Dokumen tersebut membahas tentang perceraian dan pengaruhnya terhadap anak. Beberapa poin utama yang diangkat antara lain: (1) Faktor penyebab perceraian seperti kurangnya komunikasi, kekerasan dalam rumah tangga, perzinahan, dan masalah ekonomi. (2) Dampak perceraian bagi anak yaitu perasaan kehilangan dan kesulitan beradaptasi. (3) Pandangan anak terhadap perceraian adalah sebagai "t
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
SEBAB PERCERAIAN
1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam sebuah hubungan rumah tangga tentunya tidak selamnya
berjalan baik sesuai dengan apa yang telah kita inginkan dari kejauhan hari,
namun ternyata ada beberapa faktor lain yang secara sengaja atau tidak di
sengaja penghambat keharmonisan hubungan keluarga tersebut. Salah satu
akibat yang di timbulkan dengan adanya konflik tersebut ialah adanya
perceraian, dimana perceraian bukan lagi hal yang asing di Indonesia namun
perceraian bisa dikatakan sebagai hal yang lumrah dan sudah memasyarakat.
Perceraian tidak saja terjadi pada orang-orang kelas bawah tetapi
terjadi pada orang-orang berkelas atas yang mempunyai perekonomian lebih
dari cukup, bukan hanya rakyat biasa tetapi perceraian pun bisa terjadi pada
seorang figur salah satunya artis, musisi, bahkan terjadi pada ustad-ustad.
Perceraian bukan saja akan merugikan beberapa pihak namun
perceraian juga sudah jelas dilarang oleh agama (agama islam). Namun pada
kenyataannya walaupun dilarang tetapi tetap saja perceraian di kalangan
masyarakat terus semakin banyak bahkan dari tahun ketahun terus
meningkat terutama contoh yang lebih konkrit yaitu terjadi kalangan para
artis, dimana mereka dengan mudah kawin-cerai dengan tidak
memperhitungkan akibat sikis yang di timbulkan dari perceraian tersebut,
masalah kecilnya biaya perceraian mereka tidak jadi permasalahan.
Kita sebagai pelajar mestinya tahu bahwa ada beberapa hal yang
mesti diperhatikan bahwa akibat dari perceraian itu sangat fatal sekali salah
satunya terhadap sibuah hati yang dimana pada saat orang tuanya terjadi
perceraian si anak akan merasa terganggu dan merasa kurangnya perhatian
bahkan kasih sayang dari orang tua.
2. Secara psikis tentu perceraian akan sangat mempengaruhi pada
perkembangan anak, baik itu ketika masih anak-anak atau ketika sianak
sudah mulai remaja.dalam makalah ini akan mencoba membahas bagaimana
pengaruh perceraian orang tua terhadap perkembangan anak remaja, yang
dimana pada remaja akibat yang ditimbulkannya lebih banyak dibanding
pada anak anak karena mungkin anak remaja sudah mulai berfikir.
Undang-undang atau peraturan yg digunakan dalam proses
perceraian di pengadilan adalah UU No. 1 Tahun 1974, Undang-undang
Perkawinan yaitu Mengatur tentang perceraian secara garis besar (kurang
detail karena tidak membedakan cara perceraian agama Islam dan yg non-
Islam) bagi yg non-Islam maka peraturan tata cerai-nya berpedoman pada
UU No.1 Th 74 ini. Kemudian PP No. 9 Tahun 1975, Tentang Pelaksanaan
UU No. 1 Th. 74 mengatur detail tentang pengadilan mana yg berwenang
memproses perkara cerai mengatur detail tentang tatacara perceraian secara
praktik. UU No. 23 Tahun 1974, Penghapusan Kekerasan Dalam
RumahTangga (KDRT) bagi seseorang yg mengalami
kekerasan/penganiyaan dalam rumah tangganya maka kuasailah UU ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi perceraian itu ?
2. Apa saja faktor-faktor penyebab perceraian ?
3. Bagaimanakah dampak perceraian terhadap anak ?
4. Bagaimanakah hak asuh anak setelah perceraian ?
5. Bagaimana upaya mengatasi masalah pada anak akibat perceraian ?
C. Tujuan
1. Mengetahui berbagai faktor penyebab perceraian.
2. Mengetahui dampak perceraian terhadap anak
3. Memahami perasaan dan keinginan anak atas masalah perceraian orang
tuanya.
3. 4. Mengetahui upaya mengatasi masalah pada anak akibat perceraian orang
tuanya.
D. Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian penulis yaitu membantu
memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh anak (anak-anak maupun
remaja) berkaitan dengan emosinya yang masih sangat labil.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Perceraian
Perceraian merupakan terputusnya keluarga karena salah satu atau
kedua pasangan memutuskan untuk saling meninggalkan sehingga mereka
berhenti melakukan kewajibannya sebagai suami istri.
Bagi anak-anak yang belum mengerti maksud dari “perceraian”
mereka mungkin sering bertanya-tanya kenapa kedua orangtua mereka tidak
pernah bersama-sama lagi. Mereka hanya menuruti apa yang diucapkan oleh
orangtuanya. Bagi seorang remaja yang dalam keadaan emosinya masih
sangat labil, mereka menganggap hal tersebut adalah kehancuran dalam
hidupnya, hidup akan jauh berbeda paska perceraian, merasa segalanya
menjadi kacau, dan merasa kehilangan. Bagi anak yang telah dewasa,
mereka akan lebih mudah diajak berkomunikasi, lebih bisa memahami
situasi dan kondisi, lebih bisa menjaga dirinya sendiri, bisa membedakan
mana yang benar dan mana yang salah, dan bisa menasehati kedua
orangtuanya sesuai apa yang ia rasakan.
Intinya pada berapapun usia dari anak-anak yang mengalami
perpecahan dalam keluarganya, disatu sisi “kehilangan” adalah masalah
pertama yang mereka jumpa. Di sisi lain mereka menunjukkan kesulitan
4. dalam menyesuaikan diri seperti kesedihan, kesepian, kesendirian,
keterpurukan, kerinduan, ketakutan, kekhawatiran,dan depress. Itu semua
adalah hanya bagian dari rasa kekecewaan terhadap orangtuanya. Yang akan
menjadi trauma apabila mereka menyaksikan perkelahian orangtuanya yang
begitu dasyat, mereka hanya bisa menangis, mengurung diri di kamar, atau
pergi melarikan diri dari rumah untuk menenangkan diri mereka. Mereka
yang bercerai bisa meminta pemerintah untuk dipisahkan. Selama
perceraian, pasangan tersebut harus memutuskan bagaimana membagi harta
mereka yang diperoleh selama pernikahan (seperti rumah, mobil, perabotan
atau kontrak), dan bagaimana mereka menerima biaya dan kewajiban
merawat anak-anak mereka. Banyak negara yang memiliki hukum dan
aturan tentang perceraian, dan pasangan itu dapat diminta maju ke
pengadilan.
Sedangkan dalam islam, perceraian adalah melepaskan ikatan
perkawinan (Arab, سم ا حل ل يد ق كاح ن )ال atau putusnya hubungan
perkawinan antara suami dan istri dalam waktu tertentu atau selamanya.
Adapun hukum perceraian dalam islam adalah sebagai berikut :
a. Talak itu wajib apabila:
1. Jika suami isteri tidak dapat didamaikan lagi
2. Dua orang wakil daripada pihak suami dan isteri gagal membuat kata
sepakat untuk perdamaian rumahtangga mereka
3. Apabila pihak pengadilan berpendapat bahwa talak adalah lebih baik
Jika tidak diceraikan dalam keadaan demikian, maka berdosalah
suami.
b. Perceraian itu haram apabila:
1. Menceraikan isteri ketika sedang haid atau nifas.
2. Ketika keadaan suci yang telah disetubuhi.
3. Ketika suami sedang sakit yang bertujuan menghalang isterinya daripada
menuntut harta pusakanya.
