Dokumen tersebut membahas tentang kewajiban umat Islam untuk saling mencintai dan menghormati sesama muslim serta tetangga. Hadis Rasulullah menjelaskan bahwa kesempurnaan iman seseorang tercermin dari kemampuannya mencintai sesama muslim seperti mencintai diri sendiri. Selain itu, umat Islam harus menghindari mengganggu hak orang lain.
1. Wujud Makna Keimanan Mencintai Sesama Muslim, Menghoramati
Tetangga Dan Memuliakan Tamu.
A. Pendahuluan
Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT sebagai syahidan, mubasysyiran, dan nadziron
bagi segenap manusia. Ajaran Islam ad-Din al-Haq yang dibawanya kesemua dasarnya
adalah wahyu Allah SWT dalam Al-Qur’an . Sebagai seorang uswat al-Hasanah beliau SAW
adalah penyampai, penafsir, dan penjelas firman-firman Allah dalam Al-Qur’an lewat qoul
beliau, fi’liyah beliau, dan taqrir beliau SAW.
Islam adalah Rahmat li al-‘Alamin, di dalam ajaran-ajarannya terkandung nilai-nilai
cinta kasih yang telah nyata dicontohkan oleh baginda Muhammad SAW lewat akhlak mulia
beliau. Berikut ini adalah sedikit pembahasan berkaitan dengan realisasi iman dalam
kehidupan sosial berdasarkan uswah Rasulullah SAW dalam sunah beliau SAW.
B. Cinta sesama muslim adalah sebagian dari kesempurnaan Iman
Cinta adalah sesuatu yang niscaya ada dalam peri kehidupan makhluk berakal seperti
manusia baik berbangsa, bernegara, maupun dalam kehidupan beragama. Rasulullah SAW
sebagai suri tauladan agung bagi manusia telah menjelaskan tentang betapa pentingnya cinta
dan kasih sayang terhadap sesama insan dalam hadits berikut ini:
ن اَ اثَ اَدّنَثحَ ادٌ َقَدّنَثسَ ا مُلَ ا ق اَ ان اَ اثَ اَدّنَثحَ اي ىَ احَْي يَ انَْي عَ اةَ ا بَ اعَْي شُنَْي عَ اةَ ادَ ات اَ اقَ انَْي عَ اسٍ ر نَ اأَ ايَ ا ضَِي رَ اَللّنَثُ اهُ نَْيعَ انَْي عَ ايّ َص بَِينّنَثالَل ىّنَثصَ اَللّنَثُ اهَِي يَْيَلَ اعَ امَ ا َلّنَثسسسَ ا وَ ا
نَْي عَ ا وَ انٍ ر يَْيسَ ا حُمَِي َلّ َصعَ ا مُ لَْيالَ ا ق اَ ان اَ اثَ اَدّنَثحَ اةُدَ ات اَ اقَ انَْي عَ اسٍ ر نَ اأَ انَْي عَ ايّ َص بَِينّنَثالَل ىّنَثصَ اَللّنَثُ اهَِي يَْيَلَ اعَ امَ ا َلّنَثسَ ا وَ الَ ا ق اَ االَ انُ مَِي ؤَْي يُمَْي كُ َدُحَ ا أَ ات ىّنَثحَ اَبّنَث حَِي يُهَِي خيَِي َألَِيَ ا
م اَ اَبّ ِل حَِي يُسهَِي فَْي نَ الَِيَيِ)رواهالبخ اريومسَلموأحمَد.(والنس ائ ى
Artinya: “Musaddad telah menceritakan kepada kami, ia berkata bahwa Yahya telah
menceritakan kepada kami dari Syu’bah dari Qatadah dari Anas r.a berkata bahwa Nabi saw.
telah bersabda : “Tidaklah termasuk beriman seseorang di antara kamu sehingga mencintai
saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (H.R. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan
Nasa’i).
Hadis di atas menegaskan bahwa di antara ciri kesempurnaan iman seseorang adalah
bahwa ia mencintai sesamanya seperti mencintai dirinya sendiri. Kecintaan yang
dimaksudkan di sini termasuk di dalam rasa bahagia jika melihat sesamanya muslim
mendapatkan kebaikan yang ia senangi, dan tidak senang jika sesamanya muslim mendapat
2. kesulitan dan musibah yang ia sendiri membencinya. Ketiadaan sifat seperti itu menurut
hadis di atas menunjukkan kurang atau lemahnya tingkat keimanan seseorang.
