4. 1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis mengucapkan kehadiran Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
ini tepat pada waktunya. Laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengelolaan Sampah yang berjudul “Kompos”.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak. Dengan demikian, penulis mengucapkan terima kasih
dan semoga bantuan yang diberikan mendapat balasan yang setimpal dari Allah
SWT Amin.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih ada kekurangan dan
penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan pada masa yang akan
datang. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis.
Padang, April 2021
Kelompok 3
5. 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kompos merupakan dekomposisi bahan-bahan organic atau proses
perombakan senyawa yang kompleks menjadi senyawa yang sederhana dengan
bantuan mikroorganisme. Kompos dapat digunakan sebagai pengganti pupuk
buatan dengan biaya yang sangat murah.Kompos berfungsi dalam perbaikan
struktur tanah, tekstur tanah, aerasi dan peningkatan daya resap tanah terhadap air.
Sampah adalah bahan padat buangan dari kegiatan rumah tangga, pasar,
perkantoran, rumah, penginapan, hotel, rumah makan, industri, atau aktivitas
manusia lainnya. Sampah merupakan hasil sampingan dari aktivitas manusia yang
sudah tidak terpakai. Sampah juga merupakan bagian terintim dari diri manusia
yang hingga saat ini masalahnya selalu menarik untuk dibicarakan tetapi
menakutkan untuk dijamah.
Kesadaran masyarakat tentang hidup bersih dan teratur perlu terus
ditumbuhkan, salah satunya dalam penanganan sampah dari skala rumah tangga
karena sampah juga merupakan bagian dari perilaku hidup bersih dan sehat. Untuk
mengubah kebiasaan membuang sampah menjadi mengelola sampah perlu upaya
yang dimulai secara individual di setiap rumah. Untuk menjaga lingkungan bersih
bebas dari sampah salah satu solusinya mengubah kebiasaan membuang sampah
untuk mengolah sampah menjadi kompos dimulai dari sampah rumah tangga.
Karena sebagiansampah yang dihasilkan merupakan sampah organik (sampah
basah), yaitu mencapai 60-70% dari total volume sampah, yang berasal dari dapur
dan halaman. Sampah organik ini, jika pengelolaannya tidak secara benar maka
akan memberikan bau busuk (H2S dan FeS) dan akan menjadi sumber lalat, bahkan
dapat menjadi sumber lebih dari 25 jenis penyakit.
Sampah organik yang masih mentah, apabila diberikan secara langsung ke
dalam tanah, justru akan berdampak menurunkan ketersediaan hara tanah,
disebabkan sampah organik langsung akan disantap oleh mikroba. Populasi
mikroba yang tinggi, justru akan memerlukan hara untuk tumbuh dan berkembang,
6. 3
dan hara tadi diambil dari tanah yang seyogyanya digunakan oleh tanaman,
sehingga mikroba dan tanaman saling bersaing merebutkan hara yang ada.
Kompos yang kami buat yaitu dari bahan-bahan campuran antara kulit buah
dan serbuk kayu. Kulit buah biasanya di buang karna baunya yang mengganggu,
begitu juga dengan serbuk kayu yang tidak dipergunakan lagi. Oleh sebab itu kami
memilih kulit buah karna bisa di gunakan sebagai bahan kompos dan menyediakan
unsur hara bagi tanaman. Kompos yang berasal dari bahan organik tersebut dapat
memperbaiki sifat fisika, kimia, maupun biologi tanah sehingga kesuburan tanah
tetap terjaga serta ketersedian haranya pun terjamin. Apalagi kompos dapat dibuat
sendiri dari bahan-bahan yang mudah ditemukan, sehingga tidak memerlukan biaya
banyak dalam pembuatannya.
Inokulen yang digunakan pada praktikum ini yaitu inokulen cair berbahan
lactobacilus anona yang dapat memicu pengomposan dngan cepat. Inokulen ini
menggunakan campuran bahan nanas dengan gula pasir dan dapat digunakan
setelah 5-7 hari. Gula yang terdapat pada nanas terbilang tinggi yaitu 9,9 gr dalam
setiap 100 gr buah nanas. Bahkan kandungan gula lebih tinggi dari karbohidrat.
