SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Download to read offline


 473
ANALISIS LAJU KINETIK PENGERINGAN BATUBARA PERINGKAT
RENDAH INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN REAKTOR FIXED BED
SKALA LAB
Cahyadi1), Dwika Budianto1), Risky Dwi Yuniar2), dan Anggita Luthfiyani2)
1)
Balai Besar Teknologi Energi
Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang
2)
Teknologi Kimia Industri
Sekolah Tinggi Manajemen Industri
INTISARI
Sebagian besar potensi batubara Indonesia didominasi oleh jenis batubara peringkat rendah. Batubara
tersebut memiliki karakteristik kandungan air/moisture yang tinggi. Dalam pemanfaatannya sebagai
bahan bakar boiler PLTU, mempengaruhi dalam kinerja output boiler. Oleh sebab itu diperlukan
perlakuan atau treatment untuk mengurangi kandungan moisture dalam batubara melalui metode
pengeringan sebelum diumpankan dalam boiler. Pada penelitian ini akan membahas mengenai laju
proses pengeringan terhadap salah satu batubara peringkat rendah dari daerah Sumatra dengan
menggunakan alat reaktor fixed bed. Mekanisme pengujian dilakukan dengan memonitor laju penurunan
massa sampel batubara pada tingkat variasi kenaikan pemanasan (heat rate) tungku 1 o
C/menit dan 5
o
C/menit. Sehingga diperoleh hasil laju kinetic drying terhadap fungsi waktu.
Kata kunci : batubara peringkat rendah, laju kinetik pengeringan, fixed bed reaktor
ABSTRACT
Indonesia coal potential are mostly dominated by low rank coals. These coals have characteristic content
in high moisture. Its utilization as fuel in the coal fired generating plant boiler, affect the performance of
the boiler output. Therefore required treatment to reduce the moisture content of the coal through a
drying method before it is enter into the boiler. This research will discuss the rate of drying process
against one of the low rank coal from Sumatra region by using a fixed bed reactor. Testing mechanism is
done by monitoring the rate of mass loss of samples of coal at a rate of variation increment heating rate
the furnace respectively at 1 ° C / min and 5 ° C / min. The result analysis kinetic rate of drying of the
time function were obtained.
Keywords: low rank coal, rate of drying kinetic, fixed bed reactor
1. PENDAHULUAN
Sumberdaya potensi batubara Indonesia sangat masif sekitar 105 milyar ton [1]. Hampir
60% lebih potensi yang ada didominasi batubara tipikal dengan kadar air/moisture yang
tinggi atau lebih dikenal dengan low rank coal. Batubara yang merupakan kategori low
rank coal adalah jenis lignite dan subbituminous yang umumnya memiliki moisture
content tinggi (25%-65%). Kandungan moisture yang tinggi menimbulkan
permasalahan baik dalam proses handling (penyimpanan, crushing, transportasi), proses
pembakaran dalam boiler serta emisi gas buang CO2. Upgrading batubara merupakan
solusi kunci untuk menjawab beberapa permasalahan dalam memanfaatkan low rank
coal. Salah satu proses upgrading yaitu dengan melalui proses pengeringan/drying.
Untuk mendapatkan desain pengering maka diperlukan analisis laju kinetika pengering
(drying kinetic) terhadap sampel batubara low rank coal. Beberapa penelitian tentang


 474
drying kinetic batubara low rank coal Indonesia telah dilakukan oleh Li et al, 1991 ;
Cheng et al, 1993; Li et al, 2009; Tae et al, 2013 [2-5].
Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai drying kinetic dari low rank coal Indonesia
dengan menggunakan metode thermal drying didalam tungku lapisan tetap atau fixed
bed reactor dan thermobalance. Sampel batubara menggunakan jenis lignite dari daerah
Sumatra Selatan (Pendopo) dan Kalimantan Timur (Wahau).
2. DASAR TEORI
Merujuk dalam beberapa paper jurnal tentang drying kinetic, proses pengujian
dilakukan dengan 2 metode yaitu isothermal dan non-isothermal dimana pengujian
dilakukan dalam reaktor pemanas fixed bed dan massa sampel terukur dalam
termobalance sehingga laju penurunan massa sampel akibat pengaruh kenaikan
temperatur dalam reaktor dapat terecord/ terekam [2-5]. Pada penelitian ini khusus
melakukan metode non-isothermal pada kedua sampel low rank coal Indonesia.
Tujuannya adalah untuk membandingkan kinetika laju pengeringan terhadap
karakteristik kedua batubara tersebut dalam kondisi non-isotermal.
Preparasi sampel batubara sebelum dilakukan pengujian ada dua tahap yaitu :
1) Penghancuran
Batubara berbentuk bongkahan besar dimasukkan ke dalam container crusher,
dihancurkan (diperkecil) oleh penggiling jeruji, kemudian hasilnya ditampung pada box
bagian bawah crusher .
2) Pengayakan
Setelah didapatkan batubara dengan ukuran yang lebih kecil, selanjutnya batubara
diayak (ayakan kawat) untuk mendapatkan ukuran yang sesuai yaitu ± 1 cm.
Gambar 1. Crusher Gambar 2. Pengayakan Batubara
Sampel yang akan diuji dilakukan penimbangan masing-masing sejumlah 200 gram
dengan ukuran ± 1 cm. Persiapan perlengkapan peralatan pengujian meliputi : reaktor
pemanas, timbangan digital analitik, Thermocouple, penyangga basket sampel dan
tempat basket sampel.


 475
Gambar 3. Rangkaian reaktor fixed bed Gambar 4. Reaktor fixed bed dan
thermobalance
Setelah dirangkai dengan dengan baik sampel batubara yang ditimbang dimasukkan ke
dalam basket secara perlahan-lahan. Kemudian tutup reaktor secara hati-hati dan rapat.
Temperatur furnace pada reaktor ini terbagi kedalam tiga bagian pengaturan yaitu top,
middle dan bottom, sehingga diharapkan kondisi temperatur dalam furnace dapat
merata. Pengaturan seting temperatur dalam pengujian ini, temperatur awal diatur pada 60-
70 ᵒC sampai dengan temperatur 150 ᵒC, dengan variasi laju pemanasan 1ᵒC /menit dan
5ᵒC / menit. pencatatan data kondisi non-isotermal setiap 5 menit dan setiap 2 menit.
Pengolahan data yang didapatkan dari pengujian ini yaitu berupa data perubahan massa
sampel batubara, temperatur seting, temperatur lingkungan reaktor (top, middle, dan
bottom), dan temperatur sampel batubara. hasil analisis digunakan untuk mendapatkan
korelasi antara variasi perubahan laju pemanasan terhadap gradien penurunan massa
sampel batubara.
Proses pemanasan sampel batubara dapat disederhanakan secara stoikiometri dalam
bentuk sebagai berikut [4]:
A (wet solid)  B (solid) + C (water vapour)
Moisture yang hilang dalam sampel batubara saat proses pemanasan (α) per satuan
waktu (t) dinyatakan dalam persamaan (1) berikut :
………………………….(1)
Dimana
w = massa sampel batubara per satuan waktu (t)
w0 = massa sampel awal
w∞ = massa sampel akhir
Laju penurunan moisture sampel dinyatakan persamaan (2) berikut :
……………………………(2)
Dimana k adalah tetapan laju empiris sebagai fungsi temperatur (T) yang disebutkan
dalam persamaan Arrhenius (3) berikut :