5. 4. Menceraikan isterinya dengan talak tiga sekaligus atau talak satu tetapi
disebut berulang kali sehingga cukup tiga kali atau lebih.
c. Perceraian itu hukumnya sunnah apabila:
1. Suami tidak mampu menanggung nafkah isterinya
2. Isterinya tidak menjaga martabat dirinya
d. Cerai hukumnya makruh apabila:
Suami menjatuhkan talak kepada isterinya yang baik, berakhlak
mulia dan mempunyai pengetahuan agama
e. Cerai hukumnya mubah apabila
Suami lemah keinginan nafsunya atau isterinya belum datang haid
atau telah putus haidnya
Pandangan Anak terhadap Perceraian Orang Tua.
Perceraian bagi anak adalah “tanda kematian” keutuhan keluarganya,
rasanya separuh “diri” anak telah hilang, hidup tak akan sama lagi setelah
orang tua mereka bercerai dan mereka harus menerima kesedihan dan
perasaan kehilangan yang mendalam. Contohnya, anak harus memendam
rasa rindu yang mendalam terhadap ayah/ibunya yang tiba-tiba tidak tinggal
bersamanya lagi.
Dalam sosiologi, terdapat teori pertukaran yang melihat perkawinan
sebagai suatu proses pertukaran antara hak dan kewajiban serta penghargaan
dan kehilangan yang terjadi diantara sepasang suami istri. Karena
perkawinan merupakan proses integrasi dua individu yang hidup dan tinggal
bersama, sementara latar belakang sosial-budaya, keinginan serta kebutuhan
mereka berbeda, maka proses pertukaran dalam perkawinan ini harus
senantiasa dirundingkan dan disepakati bersama.
Banyak pertanyaan dari orangtua mengenai pada usia berapakah
perpisahan dan perceraian orangtua memiliki dampak buruk yang minim
bagi anak? Benarkah justru di usia balita paling baik, karena anak belum
banyak terpapar pada kehidupan orangtuanya?. Jawabannya secara umum
adalah tidak ada usia terbaik. Namun demikian, sesungguhnya dampak
6. perceraian pada anak-anak bervariasi sesuai dengan usia dan tahapan
perkembangan psikologis mereka. Orangtua perlu memahami dampak dan
kebutuhan yang berbeda dari anak-anak mereka.
B. Faktor Penyebab Terjadinya Perceraian
Terdapat banyak penyebab perceraian yang telah tampak dari kasus-
kasus yang sering terjadi di Indonesia, diantaranya adalah :
a) Kurangnya berkomunikasi
Dalam rumah tangga, komunikasi sangat penting dan sangat
dibutuhkan antara suami-istri. Sekecil apapun itu masalah harus
memberitahu satu sama lain. Jika tidak, akan memicu terjadinya perceraian.
karena dengan berkomunikasi membuat rasa saling percaya, saling
mengerti, tidak ada kebohongan, dan tidak ada hal yang disembunyikan.
Namun sebaliknya jika dalam rumah tangga gagal berkomunikasi, maka
akan sering terjadi pertengkaran karena tidak saling percaya, tidak saling
mengerti, banyaknya rahasia yang disembunyikan satu sama lain. Hal ini
akan beruung pada perceraian jika kedua pihak kurang atau gagal
berkomunikasi.
b) Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
KDRT adalah kekerasan yang dilakukan dalam rumah tangga baik oleh
suami maupun oleh istri yang berakibat timbulnya penderitaan fisik,
seksual, psikis,dan ekonomi. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab
utama perceraian.
c) Perzinahan
Di samping itu, masalah lain yang dapat mengakibatkan terjadinya
perceraian adalah perzinahan, yaitu hubungnan seksual diluar nikah yang
dilakukan baik oleh suami maupun istri. hal ini bisa terjadi dalam rumah
tangga dikarenakan mungkin seperti yang kita bahas sebelumnya yaitu
kurangnya atau gagal berkomunikasi, ketidak harmonisan, tidak adanya
perhatian atau kepedulian suami terhadap istri atau sebaliknya, saling sibuk
dengan pekerjaannya masing-masing, merasa tidak tercukupinya
7. kebahagiaan lahir dan batin, ketidaksetiaan, atau hanya untuk bersenang-
senang bersama orang lain.
d) Masalah ekonomi
Uang memang tidak dapat membeli kebahagiaan. Namun bagaimana
lagi, uang termasuk kebutuhan pokok untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Oleh karena itu, faktor ekonomi masih menjadi penyebab paling dominan
terjadinya perceraian pasutri di masyarakat.
e) Krisis moral dan akhlak
Faktor-faktor terjadinya perceraian di atas seperti halnya masalah
ekonomi, perzinahan, kurangnya atau gagal berkomunikasi, dan kekerasan
dalam rumah tangga dapat menimbulkan landasan berupa krisis moral dan
akhlak yang dilalaikan oleh suami mapun istri atas peran dan tanggung j
Statistik menunjukkan bahwa sekitar 60 persen dari semua kasus
perceraian terjadi dalam sepuluh tahun pertama perkawinan. Bahkan dengan
maraknya perceraian yang dilakukan oleh kaum selebriti, membuat bercerai
menjadi masalah pilihan gaya hidup semata. Angka perceraian terus
melonjak.
http://www.buzzle.com/articles/common-causes-and-reasons-for-
divorce.html
Penyebab dan Alasan
Beberapa alasan telah dikutip yang mempengaruhi tindakan bercerai .
Berikut ini adalah penyebab umum tertentu yang telah terdaftar .
Harap dicatat - Alasan berikut tidak mengikuti urutan tertentu atau sistem
peringkat , mereka telah terdaftar dalam urutan acak .
1. Ketidaksetiaan
2. Penyalahgunaan dalam segala bentuk ( fisik, seksual , emosional )
3. Kecanduan alkohol dan / atau penyalahgunaan zat
4. keadaan tertinggal
5. Perbedaan kepribadian atau ' perbedaan yang tak terdamaikan '
8. 6. Perbedaan tujuan pribadi dan karir
7. Pengangguran
8. masalah keuangan
9. Kurangnya komunikasi antara pasangan
10. ketidakcocokan intelektual
11. ketidakcocokan seksual
12. Jatuh cinta
13. Konversi agama atau keyakinan agama
14. Perbedaan budaya dan gaya hidup
15. Ketidakstabilan mental atau penyakit mental baik mitra
16. Perilaku kriminal dan penjara untuk kejahatan
17. Kurangnya komitmen untuk pernikahan
18. Ketidakmampuan untuk mengelola atau menyelesaikan konflik
19. Harapan yang berbeda tentang tugas-tugas rumah tangga
20. Harapan yang berbeda tentang memiliki atau membesarkan anak-anak
21. Gangguan dari orang tua atau mertua
22. Kurangnya kematangan
23. Desakan menempel peran tradisional dan tidak memungkinkan ruang
untuk pertumbuhan pribadi
24. Ketidakmampuan untuk menangani keanehan kecil masing-masing
25. Kurangnya kepercayaan dan / atau rasa tidak aman
Tahun-tahun Rawan Perceraian dalam Pernikahan.
Sesungguhnya setiap saat setelah bulan madu adalah merupakan
periode yang rawan bagi setiap pasangan pernikahan. Untuk itulah
diperlukan kewaspadaan, diperlukan komitmen dan kesungguh-sungguhan
bagi setiap pasangan nikah untuk saling memupuk , memelihara dan saling
membahagiakan. Sesungguhnya ada tiga Periode dalam pernikahan yang
memiliki tingkat kerawanan melebihi tahun-tahun yang lain, hal ini
dikarenakan memuncaknya perbedaan yang menyerap lebih banyak energi
pasangan nikah untuk saling menyesuaikan diri. Adapun tiga periode yang
9. sesungguhnya kita patut sadari dan waspadai, dan patut kita antisipasi itu
adalah :
1) Periode usia nikah 1-5 tahun
adalah periode dimana fondasi pernikahan sesungguhnya belum
cukup kuat. Dan justru pada usia 1-4 tahun itu tuntutan untuk saling
mencocokan dan menyesuaikan diri itu menyedot begitu banyak energi
pasangan suami istri yang masih baru ini. Mereka dituntut sanggup
menyesuaikan diri dengan pasangannya, dengan mertua dengan saudara
ipar, dengan kerabat, dan dengan pekerjaan atau karier. Bila mereka sukses
dalam saling menyesuaikan diri akan menjadi keluarga yang semakin
kokoh. Namu bila mereka gagal untuk menyesuaikan diri hal itu akan
menyebabkan problema semakin meruncing dan tidak terselesaikan atau
perceraian.
