SlideShare a Scribd company logo
1 of 5
Download to read offline
TINJAUAN KEPUSTAKAAN



                                       Sindrom HELLP
                                                        John Rambulangi
                         Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
                                            Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia




                                                               ABSTRAK

                      Sindrom HELLP merupakan kumpulan tanda dan gejala : H untuk Hemolysis, EL untuk
                 Elevated Liver Enzymes, dan LP untuk Low Platelets. Patogenesis sindrom HELLP belum jelas.
                 Sampai sekarang tidak ditemukan faktor pencetusnya; kelihatannya merupakan akhir dari kelainan
                 yang menyebabkan kerusakan endotel mikrovaskuler dan aktivasi trombosit intravaskuler,
                 akibatnya terjadi agregasi trombosit dari selanjutnya kerusakan endotel. Peningkatan kadar enzim
                 hati diperkirakan sekunder dari obstruksi aliran darah hati oleh deposit fibrin pada sinusoid.
                 Trombositopeni dikaitkan dengan peningkatan pemakaian dan atau destruksi trombosit.
                      Kriteria diagnosis sindrom HELLP terdiri : Hemolisis, kelainan apus darah tepi, total bilirubin
                 > 1,2 mg/dl, laktat dehidrogenase (LDH) > 600 U/L. Peningkatan fungsi hati, serum aspartat
                 aminotransferase (AST) > 70 U/L, laktat dehidrogenase (LDH) > 600 U/L. Jumlah trombosit <
                 100.000/mm3.
                      Dua sistem klasifikasi digunakan pada sindrom HELLP. Klasifikasi pertama berdasarkan
                 jumlah kelainan yang ada. Klasifikasi kedua berdasarkan jumlah trombosit.
                      Pasien sindrom HELLP harus diterapi profilaksis MgSO4 untuk mencegah kejang, terapi
                 antihipertensi tambahan harus dimulai jika tekanan darah menetap > 160/110 mmHg.
                 Antihipertensi yang sering digunakan adalah hydralazine, labetalol dan nifedipin. Langkah
                 selanjutnya ialah mengevaluasi kesejahteraan bayi dengan menggunakan tes tanpa tekanan, atau
                 profil biofisik, biometri USG untuk menilai pertumbuhan janin terhambat. Terakhir, harus
                 diputuskan apakah perlu segera mengakhiri kehamilan. Amniosentesis dapat dilakukan pada
                 pasien tanpa risiko perdarahan. Pasien harus ditangani di unit perawatan intensif (ICU) dengan
                 pemantauan ketat terhadap semua parameter hemodinamik dan cairan untuk mencegah udem paru
                 dan atau kelainan respiratorik.
                      Angka kematian ibu dengan sindrom HELLP mencapai 1,1%. Angka kematian bayi berkisar
                 10-60%.
                 Kata kunci : Sindrom HELLP, patogenesis, diagnosis, penatalaksanaan.




PENDAHULUAN                                                       ini benar-benar terpisah dari preeklampsi berat dan membentuk
     Hemolisis, kelainan tes fungsi hati dan jumlah trombosit     satu istilah: Sindrom HELLP;H untuk Hemolysis, EL untuk
yang rendah sudah sejak lama dikenal sebagai komplikasi dari      Elevated Liver Enzymes, dan LP untuk Low Platelet.(1,3,5)
preeklampsi-eklampsi (Chesley 1978; Godlin 1982; Mc Kay                Sibai dkk. menunjukkan adanya perbedaan nyata dalam
1972).(1,2,7) Godlin menamakan sindrom ini EPH Gestosis tipe      hal terminologi, insidens, penyebab, diagnosis dan
II, MacKennan dkk. menganggapnya sebagai suatu misdiag-           penatalaksanaan sindrom ini.(1,3) Insidens dilaporkan sekitar
nosis preeklampsi,(2) sedangkan penulis lain menyebutkannya       2-12%, kisaran ini menggambarkan perbedaan kriteria
sebagai bentuk awal preeklampsi berat, variasi unik dari          diagnosis dan metode yang digunakan. Ada perbedaan besar
preeklampsi.(3) Pada 1982, Weinstein melaporkan 29 kasus          mengenai saat terjadi, tipe, dan derajat kelainan laboratorium
preeklampsi berat, eklampsi dengan komplikasi trombo-             yang digunakan untuk mendiagnosis sindrom ini.(1,3,5,7) Ada
sitopeni, kelainan sediaan apus darah tepi, dan kelainan tes      yang mendiagnosis jika pasien saat masuk sudah ada kelainan,
fungsi hati. Ia menyatakan bahwa kumpulan tanda dan gejala        ada yang jika kelainannya timbul selama penanganan


24 Cermin Dunia Kedokteran No. 151, 2006
konservatif; yang lain jika kelainannya muncul post partum.(3)         lain juga mempunyai observasi serupa (Mc Kenna, Dover dan
Bukti adanya hemolisis telah dilaporkan pada beberapa studi            Brame 1983, Thiagarajah dkk 1984, Weinstein 1985).(1)
dan definisi trombositopeni berkisar dari <75.000/mm3 sampai           Sindrom ini biasanya muncul pada trimester ke tiga, walaupun
< 150.000/mm3. Belum ada konsensus mengenai peranan tes                pada 11% pasien muncul pada umur kehamilan <27 minggu; di
fungsi hati untuk mendiagnosis sindrom HELLP. Banyak                   masa antepartum pada sekitar 69% pasien dan di masa
penulis mendukung agar nilai laktat dehidrogenase (LDH) dan            postpartum pada sekitar 31%. Pada masa post partum, saat
bilirubin dimasukkan untuk mendiagnosis sindrom ini.(1,3)              terjadinya khas, dalam waktu 48 jam pertama post partum.(4)