Adanya protein dalam nanas menunjukkan adanya unsur nitrogen (N) yang
merupakan salah satu unsur hara esensial tanaman yang berperan dalam memacu
pertumbuhan vegetatif tumbuhan dan memacu kesuburan tanah.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui cara pengolahan sampah sederhana melalui
pembuatan kompos secara anaerobik dengan menggunakan bahan dasar sampah
kulit buah dan serbuk kayu.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Dapat mengetahui dan memahami alat pengomposan
2. Dapat mengetahui dan memahami bahan pengomposan
3. Dapat mengetahui dan memahami prosedur pengomposan
4. Dapat mengetahui dan memahami hasil pengamatan pengomposan
7. 4
1.3 Manfaat
Manfaat dari Pembuatan kegiatan ini adalah:
1. Mengurangi permasalahan lingkungan akibat sampah organik yang
dihasilkan terutama dari aktivitas manusia;
2. Berkurangnya jumlah limbah berupa sampah organik domestik sehingga
tercipta kenyamanan dan kebersihan di lingkungan pribadi, keluarga,
maupun masyarakat;
3. Meningkatkan efisiensi produksi padi dengan memanfaatkan sumberdaya
yang ada
4. Menghasilkan suatu produk (kompos) yang memiliki nilai tambah bagi
masyarakat maupun pemerintah;
5. Tercipta lapanngan kerja baru sehingga dapat mengurangi
tingkat pengangguran;
8. 5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kompos
Pupuk dapat diartikan sebagai bahan-bahan yang diberikan pada tanah agar
dapat menambah unsur hara atau zat makanan yang diperlukan tanah baik secara
langsung maupun tidak langsung. Pupuk organik adalah bahan organik yang
umumnya berasal dari tumbuhan dan atau hewan, ditambahkan ke dalam tanah
secara spesifik sebagai sumber hara, pada umumnya mengandung nitrogen yang
berasal dari tumbuhan dan hewan. Suriawiria (2003) menyatakan bahwa pupuk
organik mempunyai kandungan unsur hara, terutama N, P, dan K yang relatif
sedikit dibandingkan dengan pupuk anorganik, tetapi mempunyai peranan lain yang
sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan tanaman.
Pengomposan menurut Yang (1997), merupakan suatu proses biooksidasi yang
menghasilkan produk organik yang stabil dan dapat dikontribusikan secara
langsung ke tanah serta digunakan sebagai pupuk. Harada et al. (1993) menyatakan
produk dari pengomposan berupa kompos apabila diberikan ke tanah akan
mempengaruhi sifat fisik, kimia maupun biologis tanah.
2.2 Proses Pengomposan Anaerobik
Dekomposisi secara anaerobik merupakan modifikasi biologis pada struktur
kimia dan biologi bahan organik tanpa kehadiran oksigen (hampa udara). Proses
tersebut merupakan proses yang dingin dan tidak terjadi fluktuasi suhu, seperti yang
terjadi pada proses pengomposan aerobik. Proses pengomposan secara anaerobik
akan menghasilkan metana (alkohol), CO2, dan senyawa lain seperti asam organik
yang memiliki berat molekul rendah (asam asetat, asam propionat, asam butirat, dan
asam laktat).
Proses anaerobik umumnya dapat menimbulkan bau yang tajam. Sisa hasil
pengomposan anaerobik berupa lumpur yang mengandung air sebanyak 60%
dengan warna cokelat gelap sampai hitam. Kehilangan unsur hara pada proses
pengomposan secara anaerobik sedikit, sehingga umumnya mempunyai kandungan
9. 6
unsur hara yang lebih tinggi dari proses pengomposan secara aerobik (Samekto,
2006
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Pengomposan Anaerobik
1. Ukuran Bahan
Proses pengomposan dapat dipercepat jika bahan mentah kompos dicincang
menjadi bahan yang lebih kecil. Bahan yang kecil akan cepat didekomposisi
karena peningkatan luas permukaan untuk aktivitas organisme perombak
(Gaur, 1983). Menurut Murbandono (1993), sampai batas tertentu semakin
kecil ukuran partikel bahan maka semakin cepat pula waktu pelapukannya
2. Rasio Karbon-Nitrogen (C/N)
Rasio C/N bahan organik merupakan faktor yang paling penting dalam
pengomposan. Hal tersebut disebabkan mikroorganisme membutuhkan
karbon untuk menyediakan energi (Gunawan dan Surdiyanto, 2001) dan
nitrogen yang berperan dalam memelihara dan membangun sel tubuhnya
(Triadmojo, 2001). Kisaran rasio C/N yang ideal adalah 20-40, dan rasio
yang terbaik adalah 30 (Center for policy and Implementation Study, 1992).
Rasio C/N yang tinggi akan mengakibatkan proses berjalan lambat karena
kandungan nitrogen yang rendah, sebaliknya jika rasio C/N terlalu rendah
akan menyebabkan terbentuknya amoniak, sehingga nitrogen akan hilang ke
udara (Gunawan dan Surdiyanto, 2001)
3. Temperatur Pengomposan
Pengomposan akan berjalan optimal pada suhu yang sesuai dengan suhu
optimum pertumbuhan mikroorganisme perombak. Menurut Murbandono
(1993), suhu optimum pengomposan berkisar antara 35-55 oC, akan tetapi
setiap kelompok mikroorganisme mempunyai suhu optimum yang berbeda
dari berbagai jenis mikroorganisme.
