SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Download to read offline
SIMULASIKARAKTERISTIKPENGERINGM BEKU DAGING
SAP1GILING
(SimulationStudy on Freeze-drying Characterisiicsof Mashed Bee?
Armansyah H. ~ambunanl,~ . ~ o l a h u d i n ' ,Estri ~ a h a j e n ~ ~,
ABSTRACT
Drying characteristic of a particular product is important in analyzing
the appropriateness of the drying methodfor the product. This is especially
importantfor freeze drying, which is known as the most expensive drying
method, asideji-om its good drying quality. The objectives of this experiment
are to develop a computer simulationprogram using a retreating drying-front
modelfor predictingfreeze drying characteristics of mashed nteat, especially
for the influenceof sublimationtemperature and thermalconductivity.
In this work, a quasi steady state analysis was used to describe the heat
and mass transfer and movement of the sublimationji-ontduring thesecondary
dryingperiod. A mathematical model was used in a simulation to determine
changes in water fraction, thickness of dried layer and tenaperature
distribution in the dried zone. VeriJcation of the model indicated.the
appropriatenessof the model topredict freeze drying characteristics.
Keywords:freeze drying, mashed meat, computer simulation, retreatingfront
model
Untuk menghindari kerugian
PENDAHULUAN besar, akibat kesalahan dalam
Pengeringan beku dikenal
dengan keunggulan mutu hasil
pengeringannya. Akan tetapi biaya
modal dan biaya operasi yang tinggi
menyebabkan metoda pengeringan
ini hanya digunakan untuk produk-
produk bernilai ekonomi tinggi.
Disarnping itu, kesalahan pemilihan
metoda pengeringan dan kondisi
operasinya dapat memberi
mengakibatkan kerugian bahkan
kerusakan bahan yang dikeringkan.
penerapan dan pengoperasian, perlu
dilakukan penelaahan rinci terhadap
karakteristik pengeringan beku suatu
produk tertentu. Penelaahan secara
eksperimental (percobaan)
memerlukan biaya tinggi dan waktu
yang cukup lama, disamping tidak
praktis untuk dilakukan oleh para
perekayasa di industri. Untuk itu,
perlu dikembanykan model yang
&pat digunakan uhtuk mensimulasi
dan menggambarkan secara tepat
karakteristikpengeringan beku.
'~ t a f~en~ajk~urusan~eknikPertanian, FATETA, IPB
*AlumnusJurusan Teknik Pertanian, Fatete, IPB
Vol. 14,No. 1, April 2000
Penelitian ini bertujuan untuk
memanfaatkan dan mengembangkan
model permukaan bergerak
(retreating Jiont) pada proses
simulasi karakteristik pengeringan
beku daging sapi giling.
PENDEKATANTEORI
A. Mekanisma Pengeringan Beku
Pengeringan beku merupakan
suatu metode pengeringan yang
umumnya terdiri atas tiga tahapan,
yaitu pembekuan, pengeringan primer
d m pengeringan sekunder. Air dalam
produk dibekukan, dan selanjutnya
dilepaskan dengan cara sublimasi
pada ruang bertekanan rendah
(vakum). Proses sublimasi terjadi
pada suhu dan tekanan dibawah titik
triple, yaitu suhu O°C dan tekanan
610Pa (Garnbar 1). Kebutuhan panas
sublimasi adalah sebesar 2.78 kilo
joule per gram es.
,vtikOoC, tripe1610 Pa
Sublimasipada
pengeringanbeku
Gambar 1. Diagram P-T air
B. Model Permukaan Bergerak
(RetreatingFrontModel)
Mekanisma pindah panas dan
massa di dalam bahan selama proses
sublimasi ditunjukkan pada Gambar
2. Model yang ditunjukkan pada
garnbartersebut dapat disebut sebagai
Model Permukaan Bergerak
(retreatingpant model). Dalarn ha1
ini, permukaan sublimasi dianggap
bergerak lapis demi lapis dari
permukaan terluar hingga pusat
bahan. Permukaan sublimasi ini akan
membatasi secara tegas lzpisan
kering (di bagian luar) dari lapisan
beku (di bagian dalam) bahan.
Model pada Gambar 2 adalah untuk
bahan berbentuk lempeng tak hingga
dengan perpindahan panas dan massa
satu arah.
I
A A r:. .-.-.-Y:. . .-. . ./.-.-.-I
Gambar 2. Retreating Front
Model pada proses pengeringm
beku
Asumsi yang digunakan pada
model ini adalah:
- Permukaan sublimasi menurun
seragam dari permukaan atas
menuju pusat bahan.
- Pengeringan berlangsung dalam
kondisi tunak semu (quasi steady
state). Perubahan suhu ' dan
tekanan dalam bahan dan
pergerakan permukaan sublimasi
dapat diabaikan.
- Distribusi suhu dan tekanan
sepanjang lapisan kering dianggap
linier, sedangkan suhu lapisan
beku dianggap seragam dan sama
dengan suhu permukaan
sublimasi.
Persamaan kendali yang dapat
menggambarkan mekanisma pindah
panas dan massa pada model diatas
adalah seperti berikut:
Panasjenis bahan (c,) dianggap tetap
dan sebanding dengan kadar air
bahan. Bagian pertama dari
persamaan (1) menunjukkan besarnya
panas yang dikonduksikan melalui
lapisan kering, dan bagian kedua
menunjukkan besarnya panas yang
diserap oleh lapisan kering bahan.
Laju sublimasi (nz) dikenda-
likan oleh perbedaan antara tekanan
uap di permukaan bahan kering
dengan tekanan uap pada permukaan
bahan beku (permukaan sublimasi),
seperti pada persamaan (2). Besarnya
panas yang diperlukan untuk
sublimasi (9,) adalah perkalian antara
laju sublinlasi dengan panas laten
sublimasi.
Laju sublimasi dapat dihubungkan
dengan pengeringan, sebagai berikut:
Tekanan keseimbangan uap air
dengan es dapat dinyatakan dengan
persamaan berikut:
-2445.6
1% P, = +8.231logT, -
Tf
0.01677T, + 1.205x ~f -6.757
(4)
C. l'emecahan Model
Pemecahan persamaan pada
model tersebut dilakukan dengan
mengintegrasi persamaan (I),
sehingga diperoleh:
