MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Anatomi pernafasan
1. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM
PERNAFASAN
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah I
Diploma III Keperawatan
Disusun Oleh : Kelompok 7
Choirunisa Suci Rumandani
Eka Rahayu
Gina Permatasari
Gusti Nyoman Ardane
Siti Balqis Ilyasa
Siti Ulfa Nurjanah
AKADEMI KEPERAWATAN PELNI
JAKARTA
Jl. Aipda KS Tubun 92-94 Jakarta Barat
Telp. 021.5484809 Fax. 5485709
TAHUN AJARAN 2017/2018
2. i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum, wr.wb.
Segala puji dan rasa syukur tak lupa kami panjatkan kepada Allah swt. Karena nikmat
yang diberikan, terutama nikmat sehat jasmani dan rohani serta nikmat iman dan islam. Karena
nikmat-Nya itulah kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Anatomi Dan Fisiologi
Sistem Pernafasan” tepat pada waktunya dengan baik dan benar serta sesuai prosedur.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas kelompok yang di berikan beliau kepada kami
sebagai materi kuliah Keperawatan Medikal Bedah I yang harus di pahami dan di mengerti
maksudnya.
Kami menyadari segala kekurangan dalam penyusunan makalah ini baik secara materi
maupun dalam penggunaan kata bahasanya. Oleh sebab itu demi kesempurnaan dan perbaikan
dalam penyusunan makalah ini, kami menerima kritik dan saran dari pembaca. Semoga makalah
ini bermanfaat dalam proses belajar dan mengajar
Wassalamu’alaikum wr.wb
Jakarta, September 2017
Penyusun
3. ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................................1
1.1. Latar Belakang .....................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................................................1
1.3. Tujuan...................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................................................3
2.1. System pernapasan...............................................................................................................3
2.2. Anatomi Sistem pernapasan.................................................................................................3
2.2.1. Anatomi Jalan Napas Atas................................................................................................3
2.2.2. Anatomi Jalan Napas Bawah............................................................................................6
2.2.3. Paru-Paru..........................................................................................................................8
2.2.4. Volume dan Kapasitas Paru............................................................................................11
2.3. Mekanisme Ventilasi..........................................................................................................12
2.4. Difusi dan Perfusi...............................................................................................................14
2.5. Pertukaran Gas ...................................................................................................................16
2.5.1. Transpor Oksigen ...........................................................................................................18
2.6. Jenis Pernapasan.................................................................................................................18
2.7. Pola Pernapasan..................................................................................................................19
2.8. Frekuensi Pernapasan.........................................................................................................20
2.9. Bunyi Napas .......................................................................................................................20
BAB III PENUTUP......................................................................................................................24
3.1. Kesimpulan.........................................................................................................................24
3.2. Saran...................................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................25
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dengan bernapas setiap sel dalam tubuh menerima persediaan oksigennya dan pada saat
yang sama melepaskan produk oksidasinya. Oksigen yang bersenyawa dengan karbon dan
hydrogen dari jaringan memungkinkan setiap sel melangsungkan sendiri proses
metabolismenya.
Pernapasan secara harafiah berarti pergerakan oksigen (O2) dari atmosfer menuju ke sel
dan keluamya karbon dioksida (CO2) dari sel ke udara bebas. Pemakaian O2 dan pengeluaran
CO2 diperlukan untuk menjalankan fungsi normal sel dalam tubuh; tetapi sebagian besar sel-
sel tubuh kita tidak dapat melakukan pertukaran gas-gas langsung dengan udara, karena sel-
sel tersebut letaknya sangat jauh dari tempat pertukaran gas tersebut. Karena itu, sel-sel
tersebut memerlukan struktur tertentu untuk menukar maupun untuk mengangkut gas-gas
tersebut.
Pernapasan merupakan proses ganda, yaitu terjadinya pertukaran gas di dalam jaringan
atau “pernapasan dalam” dan di dalam paru-paru atau “pernapasan luar”. Proses pernapasan
terdiri dari beberapa langkah dan terdapat peranan yang sangat penting dari sistem pernapasan,
sistem saraf pusat, serta system kardiovaskular.
1.2. Rumusan Masalah
a. Apa itu sistem pernapasan?
b. Bagaimana anatomi system pernapasan?
c. Bagaimana mekanisme ventilasi?
d. Apa itu difusi dan perfusi?
e. Bagaimana mekanisme pertukaran gas?
f. Apa saja macam-macam jenis pernapasan?
g. Apa saja macam-macapola pernapasan?
h. Apa saja jenis frekuensi pernapasan?
i. Apa saja macam-macam bunyi napas?
1.3. Tujuan
a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan medical bedah I
b. Untuk mengetahui tentang sistem pernapasan
5. 2
c. Untuk mengetahui bagaimana anatomi system pernapasan
d. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme ventilasi
e. Untuk mengetahui apa itu difusi dan perfusi
f. Untuk mengetahui mekanisme pertukaran gas
g. Untuk mengetahui macam-macam jenis pernapasan
h. Untuk mengetahui macam-macam pola pernapasan
i. Untuk mengetahui jenis frekuensi pernapasan
j. Untuk mengetahui macam-macam bunyi napas
6. 3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. System pernapasan
Sistem pernafasan adalah suatu proses mulai dari pengambilan O2 mengeluarkan CO2,
hingga penggunaan energi di dalam tubuh yang dibentuk oleh jalan atau saluran nafas dan
paru-paru berserta pembungkusnya (pleura) dan rongga dada yang melindunginya.
Penghisapan udara disebut inspirasi dan menghembuskan disebutkan ekspirasi. Dalam
paru-paru terjadi pertukaran zat antara oksigen dari udara masuk kedalam darah dan CO2
akan dikeluarkan dari darah secara osmose. CO2 akan dikeluarkan melalui traktus
respiratorius (jalan pernafasan) dan masuk kedalam tubuh melalui kapiler-kapiler vena
pulmonalis kemudian masuk ke atrium sinistra, ke aorta dan lanjut ke seluruh tubuh.
O2 untuk proses respirasi sel berasal dari atmosfer, yang menyediakan kandungan gas
oksigen sebanyak 21% dari seluruh gas yang ada.
Fungsi pernapasan antara lain sebagai :
- Pertukaran udara antara udara luar dengan udara di alveoli (proses ventilasi)
- Proses pertukaran CO2 & CO2 antara udara alveol dengan darah dalam pembuluh darah
kapiler paru (proses difusi)
- Pengangkutan O2 dan CO2 oleh sistem peredaran darah, dari paru-paru ke jaringan
(proses transportasi)
- Pertukaran O2 & CO2 darah dalam pembuluh darah kapiler jaringan dengan sel-sel
jaringan (proses perfusi)
2.2. Anatomi Sistem pernapasan
2.2.1.Anatomi Jalan Napas Atas
1. Hidung
Hidung terdiri atas bagian
internal dan eksternal. Bagian
eksternal menonjol dari wajah dan
disangga oleh tulang hidung dan
kartilago. Nares anterior (lubang
hidung) merupakan saluran-saluran di
dalam lubang hidung. Saluran-salran
itu bermuara ke dalam bagian yag
7. 4
dikenal dengan vestibulum (rongga) hidung.
Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan raenjadi rongga
hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum.
Masing-masing ro ngga hidung dibagi menjadi tiga saluran oleh penonjolan turbinasi
(juga disebut konka) dari dinding lateral. Rongga hidung dilapisi dengan membran
mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung.
Lendir disekresi secara terus menerus oleh sel-sel goblet yang melapisi permukaan
mukosa hidung dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia.
Sewaktu udara melalui hidung, udara disaring oleh bulu-bulu yang terdapat
dalam vestibulum. Karena kontak dengan permukaan lendir yang dilaluinya, udara
menjadi hangan dan karena penguapan air dari permukaan selaput lendir, udara
menjadi lembap.
Hidung berfungsi (1) sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-
paru; (2) sebagai penyaring kotoran yang dilakukan oleh bulu-bulu hidung; (3) untuk
melembabkan udara (kurang lebih 75oC) serta menghangatkan udara yang dihirup ke
dalam paru-paru, kurang lebih sekitar 36oC; dan (4) bertanggung jawab terhadap
olfaktori (penghidu) karena reseptor olfaksi terletak dalam mukosa hidung. Fungsi ini
berkurang sejalan dengan pertambahan usia.
2. Faring, Tonsil, dan Adenoid
Faring (tekak) adalah struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung dan
rongga mulut ke laring. Faring merupakan pipa berotot yang berjalan dari dasar
tengkorak sampai dengan oesofagus/vertebra cervicalis ke 6, pada tulang rawan
krikoid. Panjang faring yaitu 12 – 14 cm. Faring terletak di belakang hidung
(nasofaring), dibelakang mulut (orofaring) dan dibelakang laring (laringofaring).
Fungsi faring antara lain untuk penyaring; pelembab; penghangat udara yang
dihirup; dan untuk menyediakan saluran pada traktus lespiratorius dan digestif.
- Nasofaring terletak disebelah posterior hidung dan di atas palatum mole.
Nasofaring menerima udara yang masuk dari hidung. Adenoid atau tonsil faring,
terletak dalam langit-langit nasofaring.
- Orofaring terletak dibelakang muluri palatum mole yaitu pada vertebra servikalis
ke-3, saat menelan bagian nasal dan oral dipisahkan oleh valatum molle dan Ovula.
Orofarig menerima udara dari nasofaring dan makanan dari rogga mulut. Orofaring
memuat fausial atau palatin dan linguatonsil.
8. 5
- Laringofaring berfungsi untuk menyalurkan makanan ke kerongkongan dan udara
ke laring. Laringofaring memenjang dari atas orofaring ke bawah oesofagus yaitu
dari vertebra servicalis ke 3 sampai ke 6. Laringofaring memanjang dari tulang
hioid ke kartilago krikoid. Pintu masuk laring dibentuk oleh epiglotis.
Tenggorok dikelilingi oleh tonsil, adenoid, dan jaringan limfoid lainnya.
Struktur ini merupakan penghubung penting ke nodus liriife dagu yang menjaga tubuh
dari serangan organisme yang memasuki hidung dan tenggorok.
3. Laring
Laring, atau organ suara, adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan
faring dan trakea. Laring terletak pada bagian tengah depan leher, sebelah dalam
glandula tyroidea, didepan laringofaring dan bagian atas esopagus. Pada pria, terdapat
jakun (Adam´s appel). Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya
vokalisasi. Laring juga melindungi jalan napas bawah dari obstruksi benda asing dan
memudahkan bahik. Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas:
- Epiglotis – daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama
menelan. Epiglotis merupakan kartilago berbentuk daun menonjol keatas
dibelakang dasar lidah. Melekat pd bagian belakang Vertebra cartilago thyroideum.
Fungsi epiglotis antara lain untu memproduksi suara, pelembab, penyaring &
penghangat, pelindung sal, nafas bawah
- Glotis – ostium antara pita suara dalain laring
- Kartilago tiroid – kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini
membentuk jakun (Adam's apple)
- Kartilago krikoid – satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring
(terletak di bawah, kartilago tiroid)
- Kartilago arisenoid – digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago tifoid
- Pita suara – ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang mehghasilkan bunyi
suara; pita suara melekat pada lumen laring
Pita suara terletak di sebelah dalam laring, berjalan dari tulang rawan tiroid
disebelah depan sampai di kedua tulang rawan aritenoid. Dengan gerakan dari tulang
rawan aritenoid yang ditimbulkan oleh berbagai otot laringeal, pita suara ditegangkan
atau dikendurkan. Suara dihasilkan karen agetaran pita yang disebabkan udara yang
lewat melalui glotis.
9. 6
2.2.2.Anatomi Jalan Napas Bawah
1. Trakea
Trakea (batang tenggorok) merupakan tabung fleksibel dengan panjang ± 10 cm
dan lebar 2,5 cm. Trakea terletak dari cartilago cricoidea kebawah pada bagian depan
leher dan di belakang manubrium sterni, berakhir setinggi angulus sternalis (taut
manubrium dengan corpus sterni) atau sampai kira-kira ketinggian vertebrata torakalis
kelima. Di tempat ini trakea bercabang menjadi dua bronckus (bronchi) kanan dan kiri.
Trakea disokong oleh cincin tulahg rawan berbentuk seperti sepatu kuda yang
panjangnya kufang lebih 12,5 cm (5 inci). Struktur trakea dan bronkus dianalogkan
dengan sebuah pohon, dan oleh karena itu dinamakan pohon-trakeohronkial.
Permukaan posterior trakea agak pipih dibandingkan sekelilingnya karena cincin
tulang rawan di daerah itu tidak sempurna, dan letaknya tepat di depan esofagus.
Akibatnya, jika suatu pipa endotrakea (ET) bulat yang kaku dengan balon
yang.digembungkan dimasukkan selama ventilasi mekanik, dapat timbul erosi di
posterior membran tersebut, dan membentuk fistula trakeoesofageal. Erosi bagian
anterior menem- bus cincin tulang rawan dapat juga timbul tetapi tidak sering.
Pembengkakan dan kerusakan pita suara juga merupakan komplikasi dari pemakaian
pipa ET. Tempat trakea bercabang menjadi bronkus utama kiri dan kanan dikenal
sebagai karina. Karina memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan bronkospasrhe
dan batuk berat jika dirangsang.
2. Bronkus
Percabangan saluran
nafas dimulai dari trakea
bercabang menjadi bronkus
kanan dan kiri. Masing-masing
bronkus terus bercabang
sampai dengan 20-25 kali
sebelum sampai ke alveoli.
