SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
GC (Gas Chromatography)
GC (Gas Chromatography) yang biasa disebut juga Kromatografi gas (KG) merupakan
teknik instrumental yang dikenalkan pertama kali pada tahun 1950-an. GC merupakan metode
yang dinamis untuk pemisahan dan deteksi senyawa-senyawa organik yang mudah menguap dan
senyawa-senyawa gas anorganik dalam suatu campuran Perkembangan teknologi yang signifikan
dalam bidang elektronik, komputer, dan kolom telah menghasilkan batas deteksi yang lebih rendah
serta identifikasi senyawa menjadi lebih akurat melalui teknik analisis dengan resolusi yang
meningkat. (3) GC menggunakan gas sebagai gas pembawa/fase geraknya.
Ada 2 jenis kromatografi gas, yaitu :
1. Kromatografi gas–cair (KGC) yang fase diamnya berupa cairan yang diikatkan pada suatu
pendukung sehingga solut akan terlarut dalam fase diam.
2. Kromatografi gas-padat (KGP), yang fase diamnya berupa padatan dan kadang-kadang
berupa polimerik.(4)
SISTEM PERALATAN KROMATOGRAFI GAS (GC)
1. Kontrol dan penyedia gas pembawa;
2. ruang suntik sampel;
3. kolom yang diletakkan dalam oven yang dikontrol secara termostatik;
4. sistem deteksi dan pencatat (detektor dan recorder); serta
5. komputer yang dilengkapi dengan perangkat pengolah data.
1. Fase gerak
Fase gerak pada GC juga disebut dengan gas pembawa karena tujuan awalnya adalah untuk
membawa solut ke kolom, karenanya gas pembawa tidak berpengaruh pada selektifitas. Syarat gas
pembawa adalah: tidak reaktif; murni/kering karena kalau tidak murni akan berpengaruh pada
detektor; dan dapat disimpan dalam tangki tekanan tinggi (biasanya merah untuk hidrogen, dan
abu-abu untuk nitrogen) 4).
2. Ruang suntik sampel
Lubang injeksi didesain untuk memasukkan sampel ecara cepat dan efisien. Desain yang
populer terdiri atas saluran gelas yang kecil atau tabung logam yang dilengkapi dengan septum
karet pada satu ujung untuk mengakomodasi injeksi dengan semprit (syringe). Karena helium (gas
pembawa) mengalir melalui tabung, sejumlah volume cairan yang diinjeksikan (biasanya antara
0,1-3,0 μL) akan segera diuapkan untuk selanjutnya di bawa menuju kolom. Berbagai macam
ukuran semprit saat ini tersedia di pasaan sehingga injeksi dapat berlangsung secara mudah dan
akurat. Septum karet, setelah dilakukan pemasukan sampel secara berulang, dapat diganti dengan
mudah. Sistem pemasukan sampel (katup untuk mengambil sampel gas) dan untuk sampel padat
juga tersedia di pasaran(1).
Pada dasarnya, ada 4 jenis injektor pada kromatografi gas, yaitu:
a. Injeksi langsung (direct injection), yang mana sampel yang diinjeksikan akan diuapkan dalam
injector yang panas dan 100 % sampel masuk menuju kolom.
b. Injeksi terpecah (split injection), yang mana sampel yang diinjeksikan diuapkan dalam injector
yang panas dan selanjutnya dilakukan pemecahan.
c. Injeksi tanpa pemecahan (splitness injection), yang mana hampir semua sampel diuapkan dalam
injector yang panas dan dibawa ke dalam kolom karena katup pemecah ditutup; dan
d. Injeksi langsung ke kolom (on column injection), yang mana ujung semprit dimasukkan
langsung ke dalam kolom.
Teknik injeksi langsung ke dalam kolom digunakan untuk senyawa-senyawa yang mudah
menguap; karena kalau penyuntikannya melalui lubang suntik secara langsung dikhawatirkan akan
terjadi peruraian senyawa tersebut karena suhu yang tinggi atau pirolisis(2).
3. Kolom
Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan karena di dalamnya terdapat fase diam.
Oleh karena itu, kolom merupakan komponen sentral pada GC.
Ada 3 jenis kolom pada GC yaitu kolom kemas (packing column) dan kolom kapiler (capillary
column); dan kolom preparative (preparative column). Perbandingan kolom kemas dan kolom