ETIOLOGI DAN PATOGENESIS                                               Tabel 1. Faktor risiko
     Patogenesis sindrom HELLP sampai sekarang belum jelas.
Yang ditemukan pada penyakit multisistem ini adalah kelainan                    Sindroma HELLP                          Preeklampsi
tonus vaskuler, vasospasme, dan kelainan koagulasi. Sampai              Multipara                         Nullipara
sekarang tidak ditemukan faktor pencetusnya. Sindrom ini                Usia ibu > 25 tahun               Usia ibu < 20 tahun atau > 40 tahun
kelihatannya merupakan akhir dari kelainan yang menyebabkan             Ras kulit putih                   Riwayat keluarga preeklampsi
                                                                        Riwayat keluaran kehamilan yang   Asuhan mental (ANC) yang minimal
kerusakan endotel mikrovaskuler dan aktivasi trombosit                  jelek                             Diabetes Melitus
intravaskuler; akibatnya terjadi vasospasme, aglutinasi dan                                               Hipertensi Kronik
agregasi trombosit dan selanjutnya terjadi kerusakan endotel.                                             Kehamilan multipel
Hemolisis yang didefinisikan sebagai anemi hemolitik
mikroangiopati merupakan tanda khas.(2,4) Sel darah merah              MANIFESTASI KLINIS
terfragmentasi saat melewati pembuluh darah kecil yang                      Pasien sindrom HELLP dapat mempunyai gejala dan
endotelnya rusak dengan deposit fibrin. Pada sediaan apus              tanda yang sangat bervariasi, dari yang bernilai diagnostik
darah tepi ditemukan spherocytes, schistocytes, triangular cells       sampai     semua         gejala dan   tanda    pada    pasien
dan burr cells.(4) Peningkatan kadar enzim hati diperkirakan           preeklampsi-eklampsi yang tidak menderita sindrom
sekunder akibat obstruksi aliran darah hati oleh deposit fibrin di     HELLP.(1,2,5)
sinusoid. Obstruksi ini menyebabkan nekrosis periportal dan                 Sibai (1990) menyatakan bahwa pasien biasanya muncul
pada kasus yang berat dapat terjadi perdarahan intrahepatik,           dengan keluhan nyeri epigastrium atau nyeri perut kanan atas
hematom subkapsular atau ruptur hati.(4,5) Nekrosis periportal         (90%), beberapa mengeluh mual dan muntah (50%), yang lain
dan perdarahan merupakan gambaran histopatologik yang                  bergejala seperti infeksi virus. Sebagian besar pasien (90%)
paling sering ditemukan.                                               mempunyai riwayat malaise selama beberapa hari sebelum
     Trombositopeni ditandai dengan peningkatan pemakaian              timbul tanda lain.(1,3,5,7)
dan/atau destruksi trombosit.(4) Banyak penulis tidak
                                                                       Tabel 2. Perbedaan hasil laboratorium AFLP dan sindrom HELLP
menganggap sindrom HELLP sebagai suatu variasi dari
disseminated intravascular coagulopathy (DIC), karena nilai
                                                                                                          AFLP                   HELLP
parameter koagulasi seperti waktu prothrombin (PT), waktu               Glukosa                    Rendah                 Normal
parsial thromboplastin (PTT), dan serum fibrinogen normal.              Asam urat                  Tinggi                 Tinggi
Secara klinis sulit mendiagnosis DIC kecuali menggunakan tes            Kreatinin                  Tinggi                 Tinggi
antitrombin III, fibrinopeptide-A, fibrin monomer, D-Dimer, α2          Trombcsit                  Rendah atau normal     Rendah atau normal
                                                                        Fibrinogen                 Rendah                 Normal sampai
antiplasmin, plasminogen, prekallikrein, dan fibronectin.                                                                 meningkat
Namun tes ini memerlukan waktu dan tidak digunakan secara               Waktu Prothrombin (PT)     Memanjang              Normal
rutin. Sibai dkk. mendefinisikan DIC dengan adanya
trombositopeni, kadar fibrinogen rendah (fibrinogen plasma <            Waktu Parsial              Memanjang              normal
                                                                        Thromboplastin (PTT)
300 mg/dl) dan fibrin split product > 40 µg/ml2. Semua pasien
sindrom HELLP mungkin mempunyai kelainan dasar
koagulopati yang biasanya tidak terdeteksi.(4)                             Dalam laporan Weinstein, mual dan/atau muntah dan nyeri
                                                                       epigastrium diperkirakan akibat obstruksi aliran darah di
EPIDEMIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO                                         sinusoid hati, yang dihambat oleh deposit fibrin intravaskuler.(1)
     Sindrom HELLP terjadi pada ± 2-12% kehamilan.(1,3,5,7)            Pasien sindrom HELLP biasanya menunjukkan peningkatan
Sebagai perbandingan, preeklampsi terjadi pada 5-7%                    berat badan yang bermakna dengan udem menyeluruh. Hal
kehamilan. Superimposed sindrom HELLP berkembang dari                  yang penting adalah bahwa hipertensi berat (sistolik ≥ 160
4-12% wanita preeklampsi atau eklampsi. Tanpa preeklampsi,             mmHg, diastolik ≥ 110 mmHg) tidak selalu ditemukan.
diagnosis sindrom ini sering terlambat. Faktor risiko sindrom          Walaupun 66% dari 112 pasien pada penelitian Sibai dkk
HELLP berbeda dengan preeklampsi (Tabel 1).(4)                         (1986) mempunyai tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg,
     Dalam laporan Sibai dkk (1986), pasien sindrom HELLP              14,5% bertekanan darah diastolik ≤ 90 mmHg.(1,2)
secara bermakna lebih tua (rata-rata umur 25 tahun)                        Dalam laporan awal Weinstein (1952) atas 29 pasien,
dibandingkan pasien preeklampsi-eklampsi tanpa sindrom                 kurang dari setengah (13 pasien) mempunyai tekanan darah
HELLP (rata-rata umur 19 tahun). lnsiden sindrom ini juga              saat masuk rumah sakit ≥ 160/110 mmHg. Jadi sindrom
lebih tinggi pada populasi kulit putih dan multipara.(1,3,7) Penulis   HELLP dapat timbul dengan tanda dan gejala yang sangat



                                                                                            Cermin Dunia Kedokteran No. 151, 2006 25
bervariasi, yang tidak bernilai diagnosis, dan dapat diikuti          -    Sindrom hemolitik uremia
dengan kesalahan pemberian obat dan pembedahan seperti                -    Ensefalopati dengan berbagai etiologi
apendisitis, gastroenteritis, glomerulonefritis, pielonefritis dan    -    Sistemik lupus eritematosus (SLE)
hepatitis virus.(1)
     Perlemakan hati akut (AFLP) jarang terjadi tapi potensial        KLASIFIKASI
menjadi komplikasi yang fatal pada kehamilan trimester ke                  Dua sistem klasifikasi digunakan pada sindrom HELLP.
tiga. Pada awalnya, perlemakan hati akut dalam kehamilan              Klasifikasi pertama berdasarkan jumlah kelainan yang ada.
sukar dibedakan dari sindrom HELLP. Pasien AFLP                       Dalam sistem ini, pasien diklasifikasikan sebagai sindrom
mempunyai gejala khas berupa : mual, muntah, nyeri abdomen,           HELLP parsial (mempunyai satu atau dua kelainan) atau
dan ikterus. Sindrom HELLP dan AFLP keduanya ditandai                 sindrom HELLP total (ketiga kelainan ada). Wanita dengan
dengan peningkatan tes fungsi hati, tapi pada sindrom HELLP           ketiga kelainan lebih berisiko menderita komplikasi seperti
peningkatannya cenderung lebih besar. PT dan PTT biasanva             DIC, dibandingkan dengan wanita dengan sindrom HELLP
memanjang pada AFLP tapi normal pada sindrom HELLP                    parsial. Konsekuensinya pasien sindrom HELLP total
(Tabel 2). Pemeriksaan mikroskopik hati merupakan tes                 seharusnya dipertimbangkan untuk bersalin dalam 48 jam,
diagnosis untuk menentukan AFLP. Panlobular microvesicular            sebaliknya yang parsial dapat diterapi konservatif.
fatty change (steatosis) difus derajat rendah merupakan                    Klasifikasi ke dua berdasarkan jumlah trombosit (Martin
gambaran patognomonik AFLP. Penanganan AFLP meliputi                  dkk.) Sindrom HELLP kelas I jika jumlah trombosit <
pengakhiran kehamilan segera, atasi hiperglikemi atau                 50.000/mm3. Jumlah trombosit antara 50.000 - 100.000/mm3
koagulopati bila timbul.(1)                                           dimasukkan kelas II. Kelas III jika jumlah trombosit antara
                                                                      100.000 - 150.000/mm3. Klasifikasi ini telah digunakan dalam
DIAGNOSIS                                                             memprediksi kecepatan pemulihan penyakit pada post partum,
      Tiga kelainan utama pada sindrorn HELLP berupa                  keluaran maternal dan perinatal, dan perlu tidaknya
hemolisis, peningkatan kadar enzim hati dan jumlah trombosit          plasmaferesis. Sindrom HELLP kelas I berisiko morbiditas dan
yang rendah.(4) Banyak penulis mendukung nilai laktat                 mortalitas ibu lebih tinggi dibandingkan pasien kelas II dan
dehidrogenase (LDH) dan bilirubin agar diperhitungkan dalam           kelas III.(2,4)
mendiagnosis hemolisis. Derajat kelainan enzim hati harus
didefinisikan dalam nilai standar deviasi tertentu dan nilai          PENATALAKSANAAN
normal di masing-masing rumah sakit. Di University of                     Pasien sindrom HELLP harus dirujuk ke pusat pelayanan
Tennessee, Memphis, digunakan nilai potong > 3 SD.(1) (Tabel          kesehatan tersier dan pada penanganan awal harus diterapi
3).(1-3,5,6)                                                          sama seperti pasien preeklampsi. Prioritas pertama adalah
                                                                      menilai dan menstabilkan kondisi ibu, khususnya kelainan
Tabel 3. Kriteria diagnosis sindrom HELLP (University of Tennessee,
         Memphis)                                                     pembekuan darah (Tabel 4).(1,2,5,7)