Sampai dengan percabangan
bronkus terakhir sebelum
bronkiolus, bronkus dilapisi
oleh cincin tulang rawan untuk menjaga agar saluran nafas tidak kolaps atau kempis
sehingga aliran udara lancar.
10. 7
Bronkus terdiri dari tulang rawan dan jaringan ikat. Bronkus berfungsi untuk
mengalirkan menghangatkan, replek batuk, melembabkan dan membersihkan udara.
Bronkus terdiri dari bronchus primer, sekunder, tertier, bronchiolus.
Bronkus utama kiri dan kanan tidak simetris. Bronkus utama kanan cabangnya
lebih lurus, lebih pendek dan lebih lebar dibandingkan dengan bronkus utama kiri dan
merupakan kelanjutan dari trakea yang arahnya hampir vertikal. Panjang bronkus
kanan 2,5cm setelah hilum cabang 3. Sebaliknya, bronkus utama kiri lebih panjang
dan lebih sempit dibandingkan dengan bronkus utama kanan dan merupakan
kelanjutan dari trakea dengan sudut yang lebih tajam. Sedangkan pada bronchus kiri
cabangnya sempit, panjang 5 cm, setelah hilum bercabang menjadi 2.
Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris
dan kemudian bronkus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronkus
yang ukurannya semakin kecil sampai akhirnya menjadi bronkiolus terminalis, yaitu
saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong udara).
3. Bronkiolus
Bronkiolus meupakan percabangan dari bronkus. yang tidak mempunyai
kartilago dalam dindingnya.
Bronkiolus mengandung kelenjar submukosa, yang memproduksi lendir yang
membentuk selimut tidak terputus untuk lapisan bagian dalam jalan napas. Bronkus
dan bronkiolus juga dilapisi oleh sel-sel yang permukaannya dilapisi oleh "rambut"
pendek yang disebut silia. Silia ini menciptakan gerakan menyapu yang konstan yang
berfungsi untuk mengeluarkan lendir dan benda asing menjauhi paru menuju laring.
Bronkiolus terminalis memiliki garis tengah kurang lebih 1 mm. Bronkiolus
tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan, tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga
ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkiolus
terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai
penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru.
4. Alveoli
Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli, yang tersusun dalam kluster antara
15 sampai 20 alveoli. Begitu banyaknya alveoli ini sehingga jika mereka bersatu untuk
membentuk satu lembar, akan menutupi area 70 meter persegi (seukuran lapangan
tenis).
Terdapat tiga jenis sel-sel alveolar. Sel-sel alveolar tipe I adalah sel epitel yang
membentuk dinding alveolar. Sel-sel alveolar tipe II, sel-sel yang aktif secara
11. 8
metabolik, mensekresi surfaktan, suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan
mencegah alveolar agar tidak kolaps. Sel alveoli tipe III adalah makrofag yang
merupakan sel-sel fagositis yang besar yang memakan benda asing (mis., lendir,
bakteri) dan berkerja sebagai mekanisme pertahanan yang penting.
2.2.3.Paru-Paru
Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar toraks, yang merupakan
suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat menalian tekanan (Gbr.22-6). Paru-paru
merupakan organ yang berbentuk kerucut dan berada di dalam rongga thoraks yang
dibagi menjadi 2 bagian yaitu pada bagian kiri dan kanan. Apeks pada paru-paru ± 2,5 cm
diatas clavicula Permukaan costo vertebra, menempel pd bg dlm dinding dada.
Permukaan mediastinal, menempel pd pericardium & jantung. Basis paru-paru terletak
dalam rongga torak diatas diafragma.
Ventilasi membutuhkan gerakan dinding sangkar toraks dan dasarnya, yaitu
diafragma. Efek dari gerakan ini adalah secara bergantian meningkatkan dan menurunkan
kapasitas dada. Ketika kapasitas dalam dada meningkat, udara masuk melalui trakea
(inspirasi), karena penurunan tekanandi dalam, dan mengembangkan paru. Ketika
dinding dada dan diafragma kembali ke ukurannya semula (ekspirasi), paru-paru yang
elastis tersebut mengempis dan mendorong udara keluar melalui bronkus dan trakea. Fase
inspirasi dari pernapasan normalnya membutuhkan energi; fase ekspirasi normalnya pasif.
Inspirasi menempati sepertiga dari siklus pernapasan, ekspirasi menempati dua
pertiganya.
Pleura. Bagian terluar dari paru-paru dikelilingi oleh membran halus, licin, yaitu
pleura yang menghasilkan cairan serosa, yang juga meluas untuk membungkus dinding
interior toraks dan permukaan superior diafragma (lihal Gbr. 22-6). Pleura parietalis
melapisi toraks, dan pleura viseralis melapisi paruparu. Antar kedua pleura ini terdapat
ruang, yang disebut spasium pleura, yang mengandung sejumlah kecil cairan yang
melicinkan permukaan dan memungkinkan keduanya bergeser dengan bebas selama
ventilasi.
Rongga pleura berisi cairan serosa + 50 cc yang berfungi untuk mencegah gesekan
antara pleura viseral dan parietal pada setiap ventilasi; serta untuk mempertahankan
tekanan negatif intrapleura.
12. 9
Cairan pleura Jernih, pH 7,60-7,64 , protein kurang dari 2% (1-2 g/dL), Kadungan
sel darah putih < 1000 /m³, Kadar glukosa serupa dengan plasma, Kadar LDH (laktat
dehidrogenase) < 50% dari plasma
GAMBAR 22-6. Sistem pemapasan, tmemperlihatkan struktur pernapasan atas dan struktur toraks;
inset memperlihatkan alveoli dan potongan melintang horizontal paru-paru.
Mediastinum. Mediastinum adalah dinding yang membagi rongga toraks menjadi
dua bagian. Mediastinum terbentuk dari dua lapisan pleura. Semua struktur toraks kecuali
paru-paru terletak antara kedua lapisan pleura.
Lobus. Setiap paru dibagi menjadi lobus-lobus. Paru kiri terdiri atas lobus bawah
lobus (lobus pulmo sinistra inferior) dan lobus atas (lobus pulmo sinistra superior),
sementara paru kanan mempunyai lobus atas (lobus pulmo dextra superior), tengah
(lobus media), dan bawah (lobus inferior) (Gbr.22-7). Setiap lobus lebih jauh dibagi lagi
menjadi dua segmen yang dipisahkan oleh fisura, yang merupakan perluasan pleura.
13. 10
Bronkus dan Bronkiolus. Terdapat beberapa divisi bronkus didalam setiap lobus
paru. Pertama adalah bronkus lobaris (tiga pada paru kanan dan dua pada paru kiri).
Bronkus lobaris dibagi menjadi bronkus segmental (10 pada paru kanan dan 8 pada paru
kiri), yang merupakan struktur yang dicari ketika memilih posisi drainase postural yang
paling efektif untuk pasien tertentu. Bronkus segmental kemudian dibagi lagi menjadi
bronkus subsegmental. Bronkus ini dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki arteri,
limfatik, dan saraf.
