Praktikum menguji respon biota akuatik terhadap limbah industri dan pertanian. Ikan mas dan mujair diteliti respons terhadap limbah peternakan, insektisida, dan tekstil. Hasil menunjukkan insektisida paling toksik karena mengandung fipronil yang berdampak fatal bagi ikan. Waktu dan cara pengambilan sampel mempengaruhi hasil uji karena zat toksik dapat berkurang lama-kelamaan.
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Respon Biota Akuatik terhadap Limbah Industri Pertanian,Tekstil, dan Limbah RPH
1. Laporan Praktikum Hari/tanggal : Kamis, 25 Maret 2013
Ekologi Hewan Waktu : 14.30 – 17.50
PK/kelas/kel : LNK/A2/1
PJP : Dr. S. Y. Srie Rahayu, MSi.
Asisten : Ramadhani
Respon Biota Akuatik terhadap Limbah Industri dan Pertanian
(RPH, Insektisida, Limbah Tekstil)
Dian Novi Lestari
J3M211120
PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
2. I. Tujuan
Untuk melihat batas toleransi biota akuatik (ikan) terhadap limbah
pertanian dan industry, perubahan kualitas air terkait dengan adanya limbah
pertanian dan industry, dan mengamati perubahan dan penyesuaian terhadap
stress lingkungan.
II. Bahan dan Alat
Bahan
1. Akuarium/ember
2. Air sumur
3. Ikan mas dan ikan mujair
4. Bahan pencemar limbah pertanian dan industry (insektisida, limbah
tekstil, dan limbah peternakan)
5. Bahan pengukur oksigen terlarut (DO)
Alat
1. Termometer
2. Stopwatch
3. Buret
4. Botol pengukur DO
III. Metode Kerja
Pertama alat dan bahan disiapkan terlebih dahulu. kemudian Tiga buah
akuarium diisi air sebanyak 10 liter dan suhu (awal) dan pH (awal) diukur .
Kemudian sampel air diambil dengan botol coklat sampai penuh dan diukur
kadar oksigen terlarutnya. Setelah itu sepuluh ekor ikan dimasukkan ke
dalam akuarium dan perilakunya diamati selama 15 menit. Menit
selanjutnya bahan pencemar limbah pertanian dan industry dimasukkan
kedalam akuarium yang beriisi ikan mujair tersebut (dengan kadar 1cc
insektisida atau 1cc limbah tekstil). Setelah itu perilaku ikan diamati
kembali kembali pada menit ke 30. Kemudian dicatat reaksi atau respon
hewan akuatik tersebut terhadap adanya bahan pencemar air dari hasil
buangan limbah pertanian dan industri.
3. IV. Hasil
Tabel 1. Respon ikan terhadap bahan pencemar RPH (Limbah peternakan)
Waktu
pengambilan
Dosis Waktu Perlakuan Faktor
lingkungan
23 – 04 - 2013 1 dirigen
kecil
Sebelum
perlakuan
- Ikan berenang dengan lincah
- Berenang di dasar
- Ikan bergerombol
Suhu awal : 240
C
pH : 6
15 menit - Ikan berenang di permukaan
- Ikan bergerak lincah
- Mulut ikan membuka dan
menutup
- Individual
30 menit - Ikan berenang di permukaan
- Ikan bergerak lincah
- Mulut ikan membuka dan
menutup
- Ikan berenag sendiri
- Ikan masih aktif
- Tidak ada ikan yang mati
Suhu akhir : 250
C
pH : 7
Tabel 2. Respon ikan terhadap bahan pencemar insektisida
Waktu
pengambilan
Dosis Waktu Perlakuan Faktor lingkungan
25 – 04 - 2013 1 ml Sebelum
perlakuan
- Ikan bergerombol
- Ikan bergerak lincah
Suhu awal : 250
C
pH : 6
15 menit - Ikan kaget
- Ikan gelisah, melompat
lompat tak beraturan dan
bergerak ke atas
- Ikan mulai lemah, ikan tidak
tenang, ikan bergerak miring,
ikan mati 1 ekor pada 15
4. menit 16 detik
- ikan mati 6 ekor pada menit
15 menit 4 detik
30 menit - Ikan mati semua Suhu akhir : 260
C
pH : 6.8
Tabel 3. Respon ikan terhadap bahan pencemar tekstil
Waktu
pengambilan
Dosis Waktu Perlakuan Faktor
lingkungan
25 – 04 - 2013 1,25 liter Sebelum
perlakuan
- Ikan bergerombol
- Ikan bergerak lincah
Suhu awal : 260
C
pH : 6
15 menit - Ikan bergerak individual
- Ikan mulai panik
- Ikan bergerak lambat
- 1 ekor ikan mati pada menit ke
– 12 dan 4 ekor mati pada menit
ke – 14
30 menit - Ikan mati pada menit ke – 16
- Ikan lemas dan pingsan
- Ikan mati semua
Suhu akhir : 260
C
pH : 6
Keterangan :
Kadar oksigen Terlarut Limbah Tekstil : 1.6 ppm
V. Pembahasan
Air merupakan media hidup hewan akuatik, oleh karena itu kualitas air
sangat menentukan pertumbuhan dan kelangsungan hewan tersebut.
