Dokumen tersebut membahas sejarah panjang perjalanan asuransi kesehatan di Indonesia, mulai dari BPDPK hingga menjadi BPJS Kesehatan saat ini. Dokumen ini juga menyinggung perlunya evaluasi sistem tarif INA-CBG agar program JKN yang dijalankan BPJS Kesehatan dapat berjalan efektif dan berkelanjutan."
1. Info BPJS Kesehatan Edisi IV Juli 2014
Edisi IV Bulan Juli 2014
INFOBPJS
Kesehatan
Media Internal Resmi BPJS Kesehatan
Perjalanan Panjang
Asuransi Sosial BPDPK
Hingga BPJS Kesehatan
46TAHUN
2. PENGARAH
Fachmi Idris
PENANGGUNG JAWAB
Purnawarman Basundoro
PIMPINAN UMUM
Ikhsan
PIMPINAN REDAKSI
Irfan Humaidi
SEKRETARIS
Rini Rachmitasari
SEKRETARIAT
Ni Kadek M. Devi
Eko Yulianto
Paramitha Suciani
REDAKTUR
Diah Ismawardani
Elsa Novelia
Chandra Nurcahyo
Yuliasman
Juliana Ramdhani
Budi Setiawan
Dwi Surini
Tati Haryati Denawati
DISTRIBUSI &
PERCETAKAN
Basuki
Anton Tri Wibowo
Buletin diterbitkan oleh:
BPJS Kesehatan
Jln. Letjen Suprapto PO BOX 1391/JKT Jakarta Pusat
Tlp. (021) 4246063, Fax. (021) 4212940
SURATPEMBACA
email : redaksi@bpjs-kesehatan.go.id Fax : (021) 4212940
SALAM REDAKSI
BENEFIT PELANGGAN
CATATAN CEO
DAFTAR ISI
INFO BPJS
Kesehatan
TESTIMONI
SEHATKILASPERISTIWA
7 8
9
1011 Redaksi menerima tulisan artikel/opini berkaitan
dengan tema seputar Askes maupun tema-tema
kesehatan lainnya yang relevan dengan pembaca
yang ada di Indonesia. Panjang tulisan maksimal
7.000 karakter (termasuk spasi), dikirimkan via email
ke alamat: redaksi.infobpjskesehatan@gmail.com
dilengkapi identitas lengkap dan foto penulis
PenambahanAnggotaKeluarga
Pembaca setia Info BPJS Kesehatan,
Dari pemberitaan yang beredar belakangan, cukup banyak
masyarakat Indonesia yang belum masuk dalam kuota
Penerima Bantuan Iuran (PBI) dalam program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) oleh BPJS Kesehatan. Untuk
itu diharapkan peran pemerintah daerah melalui program
Jamkesda diharapkan dapat menutup kuota bagi masyarakat
miskin dan tidak mampu untuk menjadi peserta PBI.
Secara khusus Info BPJS Kesehatan edisi III ini akan
mengupas bagaimana Jamkesda berintegrasi dengan JKN
BPJS Kesehatan. Dalam rubrik FOKUS kami akan paparkan
bagaimana Pemda akan mengintegrasikan Jamkesda dan
bagaiman Pemda melakukan persiapan dalam mendukung
implementasi JKN oleh BPJS Kesehatan.
Info BPJS Kesehatan juga menghadirkan wawancara khusus
bersama Menteri Negara Dalam Negeri Republik Indonesia,
Gamawan Fauzi dalam rubrik BINCANG. Bagaimana
pandangan beliau tentang integrasi Jamkesda dengan
program JKN yang dijalankan oleh BPJS Kesehatan akan di
kupas tuntas dalam rubrik tersebut. Dan informasi-informasi
lain seputar BPJS Kesehatan yang kami hadirkan dalam
rubrik-rubrik lain.
Seiring dengan penerbitan Info BPJS Kesehatan, kami
mengucapkan terima kasih atas berbagai dukungan dan
tanggapan atas terbitnya media ini. Semoga kehadiran
media ini dapat menjadi jembatan informasi yang efektif bagi
BPJS Kesehatan dan stakeholder-stakeholder-nya. Selamat
beraktivitas.
Redaksi
FOKUS BINCANG
3 6
Q&A
9
Menyongsong Cahaya Perubahan
Perjalanan Panjang
AsuransiSosialBPDPKHinggaBPJSKesehatan
Penghargaan "Gold Champion"
BuktiKerjaKerasBPJSKesehatan
Rujuk Balik di Era JKN NIK Percepat Proses Pembuatan
e-IDBPJSKesehatan
Kenapa pendaftaran melalui website ..
Tidur Berkualitas
TurunkanBeratBadandanDiabetes
BPJS Kesehatan Perkuat Komitmen dengan
TigaBankPemerintah
Intan Diasumatri , SejakUsiaLimaBulan
TransfusiDarah Info BPJS Kesehatan Edisi IV Juli 2014
Edisi IV Bulan Juli 2014
INFOBPJS
Kesehatan
Media Internal Resmi BPJS Kesehatan
Perjalanan Panjang
Asuransi Sosial BPDPK
Hingga BPJS Kesehatan
46TAHUN
TANGGAL 15 Juli 2014, BPJS Kesehatan akan memperingati
ulang tahunnya yang ke-46 dan tepat di usia itu BPJS
Kesehatan diamanahi kepercayaan oleh Pemerintah untuk
menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
sebagaimana termaktub dalam Undang-Undang No. 40/2004 dan
No. 24/2011.
Fase kehidupan baru pun berawal di titik ini. Sebagaimana
elang yang mentransformasi diri ketika berusia 40. BPJS
Kesehatan pun seyogyanya mulai mentransformasi diri, untuk
berani bersikap dan siap berperilaku terbaik dalam menghadapi
berbagai tantangan dan ujian perubahan. Transformasi sikap dan
perilaku yang tidak hanya adaptable terhadap tuntutan pelayanan,
namun juga transformasi diri terhadap perubahan pola fikir
(intellectual), perubahan pola emosi (emotional) dan perubahan
mental spiritual (spirituality) oleh setiap Duta BPJS Kesehatan,
baik secara pribadi maupun dalam konteks partisipasinya pada
proses keseluruhan perubahan iklim organisasi.
Perubahan yang terbaik adalah perubahan yang direncanakan. Mengambil istilah Walmart, suatu retail company terbesar milik
Warren Buffet yang saat ini menjadi salah satu orang terkaya di dunia: “perubahan itu berarti managing planned change atau
transformasi yang direncanakan”.
Banyak perubahan yang terjadi begitu saja. Berubah ketika terjadi kecelakaan. Jarang sekali ada perusahaan yang berubah
sebagai tindakan pro-active dan pro-ocurrance. Hal langka ini pernah terjadi pada Samsung Organization. Disebutkan oleh
Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge dalam buku Organizational Behaviour (Twelfth Edition, 2007), bahwa pimpinan
Samsung Kun Hee Lee pada Juni 2003 mengumumkan “New Management Policy” pada saat penjualan produk-produk
Samsung berada di level bawah. Suatu bentuk kebijakan baru yang banyak disebut sebagai “Thingking Outside the Box” atau
cara berfikir unusual. Sejak saat itu, Lee melarang produksi barang-barang murah sebab hal itu hanya mendorong dimensi
berfikir quantity bukan quality. Lee juga memberangus apa-apa yang disebutnya sebagai “necessary evil”, yaitu hubungan
yang terlalu hirarki antara atasan dan bawahan dan yang terutama, Lee mendorong kekuatan kerjasama dan memaksa semua
karyawannya untuk berubah.