dimana X adalah fraksi air tersisa,
yang dapat didekati dengan
persamaan berikut:
Berdasarkan fraksi air tersisa
tersebut, dapat ditentukan laju
pergerakan lapisan kering sebagai
berikut:
x(t) =(1-X)L (7)
Pemecahan persamaan (5)
menghasilkan persamaan kuadrat,
yang akar-akar nyatanya merupakan
fraksi air tersisa.
Laju pengeringan dapat
dinyatakan dalam bentuk laju
pergerakan lapisan kering per mtuan
waktu. Penentuan iaju pengeringan
dilakukan dengan cara interpolasi
data secara numerik (Gambar 3),
sehingga diperoleh persamaan untuk
laju pergerakan lapisan kering seperti
pada persamazn (8a) dan (8b)
masing-masing untuk kondisi
awallakhirdan selainnya.
Gambar 3. Interpolasipenentuan
laju pergerakan lapisan kering pad
kondisi awaUakhir dan selainnya
Vol. 14.No. 1; A~ril2000
- M t )m=-
dt
-- [3x(t) +x(t -2At) f4x(t -Af)]
2At
(84
dan
&(t) [x(t +At) -x(t -At)]mz-=
dt 2At
(8b)
Pendugaan sebaran suhu bahan
T(s) dilakukan dengan menentukan
posisi relatif lapisan kering (ib) dan
lapisan beku (If) terhadap tebal awal
bahan, puda kisaran tertentu (s)
berdasarkan persalnaan berikut
(Lombrana dan Izkara, 1996):
yang menghasiikan faktor suhu,
T: =(l-zb)/(l (lo)
sehingga,
T(S)=[T~(T/ -T,)+T,]-273 (11)
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Validasi Model
Validasi model dilzrkukan
dengan membandingkan data hasil
pengukuran (Widodo, 1996) dengan
hasil simulasi pada kondisi yang
sama. Data masukan yang digunakan
pada simulasi adalah sebagai berikut:
Ketebalan awal bahan (L) = 10mm
Diameter bahan (D) = 53 mm
Selangwaktu (dt) = 5 menit
Nilai konduktivitaspanas bahan
kering (X)= 0.0686 WlmX
NiIai permeabilitas bahan kering (K)
=0.00755 J k g
Massa awal bahan (M,)=0.02173 kg
Massa akhir bahan (Ma = 0.00543 kg
Tekanan kerja (P,) = 1.33Pa
Suhu kendali permukaan (T,) =40°C
Suhu lapisan beku (Tf)= -19OC
Data masukan yang divari-
asikan dalam simulasi adalah, suhu
permukaan sublimasi (T,),dan nilai
konduktivitas panas lapisan kering
bahan (A). Gambar 4 dan Gambar 5
masing-masing menunjukkan perban-
dingan massa bahan dan pergerakan
lapisan kering antara hasil
pengukuran (Widodo, 1996) dengan
hasil pendugaan inelalui proses
siinulasi.
Gambar 4. Perbandingan massa
bahan antara hasil pengukuran
dengan hasil pendugaan
O ' 8 wEp.km&(rnlig ' 8
Gambar 5. Perbandinganpergerakan
lapisan kering bahan antara hasil
pengukuran dengan hasil pendugaan
Penurunan massa hasil simu-
lasi menunjukkan kecenderungan
yang sama dengan korelasi pearson
sebesar 96,8%, yang menunjukkan
keeratan hubungan antara hasil
pengukuran dengan pendugaan.
Koefisien determinasi yang diperoleh
adalah sebesar 97,2% yang menun-
jukkan kemampuan model dalam
meramal dan menduga keadaan
sesungguhnya(hasil pengukuran).
Pembandingan yang sama
terhadap suhu permukaan, suhu
bagian tengah dan suhu bagian bawah
bahan masing-masing menunjukkan
korelasi pearson sebesar 85,2%,
96,896 dan 95,4%, serta lcoefisien
detenninasi sebesar 75,8%, 97,2%
dan 91,0%. Berdasarkan pendekatan
statistik tersebut, dapat disimpulkan
bahwa model tersebut menghasilkan
keeratan l~ubungan pada kisaran
85,2% hingga 96,8%, dan dapat
digunakan untuk menduga keadaan
sesungguhnya dengan ketepatan pada
kisaran 75,8% hingga 97,2%.
B. KARAKTERISTIK
PENGERINGAN BEKU
DAGING SAP1GILING
Karakteristik pengeringan beku
dapat dinyatakan dalarn bentuk profil
suhu dan laju pengeringan selama
proses.
1. Profil Suhu Bahan
Pada Gambar 6 ditunjukkan
hasil simulasi suhu bahan pada tiga
lokasi (permukaan, tengah dan
bawah) selama proses pengeringan
beku dengan suhu permukaan
terkendali pada 30, 40 dan 50" C.
Gambar tersebut memperlihatkan
bahwa jika suhu permukaan
dikendalikan pada 30°C kenaikan
suhu bahan cenderung lebih lambat
daripadajika dikendalikan pada 40°C
dan 50°C. Sebagai akibatnya, waktu
yang diperlukan untuk menyelesaikan
Gambar 6. Simulasipergerakan
suhu bahan (berturut-turutdari
atas ke bawah: suhu bagian atas,
tengah dan bawah) dengan suhu
permukaan terkendali pada 30°C,
40°C dan 50°C.
proses pengeringan lebih panjang.
Pada saat suhu tengah bahan
mencapai O°C, suhu permukaan
bahm telah mencapai kondisi mantap
semu, yang dapat dianggap sebagai
salah satu parameter keberhasilan
pengeringan.
Proses sublimasi pada
pengeringan beku sesungguhnya
Vol. 14,No. 1, April 2000
berlangsung pada kondisi tak-mantap
(unsteady state). Akan tetapi pada
selang tertentu, kondisi tersebut dapat
dianggap sebagai aliran mantap semu
(quasi-steady stutej, yaitu sejak terca-
painya suhu permukaan terkendali
hingga periode pengeringan primer
berakhir. Tipologi profil suhu bahan
I I I
Wakt
Gambar 7. Tipologi profil suhu
pada proses pengeringan beku
selamapengeringan beku ditunjukkan
pada Gambar 7, yang sekaligus
menggarnbarkan terjadinya perge-
seran front sublimasi dari permukaan
ke pusat bahan.
Hasil simulasi dengan peubah
nilai konduktivitas (antara 0,0686
hingga 0,1000 W1m.K) menunjukkan
bahan dari bagian luar ke front
sublimasi. Panas tersebut selanjutnya
digunakan untuk proses sublimasi,
sehingga juga rnempengaruhi laju
sublimasi. Dari hasil penolitian
sebelumnya, diketahui bahwa nilai
konduktivitas panas lapisan kering
berpori bahan selama pengeringan
beku juga dipengaruhi oleh tekanan
kerja pada ruang pengeringan.
Dengan demikian, pengendalian laju
pengeringan dapat juga dilakukan
dengan mengendalikan tekanan