Bronkus subsegmental kemudian membentuk percabangan menjadi bronkiolus,
yang tidak mempunyai kartilago dalam dindingnya. Patensi bronkiolus seluruhnya
tergantung pada rekoil elastik otot polos sekelilingnya dan pada tekanan alveolar.
Bronkiolus mengandung kelenjar submukosa, yang memproduksi lendir yang
membentuk selimut tidak terputus untuk lapisan bagian dalam jalan napas. Bronkus dan
bronkiolus juga dilapisi oleh sel-sel yang permukaannya dilapisi oleh "rambut" pendek
yang disebut silia. Silia ini menciptakan gerakan menyapu yang konstan yang berfungsi
untuk mengeluarkan lendir dan benda asing menjauhi paru menuju laring.
Bronkiolus kemudian membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis, yang
tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia. Bronkiolus terminalis kemudian menjadi
bronkiolus respiratori, yang dianggap menjadi saluran transisional antara jalan udara
konduksi dan jalan udara pertukaran gas. Sampai pada titik ini, jalan udara konduksi
14. 11
mengandung sekitar 150 ml udara dalam percabangan trakeobronkial yang tidak ikut
serta dalam per tukaran gas. Ini dikenal sebagai ruang rugi fisiologik.
Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus
alveolar kemudian alveoli. Pertukaran oksigen dan karbon dioksida terjadi dalam alevoli.
Alveoli. Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli, yang tersusun dalam kluster
antara 15 sampai 20 alveoli. Begitu banyaknya alveoli ini sehingga jika mereka bersatu
untuk membentuk satu lembar, akan menutupi area 70 meter persegi (seukuran lapangan
tenis).
Terdapat tiga jenis sel-sel alveolar. Sel-sel alveolar tipe I adalah sel epitel yang
membentuk dinding alveolar. Sel-sel alveolar tipe II, sel-sel yang aktif secara metabolik,
mensekresi surfaktan, suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah
alveolar agar tidak kolaps. Sel alveoli tipe III adalah makrofag yang merupakan sel-sel
fagositis yang besar yang memakan benda asing (mis., lendir, bakteri) dan berkerja
sebagai mekanisme pertahanan yang penting.
Udara (atmosfer) yang dihirup:
Nitrogen : 79%
Oksigen : 20%
Karbon dioksida : 0-0,4%
Udara yang masuk alveoli mempunyai suhu dan kelembapan atmosfer.
Udara yang dihembuskan:
Nitrogen : 79%
Oksigen : 16%
Karbon dioksida : 4-0,4%
Udara yang dihembuskan jenuh dengan uap air dan mempunyai suhu yang sama
dengan badan (20 persen panas badan hilang untuk pemanasan udara yang dikeluarkan).
2.2.4. Volume dan Kapasitas Paru
Metode sederhana yang diunakan untuk mengukur volume paru adalah dengan
merekam pergerakan udara yang masuk dan keluar dari paru. Alat yang digunakan
dinamakana spirometri, yang mampu memperlihatkan perubahan volume pada berbagai
keadaan pernapasan.
Paru memiliki empat volume, yaitu:
1. Volume tidal. Merupakan volume udara yang diinspirasi dan di ekspresikan di
setiap pernapasan normal (sekitar 500ml)
15. 12
2. Volume cadangan inspirasi. Merupakan volume tambahan udara yang dapat
diinspirasikan di atas volume tidak normal (sekitar 3000ml)
3. Volume cadangan ekspirasi. Merupakan jumlah udara yang masih dapat
dikeluarkan dengan eskpirasi tidak normal (1.100ml)
4. Volume sisa. Merupakan volume udara yang masih tersisa dalam paru setelah
kebanyakan ekspirasi kuat (sekitar 1.22 ml)
Kapasitas paru-par tertentu menghasilkan kapasitas paru-paru sebagai berikut.
1. Kapasitas paru total (TLC), sekitar 6.000 ml, dalah maksimum jumlah udara yang
dapat mengisi paru-paru (TLC = TV + IRV +ERV + RV)
2. Kapasitas vital (VC), sekitar 4.800 ml, adalah umlah total atau uadara yang dapat
berakhir setelah sepenuhnya meghirup (VC = TV +IRV +ERV = sekitar 80% TLC)
3. Kapasitas inspirasi (IC), sekitar 3.600ml, adalah maksimum jumlah udara yang
dapat terinspirasi (IC = TV + IRV)
4. Kapasitas resdual fungsional (FRC), sekitar 2.400 ml, adalah jumlah udara yang
tersisa di paru-paru setelah ekspirasi yang normal (FRC = RV + ERV)
2.3. Mekanisme Ventilasi
Ventilasi paru merupakan proses pernapasan inspirasi dan ekspirasi. Selama inspirasi,
udara mengalir dari lingkungan sekitar ke dalam trakea, bronkus, bronkiolus, dan alveoli.
Selama ekspirasi, gas alveolar menjalani rute yang sama dengan arah yang berlawanan.
Faktor fisik yang mengatur aliran udara masuk dan keluar paru-paru secara bersamaan
disebut sebagai mekanika ventilasi dan mencakup varians tekanan udara, resistensi terhadap
aliran udara, dan kompliens paru.
Varians Tekanan Udara. Udara mengalir dari wilayah yang tekanannya tinggi ke
wilayah dengan tekanan lebih rendah. Selama inspirasi, gerakan diafragma dan otot-otot
pernapasan lain memperbesar rongga toraks dan dengan demikian menurunkan tekanan di
dalam toraks sampai tingkat di bawah tekanan atmosfir. Karenanya, udara tertarik melalui
trakea dan bronkus ke dalam alveoli. Selama ekspirasi normal, diafragma rileks, dan paru
mengempis, mengakibatkan penurunan ukuran rongga toraks.
Resistensi Jalan Udara. Resistensi ditentukan terutama oleh diameter atau ukuran
saluran udara tempat udara mengalir. Karenanya setiap proses yang mengubah dia meter atau
kelebaran bronkial akan mempengaruhi resisten jalan udara dan mengubah kecepatan aliran
udara sampai gradien tekanan tertentu selama respirasi.
Kompliens. Gradien tekanan antara rongga toraks dan atmosfir menyebabkan udara
untuk mengalir masuk dan keluar paru-paru. Jika perubahan tekanan diterapkan dalam paru
16. 13
normal, maka terjadi perubahan yang proporsional dalam volume paru. Ukuran elastisitas,
ekspandibilitas, dan distensibilitas paru-paru dan struktur toraks disebut kompliens. Faktor
yang menentukan kompliens paru adalah tahanan permukaan alveoli (normalnya rendah
dengan adanya surfaktan) dan jaringan ikat, (mis., kolagen dan elastin) paru-paru.