Titik balik Samsung pun terjadi. Sejak tahun 2003, Samsung mulai menjual dan terus mengembangkan produk-produk
smartphone untuk menguasai pasar dunia. Samsung tak henti berinovasi untuk mengejar ketertinggalannya. Apabila di
tahun 2009 Samsung berhasil memproduksi android pertamanya, maka di akhir tahun 2012 atau hanya berselang 3 tahun
sejak produk android perdana tadi diluncurkan, Samsung telah banyak berinovasi mengubah berbagai fitur dan kecanggihan
produknya hingga berhasil menjual 500 ponsel per menit di tahun yang sama. Laba Samsung akhir tahun 2012 adalah sebesar
8,3 milliar dollar AS atau membuatnya mengungguli Apple yang hanya sebesar 8,2 milliar dollar AS.
Ini lah makna perubahan yang direncanakan, dimana prediksi masa depan yang kurang menguntungkan dihadapi dengan
keputusan antisipasi yang tidak biasa dan biasanya diwarnai dengan sikap resistance sebagian anggota akibat tidak mudahnya
memberikan pemahaman yang sama tentang ke arah mana perubahan ini akhirnya akan bermuara. Makna “New Management
Policy” sendiri baru kemudian diakui mumpuni ketika Samsung berhasil membalikan keadaannya menjadi penguasa pangsa
pasar smartphone dunia.
Menarik benang merah terhadap apa yang telah dipaparkan di atas, kemudian mencermati tentang bagaimana di usia
mendekati paruh baya ini BPJS Kesehatan diamanahi tantangan baru berupa program SJSN yang pelaksanaannya di lapangan
masih menemui berbagai kendala, sementara pendefinisan sasaran strategisnya, khususnya terkait pengembangan SDM,
masih belum sepenuhnya dipahami oleh seluruh anggota, masih adanya resistensi terhadap perubahan dan ditambah lagi
masih adanya ketidakpercayaan publik serta belum clear-nya perumusan Managing Planned Change, adalah sekelumit masalah
yang kiranya perlu disadari oleh seluruh Duta BPJS Kesehatan.
Sudah saatnya Duta BPJS Kesehatan benar-benar mulai mentransformasi diri, bukan hanya sebagai learning organization
bahkan lebih dari itu menjadi dynamic organization. Itulah saat dimana 2 pilar kesuksesan, yaitu Sistem Informasi Manajemen
dan SDM yang handal saling berpadu dan berkolaborasi. Momen dimana perubahan ke arah positif, makna dasar kata
“belajar”, benar-benar meresap ke dalam nadi seluruh Duta BPJS Kesehatan. Inilah masa dimana konsep asuransi sosial ala
BPJS Kesehatan sudah membumi, sehingga menjadi pedoman setiap Duta BPJS Kesehatan dan bahkan acuan bagi lembaga
asuransi kesehatan dunia. Siapa pun bisa menjadi Agent of Change, dan ke arah mana pun melangkah ia selalu sadar untuk
berubah, bersedia mentransfer pengetahuan dan berbahagia menerima berbagai kritikan dan saran.
Pada kondisi seperti itulah BPJS Kesehatan akan mampu menghadapi tantangan seberat dan serumit apa pun masalahnya.
Amanah SJSN bukan lagi beban, ia hanyalah sebongkah batu untuk dijadikan perhiasan. Keindahannya, yang berupa
kesuksesan BPJS Kesehatan sebagai BPJS program jaminan sosial, akan dikagumi semua mata yang memandangnya. Ini
lah saat dimana cercaan menjadi pujian dan keraguan menjadi keyakinan. Seperti dikatakan Khalil Gibran, “adalah ibarat kabut
meliputi padang; begitu muncul matahari di atas cakrawala, kabut akan pergi mengalah pada sinarnya.” Itulah saat ketika sinar
benderang dan cahaya gemilang mentari perubahan BPJS Kesehatan akan menyinari keindahan cakrawala Sistem Jaminan
Sosial Nasional.
Redaksi Yth,
Saya ingin bertanya, Bagaimana jika terdapat penambahan
anggota keluarga? Saya sebelumnya peserta Askes dan yang
saya tahu kini BPJS Kesehatan meng-cover sampai 3 anak?
Terimakasih,
Rusdi
Pematangsiantar
Jawab :
Pendaftaran dapat dilakukan di Kantor BPJS Kesehatan terdekat,
dengan mengisi Formulir Daftar Isian Penambahan Anggota
Keluarga dan menunjukkan dokumen sebagai berikut :
a. Asli/Fotokopi SK terakhir (bagi PNS)
b. Asli/Fotokopi Daftar Gaji terakhir yang telah dilegalisasi
pimpinan unit kerja
c. Asli atau fotokopi Kartu Keluarga
d. Pasphoto ukuran 3x4 sebanyak 1 lembar
e. Asli/Fotokopi Akte Kelahiran / Surat Keterangan Lahir (bagi
penambahan anak)
Direktur Utama BPJS Kesehatan
Fachmi Idris
3. Info BPJS Kesehatan Edisi IV Juli 2014 3
S
eiring dengan perjalanan waktu dan tuntutan zaman,
asuransi kesehatan mengalami banyak perubahan
baik secara hukum, nama, maupun kinerja. Sebelum
berubah menjadi BPJS Kesehatan, asuransi ini, bernama PT
Askes (Persero). Kini, operasional BPJS Kesehatan, sudah
mendapatkan hati masyarakat berkat kinerja yang serius,
sejak diberlakukannya pada awal tahun ini.Meski demikian,
penyempurnaan harus terus dilakukan. Misalnya, penerapan
tarif INA-CBG (Indonesia Case Based Group), diusulakn untuk
dikaji ulang. Tujuannya, agar BPJS Kesehatan, nantinya, tidak
colapse, seperti asuransi kesehatan yang pernah terjadi
beberapa tahun lalu, sebelum berubah menjadi PT Askes
(Persero).
INA CBG adalah sistem pembayaran kepada pemberi
pelayanan kesehatan yang dikelompokkan berdasarkan ciri
klinis dan pemakaian sumber daya yang sama. Besaran
tarif INA-CBG ditetapkan National Casemix Centre (NCC)
Kementerian Kesehatan yang saat ini terdiri dari para wakil
rumah sakit pemerintah dan jajaran Kementerian Kesehatan.
"Jangan sampai seperti BPDPK zaman dulu, alami defisit
cukup besar karena pendapatan hanya Rp125 juta tapi nilai
klaim mencapai Rp500 juta. Tarif INA CBG perlu dievaluasi
agar asuransi kesehatan berjalan efisien dan efektif," kata
mantan Direksi PT Askes (Persero), Dr dr Sulastomo, ketika
menerima Tim BJPS Kesehatan di kantornya, di Jakarta.
Pria yang suka mengenakan batik ini, juga memberikan
catatan foto kopi, yang isinya soal tarif INA CBG untuk rumah
sakit kelas A. Misalnya, sesuai dengan tarif itu, tertulis
penderita demam terbagi menjadi tiga macam, yakni demam
ringan, sedang, dan berat.
Tarif itu, sekitar Rp3,6 juta untuk sakit demam ringan, sedang
untuk demam sedang tarifnya sekitar Rp4,6 juta, dan demam
berat sekitar Rp4,9 juta. "Kondisi ini, membuat kalangan
rumah sakit akan memilih tarif tertinggi saat melakukan
klaim ke BPJS Kesehatan. Ini, yang kita perlu kita evaluasi,"
kata Sulastomo, yang kini menjadi Ketua YAMP (Yayasan
Amabhakti Muslim Pancasila).