dalam ruang pengering.
2. Laju pengcringan
Pada penelitian in, laju
pengeringan dinyatakan dalam tiga
terminology, yaitu laju penurunan
massa, laju penurunan kadar air dan '
laju pergerakan lapisan kering.
Gambar 8 menunjukkan la.$
penurunan massa bahan berdasarkan
ketiga perlakuan suhu permukaan.
Penurunan massa bahan pada suhu
permukaan sublimasi 50°C cenderung
lebih cepat karena beda suhu antara
permukaan lapisan kering dan
permukaan sublimasi se~nakinbesar,
sehingga laju perpindahan panas yang
adanya hubungan yang erat antara
konduktivitas panas bahan dengan
waktu pengeringan. Waktu yang
20
dibutuhkan untuk menyelesaikan
f
proses pengeringan bahan bernilai
ii l5
konduktivitas lebih tinggi adalah
lebih pendck daripada sebaliknya.
Atau dengan kata lain, nilai
i
0
konduktivitas panas pada lapisan o 50 m 1% zoo m xu
=prP.rpn(-)
kering bahan berbanding terbaiik
terhadap waktu pengeringan. Gambar 8.Grafik penurunan
Nilai k~nduktivitas Panas massa bahan pada suhu sublimasi
menunjukkan laju perambatan panas 3 0 0 ~ ~4 0 0 ~dan 5 0 0 ~
melalui lapisan kering berpori pada
diperlukan untuk sublimasi lebih
besar.
Uap air yang dihasilkan oleh
proses sublimasi selanjutnya
dikeluarkan dari bahan dengan cara
penneasi melalui lapisan berpori.
Disamping dipengaruhi oleh laju
sublimasi, penurunan kadar air juga
dipengaruhi oleh laju permeasi
tersebut yang ditunjukkan dengan
nilai permeabilitas uap air dalam
balizn hering.
Pada pengeringan beku,
peristiwa sublimasi dapat diikuti oleh
peristiwa ablimasi secara simultan.
Ablimasi adalah peristiwa perubahan
uap air menjadi es karena udara
lingkungan lebih jenuh daripada
permukaan sublimasi. Peristiwa
ablimasi terjadi karena uap air hasil
subliniasi tidak segera dikeluarkan
dari lapisan kering untuk dikonden-
sasikan pada permukaan perangkap
dingin. Peristiwa ini dapat menye-
babkan terjadinya proses rekristalisasi
yang diketahui akan mempengaruhi
mutu hasil pengeringan.
Sejalan dengan penurunan
rnassa, bahan mengalami penurunan
kadar air seperti ditunjukkan pada
Gambar 9. Grafik penurunan
kadar air bahan pada suhu
sublimasi 30°C, 40°C dan 50°C
Gambar 9. Gambar tersebut
memperlihatkan bahwa waktu yang
diperlukan untuk menurunkan kadar
air bahan hingga kisaran 2 persen
sampai 5 persen, yang merupakan
kisaran kadar air akhir bahan yang
diharapkan dari proses pengeringan
beku, berbanding terbalik dengan
suhu permukaan terkendali yang
dipergunakan. Suhu pennukaan
kendali tanipak berpengaruh terhadap
kelandaian lengkungan kadar air pada
tahap akllir pengeringan.
Pergerakan lapisan kering
berbanding lums dengan fraksi air
tersisa bahan atau berbanding terbalik
dengan kadar air M a n (Gambar 10).
Pergerakan lapisan kering pada suhu
permukaan kendali 50°C,
berlangsung lebih cepatdibandingkan
dengan suhu kendali lainnya,
sehingga waktu yang diperlukan
untuk mengeringkan seluruh bahan
lebih cepat.
Gambar 10 menunjukkan
bahwa untuk mencapai ketebalan
lapisan kering setengah dari
ketebalan seluruh bahan diperlukan
waktu pcngeringan yang lebih
singkat dibandingkan waktu yang
0 S D W D 1 5 D a U ) 2 5 0 3 U )
IullQl=wkm(msil)
Gambar 10. Pergerakan lapisan
kering bahan pada suhu sublimasi
30°C, 40°C dan 50°C
Vol. 14, No. 1, April 2000
diperlukan untuk mencapai ketebalan
' %pisan kering berikutnya hingga
seluruh bahan menjadi kering.
Sebagaimana diperkirakan
sebslumnya, pengaruh nilai konduk-
tivitas panas menunjukkan kecen-
derungan yang sama dengan
perlakukan suhu permukaan.
Peningkatan laju pengeringan dengan
meningkatnya konduktivitas panas.
Bada tahap awal pengeringan hingga
proses pngeringan berlangsung
setenghnya, gradien penurunan
massa bahan cenderung tajam dan
selanjutnya berlangsung landai
hingga akhir pengeringan.
Hasil simulasi pengaruh nilai
konduktivitas panas lapisan kering
bahw terhadap laju pengeringan
tidak menunjukkan perbeciaan yang
cukup nyata. Hal ini perlu mendapat
kajian lebih lanjut, karena secara
teoritis nilai konduktivitas yang
tinggi dapat memberikan laju
pengeringan yang tinggi pula
KESIMPULAN DAN S . W
1. Berdasarkan pendekatan statistik,
model yang dikembangkan pada
penelitian ini dapat dianggap valid
dengan koefisien korelasi antara
85,2 persen hingga 96,8 persen
dan koefisien determinasi antara
75,s persen hingga 97,2 persen.
2. Hasil simulasi menunjukkan
bahwa peningkatan suhu kendali
permukaan dapat meningkatkan
laju pengeringan. Sedangkan,
konduktivitas panas, mesikipun
menunjukkan lcecenderunganyang
sama belum menarnpak)<an
pengaruh yang nyata pada kisaran
nilai 0,0686-0,1000 W/m°K.
DAFTAR PUSTAKA
Cotson, S dan D. B. Smith. 1963.
Freeze Drying of Foodstuffs.
Columbine Press, Ltd.,
Manchester.
King, C. J. 1971. Freeze Drying Of
Food. CRC, The Chemical
Rubber Co., Cleveland-Ohio
Lombrana dan J. Izkara. 1996.
Eksperimental Estimation Of
Effective Transpor Coefficients
In Freeze Drying For Sinrulation
And Optimization Purposes. J.
Drying Technol, 14(3&4), 743-
763
Widodo, M., Tambunan, A.H., 1996.
Penentuan Nilai Konduktivitas
Panas Dan Permeabilitas Uap
Air Pada Lapisan Kering Daging
Sapi Giling Selama Proses
Pengeringan Beku Bul. Teknik
Pertanian Vol. 10(20), 52-60.
Sagara, Y. 1984. Freeze Drying
Characteristics and Transport
Properties in concentrated
Coffea Solution System.
Proceedings of 4th International
Drying Symposium,2,443-450