 476
……………………(3)
Dimana,
k = koefisien laju reaksi
T = temperatur (°K)
A = pre eksponensial factor
E = energi aktivasi (J/mol)
R = konstanta gas (8.314 J/mol °K)
Energi aktivasi merupakan energi minimum yang diperlukan untuk memulai reaksi
kimia agar berjalan optimal. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju reaksi antara lain
temperatur dan luas permukaan. Pada umumnya jika temperatur dinaikan, laju reaksi
bertambah cepat, hal ini disebabkan energi kinetik partikel akan ikut meningkat. Begitu
pula dengan parameter luas permukaan, semakin kecil ukuran partikel (atau luas
permukaan sampel semakin besar) maka akan semakin cepat reaksinya. Parameter
kinetik dari non-isothermal drying diperoleh melalui regresi linier ln k terhadap 1/T
dinyatakan dalam persamaan (4).
ln k = ln A - …………………..(4)
Berdasarkan persamaan laju reaksi Arrhenius disederhanakan menjadi komponen x dan
y disederhanakan menjadi y = ln k dan x = 1/T sehingga menjadi persamaan berikut
y = a - b x
a= intersep b = slop
a = ln A b = ……………..………(5)
Jadi untuk mendapatkan nilai Energi aktivasi dicari terlebih dahulu nilai slop
berdasarkan grafik linearitas, x = (1/T) terhadap y= (ln k). Sehingga setelah diplot akan
diketahui pula nilai regresi (linearitas hasil grafik). Berdasarkan persamaan turunan (5)
diperoleh persamaan :
Ea = b x R ………………… (6)
3. METODE DAN TEKNIK PENGUKURAN
Metodologi pengujian drying kinetic terhadap sampel batubara low rank dilakukan
dengan beberapa tahapan seperti yang dijelaskan dalam gambar skema pengujian.
Diawali dengan preparasi sampel dari ukuran raw material menjadi ukuran seragam 1
cm, kemudian masing-masing sampel diuji dalam reaktor fixed bed yang terkoneksi
dengan timbangan analitik (thermobalance). Laju pemanasan dalam reaktor
divariasikan dalam 2 tingkat yang berbeda yaitu dengan laju pemanasan/ heat rate 1
o
C/min dan 5 o
C/min. Data hasil pengukuran yaitu berupa data temperatur dan gradien
massa sampel batubara selanjutnya dianalisis drying kinetic.


 477
Dalam pengujian menggunakan reaktor fixed bed dengan tujuan untuk menghindari
hilangnya partikel sampel batubara yang terfragmentasi akibat suplai panas konveksi
dari heater reaktor. Keseluruhan proses pengujian dijelaskan pada gambar 3 dan 4
dimana sampel batubara ditempatkan dalam basket sampel yang dihubungkan ke
timbangan melalui batang penyangga. Pengukuran dilakukan dalam reaktor yang
tertutup dengan kondisi lingkungan yang dapat diseting temperaturnya.
Gambar 5. Skema metodologi pengujian drying kinetic
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 6. Grafik moisture losses (α) Batubara Sumatera (Pendopo) dan Kalimantan
(Wahau) secara Non-Isotermal
y = -2E-06x3 + 0,0007x2 - 0,0549x + 1,2455
R² = 0,9996
y = -3E-06x3 + 0,0009x2 - 0,0724x + 1,9102
R² = 0,9998
y = -3E-06x3 + 0,001x2 - 0,088x + 2,3846
R² = 0,9999
y = -3E-06x3 + 0,001x2 - 0,0941x + 2,7672
R² = 0,9958
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
1
50 70 90 110 130 150
Lossesmoist(α)
time (min)
NON-ISOTHERMAL DRYING
Pendopo 1 C/min
Wahau 1 C/min
Pendopo 5 C/min
Wahau 5 C/min
Poly. (Pendopo 1 C/min)
Poly. (Wahau 1 C/min)
Poly. (Pendopo 5 C/min)
Poly. (Wahau 5 C/min)


 478
Berdasarkan hasil grafik pelepasan moisture terhadap fungsi waktu gambar 6
menunjukkan kecenderungan laju penurunan massa sampel batubara berbanding lurus
dengan temperatur furnace, semakin meningkatnya temperatur furnace dan durasi
pemanasan maka massa batubara akan semakin berkurang, karena penguapan kadar air
batubara tersebut. Pada awal pengeringan terjadi penguapan kadar air pada bagian
surface moisture, kemudian diikuti penguapan inherent moisture.
Perbandingan grafik kurva sampel batubara Kalimantan cenderung lebih landai
dibandingkan dengan kurva sampel batubara Sumatera baik pada laju pemanasan 1
o
C/min dan 5 o
C/min. Hal tersebut mengindikasikan bahwa gradien penurunan massa
batubara Sumatera Selatan lebih tinggi dari pada batubara Kalimantan Timur. Faktor
ini lebih dipengaruhi oleh unsur porositas atau rongga dari permukaan sampel batubara
dimana sampel batubara Sumatera Selatan memiliki porositas lebih besar dari pada
sampel batubara Kalimantan Timur.
Gambar 7. Grafik Hubungan Perhitungan Energi Aktivasi secara Non-Isotermal
a. Laju Reaksi 1 °C /menit
Batubara Kalimantan (Wahau) Batubara Sumatera (Pendopo)
Ea = b x R
= 4089.6 x 8.314
= 34000.93 (J/mol °K)
= 34.00(KJ/mol °K)
Ea = b x R
= 3728.1 x 8.314
= 30995.42 (J/ mol °K)
= 30.99 (KJ/mol °K)
y = -3728,1x - 2,7724
R² = 0,845
y = -4089,6x - 1,9486
R² = 0,8938
y = -4493x - 1,0211
R² = 0,8478
y = -5298,8x + 0,8094
R² = 0,9453
-15
-14,8
-14,6
-14,4
-14,2
-14
-13,8
-13,6
-13,4
-13,2
-13
-12,8
-12,6
-12,4
-12,2
-12
0,0023 0,0025 0,0027 0,0029 0,0031
y = ln K
x = 1 / T
Sumatera 1C/menit Kalimantan 1 C/menit
Sumatera 5 C/Menit Kalimantan 5C/Menit
Linear (Sumatera 1C/menit) Linear (Kalimantan 1 C/menit)
Linear (Sumatera 5 C/Menit) Linear (Kalimantan 5C/Menit)