2) Periode Puber kedua atau Usia Parobaya
yaitu periode usia pernikahan 15-20 tahun. Adalah periode dimana
usia masing masing suami istri antara 40-50 tahun. Apa yang sesungguhnya
terjadi yang menyebabkan perkawinan menghadapi usia kritis pada periode
ini? Anak-anak mulai menginjak usia remaja, dan kenakalan remaja
seringkali menyebabkan perbedaan cara didik dan cara mendisiplin
anak yang mengakibatkan perbedaan semakin tajam antara suami istri,
disinilah krisis yang baru dimulai. Bukan itu saja saat ini karir biasanya
sudah mantap, keuangan mantap, dan biasanya orang tua dan mertua yang
mengawasi kita sudah mulai meninggal, disaat yang sama hubungan suami
istri biasanya mulai merenggang karena istri mulai masuk masa menopause
dan suami memasuki masa puber kedua. Dan disinilah terjadi banyak
godaan perselingkuhan.
3) Masa Pensiun atau disebut juga masa sarang kosong
yaitu periode 30-35 tahun usia pernikahan. Masa dimana anak-anak
pada umumnya sudah menikah dan meninggalkan rumah. Pasangan suami
istri yang selama ini belum biasa saling memaafkan, menghargai dan
menyesuaikan diri dengan baik maka saat memasuki masa pensiun dan
10. harus tinggal berduaan selama 24 jam sehari merupakan suatu kesulitan
besar yang mengakibatkan pasangan semakin menjauh diusia senja.
C. Dampak Perceraian
a. Dampak perceraian terhadap Anak
Dalam rumah tangga yang tidak sehat, yang bermasalah dan penuh dengan
pertengkaran-pertengkaran bisa muncul 3 kategori anak adalah
1. Anak-anak yang memberontak yang menjadi masalah diluar. Anak yang
jadi korban keluarga yang bercerai itu menjadi sangat nakal sekali karena:
a) Mempunyai kemarahan, kefrustrasian dan mau melampiaskannya.
b) Selain itu, anak korban perceraian jadi gampang marah karena mereka
terlalu sering melihat orang tua bertengkar. Namun kemarahan juga bisa
muncul karena :
Dia harus hidup dalam ketegangan dan dia tidak suka hidup dalam
ketegangan.
Dia harus kehilangan hidup yang tenteram, yang hangat, dia jadi marah
pada orang tuanya kok memberikan hidup yang seperti ini kepada mereka.
Waktu orang tua bercerai, anak kebanyakan tinggal dengan mama, itu
berarti ada yang terhilang dalam diri anak yakni figur otoritas, figur ayah.
2. Anak-anak yang bawaannya sedih, mengurung diri, dan menjadi
depresi. Anak ini juga bisa kehilangan identitas sosialnya.
Oleh karena itu tidak jarang mereka berbohong dengan mengatakan bahwa
orangtua mereka tidak bercerai atau bahkan menghindari pertanyaan-
pertanyaan tentang perceraian orang tua mereka. Banyak sekali dampak
negatif perceraian yang bisa muncul pada anak. “Marah pada diri sendiri,
marah pada lingkungan, jadi pembangkang, enggak sabaran, impulsif,”.
Bisa jadi, anak akan merasa bersalah (guilty feeling) dan menganggap
dirinyalah biang keladi atau penyebab perceraian orangtuanya. Dampak lain
adalah anak jadi apatis, menarik diri, atau sebaliknya, mungkin kelihatan
tidak terpengaruh oleh perceraian orangtuanya. “Orangtua harus harus hati-
hati melihat, apakah ini memang reaksi yang wajar, karena dia sudah secara
11. matang bisa menerima hal itu, atau hanya pura-pura.” Anak juga bisa jadi
tidak pe-de dan takut menjalin kedekatan (intimacy) dengan lawan jenis.
“Ke depannya, setelah dewasa, anak cenderung enggak berani untuk commit
pada suatu hubungan.
Pacaran-putus, pacaran-putus.” Self esteem anak juga bisa turun.
“Jika self esteem-nya jadi sangat rendah dan rasa bersalahnya sangat besar,
anak bisa jadi akan dendam pada orangtuanya, terlibat drugs dan alkohol,
dan yang ekstrem, muncul pikiran untuk bunuh diri. Apalagi jika anak sudah
besar dan punya keinginan untuk menyelamatkan perkawinan orangtuanya,
tapi tidak berhasil. Ia akan merasa sangat menyesal, merasakan bahwa
omongannya tak digubris, merasa diabaikan, dan merasa bukan bagian
penting dari kehidupan orangtuanya.” Perasaan marah dan kecewa pada
orangtua merupakan sesuatu yang wajar, “Ini adalah proses dari apa yang
sesungguhnya ada di hati anak. Jadi, biarkan anak marah, daripada
memendam kemarahan dan kemudian mengekspresikannya ke tempat yang
salah,”
b. Dampak Perceraian Bagi Remaja
Bagi kebanyakan remaja, perceraian orangtua membuat mereka
kaget sekaligus terganggu. Masalah yang ditimbulkan bagi fisik tidak terlalu
tampak bahkan bisa dikatakan tidak ada karena ini sifatnya fisikis, namun
ada juga berpengaruh pada fisik setelah si remaja tersebut mengalami
beberapa akibat dari tidak terkendalinya sikis atau keperibadiannya yang
tidak terjaga dengan baik, salah satu contoh si remaja karena seringkali
meminum-minuman beralkohol maka lambat laun si remaja akan
mengalami penurunan system kekebalan tubuh yang akhirnya menimbulkan
sakit.
Keadaan tersebut jelas akan mempengaruhi psikologi remaja untuk
keberlangsungan kehidupannya, ada beberapa kebutuhan utama remaja yang
penting untuk dipenuhi yaitu:
1. Kebutuhan akan adanya kasih sayang
12. 2. Kebutuhan akan keikutsertaan dan diterima dalam kelompok
3. Kebutuhan untuk berdiri sendiri
4. Kebutuhan untuk berprestasi
5. Kebutuhan akan pengakuan dari orang lain
6. Kebutuhan untuk dihargai
7. Kebutuhan untuk memperoleh palsafah hidup yang utuh
Kehidupan mereka sendiri berkisar pada berbagai masalah khas
remaja yang sangat nyata, seperti bagaimana menyesuaikan diri dengan
teman sebaya, apa yang harus dilakukan dengan seks atau narkoba, ataupun
isu-isu kecil tetapi sangat penting, seperti jerawat, baju yang akan
dikenakan, atau guru yang tidak disenangi. Remaja sudah merasa cukup
sulit mengendalikan kehidupan mereka sendiri sehingga pasti tidak ingin
diganggu dengan kehidupan orangtua yang mengungkapkan perceraian.
Mereka tidak memiliki ruang atau waktu lagi terhadap gangguan perceraian
orangtua dalam kehidupan mereka.
Selain itu, remaja secara psikologis sudah berbeda dari sebelumnya.
Meskipun masih bergantung pada orangtua, saat ini mereka memiliki suara
batin kuat yang memberitahu mereka untuk menjadi mandiri dan mulai
membuat kehidupan mereka sendiri. Tetap bergantung tidak sesuai lagi
untuk rasa aman dan kesejahteraan diri mereka.