More Related Content

Similar to SIMULASI KARAKTERISTIK PENGERINGM BEKU DAGING SAP1 GILING (Simulation Study on Freeze-drying Characterisiics of Mashed Bee?

SIMULASI KARAKTERISTIK PENGERINGM BEKU DAGING SAP1 GILING
SIMULASI KARAKTERISTIK PENGERINGM BEKU DAGING SAP1 GILINGSIMULASI KARAKTERISTIK PENGERINGM BEKU DAGING SAP1 GILING
SIMULASI KARAKTERISTIK PENGERINGM BEKU DAGING SAP1 GILINGRepository Ipb
 
ANALISIS DlSTRlBUSl SUHU DAN KECEPATAN ALIRAN UDARA DALAM RUANG PENGERING BER...
ANALISIS DlSTRlBUSl SUHU DAN KECEPATAN ALIRAN UDARA DALAM RUANG PENGERING BER...ANALISIS DlSTRlBUSl SUHU DAN KECEPATAN ALIRAN UDARA DALAM RUANG PENGERING BER...
ANALISIS DlSTRlBUSl SUHU DAN KECEPATAN ALIRAN UDARA DALAM RUANG PENGERING BER...Repository Ipb
 
DASAR PEMPROSESAN UDARA
DASAR PEMPROSESAN UDARADASAR PEMPROSESAN UDARA
DASAR PEMPROSESAN UDARAKiki Amelia
 
PENERAPAN SISTEM PENDINGINAN EVAPORATIF UNTUK \ PENANGANAN PASCA PANEN HASIL ...
PENERAPAN SISTEM PENDINGINAN EVAPORATIF UNTUK \ PENANGANAN PASCA PANEN HASIL ...PENERAPAN SISTEM PENDINGINAN EVAPORATIF UNTUK \ PENANGANAN PASCA PANEN HASIL ...
PENERAPAN SISTEM PENDINGINAN EVAPORATIF UNTUK \ PENANGANAN PASCA PANEN HASIL ...Repository Ipb
 
DASAR PSIKROMETRIK
DASAR PSIKROMETRIKDASAR PSIKROMETRIK
DASAR PSIKROMETRIKKiki Amelia
 
POTENSI ENERGI SISTEM REFRIGERASI SIKLUS TUNGGAL DAN GANDA (CASCADE) SEBAGAI ...
POTENSI ENERGI SISTEM REFRIGERASI SIKLUS TUNGGAL DAN GANDA (CASCADE) SEBAGAI ...POTENSI ENERGI SISTEM REFRIGERASI SIKLUS TUNGGAL DAN GANDA (CASCADE) SEBAGAI ...
POTENSI ENERGI SISTEM REFRIGERASI SIKLUS TUNGGAL DAN GANDA (CASCADE) SEBAGAI ...Repository Ipb
 
Jurnal proses cyaniding (AA)
Jurnal proses cyaniding (AA)Jurnal proses cyaniding (AA)
Jurnal proses cyaniding (AA)Abrianto Akuan
 
7 muhammad hasan-basri-so-edit-peb-2009 (1)
7 muhammad hasan-basri-so-edit-peb-2009 (1)7 muhammad hasan-basri-so-edit-peb-2009 (1)
7 muhammad hasan-basri-so-edit-peb-2009 (1)Doni Rachman
 
ITP UNS SEMESTER 2 Satop acara 3 Transfer Massa Uap Air Selama Pengeringan
ITP UNS SEMESTER 2 Satop acara 3 Transfer Massa Uap Air Selama PengeringanITP UNS SEMESTER 2 Satop acara 3 Transfer Massa Uap Air Selama Pengeringan
ITP UNS SEMESTER 2 Satop acara 3 Transfer Massa Uap Air Selama PengeringanFransiska Puteri
 
Kinetic drying low rank coal am te q 2015 new
Kinetic drying low rank coal am te q 2015 newKinetic drying low rank coal am te q 2015 new
Kinetic drying low rank coal am te q 2015 newcahyadi1969
 
1 pengaruh debit terhadap unjuk kerja alat penukar kalor dan penurunan suhu r...
1 pengaruh debit terhadap unjuk kerja alat penukar kalor dan penurunan suhu r...1 pengaruh debit terhadap unjuk kerja alat penukar kalor dan penurunan suhu r...
1 pengaruh debit terhadap unjuk kerja alat penukar kalor dan penurunan suhu r...Mirmanto
 
Aliran panas di dalam tanah.pptx
Aliran panas di dalam tanah.pptxAliran panas di dalam tanah.pptx
Aliran panas di dalam tanah.pptxLookingtotheHorizon
 
Teknologi pendinginan dan pembekuan by kiman siregar
Teknologi pendinginan dan pembekuan  by kiman siregarTeknologi pendinginan dan pembekuan  by kiman siregar
Teknologi pendinginan dan pembekuan by kiman siregarKiman Siregar
 
Proses pendinginan udara pada koil pendingin
Proses pendinginan udara pada koil pendinginProses pendinginan udara pada koil pendingin
Proses pendinginan udara pada koil pendinginGalih Andhika Ramadhan
 
Modul Praktikum Shell-And-Tube Heat Exchanger
Modul Praktikum Shell-And-Tube Heat Exchanger Modul Praktikum Shell-And-Tube Heat Exchanger
Modul Praktikum Shell-And-Tube Heat Exchanger Novan Ardhiyangga
 

Similar to SIMULASI KARAKTERISTIK PENGERINGM BEKU DAGING SAP1 GILING (Simulation Study on Freeze-drying Characterisiics of Mashed Bee? (20)