Pria yang tetap suka menulis di sejumlah media di Ibukota
Jakarta ini, banyak bercerita perjuangannya tentang perbaikan
asuransi kesehatan di Indonesia, hingga beroperasi seperti
sekarang. Terselenggaranya jaminan kesehatan bagi seluruh
rakyat, dibanyak negara—termasuk di negara-negara
tetangga, sudah terlebih dahulu diselenggarakan. Indonesia
memang agak terlambat. Namun, keterlambatan itu mungkin
ada hikmahnya.
Indonesia, bisa belajar dari kekeliruan negara lain sehingga
kelangsungan jaminan kesehatan yang akan diselenggarakan
lebih terjamin kelangsungan hidupnya, tidak tersendat-
sendat, apalagi menimbulkan beban ekonomi yang berat dan
akhirnya bangkrut.
Pelajaran itu, menurut pria yang juga sebagai Ketua gerakan
Jalan Lurus ini, antara lain, introduksi konsep yang disebut
managed healthcare dalam penyelenggaraan jaminan
kesehatan. Konsep ini memungkinkan kualitas pelayanan
dan pembiayaan kesehatan dapat terselenggara seefisien
mungkin, tidak boros, mencegah pemakaian yang berlebihan
(over utilization) atau pemberian pelayanan kesehatan yang
tidak perlu (unnecessary utilization), bahkan kemungkinan
penyalahgunaan (abuse of care).
Semua ini, perlu pemahaman, disiplin dan dukungan semua
pihak terkait, baik peserta maupun pemberi pelayanan
kesehatan, baik kalangan dokter dan rumah sakit. Begitu
pentingnya introduksi managed healthcare itu, dalam UU No
20/2004 termaktub prosedur-prosedur dan prinsip-prinsip
yang perlu dilaksanakan."Sistem pelayanan dan pembayaran
diintegrasikan. Sistem pelayanan diselenggarakan secara
berjenjang sehingga sesuai keahlian dan teknologi kedokteran
yang diperlukan. Itu, sudah dilakukan PT Askes (Persero),"
ujarnya.
Kebebasan peserta untuk memperoleh pelayanan kesehatan
ditertibkan melalui konsep dokter keluarga dan rujukan.
Pembayaran jasa pelayanan kesehatan diselenggarakan
dengan menghapus sistem fee for services, dengan
memperkenalkan pembayaran sistem kapitasi, paket,
pradana, atau prospective payment system.
Untuk itu, perlu dilakukan kontrol khasiat dan harga obat.
Diberlakukan semacam daftar standar dan plafon harga obat
sehingga penggunaan obat rasional, tidak berlebih dan tidak
kurang. Dengan konsep pengelolaan semacam ini pelayanan
kesehatan yang diberikan sesuai kebutuhan medik pasien,
bukan keinginan perorangan.
Dengan efisiensi seperti itu, biaya pelayanan kesehatan dapat
terselenggara secara optimal, tidak boros sebagaimana dalam
sistem fee for services.
Pria yang sudah berusia sekitar 76 tahun, memang tidak
henti-hentinya mengkritisi soal asuransi kesehatan.
Sulastomo, yang pernah menduduki jabatan sebagai Direktur
Operasional dan Direktur Perencanaan dan Pengembangan
PT Askes (Persero) tiga periode, memang agak khawatir soal
tarif INA CBG.
Mantan direksi era kepemimpinan, Dr IGM Brataranuh, Dr
Sri Suwarsi, dan Dr Sonja Roesma, bercerita saat perubahan
status hukum BPDPK menjadi Perum Husada Bakti (PHB),
begitu banyak perubahan dari segi manajemen yang
diharapkan dapat meningkatkan produktivitas serta efisiensi
yang berarti.
Seperti konsep maupun kebijakan yang mengatur tentang
Daftar Plafon Harga Obat (DPHO), sistem kapitasi untuk
Puskesmas, tarif paket untuk rumah sakit, konsep dokter
keluarga, konsep wilayah, konsep rujukan, pembakuan sistem
pencatatan dan pelaporan data minimal, standar pelayanan
dan tarif rawat inap, standar pelayanan jantung dan
hemodialisa, serta Sistem Informasi Manajemen (SIM).
Menurutnya, itu dilakukan karena BPDPK selalu rugi. Karena
sering terjadi penyelewengan, sebab sistem mengendurkan
Perjalanan Panjang
Asuransi Sosial BPDPK Hingga BPJS Kesehatan
Sulastomo: Perlu Evaluasi Agar Efisien dan Efektif
Masyarakat memberikan apresisasi positif atas terselenggaranya jaminan kesehatan bagi
seluruh rakyat. Kebanggaan itu dirasakan rakyat terutama saat menderita sakit dan seluruh
biaya ditanggung BPJS (Badan Pengelola Jaminan Sosial) Kesehatan, selaku pelaksanaan
Program JKN (Jaminan Kesehatan Nasional).
Apalagi, skema asuransi kesehatan sosial, yang sekarang ini, akses pelayanan kesehatan,
cukup melegakan bagi peserta walaupun pelayanan itu dilakukan berjenjang dari fasilitas
pelayanan primer, sekunder, hingga tersier. Semua ini dilakukan pemerintah dalam
mewujudkan "Asuransi Kesehatan Semesta" sesuai impian yang selalu dicita-citakan
Prof Gerrit A Siwabessy. Selaku Menteri Kesehatan RI, tokoh asal Maluku ini, merealisasi
impiannya dengan membentuk Badan Penyelenggara Dana Pemeliharaan Kesehatan
(BPDPK), sekitar tahun 1960.
FOKUS
Mantan Direksi PT.Askes Persero
Dr.dr.H.Sulastomo
4. Info BPJS Kesehatan Edisi IV Juli 20144
aturan-aturan yang ada. Misalnya untuk
DPHO dulu belum ada, maka tagihan
obat sering tidak masuk akal. Untuk itu
manajemen saat itu banyak membuat
kebijakan dan aturan yang diharapkan dapat
menghilangkan celah-celah tersebut,” cerita
pria, mantan Ketua HMI ini.
Perubahan ini, mendapati hasil positif.
Artinya, mengurangi berbagai hal yang
negatif termasuk dapat menghemat dana
yang tersedia. Memang pada awalnya
banyak sekali yang menentang berbagai
kebijakan tersebut. Misalnya DPHO yang
dulunya dirasa dapat memonopoli industri
dan bisnis obat di Indonesia.
Namun karena keteguhan prinsip
dan idealisme manajemen saat itu
untuk memperbaiki sistem yang ada
di perusahaan, maka segala rintangan
tersebut dapat terlewati. "memang, saya
ingin, Indonesia membangun negara
dengan kekuatan sendiri. Itu sangat bisa
dilakukan. Dengan jumlah penduduk yang
demikian besar, Indonesia tidak perlu
bergantung pada negara lain, terutama soal
pembangunan kesehatan," tuturnya.
Maka, bersama tim lain, dirinya merintis dengan membuat
RUU Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), yang awalnya
ditolak oleh pemerintah maupun DPR.
Gagasan tentang pentingnya jaminan sosial didapatnya,
ketika belajar di Amerika Serikat tahun 1977. Ketika itu,
Pemerintah AS mendirikan TBC Insurance untuk mengatasi
penyakit TBC di kalangan warga AS. ”Artinya, Pemerintah AS
mengatasi persoalan TBC dengan melibatkan masyarakat.
Pemerintah tidak berpangku tangan, di sisi lain rakyat diminta
berpartisipasi,” katanya.