1) Perasaan - Perasaan Ketika Orang Tuanya Bercerai
Hal ini terlihat antara lain :
a) Tidak aman (insecurity)
Para remjaja setelah ditinggalkan cerai oleh orang tuanya kebanyakan dari
mereka merasa kurang aman, salah satunya untuk biaya kehidupannya
bukan masalah perlindungan, karena pada masa remaja biasanya merkeka
tidak bigitu membutuhkan orang tua, dan ini biasanya terjadi pada remaja
yang bebas dari awal sebelum perceraian ia tidak begitu menuruti apa kata
orang tuannya.
13. b) Sedih
Remaja yang awalnya merasa nyaman dengan orang tua tentu akan
merasa sedih jika orang tua mereka berpisah atau bercerai dan mungkin si
remaja tersebut akan merasa kehilangan, beda dengan si remaja yang
awalnya tidak begitu mengharapkan kehadiran dari orang tua karena banyak
jaman sekarang anak sudah tidak lagi menghargai kehadiran orang tua, dan
itu bisa di sebabkan oleh pergaulan yang terlalu bebas.
c) Marah
Dengan adanya perceraian seorang anak seringkali emosinya tidak
terkontrol dengan baik sehingga mereka sering kali marah yang tidak
karuan, banyak teman dekat yang menjadi sasaran amarahnya padahal
sebenarnya bukan pada temannya yang bermasalah.
d) Kehilangan
Dominan pada remaja setelah terjadi perceraian itu akan merasa kehilangan
baik besar atau kecil perasaan yang ditimbulkan oleh si remja tersebut
e) Merasa bersalah dan menyalahkan diri
Remaja sering murung dan mereka sering berfikir yang mendalam sehingga
mereka banyak diam, jarang berkomunikasi dengan orang lain, tidak
nyaman berada dengan orang lain, ini terjadi terutama pada anak yang
berperilaku baik, si remaja akan berfikir dan merenungkan orang tuanya
bercerai itu apakah gara-gara dirinya atau faktor lain, dan ini sering menjadi
pertanyaan besar yang terjadi pada diri mereka.
f) Timbul rasa malu terhadap teman-temannya,
Pasti ia akan berpikir bahwa teman-temannya akan membicarakan hal itu di
sekolah maupun diluar sekolah atau jadi sering untuk menyendiri. Sehingga
mengganggu konsentrasi belajar anak. Prestasi anak di sekolah akan
menurun baik dalam bidang akademik maupun non-akademik.
14. Anak-anak dapat bereaksi dengan berbagai cara dengan perceraian yang
akan datang . Beberapa anak bisa menjadi sangat sedih , menunjukkan
gejala depresi dan bahkan tidak bisa tidur . Tingkat mereka kecemasan
menjadi sangat tinggi karena mereka mengalami perasaan ditolak atau
ditinggalkan oleh salah satu orang tua dan kadang-kadang bahkan keduanya
. Beberapa situasi bahkan dapat berakhir membuat anak-anak merasa sangat
kesepian , yang biasanya karena salah satu orang tua mungkin tidak ada
untuk waktu yang lama .
Terlepas dari apa yang mungkin situasi, perceraian biasanya mempengaruhi
anak-anak dalam beberapa cara atau yang lain . Sementara beberapa anak
mungkin cacat psikologi secara jangka panjang , orang lain mungkin
merasakan kepedihan emosional untuk waktu singkat , dan kemudian belajar
untuk mengatasinya , dan bahkan mungkin mendapatkan lebih dari itu .
Tentu saja, banyak tergantung pada seberapa baik situasi ditangani oleh
orang tua .
.
2) Perilaku Anak Sebagai Korban Perceraian
Tidak hanya menjadi kurang pergaulan, anak korban perceraian akan
mengalami penurunan nilai akademik, penurunan prestasi baik di sekolah
maupun di luar sekolah, berusaha namun dalam kegelisahan, kesepian,
ketidakpercayaan diri, dan kesedihan yang berlarut-larut.
Seorang anak yang sebelum menjadi korban perceraian lebih
nyaman dan tentram jika berada di rumah, apalagi dikelilingi oleh keluarga
yang lengkap. Namun, semua kenyamanan itu tidak didapat lagi setelah
sering terjadinya cek-cok antara orangtua,menjelang dan paska perceraian.
Sebuah rumah yang seharuskan dijadikan sebagai tempat belajar,
beradaptasi, sosialisasi, serta bermain tidaklah efektif lagi jika bagaikan
kapal yang hancur dihantam angin badai yang begitu dasyat di tengah
lautan. Apalagi untuk belajar, untuk bermain saja sangatlah tidak
menyenangkan. Hanya akan menambah duka.
15. Mereka akan merasa lebih nyaman bermain diluar rumah, nongkrong
bersama teman-temannya, menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak
bermanfa’at, bahkan pada anak remaja yang emosinya terbilang sangat labil
jika tidak lagi diperhatikan maka akan nekad bertindak menyimpang seperti
: berkelahi, merokok, minum-minuman keras, mengkonsumsi obat-obatan
terlarang, serta mulai mencoba-coba seks bebas.
Tidak semua anak korban percerain terjerumus dalam pergaulan
bebas. Sebenarnya ada anak-anak yang tetap mendekatkan diri kepada
ALLAH SWT, sadar akan resiko jika bertindakmenyimpang, sabar, tegar,
berusaha tuk selalu kuat, semangat, tidak putus asa untuk tetap mencapai
masa depan yang cerah, walaupun pada kenyataannya keluarga mereka
terpecah belah dan terkadang walaupun status orangtuanya sudah
bercerai tetapi masih tetap saja bertengkar,saling benci dan menyalahkan.
Mereka bisa melakukan hal itu karna mereka tidak memendam rasa benci
dan tetap menyayangi orangtuanya. Anak-anak seperti itulah yang patut
dicontoh dan dijadikan sebagai teladan dalam masyarakat.
Perilaku yang ditimbulkan akibat hal tersebut yaitu :
1. Suka mengamuk, menjadi kasar dan tindakan agresif
2. Menjadi pendiam, tidak lagi ceria dan tidak suka bergaul
3. Sulit berkonsentrasi dan tidak berminat pada tugas sekolah sehingga
prestasi disekolah cenderung menurun
4. Suka melamun terutama mengkhayalkan orang tuanya akan bersatu lagi.
3) Perkembangan Psikologis Anak Korban Perceraian.
a) Arti Keluarga Bagi Anak
Bagi anak keluarga sangatlah penting. Keluarga sebagai tempat untuk
berlindung, memperoleh kasih sayang. Peran keluarga sangatlah penting
untuk perkembangan anak pada masa-masa yang mendatang, baik secara
psikologi maupun secara fisik. Tanpa keluarga anak akan merasa sendiri,
tidak ada tempat untuk berlindung.
b) Kondisi Psikologis Anak Akibat Perceraian
16. Masa ketika perceraian terjadi merupakan masa yang kritis buat
anak, terutama menyangkut hubungan dengan orangtua yang tidak tinggal
bersama. Berbagai perasaan berkecamuk di dalam bathin anak-anak. Pada
masa ini anak juga harus mulai beradaptasi dengan perubahan hidupnya
yang baru. Hal-hal yang biasanya dirasakan oleh anak ketika orangtuanya
bercerai adalah:
Merasa tidak aman (insecurity).
Tidak diinginkan atau ditolak oleh orang tuannya yang pergi.
Marah Sedih dan kesepian.
Kehilangan, merasa sendiri, menyalahkan diri sendiri sendiri sebagai
penyebab orangtua bercerai.