SIMULASI KARAKTERISTIK PENGERINGM BEKU DAGING SAP1 GILING
SIMULASI KARAKTERISTIK PENGERINGM BEKU DAGING SAP1 GILINGSIMULASI KARAKTERISTIK PENGERINGM BEKU DAGING SAP1 GILING
SIMULASI KARAKTERISTIK PENGERINGM BEKU DAGING SAP1 GILING
 
ANALISIS DlSTRlBUSl SUHU DAN KECEPATAN ALIRAN UDARA DALAM RUANG PENGERING BER...
ANALISIS DlSTRlBUSl SUHU DAN KECEPATAN ALIRAN UDARA DALAM RUANG PENGERING BER...ANALISIS DlSTRlBUSl SUHU DAN KECEPATAN ALIRAN UDARA DALAM RUANG PENGERING BER...
ANALISIS DlSTRlBUSl SUHU DAN KECEPATAN ALIRAN UDARA DALAM RUANG PENGERING BER...
 
termo
termotermo
termo
 
DASAR PEMPROSESAN UDARA
DASAR PEMPROSESAN UDARADASAR PEMPROSESAN UDARA
DASAR PEMPROSESAN UDARA
 
PENERAPAN SISTEM PENDINGINAN EVAPORATIF UNTUK \ PENANGANAN PASCA PANEN HASIL ...
PENERAPAN SISTEM PENDINGINAN EVAPORATIF UNTUK \ PENANGANAN PASCA PANEN HASIL ...PENERAPAN SISTEM PENDINGINAN EVAPORATIF UNTUK \ PENANGANAN PASCA PANEN HASIL ...
PENERAPAN SISTEM PENDINGINAN EVAPORATIF UNTUK \ PENANGANAN PASCA PANEN HASIL ...
 
DASAR PSIKROMETRIK
DASAR PSIKROMETRIKDASAR PSIKROMETRIK
DASAR PSIKROMETRIK
 
POTENSI ENERGI SISTEM REFRIGERASI SIKLUS TUNGGAL DAN GANDA (CASCADE) SEBAGAI ...
POTENSI ENERGI SISTEM REFRIGERASI SIKLUS TUNGGAL DAN GANDA (CASCADE) SEBAGAI ...POTENSI ENERGI SISTEM REFRIGERASI SIKLUS TUNGGAL DAN GANDA (CASCADE) SEBAGAI ...
POTENSI ENERGI SISTEM REFRIGERASI SIKLUS TUNGGAL DAN GANDA (CASCADE) SEBAGAI ...
 
Jurnal proses cyaniding (AA)
Jurnal proses cyaniding (AA)Jurnal proses cyaniding (AA)
Jurnal proses cyaniding (AA)
 
7 muhammad hasan-basri-so-edit-peb-2009 (1)
7 muhammad hasan-basri-so-edit-peb-2009 (1)7 muhammad hasan-basri-so-edit-peb-2009 (1)
7 muhammad hasan-basri-so-edit-peb-2009 (1)
 
ITP UNS SEMESTER 2 Satop acara 3 Transfer Massa Uap Air Selama Pengeringan
ITP UNS SEMESTER 2 Satop acara 3 Transfer Massa Uap Air Selama PengeringanITP UNS SEMESTER 2 Satop acara 3 Transfer Massa Uap Air Selama Pengeringan
ITP UNS SEMESTER 2 Satop acara 3 Transfer Massa Uap Air Selama Pengeringan
 
Kinetic drying low rank coal am te q 2015 new
Kinetic drying low rank coal am te q 2015 newKinetic drying low rank coal am te q 2015 new
Kinetic drying low rank coal am te q 2015 new
 
1 pengaruh debit terhadap unjuk kerja alat penukar kalor dan penurunan suhu r...
1 pengaruh debit terhadap unjuk kerja alat penukar kalor dan penurunan suhu r...1 pengaruh debit terhadap unjuk kerja alat penukar kalor dan penurunan suhu r...
1 pengaruh debit terhadap unjuk kerja alat penukar kalor dan penurunan suhu r...
 
Aliran panas di dalam tanah.pptx
Aliran panas di dalam tanah.pptxAliran panas di dalam tanah.pptx
Aliran panas di dalam tanah.pptx
 
drying.ppt
drying.pptdrying.ppt
drying.ppt
 
FD- Suhu dan Kalor
FD- Suhu dan KalorFD- Suhu dan Kalor
FD- Suhu dan Kalor
 
Fd suhu dan kalor
Fd  suhu dan kalorFd  suhu dan kalor
Fd suhu dan kalor
 
Sistem Informasi Pertanian
Sistem Informasi PertanianSistem Informasi Pertanian
Sistem Informasi Pertanian
 
Teknologi pendinginan dan pembekuan by kiman siregar
Teknologi pendinginan dan pembekuan  by kiman siregarTeknologi pendinginan dan pembekuan  by kiman siregar
Teknologi pendinginan dan pembekuan by kiman siregar
 
Proses pendinginan udara pada koil pendingin
Proses pendinginan udara pada koil pendinginProses pendinginan udara pada koil pendingin
Proses pendinginan udara pada koil pendingin
 
Modul Praktikum Shell-And-Tube Heat Exchanger
Modul Praktikum Shell-And-Tube Heat Exchanger Modul Praktikum Shell-And-Tube Heat Exchanger
Modul Praktikum Shell-And-Tube Heat Exchanger
 

More from Repository Ipb

Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Repository Ipb
 
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Repository Ipb
 
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...Repository Ipb
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...Repository Ipb
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...Repository Ipb
 
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...Repository Ipb
 
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...Repository Ipb
 
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMTHERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMRepository Ipb
 
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKSTUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKRepository Ipb
 
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIATHERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIARepository Ipb
 
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...Repository Ipb
 
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...Repository Ipb
 
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...Repository Ipb
 
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFBRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFRepository Ipb
 
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...Repository Ipb
 
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...Repository Ipb
 
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...Repository Ipb
 
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Repository Ipb
 
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...Repository Ipb
 

More from Repository Ipb (20)

Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
 
Peta ipb
Peta ipbPeta ipb
Peta ipb
 
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
 
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
 
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
 
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
 
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMTHERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
 
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKSTUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
 
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIATHERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
 
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
 
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
 
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
 
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFBRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
 
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
 
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
 
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
 
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
 
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
 

Recently uploaded

PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfsdn3jatiblora
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiaNILAMSARI269850
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...Kanaidi ken
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...Kanaidi ken
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 

Recently uploaded (20)

PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 

SIMULASI KARAKTERISTIK PENGERINGM BEKU DAGING SAP1 GILING (Simulation Study on Freeze-drying Characterisiics of Mashed Bee?