  Hemolisis                                                           Tabel 4. Penatalaksanaan sindrom HELLP pada umur kehamilan < 35
  - Kelainan apusan darah tepi                                                  minggu (stabilisasi kondisi ibu)
  - Total bilirubin > 1,2 mg/dl                                                (Akhiri persalinan pada pasien sindrorn HELLP dengan umur
  - Laktat dehidrogenase (LDH) > 600 U/L                                        kehamilan ≥ 35 minggu).
  Peningkatan fungsi hati
  - Serum aspartate aminotransferase (AST) > 70 U/L
                                                                          1.    Menilai dan menstabilkan kondisi ibu
  - Laktat dehidrogenase (LDH) > 600 U/L
                                                                                a. Jika ada DIC, atasi koagulopati
  Jumlah trombosit yang rendah
                                                                                b. Profilaksis anti kejang dengan MgSO4
  - Hitung trombosit < 100.000/mm3
                                                                                c. Terapi hipertensi berat
                                                                                d. Rujuk ke pusat kesehatan tersier
DIAGNOSIS BANDING                                                               e. Computerised tomography (CT scan) atau Ultrasonografi
    Pasien sindrom HELLP dapat menunjukkan tanda dan                               (USG) abdomen bila diduga hematoma subkapsular hati
gejala yang sangat bervariasi, yang tidak bernilai diagnostik             2.    Evaluasi kesejahteraan janin
                                                                                a. Non stress test/tes tanpa kontraksi (NST)
pada preeklampsi berat. Akibatnya sering terjadi salah                          b. Profil biofisik
diagnosis, diikuti dengan kesalahan pemberian obat dan                          c. USG
pembedahan.                                                               3.    Evaluasi kematangan paru janin jika umur kehamilan < 35 minggu
    Diagnosis banding pasien sindrom HELLP meliputi ( 2-5,7) :                  a. Jika matur, segera akhiri kehamilan
                                                                                b. Jika immatur, beri kortikosteroid, lalu akhiri kehamilan
- Perlemakan hati akut dalam kehamilan
- Apendistis
- Gastroenteritis                                                          Pasien sindrom HELLP harus diterapi profilaksis MgSO4
- Kolesistitis                                                        untuk mencegah kejang, baik dengan atau tanpa hipertensi.
- Batu ginjal                                                         Bolus 4-6 g MgSO4 20% sebagai dosis awal, diikuti dengan
- Pielonefritis                                                       infus 2 g/jam. Pemberian infus ini harus dititrasi sesuai
- Ulkus peptikum                                                      produksi urin dan diobservasi terhadap tanda dan gejala
- Glomerulonefritis trombositopeni idiopatik                          keracunan MgSO4. Jika terjadi keracunan, berikan 10-20 ml
- Trombositipeni purpura trombotik                                    kalsium glukonat 10% iv.



26 Cermin Dunia Kedokteran No. 151, 2006
Terapi anti hipertensi harus dimulai jika tekanan darah        cepat, penurunan tekanan arteri rata-rata (MAP) dan
menetap > 160/110 mmHg di samping penggunaan MgSO4.                  peningkatan produksi urin yang cepat, sehingga pengobatan
Hal ini berguna menurunkan risiko perdarahan otak, solusio           anti hipertensi dan terapi cairan dapat dikurangi. Tanda vital
plasenta dan kejang pada ibu. Tujuannya mempertahankan               dan produksi urine harus dipantau tiap 6-8 jam. Terapi
tekanan darah diastolik 90 - 100 mmHg. Anti hipertensi yang          kortikosteroid dihentikan jika gejala nyeri kepala, mual,
sering digunakan adalah hydralazine (Apresoline®) iv dalam           muntah, dan nyeri epigastrium hilang dengan tekanan darah
dosis kecil 2,5-5 mg (dosis awal 5 mg) tiap 15-20 menit sampai       stabil <160/110 mmHg tanpa terapi anti hipertensi akut serta
tekanan darah yang diinginkan tercapai. Labetalol                    produksi urine sudah stabil yaitu >50 ml/jam.(8)
(Normodyne®) dan nifedipin juga digunakan dan memberikan                  Sindrom ini bukan indikasi seksio sesarea, kecuali jika ada
hasil baik. Karena efek potensiasi, harus hati-hati bila nifedipin   hal-hal yang mengganngu kesehatan ibu dan janin. Pasien tanpa
dan MgSO4 diberikan bersamaan. Diuretik dapat mengganggu             kontraindikasi obstetri harus diizinkan partus pervaginam.
perfusi plasenta sehingga tidak dapat digunakan.(4)                  Sebaliknya, pada semua pasien dengan umur kehamilan > 32
      Langkah selanjutnya ialah mengevaluasi kesejahteraan           minggu persalinan dapat dimulai dengan infus oksitosin seperti
bayi dengan menggunakan tes tanpa tekanan, atau profil               induksi, sedangkan untuk pasien < 32 minggu serviks harus
biofisik, biometri USG untuk menilai pertumbuhan janin               memenuhi syarat untuk induksi. Pada pasien dengan serviks
terhambat. Terakhir, harus diputuskan apakah perlu segera            belum matang dan umur kehamilan < 32 minggu, seksio
mengakhiri kehamilan. Amniosentesis dapat dilakukan pada             sesarea elektif merupakan cara terbaik.
pasien tanpa risiko perdarahan. Beberapa penulis menganggap               Analgesia ibu selama persalinan dapat menggunakan dosis
sindrom ini merupakan indikasi untuk segera mengakhiri               kecil meperidin iv (25-50 mg) intermiten. Anestesi lokal
kehamilan dengan seksio sesarea, namun yang lain                     infiltrasi dapat digunakan untuk semua persalinan pervaginam.
merekomendasikan pendekatan lebih konservatif untuk                  Anestesi blok pudendal atau epidural merupakan kontraindikasi
memperpanjang kehamilan pada kasus janin masih immatur.(1,2)         karena risiko perdarahan di area ini. Anestesi umum merupakan
Perpanjangan kehamilan akan memperpendek masa perawatan              metode terpilih pada seksio sesarea.(1,5,7) Pasien dengan nyeri
bayi di NICU (Neonatal Intensive Care Unit), menurunkan              bahu, syok, asites masif atau efusi pleura harus di USG atau CT
insiden nekrosis enterokolitis, sindrom gangguan pernafasan.(4)      scan hepar untuk evaluasi adanya hematom subkapsular hati.
Beberapa bentuk terapi sindrom HELLP yang diuraikan dalam                 Ruptur hematom subkapsular hati merupakan komplikasi
literatur sebagian besar mirip dengan penanganan preeklampsi         yang mengancam jiwa. Yang paling sering adalah ruptur lobus
berat.(1,2,6)                                                        kanan didahului oleh hematom parenkim. Kondisi ini biasanya
      Jika sindrom ini timbul pada saat atau lebih dari umur         ditandai dengan nyeri epigastrium hebat yang berlangsung
kehamilan 35 minggu, atau jika ada bukti bahwa paru janin            beberapa jam sebelum kolaps sirkulasi. Pasien sering
sudah matur, atau janin dan ibu dalam kondisi berbahaya, maka        merasakan nyeri bahu, syok, atau asites yang masif, kesulitan
terapi definitif ialah mengakhiri kehamilan. Jika tanpa bukti        bernafas atau efusi pleura dan biasanya dengan janin yang
laboratorium adanya DIC dan paru janin belum matur, dapat            sudah meninggal.(1,2)
diberikan 2 dosis steroid untuk akselerasi pematangan paru                Ruptur hematom subkapsuler hati yang berakibat syok,
janin, dan kehamilan diakhiri 48 jam kemudian. Namun kondisi         memerlukan pembedahan emergensi dan melibatkan
ibu dan janin harus dipantau secara kontinu selama periode           multidisiplin. Resusitasi harus terdiri dari transfusi darah masif,
ini.(1,2,5,6) Goodlin meneliti bahwa terapi konservatif dengan       koreksi koagulasi dengan plasma segar beku (FFP) dan
istirahat dapat meningkatkan volume plasma. Pasien tersebut          trombosit serta laparatomi segera. Pilihan tindakan pada
juga menerima infus albumin 5 atau 25%; usaha ekspansi               laparatomi meliputi : packing & draining, ligasi segmen yang
volume plasma ini akan menguntungkan karena meningkatkan             mengalami perdarahan, embolisasi arteri hepatika pada segmen
jumlah trombosit. Thiagarajah meneliti bahwa peningkatan             hati yang terkena dan atau penjahitan omentum atau penjahitan
jumlah trombosit dan enzim hati juga bisa dicapai dengan             hati. Walaupun dengan penanganan tepat, kematian ibu dan
pemberian prednison atau betametason.                                bayi lebih dari 50% terutama karena eksanguinisasi dan
      Clark dkk. melaporkan tiga kasus sindrom HELLP yang            pembekuan. Risiko berikutnya adalah sindrom gangguan
dapat dipulihkan dengan istirahat mutlak dan penggunaan              pernafasan, udem paru, dan gagal ginjal akut pasca operasi.(1,2)
kortikosteroid. Kehamilan pun dapat diperpanjang sampai 10                Pembedahan direkomendasikan untuk perdarahan hati
hari, dan semua persalinan melahirkan anak hidup;                    tanpa ruptur; namun pengalaman akhir-akhir ini menunjukkan
pasien-pasien ini mempunyai jumlah trombosit lebih dari              bahwa komplikasi ini dapat ditangani secara konservatif pada
100.000/mm3 atau mempunyai enzim hati yang normal. Dua               pasien yang hemodinamiknya masih stabil. Penanganan harus
laporan terbaru melaporkan bahwa penggunaan kortikosteroid           meliputi : pemantauan ketat keadaan hemodinamik dan
saat antepartum dan postpartum menyebabkan perbaikan hasil           koagulopati.
laboratorium dan produksi urin pada pasien sindrom HELLP.(2)              Diperlukan pemeriksaan serial USG atau CT scan terhadap
      Deksametason l0 mg/12 jam iv lebih baik dibandingkan           hematoma subkapsuler, penanganan segera bila terjadi ruptur
dengan betametason 12 mg/24 jam im, karena deksametason              atau keadaan ibu memburuk. Yang terpenting dalam
tidak hanya mempercepat pematangan paru janin tapi juga              penanganan konservatif adalah menghindari trauma luar
menstabilkan sindrom HELLP. Pasien yang diterapi dengan              terhadap hati seperti : palpasi abdomen, kejang atau muntah
deksametason mengalami penurunan aktifitas AST yang lebih            dan hati-hati dalam transportasi pasien. Peningkatan tekanan