10. 7
4. Derajat Keasaman (pH)
Identifikasi proses degradasi bahan organik pada proses pengomposan dapat
dilakukan dengan mengamati terjadinya perubahan pH kompos. Menurut
Center for Policy and Implementation Study (1992), derajat keasaman (pH)
yang dituju adalah 6-8,5 yaitu kisaran pH yang pada umumnya ideal bagi
tanaman. Hasil dekomposisi bahan organik ini menghasilkan kompos yang
bersifat netral sebagai akibat dari sifatsifat basa bahan organik yang
difermentasikan. Pada pengomposan pupuk organik padat nilai pH pada hari
ketiga berkisar dari 7,66-8,84 dan hari ke-enam berkisar pada 8,66-9,08
(Nengsih, 2002).
5. Mikroorganisme yang Terlibat dalam Pengomposan
Pengomposan akan berjalan lama jika mikroorganisme perombak pada
permulaannya sedikit. Mikroorganisme sering ditambahkan pada bahan
yang akan dikomposkan yang bertujuan untuk mempercepat proses
pengomposan (Indriyani, 1999). Populasi mikroorganisme selama
berlangsungnya proses pengomposan akan berfluktuasi. Berdasarkan
kondisi habitatnya (terutama suhu), mikroorganisme yang terlibat dalam
pengomposan tersebut terdiri dari dua golongan yaitu mesofilik dan
termofilik. Mikroorganisme mesofilik adalah mikroorganisme yang hidup
pada suhu antara 45-65 oC. Pada waktu suhu tumpukan kompos kurang dari
45 oC, maka proses pengomposan dibantu oleh mesofilik di atas suhu
tersebut (45-65 oC) mikroorganisme yang berperan adalah termofilik (Gaur,
1983 dan Center for Policy and Implementation Study, 1992).
Menurut Center for Policy and Implementation Study (1992),
mikroorganisme mesofilik pada hakekatnya berfungsi memperkecil ukuran
partikel zat organik sehingga luas permukaan partikel bertambah. Menurut
Gaur (1983), bakteri termofilik yang tumbuh dalam waktu yang terbatas
berfungsi untuk mengkonsumsi karbohidrat dan protein, sehingga bahan-
bahan kompos dapat terdegradasi dengan cepat.
11. 8
2.4 Bahan yang Digunakan
Kami menggunakan 2 buah bahan yang mudah di dapatkan yaitu kulit buah
dan sayur-sayuran :
a. Kulit buah
Keberadaan sampah buah-buahan yang melimpah memiliki potensi yang
besar sebagai sumber bahan baku untuk pembuatan pupuk organik cair. Tumpukan
limbah buah-buahan ini jarang dimanfaatkan oleh masyarakat, karena sudah tidak
layak untuk makanan ternak. Biasanya sampah buah-buahan hanya dibiarkan saja,
sehingga menimbulkan aroma yang kurang sedap bagi kebersihan lingkungan dan
dapat mengganggu kesehatan. Sebagai solusi dari dampak yang ditimbulkan oleh
sampah buah-buahan ini, limbah kulit buah-buahan ini dapat dijadikan sumber
bahan baku alternatif yang potensial untuk menghasilkan pupuk organik cair.
Disamping itu, teknologi ini juga banyak keuntungan, yaitu bubur sampah buah-
buahan (slurry) air lindinya dapat digunakan sebagai pupuk organik cair dan
ampasnya dapat dijadikan media pertumbuhan (media sapih). Pupuk organik yang
dihasilkan adalah pupuk yang sangat kaya akan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh
tanaman. Bahkan, senyawa-senyawa tertentu seperti protein, selulose, lignin, dan
lain-lain tidak bisa digantikan oleh pupuk kimia (Bayuseno, 2009)
b. Sayur-sayuran
Sayur merupakan salah satu tanaman produktif pertanian. Biomasa organik
sayur begitu melimpah. Produksi sayur di dunia di taksir oleh FAO 2012 sebanyak
1.106.133.866 ton/tahun, sehingga sangat baik untuk pertumbuhan mikro organisme
dn percepatan reaksi metabolisme.
Sampah sisa sayur sangat mudah ditemukan di pasar-pasar tradisional.
Timbunan sampah sayur di pasar mendominasi komposisi sampah pasar tradisional.
Keberadaan sampah organik di pasar dapat diolah menjadi kompos sehingga
pemanfaatan sampah sayur dapat menimbulkan dampak positif ke lingkungan.
12. 9
2.5 Manfaat Kompos
Kompos ibarat multi-vitamin untuk tanah pertanian. Kompos akan
meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat. Kompos
memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah
dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air
tanah. Aktifitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat
dengan penambahan kompos. Aktifitas mikroba ini membantu tanaman untuk
menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat merangsang
pertumbuhan tanaman. Aktifitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu
tanaman menghadapi serangan penyakit. Tanaman yang dipupuk dengan kompos
juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan
pupuk kimia, misalnya hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar,
dan lebih enak.
Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek yakni
sebagai berikut (Isroi, 2008) :
1. Aspek Ekonomi
a. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
b. Mengurangi volume/ukuran limbah
c. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
2. Aspek Lingkungan
a. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah
b. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
3. Aspek bagi tanah/tanaman
a. Meningkatkan kesuburan tanah
b. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
c. Meningkatkan kapasitas serap air tanah
d. Meningkatkan aktifitas mikroba tanah
e. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
f. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
g. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
h. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah
13. 10
Pada dasarnya kompos dapat meningkatkan kesuburan kimia dan fisik tanah
yang selanjutnya akan meningkatkan produksi tanaman. Pada tanaman hortikultura
(buah-buahan, tanaman hias, dan sayuran) atau tanaman yang sifatnya perishable ini
hampir tidak mungkin ditanam tanpa kompos. Demikian juga di bidang
perkebunan, penggunaan kompos terbukti dapat meningkatkan produksi tanaman.
Di bidang kehutanan, tanaman akan tumbuh lebih baik dengan kompos. Sementara
itu, pada perikanan, umur pemeliharaan ikan berkurang dan pada tambak, umur
pemeliharaan 7 bulan menjadi 5-6 bulan.
Kompos membuat rasa buah-buahan dan sayuran lebih enak, lebih harum dan
lebih masif. Hal inilah yang mendorong perkembangan tanaman organik, selain
lebih sehat dan aman karena tidak menggunakan pestisida dan pupuk kimia rasanya
lebih baik, lebih getas, dan harum. Penggunaan kompos sebagai pupuk organik saja
akan menghasilkan produktivitas yang terbatas. Penggunaan pupuk buatan saja
(urea, SP, MOP, NPK) juga akan memberikan produktivitas yang terbatas. Namun,
jika keduanya digunakan saling melengkapi, akan terjadi sinergi positif.
Produktivitas jauh lebih tinggi dari pada penggunaan jenis pupuk tersebut secara
masing-masing.
2.6 Keuntungan dan Kerugian Membuat Kompos
A. Keuntungan
– Memperbaiki struktur tanah begitu juga dengan karakteristiknya, sehingga
tanah menjadi gembur, ringan,mu-dah diolah,dan mudah ditembus akar
– Tanah-tanah berat menjadi mudah diolah.
– Kesuburan tanah meningkat.
– Aktivitas mikroba tanah pun mening-kat.
– Kapasitas penyerapan air oleh tanah juga meningkat sehingga tanah
menjadi mudah menyediakan kebutuhan air yang diperlukan tanaman.
– Memperbaiki habitat hewan yang hi-dup ditanah dan ketersediaan maka-
nan hewan-hewan tersebut jadi lebih terjamin.
– Meningkatkan ketahanan terhadap perubahan sifat tanah yang terjadi
secara tiba-tiba.
– Mengandung mikroba yang bertugas mengurai bahan-bahan organik.
14. 11
– Meningkatkan kapasitas pertukaran kation, sehingga jika tanaman diberi
pupuk dosis tinggi, unsur hara tana-man tidak mudah tercuci.
– Mempertahankan dan meningkatkan
ketersediaan unsur hara di dalam tanah.
B. Kerugian
Memang tak hanya manfaatnya, pemberian pupuk organik juga dapat
merugikan apabila terjadi hal berikut:
– Jika pupuk organik (kompos) yang diberikan masih mentah maka bahan
organik akan diserang oleh mikroba sehingga unsur hara tanaman menja-di
berkurang karena “dimakan” oleh mikroba-mikroba dari kompos mentah.
- Bahan organik yang berasal dari lim-bah industri atau sampah kota sering
kali mengandung mikroba patogen dan logam berat, yang tak hanya ber-
pengaruh buruk bagi tanaman, akan
tetapi manusia dan hewan pun akan kena imbasnya (dampak negatifnya).
2.7 Mengolah Sampah Organik Menjadi Kompos
Dalam pembuatan kompos, hal pertama yang dilakukan yaitu persiapan, baik
bahan maupun tempatnya. Langkah pertama yang harus dipersiapkan yaitu bahan-
bahan organik yang akan dikomposkan dipotong-potong atau dicacah agar proses
pengomposan berlingsung cepat. Selain itu untuk mempercepat pengomposan,
diperlukan dedak halus,gula pasir,mikroorganisme berupa inokulen,dan air.Karena
bahan-bahan ini akan ditumpuk maka perlu dipersiapkan tempatnya.