  • 1. SIMULASIKARAKTERISTIKPENGERINGM BEKU DAGING SAP1GILING (SimulationStudy on Freeze-drying Characterisiicsof Mashed Bee? Armansyah H. ~ambunanl,~ . ~ o l a h u d i n ' ,Estri ~ a h a j e n ~ ~, ABSTRACT Drying characteristic of a particular product is important in analyzing the appropriateness of the drying methodfor the product. This is especially importantfor freeze drying, which is known as the most expensive drying method, asideji-om its good drying quality. The objectives of this experiment are to develop a computer simulationprogram using a retreating drying-front modelfor predictingfreeze drying characteristics of mashed nteat, especially for the influenceof sublimationtemperature and thermalconductivity. In this work, a quasi steady state analysis was used to describe the heat and mass transfer and movement of the sublimationji-ontduring thesecondary dryingperiod. A mathematical model was used in a simulation to determine changes in water fraction, thickness of dried layer and tenaperature distribution in the dried zone. VeriJcation of the model indicated.the appropriatenessof the model topredict freeze drying characteristics. Keywords:freeze drying, mashed meat, computer simulation, retreatingfront model Untuk menghindari kerugian PENDAHULUAN besar, akibat kesalahan dalam Pengeringan beku dikenal dengan keunggulan mutu hasil pengeringannya. Akan tetapi biaya modal dan biaya operasi yang tinggi menyebabkan metoda pengeringan ini hanya digunakan untuk produk- produk bernilai ekonomi tinggi. Disarnping itu, kesalahan pemilihan metoda pengeringan dan kondisi operasinya dapat memberi mengakibatkan kerugian bahkan kerusakan bahan yang dikeringkan. penerapan dan pengoperasian, perlu dilakukan penelaahan rinci terhadap karakteristik pengeringan beku suatu produk tertentu. Penelaahan secara eksperimental (percobaan) memerlukan biaya tinggi dan waktu yang cukup lama, disamping tidak praktis untuk dilakukan oleh para perekayasa di industri. Untuk itu, perlu dikembanykan model yang &pat digunakan uhtuk mensimulasi dan menggambarkan secara tepat karakteristikpengeringan beku. '~ t a f~en~ajk~urusan~eknikPertanian, FATETA, IPB *AlumnusJurusan Teknik Pertanian, Fatete, IPB
  • 2. Vol. 14,No. 1, April 2000 Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan dan mengembangkan model permukaan bergerak (retreating Jiont) pada proses simulasi karakteristik pengeringan beku daging sapi giling. PENDEKATANTEORI A. Mekanisma Pengeringan Beku Pengeringan beku merupakan suatu metode pengeringan yang umumnya terdiri atas tiga tahapan, yaitu pembekuan, pengeringan primer d m pengeringan sekunder. Air dalam produk dibekukan, dan selanjutnya dilepaskan dengan cara sublimasi pada ruang bertekanan rendah (vakum). Proses sublimasi terjadi pada suhu dan tekanan dibawah titik triple, yaitu suhu O°C dan tekanan 610Pa (Garnbar 1). Kebutuhan panas sublimasi adalah sebesar 2.78 kilo joule per gram es. ,vtikOoC, tripe1610 Pa Sublimasipada pengeringanbeku Gambar 1. Diagram P-T air B. Model Permukaan Bergerak (RetreatingFrontModel) Mekanisma pindah panas dan massa di dalam bahan selama proses sublimasi ditunjukkan pada Gambar 2. Model yang ditunjukkan pada garnbartersebut dapat disebut sebagai Model Permukaan Bergerak (retreatingpant model). Dalarn ha1 ini, permukaan sublimasi dianggap bergerak lapis demi lapis dari permukaan terluar hingga pusat bahan. Permukaan sublimasi ini akan membatasi secara tegas lzpisan kering (di bagian luar) dari lapisan beku (di bagian dalam) bahan. Model pada Gambar 2 adalah untuk bahan berbentuk lempeng tak hingga dengan perpindahan panas dan massa satu arah. I A A r:. .-.-.-Y:. . .-. . ./.-.-.-I Gambar 2. Retreating Front Model pada proses pengeringm beku Asumsi yang digunakan pada model ini adalah: - Permukaan sublimasi menurun seragam dari permukaan atas menuju pusat bahan. - Pengeringan berlangsung dalam kondisi tunak semu (quasi steady state). Perubahan suhu ' dan tekanan dalam bahan dan pergerakan permukaan sublimasi dapat diabaikan. - Distribusi suhu dan tekanan sepanjang lapisan kering dianggap linier, sedangkan suhu lapisan beku dianggap seragam dan sama dengan suhu permukaan sublimasi. Persamaan kendali yang dapat menggambarkan mekanisma pindah
  • 3. panas dan massa pada model diatas adalah seperti berikut: Panasjenis bahan (c,) dianggap tetap dan sebanding dengan kadar air bahan. Bagian pertama dari persamaan (1) menunjukkan besarnya panas yang dikonduksikan melalui lapisan kering, dan bagian kedua menunjukkan besarnya panas yang diserap oleh lapisan kering bahan. Laju sublimasi (nz) dikenda- likan oleh perbedaan antara tekanan uap di permukaan bahan kering dengan tekanan uap pada permukaan bahan beku (permukaan sublimasi), seperti pada persamaan (2). Besarnya panas yang diperlukan untuk sublimasi (9,) adalah perkalian antara laju sublinlasi dengan panas laten sublimasi. Laju sublimasi dapat dihubungkan dengan pengeringan, sebagai berikut: Tekanan keseimbangan uap air dengan es dapat dinyatakan dengan persamaan berikut: -2445.6 1% P, = +8.231logT, - Tf 0.01677T, + 1.205x ~f -6.757 (4) C. l'emecahan Model Pemecahan persamaan pada model tersebut dilakukan dengan mengintegrasi persamaan (I), sehingga diperoleh: dimana X adalah fraksi air tersisa, yang dapat didekati dengan persamaan berikut: Berdasarkan fraksi air tersisa tersebut, dapat ditentukan laju pergerakan lapisan kering sebagai berikut: x(t) =(1-X)L (7) Pemecahan persamaan (5) menghasilkan persamaan kuadrat, yang akar-akar nyatanya merupakan fraksi air tersisa. Laju pengeringan dapat dinyatakan dalam bentuk laju pergerakan lapisan kering per mtuan waktu. Penentuan iaju pengeringan dilakukan dengan cara interpolasi data secara numerik (Gambar 3), sehingga diperoleh persamaan untuk laju pergerakan lapisan kering seperti pada persamazn (8a) dan (8b) masing-masing untuk kondisi awallakhirdan selainnya. Gambar 3. Interpolasipenentuan laju pergerakan lapisan kering pad kondisi awaUakhir dan selainnya