                                                                                       Cermin Dunia Kedokteran No. 151, 2006 27
intraabdominal yang tiba-tiba berpotensi menyebabkan ruptur                    5. Abramovici D, Mattar F, Sibai BM. Hypertensive disorders in pregnancy.
                                                                                  In Ransom SB, Dombrowski MP, Mc Neeley SG, Moghissi KS, Munkarah
hematom subkapsular.(1,2) Pasien harus ditangani di unit                          AR, eds. Practical strategies in obstetrics and gynecology. Philadelphia:
perawatan intensif (ICU) dengan pemantauan ketat terhadap                         WB Saunders Co, 2000; 384-6.
semua parameter hemodinamik dan cairan untuk mencegah                          6. Mordechai H. Hypertension in pregnancy. In: James KD, Steer JP, Weiner
udem paru dan atau kelainan respiratorik.                                         CP, Gonik B, Eds. High risk pregnancy management option. 2nd ed.
                                                                                  London: WS Saunders, 1999; 650-1.
     Transfusi trombosit diindikasikan baik sebelum maupun                     7. Sibai BM. Preeclampsia-eclampsia. In: Queenan JT, ed. Management of
sesudah persalinan, jika hitung trombosit < 20.000/mm3.                           high risk pregnancy. 3rd ed. Boston: Blackwell Scientific Publ.1999; 3 80-1.
Namun tidak perlu diulang karena pemakaiannya terjadi dengan                   8. Isler CM, Barrileaux PS, Magann EF, Bass JD, Marthin JN. A Prospective
cepat dan efeknya sementara. Setelah persalinan, pasien harus                     randomized trial comparing the efficacy of dexamethasone and
                                                                                  betamethasone for the treatment of antarpartum HELLP syndrome. Am J
diawasi ketat di ICU paling sedikit 48 jam. Sebagian pasien                       Obstet Gynecol 2001; 184: 1332-9.
akan membaik selama 48 jam postpartum; beberapa, khususnya
yang DIC, dapat terlambat membaik atau bahkan memburuk.
Pasien demikian memerlukan pemantauan lebih intensif untuk                                            Penanganan Sindrom HELLP(4)
beberapa hari.(1)
     Sindrom HELLP dapat timbul pada masa postpartum. Sibai
melaporkan dalam penelitian 304 pasien sindrom HELLP, 95                                                        Umur kehamilan
                                                                                 Umur kehamilan                                             Umur kehamilan
pasien (31%) hanya bermanifestasi saat postpartum. Pada                           < 32 minggu                    32-34 minggu                > 34 minggu
kelompok ini, saat terjadinya berkisar dari beberapa jam sampai
6 hari, sebagian besar dalam 48 jam postpartum. Selanjutnya 75
pasien (79%) menderita preeklampsi sebelum persalinan, 20
pasien (21%) tidak menderita preeklampsi baik antepartum                       Pemberian kortikosteroid         Kortikosteroid
maupun postpartum.(1,2) Penanganannya sama dengan pasien
sindrom HELLP anteparturn, termasuk profilaksis antikejang.
Kontrol hipertensi harus lebih ketat.(1)                                       Observasi respon kliniknya       Penanganan konservatif            Terminasi
                                                                                                                                          Tidak
KOMPLIKASI
     Angka kematian ibu dengan sindrom HELLP mencapai                                                                        Ya
1,1%; 1-25% berkomplikasi serius seperti DIC, solusio
plasenta, adult respiratory distress syndrome, kegagalan                                                                  Konsul pasien untuk mendapatkan
                                                                                 Kondisi pasien      Kondisi pasien       pertolongan jika kehamilan dilanjut-
hepatorenal, udem paru, hematom subkapsular, dan ruptur                           memburuk              stabil            kan 2 minggu/lebih untuk kema-
hati.(4,5)                                                                                                                tangan paru janin
     Angka kematian bayi berkisar 10-60%, disebabkan oleh
solusio plasenta, hipoksi intrauterin, dan prematur.(5) Pengaruh
sindrom HELLP pada janin berupa pertumbuhan janin
terhambat (IUGR) sebanyak 30%(5) dan sindrom gangguan                           Terminasi         Pantau pasien di         Transfer pasien ke fasilitas pusat
                                                                                                  fasilitas   pusat        perawatan tersier yang mem-
pernafasan (RDS).(4)                                                                              perawatan tersier        punyai NICU
                            KEPUSTAKAAN

1. Barton JR, Sibai BM. Management of severe hypertension in
   pregnancy-USA. In: Walker JJ.,Gant NF, eds. Hypertension in pregnancy.
   London: Chapman & Hall, 1997; 300-6.                                                                     Kondisi pasien               Kondisi pasien baik
2. Berkowits RL. Hypertension in pregnancy. In: Gabbe SG, Niebyl JR,                                         memburuk
   Simpson JL eds. Obstetrics normal & problem pregnancies. 3rd ed. New
   York : Churchill Livingstone, 1998; 947-53.
3. Sibai BM, Rodriquest JJ. Preeclampsia : diagnosis and management. In :
   Norbert G ed. Principles and practice of medical therapy in pregnancy.2nd                                  Terminasi               Pantau pasien di fasi-
   ed. California Appleton and Lange, 1991; 878-9.                                                                                    litas pusat perawatan
4. Padden MD. HELLP syndrome: Recognition and perinatal management.                                                                   tersier
   Available from : http./members. Tripad.. Com/Ander Pander/hellp.html.
   accessed at: Sept 2001.




28 Cermin Dunia Kedokteran No. 151, 2006

More Related Content

What's hot

Laporan kasus encelopati hepatikum/dr Diana Arwati
Laporan kasus encelopati hepatikum/dr Diana Arwati Laporan kasus encelopati hepatikum/dr Diana Arwati
Laporan kasus encelopati hepatikum/dr Diana Arwati
Diana Arwati
 
mekanisme pembentukan bilirubin
mekanisme pembentukan bilirubinmekanisme pembentukan bilirubin
mekanisme pembentukan bilirubin
hanarisha
 
Demam reumatik & penyakit jantung rematik
Demam reumatik & penyakit jantung rematikDemam reumatik & penyakit jantung rematik
Demam reumatik & penyakit jantung rematik
Gunk Arie'sti
 
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
yudhasetya01
 
peningkatan Tekanan IntraCranial
peningkatan Tekanan IntraCranialpeningkatan Tekanan IntraCranial
peningkatan Tekanan IntraCranial
Noorahmah Adiany
 
Ppt hipertiroidisme
Ppt hipertiroidismePpt hipertiroidisme
Ppt hipertiroidisme
KANDA IZUL
 

What's hot (20)

Hormon tiroid
Hormon tiroidHormon tiroid
Hormon tiroid
 
Abses hati
Abses hatiAbses hati
Abses hati
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
 
Hipotiroidisme
HipotiroidismeHipotiroidisme
Hipotiroidisme
 
Laporan kasus encelopati hepatikum/dr Diana Arwati
Laporan kasus encelopati hepatikum/dr Diana Arwati Laporan kasus encelopati hepatikum/dr Diana Arwati
Laporan kasus encelopati hepatikum/dr Diana Arwati
 
Perdarahan Saluran Cerna
Perdarahan Saluran CernaPerdarahan Saluran Cerna
Perdarahan Saluran Cerna
 
mekanisme pembentukan bilirubin
mekanisme pembentukan bilirubinmekanisme pembentukan bilirubin
mekanisme pembentukan bilirubin
 
ANEMIA-INTRODUCTION.pptx
ANEMIA-INTRODUCTION.pptxANEMIA-INTRODUCTION.pptx
ANEMIA-INTRODUCTION.pptx
 
Demam reumatik & penyakit jantung rematik
Demam reumatik & penyakit jantung rematikDemam reumatik & penyakit jantung rematik
Demam reumatik & penyakit jantung rematik
 