Cara seperti itulah yang diadopsi oleh UU SJSN yang
digagasnya. ”Butuh tiga tahun untuk menggolkan ide
tersebut. Bahkan, draf-nya saja harus direvisi 56 kali. Saya
terus bersabar, karena hanya dengan cara inilah, saya
yakin rakyat Indonesia bisa mendapat jaminan pemenuhan
kebutuhan dasarnya,” ujarnya.
”Setiap saat saya selalu berusaha meyakinkan pemerintah
maupun DPR betapa pentingnya sistem ini. Bahkan, saya
langsung bicara kepada Presiden Megawati. Alhamdulillah
beliau mau menerima dan UU SJSN kemudian disetujui oleh
DPR,” kata Sulastomo, bangga.
Walaupun, dirinya sempat kecewa ketika pemerintah dan
DPR sepakat bahwa UU SJSN baru akan diimplementasikan
setelah 10 tahun UU itu diundangkan 19 Oktober 2004. ”Saya
paham bahwa untuk memulai sesuatu yang baru, butuh
persiapan yang lama. Akhirnya saya berpikir, dari pada hanya
kecewa, saya pikir, tidak masalah ditunda 10 tahun, yang
penting komitmen untuk melaksanakan UU SJSN itu sudah
ada,” jelasnya.
Sulastomo membenarkan gagasannya diperoleh ketika dirinya
ditugaskan Kepala BPBPK DKI Jakarta, menimba ilmu di
Amerika karena lembaga kesehatan itu, selalu merugi.
Menjawab soal realisasi JKN yang dioperasionalkan BPJS
Kesehatan, perlu terus dilakukan penyempurnaan."JKN agak
berbeda dengan asuransi kesehatan yang tertuang dalam
SJSN. Tapi, saya yakin akan terus melakukan evaluasi hingga
akhirnya efisien dan efektif," tuturnya.
Keberadaan Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN), harus
difungsikan secara optomal, karena DJSN nantinya harus
mengawasi empat macam jaminan sosial. Yakni, jaminan
kesehatan, kecelakaan kerja, hari tua, pensiunan, dan
kematian.
Dengan terjaminnya kebutuhan dasar, rakyat akan merasa
senang hidup dan tinggal di Indonesia. Persoalan yang
muncul seperti terlihat dalam pelaksanaan BPJS, tetap
harus dicari solusinya. ”Kita tidak boleh putus asa.
Kalaupun sekarang pelaksanaan BPJS belum sempurna,
RUU SJSN Direvisi 56 kali
kita harus berupaya terus
memperbaikinya. Di sinilah
pentingnya peran DJSN,”
tambahnya.
Mantan Ketua Umum
PB HMI ini, kembali
mengenang tahun 1998.
Saat terjadi krisis, saat itu,
lembaga konsultan ekonomi
dan akuntansi Price
Waterhouse Coopers (PWC)
meramalkan bahwa negara
yang tidak memiliki program
jaminan sosial, akan paling
lambat bangkit.
”Ramalan itu benar
adanya. Kita lihat Korsel
atau Jepang, jauh lebih
cepat bangkit dibandingkan
Indonesia, karena Korsel dan
Jepang memiliki program
jaminan sosial,” tandasnya.
Mengenai asuransi sosial,
sifat kegotongroyongan
lebih lengkap. Tak hanya
yang sehat membantu yang
sakit, tapi juga antara yang
muda dan tua, baik yang
berisiko tinggi dan rendah,
dan antara yang kaya dan
miskin.Dengan besarnya
cakupan kepesertaan,
sesuai prinsip asuransi,
manfaat akan semakin
besar.
Sebaliknya, iuran/premi
semakin mengecil. Semua
akan memperoleh manfaat
pelayanan kesehatan sesuai
kebutuhan medik, termasuk
pelayanan canggih dan biaya
tinggi, misalnya operasi
jantung, cuci darah, dan
kanker.
Akan tetapi, sesuai prinsip asuransi, besaran iuran/premi
secara nominal juga harus dapat diwujudkan dalam manfaat
pelayanan nonmedik. Misalnya, pelayanan rumah sakit
di kelas II, kelas I sebagaimana telah berjalan terhadap
pelayanan yang diberikan kepada PNS/PP oleh PT Askes
(Persero).
Diakhir wawancara, Sulastomo, memberikan apresiasi kepada
BPJS Kesehatan yang berani memberikan terobosan layanan
untuk perorangan. Inilah yang kini dimanfaatkan oleh banyak
para pensiunan yang tidak lagi dijamin oleh perusahaan.
“Terobosan ini juga sangat menguntungkan bagi para pekerja
tidak tetap, maupun pekerja outsource,” pungkasnya.
FOKUS
5. Info BPJS Kesehatan Edisi IV Juli 2014 5
D
alam realisasinya, pelayanan kesehatan menuai
berbagai persoalan, baik soal pelayanan hingga
ketersediaan obat. Apalagi, sejak adanya Asuransi
Kesehatan untuk Keluarga Miskin (Askeskin) yang berubah
nama menjadi program Jaminan Kesehatan Masyarakat
(Jamkesmas) untuk membiayai pengobatan penduduk miskin.
Program Jamkesmas pun menimbulkan buah bibir bagi tokoh
kesehatan di Indonesia karena Jamkesmas bukan asuransi,
melainkan bantuan sosial bagi orang miskin, sehingga terus
menerus membebani keuangan negara.maka, para tokoh
kesehatan membuat asuransi yang mencakup seluruh
penduduk Indonesia sebagaimana diamanatkan UU SJSN.
Penerapan asuransi kesehatan yang dioperasionalkan BPJS
Kesehatan, diharapkan dapat mengatasi seluruh persoalan
kesehatan, terutama masalah harga obat mengingat jenis
obat ditetapkan asuransi dan pemberian obat oleh dokter,
diaudit oleh asuransi.
Sejak 1 Januari lalu pemerintah mencanangkan program
kesehatan baru untuk seluruh rakyat Indonesia, Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN). Untuk menggawangi program ini
PT Askes (Persero) ganti baju menjadi Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
"BPJS adalah program yang bagus dan sangat mulia. Namun,
masih perlu dievluasi dan terus dilakukan sosialisasi agar
tidak terjadi tumpang-tindih di lapangan karena sistem yang
dibangun tidak mengikuti kaidah jaminan sosial," kata Direktur
Utama PT Askes periode 2000 – 2008, Orie Andari Sutadji,
dalam sebuah diskusi, beberapa waktu lalu.
Orie yang kini, menduduki jabatan sebagai Ketua Bidang
Hubungan Internasional Palang Merah Indonesia (PMI)
menambahkan, adanya rumah sakit yang dulu menolak
BPJS Kesehatan karena belum mendapatkan informasi dan
sosialisasi terutama mengenai pengelompokan penyakit yang
ditanggung oleh JKN dan biaya pelayanan.
Misalnya, penolakan yang dilakukan rumah sakit waktu itu,
karena mereka masih tidak cocok dengan sistem pembayaran
yang diterapkan oleh pemerintah untuk rumah sakit, dalam
Indonesian Case Based Groups (INA CBGs). Padahal, tarif itu,
justru cukup besar."Ini berarti persoalan sosialisasi," tuturnya.
Mengenai jaminan pemeliharaan kesehatan di Indonesia
sebenarnya sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. Namun
program yang berdasarkan Staatregeling (undang-undang)
No.1 dan ditetapkan sejak 19 Desember 1934 ini bernuansa
sangat diskriminatif.Karena hanya berlaku bagi pegawai negeri
dan penerima pensiun yang statusnya disamakan dengan
orang Eropa.