kapiler dtunjukkan oleh gambar berikut :
Kolom Kemas Kolom Kapiler
Kolom kemas terbuat dari gelas atau logam yang tahan karat atau dari tembaga dan aluminium.
Panjang kolom jenis ini adalah 1–5 meter dengan diameter dalam 1-4 mm. Kolom kapiler sangat
banyak dipakai karena kolom kapiler memberikanefisiensi yang tinggi (harga jumlah pelat teori
yang sangat besar > 300.000 pelat). Kolom preparatif digunakan untuk menyiapkan sampel yang
murni dari adanya senyawa tertentu dalam matriks yang kompleks.
Fase diam yang dipakai pada kolom kapiler dapat bersifat non polar, polar, atau semi polar. Fase
diam non polar yang paling banyak digunakan adalah metil polisiloksan (HP-1; DB-1; SE-30;
CPSIL-5) dan fenil 5%-metilpolisiloksan 95% (HP-5; DB-5; SE-52; CPSIL-8). Fase diam semi
polar adalah seperti fenil 50%-metilpolisiloksan 50% (HP-17; DB-17; CPSIL-19), sementara itu
fase diam yang polar adalah seperti polietilen glikol (HP-20M; DB-WAX; CP-WAX; Carbowax-
20M) (6).
4. Detektor
Komponen utama selanjutnya dalam kromatografi gas adalah detektor. Detektor merupakan
perangkat yang diletakkan pada ujung kolom tempat keluar fase gerak (gas pembawa) yang
membawa komponen hasil pemisahan. Detektor pada kromatografi adalah suatu sensor elektronik
yang berfungsi mengubah sinyal gas pembawa dan komponen-komponen di dalamnya menjadi
sinyal elektronik. Sinyal elektronik detektor akan sangat berguna untuk analisis kualitatif maupun
kuantitatif terhadap komponen-komponen yang terpisah di antara fase diam dan fase gerak.
Pada garis besarnya detektor pada KG termasuk detektor diferensial, dalam arti respons yang
keluar dari detektor memberikan relasi yang linier dengan kadar atau laju aliran massa komponen
yang teresolusi. Kromatogram yang merupakan hasil pemisahan fisik komponen-komponen
oleh GC disajikan oleh detektor sebagai deretan luas puncak terhadap waktu. Waktu tambat
tertentu dalam kromatogram dapat digunakan sebagai data kualitatif, sedangkan luas puncak dalam
kromatogram dapat dipakai sebagai data kuantitatif yang keduanya telah dikonfirmasikan dengan
senyawa baku. Akan tetapi apabila kromatografi gas digabung dengan instrumen yang multipleks
misalnya GC/FT-IR/MS, kromatogram akan disajikan dalam bentuk lain.
Beberapa sifat detektor yang digunakan dalam kromatografi gas adalah sebagai berikut :
Jenis Detektor Jenis Sampel Batas
Deteksi
Kecepatan Alir (ml/menit)
Gas
Pembawa
H2 Udara
Hantaran
panas
Senyawa umum 5-100 ng 15-30 - -
Ionisasi nyawa Hidrokarbon 10-100 pg 20-60 30-60 200-500
Penangkap
elektron
Halogen organic,
pestisida
0,05-1 pg 30-60 - -
Nitrogen-fosfor Senyawa nitrogen
organik dan fospat
organic
0,1-10 g 20-40 1-5 700-100
Fotometri
nyala (393 nm)
Senyawa-senyawa
sulfur
10-100 pg 20-40 50-70 60-80
Fotometri
nyala (526 nm)
Senyawa-senyawa
fosfor
1-10 pg 20-40 120-170 100-150
Foto ionisasi Senyawa yang
terionisasi dg UV
2 pg
C/detik
30-40 - -
Konduktivitas
elektrolitik
Halogen, N, S 0,5 pg C
12 pg S
4 pg N
20-40 80 -
Fourier
Transform-
inframerah
(FTIR)
Senyawa-senyawa
organik
1000 pg 3-10 - -
Selektif massa Sesuai untuk
senyawa apapun
10 pg-10
ng
0,5-30 - -
Emisi atom Sesuai untuk
elemen apapun
0,1-20 pg 60-70 -
5. Komputer
Komponen GC selanjutnya adalah komputer. GC modern menggunakan komputer yang
dilengkapi dengan perangkat lunaknya (software) untuk digitalisasi signal detektor dan
mempunyai beberapa fungsi antara lain:
 Memfasilitasi setting parameter-parameter instrumen seperti: aliran fase gas; suhu oven
dan pemrograman suhu; serta penyuntikan sampel secara otomatis.
 Menampilkan kromatogram dan informasi-informasi lain dengan menggunakan grafik
berwarna.
 Merekam data kalibrasi, retensi, serta perhitungan-perhitungan dengan statistik.