Perdarahan saluran cerna.pptx
Perdarahan saluran cerna.pptxPerdarahan saluran cerna.pptx
Perdarahan saluran cerna.pptx
 
Tutor hema hotim
Tutor hema hotimTutor hema hotim
Tutor hema hotim
 
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
 
peningkatan Tekanan IntraCranial
peningkatan Tekanan IntraCranialpeningkatan Tekanan IntraCranial
peningkatan Tekanan IntraCranial
 
Ppt hipertiroidisme
Ppt hipertiroidismePpt hipertiroidisme
Ppt hipertiroidisme
 
15 Acute Coroner Sindrom
15 Acute Coroner Sindrom15 Acute Coroner Sindrom
15 Acute Coroner Sindrom
 
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptCase Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
 
Gawat napas-pada-neonatus
Gawat napas-pada-neonatusGawat napas-pada-neonatus
Gawat napas-pada-neonatus
 
Sindroma koroner akut
Sindroma koroner akutSindroma koroner akut
Sindroma koroner akut
 
EKG
EKGEKG
EKG
 
Sampling dan-besar-sampel
Sampling dan-besar-sampelSampling dan-besar-sampel
Sampling dan-besar-sampel
 

Similar to 11 151 sindrom_hellp

Nefritis lupus
Nefritis    lupusNefritis    lupus
Nefritis lupus
fauzil
 
Refhemabaru6
Refhemabaru6Refhemabaru6
Refhemabaru6
andreei
 

Similar to 11 151 sindrom_hellp (20)

fdokumen.com_ppt-hellp-sindrom-done.ppt
fdokumen.com_ppt-hellp-sindrom-done.pptfdokumen.com_ppt-hellp-sindrom-done.ppt
fdokumen.com_ppt-hellp-sindrom-done.ppt
 
laporan kasus anestesi TOF.pptx
laporan kasus anestesi TOF.pptxlaporan kasus anestesi TOF.pptx
laporan kasus anestesi TOF.pptx
 
Askep Nefrotik Syndrom
Askep Nefrotik SyndromAskep Nefrotik Syndrom
Askep Nefrotik Syndrom
 
153075631 case-sn
153075631 case-sn153075631 case-sn
153075631 case-sn
 
Lp dhf
Lp dhfLp dhf
Lp dhf
 
237321045 laporan-thalassemia-7
237321045 laporan-thalassemia-7237321045 laporan-thalassemia-7
237321045 laporan-thalassemia-7
 
Referat PNH
Referat PNHReferat PNH
Referat PNH
 
NEFROTIK SINDROME.pptx
NEFROTIK SINDROME.pptxNEFROTIK SINDROME.pptx
NEFROTIK SINDROME.pptx
 
PRESENTASI SIADH VS CSW.pptx
PRESENTASI SIADH VS CSW.pptxPRESENTASI SIADH VS CSW.pptx
PRESENTASI SIADH VS CSW.pptx
 
lollllll
lolllllllollllll
lollllll
 
APS tugas Yogi.pptx
APS tugas Yogi.pptxAPS tugas Yogi.pptx
APS tugas Yogi.pptx
 
Diagnosis kegagalan terapi arv
Diagnosis kegagalan terapi arvDiagnosis kegagalan terapi arv
Diagnosis kegagalan terapi arv
 
Nefritis lupus
Nefritis    lupusNefritis    lupus
Nefritis lupus
 
Asuhan keperawatan anak
Asuhan keperawatan anakAsuhan keperawatan anak
Asuhan keperawatan anak
 
Refhemabaru6
Refhemabaru6Refhemabaru6
Refhemabaru6
 
Askep hipertensi
Askep hipertensiAskep hipertensi
Askep hipertensi
 
Perdarahan, Trombosis, dan DIC
Perdarahan, Trombosis, dan DICPerdarahan, Trombosis, dan DIC
Perdarahan, Trombosis, dan DIC
 
Rh4
Rh4Rh4
Rh4
 
Rkk13
Rkk13Rkk13
Rkk13
 
Makalah nefrotik syndrom
Makalah nefrotik syndromMakalah nefrotik syndrom
Makalah nefrotik syndrom
 

Recently uploaded

PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
Acephasan2
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
Acephasan2
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
Zuheri
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
kemenaghajids83
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
NadrohSitepu1
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Acephasan2
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
BagasTriNugroho5
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
UserTank2
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
NezaPurna
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
khalid1276
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
NezaPurna
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
srirezeki99
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Yudiatma1
 

Recently uploaded (20)

PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxtatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 