Setelah empat tahun berjalan diperbaiki dengan pemberian
pelayanan bagi seluruh pegawai negeri dan penerima pensiun
beserta keluarga.Selanjutnya, tahun 1949, setelah pengakuan
kedaulatan oleh Pemerintah Belanda, upaya untuk menjamin
kebutuhan pelayanan kesehatan bagi pegawai negeri sipil
beserta keluarga tetap dilanjutkan.
Sistemnya restitusi namun dukungan dana hanya sedikit
sehingga tidk berjalan lancar.Maka untuk mengatasi
pelbagai masalah tersebut, melalui Surat Keputusan Menteri
Kesehatan RI No.865/Menkes/60 tanggal 20 Desember 1960,
diperkenalkan suatu program pemeliharaan kesehatan yang
disebut Jakarta Pilot Project di Jakarta.
Akan tetapi, berbagai persoalan muncul tidak jauh berbeda
dengan sistem restitusi yang berlaku awal kemerdekaan
silam. Jumlah pensiun membengkak dan yang harus dilayani,
juga semakin banyak.Melihat kondisi kurang menguntungkan
pemerntah membentuk Panitia Dana Sakit. Berawal dari
berbagai persoalan, Menteri Kesehatan yang menjabat saat
itu Prof. GA Siwabessy mengajukan sebuah gagasan segera
dibentuk program asuransi kesehatan (health insurance)
semesta yang saat itu mulai diterapkan dibanyak negara maju
dan tengah berkembang pesat.
Dengan membentuk Panitia Dana Sakit yang merupakan
cikal bakal pendiri Badan Penyelenggara Dana Pemeliharaan
Kesehatan (BPDPK), sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan No.1/1968. Saat itu, pelayanan didasarkan kepada
fee for services reimbursement system, yakni BPDPK
mengganti biaya kesehatan berdasarkan jumlah pelayanan
yang dipakai peserta.
Lagi-lagi memunculkan persoalan baru sebab pemotongan
gaji pegawai tidak memenuhi biaya pokok dan operasional
yang terjadi saat itu. Belum lagi ditambah utang yang tersisa
dari program Dana Restitusi serta Jakarta Pilot Project.
Memang, sekitar tahun 80-an, lembaga itu, meningkaytkan
kualitas dan pelayanan misalnya, sudah mulai diterapkan,
sistem kapitasi, rujukan dengan sistem all-in, serta
membatasi klaim perorangan. Dengan kebijakan pembiayaan
seperti ini, maka terhitung mulai tahun 1980/1981 BPDPK
berhasil melakukan penghematan dana. Dapat membayar
utang, serta peningkatan mutu serta jumlah obat yang
digunakan.
Guna meningkatkan profesionalisme dalam penyelenggaraan
program-program jaminan pemeliharaan kesehatan, tahun
1968, lembaga itu diubah menjadi Perusahaan Umum
(Perum) Husada Bhakti. Sejalan dengan perubahan status
tersebut, dilakukan perbaikan sistem dan program. Antara lain
mulai diterapkan konsep managed care, dengan sistem ini
diharapkan pelayanan kesehatan yang bermutu dengan biaya
optimal diharapkan terwujud.
Dalam memperluas bidang gerak PHB, maka status hukum
PHB menjadi Persero. Rancana ini berhasil diwujudkan
dengan dikeluarkannya PP No 6 tahun 1992 tanggal 18
Februari 1992, dengan nama PT Askes (Persero). Dengan
status baru ini, manajemen diharapkan akan lebih mandiri dan
pengelolaan keuangan pun akan lebih fleksibel.
Perusahaan ini terus mengalami kenaikan tingkat pendapatan
disertai mutu yang berstandar tinggi. Ini terbukti berdasarkan
hasil audit pada tahun 2001 PT Askes (Persero) memiliki
predikat “sehat sekali” serta predikat “Wajar Tanpa
Pengecualian” secara rutin tiap tahun.
Jumlah peserta sekarela atau Askes komersial pun kian
melonjak. Hal ini juga disertai dengan pelayanan yang
bermutu dan efisien karena terintegrasi dengan sistem
pembiayaan. Layanan yang bermutu dan profesional inilah
yang selalu menjadi landasan kerja seluruh jajaran PT Askes
(Persero). Kualitas pelayanan senantiasa dijaga memlalui
Program Operasional Prima serta didukung pula dengan
aplikasinya Sistem Manajemen Mutu ISO versi 1999:1994
yang dimutakhirkan dengan ISO 9001:2000. Hasilnya pun
terus dipantau memalui survey tingkat kepuasan peserta dan
provider secara periodik tiap tahun.
Setelah disahkan UU No 40 tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional, perubahan mulai terjadi. Pengelolaan
asuransi sosial harus terpisah dengan asuransi komersial.
Dan pada tahun 2009 ini, PT Askes (Persero) secara resmi
memiliki anak perusahaan bernama PT Asuransi Jiwa Inhealth
Indonesia yang khusus menangani Askes Komersial.
Kini, pemerintah sudah memulai penerapan asuransi sosial
kesehatan yang mencakup seluruh penduduk Indonesia,
yang dioperasionalkan BPJS Kesehatan. Hal itu diperlukan
untuk mengatasi pelbagai persoalan di bidang kesehatan
dan mempercepat tercapainya target MDGs-Millennium
Development Goals.
BPJS Kesehatan Itu Bagus dan Mulia
Seiring dengan perkembangan zaman, Pemerintah Indonesia, terus melakukan
perbaikan dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi rakyatnya. Sejak dibentuk
Badan Penyelenggara Dana Pemeliharaan Kesehatan (BPDPK) hingga terwujudnya
sebuah asuransi kesehatan, melalui Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), yang
dioperasionalkan Badan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
FOKUS
"BPJS adalah program
yang bagus dan sangat
mulia. Namun, masih
perlu dievluasi dan terus
dilakukan sosialisasi agar
tidak terjadi tumpang-
tindih di lapangan karena
sistem yang dibangun
tidak mengikuti kaidah
jaminan sosial,"
Mantan Direktur Utama PT.Askes
Persero (2000 - 2008)
Orie Andari Sutadji
6. Info BPJS Kesehatan Edisi IV Juli 20146
BINCANG
B
aiknya pelayanan yang dilakukan rumah sakit atau pun
klinik, berimbas kepada pengelola asuransi kesehatan
yakni BPJS Kesehatan. Maka, wajar jika ada lembaga
yang memberikan apresiasi positif atas kinerja BPJS
Kesehatan. Apakah benar, lembaga ini sudah cuku konsisten
mengemban amanah rakyat, berikut rekam jejak kegiatan
Dirut BPJS Kesehatan, Fachmi Idris, yang dirangkum dalam
sebuah perbincangan.
Bagaimana evaluasi kinerja BPJS Kesehatan setelah
beroperasi selama satu semester lebih ?
Secara implisit pemerintah RI berjanji terhadap rakyat untuk
mewujudkan hak-hak setiap penduduk. Tujuannnya, untuk
memperoleh standar kesehatan tertinggi yang bisa dicapai.
Kewajiban pemerintah ialah menjaga agar rakyat mampu
hidup sehat. Guna menjamin agar rakyat dapat hidup
sehat, diperlukan pemahaman tentang berbagai determinan
penyebab sakit, penanggulangan penyebab penyakit
termasuk pencegahan penyakit, penyediaan sarana untuk
hidup sehat, dan sarana penyembuhan bagi yang sakit.