 Menyimpan data parameter analisis untuk analisis senyawa tertentu(4).
DERIVATISASI
Derivatisasi merupakan proses kimiawi untuk mengubah suatu senyawa menjadi senyawa lain
yang mempunyai sifat-sifat yang sesuai untuk dilakukan analisis menggunakan kromatografi gas
(menjadi lebih mudah menguap). Alasan dilakukannya derivatisasi:
 Senyawa-senyawa tersebut tidak memungkinkan dilakukan analisis dengan GC terkait
dengan volatilitas dan stabilitasnya.
 Untuk meningkatkan batas deteksi dan bentuk kromatogram. Beberapa senyawa tidak
menghasilkan bentuk kromatogram yang bagus (misal puncak kromatogram saling
tumpang tindih) atau sampel yang dituju tidak terdeteksi, karenanya diperlukan derivatisasi
sebelum dilakukan analisis dengan GC.
 Meningkatkan volatilitas, misal senyawa gula. Tujuan utama derivatisasi adalah untuk
meningkatkan volatilitas senyawa-senyawa yang tidak mudah menguap (non-volatil).
Senyawa-senyawa dengan berat molekul rendah biasanya tidak mudah menguap karena
adanya gaya tarik-menarik inter molekuler antara gugus-gusug polar karenanya jika gugus-
gugus polar ini ditutup dengan cara derivatisasi akan mampu meningkatkan volatilitas
senyawa tersebut secara dramatis.
 Meningkatkan deteksi, misal untuk kolesterol dan senyawa-senyawa steroid.
 Meningkatkan stabilitas. Beberapa senyawa volatil mengalami dekomposisi parsial karena
panas sehingga diperlukan derivatisasi untuk meningkatkan stabilitasnya.
 Meningkatkan batas deteksi pada penggunaan detektor tangkap elektron (ECD).
Inilah contoh derivatisasi yang digunakan untuk memperbaiki bentuk puncak pseudoefedrin:
Caranya :
Sirup dekongestan dibasakan dengan amonia dan diekstraksi ke dalam etil asetat sehingga akan
menjamin bahwa semua komponen yang terekstraksi berada dalam bentuk basa bebasnya daripada
bentuk garamnya. Bentuk basa inilah yang bertanggungjawab pada bagusnya bentuk puncak
kromatografi. Garam-garam atau basa-basa akan terurai karena adanya panas pada lubang suntik
GC, sehingga dengan adanya proses ini akan dapat menyebabkan terjadinya peruraian.
Jika ekstrak pada sirup dekongestan di lakukan kromatografi gas secara langsung maka
kromatogram yang dihasilkan seperti gambar dibawah. Basa bebas triprolidin dan dekstrometorfan
menunjukkan bentuk puncak yang bagus, akan tetapi pesudoefedrin yang merupakan basa yang
lebih kuat karena adanya gugus hidroksil dan gugus amin memberikan bentuk puncak yang kurang
bagus. Hal ini dapat diatasi dengan menutup gugus polar (gugus hidroksi dan amin) pada
pseudoefedrin dengan cara mereaksikannya menggunakan trifluoroasetat anhidrida (TFA).
Perlakuan dengan TFA ini tidak menghasilkan senyawa derivatif terhadap senyawa-senyawa basa
tersier dalam ekstrak (sirup dekongestan) ini. Reagen TFA ini sangat bermanfaat karena reagen ini
sangat reaktif dan bertitik didih rendah (400C) sehingga kelebihan reagen TFA ini mudah
dihilangkan dengan cara evaporasi sebelum dilakukan kromatografi gas.
Ini kromatogram sebelum dilakukan derivatisasi......
Yang ini kromatogram sesudah derivatisasi......
Pustaka:
1. Kenkel, J., 2002, Analytical Chemistry for Technicians, 3th. Edition., CRC Press, U.S.A.
2. Grob, R.L., 1995, Modern Practice of Gas Chromatography, 3th Ed., Jhon Wiley and Sons,
New York.
3. Settle, F (Editor), 1997, Handbook of Instrumental Techniques for Analytical Chemistry,
Prentice Hall PTR, New Jersey, USA.
4. Kealey, D and Haines, P.J., 2002, Instant Notes: Analytical Chemistry, BIOS Scientific
Publishers Limited, New York.
5. Watson, D.G., 1999, Pharmaceutical Analysis: A textbook for pharmacy students and
pharmaceutical chemists, Churchill Livingston, UK.
6. Adamovics, J.A., 1997, Chromatographic A