 479
b. Laju Reaksi 5 °C /menit
Batubara Kalimantan (Wahau) Batubara Sumatera (Pendopo)
Ea = b x R
= 5298.8 x 8.314
= 44054.22 (J/mol °K)
= 44.05 (KJ/mol °K)
Ea = b x R
= 4493 x 8.314
= 37354.80 (J/mol °K)
= 37.35 (KJ/mol °K)
Persamaan ini menunjukan bahwa energi aktivasi tergantung pada fungsi temperatur.
Kenaikan laju temperatur reaksi akan meningkatkan Energi aktivasi (korelasinya
berbanding lurus). Nilai Energi aktivasi dapat dihitung berdasarkan nilai slop pada
grafik. Dimana nilai slop didapat berdasarkan grafik linearitas, x = (1/T) terhadap y =
(ln k). Besarnya energi aktivasi pada laju pemanasan 1°C/menit sampel batubara
Kalimantan (Wahau) sebesar 34.00 KJ/mol°K dan sampel Sumatra (pendopo) sebesar
30.99 KJ/mol°K sedangkan energi aktivasi pada laju pemanasan 5°C/menit sampel
batubara Kalimantan (Wahau) sebesar 44.05 KJ/Kmol°K dan sampel Sumatra
(pendopo) sebesar 37.35 KJ/Kmol°K. Berdasarkan variasi laju pemanasan dapat
disimpulkan bahwa sampel batubara kalimantan (Wahau) memiliki energi aktivasi yang
lebih tinggi dibandingkan sampel batubara Sumatra (Pendopo).
5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian drying kinetic terhadap 2 sampel batubara low rank
Indonesia pada reaktor fixed bed dapat disimpulkan bahwa :
1) Gradien penurunan massa batubara Sumatera Selatan cenderung lebih tinggi
nilainya dari pada batubara Kalimantan Timur pada tingkat laju pemanasan 1
o
C/menit dan 5 o
C/menit, hal ini menunjukkan bahwa unsur porositas sampel
batubara Sumatera Selatan lebih besar dari pada batubara Kalimantan Timur.
2) Besarnya energi aktivasi sebanding dengan laju pemanasan sampel, hal ini
dibuktikan bahwa energi aktifasi pada heat rate 1 o
C/menit adalah 30.99 dan 34
KJ/mol masing-masing sampel batubara Sumatra (Pendopo) dan Kalimantan
(Wahau), sedangkan pada heat rate 5 o
C/menit adalah sebesar 37.35 dan 44.05
KJ/mol masing-masing sampel batubara Sumatra Selatan dan Kalimantan Timur
DAFTAR PUSTAKA
1. Badan Geologi Kementerian ESDM, 2011, Statistik Batubara 2012
2. Li J H, Zhang G E, Huang S, 1991. Investigation of thermal decomposition of
solids. I. Kinetics of thermal dehydration of potasssium oxalate one-hydrate.
Chemical Journal of Chinese Universities, 12:1513–1516.
3. Cheng Q T, Li J H,LXD,1993. Investigation on decomposition of calcium oxalate
monohydrate by correlative judging method. Acta Physico-Chimica Sinica, 9(5):
675–678.
4. Li X, Song H, Wang Q, Meesri C, Wall T, Yu J, 2009. Experimental study on
drying ang moisture re-adsorption kinetics of an Indonesian low rank coal. Journal
of Environmental Science Supplement S127-S130


 480
5. Tae JK, Huaeon N, Li HX, Sihyun L, Sangdo K, Hyok BK, 2013. The drying
kinetics of indonesia low rank Coal (IBC) using a lab scale fixed bed reactor and
thermobalance to apply catalytic gasification process. Renewable energy 54.





 
 



 ±
 



LAMPIRAN
Data Pengujian Laju Kinetik Pengeringan secara Non Isothermal
Sampel wahau laju pemanasan 1 C/menit
No.
Time
(menit)
Temperatur Drying Tube
Furnace (ᵒC)
Tcoal (ᵒC)
m coal
awal (g)
mcoal
after(g)
α
Top Middle Bottom
Ts Ts Ts
1 0 50 50 49 42.2 200.81 200.81 0
2 5 55 58 57 45.1 200.81 199.03 0.039
3 10 60 63 62 49 200.81 198.26 0.056
4 15 65 68 61 49.2 200.81 197.07 0.082
5 20 70 73 72 52.6 200.81 195.34 0.120
6 25 75 78 78 55.4 200.81 193.00 0.172
7 30 80 83 83 60.2 200.81 190.25 0.232
8 35 85 88 88 63.9 200.81 187.17 0.299
9 40 90 93 93 67.6 200.81 183.88 0.372
10 45 95 98 98 70.3 200.81 180.55 0.445
11 50 100 104 104 74.1 200.81 176.78 0.528
12 55 105 109 109 77.7 200.81 173.05 0.610
13 60 110 114 114 80.8 200.81 169.34 0.691
14 65 115 119 119 84.3 200.81 165.97 0.765


 481
15 70 120 124 124 88.5 200.81 163.11 0.828
16 75 125 129 129 92.2 200.81 160.96 0.875
17 80 130 134 134 97.4 200.81 161.47 0.914
18 85 135 139 139 101.1 200.81 157.75 0.946
19 90 140 139 138 105 200.81 156.58 0.971
20 95 145 144 143 108.3 200.81 155.27 1
Sampel Pendopo laju pemanasan 1 C/menit
No.
Time
(menit)
Temperatur Drying Tube
Furnace (ᵒC)
Tcoal (ᵒC)
m coal
awal (g)
mcoal
after(g)
α
Top Middle Bottom
Ts Ts Ts
1 0 50 64 62 44.7 192 192 0
2 5 55 70 69 65.1 192 190.20 0.010
3 10 60 72 71 66.7 192 181.91 0.057
4 15 65 78 77 62.8 192 172.80 0.108
5 20 70 75 74 66.5 192 162.88 0.165
6 25 75 78 77 66.7 192 152.14 0.225
7 30 80 81 80 66.6 192 140.59 0.290
8 35 85 90 89 71.0 192 128.18 0.361
9 40 90 94 93 73.5 192 114.02 0.441
10 45 95 99 97 77.7 192 99.95 0.520
11 50 100 103 102 83.0 192 85.58 0.601
12 55 105 108 107 87.8 192 71.40 0.681
13 60 110 113 112 92.9 192 56.18 0.767
14 65 115 117 116 97.9 192 43.42 0.839
15 70 120 119 119 101.0 192 33.92 0.893
16 75 125 125 123 110.0 192 26.27 0.936
17 80 130 129 129 117.0 192 20.47 0.969
18 85 135 134 132 123.0 192 16.51 0.991
19 90 140 139 138 123.0 192 15.00 1.000
Sampel wahau laju pemanasan 5 C/menit
No.
Time
(menit)
Temperatur Drying Tube
Furnace (ᵒC)
Tcoal (ᵒC)
m coal
awal (g)
mcoal
after(g)
α
Top Middle Bottom
Ts Ts Ts
1 0 60 58 57 40.4 200.34 16.60 0
2 2 70 68 67 47.7 200.34 199.65 0.005
3 4 80 78 77 51.4 200.34 194.88 0.043
4 6 90 88 87 54.6 200.34 190.97 0.073
5 8 100 98 97 59.0 200.34 184.24 0.126


 482
6 10 110 108 107 63.9 200.34 167.18 0.260
7 12 120 118 117 68.7 200.34 143.59 0.444
8 14 130 128 127 74.2 200.34 119.52 0.633
9 16 140 138 137 78.3 200.34 97.99 0.801
10 18 150 148 147 84.0 200.34 82.28 0.924
11 20 160 158 157 88.5 200.34 75.48 0.977
12 22 170 168 167 94.4 200.34 72.60 1.000
Sampel Pendopo laju pemanasan 5 C/menit
No.
Time
(menit)
Temperatur Drying Tube
Furnace (ᵒC)
Tcoal (ᵒC)
m coal
awal (g)
mcoal
after(g)
α
Top Middle Bottom
Ts Ts Ts
1 0 60 58 57 51.4 198.15 198.15 0
2 2 70 68 67 63.2 198.15 197.88 0.025
3 4 80 78 77 71.8 198.15 197.66 0.046
4 6 90 88 87 72.5 198.15 196.73 0.133
5 8 100 98 97 72.6 198.15 145.27 0.267
6 10 110 108 107 78.8 198.15 193.59 0.428
7 12 120 118 117 86.6 198.15 191.90 0.587
8 14 130 128 127 92.4 198.15 190.11 0.755
9 16 140 138 137 98.3 198.15 188.63 0.893
10 18 150 148 147 103 198.15 187.74 0.978
11 20 160 159 157 108.2 198.15 187.67 0.984
12 22 170 168 166 112.4 198.15 187.5 1.000