Perasaan-perasaan ini dapat menyebabkan anak tersebut, setelah
dewasa menjadi takut gagal dan takut menjalin hubungan dekat dengan
orang lain. Beberapa indikator bahwa anak telah beradaptasi adalah:
Menyadari dan mengerti bahwa orang tuannya sudah tidak lagi bersama dan
tidak lagi berfantasi akan persatuan kedua orang tua, Dapat menerima rasa
kehilangan, Tidak marah pada orang tua dan tidak menyalahkan diri sendiri,
menjadi dirinya sendiri.
c. Dampak Positif Perceraian Bagi Anak
Perceraian ternyata juga membawa dampak positif bagi anak adalah
:
1. Anak korban perceraian memiliki orientasi yang baik bagi masa depannya
Anak akan berfikir bahwa kegagalan orangtuanya dapat
dijadikan pelajaran agar ia tidak seperti orangtuanya yang memilih jalan
perceraian, dan ini juga akan menjadi bekal mereka untuk menuju masa
depan yang lebih baik. Anak tersebut merasa bahwa walaupun orang tua
mereka telah bercerai, namun ia tidak boleh patah semangat ataupun
terpuruk kehidupannya. Hal ini ditunjukkan dengan baiknya prestasi
akademik dan non akademik di sekolah. Sehingga, tidak semua anak korban
17. perceraian mengalami disorientasi masa depan. Hal ini bergantung kepada
persepsi anak tentang perceraian orang tuanya.
2. Pengalaman traumatik dapat menjadikan anak menjadi tangguh,
berkepribadian matang ataupun sebaliknya.
Sebanyak 75 % anak korban perceraian mampu bangkit dan
berprestasi. Menurut Bonnie Benard, anak yang resilien memiliki
karakteristik tersendiri yaitu kompetensi sosial, kemampuan memecahkan
masalah, otonomi dan juga keinginan akan tujuan dan masa depan. Anak
menjadi kuat dan tabah dalam menerima, hal ini berkaitan dengan hardiness
personality. Anak yang mampu mengontrol emosinya akan membentuk
tindakan yang mengubah kejadian yang penuh stres menjadi sesuatu yang
bermanfaat bagi dirinya. Anak dengan penyesuaian diri yang baik pasca
perceraian orangtua akan menemukan makna yang positif dari perceraian
orangtuanya sehingga dapat menciptakan masa depan yang lebih cemerlang.
3. Anak korban perceraian mendapatkan pengalaman yang memberdayakan.
Orangtua yang berasal dari keluarga yang relijius sering
dipaksa menikah terlalu muda dan ternyata mereka menikah dengan orang
yang salah sehingga timbullah kasus perceraian. Hal tersebut membuat anak
korban perceraian berpikir bahwa itu merupakan pengalaman yang
memberdayakan.
Jadi kesimpulannya adalah perceraian orang tua ternyata membawa
dampak yang baik bagi anak. Hal itu bergantung kepada orang tuanya,
lingkungan, dan komunitasnya. Anak mempunyai persepsi yang baik
terhadap perceraian, karena anak mendapat perhatian, perlindungan dan
cinta kasih yang cukup dari orangtuanya. Faktor dari lingkungan yang
mampu memberi penjelasan, perhatian, dan harapan yang timbul dari anak-
anak korban perceraian Komunitasnya juga turut membantu memberikan
nasihat sehingga menjadikan individu yang optimis selalu memandang
kegagalan sebagai sesuatu yang dapat diperbaiki dan diubah. Sebaliknya,
individu yang pesimis menerima kegagalan sebagai kesalahannya sendiri,
menganggap kesulitan hidup berasal dari pembawaan yang telah mendarah
18. daging dan tidak dapat diubah. Individu yang optimis akan merasa lebih
percaya diri, nyaman, ekspresif, memandang dunia sosial lebih positif,
merasa orang lain dapat dipercaya dan tidak merasa takut akan ditinggalkan
oleh orang lain. Semakin baik persepsi seseorang terhadap perceraian,
semakin baik pula optimisme masa depan seseorang.
D. Hak Asuh Anak
Akibat Hukum Dari Putusnya Perkawinan Karena Perceraian.
Berdasarkan ketentuan Pasal 41 Undang – Undang Nomor 1 Tahun
1974 tentang Perkawinan (“UU Perkawinan”) disebutkan bahwa akibat dari
putusnya suatu perkawinan karena perceraian adalah:
a) Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-
anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak, bilamana ada
perselisihan mengenai penguasaan anak-anak, Pengadilan memberi
keputusannya.
b) Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan
pendidikan yang diperlukan anak itu, bilamana bapak dalam kenyataannya
tidak dapat memberi kewajiban tersebut pengadilan dapat menentukan
bahwa Ibu ikut memikul biaya tersebut.
c) Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan
biaya penghidupan dan/atau menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas
isteri.
Berdasarkan Pasal 41 UU Perkawinan yang telah kami kutip di atas,
maka jelas bahwa meskipun suatu perkawinan sudah putus karena
perceraian, tidaklah mengakibatkan hubungan antara orang tua (suami dan
isteri yang telah bercerai) dan anak – anak yang lahir dari perkawinan
tersebut menjadi putus. Sebab dengan tegas diatur bahwa suami dan istri
yang telah bercerai tetap mempunyai kewajiban sebagai orang tua yaitu
untuk memelihara dan mendidik anak – anaknya, termasuk dalam hal
pembiayaan yang timbul dari pemeliharaan dan pendidikan dari anak
tersebut. Ketentuan di atas juga menegaskan bahwa Negara melalui UU
19. Perkawinan tersebut telah memberikan perlindungan hukum bagi
kepentingan anak – anak yang perkawinan orang tuanya putus karena
perceraian.
Permohonan Untuk Mendapatkan Hak Asuh. Perlu dicermati bahwa
ketentuan Pasal 41 huruf a, UU Perkawinan pada bagian terakhir
menyatakan bahwa ”bilamana ada perselisihan mengenai penguasaan anak-
anak, pengadilan memberi keputusannya.” Berangkat dari ketentuan
tersebut maka dalam suatu gugatan perceraian, selain dapat memohonkan
agar perkawinan itu putus karena perceraian, maka salah satu pihak juga
dapat memohonkan agar diberikan Hak Asuh atas anak – anak (yang masih
dibawah umur) yang lahir dari perkawinan tersebut.
Dalam UU Perkawinan sendiri memang tidak terdapat definisi
mengenai Hak Asuh tersebut, namun jika kita melihat Pasal 1 angka 11,
Undang Undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (UU
Perlindungan Anak), terdapat istilah ”Kuasa Asuh” yaitu ”kekuasaan orang
tua untuk mengasuh, mendidik, memelihara, membina, melindungi, dan
menumbuhkembangkan anak sesuai dengan agama yang dianutnya dan
kemampuan, bakat, serta minatnya.”
Selain itu juga dalam Pasal 1 angka 10, UU Perlindungan Anak
terdapat pula istilah ”Anak Asuh” yaitu : ”Anak yang diasuh oleh seseorang
atau lembaga, untuk diberikan bimbingan, pemeliharaan, perawatan,
pendidikan, dan kesehatan, karena orang tuanya atau salah satu orang tuanya
tidak mampu menjamin tumbuh kembang anak secara wajar.” Seluk beluk
pemberian hak asuh anak. Sesuai dengan apa yang kami sampaikan di atas
tentunya akan timbul suatu pertanyaan, siapakah diantara bapak atau ibu
yang paling berhak untuk memperoleh Hak Asuh atas anak tersebut.
Satu-satunya aturan yang dengan jelas dan tegas memberikan pedoman bagi
hakim dalam memutus pemberian hak asuh atas anak tersebut terdapat
dalam Pasal 105 Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang menyatakan :
“Dalam hal terjadi perceraian :
20. a) pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau belum berumur 12 tahun
adalah hak ibunya.
b) pemeliharaan anak yang sudah mumayyiz diserahkan kepada anak
untuk memilih di antara ayah atau ibunya sebagai pemegang hak
pemeliharaan.
c) biaya pemeliharaan ditanggung oleh ayahnya.”
Ketentuan KHI diatas nampaknya tidak dapat berlaku secara universal,
karena hanya akan mengikat bagi mereka yang memeluk agama Islam (yang
perkaranya diperiksa dan diputus di Pengadilan Agama).