  • 4. Vol. 14.No. 1; A~ril2000 - M t )m=- dt -- [3x(t) +x(t -2At) f4x(t -Af)] 2At (84 dan &(t) [x(t +At) -x(t -At)]mz-= dt 2At (8b) Pendugaan sebaran suhu bahan T(s) dilakukan dengan menentukan posisi relatif lapisan kering (ib) dan lapisan beku (If) terhadap tebal awal bahan, puda kisaran tertentu (s) berdasarkan persalnaan berikut (Lombrana dan Izkara, 1996): yang menghasiikan faktor suhu, T: =(l-zb)/(l (lo) sehingga, T(S)=[T~(T/ -T,)+T,]-273 (11) HASIL DAN PEMBAHASAN A. Validasi Model Validasi model dilzrkukan dengan membandingkan data hasil pengukuran (Widodo, 1996) dengan hasil simulasi pada kondisi yang sama. Data masukan yang digunakan pada simulasi adalah sebagai berikut: Ketebalan awal bahan (L) = 10mm Diameter bahan (D) = 53 mm Selangwaktu (dt) = 5 menit Nilai konduktivitaspanas bahan kering (X)= 0.0686 WlmX NiIai permeabilitas bahan kering (K) =0.00755 J k g Massa awal bahan (M,)=0.02173 kg Massa akhir bahan (Ma = 0.00543 kg Tekanan kerja (P,) = 1.33Pa Suhu kendali permukaan (T,) =40°C Suhu lapisan beku (Tf)= -19OC Data masukan yang divari- asikan dalam simulasi adalah, suhu permukaan sublimasi (T,),dan nilai konduktivitas panas lapisan kering bahan (A). Gambar 4 dan Gambar 5 masing-masing menunjukkan perban- dingan massa bahan dan pergerakan lapisan kering antara hasil pengukuran (Widodo, 1996) dengan hasil pendugaan inelalui proses siinulasi. Gambar 4. Perbandingan massa bahan antara hasil pengukuran dengan hasil pendugaan O ' 8 wEp.km&(rnlig ' 8 Gambar 5. Perbandinganpergerakan lapisan kering bahan antara hasil pengukuran dengan hasil pendugaan Penurunan massa hasil simu- lasi menunjukkan kecenderungan yang sama dengan korelasi pearson sebesar 96,8%, yang menunjukkan keeratan hubungan antara hasil
  • 5. pengukuran dengan pendugaan. Koefisien determinasi yang diperoleh adalah sebesar 97,2% yang menun- jukkan kemampuan model dalam meramal dan menduga keadaan sesungguhnya(hasil pengukuran). Pembandingan yang sama terhadap suhu permukaan, suhu bagian tengah dan suhu bagian bawah bahan masing-masing menunjukkan korelasi pearson sebesar 85,2%, 96,896 dan 95,4%, serta lcoefisien detenninasi sebesar 75,8%, 97,2% dan 91,0%. Berdasarkan pendekatan statistik tersebut, dapat disimpulkan bahwa model tersebut menghasilkan keeratan l~ubungan pada kisaran 85,2% hingga 96,8%, dan dapat digunakan untuk menduga keadaan sesungguhnya dengan ketepatan pada kisaran 75,8% hingga 97,2%. B. KARAKTERISTIK PENGERINGAN BEKU DAGING SAP1GILING Karakteristik pengeringan beku dapat dinyatakan dalarn bentuk profil suhu dan laju pengeringan selama proses. 1. Profil Suhu Bahan Pada Gambar 6 ditunjukkan hasil simulasi suhu bahan pada tiga lokasi (permukaan, tengah dan bawah) selama proses pengeringan beku dengan suhu permukaan terkendali pada 30, 40 dan 50" C. Gambar tersebut memperlihatkan bahwa jika suhu permukaan dikendalikan pada 30°C kenaikan suhu bahan cenderung lebih lambat daripadajika dikendalikan pada 40°C dan 50°C. Sebagai akibatnya, waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan Gambar 6. Simulasipergerakan suhu bahan (berturut-turutdari atas ke bawah: suhu bagian atas, tengah dan bawah) dengan suhu permukaan terkendali pada 30°C, 40°C dan 50°C. proses pengeringan lebih panjang. Pada saat suhu tengah bahan mencapai O°C, suhu permukaan bahm telah mencapai kondisi mantap semu, yang dapat dianggap sebagai salah satu parameter keberhasilan pengeringan. Proses sublimasi pada pengeringan beku sesungguhnya
  • 6. Vol. 14,No. 1, April 2000 berlangsung pada kondisi tak-mantap (unsteady state). Akan tetapi pada selang tertentu, kondisi tersebut dapat dianggap sebagai aliran mantap semu (quasi-steady stutej, yaitu sejak terca- painya suhu permukaan terkendali hingga periode pengeringan primer berakhir. Tipologi profil suhu bahan I I I Wakt Gambar 7. Tipologi profil suhu pada proses pengeringan beku selamapengeringan beku ditunjukkan pada Gambar 7, yang sekaligus menggarnbarkan terjadinya perge- seran front sublimasi dari permukaan ke pusat bahan. Hasil simulasi dengan peubah nilai konduktivitas (antara 0,0686 hingga 0,1000 W1m.K) menunjukkan bahan dari bagian luar ke front sublimasi. Panas tersebut selanjutnya digunakan untuk proses sublimasi, sehingga juga rnempengaruhi laju sublimasi. Dari hasil penolitian sebelumnya, diketahui bahwa nilai konduktivitas panas lapisan kering berpori bahan selama pengeringan beku juga dipengaruhi oleh tekanan kerja pada ruang pengeringan. Dengan demikian, pengendalian laju pengeringan dapat juga dilakukan dengan mengendalikan tekanan dalam ruang pengering. 