Sampah organik secara alami akan mengalami peruraian oleh berbagai jenis
mikroba, binatang yang hidup di tanah, enzim dan jamur. Proses peruraian ini
memerlukan kondisi tertentu, yaitu suhu, udara dan kelembaban. Makin cocok
kondisinya, makin cepat pembentukan kompos, dalam 4–6 minggu sudah jadi.
Apabila sampah organik ditimbun saja, baru berbulan-bulan kemudian menjadi
kompos. Dalam proses pengomposan akan timbul panas karena aktifitas mikroba.
Ini pertanda mikroba mengunyah bahan organik dan merubahnya menjadi kompos.
Suhu optimal untk pengomposan dan harus dipertahankan adalah 450-650C. Jika
terlalu panas harus dibolak-balik, setidak-tidaknya setiap 7 hari.
15. 12
Pengomposan merupakan alternatif penanganan yang sesuai. Kompos sangat
berpotensi untuk dikembangkan mengingat semakin tingginya jumlah sampah
organik yang dibuang ke tempat pembuangan akhir dan menyebabkan terjadinya
polusi bau dan lepasnya gas metana ke udara. DKI Jakarta menghasilkan 6000 ton
sampah setiap harinya, di mana sekitar 65%-nya adalah sampah organik. Dan dari
jumlah tersebut, 1400 ton dihasilkan oleh seluruh pasar yang ada di Jakarta, di mana
95%-nya adalah sampah organik. Melihat besarnya sampah organik yang dihasilkan
oleh masyarakat, terlihat potensi untuk mengolah sampah organik menjadi pupuk
organik demi kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat (Rohendi,
2005).
2.8 Pembuatan Inokulen
Inokulan merupakan kegiatan pemindahan mikroorganisme baik
berupa bakteri maupun jamur dari tempat atau sumber asalnya ke medium baru
yang telah dibuat dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi dan aseptis.Inokulan
pemacu yang mengandung berbagai mikroba aktif untuk mempercepat
pengomposan. Dengan demikian akan didapatkan biakan mikroorganisme murni
yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran maupun untuk kepentingan lainnya
seperti kepentingan industri, pertanian, dan kesehatan. Inokulan yang baik
ditentukan oleh tingkat sterilitas ruangan, alat, dan tenaga pelaksana baik
kebersihan maupun teknik inokulannya.Berikut cara pembuatan inokulan :
Membuat inokulan padat dari sekam :
a. Bahan-bahan : Sekam 10 kg, Bekatul 20 kg, Tanah subur 1 kg,Gula 6-8 sdk
mkn, Ragi tempe 2-3 sdk mkn, Air 21 lt
b. Tahap pembuatan : Penimbangan bahan , Pelarutan gula & ragi, Pengadukan
hingga rata, Penutupan dgn keset & pemeraman 7 hari (setiap 2 hari
dibalik/diaduk)
Membuat inokulan cair berbahan ragi tempe :
a. Bahan-bahan : gula pasir, ragi tempe, air bebas clor
16. 13
b. Prosedur : 3 sendok makan (sdm) gula pasir larutkan dalam 1 L, air bebas
chlor + 1½ sdm ragi tempe diaduk hingga homogen + 5 liter air dan diaduk.
Larutan gula ragi tsb dimasukkan kedalam botol atau jerigen hingga ¾
bagian kemudian ditutup, disimpan di tempat terlindung sinar matahari.
Gojok pelan-pelan pagi dan sore. Setiap kali selesai gojok buku tutup pelan-
pelan. Setelah 5 -7 hari sudah jadi. Dapat dipakai untuk pemacu dalam
pengomposan.
Membuat inokan cair berbahan nanas :
Sediakan nanas 250 mg, lalu diblender, rebus air 5 L sampai mendidih
setelah mendidih masukan nanas yang sudah diblender dan juga gula 250 mg dan
didinginkan, setelah dingin masukan ke dalam jerigen, kemudian diamkan 5-7 hari,
2.9 Proses Pengemasan dan Pelabelan
Proses fermentasi bahan pembuat pupuk kompos ini dimulai dari
pengumpulan kotoran hewan, penjemuran, pengeringan, penggilingan, hingga
pemeraman selama dua minggu. Proses terakhir dari pembuatan pupuk kompos ini
adalah pengemasan ke dalam wadah plastik.
Sebelum proses pengemasan, kompos yang sudah kering di saring
menggunakan saringan agar kompos yang di hasilkan tidak menggumpal, setelah
kompos di saring, kompos di masukan ke dalam karung dan di jahit kemudian di
timbang seberat 2 kg. Setelah kompos di timbang lapisi bagian luar menggunakan
plastic bening dan beri label nama kelompok pada plastic.