Beberapa parameter kualitas air yang diukur selama penelitian yaitu pH dan
suhu. Suhu dan pH mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme,
terutama organism akuatik.
Limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan
produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan
5. sebagainya. Pada praktikum kali ini, limbah pertanian dan industri yang
digunakan yaitu, insektisida, limbah tekstil, dan limbah peternakan.
Hasil dari limbah RPH menujukan respon ikan tidak terlalu buruk,
namun dapat berakibat buruk bagi biota akuatik karena sifatnya akumulatif
dengan efek jangka waktu yang panjang.
Insektisida merupakan bahan yang bersifat racun yang digunakan untuk
pembasmian serangga dalam dunia pertanian. Apabila penggunaan
insektisida berlebihan, maka akan mengurangi kandungan unsur hara tanah,
sehingga lama kelamaan tanah akan kehilangan unsur aslinya dan akibatnya
tanah gersang dan kering. Bahaya insektisida terhadap badan air adalah saat
hujan turun maka aliran permukaan sekitar tanah yang mengandung
insektisida akan mengalir ke badan air seperti sungai danau maupun perairan
lainnya yang berakibat pada kerusakan biota air baik ikan maupun tumbuhan
ataupun organisme air lainnya (Koosbandiah, 2011). Insektisida yang
persisten dan mudah terbawa air limpasan adalah golongan organofosfat.
Limbah industri tekstil tidak seluruhnya berbahaya bagi lingkungan.
Walaupun demikian, hal yang menjadi catatan penting adalah kontaminan
yang terjadi karena penggunaan berbagai pelarut dan surfaktan, poliklorin
bifenil (PCBs) dari trafo dan mesin lainnya, asbes dari mesin pemintal, zat
pemutih seperti hidrogen peroksida, fosfat dari deterjen atau air softener,
insektisida, fenol (bahan untuk membuat tekstil sintetik seperti nilon),
limbah minyak, dan produk petroleum lainnya. Pelarut digunakan untuk
membersihkan mesin dan pewarnaan, penyelesaian, pembersihan kering,
dan kegiatan lainnya yang biasanya terdiri atas tetrakloroetilena (PCE),
trikloroetilena (TCE), benzena, dan etilena diklorida. Apabila semua zat-zat
tersebut keluar lingkungan melalui tanah, air, maupun terevaporasi ke udara
maka dapat membahayakan kesehatan manusiadan komponen lainnya
(HSRC, 2006).