Hadis di atas tidaklah berarti bahwa seorang mu’min yang tidak mencintai saudaranya
seperti mencintai dirinya berarti tidak beriman sama sekali. Pernyataan ُ مْ ي كُ دُحَُد أَُدنَُد مَِن ؤْ ي يُل pada
hadis di atas mengandung makna “tidak sempurna keimanan seseorang” jika tidak mencintai
saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri. Jadi, harf nafi ل pada hadis tersebut bermakna
ketidaksempurnaan buka ketidakberimanan.
Prinsip tersebut mengantar kita untuk ikut merasakan apa yang dirasakan oleh saudara
sesama muslim yang dalam hadis lain diibaratkan sebagai satu bangunan.
C. Ciri-ciri Seorang Muslim yang Tidak Mengganggu Orang Lain
Seorang muslim yang baik keislamannya adalah orang yang tidak mengganggu orang
lain. Artinya setiap gerak dan tingkah lakunya adalah tidak menghalangi hak-hak orang lain,
lebih-lebih sampai mendzaliminya. Rasulullah menjelaskan dalam hadisnya sebagai berikut:
ن اَ اثَ اَدّنَثحَ امُ بدَ اآنُ ب بْب يِ يأَ اسٍ ي اَ اإِ يلَ ا ق اَ ان اَ اثَ اَدّنَثحَ اةُ ب بَ اعْ شُ بنْ عَ اَدِ يبْعَ اَللّنَثِ ي انِ ي بْب يِ يأَ ارِ ي فَ اَسّنَث اللَ ا عليِ ي م اَ ا سْ إِ يوَ انِ ي بْب يِ يأَ اَدٍ لِ ي اخَ انْ عَ ا يّ َع بِ يعْ َشّنَث النْ عَ اَدِ يبْعَ اَللّنَثِ ي انِ ي بْ
روٍ مْ عَ ا يَ ا ضِ ي رَ اَللّنَثُ ب ام اَ ا هُ ب نْعَ انْ عَ ا يّ َع بِ ينّنَثالَلا ىّنَثصَ اَللّنَثُ ب اهِ ي ليَْلَ اعَ امَ ا َلّنَثسَ ا وَ الَ ا ق اَ امُ بَلِ يَسْ مُ ب لْانْ مَ امَ ا َلِ يسَ انَ ا منوُ ب َلِ يَسْ مُ ب لْانْ مِ يهِ ي نِ يَس اَ ا لِ يهِ يَدِ ييَ اوَ ارُ ب جِ ي ه اَ ا مُ ب لْواَ انْ مَ ارَ ا جَ ا هَ ا
م اَ اها ىَ ا نَ اَللّنَثُ ب ارواه ) ُ نه.بْعَ االبخ اريوأبنوداودوالنَس ا.(ئا ى
Artinya : “Adam bin Abi Isa telah mengabarkan kepada kami, ia berkata bahwa
Syu’bah telah mengabarkan kepada kami dari ‘Abdullah bin Abi al-Saffar dan Isma’il bin
Abi Khalid dari al-Sya’biy dari ‘Abdullah bin Umar r.a. berkata bahwa Nabi SAW. telah
bersabda: “Seorang muslim adalah orang yang orang-orang Islam (yang lain) selamat dari
lisan dan tangannya dan orang yang berhijrah adalah orang yang hijrah dari apa yang telah
dilarang Allah SWT. (H.R. Bukhori , Muslim dan Ahmad).
Pesan pertama yang tekandung dalam hadis di atas adalah memberi motivasi agar umat
Islam senantiasa berlaku baik terhadap sesamanya muslim dan tidak menyakitinya, baik
secara fisik maupun hati. Mengingat pentingnya hubungan baik dengan sesama muslim,
maka Rasulullah saw. menggambarkannya sebagai ciri tingkat keislaman seseorang. Orang
yang tidak memberikan rasa tenang dan nyaman terhadap sesamanya muslim dikategorikan
orang muslim sejati. Inilah ciri-ciri muslim yang tidak mengganggu orang lain.
Oleh sebab itu, seorang muslim yang sejati harus mampu menjaga dirinya sehingga
orang lain selamat dari kezaliman atau perbuatan jelek tangan dan mulutnya. Dengan kata
lain, ia harus berusaha agar saudaranya sesama muslim tidak merasa disakiti oleh tangannya,
3. baik fisik seperti dengan memukulnya, merusak harta bendanya, dan lain-lain ataupun dengan
lisannya.