11 151 sindrom_hellp

  • 1. TINJAUAN KEPUSTAKAAN Sindrom HELLP John Rambulangi Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia ABSTRAK Sindrom HELLP merupakan kumpulan tanda dan gejala : H untuk Hemolysis, EL untuk Elevated Liver Enzymes, dan LP untuk Low Platelets. Patogenesis sindrom HELLP belum jelas. Sampai sekarang tidak ditemukan faktor pencetusnya; kelihatannya merupakan akhir dari kelainan yang menyebabkan kerusakan endotel mikrovaskuler dan aktivasi trombosit intravaskuler, akibatnya terjadi agregasi trombosit dari selanjutnya kerusakan endotel. Peningkatan kadar enzim hati diperkirakan sekunder dari obstruksi aliran darah hati oleh deposit fibrin pada sinusoid. Trombositopeni dikaitkan dengan peningkatan pemakaian dan atau destruksi trombosit. Kriteria diagnosis sindrom HELLP terdiri : Hemolisis, kelainan apus darah tepi, total bilirubin > 1,2 mg/dl, laktat dehidrogenase (LDH) > 600 U/L. Peningkatan fungsi hati, serum aspartat aminotransferase (AST) > 70 U/L, laktat dehidrogenase (LDH) > 600 U/L. Jumlah trombosit < 100.000/mm3. Dua sistem klasifikasi digunakan pada sindrom HELLP. Klasifikasi pertama berdasarkan jumlah kelainan yang ada. Klasifikasi kedua berdasarkan jumlah trombosit. Pasien sindrom HELLP harus diterapi profilaksis MgSO4 untuk mencegah kejang, terapi antihipertensi tambahan harus dimulai jika tekanan darah menetap > 160/110 mmHg. Antihipertensi yang sering digunakan adalah hydralazine, labetalol dan nifedipin. Langkah selanjutnya ialah mengevaluasi kesejahteraan bayi dengan menggunakan tes tanpa tekanan, atau profil biofisik, biometri USG untuk menilai pertumbuhan janin terhambat. Terakhir, harus diputuskan apakah perlu segera mengakhiri kehamilan. Amniosentesis dapat dilakukan pada pasien tanpa risiko perdarahan. Pasien harus ditangani di unit perawatan intensif (ICU) dengan pemantauan ketat terhadap semua parameter hemodinamik dan cairan untuk mencegah udem paru dan atau kelainan respiratorik. Angka kematian ibu dengan sindrom HELLP mencapai 1,1%. Angka kematian bayi berkisar 10-60%. Kata kunci : Sindrom HELLP, patogenesis, diagnosis, penatalaksanaan. PENDAHULUAN ini benar-benar terpisah dari preeklampsi berat dan membentuk Hemolisis, kelainan tes fungsi hati dan jumlah trombosit satu istilah: Sindrom HELLP;H untuk Hemolysis, EL untuk yang rendah sudah sejak lama dikenal sebagai komplikasi dari Elevated Liver Enzymes, dan LP untuk Low Platelet.(1,3,5) preeklampsi-eklampsi (Chesley 1978; Godlin 1982; Mc Kay Sibai dkk. menunjukkan adanya perbedaan nyata dalam 1972).(1,2,7) Godlin menamakan sindrom ini EPH Gestosis tipe hal terminologi, insidens, penyebab, diagnosis dan II, MacKennan dkk. menganggapnya sebagai suatu misdiag- penatalaksanaan sindrom ini.(1,3) Insidens dilaporkan sekitar nosis preeklampsi,(2) sedangkan penulis lain menyebutkannya 2-12%, kisaran ini menggambarkan perbedaan kriteria sebagai bentuk awal preeklampsi berat, variasi unik dari diagnosis dan metode yang digunakan. Ada perbedaan besar preeklampsi.(3) Pada 1982, Weinstein melaporkan 29 kasus mengenai saat terjadi, tipe, dan derajat kelainan laboratorium preeklampsi berat, eklampsi dengan komplikasi trombo- yang digunakan untuk mendiagnosis sindrom ini.(1,3,5,7) Ada sitopeni, kelainan sediaan apus darah tepi, dan kelainan tes yang mendiagnosis jika pasien saat masuk sudah ada kelainan, fungsi hati. Ia menyatakan bahwa kumpulan tanda dan gejala ada yang jika kelainannya timbul selama penanganan 24 Cermin Dunia Kedokteran No. 151, 2006
  • 2. konservatif; yang lain jika kelainannya muncul post partum.(3) lain juga mempunyai observasi serupa (Mc Kenna, Dover dan Bukti adanya hemolisis telah dilaporkan pada beberapa studi Brame 1983, Thiagarajah dkk 1984, Weinstein 1985).(1) dan definisi trombositopeni berkisar dari <75.000/mm3 sampai Sindrom ini biasanya muncul pada trimester ke tiga, walaupun < 150.000/mm3. Belum ada konsensus mengenai peranan tes pada 11% pasien muncul pada umur kehamilan <27 minggu; di fungsi hati untuk mendiagnosis sindrom HELLP. Banyak masa antepartum pada sekitar 69% pasien dan di masa penulis mendukung agar nilai laktat dehidrogenase (LDH) dan postpartum pada sekitar 31%. Pada masa post partum, saat bilirubin dimasukkan untuk mendiagnosis sindrom ini.(1,3) terjadinya khas, dalam waktu 48 jam pertama post partum.(4) ETIOLOGI DAN PATOGENESIS Tabel 1. Faktor risiko Patogenesis sindrom HELLP sampai sekarang belum jelas. Yang ditemukan pada penyakit multisistem ini adalah kelainan Sindroma HELLP Preeklampsi tonus vaskuler, vasospasme, dan kelainan koagulasi. Sampai Multipara Nullipara sekarang tidak ditemukan faktor pencetusnya. Sindrom ini Usia ibu > 25 tahun Usia ibu < 20 tahun atau > 40 tahun kelihatannya merupakan akhir dari kelainan yang menyebabkan Ras kulit putih Riwayat keluarga preeklampsi Riwayat keluaran kehamilan yang Asuhan mental (ANC) yang minimal kerusakan endotel mikrovaskuler dan aktivasi trombosit jelek Diabetes Melitus intravaskuler; akibatnya terjadi vasospasme, aglutinasi dan Hipertensi Kronik agregasi trombosit dan selanjutnya terjadi kerusakan endotel. Kehamilan multipel Hemolisis yang didefinisikan sebagai anemi hemolitik mikroangiopati merupakan tanda khas.(2,4) Sel darah merah MANIFESTASI KLINIS terfragmentasi saat melewati pembuluh darah kecil yang Pasien sindrom HELLP dapat mempunyai gejala dan endotelnya rusak dengan deposit fibrin. Pada sediaan apus tanda yang sangat bervariasi, dari yang bernilai diagnostik darah tepi ditemukan spherocytes, schistocytes, triangular cells sampai semua gejala dan tanda pada pasien dan burr cells.(4) Peningkatan kadar enzim hati diperkirakan preeklampsi-eklampsi yang tidak menderita sindrom sekunder akibat obstruksi aliran darah hati oleh deposit fibrin di HELLP.(1,2,5) sinusoid. Obstruksi ini menyebabkan nekrosis periportal dan Sibai (1990) menyatakan bahwa pasien biasanya muncul pada kasus yang berat dapat terjadi perdarahan intrahepatik, dengan keluhan nyeri epigastrium atau nyeri perut kanan atas hematom subkapsular atau ruptur hati.(4,5) Nekrosis periportal (90%), beberapa mengeluh mual dan muntah (50%), yang lain dan perdarahan merupakan gambaran histopatologik yang bergejala seperti infeksi virus. Sebagian besar pasien (90%) paling sering ditemukan. mempunyai riwayat malaise selama beberapa hari sebelum Trombositopeni ditandai dengan peningkatan pemakaian timbul tanda lain.(1,3,5,7) dan/atau destruksi trombosit.(4) Banyak penulis tidak Tabel 2. Perbedaan hasil laboratorium AFLP dan sindrom HELLP menganggap sindrom HELLP sebagai suatu variasi dari disseminated intravascular coagulopathy (DIC), karena nilai AFLP HELLP parameter koagulasi seperti waktu prothrombin (PT), waktu Glukosa Rendah Normal parsial thromboplastin (PTT), dan serum fibrinogen normal. Asam urat Tinggi Tinggi Secara klinis sulit mendiagnosis DIC kecuali menggunakan tes Kreatinin Tinggi Tinggi antitrombin III, fibrinopeptide-A, fibrin monomer, D-Dimer, α2 Trombcsit Rendah atau normal Rendah atau normal Fibrinogen Rendah Normal sampai antiplasmin, plasminogen, prekallikrein, dan fibronectin. meningkat Namun tes ini memerlukan waktu dan tidak digunakan secara Waktu Prothrombin (PT) Memanjang Normal rutin. Sibai dkk. mendefinisikan DIC dengan adanya trombositopeni, kadar fibrinogen rendah (fibrinogen plasma < Waktu Parsial Memanjang normal Thromboplastin (PTT) 300 mg/dl) dan fibrin split product > 40 µg/ml2. Semua pasien sindrom HELLP mungkin mempunyai kelainan dasar koagulopati yang biasanya tidak terdeteksi.(4) Dalam laporan Weinstein, mual dan/atau muntah dan nyeri epigastrium diperkirakan akibat obstruksi aliran darah di EPIDEMIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO sinusoid hati, yang dihambat oleh deposit fibrin intravaskuler.(1) Sindrom HELLP terjadi pada ± 2-12% kehamilan.(1,3,5,7) Pasien sindrom HELLP biasanya menunjukkan peningkatan Sebagai perbandingan, preeklampsi terjadi pada 5-7% berat badan yang bermakna dengan udem menyeluruh. Hal kehamilan. Superimposed sindrom HELLP berkembang dari yang penting adalah bahwa hipertensi berat (sistolik ≥ 160 4-12% wanita preeklampsi atau eklampsi. Tanpa preeklampsi, mmHg, diastolik ≥ 110 mmHg) tidak selalu ditemukan. diagnosis sindrom ini sering terlambat. Faktor risiko sindrom Walaupun 66% dari 112 pasien pada penelitian Sibai dkk HELLP berbeda dengan preeklampsi (Tabel 1).(4) (1986) mempunyai tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg, Dalam laporan Sibai dkk (1986), pasien sindrom HELLP 14,5% bertekanan darah diastolik ≤ 90 mmHg.(1,2) secara bermakna lebih tua (rata-rata umur 25 tahun) Dalam laporan awal Weinstein (1952) atas 29 pasien, dibandingkan pasien preeklampsi-eklampsi tanpa sindrom kurang dari setengah (13 pasien) mempunyai tekanan darah HELLP (rata-rata umur 19 tahun). lnsiden sindrom ini juga saat masuk rumah sakit ≥ 160/110 mmHg. Jadi sindrom lebih tinggi pada populasi kulit putih dan multipara.(1,3,7) Penulis HELLP dapat timbul dengan tanda dan gejala yang sangat Cermin Dunia Kedokteran No. 151, 2006 25