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

Sintesis Asetanilida
Sintesis AsetanilidaSintesis Asetanilida
Sintesis Asetanilida
 
Kromatografi gas dan cair
Kromatografi gas dan cairKromatografi gas dan cair
Kromatografi gas dan cair
 
Presentasi spektro uv vis
Presentasi spektro uv visPresentasi spektro uv vis
Presentasi spektro uv vis
 
Teori Orbital Molekul dan Ligan Field Theory PPT
Teori Orbital Molekul dan Ligan Field Theory PPTTeori Orbital Molekul dan Ligan Field Theory PPT
Teori Orbital Molekul dan Ligan Field Theory PPT
 
Laporan Praktikum Pembuatan Tawas
Laporan Praktikum Pembuatan TawasLaporan Praktikum Pembuatan Tawas
Laporan Praktikum Pembuatan Tawas
 
Spektroskopi NMR
Spektroskopi NMRSpektroskopi NMR
Spektroskopi NMR
 
Gravimetri ppt
Gravimetri pptGravimetri ppt
Gravimetri ppt
 
Ir dan ftir
Ir dan ftirIr dan ftir
Ir dan ftir
 
Rekristalisasi
RekristalisasiRekristalisasi
Rekristalisasi
 
Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)
Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)
Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)
 
Mass Spectrometry
Mass SpectrometryMass Spectrometry
Mass Spectrometry
 
Klasifikasi Kromatografi
Klasifikasi KromatografiKlasifikasi Kromatografi
Klasifikasi Kromatografi
 
Spektro uv-vis-21
Spektro uv-vis-21Spektro uv-vis-21
Spektro uv-vis-21
 
Analisis kualitatif zat anorganik
Analisis kualitatif zat anorganikAnalisis kualitatif zat anorganik
Analisis kualitatif zat anorganik
 
Sejarah senyawa-kompleks-koordinasi-paling-baru
Sejarah senyawa-kompleks-koordinasi-paling-baruSejarah senyawa-kompleks-koordinasi-paling-baru
Sejarah senyawa-kompleks-koordinasi-paling-baru
 
Kromatografi penukar ion
Kromatografi penukar ionKromatografi penukar ion
Kromatografi penukar ion
 
High performance liquid chromatography (hplc)
High performance liquid chromatography (hplc)High performance liquid chromatography (hplc)
High performance liquid chromatography (hplc)
 
Kromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipisKromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipis
 
Bab 4-reaktivitas-dan-mekanisme
Bab 4-reaktivitas-dan-mekanismeBab 4-reaktivitas-dan-mekanisme
Bab 4-reaktivitas-dan-mekanisme
 
Spektrometri massa
Spektrometri massaSpektrometri massa
Spektrometri massa
 

Similar to Gcms analisis

Tugas 3 kimia pemisahan
Tugas 3 kimia pemisahanTugas 3 kimia pemisahan
Tugas 3 kimia pemisahanresa_06
 
Tugas 3
Tugas 3 Tugas 3
Tugas 3 resa_06
 
5. Kromatografi Gas.pdf
5. Kromatografi Gas.pdf5. Kromatografi Gas.pdf
5. Kromatografi Gas.pdfIrwanIbnHasan
 
Kel 09-kromatografi
Kel 09-kromatografiKel 09-kromatografi
Kel 09-kromatografiwelly yusup
 
Makalah kromatografi gas
Makalah kromatografi gasMakalah kromatografi gas
Makalah kromatografi gasHajar 'Irmawati
 
Jennifer wijaya kel2 parameter gc dan komponen gc ms
Jennifer wijaya kel2 parameter gc dan komponen gc msJennifer wijaya kel2 parameter gc dan komponen gc ms
Jennifer wijaya kel2 parameter gc dan komponen gc msJennifer Wijaya
 