2. Laju pengcringan Pada penelitian in, laju pengeringan dinyatakan dalam tiga terminology, yaitu laju penurunan massa, laju penurunan kadar air dan ' laju pergerakan lapisan kering. Gambar 8 menunjukkan la.$ penurunan massa bahan berdasarkan ketiga perlakuan suhu permukaan. Penurunan massa bahan pada suhu permukaan sublimasi 50°C cenderung lebih cepat karena beda suhu antara permukaan lapisan kering dan permukaan sublimasi se~nakinbesar, sehingga laju perpindahan panas yang adanya hubungan yang erat antara konduktivitas panas bahan dengan waktu pengeringan. Waktu yang 20 dibutuhkan untuk menyelesaikan f proses pengeringan bahan bernilai ii l5 konduktivitas lebih tinggi adalah lebih pendck daripada sebaliknya. Atau dengan kata lain, nilai i 0 konduktivitas panas pada lapisan o 50 m 1% zoo m xu =prP.rpn(-) kering bahan berbanding terbaiik terhadap waktu pengeringan. Gambar 8.Grafik penurunan Nilai k~nduktivitas Panas massa bahan pada suhu sublimasi menunjukkan laju perambatan panas 3 0 0 ~ ~4 0 0 ~dan 5 0 0 ~ melalui lapisan kering berpori pada
  • 7. diperlukan untuk sublimasi lebih besar. Uap air yang dihasilkan oleh proses sublimasi selanjutnya dikeluarkan dari bahan dengan cara penneasi melalui lapisan berpori. Disamping dipengaruhi oleh laju sublimasi, penurunan kadar air juga dipengaruhi oleh laju permeasi tersebut yang ditunjukkan dengan nilai permeabilitas uap air dalam balizn hering. Pada pengeringan beku, peristiwa sublimasi dapat diikuti oleh peristiwa ablimasi secara simultan. Ablimasi adalah peristiwa perubahan uap air menjadi es karena udara lingkungan lebih jenuh daripada permukaan sublimasi. Peristiwa ablimasi terjadi karena uap air hasil subliniasi tidak segera dikeluarkan dari lapisan kering untuk dikonden- sasikan pada permukaan perangkap dingin. Peristiwa ini dapat menye- babkan terjadinya proses rekristalisasi yang diketahui akan mempengaruhi mutu hasil pengeringan. Sejalan dengan penurunan rnassa, bahan mengalami penurunan kadar air seperti ditunjukkan pada Gambar 9. Grafik penurunan kadar air bahan pada suhu sublimasi 30°C, 40°C dan 50°C Gambar 9. Gambar tersebut memperlihatkan bahwa waktu yang diperlukan untuk menurunkan kadar air bahan hingga kisaran 2 persen sampai 5 persen, yang merupakan kisaran kadar air akhir bahan yang diharapkan dari proses pengeringan beku, berbanding terbalik dengan suhu permukaan terkendali yang dipergunakan. Suhu pennukaan kendali tanipak berpengaruh terhadap kelandaian lengkungan kadar air pada tahap akllir pengeringan. Pergerakan lapisan kering berbanding lums dengan fraksi air tersisa bahan atau berbanding terbalik dengan kadar air M a n (Gambar 10). Pergerakan lapisan kering pada suhu permukaan kendali 50°C, berlangsung lebih cepatdibandingkan dengan suhu kendali lainnya, sehingga waktu yang diperlukan untuk mengeringkan seluruh bahan lebih cepat. Gambar 10 menunjukkan bahwa untuk mencapai ketebalan lapisan kering setengah dari ketebalan seluruh bahan diperlukan waktu pcngeringan yang lebih singkat dibandingkan waktu yang 0 S D W D 1 5 D a U ) 2 5 0 3 U ) IullQl=wkm(msil) Gambar 10. Pergerakan lapisan kering bahan pada suhu sublimasi 30°C, 40°C dan 50°C
  • 8. Vol. 14, No. 1, April 2000 diperlukan untuk mencapai ketebalan ' %pisan kering berikutnya hingga seluruh bahan menjadi kering. Sebagaimana diperkirakan sebslumnya, pengaruh nilai konduk- tivitas panas menunjukkan kecen- derungan yang sama dengan perlakukan suhu permukaan. Peningkatan laju pengeringan dengan meningkatnya konduktivitas panas. Bada tahap awal pengeringan hingga proses pngeringan berlangsung setenghnya, gradien penurunan massa bahan cenderung tajam dan selanjutnya berlangsung landai hingga akhir pengeringan. Hasil simulasi pengaruh nilai konduktivitas panas lapisan kering bahw terhadap laju pengeringan tidak menunjukkan perbeciaan yang cukup nyata. Hal ini perlu mendapat kajian lebih lanjut, karena secara teoritis nilai konduktivitas yang tinggi dapat memberikan laju pengeringan yang tinggi pula KESIMPULAN DAN S . W 1. Berdasarkan pendekatan statistik, model yang dikembangkan pada penelitian ini dapat dianggap valid dengan koefisien korelasi antara 85,2 persen hingga 96,8 persen dan koefisien determinasi antara 75,s persen hingga 97,2 persen. 2. Hasil simulasi menunjukkan bahwa peningkatan suhu kendali permukaan dapat meningkatkan laju pengeringan. Sedangkan, konduktivitas panas, mesikipun menunjukkan lcecenderunganyang sama belum menarnpak)<an pengaruh yang nyata pada kisaran nilai 0,0686-0,1000 W/m°K. DAFTAR PUSTAKA Cotson, S dan D. B. Smith. 1963. Freeze Drying of Foodstuffs. Columbine Press, Ltd., Manchester. King, C. J. 1971. Freeze Drying Of Food. CRC, The Chemical Rubber Co., Cleveland-Ohio Lombrana dan J. Izkara. 1996. Eksperimental Estimation Of Effective Transpor Coefficients In Freeze Drying For Sinrulation And Optimization Purposes. J. Drying Technol, 14(3&4), 743- 763 Widodo, M., Tambunan, A.H., 1996. Penentuan Nilai Konduktivitas Panas Dan Permeabilitas Uap Air Pada Lapisan Kering Daging Sapi Giling Selama Proses Pengeringan Beku Bul. Teknik Pertanian Vol. 10(20), 52-60. Sagara, Y. 1984. Freeze Drying Characteristics and Transport Properties in concentrated Coffea Solution System. Proceedings of 4th International Drying Symposium,2,443-450