  • 3. bervariasi, yang tidak bernilai diagnosis, dan dapat diikuti - Sindrom hemolitik uremia dengan kesalahan pemberian obat dan pembedahan seperti - Ensefalopati dengan berbagai etiologi apendisitis, gastroenteritis, glomerulonefritis, pielonefritis dan - Sistemik lupus eritematosus (SLE) hepatitis virus.(1) Perlemakan hati akut (AFLP) jarang terjadi tapi potensial KLASIFIKASI menjadi komplikasi yang fatal pada kehamilan trimester ke Dua sistem klasifikasi digunakan pada sindrom HELLP. tiga. Pada awalnya, perlemakan hati akut dalam kehamilan Klasifikasi pertama berdasarkan jumlah kelainan yang ada. sukar dibedakan dari sindrom HELLP. Pasien AFLP Dalam sistem ini, pasien diklasifikasikan sebagai sindrom mempunyai gejala khas berupa : mual, muntah, nyeri abdomen, HELLP parsial (mempunyai satu atau dua kelainan) atau dan ikterus. Sindrom HELLP dan AFLP keduanya ditandai sindrom HELLP total (ketiga kelainan ada). Wanita dengan dengan peningkatan tes fungsi hati, tapi pada sindrom HELLP ketiga kelainan lebih berisiko menderita komplikasi seperti peningkatannya cenderung lebih besar. PT dan PTT biasanva DIC, dibandingkan dengan wanita dengan sindrom HELLP memanjang pada AFLP tapi normal pada sindrom HELLP parsial. Konsekuensinya pasien sindrom HELLP total (Tabel 2). Pemeriksaan mikroskopik hati merupakan tes seharusnya dipertimbangkan untuk bersalin dalam 48 jam, diagnosis untuk menentukan AFLP. Panlobular microvesicular sebaliknya yang parsial dapat diterapi konservatif. fatty change (steatosis) difus derajat rendah merupakan Klasifikasi ke dua berdasarkan jumlah trombosit (Martin gambaran patognomonik AFLP. Penanganan AFLP meliputi dkk.) Sindrom HELLP kelas I jika jumlah trombosit < pengakhiran kehamilan segera, atasi hiperglikemi atau 50.000/mm3. Jumlah trombosit antara 50.000 - 100.000/mm3 koagulopati bila timbul.(1) dimasukkan kelas II. Kelas III jika jumlah trombosit antara 100.000 - 150.000/mm3. Klasifikasi ini telah digunakan dalam DIAGNOSIS memprediksi kecepatan pemulihan penyakit pada post partum, Tiga kelainan utama pada sindrorn HELLP berupa keluaran maternal dan perinatal, dan perlu tidaknya hemolisis, peningkatan kadar enzim hati dan jumlah trombosit plasmaferesis. Sindrom HELLP kelas I berisiko morbiditas dan yang rendah.(4) Banyak penulis mendukung nilai laktat mortalitas ibu lebih tinggi dibandingkan pasien kelas II dan dehidrogenase (LDH) dan bilirubin agar diperhitungkan dalam kelas III.(2,4) mendiagnosis hemolisis. Derajat kelainan enzim hati harus didefinisikan dalam nilai standar deviasi tertentu dan nilai PENATALAKSANAAN normal di masing-masing rumah sakit. Di University of Pasien sindrom HELLP harus dirujuk ke pusat pelayanan Tennessee, Memphis, digunakan nilai potong > 3 SD.(1) (Tabel kesehatan tersier dan pada penanganan awal harus diterapi 3).(1-3,5,6) sama seperti pasien preeklampsi. Prioritas pertama adalah menilai dan menstabilkan kondisi ibu, khususnya kelainan Tabel 3. Kriteria diagnosis sindrom HELLP (University of Tennessee, Memphis) pembekuan darah (Tabel 4).(1,2,5,7) Hemolisis Tabel 4. Penatalaksanaan sindrom HELLP pada umur kehamilan < 35 - Kelainan apusan darah tepi minggu (stabilisasi kondisi ibu) - Total bilirubin > 1,2 mg/dl (Akhiri persalinan pada pasien sindrorn HELLP dengan umur - Laktat dehidrogenase (LDH) > 600 U/L kehamilan ≥ 35 minggu). Peningkatan fungsi hati - Serum aspartate aminotransferase (AST) > 70 U/L 1. Menilai dan menstabilkan kondisi ibu - Laktat dehidrogenase (LDH) > 600 U/L a. Jika ada DIC, atasi koagulopati Jumlah trombosit yang rendah b. Profilaksis anti kejang dengan MgSO4 - Hitung trombosit < 100.000/mm3 c. Terapi hipertensi berat d. Rujuk ke pusat kesehatan tersier DIAGNOSIS BANDING e. Computerised tomography (CT scan) atau Ultrasonografi Pasien sindrom HELLP dapat menunjukkan tanda dan (USG) abdomen bila diduga hematoma subkapsular hati gejala yang sangat bervariasi, yang tidak bernilai diagnostik 2. Evaluasi kesejahteraan janin a. Non stress test/tes tanpa kontraksi (NST) pada preeklampsi berat. Akibatnya sering terjadi salah b. Profil biofisik diagnosis, diikuti dengan kesalahan pemberian obat dan c. USG pembedahan. 3. Evaluasi kematangan paru janin jika umur kehamilan < 35 minggu Diagnosis banding pasien sindrom HELLP meliputi ( 2-5,7) : a. Jika matur, segera akhiri kehamilan b. Jika immatur, beri kortikosteroid, lalu akhiri kehamilan - Perlemakan hati akut dalam kehamilan - Apendistis - Gastroenteritis Pasien sindrom HELLP harus diterapi profilaksis MgSO4 - Kolesistitis untuk mencegah kejang, baik dengan atau tanpa hipertensi. - Batu ginjal Bolus 4-6 g MgSO4 20% sebagai dosis awal, diikuti dengan - Pielonefritis infus 2 g/jam. Pemberian infus ini harus dititrasi sesuai - Ulkus peptikum produksi urin dan diobservasi terhadap tanda dan gejala - Glomerulonefritis trombositopeni idiopatik keracunan MgSO4. Jika terjadi keracunan, berikan 10-20 ml - Trombositipeni purpura trombotik kalsium glukonat 10% iv. 26 Cermin Dunia Kedokteran No. 151, 2006
  • 4. Terapi anti hipertensi harus dimulai jika tekanan darah cepat, penurunan tekanan arteri rata-rata (MAP) dan menetap > 160/110 mmHg di samping penggunaan MgSO4. peningkatan produksi urin yang cepat, sehingga pengobatan Hal ini berguna menurunkan risiko perdarahan otak, solusio anti hipertensi dan terapi cairan dapat dikurangi. Tanda vital plasenta dan kejang pada ibu. Tujuannya mempertahankan dan produksi urine harus dipantau tiap 6-8 jam. Terapi tekanan darah diastolik 90 - 100 mmHg. Anti hipertensi yang kortikosteroid dihentikan jika gejala nyeri kepala, mual, sering digunakan adalah hydralazine (Apresoline®) iv dalam muntah, dan nyeri epigastrium hilang dengan tekanan darah dosis kecil 2,5-5 mg (dosis awal 5 mg) tiap 15-20 menit sampai stabil <160/110 mmHg tanpa terapi anti hipertensi akut serta tekanan darah yang diinginkan tercapai. Labetalol produksi urine sudah stabil yaitu >50 ml/jam.(8) (Normodyne®) dan nifedipin juga digunakan dan memberikan Sindrom ini bukan indikasi seksio sesarea, kecuali jika ada hasil baik. Karena efek potensiasi, harus hati-hati bila nifedipin hal-hal yang mengganngu kesehatan ibu dan janin. Pasien tanpa dan MgSO4 diberikan bersamaan. Diuretik dapat mengganggu kontraindikasi obstetri harus diizinkan partus pervaginam. perfusi plasenta sehingga tidak dapat digunakan.(4) Sebaliknya, pada semua pasien dengan umur kehamilan > 32 Langkah selanjutnya ialah mengevaluasi kesejahteraan minggu persalinan dapat dimulai dengan infus oksitosin seperti bayi dengan menggunakan tes tanpa tekanan, atau profil induksi, sedangkan untuk pasien < 32 minggu serviks harus biofisik, biometri USG untuk menilai pertumbuhan janin memenuhi syarat untuk induksi. Pada pasien dengan serviks terhambat. Terakhir, harus diputuskan apakah perlu segera belum matang dan umur kehamilan < 32 minggu, seksio mengakhiri kehamilan. Amniosentesis dapat dilakukan pada sesarea elektif merupakan cara terbaik. pasien tanpa risiko perdarahan. Beberapa penulis menganggap Analgesia ibu selama persalinan dapat menggunakan dosis sindrom ini merupakan indikasi untuk segera mengakhiri kecil meperidin iv (25-50 mg) intermiten. Anestesi lokal kehamilan dengan seksio sesarea, namun yang lain infiltrasi dapat digunakan untuk semua persalinan pervaginam. merekomendasikan pendekatan lebih konservatif untuk Anestesi blok pudendal atau epidural merupakan kontraindikasi memperpanjang kehamilan pada kasus janin masih immatur.