More Related Content

What's hot

Makalah batam zae totok
Makalah batam zae totokMakalah batam zae totok
Makalah batam zae totokPak Zaenal
 
Kinkat --bank-soal-dan-penyelesaian1
Kinkat --bank-soal-dan-penyelesaian1Kinkat --bank-soal-dan-penyelesaian1
Kinkat --bank-soal-dan-penyelesaian1wahyuddin S.T
 
P1 perbaikan kel 7 selasa pagi 1
P1 perbaikan kel 7 selasa pagi 1P1 perbaikan kel 7 selasa pagi 1
P1 perbaikan kel 7 selasa pagi 1naufal rilanda
 
Pertemuan 2-dan-3 dasar2-kinetika-reaksi-kimia
Pertemuan 2-dan-3 dasar2-kinetika-reaksi-kimiaPertemuan 2-dan-3 dasar2-kinetika-reaksi-kimia
Pertemuan 2-dan-3 dasar2-kinetika-reaksi-kimiaSaya Kamu
 
LAPORAN PRAKTIKUM PINDAH PANAS ACARA 3
LAPORAN PRAKTIKUM PINDAH PANAS ACARA 3LAPORAN PRAKTIKUM PINDAH PANAS ACARA 3
LAPORAN PRAKTIKUM PINDAH PANAS ACARA 3Titin Indrawati
 
Laporan tetap pratikum Kimia (Penentuan Perubahan Entalpi Reaksi)
Laporan  tetap pratikum  Kimia (Penentuan  Perubahan  Entalpi  Reaksi)Laporan  tetap pratikum  Kimia (Penentuan  Perubahan  Entalpi  Reaksi)
Laporan tetap pratikum Kimia (Penentuan Perubahan Entalpi Reaksi)Novi Fachrunnisa
 
Jurnal proses cyaniding (AA)
Jurnal proses cyaniding (AA)Jurnal proses cyaniding (AA)
Jurnal proses cyaniding (AA)Abrianto Akuan
 
Jurnal Laju Reaksi
Jurnal Laju ReaksiJurnal Laju Reaksi
Jurnal Laju Reaksinurul limsun
 
Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometri
Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometriPenentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometri
Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometriqlp
 
Gcms analisis
Gcms analisisGcms analisis
Gcms analisisMan Xp
 
05 kinetika reaksi-homogen-sistem-batch-ppt
05 kinetika reaksi-homogen-sistem-batch-ppt05 kinetika reaksi-homogen-sistem-batch-ppt
05 kinetika reaksi-homogen-sistem-batch-pptwahyuddin S.T
 
L2 f607012 mta
L2 f607012 mtaL2 f607012 mta
L2 f607012 mtapurewin
 
Reactor volume konstan
Reactor volume konstanReactor volume konstan
Reactor volume konstansartikot
 

What's hot (20)

Jurnal termokimia
Jurnal termokimiaJurnal termokimia
Jurnal termokimia
 
Termokimia
TermokimiaTermokimia
Termokimia
 
Makalah batam zae totok
Makalah batam zae totokMakalah batam zae totok
Makalah batam zae totok
 
Analisis proksimat
Analisis proksimatAnalisis proksimat
Analisis proksimat
 
Kinkat --bank-soal-dan-penyelesaian1
Kinkat --bank-soal-dan-penyelesaian1Kinkat --bank-soal-dan-penyelesaian1
Kinkat --bank-soal-dan-penyelesaian1
 
P1 perbaikan kel 7 selasa pagi 1
P1 perbaikan kel 7 selasa pagi 1P1 perbaikan kel 7 selasa pagi 1
P1 perbaikan kel 7 selasa pagi 1
 
Pertemuan 2-dan-3 dasar2-kinetika-reaksi-kimia
Pertemuan 2-dan-3 dasar2-kinetika-reaksi-kimiaPertemuan 2-dan-3 dasar2-kinetika-reaksi-kimia
Pertemuan 2-dan-3 dasar2-kinetika-reaksi-kimia
 
LAPORAN PRAKTIKUM PINDAH PANAS ACARA 3
LAPORAN PRAKTIKUM PINDAH PANAS ACARA 3LAPORAN PRAKTIKUM PINDAH PANAS ACARA 3
LAPORAN PRAKTIKUM PINDAH PANAS ACARA 3
 
Laporan tetap pratikum Kimia (Penentuan Perubahan Entalpi Reaksi)
Laporan  tetap pratikum  Kimia (Penentuan  Perubahan  Entalpi  Reaksi)Laporan  tetap pratikum  Kimia (Penentuan  Perubahan  Entalpi  Reaksi)
Laporan tetap pratikum Kimia (Penentuan Perubahan Entalpi Reaksi)
 
Jurnal proses cyaniding (AA)
Jurnal proses cyaniding (AA)Jurnal proses cyaniding (AA)
Jurnal proses cyaniding (AA)
 
Jurnal Laju Reaksi
Jurnal Laju ReaksiJurnal Laju Reaksi
Jurnal Laju Reaksi
 
Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometri
Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometriPenentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometri
Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometri
 
PPT TOMMY IVANTORO
PPT TOMMY IVANTOROPPT TOMMY IVANTORO
PPT TOMMY IVANTORO
 
Gcms analisis
Gcms analisisGcms analisis
Gcms analisis
 
12gravimetrik
12gravimetrik12gravimetrik
12gravimetrik
 
gravimetri
gravimetrigravimetri
gravimetri
 
05 kinetika reaksi-homogen-sistem-batch-ppt
05 kinetika reaksi-homogen-sistem-batch-ppt05 kinetika reaksi-homogen-sistem-batch-ppt
05 kinetika reaksi-homogen-sistem-batch-ppt
 
Ratb
RatbRatb
Ratb
 
L2 f607012 mta
L2 f607012 mtaL2 f607012 mta
L2 f607012 mta
 
Reactor volume konstan
Reactor volume konstanReactor volume konstan
Reactor volume konstan
 

Similar to 10TH ANNUAL MEETING ON TESTING AND QUALITY 2015

Pengaruh Kecepatan angin terhadap kenaikan temperatur dan lamanya waktu pada ...
Pengaruh Kecepatan angin terhadap kenaikan temperatur dan lamanya waktu pada ...Pengaruh Kecepatan angin terhadap kenaikan temperatur dan lamanya waktu pada ...
Pengaruh Kecepatan angin terhadap kenaikan temperatur dan lamanya waktu pada ...Janry E. Sianturi
 
Siap presentasi ayu (2)
Siap presentasi ayu (2)Siap presentasi ayu (2)
Siap presentasi ayu (2)rahmadfauzan09
 
Tugas metode penelitian Teknik Mesin
Tugas metode penelitian Teknik MesinTugas metode penelitian Teknik Mesin
Tugas metode penelitian Teknik MesinAlekson Sihombing
 
modul minggu ke 3.pptx
modul minggu ke 3.pptxmodul minggu ke 3.pptx
modul minggu ke 3.pptxDoniDony
 
STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI TEKANAN KETEL DAN BUKAAN KATUP BAHAN BAK...
STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI TEKANAN KETEL DAN BUKAAN KATUP BAHAN BAK...STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI TEKANAN KETEL DAN BUKAAN KATUP BAHAN BAK...
STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI TEKANAN KETEL DAN BUKAAN KATUP BAHAN BAK...sumadhijono
 
Laporan Praktikum KFANOR_Kalorimeter Bom Nilai Kalor Melalui Pembakaran.pdf
Laporan Praktikum KFANOR_Kalorimeter Bom Nilai Kalor Melalui Pembakaran.pdfLaporan Praktikum KFANOR_Kalorimeter Bom Nilai Kalor Melalui Pembakaran.pdf
Laporan Praktikum KFANOR_Kalorimeter Bom Nilai Kalor Melalui Pembakaran.pdfRizkyHadiwijaya
 
Tugas Pemanfaatan Batubara
Tugas Pemanfaatan Batubara Tugas Pemanfaatan Batubara
Tugas Pemanfaatan Batubara ShofaRijalulHaq
 
Analisis proksimat
Analisis proksimat Analisis proksimat
Analisis proksimat Cheche Khan
 
Isi laporan kalsinasi
Isi laporan kalsinasiIsi laporan kalsinasi
Isi laporan kalsinasiIrwin Maulana
 
Usr local_www_artikel_downloads_20131031092044-07-13008045
 Usr local_www_artikel_downloads_20131031092044-07-13008045 Usr local_www_artikel_downloads_20131031092044-07-13008045
Usr local_www_artikel_downloads_20131031092044-07-13008045Operator Warnet Vast Raha
 
Analisis Syngas Gasifikasi Batubara.pdf
Analisis Syngas Gasifikasi Batubara.pdfAnalisis Syngas Gasifikasi Batubara.pdf
Analisis Syngas Gasifikasi Batubara.pdfMas S2
 
SIMULASI KARAKTERISTIK PENGERINGM BEKU DAGING SAP1 GILING (Simulation Study o...
SIMULASI KARAKTERISTIK PENGERINGM BEKU DAGING SAP1 GILING (Simulation Study o...SIMULASI KARAKTERISTIK PENGERINGM BEKU DAGING SAP1 GILING (Simulation Study o...
SIMULASI KARAKTERISTIK PENGERINGM BEKU DAGING SAP1 GILING (Simulation Study o...Repository Ipb
 
Rancang bangun kolektor surya
 Rancang bangun kolektor surya Rancang bangun kolektor surya
Rancang bangun kolektor suryaHelmas Tanjung
 
97884 id-perancangan-dan-pembuatan-tungku-heat-tr
97884 id-perancangan-dan-pembuatan-tungku-heat-tr97884 id-perancangan-dan-pembuatan-tungku-heat-tr
97884 id-perancangan-dan-pembuatan-tungku-heat-trSerdadu Syahrul
 

Similar to 10TH ANNUAL MEETING ON TESTING AND QUALITY 2015 (20)

Pengaruh Kecepatan angin terhadap kenaikan temperatur dan lamanya waktu pada ...
Pengaruh Kecepatan angin terhadap kenaikan temperatur dan lamanya waktu pada ...Pengaruh Kecepatan angin terhadap kenaikan temperatur dan lamanya waktu pada ...
Pengaruh Kecepatan angin terhadap kenaikan temperatur dan lamanya waktu pada ...
 
Ppt krbon aktif
Ppt krbon aktifPpt krbon aktif
Ppt krbon aktif
 
Siap presentasi ayu (2)
Siap presentasi ayu (2)Siap presentasi ayu (2)
Siap presentasi ayu (2)
 
Tugas metode penelitian Teknik Mesin
Tugas metode penelitian Teknik MesinTugas metode penelitian Teknik Mesin
Tugas metode penelitian Teknik Mesin
 
modul minggu ke 3.pptx
modul minggu ke 3.pptxmodul minggu ke 3.pptx
modul minggu ke 3.pptx
 
07 joko win-1-apr-13
07 joko win-1-apr-1307 joko win-1-apr-13
07 joko win-1-apr-13
 
STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI TEKANAN KETEL DAN BUKAAN KATUP BAHAN BAK...
STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI TEKANAN KETEL DAN BUKAAN KATUP BAHAN BAK...STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI TEKANAN KETEL DAN BUKAAN KATUP BAHAN BAK...
STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI TEKANAN KETEL DAN BUKAAN KATUP BAHAN BAK...
 
Laporan Praktikum KFANOR_Kalorimeter Bom Nilai Kalor Melalui Pembakaran.pdf
Laporan Praktikum KFANOR_Kalorimeter Bom Nilai Kalor Melalui Pembakaran.pdfLaporan Praktikum KFANOR_Kalorimeter Bom Nilai Kalor Melalui Pembakaran.pdf
Laporan Praktikum KFANOR_Kalorimeter Bom Nilai Kalor Melalui Pembakaran.pdf
 
Batu bara
Batu baraBatu bara
Batu bara
 
Tugas Pemanfaatan Batubara
Tugas Pemanfaatan Batubara Tugas Pemanfaatan Batubara
Tugas Pemanfaatan Batubara
 
Analisis proksimat
Analisis proksimat Analisis proksimat
Analisis proksimat
 
Isi laporan kalsinasi
Isi laporan kalsinasiIsi laporan kalsinasi
Isi laporan kalsinasi
 
BOiler.pdf
BOiler.pdfBOiler.pdf
BOiler.pdf
 
Usr local_www_artikel_downloads_20131031092044-07-13008045
 Usr local_www_artikel_downloads_20131031092044-07-13008045 Usr local_www_artikel_downloads_20131031092044-07-13008045
Usr local_www_artikel_downloads_20131031092044-07-13008045
 
Analisis Syngas Gasifikasi Batubara.pdf
Analisis Syngas Gasifikasi Batubara.pdfAnalisis Syngas Gasifikasi Batubara.pdf
Analisis Syngas Gasifikasi Batubara.pdf
 
SIMULASI KARAKTERISTIK PENGERINGM BEKU DAGING SAP1 GILING (Simulation Study o...
SIMULASI KARAKTERISTIK PENGERINGM BEKU DAGING SAP1 GILING (Simulation Study o...SIMULASI KARAKTERISTIK PENGERINGM BEKU DAGING SAP1 GILING (Simulation Study o...
SIMULASI KARAKTERISTIK PENGERINGM BEKU DAGING SAP1 GILING (Simulation Study o...
 