Nah, terkait dengan itu, BPJS Kesehatan, yang sudah
melakukan kerjasama dengan berbagai pihak, setapak demi
setapak mencapainya. Selain menjamin rakyat yang tergolong
dalam PBI juga mendorong masyarakat lain menjadi bagian
dari Jaminan Kesehatan Nasional. Faktanya, kekurangan yang
ada terus dilakukan perbaikan dan kesadaran masyarakat
untuk menjadi bagian dari Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
terus didorong. Terutama kepesertaan JKN Mandiri bagi
masyarakat yang sudah dianggap mampu.
Untuk menjaga kualitas kesehatan yang baik, apa
langkah BPJS Kesehatan ?
Era JKN yang diselenggarakan BPJS Kesehatan, ada
perubahan drastis dalam sistem pelayanan kesehatan.
Masyarakat diminta konsisten mematuhi jenjang pelayanan
mulai dari pelayanan tingkat pertama seperti Puskesmas,
klinik, dokter keluarga yang sudah bekerjasama dengan BPJS.
Jika diperlukan penanganan lanjutan baru dirujuk ke rumah
sakit. Rumah sakit ini juga ada jenjang rujukannya. Kecuali jika
keadaan emergensi peserta boleh langsung ke rumah sakit.
Memang ada kalangan masyarakat yang langsung ke rumah
sakit karena ketidaktahuan dan ingin mendapat pelayanan
yang cepat. Apalagi, masih banyak Puskesmas dengan tenaga
kesehatan yang terbatas.
Oleh karena itu, di era BPJS ada sistem kapitasi untuk
menjaga sejumlah orang agar kualitas kesehatannya baik.
Fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS juga
akan bersaing memberikan pelayanan yang terbaik agar
diminati oleh peserta. Kini, kekeurangan yang ada lambat laun
diperbaiki untuk menuju kualitas pelayanan kesehatan prima.
Masyarakat pun mulai mngakui eksistenti operasional BPKS
Kesehatan.
Bagaimana dengan lembaga yang sudah memberikan
apresiasi positif tentang BPJS Kesehatan ?
Kinerja yang selama ini, kita lakukan ternyata mendapat
apresiasi dari lembaga. Hasilnya, kita baru-baru ini diberikan
penghargaan "Gold Champion " pada Indonesia WOW
Brand 2014 untuk kategori Health Insurance. Penyerahan
penghargaan ini dilakukan dalam acara Indonesia WOW
Brand 2014 Government & Public Services Industry
yang diselenggarakan oleh MarkPlus Insight dan Majalah
Marketeers, Juni lalu.
Kita tentu bangga dan berterimakasih atas penghargaan
ini dan berterima kasih kepada masyarakat Indonesia atas
kepercayaannya sehingga BPJS Kesehatan dipilih sebagai
asuransi kesehatan yang memiliki kredibilitas tinggi. Akan
tetapi, penghargaan ini bukan hanya membuat kalangan
BPJS Kesehatan, bangga tetapi menjadi cambuk untuk
bekerja lebih giat lagi. Walaupun kita tahu penghargaan ini,
merupakan buah dari kerja keras, tidak ada rekayasa, dan
tanpa diduga sebelumnya.
Semua ini, hasil lembaga MarkPlus Insight, yang melakukan
survei dengan metoda random sampling. Menurut pengurus
lembaga itu, ribuan responden dilibatkan kemudian
melakukan pengukuran atas popularitas kebijakan instansi
layanan publik. Aspek yang dikuru adalah awareness, appeal,
ask, act dan advocate.Alhamdulillan, BPJS Kesehatan
terpilih mendapatkan angka cukup baik sehingga diberikan
penghargaan.
Bagaimana dnegan kerjasama dengan pemerintah daerah
atau pun lembaga lain, sudah berjalan sesuai keinginan ?
Pemerintah daerah yang belum bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan, tinggal menunggu waktu dan proses administrasi.
Karena pimpinan wilayah, merasa diuntungkan jika dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat dioperalih oleh
BPJS Kesehatan.Begitu juga lembaga yang selama ini sudah
ditangani PT Askes (Persero), seperti PNS maupun TNI-Polri.
Walaupun, beberapa bulan lalu anggota TNI-Polri, ada yang
belum mendapatkan kartu BPJS Kesehatan namun kartu
anggota juga bisa diberikan pelayanan. Sekarang sudah rapi
semua.
Kita, justru memberikan apresiasinya terhadap TNI dan Polri
yang mendukung JKN melalui BPJS Kesehatan. Khususnya,
kesiapan fasilitas kesehatan milik TNI dan Polri yang siap
mendukung pelayanan kesehatan bukan hanya bagi peserta
BPJS Kesehatan, namun terbuka bagi masyarakat umum.
Targetnya, tentu akan mewujudkan universal coverage
diranah Jaminan Kesehatan Nasional.
Kita tahu, universal coverage JKN bisa dibilang adalah
benang merah bagaimana cita-cita awal dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepara masyarakat. Pada saat
mendirikan BPDPK menteri kesehatan saat itu GA. Siwabessy
berpikir kesehatan suatu saat akan menjadi masalah dalam
kehidupan manusia apabila tidak dikelola secara asuransi.
Dan benar saja dengan apa yang terjadi sekarang, dengan
pola pembiayaan yang out of pocket yang mencapai 60-70
persen dari total pelayanan kesehatan maka sebagian besar
rakyat kita dengan pola pembayaran fee for services atau
dibayar langsung oleh pasien maka sudah jelas masyarakat
kita tidak mampu mendapatkan pelayanan kesehatan. Cita-
cita Siwabessy itu kalau kita kaitkan dengan kondisi sekarang
adalah benar.
Penghargaan "Gold Champion"
Bukti Kerja Keras BPJS Kesehatan
Sejak Indonesia merdeka, isu yang paling
menarik adalah masih adanya disparitas
pelayanan kesehatan. Tidak ada pelayanan
kesehatan yang memadai di perdesaan.
Pelayanan hanya difokuskan di perkotaan.
Sehingga tidak adanya pemerataan pelayanan
kesehatan. itu dulu.
Melalui perjalanan panjang setelah dibentuk
BPDPK kemudian berubah-ubah nama
menjadi berbagai lembaga dan kini ganti
baju menjadi BPJS Kesehatan, pelayanan
kesehatan semakin baik dan semakin merata.
Ketika orang-orang di perbatasan diwajibkan
membayar iuran atau dibayarkan negara,
di saat bersamaan masyarakat juga
mendapatkan hak yang sama atas pelayanan
kesehatan yang diberikan di Jakarta atau kota-
kota besar lainnya.
Direktur Utama BPJS Kesehatan
Fachmi Idris
7. Info BPJS Kesehatan Edisi IV Juli 2014 7
BENEFIT
D
i era jaminan kesehatan nasional (JKN) pelayanan kesehatan tidak lagi terpusat di
rumah sakit atau fasilitas kesehatan (faskes) tingkat lanjutan, namun pelayanan
kesehatan harus dilakukan secara berjenjang sesuai dengan kebutuhan
medisnya. Hal itu untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi peserta BPJS
Kesehatan.
Pasien-pasien di rumah sakit, khususnya yang menderita penyakit kronis seperti
diabetes melitus, hipertensi, jantung, asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK),
epilepsy, stroke, schizophrenia, Systemic Lupus Erythematosus (SLE) yang sudah
terkontrol/stabil namun masih memerlukan pengobatan atau asuhan keperawatan dalam
jangka panjang, bisa dikelola di tingkat fasilitas kesehatan primer.
Dengan demikian, proses penanganan masalah kesehatan peserta BPJS Kesehatan
dimulai dari fasilitas kesehatan tingkat pertama seperti di Puskesmas, dokter keluarga,
dan klinik, terus berjenjang menuju ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan di rumah sakit.
Dan sebaliknya, pasien yang sudah stabil atau sudah bisa terkontrol dikembalikan lagi ke
fasilitas tingkat pertama.