Kromatografi gas ii revisi
Kromatografi gas ii revisiKromatografi gas ii revisi
Kromatografi gas ii revisiRafi Mariska
 
Gases Chromatography
Gases ChromatographyGases Chromatography
Gases ChromatographyEfty Leliya
 
KROMATOGRAFI GAS PPT
KROMATOGRAFI GAS PPTKROMATOGRAFI GAS PPT
KROMATOGRAFI GAS PPTNida Faradisa
 
Kel 09-kromatografi
Kel 09-kromatografiKel 09-kromatografi
Kel 09-kromatografioriza13
 
Kromatografi gas
Kromatografi gasKromatografi gas
Kromatografi gasAam Aam
 
High Performance Liquid Chromatography
High Performance Liquid ChromatographyHigh Performance Liquid Chromatography
High Performance Liquid ChromatographyKopertis Wilayah I
 
laporan prakktikum_hplc2
laporan prakktikum_hplc2laporan prakktikum_hplc2
laporan prakktikum_hplc2Dimaz Febrianto
 
High Performance Liquid Chromatography
High Performance Liquid ChromatographyHigh Performance Liquid Chromatography
High Performance Liquid Chromatographycahayuandarupm
 

Similar to Gcms analisis (20)

Tugas 3 kimia pemisahan
Tugas 3 kimia pemisahanTugas 3 kimia pemisahan
Tugas 3 kimia pemisahan
 
Tugas 3
Tugas 3 Tugas 3
Tugas 3
 
Kromatografi gas
Kromatografi gasKromatografi gas
Kromatografi gas
 
5. Kromatografi Gas.pdf
5. Kromatografi Gas.pdf5. Kromatografi Gas.pdf
5. Kromatografi Gas.pdf
 
GC kolom
GC kolomGC kolom
GC kolom
 
Kel 09-kromatografi
Kel 09-kromatografiKel 09-kromatografi
Kel 09-kromatografi
 
Gc
GcGc
Gc
 
Makalah kromatografi gas
Makalah kromatografi gasMakalah kromatografi gas
Makalah kromatografi gas
 
Jennifer wijaya kel2 parameter gc dan komponen gc ms
Jennifer wijaya kel2 parameter gc dan komponen gc msJennifer wijaya kel2 parameter gc dan komponen gc ms
Jennifer wijaya kel2 parameter gc dan komponen gc ms
 
Kromatografi gas ii revisi
Kromatografi gas ii revisiKromatografi gas ii revisi
Kromatografi gas ii revisi
 
Gases Chromatography
Gases ChromatographyGases Chromatography
Gases Chromatography
 
KROMATOGRAFI GAS PPT
KROMATOGRAFI GAS PPTKROMATOGRAFI GAS PPT
KROMATOGRAFI GAS PPT
 
2-2-GC INTRODUCTION-2-2-TS.pptx
2-2-GC INTRODUCTION-2-2-TS.pptx2-2-GC INTRODUCTION-2-2-TS.pptx
2-2-GC INTRODUCTION-2-2-TS.pptx
 
Kel 09-kromatografi
Kel 09-kromatografiKel 09-kromatografi
Kel 09-kromatografi
 
Kromatografi gas
Kromatografi gasKromatografi gas
Kromatografi gas
 
Makalah ka asoe
Makalah ka asoeMakalah ka asoe
Makalah ka asoe
 
High Performance Liquid Chromatography
High Performance Liquid ChromatographyHigh Performance Liquid Chromatography
High Performance Liquid Chromatography
 
Kromatografi
KromatografiKromatografi
Kromatografi
 
laporan prakktikum_hplc2
laporan prakktikum_hplc2laporan prakktikum_hplc2
laporan prakktikum_hplc2
 
High Performance Liquid Chromatography
High Performance Liquid ChromatographyHigh Performance Liquid Chromatography
High Performance Liquid Chromatography
 