Pesan Kedua , secara tekstual hadis di atas menyebutkan bahwa hijrah yang
sesungguhnya adalah meninggalkan apa yang dimurkai Allah swt. Pengertian itu pulalah
yang terkandung dalam hijrah Rasulullah saw., yaitu meninggalkan tanah tumpah darahnya
karena mencari daerah aman yang dapat menjamin terlaksananya ketaatan kepada Allah swt.
Oleh sebab itu, orang yang meninggalkan kampung halaman dan berpindah ke daerah yang
tidak ada jaminan bagi terlaksananya ketaatan kepada Allah tidak termasuk dalam pengertian
hijrah dalam pengertian syariat, meskipun secara bahasa mengandung pengertian tersebut.
D. Realisasi Iman Dalam Menghadapi Tamu, Tetangga, dan Bertutur Kata
Seperti telah disebutkan oleh Sayyidina Ali bin Abi Talib K.w. : “Iman itu ucapan
dengan lidah dan kepercayaan yang benar dengan hati dan perbuatan dengan anggota”.
Konsekuensi bagi orang yang mengaku dirinya telah beriman Kepada Allah SWT, adalah
keharusan untuk membuktikan keimanannya kepada Allah SWT. Rasulullah menyinggung
hal ini dalam hadis berikut:
ن اَ اثَ اَدّنَثحَ اةُ ب بَ ايَْبتَ اقُ بنُ ب بَْبَدٍ عيِدي سَ ان اَ اثَ اَدّنَثحَ اب وُ بأَ اصِدي وَ ا حَْب ألَ ا انَْب عَ اب يِديأَ انٍ صيِدي حَ انَْب عَ اب يِديأَ احٍ لِدي اصَ انَْب عَ اب يِديأَ اةَ ارَ ا يييَْبرَ ا هُ بلَ ا ي ايقَ الَ ا ي ايقَ الُ ب ي ويسُ ب رَ ا
َللّنَثِدي اَلا ىّنَثصَ اَللّنَثُ ب اهِدي يَْبَلَ اعَ امَ ا َلّنَثسَ ا وَ انَْب مَ انَ ا ك اَ انُ ب مِدي ؤَْب يُ بَللّنَثِدي ب اِديمِدي وَْب يييَ الَْبواَ ارِدي ييخِدي الالَ ا فَ اذِديؤَْب يييُ بهُ برَ ا ي ايجَ انَْب ييمَ ا وَ انَ ا ي ايكَ انُ ب مِدي ؤَْب يييُ بَللّنَثِدي ي ايبِديمِدي وَْب يييَ الَْبواَ ارِدي ييخِدي ال
مَْب رِدي كَْب يُ بَلْفَبَ اهُ ب فَ ايَْبضَ انَْب مَ ا وَ انَ ا ك اَ انُ ب مِدي ؤَْب يُ بَللّنَثِدي ب اِديمِدي وَْب يَ الَْبواَ ارِدي خِدي اللَْب قُ بيَ اَلْفَبَ اراً ا يَْبخَ اوَْب أَ اتَْب مُ ب صَْب يَ الِدي)رواه.(البخ ارى
Artinya : Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami, Abu al-Ahwash telah
menceritakan kepada kami, dari Abu Hashin, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah r.a, ia
berkata: Rasulullah saw. telah bersabda: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari
akhir, hendaklah memuliakan tamunya; barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari
akhir, hendaklah berbuat baik kepada tetangganya, dan barangsiapa yang beriman kepada
Allah dan hari akhir, hendaklah berkata baik atau diam” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Hadis di atas menyebutkan tiga di antara sekian banyak ciri dan sekaligus konsekuensi
dari pengakuan keimanan seseorang kepada Allah swt. dan hari akhirat. Ciri – cirri orang
beriman yang disebutkan dalam hadis di atas, adakalanya terkait dengan hak-hak Allah swt.,
yaitu melaksanakan kewajiban-kewajiban dan meninggalkan larangan-larangan, seperti diam
atau berkata baik, dan adakalanya terkait dengan hak-hak hamba-Nya, seperti tidak menyakiti
tetangga dan memuliakan tamu.