17. 14
BAB III
HASIL PRATIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Materi : Kompos
Hari/Tanggal : Kamis, 18-03-2021
Waktu : 07.30 – 12.30
Tempat : Workshop Poltekkes Kemenkes RI Padang
3.2 Pembuatan Inoculan Dengan Pemanfaatan Air Cucian Beras Dengan
Campuran Gula
3.2.1 Alat
1. sendok
2. Jerigen
3. baskom kecil
4. gelas ukur
3.2.2 Bahan
1. Air cucian beras
2. Gula pasir
3.2.3 Takaran bahan
1. Air cucian beras 1 liter
2. Gula 250 mg/ 3 sendok makan
3. Air 5 L
3.2.4 Langkah pembuatan
1. Siapkan air cucian beras sebanyak kurang lebih 1 liter
2. Kemudian masukkan air cucian beras kedalam baskom kecil
3. Tambahkan 3 sendok gula pasir
4. Aduk rata sampai gula larut didalam air cucian beras
18. 15
5. Kemudian pindahkan larutan air cucian beras dan gula tadi ke
dalam gerigen berukuran 5 liter
6. Kemudian tambah kan air 4 liter lagi sampai gerigen penuh
7. Kemudian tutup derigen
8. Lalu diamkan selama beberapa hari sampai inokulan
mengeluarkan bau tidak sedap
9. Inokulan siap digunakan untuk stater pembuatan kompos
3.3 Pembuatan Komposter
Komposter adalah alat yang di gunakan untuk membantu kerja
bakteri pengurai aneka material organik berupa sampah dan limbah
menjadi bentuk asli, yaitu material kompos dengan sifat-sifat seperti
tanah.
3.3.1 Alat
1. Ember
2. Batang Besi
3. Kawat Besi
4. Pipa PVC
3.3.2 Cara Kerja
1. Persiapkan alat.
2. Kemudian beri lubang di bagian bawah ember sekitar 20 x 20 cm
kemudian pasangkan batang besi dengan bentuk menyilang.
3. Lalu pasangkan kawat besi di atas batang besi (sesuaikan dengan
bentuk ember).
4. Lalu pasangkan pipa paralon pada bagian atas tutup ember.
5. Pada bagian kawat besi di lapisi dengan kain.
6. Komposter siap di gunakan.
19. 16
3.4 Pembuatan Kompos
3.4.1 Alat
1. Komposter
2. Timbangan
3. Sarung tangan (APD)
4. Pisau
5. Blender
3.4.2 Bahan
1. Kompos
2. potongan sampah sayur
3. Kulit buah
4. inokulen
3.4.3 Cara Kerja
1.Siapkan komposter yang sudah dibuat
2. Lakukan perhitungan jumlah bahan yang akan dijadikan kompos
3. Cacah sampah organik kulit buah hingga halus 2-4 mm
4. Setelah dicacah campur sampah buah dan sayur sebanyak kg dan
5. Tambah inokulan cair ke potongan kemudian dicampur,
6. Setelah itu pindahkan ke dalam komposter
7. Kemudian ukur suhu dan kelembaban kompos yang ada dalam
komposter
8. tutup dengan kain hitam atau dengan kardus
8. Lakukan pengamatan setiap hari. Perlakuan yang diberikan
pengadukan, pengukuran suhu dan kelembaban kompos.
9.Setiap 3 hari – atau maksimal seminggu sekali diaduk, untuk
menambah oksigen dan menurunkan panas.
10. Jika kering beri inokulen.
20. 17
11.Tanda Pengomposan selesai tidak berbau sampah,
halus,warna kehitaman
3.5 Pengemasan kompos
3.5.1 Alat
1. saringan
2. plastik 2 kg
3. kertas label
4. karet pengikat
3.5.2 Cara Kerja
1. Ayak kompos menggunakan penyaring
2. lalu setelah di ayak, masukan tanah yang sudah diayak dalam
plastik
3. lalu di klip
4. beri label
21. 18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pengomposan dilakukan selama 38 hari dan pengecekan kompos dilakukan
setiap hari. Kegiatan yang dilakukan adalah pengukuran suhu dan kelembapan,
pengecekan tekstur dan warna, serta pengadukan kompos. Apabila kompos terlalu
kering, tambahkan inakulan alami. Kegunaan inakulan ialah untuk mempercepat
proses pengomposan dan menjaga kelembapan kompos. Berikut hasil pemeriksaan
kompos :
Tabel 1.1
Hasil Pemeriksaan Kompos
No. Hari/Tanggal NamaPengamat Waktu HasilPengamatan Keterangan
1. Kamis 18/03/2021 Latifah annisa,
wiwi putri dewi,
idris,alya raham
dhiviant,
fitri,Nada zahra
07.30-