Kompliens ditentukan dengan memeriksa hubungan volume-tekanan dalam paru-paru
dan toraks. Dalam kom pliens normal, (1,0 L/cm H^O), paru-paru dan toraks dapat meregang
dan membesar dengan mudah ketika diberi tekanan. Kompliens yang tinggi atau meningkat
terjadi ketika paru-paru kehilangan daya elastisitasnya dan toraks terlalu tertekan, (mis.,
emfisema). Saat paru-paru dan toraks dalam keadaan "kaku," terjadi kompliens yang rendah
atau turun. Kondisi yang berkaitan dengan hal ini termasuk pneumotorak, hemotorak, efusi
pleura, edema pulmonal, atelektasis, fibrosis pulmonal, dan ARDS.
Fungsi Paru, yang raencerminkan mekanisme ventilasi, disebut dengan istilah volume
paru dan kapasitas paru. Volume paru dlbagi menjadi volume tidal, volume cadangan inspirasi,
volume cadangan eksplrasi, dan volume residual. Kapasitas paru dievaluasi dalam hal yang
disebut kapasitas vital, kapasitas inspirasi, kapasitas re sidual fungsional, dan kapasitas paru
total. Definisi dan efek dari semua istilah ini disajikan pada
Dalam posisi tegak, ventilasi paling besar dalam region paru yang lebih rendah dan
berkurang ke arah apeks. Ketidaksamaan regional ini disebabkan oleh gaya gravitasi. Kapiler
pada dasar paru-paru menerima lebih banyak aliran darah dibanding dari bagian apeks karena
tekanan yang diperlukan untuk memompa darah ke atas. Selain ketidaksamaan ventilasi
regional ini, juga terdapat ketidakmeraiaan ventilasi diantara alveoli, sehingga memungkinkan
udara untuk didistribusikan lebih merata diantara alveoli.
17. 14
2.4. Difusi dan Perfusi
Difusi adalah proses dimana terjadi pertukaran oksigen dan karbon dioksida pada
tempat pertemuan udara dengan darah.Membran alveolar-kapilar merupakan tempat yang
ideal untuk difusi karena membran ini mempunyai permukaan yang luas dan tipis. Pada orang
dewasa normal, oksigen dan karbon dioksida mengalir menembus membran alveolar-kapiler
tanpa mengalami kesulitan.
Perfusi pulmonal adalah aliran darah aktual melalui sirkulasl pulmonal. Darah
dlpompakan ke dalam paru-paru oleh ventrikel kanan melalui arteri pulmonal. Arteri
pulmonal terbagi menjadi cabang kanan dan kiri untuk mensuplai kedua paru. Normalnya
sekitar 2% darah dipompa oleh ventrikel kanan tidak berperfusi melalui kapiler pulmonal.
Darah terpirau ini mengalir ke dalam jantung kiri tanpa ikut serta dalam pertukaran gas
alveolar.
Sirkulasl pulmonal dianggap sistem tekanan rendah karena tekanan darah sistolik dalam
arteri pulmonalis adalah 20 sampai 30 mm Hg dan tekanan diastolik adalah 5 sampai 15 mm
Hg. Karena tekanan yang rendah ini, vaskulatur pulmonal normalnya dapat meragamkan
kapasitasnya untuk mengakomodasi aliran darah yang diterimanya. Namun demikian ketika
18. 15
seseorang dalam posisi tegak, tekanan arteri pulmonal tidak cukup besar untuk mensuplai
darah ke bagian apeks paru terhadap kekuatan gaya gravitasi. Dengan demikian, ketika
individu dalam poslsi tegak, paru dapat dianggap terbagi menjadi tiga bagian: bagian atas
dengan suplai darah yang. buruk, bagian bawah dengan suplai darah maksimal, dan bagian
diantara keduanya dengan suplai darah sedang. Ketika seseorang berbaring dan miring ke
salah satu sisi, lebih banyak darah yang melewati paru terendah.
Perfusi juga dipengaruhi oleh tekanan alveolar. Kapiler pulmonal tertumpuk diantara
perbatasan alveoli. Jika tekanan alveolar cukup tinggi, kapiler akan tergencet. Tergantung
pada besarnya tekanan, beberapa kapiler dapat benar-benar kolaps, sementara yang lainnya
akan menyempit.
Tekanan arteri pulmonal, tekanan alveolar dan gravitasi menentukan pola perfusi. Pada
penyakit paru faktor ini beragam dan perfusi paru dapat menjadi sangat abnormal.
KESEIMBANGAN DAN KETIDAKSEIMBANGAN VENTILASI DAN PERFUSI
Ventilasi adalah aliran gas masuk dan keluar paru-paru, dan perfusi adalah pengisian
kapiler pulmonal dengan darah. Pertukaran darah yang adekuat tergantung pada rasio
ventilasi-perfusi yang adekuat. Pada area paru yang berbeda, rasio ini dapat beragam.
Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi (V-Q) terjadi jika terdapat ketidakcukupan
ventilasi atau perfusi, atau keduanya. Terdapat empat kemungkinan keadaan venti lasi-perfusi
dalam paru: rasio ventilasi-perfusi normal, rasio ventilasi-perfusi rendah (pirau), rasio
ventilasi- perfusi tinggi (ruang rugi), dan ventilasi-perfusi rendah (unit silent) (Gbr. 22-8).
Penting artinya untuk mengerti keempat kemungkinan pasangan ventilasi-perfusi.
- Normal: ventilasi sesudi dengan perfusi. Pada paru yang sehat, sejumlah tertentu
darah melewati alveo lus dan bertemu dengan gas dengan jumlah yang sama. Rasionya
adalah 1:1 (ventilasi sesuai dengan perfusi).
- Rasio ventilasi-perfusi rendah: gangguan yang mengakibatkan pirau. Ketika perfusi
melebihi venti lasi, terjadi pemirauan. Darah melewati alveoli tanpa terjadi pertukaran
gas. Hal ini terjadi bersa- maan dengan obstruksi jalan udara distal, seperti pada
pneumonia, ateleklasis, tumor, atau plug mukus.
19. 16
GAMBAR 22-8. Representasi skematis berbagai
unit pernapasan yang memperlihatkan situasi
ventilasi-perfusi pada (A) unit normal dengan
ventilasi normal, perfusi normal; (B) unit pirau
tanpa ventilasi, perfusi normal; (C) unit ruang
rugi dengan ventilasi normal, tanpa perfusi, dan
(D) unit silent tanpa ventilasi dan tanpa perfusi.
- Rasio ventilasi-perfusi tinggi: gangguan yang menimbulkan—ruang rugi. Ketika
ventilasi melebihi perfusi, terjadi ruang rugi. Alveoli tidak memiliki suplai darah yang
mencukupi untuk memungkinkan terjadinya pertukaran gas. Keadaan ini terlihat pada
berbagai kelainan, termasuk emboli pulmonal, infark pulmonal, dan syok kardiogenik.