Sedangkan untuk orang – orang yang bukan beragama Islam (yang
perkaranya diperiksa dan diputus di Pengadilan Negeri), karena tidak ada
pedoman yang secara tegas mengatur batasan pemberian hak asuh bagi
pihak yang menginginkannya, maka hakim dalam menjatuhkan putusannya
akan mempertimbangkan antara lain pertama, fakta-fakta yang terungkap
dipersidangan; kedua, bukti – bukti yang diajukan oleh para pihak; serta
argumentasi yang dapat meyakinkan hakim mengenai kesanggupan dari
pihak yang memohonkan Hak Asuh Anak tersebut dalam mengurus dan
melaksanakan kepentingan dan pemeliharaan atas anak tersebut baik secara
materi, pendidikan, jasmani dan rohani dari anak tersebut.
E. Upaya Mengatasi Masalah pada Anak Korban Perceraian
Perceraian tentu disebabkan oleh orang tua itu sendiri sebaiknya orang tua
bisa mengkomunikasikan pada anak dan juga memberikan sebuah
penjelasan kenapa mereka bisa bercerai, berikut ada beberap poin yang bisa
dikomunikasikan orang tua kepada anak :
a. Komunikasikan bahwa perceraian adalah berat bagi setiap anggota
keluarga termasuk orang tua. Perceraian terjadi di banyak keluarga sehinnga
beri motivasi anak agar tidak malu menghadapi pergaulan di lingkungan
sosialnya.
b. Orang tua bercerai sama sekali bukan karena alasan anak. Karena anak
merasa sangat terpukul sekali apabila merasa karena merekalah orang tua
21. bercerai. Katakan kepada mereka fakta tentang penyebab perceraian dengan
kata-kata yang tidak vulgar dan menjelekan salah satu orang tua
c. Yakinkan bahwa mereka masih memiliki orang tua yang masih
menyayangi. Walaupun diantara mereka tidak lagi tinggal serumah
dengannya.
d. Katakan maaf kepada mereka apabila anda mudah marah, sangat
kritis dan cepat naik darah. Katakan bahwa anda juga mencoba mengatasi
peristiwa perceraian dengan mengontrol diri lebih baik.
e. Berusaha mengenali teman-teman dekat tempat mereka biasa mengadu
dan bercerita. Karena umumnya remaja lebih percaya perkataan temannya
ketimbang orangtua yang dianggap bermasalah.
Namun perlu diingat sebaik apapun upaya untuk menangani perceraian dan
berbagai hal yang sudah dilakukaan, pengaruh terhadap perceraian akan
selalu membekas pada diri seorang anak dan akan mempengaruhi
keperibadian menjelang dewasa. Bahkan ketika pertengkaran hebat dan
permasalahan orang tua sudah selesai dengan baik.
a. Cara Membangkitkan Motivasi dan Harapan Anak Korban
Perceraian.
Bagi anak-anak mempunyai keluarga yang utuh adalah hal yang sangat
membahagiakan. Mereka tidak pernah membayangkan bahwa akan ada
perceraian dalam keluarganya. Keadaan psikologi anak akan sangat
terguncang karena adanya perceraian dalam keluarga. Mereka akan sangat
terpukul, kehilangan harapan, cenderung menyalahkan diri sendiri atas apa
yang terjadi pada keluarganya. Sangat sulit menemukan cara agar anak-anak
merasa terbantu dalam menghadapi masa-masa sulit karena perceraian
orangtuanya. Sekalipun ayah atau ibu berusaha memberikan yang terbaik
yang mereka bisa, segala yang baik tersebut tetap tidak dapat
menghilangkan kegundahan hati anak-anaknya. Beberapa psikolog
menyatakan bahwa bantuan yang paling penting yang dapat diberikan oleh
orangtua yang bercerai adalah mencoba menenteramkan hati dan
22. meyakinkan anak-anak bahwa mereka tidak bersalah. Yakinkan bahwa
mereka tidak perlu merasa harus ikut bertanggung jawab atas perceraian
orangtuanya. Hal lain yang perlu dilakukan oleh orangtua yang akan
bercerai adalah membantu anak-anak untuk menyesuaikan diri dengan tetap
menjalankan kegiatan-kegiatan rutin di rumah. Jangan memaksa anak-anak
untuk memihak salah satu pihak yang sedang cekcok serta jangan sekali-
sekali melibatkan mereka dalam proses perceraian tersebut. Hal lain yang
dapat membantu anak-anak adalah mencarikan orang dewasa lain seperti
bibi atau paman, yang untuk sementara dapat mengisi kekosongan hati
mereka setelah ditinggal ayah atau ibunya. Maksudnya, supaya anak-anak
merasa mendapatkan topangan yang memperkuat mereka dalam mencari
figur pengganti ayah ibu yang tidak lagi hadir seperti ketika belum ada
perceraian.
b. Peran Orang Tua Terhadap Perkembangan Psikologi Anak
Perceraian selalu berdampak buruk dan terasa amat pahit bagi anak-anak.
Dan ini jelas menorehkan perasaan sedih serta takut pada diri anak.
Alhasil, ia tumbuh dengan jiwa tidak sehat. Berikut ini beberapa saran untuk
mengatasi kesedihan anak dalam melewati proses perceraian orang tuanya:
Dukung anak Anda untuk mengungkapkan perasaan mereka, baik yang
positif maupun negatif, mengenai apa yang sudah terjadi.
Sangatlah penting bagi orang tua yang akan bercerai ataupun yang
sudah bercerai untuk memberi dukungan kepada anak-anak mereka serta
mendukung mereka untuk mengungkapkan apa yang mereka pikirkan dan
rasakan. Dalam hal ini Anda tidak boleh melibatkan perasaan Anda.
Seringkali terjadi, perasaan akan kehilangan salah satu orang tua akibat
perceraian menyebabkan anak-anak menyalahkan salah satu dari kedua
orang tuanya (atau kedua-duanya) dan mereka merasa dikhianati. Jadi, anda
harus betul-betul siap untuk menjawab setiap pertanyaan yang akan
diajukan anak anda atau keprihatinan yang mereka miliki.
23. Beri kesempatan pada anak untuk membicarakan mengenai perceraian
dan bagaimana perceraian tersebut berpengaruh pada dirinya. Anak-anak
yang usianya lebih besar, tanpa terduga, bisa mengajukan pertanyaan dan
keprihatinan yang berbeda, yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya
olehnya. Meski mengejutkan dan terasa menyudutkan, tetaplah bersikap
terbuka.
Bila Anda merasa tidak sanggup membantu anak, minta orang lain
melakukannya. Misalnya, sanak keluarga yang dekat dengan si anak.
Adalah wajar bagi anak-anak bila memiliki berbagai macam emosi dan
reaksi terhadap perceraian orang tuanya. Bisa saja mereka merasa bersalah
dan menduga-duga, merekalah penyebab dari perceraian. Anak-anak marah
dan merasa ketakutan. Mereka khawatir akan ditelantarkan oleh orang tua
yang bercerai.
Ada anak-anak yang sanggup untuk menyuarakan perasaan mereka, hal
ini tergantung dari usia dan perkembangan mereka. Sementara, sebagian
lagi tidak dapat berkata-kata. Ada yang marah dan depresi. Untuk anak-anak
usia sekolah, jelas sekali perceraian mengakibatkan turunnya nilai pelajaran
mereka di sekolah. Walaupun untuk beberapa lama anak-anak akan
berusaha mati-matian menghadapi perceraian orang tuanya, pengaruh nyata
dari perceraian biasanya dirasakan anak berusia 2 tahun ke atas.
Jangan menjelek-jelekan mantan pasangan di depan anak walaupun
Anda masih marah atau bermusuhan dengan bekas suami. Hal ini
merupakan salah satu yang sulit untuk dilakukan tapi Anda harus berusaha
keras untuk mencobanya. Jika hal itu terus saja Anda lakukan, anak akan
merasa, ayah atau ibunya jahat, pengkhianat, atau pembohong. Nah, pada
anak tertentu, hal itu akan menyebabkan ia jadi dendam dan trauma untuk
menikah karena takut diperlakukan serupa.