12.30 wib
Kompos masih
sangat basah,
belum berbau, dan
nasih dalam
bentuk potongan2
buah
Suhu 30° c
Dengan ketinggian
30 cm
Masih basah
2. Sabtu 20/03/2021 Latifah annisa,
wiwi putri dewi
15.00 wib Kompos masih
basah, belum
berbau, terjadi
pengurangan
ketinggian
kompos sebanyak
22. 19
0.5 cm
Belum semua
terjadi
pembusukan pada
potongan buah
3. Minggu 21/03/2021 Latifah annisa,
wiwi putri dewi
13.00 wib Kompos masih
basah, mulai
terjaid
pembusukan pada
potongan buah,
mulai ada
serangga kecil dan
ulat putih
4. Senin 22/03/2021 Fitri dan Alya
Rahma
Dhivianti
16.30 wib Kompos masih
dalm keadaan
basah, mulai
berbau tak sedap,
serangga dan ulat2
putih mulai
banyak
bermunculan,
sudah terjadi
pembusukan pada
semua buah dan
sayur
Terjadi
pengurangan
volume kompos
sebanyak 0.5 cm
23. 20
5. Selasa 23/03/2021 Alya Rahma
Dhivianti dan
fitri
16.30 wib Kompos berbau
sangat menyengat,
masih banyak
srrangga dan ulat
putih, dan ada
beberapa cacing
terlihat
Kompos masih
dalam keadaan
agak basah
6. Rabu 24/03/2021 Nada Zahra 16.00 wib Kompos agak
basah, ada
serangga, kompos
mulai berubah
warna menjadi
gelap
7 Kamis 25/03/2021 Nada Zahra 15.00 wib Kompos mulai
melembab, masihh
banyak
serangga,masih
berbau menyengat
Terjadi
penyusutan
volume sebanyak
1cm
8. Jumaat 26/03/2021 Alya, nada 14.30 wib Kompos masih
dalam keadaan
basah, sudah
disemua potongan
buah dan sayur
24. 21
terurai dengan
sempurna, warna
kompos sudah
gelap, masih ada
terlihat serangga
9. Senin 03/04/2021 Latifah annisa,
wiwi putri dewi
11.45 wib Kompos mulai
agak mengering,
bau menyengatnya
sudah mulai
berkurang, tinggi
kompos, ulat putih
sudah tidak
terlihat, tetapi
terlihat banyak
binatang kecil
merayap disekitar
tempat meletakkan
kompos
10. Rabu 07/04/2021 Fitri, latifah
annisa
10.18 wib Kompos sudah
terlihat kering,
dan ulat kecil,
masih bnyak
serangga bertubuh
kecil disekitar
tempat kompos,
warna kompos
sudah menghitam
semua, tinggi
kompos 25 cm
11. Kamis 08/04/2021 Alya Rahma
Dhivianti, Nada
10.00 wib Kompos sudah
berwarna hitam
25. 22
Zahra dan kering, lalu
bau pada kompos
sudah berkurang,
masih ada sedikit
ulat kecil
12. Jumat 09/04/2021 Wiwi Putri
Dewi, Idris
14.30 wib Kompos sudah
berwarna
menghitam dan
kering, bau pada
kompos sudah
tidak ada, masih
ada sedikit ulat
ulat kecil
13. Sabtu 10/04/2021 Fitri, Alya
Rahma
Dhivianti
10.30 wib Kompos sudah
berwarna hitam,
bau dan ulatnya
sudah tidak ada,
dan tinggi dari
kompos
mengalami
penyusutan
14. Minggu 11/04/2021 Latifah Annisa,
Wiwi Putri Dewi
15.00 wib Kompos sudah
mengering dan
menghitam,
ulatnya sudah
tidak ada dan
tinggi kompos
sudah tingginya
sudah ¾ dari
tinggi kompos
26. 23
semula
Pengomposan dilakukan pada tanggal 18 Maret 2021, pengomposan
dilakukan di Workshop Poltekkes Kemenkes Padang. Pada hari pertama ( 19
maret 2021), dilakukan hal yang sama yaitu perhitungan suhu . Didapatkan hasil
suhu sebesar 30°C serta tekstur yang masih kasar dan warna alamai dari
potongan sampah dan sayuran yang masih ada, Pada saat yang sama juga
dilakukan pemberian inokulen dan Pengadukan karena kompos menunjukkan
pertumbuhan belatung.
Pada minggu ke 1 (sabtu , 20 meret 2021),. serta tekstur yang masih
kasar dan belum terjadi perubahan warna, mulai timbul bau. Adanya serangga
kecil dan ulat kecil yang berwarna putih. Pada saat yang sama juga dilakukan
pemberian inokulen dan Pengadukan karena kompos menunjukkan pertumbuhan
belatung yang lumayan banyak.
Sedangkan pada minggu ke 2(Kamis, 25 maret 2021) dilakukan hal yang
sama yaitu pemberian inokulen dan Pengadukan disini belatung mulai berkurang.