Gcms analisis

  • 1. GC (Gas Chromatography) GC (Gas Chromatography) yang biasa disebut juga Kromatografi gas (KG) merupakan teknik instrumental yang dikenalkan pertama kali pada tahun 1950-an. GC merupakan metode yang dinamis untuk pemisahan dan deteksi senyawa-senyawa organik yang mudah menguap dan senyawa-senyawa gas anorganik dalam suatu campuran Perkembangan teknologi yang signifikan dalam bidang elektronik, komputer, dan kolom telah menghasilkan batas deteksi yang lebih rendah serta identifikasi senyawa menjadi lebih akurat melalui teknik analisis dengan resolusi yang meningkat. (3) GC menggunakan gas sebagai gas pembawa/fase geraknya. Ada 2 jenis kromatografi gas, yaitu : 1. Kromatografi gas–cair (KGC) yang fase diamnya berupa cairan yang diikatkan pada suatu pendukung sehingga solut akan terlarut dalam fase diam. 2. Kromatografi gas-padat (KGP), yang fase diamnya berupa padatan dan kadang-kadang berupa polimerik.(4) SISTEM PERALATAN KROMATOGRAFI GAS (GC)
  • 2. 1. Kontrol dan penyedia gas pembawa; 2. ruang suntik sampel; 3. kolom yang diletakkan dalam oven yang dikontrol secara termostatik; 4. sistem deteksi dan pencatat (detektor dan recorder); serta 5. komputer yang dilengkapi dengan perangkat pengolah data. 1. Fase gerak Fase gerak pada GC juga disebut dengan gas pembawa karena tujuan awalnya adalah untuk membawa solut ke kolom, karenanya gas pembawa tidak berpengaruh pada selektifitas. Syarat gas pembawa adalah: tidak reaktif; murni/kering karena kalau tidak murni akan berpengaruh pada detektor; dan dapat disimpan dalam tangki tekanan tinggi (biasanya merah untuk hidrogen, dan abu-abu untuk nitrogen) 4). 2. Ruang suntik sampel Lubang injeksi didesain untuk memasukkan sampel ecara cepat dan efisien. Desain yang populer terdiri atas saluran gelas yang kecil atau tabung logam yang dilengkapi dengan septum karet pada satu ujung untuk mengakomodasi injeksi dengan semprit (syringe). Karena helium (gas pembawa) mengalir melalui tabung, sejumlah volume cairan yang diinjeksikan (biasanya antara 0,1-3,0 μL) akan segera diuapkan untuk selanjutnya di bawa menuju kolom. Berbagai macam ukuran semprit saat ini tersedia di pasaan sehingga injeksi dapat berlangsung secara mudah dan akurat. Septum karet, setelah dilakukan pemasukan sampel secara berulang, dapat diganti dengan mudah. Sistem pemasukan sampel (katup untuk mengambil sampel gas) dan untuk sampel padat juga tersedia di pasaran(1). Pada dasarnya, ada 4 jenis injektor pada kromatografi gas, yaitu: a. Injeksi langsung (direct injection), yang mana sampel yang diinjeksikan akan diuapkan dalam injector yang panas dan 100 % sampel masuk menuju kolom. b. Injeksi terpecah (split injection), yang mana sampel yang diinjeksikan diuapkan dalam injector yang panas dan selanjutnya dilakukan pemecahan. c. Injeksi tanpa pemecahan (splitness injection), yang mana hampir semua sampel diuapkan dalam injector yang panas dan dibawa ke dalam kolom karena katup pemecah ditutup; dan
  • 3. d. Injeksi langsung ke kolom (on column injection), yang mana ujung semprit dimasukkan langsung ke dalam kolom. Teknik injeksi langsung ke dalam kolom digunakan untuk senyawa-senyawa yang mudah menguap; karena kalau penyuntikannya melalui lubang suntik secara langsung dikhawatirkan akan terjadi peruraian senyawa tersebut karena suhu yang tinggi atau pirolisis(2). 