Rancang bangun kolektor surya
 Rancang bangun kolektor surya Rancang bangun kolektor surya
Rancang bangun kolektor surya
 
Proposal ferdi
Proposal ferdi Proposal ferdi
Proposal ferdi
 
97884 id-perancangan-dan-pembuatan-tungku-heat-tr
97884 id-perancangan-dan-pembuatan-tungku-heat-tr97884 id-perancangan-dan-pembuatan-tungku-heat-tr
97884 id-perancangan-dan-pembuatan-tungku-heat-tr
 
Evaluasi cadangn
Evaluasi cadangnEvaluasi cadangn
Evaluasi cadangn
 

Recently uploaded

MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptxMuhararAhmad
 
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptxAnnisaNurHasanah27
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfrekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfssuser40d8e3
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studiossuser52d6bf
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxmuhammadrizky331164
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptxAnnisaNurHasanah27
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.pptSonyGobang1
 

Recently uploaded (9)

MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
 
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfrekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
 

10TH ANNUAL MEETING ON TESTING AND QUALITY 2015

  • 1.    473 ANALISIS LAJU KINETIK PENGERINGAN BATUBARA PERINGKAT RENDAH INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN REAKTOR FIXED BED SKALA LAB Cahyadi1), Dwika Budianto1), Risky Dwi Yuniar2), dan Anggita Luthfiyani2) 1) Balai Besar Teknologi Energi Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang 2) Teknologi Kimia Industri Sekolah Tinggi Manajemen Industri INTISARI Sebagian besar potensi batubara Indonesia didominasi oleh jenis batubara peringkat rendah. Batubara tersebut memiliki karakteristik kandungan air/moisture yang tinggi. Dalam pemanfaatannya sebagai bahan bakar boiler PLTU, mempengaruhi dalam kinerja output boiler. Oleh sebab itu diperlukan perlakuan atau treatment untuk mengurangi kandungan moisture dalam batubara melalui metode pengeringan sebelum diumpankan dalam boiler. Pada penelitian ini akan membahas mengenai laju proses pengeringan terhadap salah satu batubara peringkat rendah dari daerah Sumatra dengan menggunakan alat reaktor fixed bed. Mekanisme pengujian dilakukan dengan memonitor laju penurunan massa sampel batubara pada tingkat variasi kenaikan pemanasan (heat rate) tungku 1 o C/menit dan 5 o C/menit. Sehingga diperoleh hasil laju kinetic drying terhadap fungsi waktu. Kata kunci : batubara peringkat rendah, laju kinetik pengeringan, fixed bed reaktor ABSTRACT Indonesia coal potential are mostly dominated by low rank coals. These coals have characteristic content in high moisture. Its utilization as fuel in the coal fired generating plant boiler, affect the performance of the boiler output. Therefore required treatment to reduce the moisture content of the coal through a drying method before it is enter into the boiler. This research will discuss the rate of drying process against one of the low rank coal from Sumatra region by using a fixed bed reactor. Testing mechanism is done by monitoring the rate of mass loss of samples of coal at a rate of variation increment heating rate the furnace respectively at 1 ° C / min and 5 ° C / min. The result analysis kinetic rate of drying of the time function were obtained. Keywords: low rank coal, rate of drying kinetic, fixed bed reactor 1. PENDAHULUAN Sumberdaya potensi batubara Indonesia sangat masif sekitar 105 milyar ton [1]. Hampir 60% lebih potensi yang ada didominasi batubara tipikal dengan kadar air/moisture yang tinggi atau lebih dikenal dengan low rank coal. Batubara yang merupakan kategori low rank coal adalah jenis lignite dan subbituminous yang umumnya memiliki moisture content tinggi (25%-65%). Kandungan moisture yang tinggi menimbulkan permasalahan baik dalam proses handling (penyimpanan, crushing, transportasi), proses pembakaran dalam boiler serta emisi gas buang CO2. Upgrading batubara merupakan solusi kunci untuk menjawab beberapa permasalahan dalam memanfaatkan low rank coal. Salah satu proses upgrading yaitu dengan melalui proses pengeringan/drying. Untuk mendapatkan desain pengering maka diperlukan analisis laju kinetika pengering (drying kinetic) terhadap sampel batubara low rank coal. Beberapa penelitian tentang
  • 2.    474 drying kinetic batubara low rank coal Indonesia telah dilakukan oleh Li et al, 1991 ; Cheng et al, 1993; Li et al, 2009; Tae et al, 2013 [2-5]. Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai drying kinetic dari low rank coal Indonesia dengan menggunakan metode thermal drying didalam tungku lapisan tetap atau fixed bed reactor dan thermobalance. Sampel batubara menggunakan jenis lignite dari daerah Sumatra Selatan (Pendopo) dan Kalimantan Timur (Wahau). 2. DASAR TEORI Merujuk dalam beberapa paper jurnal tentang drying kinetic, proses pengujian dilakukan dengan 2 metode yaitu isothermal dan non-isothermal dimana pengujian dilakukan dalam reaktor pemanas fixed bed dan massa sampel terukur dalam termobalance sehingga laju penurunan massa sampel akibat pengaruh kenaikan temperatur dalam reaktor dapat terecord/ terekam [2-5]. Pada penelitian ini khusus melakukan metode non-isothermal pada kedua sampel low rank coal Indonesia. Tujuannya adalah untuk membandingkan kinetika laju pengeringan terhadap karakteristik kedua batubara tersebut dalam kondisi non-isotermal. Preparasi sampel batubara sebelum dilakukan pengujian ada dua tahap yaitu : 1) Penghancuran Batubara berbentuk bongkahan besar dimasukkan ke dalam container crusher, dihancurkan (diperkecil) oleh penggiling jeruji, kemudian hasilnya ditampung pada box bagian bawah crusher . 2) Pengayakan Setelah didapatkan batubara dengan ukuran yang lebih kecil, selanjutnya batubara diayak (ayakan kawat) untuk mendapatkan ukuran yang sesuai yaitu ± 1 cm. Gambar 1. Crusher Gambar 2. Pengayakan Batubara Sampel yang akan diuji dilakukan penimbangan masing-masing sejumlah 200 gram dengan ukuran ± 1 cm. Persiapan perlengkapan peralatan pengujian meliputi : reaktor pemanas, timbangan digital analitik, Thermocouple, penyangga basket sampel dan tempat basket sampel.