Anak-anak tidak perlu merasa mereka harus bertindak sebagai
"penyambung lidah" bagi kedua orang tuanya. Misalnya, Anda berujar,
"Bilang, tuh, sama ayahmu, kamu sudah harus bayaran uang sekolah."
24. Minta dukungan dari sanak keluarga dan teman-teman dekat. Orang tua
tunggal memerlukan dukungan. Dukungan dari keluarga, sahabat, pemuka
agama, dapat membantu Anda dan anak untuk menyesuaikan diri dengan
perpisahan dan perceraian. Hal lain yang juga dapat menolong adalah
memberi kesempatan kepada anak-anak untuk bertemu dengan orang lain
yang telah berhasil melewati masa-masa perceraian dengan baik.
Bilamana mungkin, dukung anak-anak agar memiliki pandangan yang
positif terhadap kedua orang tuanya. Walaupun pada situasi yang baik,
perpisahan dan perceraian dapat sangat menyakitkan dan mengecewakan
bagi kebanyakan anak-anak. Dan tentu saja secara emosional juga sulit bagi
para orang tua.
c. Persiapan Orang Tua dalam Kaitannya dengan Kondisi
Psikologis Anak Sebelum Memutuskan untuk Bercerai.
Berhasil atau tidaknya seorang anak dalam beradaptasi terhadap
perubahan hidupnya ditentukan oleh daya tahan dalam dirinya sendiri,
pandangannya terhadap perceraian, cara orangtua menghadapi perceraian,
pola asuh dari si orangtua tunggal dan terjalinnya hubungan baik dengan
kedua orangtuanya. Bagi orangtua yang bercerai, mungkin sulit untuk
melakukan intervensi pada daya tahan anak karena hal tersebut tergantung
pada pribadi masing-masing anak, tetapi sebagai orangtua mereka dapat
membantu anak untuk membuatnya memiliki pandangan yang tidak buruk
tentang perceraian yang terjadi dan tetap punya hubungan baik dengan
kedua orangtuanya. Di bawah ini adalah beberapa saran yang sebaiknya
dilakukan orangtua agar anak sukses beradaptasi, jika perpisahan atau
perceraian terpaksa dilakukan:
Begitu perceraian sudah menjadi rencana orangtua, segeralah memberi
tahu anak bahwa akan terjadi perubahan dalam hidupnya, bahwa nanti anak
tidak lagi tinggal bersama Mama dan Papa, tapi hanya dengan salah satunya.
25. http://www.buzzle.com/articles/best-way-to-tell-your-kids-about-
divorce.html
Cara Terbaik untuk Beritahu anak-anak Anda tentang Perceraian
Perceraian adalah situasi yang menguras emosi . Mimpi terburuk datang
benar ketika Anda harus memberitahu anak-anak Anda tentang pemisahan
hukum . Cara terbaik untuk memberitahu anak-anak Anda tentang
perceraian adalah jujur dengan mereka, karena yakinlah , mereka sudah
sadar tentang mendasari ketegangan antara orang tua mereka..
Anda mungkin telah memutuskan untuk memanggil pernikahan Anda
berhenti , tetapi anak Anda siap untuk itu ? Apakah Anda siap untuk
memberitahu anak Anda tentang pemisahan hukum ? Tentu saja tidak !
Pikiran mengatakan kepada anak Anda tentang perceraian pasti mengerikan
satu. Hal ini dapat membuat Anda cemas dan lidah kelu , tapi mengatakan
kepada anak Anda berita sesegera mungkin juga penting . Bagian terburuk
tentang berita ini , menginformasikan anak-anak Anda tentang rumah masa
depan mereka dan orang tua tunggal yang akan merawat mereka . Jadi ,
ketika segala sesuatu di sekitar Anda begitu stres , apa cara terbaik untuk
memberitahu anak-anak Anda tentang perceraian ? Anak-anak sering
menyalahkan diri sendiri karena orang tua berpisah . Dibutuhkan mereka
waktu untuk datang untuk berdamai dengan kenyataan hidup dengan hanya
satu orangtua . Namun, jika proses perceraian disampaikan kepada anak-
anak oleh Anda dan pasangan Anda , sebelum perceraian itu akan
membantu dalam menyelamatkan ikatan Anda dengan anak-anak Anda
Sebelum berpisah ajaklah anak untuk melihat tempat tinggal yang baru
(jika harus pindah rumah). Kalau anak akan tinggal bersama kakek dan
nenek, maka kunjungan ke kakek dan nenek mulai dipersering. Kalau
ayah/ibu keluar dari rumah dan tinggal sendiri, anak juga bisa mulai diajak
untuk melihat calon rumah baru ayah/ibunya.
Di luar perubahan yang terjadi karena perceraian, usahakan agar sisi-
sisi lain dan kegiatan rutin sehari-hari si anak tidak berubah. Misalnya: tetap
mengantar anak ke sekolah atau mengajak pergi jalan-jalan.
26. Jelaskan kepada anak tentang perceraian tersebut. Jangan menganggap
anak sebagai anak kecil yang tidak tahu apa-apa, jelaskan dengan
menggunakan bahasa sederhana. Penjelasan ini mungkin perlu diulang
ketika anak bertambah besar.
Jelaskan kepada anak bahwa perceraian yang terjadi bukan salah si
anak.
Anak perlu selalu diyakinkan bahwa sekalipun orangtua bercerai tapi
mereka tetap mencintai anak. Ini sangat penting dilakukan terutama dari
orangtua yang pergi, dengan cara: berkunjung, menelpon, mengirim surat
atau kartu. Buatlah si anak tahu bahwa dirinya selalu diingat dan ada di hati
orangtuanya.
Orangtua yang pergi, meyakinkan anak kalau ia menyetujui anak
tinggal dengan orangtua, dan menyemangati anak agar menyukai tinggal
bersama orangtuanya itu.
Orangtua yang tinggal bersama anak, memperbolehkan anak bertemu
dengan orangtua yang pergi, meyakinkan anak bahwa dia menyetujui
pertemuan tersebut dan menyemangati anak untuk menyukai pertemuan
tersebut.
Kedua orangtua, merancang rencana pertemuan yang rutin, pasti,
terprediksi dan konsisten antara anak dan orangtua yang pergi. Kalau anak
sudah mulai beradaptasi dengan perceraian, jadwal pertemuan bisa dibuat
dengan fleksibel. Penting buat anak untuk tetap bisa bertemu dengan kedua
orangtuanya. Tetap bertemu dengan kedua orangtua membuat anak percaya
bahwa ia dikasihi dan inginkan. Kebanyakan anak yang membawa hingga
dewasa perasaan-perasaan ditolak dan tidak berharga adalah akibat
kehilangan kontak dengan orangtua yang pergi.
Tidak saling mengkritik atau menjelekkan salah satu pihak orangtua di
depan anak.
Tidak menempatkan anak di tengah-tengah konflik.
27. Tidak menjadikan anak sebagai senjata untuk menekan pihak lain demi
membela dan mempertahankan diri sendiri. Misalnya mengancam pihak
yang pergi untuk tidak boleh lagi bertemu dengan anak kalau tidak
memberikan tunjangan; atau tidak diperbolehkan untuk bertemu dengan
anak supaya pihak yang pergi merasa sakit hati, sebagai usaha membalas
dendam.
Tetap mengasuh anak bersama-sama dengan mengenyampingkan
perselisihan. Memperkenankan anak untuk mengekspresikan emosinya.
Beresponlah terhadap emosi anak dengan kasih sayang, bukan dengan
kemarahan atau celaan. Karena itu dalam mempersiapkan perceraian, ada
beberapa hal yang harus dipersiapkan terutama tentang psikologi anak. Satu
diantaranya adalah menjelaskan alasan dari perceraian itu sendiri. Intinya,
anak ingin sesuatu yang pasti. Kalau perceraian memang tidak bisa
dihindari, orang tua harus menjelaskan kepada anak. Kumpulkan antara
anak, ayah, dan ibu.
