontraksi (contraction stage) dan umumnya terjadi antara usia 10
dan 14 bulan. Pada masa ini bayi belajar meniru apa yang mereka
dengar.
b. Periode linguistik
Pada akhir usia bayi, anak mulai mampu menggunakan kata-kata
benda (mama, papa) atau kata kerja dasar tertentu dalam berbicara.
Tahap ini terjadi antara umur 10 sampai 17 bulan (Benedict, 1979 dalam
Dworetzky, 1990).
Pada awal tahun pertama yakni usia sekitar 12 bulan, anak
menggunakan 3-6 kata (holofrase). Tahap berikutnya saat anak usia
antara 12 sampai 18 bulan, anak telah mampu menggunakan kata benda
yang luas serta mampu menggunakan kosakata yang terdiri dari 3
sampai 50 kata. Pada usia sekitar 2-3 tahun, anak sudah mampu
menerima bahasa dengan menggunakan bahasa telegrafik 2-3 kata.
Anak yang berusia sekitar 3 tahun, kosakatanya bertambah setiap hari.
Pada usia 4 tahun, anak telah mampu menerapkan pengucapan dan tata
bahasa. Pada usia 5 sampai 6 tahun, anak telah memiliki susunan kalimat
dan tata bahasa yang baik dan benar.