- Unit silent: tidak terdapatnya
ventilasi dan perfusi. Ketika terdapat ventilasi
dan perfusi yang terbatas, terjadi unit silent.
Kondisi ini tampak pada pneumotoraks dan
ARDS berat.
Ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
menyebabkan pemirauan darah, yang
mengakibatkan hipoksia. Ketidakseimbangan
tersebut tampaknya menjadi penyebab utama
hipoksia setelah bedah toraks dan tipe yang
paling uihum dari gagal napas. Hipoksia berat
terjadi ketika jumlah pirau darah melebihi 20 %.
Oksigen dapat menghilangkan hipoksia,
tergantung pada jenis ketidakseimbangan
ventilasi.
2.5. Pertukaran Gas
Udara yang kita hirup untuk bernapas
adalah campuran gas-gas vang terutama terdiri
atas nitrogen (78,62%) dan oksigen (20,84%)
dengan renik karhon dioksida (0.04%), uap air
(0,05%), helium, argon, dan sebagainya.
Tekanan atmosfir pada ketinggian laut adalah
sekitar 760 mmHg. Tekanan parsial adalah
tekanan yang dikeluarkan oleh setiap gas dalam
campuran gas-gas. Tekanan parsial gas adalah
proporsional terhadap konsentrasi gas-gas yang
terdapat dalam campuran. Tekanan total yang
dikeluarkan oleh campuran gas-gas adalah
sebanding dengan jumlah tekanan-tekanan parsial.
20. 17
Tekanan Parsial Gas-gas. Berdasarkan pada fakta ini, tekanan parsial nitrogen dan
oksigen dapat dihitung. Tekanan parsial nitrogen adalah 79% dari 760 (0,79 x 760) = 600
mmKg dan tekanan parsial oksigen adalah 21% dari 760 (0,21 x 760) = 160 mm Hg.
Daftar referensi terminologi yang berkaitari dengan tekanan parsial disajikan pada Bagan 22-1.
Mana kala udara memasuki
trakea, udara mengalami saturasi
sempurna dengan uap air yang
menggantikan tempat sebagian
gas-gas sehingga tekanan udara di
dalam paru dapat tetap sama
dengan tekanan udara di luar (760
mm Hg). Uap air mengeluarkan
tekanan 47 mmHg ketika uap air
mensaturasi sepenuhnya
campuran gas pada suhu tubuh
37°C (98,6°F). Karenanya
nitrogen dan oksigen kini bertanggung jawab terhadap sisa tekanan lainnya sebesar 713
mmHg (760-47). Sekali campuran udara ini memasuki alveoli, lebih lanjut akan didilusikan
oleh karbon dioksida. Dalam alveoli, uap udara terus mengeluarkan tekanan 47 mmHg. 713
mmHg sisanya kini dikeluarkan: nitrogen 569 mmHg (74, 9%); oksigen 104 mmHg (13,6%),
dan karbon dioksida 40 mmHg (5,3%).
Tekanan Parsial dalam Pertukaran Gas. Ketika gas terpajan pada cairan, gas terlarut
ke dalam cairan sampai mencapai suatu ekuilibrium. Gas yang terlarut juga mengeluarkan
tekanan. Pada ekuilibrium, tekanan parsial gas dalam cairan adalah sama dengan tekanan
parsial gas dalam campuran gas-gas. Oksigenasi darah vena dalam paru menggambarkan hal
ini. Dalam paru. darah vena dan oksigen alveolar dipisahkan oleh membran alveolar yang
sangat tipis. Oksigen berdifusi menembus membran ini untuk dilarutkam dalam darah sampai
tekanan parsial dalam darah sama seperti tekanan alveoli (104 mmHg). Bagaimana pun,
karena karbon dioksida merupakan produk samping dari oksidasi dalam sel-sel darah vena
mengandung karbon dioksida dalam tekanan parsial yang tertinggi dibanding dengan gas
alveolar. Dalam paru-paru, karbon.dioksida berdifiisi keluar dari darah alveolar dan masuk ke
dalam gas alveolar. Pada ekuilibrium, tekanan parsial karbon dioksida dalam darah dan dalam
gas alveolar adalah sama (40 mmHg).
21. 18
2.5.1.Transpor Oksigen
Oksigen dan karbon dioksida secara simultan dibawa oleh sifat kemampuan mereka
untuk terlarut dalam darah atau untuk bergabung dengan beberapa elemen darah. Oksigen
dibawa dalam darah dengan dua bentuk: (1) sebagai oksigen terlarut secara fisik dalam
plasma dan (2) dalam kombinasi dengan hemoglobin dari sel-sel darah merah. Setiap 100
ml darah arteri normal membawa 0,3 ml oksigen yang terlarut secara fisik dalam plasma
dan 20 ml oksigen dalam kombinasi dengan hemoglobin. Sejumlah besar oksigen dapat
ditranspor dalam darah karena oksi gen dengan mudah dapat bergabung dengan
hemoglobin untuk membentuk oksihemoglobin:
𝑂2 + Hb ⇆ HbO
Volume oksigen yang secara fisik terlarut daTam plasma beragam secara langsung
dengan tekanan parsial oksigen dalam arteri (PaO2). Makin tinggi PaO2, makin besar
jumlah oksigen yang terlarut. Sebagai contoh, pada PaO2 10 mm Hg, 0,03 ml oksigen
dilarutkan dalam 100 ml plasma. Pada 20 mm Hg, dua kali dari jumlah ini dilarutkan
dalam plasma, dan pada 100 mm Hg, sepuluh kali lipat dari jumlah ihi dilarutkan. Oleh
karenanya, jumlah oksigen yang dilarutkan secara langsung proporsional terhadap
tekanan parsial, mengabaikan berapa tinggi tekanan oksigen meningkat. Jumlah oksigen
yang bergabung dengan hemoglobin juga tergantung pada PaO2, tetapi hanya sampai
pada PaO2 sekitar 150 mm Hg. Ketika PaO2 adalah -150 mm Hg, hemoglobin tersaturasi
100% dan tidak akan berga bung dengan oksigen lagi. Jika hemoglobin sudah tersa turasi
100%, 1 g hemoglobin akan bergabung dengan 1,34 ml oksigen. Karenanya, pada
individu dengan hemo globin 14 g/dl, setiap 100 ml darahnya akan mengandung sekitar
19 ml oksigen yang berkaitan dengan hemoglobin. Jika PaO2 kurang dari 150 mm Hg,
persentasi hemoglobin yang tersaturasi dengan oksigen akan lebih rendah. Sebagai
contoh, pada PaO2 100 mm Hg (nilai normal) saturasi adalah 97%, dan pada PaO2 40 mm
Hg saturasi adalah 70%.