4. • Memuliakan Tamu
Yang dimaksud dengan memuliakan tamu adalah memperbaiki pelayanan terhadap
mereka sebaik mungkin. Pelayanan yang baik tentu saja dilakukan berdasarkan kemampuan
dan tidak memaksakan di luar dari kemampuan. Dalam sejumlah hadis dijelaskan bahwa
batas kewajiban memuliakan tamu adalah tiga hari tiga malam. Pelayanan lebih dari tiga hari
tersebut termasuk sedekah. Hal itu didasarkan pada sabda Rasulullah saw.:
ن اَ اثَ اَدّنَثحَ اةُ ب بَ ايَْبتَ اقُ بنُ ب بَْبَدٍ عيِدي سَ ان اَ اثَ اَدّنَثحَ اثٌ ع يَْبلَ انَْب عَ اَدِديعيِدي سَ انِدي بَْبب يِديأَ اَدٍ عيِدي سَ انَْب عيَ ابي يِديأَ احٍ يَْبرَ ا شيُ بِيّ َأ وِدي َدَ اعيَ ا لَْباهُ ب َنيّأنَثَ الَ ا قي اَ اتَْب عَ ا مِدي سيَ اِيَ ا َني اَذ اُ بأُ ب
تَْب رَ ا صَ ا بَْبأَ اوَ اِيَ ا ن اَ ايَْبعَ انَ ا حيِديمَ ا َلّنَثكَ ا تَ الُ ب س وُ ب رَ اَللّنَثِدي اَلا ىّنَثصَ اَللّنَثُ ب اهِدي يَْبَلَ اعَ امَ ا َلّنَثسَ ا وَ الَ ا ق اَ افَ انَْب مَ انَ ا ك اَ انُ ب مِدي ؤَْب يُ بَللّنَثِدي ب اِديمِدي وَْب يَ الَْبواَ ارِدي ييخِدي المَْب رِدي ييكَْب يُ بَلْفَبَ اهُ ب فَ ايَْبييضَ ا
هُ ب تَ ازَ ا ئِديج اَ ال واُ ب اقَ ام اَ ا وَ اهُ ب تُ بزَ ا ئِديج اَ اي اَ الَ ا س وُ ب رَ اَللّنَثِدي الَ ا ق اَ اهُ ب مُ ب وَْب يَ اهُ ب تُ بَلَ ايَْبلَ اوَ اةُ ب فَ اي اَ اِضّ َأ والَ اةُ ب ثَ االَ ا ثَ امٍ ي اّنَثأَ ام اَ ا فَ انَ ا ك اَ اءَ ا راَ ا وَ اكَ ا لِديذَ ا وَ ا هُ ب فَ اةٌ ع قَ اَدَ اييصَ ايهييَْبَلَ اعَ ا
متفق ).(عيَليه
Artinya : “Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami, Laits telah
menceritakan kepada kami, dari Sa’id bin Abi Sa’id, dari Abi Syuraih al-’Adawiy, berkata,
Saya telah mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah
dan hari kemudian, ia harus menghormati tamunya dalam batas kewajibannya. Sahabat
bertanya, “yang manakah yang masuk batas kewajiban itu ya Rasulullah? Nabi menjawab,
batas kewajiban memuliakan tamu itu tiga hari tiga malam, sedangkan selebihnya adalah
shadaqah.” (Mutafaq Alaih).
Jika ketentuan-ketentuan seperti disebutkan di atas dilaksanakan oleh segenap umat
Islam, maka dengan sendirinya terjalin keharmonisan di kalangan umat Islam. Keharmonisan
di antara umat Islam merupakan modal utama dalam menciptakan masyarakat yang aman dan
damai.
• Memuliakan Tetangga
Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Nabi SAW. menggambarkan
pentingnya memuliakan tetangga sebagai berikut:
ن اَ اثَ اَدّنَثحَ الُ ب عيِدي م اَ ا سَْب إِدينُ ب بَْبب يِديأَ اسٍ يَْبوَ ا أُ بلَ ا ق اَ ان يِديثَ اَدّنَثحَ اكٌ ع لِدي امَ انَْب عَ ايا ىَ احَْب يَ انِدي بَْبَدٍ عيِدي سَ الَ ا ي ايقَ اي ييَنِرديَ ا بَ اخَْب أَ اي ويبُ بأَ ارِدي ييكَْب بَ انُ ب ييبَْبَدٍ ييمّنَث حَ ا مُ بنَْب ييعَ ا
ةَ ارَ ا مَْب عَ انَْب عَ اةَ ا شَ ا ئِديع اَ ا يَ ا ضِدي رَ اَللّنَثُ ب اه اَ ا نَْبعَ انَْب عَ ا يّ َأ بِدينّنَثالَلا ىّنَثصَ اَللّنَثُ ب اهِدي يَْبَلَ اعَ امَ ا َلّنَثسَ ا وَ الَ ا ق اَ ام اَ الَ ا زاَ ان يِديصيِدي ي وُ بلُ ب ريِدي بَْبجِديرِدي ج اَ ا لَْبب اِديتا ىّنَثحَ اتُ ب نييَْبنَ اظَ ا
هُ ب َنّأنَثَ ا.ثهُ برّ َأ وَ ا يُ بسَ ا
Artinya : Isma’il bin Abi Uways telah menceritakan kepada kami, ia berkata bahwa
Malik telah menceritakan kepadaku, dari Yahya bin Sa’id, ia berkata Abu Bakr bin
Muhammad telah mengabarkan kepadaku dari ‘Amrah, dari ‘A’isyah r.a. bahwa Nabi saw.