  • 3.    475 Gambar 3. Rangkaian reaktor fixed bed Gambar 4. Reaktor fixed bed dan thermobalance Setelah dirangkai dengan dengan baik sampel batubara yang ditimbang dimasukkan ke dalam basket secara perlahan-lahan. Kemudian tutup reaktor secara hati-hati dan rapat. Temperatur furnace pada reaktor ini terbagi kedalam tiga bagian pengaturan yaitu top, middle dan bottom, sehingga diharapkan kondisi temperatur dalam furnace dapat merata. Pengaturan seting temperatur dalam pengujian ini, temperatur awal diatur pada 60- 70 ᵒC sampai dengan temperatur 150 ᵒC, dengan variasi laju pemanasan 1ᵒC /menit dan 5ᵒC / menit. pencatatan data kondisi non-isotermal setiap 5 menit dan setiap 2 menit. Pengolahan data yang didapatkan dari pengujian ini yaitu berupa data perubahan massa sampel batubara, temperatur seting, temperatur lingkungan reaktor (top, middle, dan bottom), dan temperatur sampel batubara. hasil analisis digunakan untuk mendapatkan korelasi antara variasi perubahan laju pemanasan terhadap gradien penurunan massa sampel batubara. Proses pemanasan sampel batubara dapat disederhanakan secara stoikiometri dalam bentuk sebagai berikut [4]: A (wet solid)  B (solid) + C (water vapour) Moisture yang hilang dalam sampel batubara saat proses pemanasan (α) per satuan waktu (t) dinyatakan dalam persamaan (1) berikut : ………………………….(1) Dimana w = massa sampel batubara per satuan waktu (t) w0 = massa sampel awal w∞ = massa sampel akhir Laju penurunan moisture sampel dinyatakan persamaan (2) berikut : ……………………………(2) Dimana k adalah tetapan laju empiris sebagai fungsi temperatur (T) yang disebutkan dalam persamaan Arrhenius (3) berikut :
  • 4.    476 ……………………(3) Dimana, k = koefisien laju reaksi T = temperatur (°K) A = pre eksponensial factor E = energi aktivasi (J/mol) R = konstanta gas (8.314 J/mol °K) Energi aktivasi merupakan energi minimum yang diperlukan untuk memulai reaksi kimia agar berjalan optimal. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju reaksi antara lain temperatur dan luas permukaan. Pada umumnya jika temperatur dinaikan, laju reaksi bertambah cepat, hal ini disebabkan energi kinetik partikel akan ikut meningkat. Begitu pula dengan parameter luas permukaan, semakin kecil ukuran partikel (atau luas permukaan sampel semakin besar) maka akan semakin cepat reaksinya. Parameter kinetik dari non-isothermal drying diperoleh melalui regresi linier ln k terhadap 1/T dinyatakan dalam persamaan (4). ln k = ln A - …………………..(4) Berdasarkan persamaan laju reaksi Arrhenius disederhanakan menjadi komponen x dan y disederhanakan menjadi y = ln k dan x = 1/T sehingga menjadi persamaan berikut y = a - b x a= intersep b = slop a = ln A b = ……………..………(5) Jadi untuk mendapatkan nilai Energi aktivasi dicari terlebih dahulu nilai slop berdasarkan grafik linearitas, x = (1/T) terhadap y= (ln k). Sehingga setelah diplot akan diketahui pula nilai regresi (linearitas hasil grafik). Berdasarkan persamaan turunan (5) diperoleh persamaan : Ea = b x R ………………… (6) 3. METODE DAN TEKNIK PENGUKURAN Metodologi pengujian drying kinetic terhadap sampel batubara low rank dilakukan dengan beberapa tahapan seperti yang dijelaskan dalam gambar skema pengujian. Diawali dengan preparasi sampel dari ukuran raw material menjadi ukuran seragam 1 cm, kemudian masing-masing sampel diuji dalam reaktor fixed bed yang terkoneksi dengan timbangan analitik (thermobalance). Laju pemanasan dalam reaktor divariasikan dalam 2 tingkat yang berbeda yaitu dengan laju pemanasan/ heat rate 1 o C/min dan 5 o C/min. Data hasil pengukuran yaitu berupa data temperatur dan gradien massa sampel batubara selanjutnya dianalisis drying kinetic.
  • 5.    477 Dalam pengujian menggunakan reaktor fixed bed dengan tujuan untuk menghindari hilangnya partikel sampel batubara yang terfragmentasi akibat suplai panas konveksi dari heater reaktor. Keseluruhan proses pengujian dijelaskan pada gambar 3 dan 4 dimana sampel batubara ditempatkan dalam basket sampel yang dihubungkan ke timbangan melalui batang penyangga. Pengukuran dilakukan dalam reaktor yang tertutup dengan kondisi lingkungan yang dapat diseting temperaturnya. Gambar 5. Skema metodologi pengujian drying kinetic 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 6. Grafik moisture losses (α) Batubara Sumatera (Pendopo) dan Kalimantan (Wahau) secara Non-Isotermal y = -2E-06x3 + 0,0007x2 - 0,0549x + 1,2455 R² = 0,9996 y = -3E-06x3 + 0,0009x2 - 0,0724x + 1,9102 R² = 0,9998 y = -3E-06x3 + 0,001x2 - 0,088x + 2,3846 R² = 0,9999 y = -3E-06x3 + 0,001x2 - 0,0941x + 2,7672 R² = 0,9958 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1 50 70 90 110 130 150 Lossesmoist(α) time (min) NON-ISOTHERMAL DRYING Pendopo 1 C/min Wahau 1 C/min Pendopo 5 C/min Wahau 5 C/min Poly. (Pendopo 1 C/min) Poly. (Wahau 1 C/min) Poly. (Pendopo 5 C/min) Poly. (Wahau 5 C/min)
  • 6.    478 Berdasarkan hasil grafik pelepasan moisture terhadap fungsi waktu gambar 6 menunjukkan kecenderungan laju penurunan massa sampel batubara berbanding lurus dengan temperatur furnace, semakin meningkatnya temperatur furnace dan durasi pemanasan maka massa batubara akan semakin berkurang, karena penguapan kadar air batubara tersebut. Pada awal pengeringan terjadi penguapan kadar air pada bagian surface moisture, kemudian diikuti penguapan inherent moisture. Perbandingan grafik kurva sampel batubara Kalimantan cenderung lebih landai dibandingkan dengan kurva sampel batubara Sumatera baik pada laju pemanasan 1 o C/min dan 5 o C/min. Hal tersebut mengindikasikan bahwa gradien penurunan massa batubara Sumatera Selatan lebih tinggi dari pada batubara Kalimantan Timur. Faktor ini lebih dipengaruhi oleh unsur porositas atau rongga dari permukaan sampel batubara dimana sampel batubara Sumatera Selatan memiliki porositas lebih besar dari pada sampel batubara Kalimantan Timur. Gambar 7. Grafik Hubungan Perhitungan Energi Aktivasi secara Non-Isotermal a. Laju Reaksi 1 °C /menit Batubara Kalimantan (Wahau) Batubara Sumatera (Pendopo) Ea = b x R = 4089.6 x 8.314 = 34000.93 (J/mol °K) = 34.00(KJ/mol °K) Ea = b x R = 3728.1 x 8.314 = 30995.42 (J/ mol °K) = 30.99 (KJ/mol °K) y = -3728,1x - 2,7724 R² = 0,845 y = -4089,6x - 1,9486 R² = 0,8938 y = -4493x - 1,0211 R² = 0,8478 y = -5298,8x + 0,8094 R² = 0,9453 -15 -14,8 -14,6 -14,4 -14,2 -14 -13,8 -13,6 -13,4 -13,2 -13 -12,8 -12,6 -12,4 -12,2 -12 0,0023 0,0025 0,0027 0,0029 0,0031 y = ln K x = 1 / T Sumatera 1C/menit Kalimantan 1 C/menit Sumatera 5 C/Menit Kalimantan 5C/Menit Linear (Sumatera 1C/menit) Linear (Kalimantan 1 C/menit) Linear (Sumatera 5 C/Menit) Linear (Kalimantan 5C/Menit)