(1,2) karena risiko perdarahan di area ini. Anestesi umum merupakan Perpanjangan kehamilan akan memperpendek masa perawatan metode terpilih pada seksio sesarea.(1,5,7) Pasien dengan nyeri bayi di NICU (Neonatal Intensive Care Unit), menurunkan bahu, syok, asites masif atau efusi pleura harus di USG atau CT insiden nekrosis enterokolitis, sindrom gangguan pernafasan.(4) scan hepar untuk evaluasi adanya hematom subkapsular hati. Beberapa bentuk terapi sindrom HELLP yang diuraikan dalam Ruptur hematom subkapsular hati merupakan komplikasi literatur sebagian besar mirip dengan penanganan preeklampsi yang mengancam jiwa. Yang paling sering adalah ruptur lobus berat.(1,2,6) kanan didahului oleh hematom parenkim. Kondisi ini biasanya Jika sindrom ini timbul pada saat atau lebih dari umur ditandai dengan nyeri epigastrium hebat yang berlangsung kehamilan 35 minggu, atau jika ada bukti bahwa paru janin beberapa jam sebelum kolaps sirkulasi. Pasien sering sudah matur, atau janin dan ibu dalam kondisi berbahaya, maka merasakan nyeri bahu, syok, atau asites yang masif, kesulitan terapi definitif ialah mengakhiri kehamilan. Jika tanpa bukti bernafas atau efusi pleura dan biasanya dengan janin yang laboratorium adanya DIC dan paru janin belum matur, dapat sudah meninggal.(1,2) diberikan 2 dosis steroid untuk akselerasi pematangan paru Ruptur hematom subkapsuler hati yang berakibat syok, janin, dan kehamilan diakhiri 48 jam kemudian. Namun kondisi memerlukan pembedahan emergensi dan melibatkan ibu dan janin harus dipantau secara kontinu selama periode multidisiplin. Resusitasi harus terdiri dari transfusi darah masif, ini.(1,2,5,6) Goodlin meneliti bahwa terapi konservatif dengan koreksi koagulasi dengan plasma segar beku (FFP) dan istirahat dapat meningkatkan volume plasma. Pasien tersebut trombosit serta laparatomi segera. Pilihan tindakan pada juga menerima infus albumin 5 atau 25%; usaha ekspansi laparatomi meliputi : packing & draining, ligasi segmen yang volume plasma ini akan menguntungkan karena meningkatkan mengalami perdarahan, embolisasi arteri hepatika pada segmen jumlah trombosit. Thiagarajah meneliti bahwa peningkatan hati yang terkena dan atau penjahitan omentum atau penjahitan jumlah trombosit dan enzim hati juga bisa dicapai dengan hati. Walaupun dengan penanganan tepat, kematian ibu dan pemberian prednison atau betametason. bayi lebih dari 50% terutama karena eksanguinisasi dan Clark dkk. melaporkan tiga kasus sindrom HELLP yang pembekuan. Risiko berikutnya adalah sindrom gangguan dapat dipulihkan dengan istirahat mutlak dan penggunaan pernafasan, udem paru, dan gagal ginjal akut pasca operasi.(1,2) kortikosteroid. Kehamilan pun dapat diperpanjang sampai 10 Pembedahan direkomendasikan untuk perdarahan hati hari, dan semua persalinan melahirkan anak hidup; tanpa ruptur; namun pengalaman akhir-akhir ini menunjukkan pasien-pasien ini mempunyai jumlah trombosit lebih dari bahwa komplikasi ini dapat ditangani secara konservatif pada 100.000/mm3 atau mempunyai enzim hati yang normal. Dua pasien yang hemodinamiknya masih stabil. Penanganan harus laporan terbaru melaporkan bahwa penggunaan kortikosteroid meliputi : pemantauan ketat keadaan hemodinamik dan saat antepartum dan postpartum menyebabkan perbaikan hasil koagulopati. laboratorium dan produksi urin pada pasien sindrom HELLP.(2) Diperlukan pemeriksaan serial USG atau CT scan terhadap Deksametason l0 mg/12 jam iv lebih baik dibandingkan hematoma subkapsuler, penanganan segera bila terjadi ruptur dengan betametason 12 mg/24 jam im, karena deksametason atau keadaan ibu memburuk. Yang terpenting dalam tidak hanya mempercepat pematangan paru janin tapi juga penanganan konservatif adalah menghindari trauma luar menstabilkan sindrom HELLP. Pasien yang diterapi dengan terhadap hati seperti : palpasi abdomen, kejang atau muntah deksametason mengalami penurunan aktifitas AST yang lebih dan hati-hati dalam transportasi pasien. Peningkatan tekanan Cermin Dunia Kedokteran No. 151, 2006 27
  • 5. intraabdominal yang tiba-tiba berpotensi menyebabkan ruptur 5. Abramovici D, Mattar F, Sibai BM. Hypertensive disorders in pregnancy. In Ransom SB, Dombrowski MP, Mc Neeley SG, Moghissi KS, Munkarah hematom subkapsular.(1,2) Pasien harus ditangani di unit AR, eds. Practical strategies in obstetrics and gynecology. Philadelphia: perawatan intensif (ICU) dengan pemantauan ketat terhadap WB Saunders Co, 2000; 384-6. semua parameter hemodinamik dan cairan untuk mencegah 6. Mordechai H. Hypertension in pregnancy. In: James KD, Steer JP, Weiner udem paru dan atau kelainan respiratorik. CP, Gonik B, Eds. High risk pregnancy management option. 2nd ed. London: WS Saunders, 1999; 650-1. Transfusi trombosit diindikasikan baik sebelum maupun 7. Sibai BM. Preeclampsia-eclampsia. In: Queenan JT, ed. Management of sesudah persalinan, jika hitung trombosit < 20.000/mm3. high risk pregnancy. 3rd ed. Boston: Blackwell Scientific Publ.1999; 3 80-1. Namun tidak perlu diulang karena pemakaiannya terjadi dengan 8. Isler CM, Barrileaux PS, Magann EF, Bass JD, Marthin JN. A Prospective cepat dan efeknya sementara. Setelah persalinan, pasien harus randomized trial comparing the efficacy of dexamethasone and betamethasone for the treatment of antarpartum HELLP syndrome. Am J diawasi ketat di ICU paling sedikit 48 jam. Sebagian pasien Obstet Gynecol 2001; 184: 1332-9. akan membaik selama 48 jam postpartum; beberapa, khususnya yang DIC, dapat terlambat membaik atau bahkan memburuk. Pasien demikian memerlukan pemantauan lebih intensif untuk Penanganan Sindrom HELLP(4) beberapa hari.(1) Sindrom HELLP dapat timbul pada masa postpartum. Sibai melaporkan dalam penelitian 304 pasien sindrom HELLP, 95 Umur kehamilan Umur kehamilan Umur kehamilan pasien (31%) hanya bermanifestasi saat postpartum. Pada < 32 minggu 32-34 minggu > 34 minggu kelompok ini, saat terjadinya berkisar dari beberapa jam sampai 6 hari, sebagian besar dalam 48 jam postpartum. Selanjutnya 75 pasien (79%) menderita preeklampsi sebelum persalinan, 20 pasien (21%) tidak menderita preeklampsi baik antepartum Pemberian kortikosteroid Kortikosteroid maupun postpartum.(1,2) Penanganannya sama dengan pasien sindrom HELLP anteparturn, termasuk profilaksis antikejang. Kontrol hipertensi harus lebih ketat.(1) Observasi respon kliniknya Penanganan konservatif Terminasi Tidak KOMPLIKASI Angka kematian ibu dengan sindrom HELLP mencapai Ya 1,1%; 1-25% berkomplikasi serius seperti DIC, solusio plasenta, adult respiratory distress syndrome, kegagalan Konsul pasien untuk mendapatkan Kondisi pasien Kondisi pasien pertolongan jika kehamilan dilanjut- hepatorenal, udem paru, hematom subkapsular, dan ruptur memburuk stabil kan 2 minggu/lebih untuk kema- hati.(4,5) tangan paru janin Angka kematian bayi berkisar 10-60%, disebabkan oleh solusio plasenta, hipoksi intrauterin, dan prematur.(5) Pengaruh sindrom HELLP pada janin berupa pertumbuhan janin terhambat (IUGR) sebanyak 30%(5) dan sindrom gangguan Terminasi Pantau pasien di Transfer pasien ke fasilitas pusat fasilitas pusat perawatan tersier yang mem- pernafasan (RDS).(4) perawatan tersier punyai NICU KEPUSTAKAAN 1. Barton JR, Sibai BM. Management of severe hypertension in pregnancy-USA. In: Walker JJ.,Gant NF, eds. Hypertension in pregnancy. London: Chapman & Hall, 1997; 300-6. Kondisi pasien Kondisi pasien baik 2. Berkowits RL. Hypertension in pregnancy. In: Gabbe SG, Niebyl JR, memburuk Simpson JL eds. Obstetrics normal & problem pregnancies. 3rd ed. New York : Churchill Livingstone, 1998; 947-53. 3. Sibai BM, Rodriquest JJ. Preeclampsia : diagnosis and management. In : Norbert G ed. Principles and practice of medical therapy in pregnancy.2nd Terminasi Pantau pasien di fasi- ed. California Appleton and Lange, 1991; 878-9. litas pusat perawatan 4. Padden MD. HELLP syndrome: Recognition and perinatal management. tersier Available from : http./members. Tripad.. Com/Ander Pander/hellp.html. accessed at: Sept 2001. 28 Cermin Dunia Kedokteran No. 151, 2006