Berdasarkan pengamatan, limbah yang digunakan yaitu limbah RPH,
insektisida, dan limbah tekstil. Diantara ketiga limbah, berdasarkan hasil
pengamatan maka yang paling toksik adalah limbah pertanian dari
Insektisida dan limbah tekstil, namun yang paling toksit ialah limbah dari
insektesida, hal ini dapat dilihat pada tabel 2 diamana ikan stress terhadap
6. lingkungan karena kontaminan zat-zat aktif atau zat-zat kimia yang berada
dalam insektesida. salah satu zat aktif yg terdapat dalam insektisida yaitu
Fiproni. Fipronil adalah inhibitor untuk reseptor GABA yang mempengaruhi
stimulasi system syaraf lanngsung seperti aktivitas berlebihan, kemampuan
iritasi, bergetar dan kemungkinan akan mengalami kejang kejang hingga
mematikan biota air (ikan).
Waktu pengambilan dan pengujian sampel limbah industri juga
mempengaruhi hasil penelitian. Waktu terbaik pengujian sampel adalah
beberapa saat setelah sampel uji diambil karena bahna-bahan kimia dan
organic yang terkandung di dalam sampel uji belum tervolatilisaisi.
Sehingga hasil uji juga akan lebih akurat jika sampel yang digunakan masih
merupakan sampel yang baru diambil dari sumbernya dibandingkan dengan
sampel yang mengalami pengujian setelah beberapa hari dari waktu
pengambilan sampel (Novotny, 1994).
VI. Kesimpulan
Hasil praktikum pada kali ini dapat di simpulkan bahwa limbah industri
yang paling berbahaya bagi organisme akuatik (ikan) adalah limbah
pertanian dari insektesida yang memiliki zat aktif Fiproni. Semakin tinggi
konsentrasi polutan yang masuk semakin besar pengaruhnya. Waktu
pengambilan dan pengujian sampel limbah industri juga mempengaruhi
hasil penelitian.
VII. Daftar pustaka
[HSRC] Hazardous Substance Research Center. 2006. Environmental
hazards of the textile industry.
Koosbandiah, Hertien Surikarti. 2011. Toksikologi Lingkungan dan Metode
Uji Hayati. Bandung: Rizqi Press
Novotny, V. 1994. Water Quality, Pervention, Identification, and
Management of Diffuse Pollution. New York: Van Notrans Reinhold.
7. Lampiran
1. Dari ketiga limbah tersebut, apa yang paling toxic dan zat aktif apa
yang terdapat dalam limbah tersebut?
Jawab : Diantara ketiga limbah, berdasarkan hasil pengamatan maka
yang paling toksik adalah limbah pertanian dari insektesida karena
didalamnya terkandung zat aktif seperti fipronil. Fipronil adalah inhibitor
untuk reseptor GABA yang mempengaruhi stimulasi system syaraf
lanngsung seperti aktivitas berlebihan, kemampuan iritasi, bergetar dan
kemungkinan akan mengalami kejang kejang hingga mematikan biota air
(ikan).
2. Apakah ada pengaruh saat pengambilan limbah?
Jawab : Terdapat adanya pengaruh pengambilan limbah. salah satunya
seperti limbah tekstil yang langsung dibuang ke perairan dan limbah
dengan yang tidak dibuang langsung atau didiamkan terlebih dahulu lalu
dibuang ke perairan. Hal ini dikarenakan semakin lama limbah tekstil
tersebut didiamkan maka tingkat ketoksikannya akan semakin berkurang
sehingga daya ketoksikannya terhadap biota akuatik (ikan) akan semakin
lemah. Dengan begitu ikan akan semakin lama mati. Sementara limbah
tekstil yang langsung dibuang ke perairan tanpa didiamkan terlebih dahulu
akan lebih toksik dibandingkan dengan didiamkan terlebih dahulu.
Kemudian waktu pengambilan dan pengujian sampel limbah industri
juga mempengaruhi hasil penelitian. Waktu terbaik pengujian sampel
adalah beberapa saat setelah sampel uji diambil karena bahna-bahan kimia
dan organic yang terkandung di dalam sampel uji belum tervolatilisaisi.
Sehingga hasil uji juga akan lebih akurat jika sampel yang digunakan
masih merupakan sampel yang baru diambil dari sumbernya dibandingkan
dengan sampel yang mengalami pengujian setelah beberapa hari dari
waktu pengambilan sampel (Novotny, 1994).