Orang tua di sini harus menjelaskan keputusan mereka, Kalau orang tua
menghadapi anak balita, jelaskan dengan bahasa yang harus bisa dimengerti
oleh mereka. Jelaskan juga bahwasanya meski bercerai, kasih sayang kedua
orang tua tidak akan putus. Kedua belah pihak juga menjelaskan tentang
materi yang akan tetap diberikan kepada anak.
Jangan juga memberi harapan palsu kepada anak. Harapan palsu di sini
maksudnya adalah berjanji bahwasanya kedua orang tua mungkin suatu saat
akan kembali hidup bersama. Jika janji ini sampai diucapkan, anak akan
terus mengingatnya. Masalah perceraian yang sedang dihadapi oleh orang
tua tentunya juga akan membuat anak terus memikirkan kondisi yang
sedang menimpa kedua orang tuanya. Jangankan anak yang masih usia
kecil, mereka yang sudah usia besar pun ada juga yang akan mencetuskan
pemikiran bahwasanya perceraian itu adalah karena kesalahan mereka.
Orang tua harus menerangkan kepada anak bahwasanya ini bukan kesalahan
mereka. Ini untuk menghindari perasaan terpukul dari anak.
28. Agar anak tidak terus menerus merasa bersalah, tetap berikan perhatian
yang tidak berubah dari kedua belah pihak orang tua. Intinya biar
bagaimanapun, dalam kasus perceraian, orang tua harus ingat bagaimana
perasaan dan kepentingan anak. Jadi sebelum kata cerai, pikirkan dahulu apa
yang lebih baik dan buruk apa yang akan terjadi.
Orang tua juga harus tetap menguasai emosi, perasaan, maupun pikiran.
Meski telah berpisah bukan berarti anak hanya boleh memilih satu orang tua
dan mencurahkan serta menerima kasih sayang dari satu orang tua juga.
Bagaimanapun anak butuh ayah dan ibu. Jangan putuskan hubungan anak
dengan orang tua yang satunya.
Di sini, butuh pula kepekaan orang tua untuk mengerti apa yang
dibutuhkan anak akan perasaannya. Orang tua yang memiliki hak asuh anak
boleh memberitahukan tentang pasangannya namun bukan berarti menjelek-
jelekkannya. Kalau kita memburuk-burukkan mantan pasangan kita, anak
jadi ada dalam posisi dituntut untuk memilih.
Biarkan mereka melihat dan tahu sendiri sehingga bisa mengambil
keputusan sendiri.
Begitu besar dampak negatif bagi anak akibat perceraian, sehingga
Rasulullah saw. bersabda: “Sesuatu yang halal tapi dibenci Allah adalah
perceraian” [H.R. Abu Daud dan Hakim].
29. BAB III
PENUTUP
a. Simpulan
Keluarga sangatlah penting bagi perkembangan anak pada masa-
masa yang mendatang, baik secara psikologis maupun secara fisik. Selain
itu keluarga juga sebagai tempat untuk berlindung, dan memperoleh kasih
sayang. Namun, bagaimana jika peran keluarga sebagai pelindung, dan
tempat memperoleh kasih sayang itu tidak berfungsi dengan sebagaimana
mestinya? Tanpa keluarga anak akan merasa sendiri, dan tidak ada tempat
untuk berlindung. Kemana mereka harus pergi jika tempat perlindungan saja
mereka tidak punya? Apa mereka harus mencari perlindungan dijalan?
Tidak! Anak adalah generasi penerus yang seharusnya di jaga dengan baik,
oleh karena itu orang tua harus menjaga anak-anak mereka sebagaimana
mestinya peran orangtua. Dan perceraian bukanlah jalan untuk
menyelesaikan masalah. Perceraian adalah penerus masalah selanjutnya.
Orangtua harus memilih antara ego mereka masing-masing atau masa depan
anak mereka.
Perceraian merupakan terputusnya keluarga karena salah satu atau
kedua pasangan memutuskan untuk saling meninggalkan sehingga mereka
berhenti melakukan kewajibannya sebagai suami istri. Faktor Penyebab
Terjadinya Perceraian diantaranya adalah kurangnya berkomunikasi,
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), perzinahan, masalah ekonomi,
krisis moral dan akhlak.
Sedangkan dampak perceraian bagi anak ada yang positif dan ada
yang negatif. Dampak positifnya, anak tersebut bisa menjadikan hal tersebut
sebagai pelajaran di masa depannya, anak korban perceraian memiliki
orientasi yang baik bagi masa depannya, selain itu pengalaman traumatik
dapat menjadikan anak menjadi tangguh, berkepribadian matang ataupun
30. sebaliknya, anak korban perceraian mendapatkan pengalaman yang
memberdayakan. Sedangkan dampak negatifnya adalah sedih, marah,
kehilangan, merasa tidak aman, timbul rasa malu, merasa bersalah dan
menyalahkan diri. Adapun upaya mengatasi masalah pada anak korban
perceraian :
a. Komunikasikan bahwa perceraian adalah berat bagi setiap anggota
keluarga termasuk orang tua. Perceraian terjadi di banyak keluarga sehinnga
beri motivasi anak agar tidak malu menghadapi pergaulan di lingkungan
sosialnya.
b. Orang tua bercerai sama sekali bukan karena alasan anak. Karena anak
merasa sangat terpukul sekali apabila merasa karena merekalah orang tua
bercerai. Katakan kepada mereka fakta tentang penyebab perceraian dengan
kata-kata yang tidak vulgar dan menjelekan salah satu orang tua
c. Yakinkan bahwa mereka masih memiliki orang tua yang masih
menyayangi. Walaupun diantara mereka tidak lagi tinggal serumah
dengannya.
d. Katakan maaf kepada mereka apabila anda mudah marah, sangat
kritis dan cepat naik darah. Katakan bahwa anda juga mencoba mengatasi
peristiwa perceraian dengan mengontrol diri lebih baik.
e. Berusaha mengenali teman-teman dekat tempat mereka biasa mengadu
dan bercerita. Karena umumnya remaja lebih percaya perkataan temannya
ketimbang orangtua yang dianggap bermasalah.
31. b. Saran
Solusi dari kasus perceraian yang berpengaruh besar terhadap psikologi
anak, seharusnya pihak orang tua dapat mempertimbangkan kembali untuk
mengambil keputusan untuk melakukan perceraian, mereka harus memilih
antara mengikuti ego mereka untuk bercerai atau menjaga psikologi anak
yang akan ditimbulkan akibat perceraian tersebut, apabila perceraian
memang jalan yang seharusnya diambil, maka diperlukan peran orang tua
yang harus bisa menyikapi atau mengambil alih serta mengawasi anak, agar
terhindar dari segala kegiatan yang bisa merusak masa depan anak, dan
perbanyaklah kegiatan yang positif agar dapat mengembangkan potensi
anak dan berikan pengarahan ketika anak dewasa, jangan sampai perceraian
itu terjadi di kehidupannya kelak, dan berikan pengalaman.
32. DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Perceraian
22.43, 24 Mei 2013
http://jenysukma.blogspot.com/2013/01/anak-sebagai-korban-
perceraian.html
Minggu, 27 Januari 2013
http://mustain-billah.blogspot.com/2013/01/makalah-tentang-kesaksian-
orang-tua_8.html
Selasa, 08 Januari 2013
http://youngcreative91.blogspot.com/2012/01/makalah-pengaruh-
perceraian-terhadap.html
http://www.dishidros.go.id/buletin/umum/221-dampak-perceraian-bagi-
perkembangan-psikologis-anak.html
Tuesday, 27 March 2012 14:40
https://www.facebook.com/achmadridwanhypnotherapy/posts/10151509577
903086
14 Februari 2013