5. bersabda: “Malaikat Jibril senantiasa berwasiat kepadaku (untuk memuliakan) tetangga
sehingga aku menyangka bahwa Jibril akan memberi keada tetangga hak waris”.
(H.R.Bukhori)
• Berbicara Baik atau Diam
Orang yang menahan banyak berbicara kecuali dalam hal-hal baik, lebih banyak
terhindar dari dosa dan kejelekan, daripada orang yang banyak berbicara tanpa membedakan
hal yang pantas dibicarakan dan yang tidak pantas dibicarakan. Sehubungan dengan hal ini
Rasulullah SAW. bersabda:
نْ أ عَْن وَْنسٍ ر نَْنأَْنرضيالعنهلَْن قلاَْن : لَْن قلاَْنلُ سلوُ رَْنلّهِ ا ىلص اَْنصلىالعليهوسلمتُ مْ أ َصّه اصلَْن )ةٌ و مَْن كْ أ حِ ا ىلصلٌ و ليِ ا ىلصقَْنوَْنهُ لُ عِ ا ىلص فلاَْن(
هُ جَْن رَْن خْ أ أَْنيّ ِف قِ ا ىلصهَْن يْ أبَْنصلْ اأَْنفيِ ا ىلصبِ ا ىلص عَْن ُشّ ِف اصلَْندٍ رنَْنسَْن بِ ا ىلصفٍ ر عيِ ا ىلص ضَْنحَْن َحّه صَْن وَْنهُ نّهأَْنفٌ و قلوُ لوْ أ مَْننْ أ مِ ا ىلصلِ ا ىلص لوْ أ قَْننَْن ملاَْن قْ أ صلُ مِ ا ىلص كيِ ا ىلص َحَْن صلْ اأَْن
Dari Anas Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam
bersabda: Diam itu bijaksana namun sedikit orang yang melakukannya. Riwayat Baihaqi
dalam kitab Syu’ab dengan sanad lemah dan ia menilainya mauquf pada ucapan Luqman
Hakim.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam telah bersabda : “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka
hendaklah ia berkata baik atau diam, barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari
akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tetangga dan barang siapa yang beriman kepada
Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tamunya”.
E. Kesimpulan
Sebagai sosok tauladan umatnya, Rasulullah SAW membuktikan kesempurnaan
keimanannya dengan selalu berbuat sesuai dengan apa yang Allah SWT wahyukan pada
beliau SAW. Maka tirulah beliau dengan menjalankan sunnahnya, agar sempurna keimanan
kita. Dalam sebuah hadist Rasulullah berdo’a : “Ya Allah sebagaimana Engkau telah
memperindah kejadianku maka perindahlah perangaiku.”
6. DAFTAR PUSTAKA
Terjemah Hadits Arba’in An-Nawawiyah “, Di terjemahkan oleh : Aminah Abd. Dahlan,
PT.Al-Ma’arif , Bandung.
Terjemah Hadits Shahh Muslim Jilid 1”, Diterjemahkan oleh : Ma’mur Daud, Widjaya,
Jakarta,1986.
Bulughul Maram min Adilatil Ahkam”, Al-Hafidh Imam Ibnu Hajar al-Asqalany, Pustaka
Hidayah,2008
7. DAFTAR PUSTAKA
Terjemah Hadits Arba’in An-Nawawiyah “, Di terjemahkan oleh : Aminah Abd. Dahlan,
PT.Al-Ma’arif , Bandung.
Terjemah Hadits Shahh Muslim Jilid 1”, Diterjemahkan oleh : Ma’mur Daud, Widjaya,
Jakarta,1986.
Bulughul Maram min Adilatil Ahkam”, Al-Hafidh Imam Ibnu Hajar al-Asqalany, Pustaka
Hidayah,2008