Kompos mulai terjadi perubahan warna dengan tekstur yang mulai menghalus
secara keseluruhan, dan masih berbau menyengat. Serangga dan belatung putih
masih ada terlihat
Pada minggu ke 3 (kamis , 1 maret 2021) dilakukan pengadukan kompos
dan pemberian inokulan dan terlihat kompos sudah mulai mengering, dan
serangga mulai berkurang. serta tektur sudah halus dan berwarna hitam.
pertumbuhan beltung mulai menghilang. Kemudian dilakukan penjemuran
dengan sinar matahari, penjemuran kompos dilakukan pada 8 April 2021.
Dan pada tanggal 22 april 2021 dilakukan pengayakan kompos dan
pengemasan dengan plastik lalu diberi label dan di klip.
Berdasarkan pengamatan terhadap kompos yang telah dibuat, maka hasil
yang didapatkan adalah sebagai berikut:
1. Bau
27. 24
Bakal kompos yang dihasilkan masih tidak berbau.
2. Warna
Bakal kompos berwarna hitam.
3. Tekstur
Tekstur yang dihasilkan halus dan tidak menggumpal.
4. Waktu
Proses pembuatan kompos dan pengamatan dilakukan dalam waktu 30
hari.
5. Penyusutan
Terjadi penyusutan volume dari awal kompos dibuat sampai menjadi
kompos siap di ayak.
4.2 Pembahasan
Berikut karakteristik fisik kompos yang telah dibuat :
1. Bau
Jika proses pembuatan kompos berjalan dengan normal, maka tidak
menghasilkan bau yang menyengat (Isroi dan Yuliati, 2009). Walaupun
demikian, dalam pembuatan kompos tidak akan terbebas sama sekali dari
adanya bau. Kompos yang sudah matang dapat diketahui dari baunya yang
seperti bau tanah. Berdasarkan hasil pengamatan, kompos yang dihasilkan
tidak berbau sehingga dapat dikatakan kompos telah matang.
2. Warna
Warna merupakan salah satu indikator untuk mengetahui kematangan
kompos yaitu cokelat kehitam-hitaman. Apabila kompos masih berwarna
hijau atau warnanya mirip dengan bahan mentahnya berarti kompos
tersebut belum matang. Dari hasil pengamatan, kompos yang dihasilkan
berwarna hitam sehingga dapat dikatakan kompos tersebut telah matang.
3. Tekstur
Ukuran partikel sampah yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan
kompos harus sekecil mungkin untuk mencapai efisiensi aerasi dan supaya
lebih mudah dicerna atau diuraikan oleh mikroorganisme. Semakin kecil
partikel, semakin luas permukaan yang dicerna sehingga pengurai dapat
28. 25
berlangsung dengan cepat.Jika proses pembuatan kompos berjalan dengan
normal, maka tekstur kompos halus dan tidak menggumpal. pada kompos
yang sudah matang, bentuk fisiknya menyerupau tanah yang berwarna
kehitaman. Menurut hasil pengamatan, kompos yang dihasilkan bertestur
halus dan tidak menggumpal. Bentuk fisik sudah terjadi pengecilan
partikel sampah, namun masih terlihat seperti cacahan jerami yang kecil-
kecil sehingga dapat dikatakan bahwa kompos telah matang.
4. Waktu
Lama waktu pengomposan tergantung pada karakteristik bahan yang
dikomposkan, metode yang digunakan dan keberadaan aktivator
pengomposan. Secara alami pengomposan akan berlangsung dalam waktu
beberapa minggu sampai 2 tahun hingga kompos benar-benar matang.
Menurut hasil pengamatan, waktu pengomposan yang hanya dilakukan
selama 23 hari masih sangat kurang sehingga hasil yang diperoleh pun
tidak sempurna, karena masih terdapat sisa kompos yang tidak dapat
diayak
29. 26
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktek pengelolaan kompos yang dilaksakan selama 38 hari
dengan alat dan bahannya yaitu karung, sekop, timbangan, sarung tangan, plastik
bening, ember, higrometer, ayakan, pisau, label, klip, dan alat tulis. Dan bahannya
inokulen cair (air cucian beras ), bahan organik seperti sampah buah dan sayuran.
5.2 Saran
Dalam pembuatan kompos ini, saran yang dapat diberikan antara lain:
1. Waktu pelaksanaan pembuatan kompos perlu diperhatikan mengingat waktu
yang dibutuhkan cukup lama tergantung dengan bahan dan metode yang
digunakan.
2. Dalam pencacahan bahan dasar kompos yaitu sampah buahan harus dipotong
dengan ukuran yang lebih kecil sehingga dapat memudahkan proses
pengomposan dan penguraiannya juga semakin mudah.
3. Perlunya memperhatikan lokasi penyimpanan kompos agar tidak mengganggu
lingkungan sekitar.