  • 7.    479 b. Laju Reaksi 5 °C /menit Batubara Kalimantan (Wahau) Batubara Sumatera (Pendopo) Ea = b x R = 5298.8 x 8.314 = 44054.22 (J/mol °K) = 44.05 (KJ/mol °K) Ea = b x R = 4493 x 8.314 = 37354.80 (J/mol °K) = 37.35 (KJ/mol °K) Persamaan ini menunjukan bahwa energi aktivasi tergantung pada fungsi temperatur. Kenaikan laju temperatur reaksi akan meningkatkan Energi aktivasi (korelasinya berbanding lurus). Nilai Energi aktivasi dapat dihitung berdasarkan nilai slop pada grafik. Dimana nilai slop didapat berdasarkan grafik linearitas, x = (1/T) terhadap y = (ln k). Besarnya energi aktivasi pada laju pemanasan 1°C/menit sampel batubara Kalimantan (Wahau) sebesar 34.00 KJ/mol°K dan sampel Sumatra (pendopo) sebesar 30.99 KJ/mol°K sedangkan energi aktivasi pada laju pemanasan 5°C/menit sampel batubara Kalimantan (Wahau) sebesar 44.05 KJ/Kmol°K dan sampel Sumatra (pendopo) sebesar 37.35 KJ/Kmol°K. Berdasarkan variasi laju pemanasan dapat disimpulkan bahwa sampel batubara kalimantan (Wahau) memiliki energi aktivasi yang lebih tinggi dibandingkan sampel batubara Sumatra (Pendopo). 5. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian drying kinetic terhadap 2 sampel batubara low rank Indonesia pada reaktor fixed bed dapat disimpulkan bahwa : 1) Gradien penurunan massa batubara Sumatera Selatan cenderung lebih tinggi nilainya dari pada batubara Kalimantan Timur pada tingkat laju pemanasan 1 o C/menit dan 5 o C/menit, hal ini menunjukkan bahwa unsur porositas sampel batubara Sumatera Selatan lebih besar dari pada batubara Kalimantan Timur. 2) Besarnya energi aktivasi sebanding dengan laju pemanasan sampel, hal ini dibuktikan bahwa energi aktifasi pada heat rate 1 o C/menit adalah 30.99 dan 34 KJ/mol masing-masing sampel batubara Sumatra (Pendopo) dan Kalimantan (Wahau), sedangkan pada heat rate 5 o C/menit adalah sebesar 37.35 dan 44.05 KJ/mol masing-masing sampel batubara Sumatra Selatan dan Kalimantan Timur DAFTAR PUSTAKA 1. Badan Geologi Kementerian ESDM, 2011, Statistik Batubara 2012 2. Li J H, Zhang G E, Huang S, 1991. Investigation of thermal decomposition of solids. I. Kinetics of thermal dehydration of potasssium oxalate one-hydrate. Chemical Journal of Chinese Universities, 12:1513–1516. 3. Cheng Q T, Li J H,LXD,1993. Investigation on decomposition of calcium oxalate monohydrate by correlative judging method. Acta Physico-Chimica Sinica, 9(5): 675–678. 4. Li X, Song H, Wang Q, Meesri C, Wall T, Yu J, 2009. Experimental study on drying ang moisture re-adsorption kinetics of an Indonesian low rank coal. Journal of Environmental Science Supplement S127-S130
  • 8.    480 5. Tae JK, Huaeon N, Li HX, Sihyun L, Sangdo K, Hyok BK, 2013. The drying kinetics of indonesia low rank Coal (IBC) using a lab scale fixed bed reactor and thermobalance to apply catalytic gasification process. Renewable energy 54.              ±      LAMPIRAN Data Pengujian Laju Kinetik Pengeringan secara Non Isothermal Sampel wahau laju pemanasan 1 C/menit No. Time (menit) Temperatur Drying Tube Furnace (ᵒC) Tcoal (ᵒC) m coal awal (g) mcoal after(g) α Top Middle Bottom Ts Ts Ts 1 0 50 50 49 42.2 200.81 200.81 0 2 5 55 58 57 45.1 200.81 199.03 0.039 3 10 60 63 62 49 200.81 198.26 0.056 4 15 65 68 61 49.2 200.81 197.07 0.082 5 20 70 73 72 52.6 200.81 195.34 0.120 6 25 75 78 78 55.4 200.81 193.00 0.172 7 30 80 83 83 60.2 200.81 190.25 0.232 8 35 85 88 88 63.9 200.81 187.17 0.299 9 40 90 93 93 67.6 200.81 183.88 0.372 10 45 95 98 98 70.3 200.81 180.55 0.445 11 50 100 104 104 74.1 200.81 176.78 0.528 12 55 105 109 109 77.7 200.81 173.05 0.610 13 60 110 114 114 80.8 200.81 169.34 0.691 14 65 115 119 119 84.3 200.81 165.97 0.765
  • 9.    481 15 70 120 124 124 88.5 200.81 163.11 0.828 16 75 125 129 129 92.2 200.81 160.96 0.875 17 80 130 134 134 97.4 200.81 161.47 0.914 18 85 135 139 139 101.1 200.81 157.75 0.946 19 90 140 139 138 105 200.81 156.58 0.971 20 95 145 144 143 108.3 200.81 155.27 1 Sampel Pendopo laju pemanasan 1 C/menit No. Time (menit) Temperatur Drying Tube Furnace (ᵒC) Tcoal (ᵒC) m coal awal (g) mcoal after(g) α Top Middle Bottom Ts Ts Ts 1 0 50 64 62 44.7 192 192 0 2 5 55 70 69 65.1 192 190.20 0.010 3 10 60 72 71 66.7 192 181.91 0.057 4 15 65 78 77 62.8 192 172.80 0.108 5 20 70 75 74 66.5 192 162.88 0.165 6 25 75 78 77 66.7 192 152.14 0.225 7 30 80 81 80 66.6 192 140.59 0.290 8 35 85 90 89 71.0 192 128.18 0.361 9 40 90 94 93 73.5 192 114.02 0.441 10 45 95 99 97 77.7 192 99.95 0.520 11 50 100 103 102 83.0 192 85.58 0.601 12 55 105 108 107 87.8 192 71.40 0.681 13 60 110 113 112 92.9 192 56.18 0.767 14 65 115 117 116 97.9 192 43.42 0.839 15 70 120 119 119 101.0 192 33.92 0.893 16 75 125 125 123 110.0 192 26.27 0.936 17 80 130 129 129 117.0 192 20.47 0.969 18 85 135 134 132 123.0 192 16.51 0.991 19 90 140 139 138 123.0 192 15.00 1.000 Sampel wahau laju pemanasan 5 C/menit No. Time (menit) Temperatur Drying Tube Furnace (ᵒC) Tcoal (ᵒC) m coal awal (g) mcoal after(g) α Top Middle Bottom Ts Ts Ts 1 0 60 58 57 40.4 200.34 16.60 0 2 2 70 68 67 47.7 200.34 199.65 0.005 3 4 80 78 77 51.4 200.34 194.88 0.043 4 6 90 88 87 54.6 200.34 190.97 0.073 5 8 100 98 97 59.0 200.34 184.24 0.126
  • 10.    482 6 10 110 108 107 63.9 200.34 167.18 0.260 7 12 120 118 117 68.7 200.34 143.59 0.444 8 14 130 128 127 74.2 200.34 119.52 0.633 9 16 140 138 137 78.3 200.34 97.99 0.801 10 18 150 148 147 84.0 200.34 82.28 0.924 11 20 160 158 157 88.5 200.34 75.48 0.977 12 22 170 168 167 94.4 200.34 72.60 1.000 Sampel Pendopo laju pemanasan 5 C/menit No. Time (menit) Temperatur Drying Tube Furnace (ᵒC) Tcoal (ᵒC) m coal awal (g) mcoal after(g) α Top Middle Bottom Ts Ts Ts 1 0 60 58 57 51.4 198.15 198.15 0 2 2 70 68 67 63.2 198.15 197.88 0.025 3 4 80 78 77 71.8 198.15 197.66 0.046 4 6 90 88 87 72.5 198.15 196.73 0.133 5 8 100 98 97 72.6 198.15 145.27 0.267 6 10 110 108 107 78.8 198.15 193.59 0.428 7 12 120 118 117 86.6 198.15 191.90 0.587 8 14 130 128 127 92.4 198.15 190.11 0.755 9 16 140 138 137 98.3 198.15 188.63 0.893 10 18 150 148 147 103 198.15 187.74 0.978 11 20 160 159 157 108.2 198.15 187.67 0.984 12 22 170 168 166 112.4 198.15 187.5 1.000