3. Kolom Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan karena di dalamnya terdapat fase diam. Oleh karena itu, kolom merupakan komponen sentral pada GC. Ada 3 jenis kolom pada GC yaitu kolom kemas (packing column) dan kolom kapiler (capillary column); dan kolom preparative (preparative column). Perbandingan kolom kemas dan kolom kapiler dtunjukkan oleh gambar berikut : Kolom Kemas Kolom Kapiler Kolom kemas terbuat dari gelas atau logam yang tahan karat atau dari tembaga dan aluminium. Panjang kolom jenis ini adalah 1–5 meter dengan diameter dalam 1-4 mm. Kolom kapiler sangat banyak dipakai karena kolom kapiler memberikanefisiensi yang tinggi (harga jumlah pelat teori yang sangat besar > 300.000 pelat). Kolom preparatif digunakan untuk menyiapkan sampel yang murni dari adanya senyawa tertentu dalam matriks yang kompleks. Fase diam yang dipakai pada kolom kapiler dapat bersifat non polar, polar, atau semi polar. Fase diam non polar yang paling banyak digunakan adalah metil polisiloksan (HP-1; DB-1; SE-30; CPSIL-5) dan fenil 5%-metilpolisiloksan 95% (HP-5; DB-5; SE-52; CPSIL-8). Fase diam semi polar adalah seperti fenil 50%-metilpolisiloksan 50% (HP-17; DB-17; CPSIL-19), sementara itu fase diam yang polar adalah seperti polietilen glikol (HP-20M; DB-WAX; CP-WAX; Carbowax- 20M) (6).
  • 4. 4. Detektor Komponen utama selanjutnya dalam kromatografi gas adalah detektor. Detektor merupakan perangkat yang diletakkan pada ujung kolom tempat keluar fase gerak (gas pembawa) yang membawa komponen hasil pemisahan. Detektor pada kromatografi adalah suatu sensor elektronik yang berfungsi mengubah sinyal gas pembawa dan komponen-komponen di dalamnya menjadi sinyal elektronik. Sinyal elektronik detektor akan sangat berguna untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif terhadap komponen-komponen yang terpisah di antara fase diam dan fase gerak. Pada garis besarnya detektor pada KG termasuk detektor diferensial, dalam arti respons yang keluar dari detektor memberikan relasi yang linier dengan kadar atau laju aliran massa komponen yang teresolusi. Kromatogram yang merupakan hasil pemisahan fisik komponen-komponen oleh GC disajikan oleh detektor sebagai deretan luas puncak terhadap waktu. Waktu tambat tertentu dalam kromatogram dapat digunakan sebagai data kualitatif, sedangkan luas puncak dalam kromatogram dapat dipakai sebagai data kuantitatif yang keduanya telah dikonfirmasikan dengan senyawa baku. Akan tetapi apabila kromatografi gas digabung dengan instrumen yang multipleks misalnya GC/FT-IR/MS, kromatogram akan disajikan dalam bentuk lain.
  • 5. Beberapa sifat detektor yang digunakan dalam kromatografi gas adalah sebagai berikut : Jenis Detektor Jenis Sampel Batas Deteksi Kecepatan Alir (ml/menit) Gas Pembawa H2 Udara Hantaran panas Senyawa umum 5-100 ng 15-30 - - Ionisasi nyawa Hidrokarbon 10-100 pg 20-60 30-60 200-500 Penangkap elektron Halogen organic, pestisida 0,05-1 pg 30-60 - - Nitrogen-fosfor Senyawa nitrogen organik dan fospat organic 0,1-10 g 20-40 1-5 700-100 Fotometri nyala (393 nm) Senyawa-senyawa sulfur 10-100 pg 20-40 50-70 60-80 Fotometri nyala (526 nm) Senyawa-senyawa fosfor 1-10 pg 20-40 120-170 100-150 Foto ionisasi Senyawa yang terionisasi dg UV 2 pg C/detik 30-40 - - Konduktivitas elektrolitik Halogen, N, S 0,5 pg C 12 pg S 4 pg N 20-40 80 - Fourier Transform- inframerah (FTIR) Senyawa-senyawa organik 1000 pg 3-10 - - Selektif massa Sesuai untuk senyawa apapun 10 pg-10 ng 0,5-30 - - Emisi atom Sesuai untuk elemen apapun 0,1-20 pg 60-70 - 5. Komputer Komponen GC selanjutnya adalah komputer. GC modern menggunakan komputer yang dilengkapi dengan perangkat lunaknya (software) untuk digitalisasi signal detektor dan mempunyai beberapa fungsi antara lain:
  • 6.  Memfasilitasi setting parameter-parameter instrumen seperti: aliran fase gas; suhu oven dan pemrograman suhu; serta penyuntikan sampel secara otomatis.  Menampilkan kromatogram dan informasi-informasi lain dengan menggunakan grafik berwarna.  Merekam data kalibrasi, retensi, serta perhitungan-perhitungan dengan statistik.  Menyimpan data parameter analisis untuk analisis senyawa tertentu(4). DERIVATISASI Derivatisasi merupakan proses kimiawi untuk mengubah suatu senyawa menjadi senyawa lain yang mempunyai sifat-sifat yang sesuai untuk dilakukan analisis menggunakan kromatografi gas (menjadi lebih mudah menguap). Alasan dilakukannya derivatisasi:  Senyawa-senyawa tersebut tidak memungkinkan dilakukan analisis dengan GC terkait dengan volatilitas dan stabilitasnya.  Untuk meningkatkan batas deteksi dan bentuk kromatogram. Beberapa senyawa tidak menghasilkan bentuk kromatogram yang bagus (misal puncak kromatogram saling tumpang tindih) atau sampel yang dituju tidak terdeteksi, karenanya diperlukan derivatisasi sebelum dilakukan analisis dengan GC.  Meningkatkan volatilitas, misal senyawa gula. Tujuan utama derivatisasi adalah untuk meningkatkan volatilitas senyawa-senyawa yang tidak mudah menguap (non-volatil). Senyawa-senyawa dengan berat molekul rendah biasanya tidak mudah menguap karena adanya gaya tarik-menarik inter molekuler antara gugus-gusug polar karenanya jika gugus- gugus polar ini ditutup dengan cara derivatisasi akan mampu meningkatkan volatilitas senyawa tersebut secara dramatis.  Meningkatkan deteksi, misal untuk kolesterol dan senyawa-senyawa steroid.  Meningkatkan stabilitas. Beberapa senyawa volatil mengalami dekomposisi parsial karena panas sehingga diperlukan derivatisasi untuk meningkatkan stabilitasnya.  Meningkatkan batas deteksi pada penggunaan detektor tangkap elektron (ECD).
  • 7. Inilah contoh derivatisasi yang digunakan untuk memperbaiki bentuk puncak pseudoefedrin: Caranya : Sirup dekongestan dibasakan dengan amonia dan diekstraksi ke dalam etil asetat sehingga akan menjamin bahwa semua komponen yang terekstraksi berada dalam bentuk basa bebasnya daripada bentuk garamnya. Bentuk basa inilah yang bertanggungjawab pada bagusnya bentuk puncak kromatografi. Garam-garam atau basa-basa akan terurai karena adanya panas pada lubang suntik GC, sehingga dengan adanya proses ini akan dapat menyebabkan terjadinya peruraian. Jika ekstrak pada sirup dekongestan di lakukan kromatografi gas secara langsung maka kromatogram yang dihasilkan seperti gambar dibawah. Basa bebas triprolidin dan dekstrometorfan menunjukkan bentuk puncak yang bagus, akan tetapi pesudoefedrin yang merupakan basa yang lebih kuat karena adanya gugus hidroksil dan gugus amin memberikan bentuk puncak yang kurang bagus. Hal ini dapat diatasi dengan menutup gugus polar (gugus hidroksi dan amin) pada pseudoefedrin dengan cara mereaksikannya menggunakan trifluoroasetat anhidrida (TFA). Perlakuan dengan TFA ini tidak menghasilkan senyawa derivatif terhadap senyawa-senyawa basa tersier dalam ekstrak (sirup dekongestan) ini. Reagen TFA ini sangat bermanfaat karena reagen ini sangat reaktif dan bertitik didih rendah (400C) sehingga kelebihan reagen TFA ini mudah dihilangkan dengan cara evaporasi sebelum dilakukan kromatografi gas.
  • 8. Ini kromatogram sebelum dilakukan derivatisasi...... Yang ini kromatogram sesudah derivatisasi......
  • 9. Pustaka: 1. Kenkel, J., 2002, Analytical Chemistry for Technicians, 3th. Edition., CRC Press, U.S.A. 2. Grob, R.L., 1995, Modern Practice of Gas Chromatography, 3th Ed., Jhon Wiley and Sons, New York. 3. Settle, F (Editor), 1997, Handbook of Instrumental Techniques for Analytical Chemistry, Prentice Hall PTR, New Jersey, USA. 4. Kealey, D and Haines, P.J., 2002, Instant Notes: Analytical Chemistry, BIOS Scientific Publishers Limited, New York. 5. Watson, D.G., 1999, Pharmaceutical Analysis: A textbook for pharmacy students and pharmaceutical chemists, Churchill Livingston, UK. 6. Adamovics, J.A., 1997, Chromatographic A