2.6. Jenis Pernapasan
- Torakal, misalnya pada pasien sakit tumor abdomen, peritonitis umum
- Abdominal misalnya pasien PPOK lanjut
- Kombinasi (jenis pemapasan ini yang terbanyak). Pada perempuan sehat umumnya
pemapasan torakal lebih dominan dan disebut torako-abdominal. Sedangkan pada laki-laki
sehat, pemapasan abdominal lebih dominan dan disebut abdomino-torakal. Keadaan ini
disebabkan bentuk anatomi dada dan perut perempuan berbeda dari laki-laki. Perhatikan
22. 19
juga apakah terdapat pemakaian otot- olot baniu pemapasan misalnya pada pasien
tuberkulosis paru lanjut atau PPOK. Di samping itu adakah terlihat bagian dada yang
terlinggal dalam pemapasan dan bila ada, keadaan ini menunjukkan adanya gangguan pada
daerah tersebut.
- Jenis pemapasan lain yaitu pursed lips breathing (pemapasan seperti menghembus sesuatu
melalui mulut, didapatkan pada pasien PPOK) dan pemapasan cuping hidung, misalnya
pada pasien pneumonia.
2.7. Pola Pernapasan
Pernapasan normal: Irama pemapasan yang berlangsung secara teratur ditandai dengan
adanya fase-fase inspirasi dan ekspirasi yang silih berganti. Pada orang dewasa normal,
frekuensi pernapasan normal adalah 12-18 kali per menit; kedalaman dan iramanya
teratur.
Tapkinea : Peningkatan dalam frekuensi pernapasan. Tandanya napas cepat dan dangkal.
suatu kondisi yang mengambarkan pernapasan yang cepat dan dangkal karena
ketidakseimbangan antara karbon dioksida dan oksigen di dalam tubuh. Frekuensi
pernapasan normal saat beristirahat pada orang dewasa sehat adalah di kisaran 8-16 napas
per menit.
Hiperpnea : Peningkatan kedalaman pernapasan, peningkatan ventilasi paru yang
dihubungkan dengan kebutuhan metabolisme karena kebutuhan oksigen meningkat
Hiperventilasi : Peningkatan baik dalam frekuensi maupun kedalaman dengan PCO2
rendah. Dengan pernapasan cepat, inspirasi dan ekspirasi hampir mendekati sama.
Bradipnea: napas yang lambat. penurunan tingkat pernapasan, biasanya di bawah sepuluh
napas per menit. Bradipnea sering disebabkan oleh administrasi analgesik narkotik
seperti morfin.
Pernapasan Kussmaul : Hiperventilasi yang ditandai oleh peningkatan frekuensi dan
kedalaman, yang berkaitan dengan diabetik asidosis berat atau yang bersumber dari ginjal.
Pernapasan Cheyne-Stokes : ditandai oleh perubahan episode apnea (hilangnya
pernapasan/berhentinya gerakan pernapasan) kemudian disusul periode hiperpnea
(pemapasan mula-mula kecil amplitudonya kemudian cepat membesar dan kemudian
mengecil lagi). Siklus ini terjadi berulang-ulang. Terdapat pada pasien dengan kerusakan
otak, hipoksia kronik, gagal jantung dan kerusakan pada pusat pernapasan (akibat obat,
trauma, tumor). Hal ini teijadi karena terlambatnya respons reseptor klinis medula otak
terhadap pertukaran gas.
23. 20
Pemapasan Biot (Ataxic breathing) : jenis pemapasan yang lidak teratur baik dalam hal
frekuensi maupun amplitudonya. Terdapat pada cedera otak. Bentuk kelainan irama
pemapasan tersebut, kadang-kadang dapat ditemukan pada or- ang normal tapi gemuk
(obesitas) atau pada waktu lidur. Keadaan ini biasanya merupakan pertanda yang kurang
baik.
Sighing respiration: pola pemapasan normal yang diselingi oleh tarikan napas yang dalam
Representasi grafik frekuensi dan kedalaman dari jenis pernapasan yang berbeda
disajikan pada Gambar 10.
2.8. Frekuensi Pernapasan
Orang dewasa normal yang cukup istirahal bernapas 12 sampai 18 kali per menit.
Kecuali untuk napas panjang sesekali, pernapasan adalah teratur.
- Bradipnea, atau pernapasan lambat, berkailan dengan penurunan tekanan intrakranial,
cedera otak, dan takar lajak obat.
- Takipnea, atau pernapasan cepat, umumnya tampak pada pasien dengan pneumonia, edema
pulmonal, asidosis raetabolik, septikemia, nyeri hebat, dan fraktur iga.
2.9. Bunyi Napas
SUARA PARU-PARU NORMAL
24. 21
Pada suara paru-paru normal, dapat dibagi lagi menjadi 4 bagian. Pembagian ini
didasarkan pada posisi stetoskop pada saat auskultasi (Ramadhan, M,Z. 2012).. Pembagian
yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Tracheal Sound, yaitu suara yang terdengar pada bagian tracheal, yaitu pada bagian
larik dan pangkal leher.
2. Bronchial Sound, yaitu suara yang terdengar pada bagian bronchial, yaitu suara pada
bagian percabangan antara paru-paru kanan dan paru-paru kiri.
3. Bronchovesicular Sound, suara ini didengar pada bagian ronchus, yaitu tepat pada
bagian dada sebelah kanan atau kiri.
4. Vesicular Sound, suara yang dapat didengar pada bagian vesicular, yaitu bagian dada
samping dan dada dekat perut.
Suara Paru-Paru Abnormal Pada saat dilakukan auskultasi, tidak jarang dapat didengar
suara paru-paru yang normal (normal sound) namun terdengar di tempat yang tidak
seharusnya pada bagian interior dan posterior. Hal ini menyebabkan suara paru-paru yang
didengar digolongkan pada suara abnormal. Beberapa bagian dari suara abnormal menurut
Ramadhan,M,Z (2012) seperti berikut :
a. Decreased Breath Sound (Absent) Sering ditemukan suara paru-paru tidak terdengar
pada bagian dada atau dapat dikatakan suara menghilang yang dapat berarti terdapat
suatu masalah pada bagian tersebut. Masalah yang terjadi dapat disebabkan oleh
penyakit seperti daging yang tumbuh hingga paru-paru yang mengecil.
b. Bronchial Terdengar suara inspirasi keras disusul dengan ekspirasi yang lebih keras lagi.
Suara bronchial sangat nyaring, pitch tinggi, dan suara terdengar dekat dengan stetoskop.
Terdapat gap antara fasa inspirasi dan ekspirasi pada pernafasan, dan suara ekspirasi
terdengar lebih lama dibanding suara inspirasi. Jika suara ini terdengar dimana-mana
kecuali di manubrium, hal tersebut biasanya mengindikasikan terdapat daerah
konsolidasi yang biasanya berisi udara tetapi berisi air.
c. Harsh Vesicular Suara pernafasan vesikular merupakan suara pernafasan normal yang
paling umum dan terdengar hampir di semua permukaan paru-paru. Suaranya lembut
dan pitch rendah. Suara inspirasi lebih panjang dibanding suara ekspirasi. Apabila suara
terdengar lebih kuat dari biasanya dapat berarti tergolong suara abnormal dan dapat
digolongkan sebagai harsh vesicular.