Program rujuk balik di era jaminan kesehatan nasional (JKN) ini menjadi salah satu
program unggulan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi peserta BPJS
Kesehatan. Selain mempermudah akses pelayanan kepada penderita penyakit kronis,
program rujuk balik membuat penanganan dan pengelolaan penyakit peserta BPJS
Kesehatan menjadi lebih efektif.
Jika pasien sudah dinyatakan pulih oleh dokter rumah sakit, maka pengobatan
dilanjutkan di fasilitas kesehatan (faskes) tingkat pertama, misalnya Puskesmas.
Mekanisme ini diawali surat rekomendasi dokter rumah sakit tentang kondisi pasien.
Selanjutnya, pasien bisa mendaftar ke fasilitas pelayanan primer atau kantor cabang
BPJS untuk dimasukkan dalam mekanisme rujuk balik.
Setelah itu, pasien akan menerima pengobatan di fasilitas kesehatan primer dan
menebus obat di apotek yang sudah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Pada awal
dimulainya JKN, obat bagi penderita penyakit kronis sempat menjadi masalah, karena
obat hanya diberikan 3-7 hari. Obat tersebut pun harus diambil di rumah sakit melalui
rujukan dari faskes primer. Kondisi ini membuat tidak nyaman peserta BPJS Kesehatan
karena harus bolak-balik mengantre untuk mendapatkan obat.
Kondisi tersebut, kata Direktur Pelayanan BPJS Kesehatan, Fajri Addinur disebabkan
oleh ketentuan tarif paket rumah sakit atau yang dikenal sebagai INA CBGs (Indonesia
Case Base Group) bahwa obat untuk penderita penyakit ini hanya diberikan untuk 3-7
hari.
Hal tersebut dinilai kurang efektif, sehingga sejak 15 Januari lalu, Kementerian
Kesehatan telah mengeluarkan Surat Edaran (SE) Menteri Kesehatan nomor HK/
Menkes32/I/2014 sebagai solusi untuk memecahkan masalah resep obat kronis dan
obat kemoterapi yang selama ini menjadi keluhan pasien peserta JKN.
Sesuai SE Menkes Nomor 32 tersebut, pada masa transisi terdapat 3 jenis obat
yang dapat ditagihkan diluar paket InaCBGs, yaitu pelayanan kronis bagi pasien yang
kondisinya belum stabil, pelayanan obat kronis bagi pasien yang kondisinya sudah
stabil dan pelayanan obat kemoterapi untuk penderita Thalasemia dan Hemofilia akan
ditambahkan tarif top up.
Keluhan pelayanan obat banyak disampaikan oleh peserta BPJS eks peserta Askes
karena sebelumnya mendapat obat rutin untuk 30 hari. Namun dikarenakan terdapat
perubahan terhadap pola pembayaran ke rumah sakit dengan menggunakan INA CBG’s
saat PT Askes berubah menjadi BPJS Kesehatan.
Kini, persoalan itu sudah bisa di atasi dan pengelolaan di faskes primer. Dalam JKN
cakupan pelayanan obat yang diperoleh oleh peserta BPJS Kesehatan adalah pemberian
obat di Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP)/Rawat Inap Tingkat Pertama di fasilitas
kesehatan tingkat primer, serta pemberian obat di Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL)/
Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL) di fasilitas kesehatan tingkat lanjutan.
Daftar dan harga obat dan bahan medis habis pakai (BMHP) mengacu pada daftar dan
harga obat dan BMHP yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Untuk daftar obat dan
BMHP mengacu kepada Formularium Nasional (Fornas) dan untuk daftar harga obat dan
BMHP mengacu kepada e-catalogue.
Untuk sistem pembiayaannya, pelayanan obat dan BMHP di fasilitas kesehatan tingkat
pertama sudah termasuk dalam komponen kapitasi yang dibayarkan BPJS Kesehatan.
Begitu pula dengan pelayanan obat, alat kesehatan dan BMHP pada fasilitas kesehatan
rujukan tingkat lanjutan merupakan salah satu komponen yang dibayarkan dalam paket
INA CBGs.
Rujuk Balik
di Era JKN
Pelayanan obat kronis yang kondisinya belum stabil
Apabila kondisi penyakit kronisnya belum stabil, maka fasilitas kesehatan tingkat lanjutan
dapat memberikan tambahan resep obat penyakit kronis (mengacu kepada Fornas) diluar
paket INA CBGs sesuai indikasi medis sampai jadwal kontrol berikutnya.
Peserta yang menderita penyakit kronis yang belum stabil diberikan resep obat untuk
kebutuhan 30 hari sesuai indikasi medis yang pemberiannya terbagi dalam 2 (dua) resep:
1. Kebutuhan obat untuk sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari disediakan oleh rumah sakit,
biaya sudah termasuk dalam komponen paket INA CBGs.
2. Kebutuhan obat untuk sebanyak-banyaknya 23 (dua puluh tiga) hari diresepkan oleh
dokter yang merawat, diambil di Instalasi farmasi Rumah Sakit atau Apotek/Depo
Farmasi yang ditunjuk. Biaya obat ini ditagihkan secara fee for service kepada BPJS
Kesehatan oleh IFRS/ Apotek/Depo Farmasi tersebut.
Pelayanan obat kronis yang kondisinya sudah stabil
Obat untuk penyakit kronis yang kondisinya sudah stabil dapat diberikan oleh fasilitas
kesehatan tingkat pertama sebagai Program Rujuk Balik. Obat Program Rujuk Balik diresepkan
oleh dokter fasilitas kesehatan tingkat pertama berdasarkan rekomendasi dari dokter
spesialis/sub spesialis.
Jenis penyakit yang termasuk di dalam cakupan Program Rujuk Balik adalah Diabetes Mellitus,
Hipertensi, Jantung, Asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), Epilepsi, Schizophrenia,
Stroke, Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dan Sirosis Hepatis. Namun sesuai dengan
rekomendasi perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI) dan Komite Nasional Fornas, Sirosis
Hepatis tidak dapat dilakukan rujuk balik ke fasilitas kesehatan tingkat pertama karena:
1. Sirosis Hepatis merupakan penyakit yang tidak curable
2. Tidak ada obat untuk Sirosis Hepatis
3. Setiap gejala yang timbul mengarah kegawatdaruratan (misal: esophageal bleeding)
harus ditangani di fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan
4. Tindakan-tindakan medik untuk menangani gejala umumnya hanya dapat dilakukan di
fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan.
Resep obat Program Rujuk Balik dapat diberikan untuk kebutuhan 30 hari dan obat diambil di
Apotek/Depo Farmasi yang melayani Program Rujuk Balik.
Pelayanan obat Kemoterapi,Thalassemia dan Hemophilia
Disamping dilakukan di fasilitas kesehatan tingkat III, pemberian obat kemoterapi,
thalassemia dan hemophilia dapat juga dilakukan di fasilitas kesehatan tingkat II denga
mempertimbangkan kemampuan fasilitas kesehatan dan kompetensi SDM kesehatan.