Suara paru-paru tambahan (Adventitious Sounds) Kategori terakhir dari suara paru-paru
yaitu suara tambahan (adventitious sound). Suara paru-paru tambahan ini muncul karena
25. 22
adanya kelainan pada paru-paru yang disebabkan oleh penyakit. Beberapa contoh suara
tambahan pada paru-paru menurut Ramadhan,M,Z (2012), yaitu :
a. Crackles
Adalah jenis suara yang bersifat discontinuous (terputus-putus), pendek, dan kasar.
Suara ini umumnya terdengar pada proses inspirasi. Suara crackles ini juga sering
disebut dengan nama rales atau crepitation. Suara ini dapat diklasifikasikan sebagai fine,
yaitu memiliki pitch tinggi, lembut, sangat singkat. Atau sebagai coarse, yaitu pitch
rendah, lebih keras, tidak terlalu singkat. Spectrum frekuensi suara crackles antara 100-
2000 Hz (Sovijarvi, et al. 2000).
Suara crackles dihasilkan akibat dua proses yang terjadi. Proses pertama yaitu
ketika terdapat saluran udara yang sempit tiba-tiba terbuka hingga menimbulkan suara
mirip seperti suara “plop” yang terdengar saat bibir yang dibasahi tiba-tiba dibuka.
Apabila terjadi di daerah bronchioles maka akan tercipta fine crackles.
Proses kedua, ketika gelembung udara keluar pada pulmonary edema. Kondisi yang
berhubungan dengan terjadinya crakle :
- Asma
- Bronchiectasis
- Chronic bronchitis
- ARDS
- Early CHF
- Consolidation
- Interstitial lung disease
- Pulmonary edema
b. Wheeze
Suara ini dihasilkan oleh pergerakan udara turbulen melalui lumen jalan nafas yang
sempit. Wheeze merupakan jenis suara yang bersifat kontiniu, memiliki pitch tinggi,
lebih sering terdengar pada proses ekspirasi. Suara ini terjadi saat aliran udara melalui
saluran udara yang menyempit karena sekresi, benda asing ataupun luka yang
menghalangi. Jika Wheeze terjadi, terdapat perubahan setelah bernafas dalam atau batuk.
Wheeze yang terdengar akan menandakan peak ekspirasi yang 50% lebih rendah
dibandingkan dengan pernafasan normal. Terdapat dua macam suara Wheeze, yaitu :
Suara monophonic yaitu suara yang terjadi karena adanya blok pada satu saluran
nafas, biasanya sering terjadi saat tumor menekan dinding bronchioles.
26. 23
Suara polyphonic yaitu suara yang terjadi karena adanya halangan pada semua
saluran nafas pada saat proses ekspirasi. Kondisi yang menyebakan wheezing :
- Asthma
- CHF
- Cronic bronchitis
- COPD
- Pulmonary edema
c. Ronchi
Ronchi merupakan jenis suara yang bersifat kontiniu, pitch rendah, mirip seperti
Wheeze. Tetapi dalam ronchi jalan udara lebih besar, atau sering disebut coarse ratling
sound. Suara ini menunjukkan halangan pada saluran udara yang lebih besar oleh
sekresi. Kondisi yang berhubungan dengan terjadinya ronchi yaitu :
Pneumonia
Asthma
Bronchitis
Bronkopasme
d. Stridor
Merupakan suara Wheeze pada saat inspirasi yang terdengar keras pada trachea.
Stridor menunjukkan indikasi luka pada trachea atau pada larynx sehingga sangat
dianjurkan pertolongan medis.
e. Pleural Rub
Pleural rub merupakan suara yang terdengar menggesek atau menggeretak yang
terjadi saat permukaan pleural membengkak atau menjadi kasar dan bergesekan satu
dan lainnya. Suaranya dapat bersifat kontiniu atau diskontiniu. Biasanya terlokasi pada
suatu tempat di dinding dada dan terdengar selama fase inspirasi atau ekspirasi.
Beberapa kondisi yang menyebabkan pleural rub :
Pleurisy
Pneumonia
Tuberculosis
Pleural effusion
27. 24
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pernapasan secara harafiah berarti pergerakan oksigen (O2) dari atmosfer menuju ke sel
dan keluamya karbon dioksida (CO2) dari sel ke udara bebas. Pemakaian O2 dan pengeluaran
CO2 diperlukan untuk menjalankan fungsi normal sel dalam tubuh; tetapi sebagian besar sel-
sel tubuh kita tidak dapat melakukan pertukaran gas-gas langsung dengan udara, karena sel-
sel tersebut letaknya sangat jauh dari tempat pertukaran gas tersebut.
Penghisapan udara disebut inspirasi dan menghembuskan disebutkan ekspirasi. Dalam
paru-paru terjadi pertukaran zat antara oksigen dari udara masuk kedalam darah dan CO2
akan dikeluarkan dari darah secara osmose. CO2 akan dikeluarkan melalui traktus
respiratorius (jalan pernafasan) dan masuk kedalam tubuh melalui kapiler-kapiler vena
pulmonalis kemudian masuk ke atrium sinistra, ke aorta dan lanjut ke seluruh tubuh.
3.2. Saran
Bagian akhir dari makalah ini, kami sarankan mahasiswa/i diharapkan dapat mengetahui
anatomi dan fisiologi sistem pernapasan yang benar yang sesuai dengan teori, karena dapat
dijadikan petunjuk dasar atas pengetahuan tentang anatomi dan fisiologi pernapasan.. Serta
diharapkan memiliki pemahaman yang mendalam tentang Anatomi dan Fisiologi Pernapasan.
System – system dalam tubuh manusia sangatlah penting, khususnya system pernafasan.
Maka dari itu jagalah dan lindungi sebaik mungkin organ – organ yang ada dalam tubuh kita
sendiri, agar kita tetap sehat dan tidak rentan terhadap penyakit.
28. 25
DAFTAR PUSTAKA
Price, Sylvia Anderson., Wilson, Loraine McCarty. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit Edisi 6 Volume 1. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C., Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8
Vol. 1. Jakarta : EGC
Sudoyo, Aru W., et.al. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi ke 5 Jilid II. Jakarta : EGC
Pearce, Evelyn C. 2016. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: CV Pria Grafika
Drs. H. Kirnanoro, SKM., M.Kes., Ns. Maryana, S.SiT., S.Psi., S.Kep., M.Kep. Anatomi
Fisiologi. Yogyakarta: PT Pustaka Baru
http://www.medicinesia.com/kedokteran-dasar/respirasi/bunyi-nafas/
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/42834/Chapter%20II.pdf;jsessionid
=C3500F65E8AD3D5421638F1B9E0E0CEE?sequence=3
http://kamuskesehatan.com/arti/bradipnea/