Pemberian obat kemoterapi dan thalassemia dapat diberikan pada pelayanan Rawat Jalan
Tingkat Lanjutan berdasarkan indikasi medis. Pada masa transisi:
1. Pelayanan kemoterapi baik pada rawat jalan maupun rawat inap ditagihkan dengan
paket INA CBGs dan obatnya dapat ditagihkan secara fee for service kepada BPJS
Kesehatan
2. Pelayanan obat mengacu kepada Fornas, Pedoman Pelaksanaan Fornas dan ketentuan
lain yang berlaku
3. Pasien thalassemia yang dilayani di rawat jalan tingkat lanjutan ditagihkan sebagai
kasus rawat inap
4. Pasien hemophilia A dan Hemophilia B yang dirawat inap, pengajuan klaim berupa tarif
INA CBGs ditambah tarif top up sesuai ketetapan Menkes, diajukan secara fee for
service
5. Tarif tambahan tersebut sama untuk semua tingkat keparahan dan kelas perawatan
Pelayanan Program Rujuk Balik adalah Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada penderita
penyakit kronis dengan kondisi stabil dan masih memerlukan pengobatan atau asuhan
keperawatan jangka panjang yang dilaksanakan di Faskes Tingkat Pertama atas rekomendasi/
rujukan dari Dokter Spesialis/Sub Spesialis yang merawat.
1. Bagi Peserta
a. Meningkatkan kemudahan akses pelayanan kesehatan
b. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang mencakup akses promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif
c. Meningkatkan hubungan dokter dengan pasien dalam konteks pelayanan holistik
d. Memudahkan untuk mendapatkan obat yang diperlukan
2. Bagi FaskesTingkat Pertama
a. Meningkatkan fungsi Faskes selaku Gate Keeper dari aspek pelayanan
komprehensif dalam pembiayaan yang rasional
b. Meningkatkan kompetensi penanganan medik berbasis kajian ilmiah terkini
(evidence based) melalui bimbingan organisasi/dokter spesialis
c. Meningkatkan fungsi pengawasan pengobatan
3. Bagi Faskes RujukanTingkat Lanjutan
a. Mengurangi waktu tunggu pasien di poli RS
b. Meningkatkan kualitas pelayanan spesialistik di Rumah Sakit
c. Meningkatkan fungsi spesialis sebagai koordinator dan konsultan manajemen
penyakit
4. Peserta mendaftarkan diri pada petugas Pojok PRB dengan menunjukan :
a. Kartu Identitas peserta BPJS Kesehatan
b. Surat Rujuk Balik (SRB) dari dokter spesialis
c. Surat Elijibilitas Peserta (SEP) dari BPJS Kesehatan
d. Lembar resep obat/salinan resep
Setelah peserta mengisi formulir pendaftaran peserta PRB, peserta menerima buku
kontrol Peserta PRB.
8. Info BPJS Kesehatan Edisi IV Juli 20148
InfoBPJSKesehatanEdisi3Juli2014
PELANGGAN
Untuk menghindari terhambatnya pelayanan kepada
peserta peserta BPJS Kesehatan di fasilitas kesehatan yang
sudah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, maka BPJS
Kesehatan menerbitkan elektronik identitas (e-ID). Kartu ini
sudah berlaku mulai bulan Juni 2014. Fasilitas e-ID hanya
diberikan kepada peserta perorangan atau mandiri.
Seperti dinyatakan dalam pasal 13 butir a UU Nomor 24
Tahun 2011 tentang BPJS Kesehatan, BPJS Kesehatan
berkewajiban untuk memberikan nomor identitas tunggal
kepada peserta. Dalam hal ini, BPJS Kesehatan membuat
suatu identitas dalam bentuk identitas elektronik (e-ID) BPJS
Kesehatan.
E-ID diproses melalui pendaftaran online atau melalui
website www.bpjs-kesehatan.go.id. Untuk mempercepat
proses pengisian data, calon peserta bisa memasukkan
nomor induk kependudukan (NIK) sehingga data
kependudukan yang bersangkutan bisa secara otomatis
muncul. Hal itu karena BPJS Kesehatan telah bekerjasama
dengan Kementerian Dalam Negeri.
Sehingga NIK yang terdaftar di Dukcapil Kementerian
Dalam Negeri yang tercantum di e-KTP sudah masuk
jaringan teknologi informasi BPJS Kesehatan. Peserta
yang telah mendaftar melalui website tidak bisa langsung
mencetak e-ID nya, karena sebelum bisa mencetak,
pesrta harus membayar iuran terlebih dahulu melalui bank.
Setelah membayar, peserta akan mendapat email berupa
link pencetakan e-ID BPJS Kesehatan dan peserta bisa
mencetaknya sendiri.
NIKPercepat Proses Pembuatan
e-ID BPJS Kesehatan
A
nimo masyarakat untuk menjadi peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan terus
mengalami peningkatan. Antusiasme masyarakat itu mengakibatkan di sejumlah titik pelayanan BPJS
Kesehatan penuh. Kondisi itu membuat calon perserta harus rela menunggu lama untuk mendapatkan
kartu BPJS Kesehatan. BPJS Kesehatan sebagai badan yang ditunjuk pemerintah dalam mengemban tugas
menyelenggarakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sejak 1 Januari 2014, terus berupaya untuk memberikan
pelayanan terbaik kepada masyarakat. Begitu juga soal pendaftaran peserta juga menjadi perhatian BPJS
Kesehatan agar tidak terjadi keterlambatan dalam penerbitan kartu kepesertaan BPJS Kesehatan.
Mekanisme penerbitan e-ID BPJS Kesehatan untuk peserta
perorangan, dapat diakses melalui kantor BPJS Kesehatan,
teller perbankkan, dan website BPJS Kesehatan. Bagi
peserta yang mendaftar di bank, pencetakan kartu dilakukan
di bank tersebut.
E-ID yang bisa dicetak dengan kertas biasa itu, memuat
identitas peserta BPJS Kesehatan dan memiliki fungsi
sama dengan kartu peserta BPJS Kesehatan. Bedanya, jika
digunakan untuk berobat, e-ID disertai dengan identitas
pendukung berupa Kartu Keluarga Keluarga (KK) dan Kartu
Tanda Penduduk (KTP) atau lainnya. Penggunaan e-ID harus
sesuai dengan ketentuan perundangan yang mengatur BPJS
Kesehatan. E-ID hanya dipergunakan untuk kepentingan
pelayanan program JKN BPJS Kesehatan, dan pemalsuan
e-ID akan mendapat ancaman hukuman sesuai perundangan
berlaku.
Sedangkan mekanisme e-ID BPJS Kesehatan untuk peserta
badan usaha atau perusahaan, dapat diakses melalui kantor
BPJS Kesehatan. Setiap badan usaha akan mendapatkan
user ID dan password dari aplikaasi kepesertaan. User ID
dan password dikirim ke bagian PIC atau bagian HRD setiap
badan usaha oleh BPJS Kesehatan. PIC membuka website
BPJS Kesehatan, dan memasukan user ID dan password.
PIC dapat melakukan pencetakan secara keseluruhan atau
perorangan. Pencetakan dapat dilakukan setelah badan
usaha melaksanakan pembayaran iuran. Alamat website
untuk cetak e-ID yakni, http://bpjs-kesehatan.go.id:8080/bpjs-
admin.
Meskipun e-ID dicetak biasa atau bentuknya berbeda
dengan kartu BPJS yang definitif, namun keduanya memiliki
nilai yang sama dengan benefit dan layanan yang sama.
BPJS Kesehatan telah mensosialisasikan kepada provider
atau fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan.
Jika fasilitas kesehatan (faskes) yang bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan melihat ada pasien dengan indikasi
mencurigakan yang menggunakan e-ID, maka faskes
tersebut bisa melihat data peserta di masterfile, melakukan
uji petik, atau menghubungi BPJS Kesehatan. min.
Penyalahgunaan e-ID bisa saja terjadi, hal itu juga diakui oleh
Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi. Oleh karena itu, data
yang digunakan oleh BPJS Kesehatan harus mengacu pada
data kependudukan yang terekam dalam e-KTP. Selain NIK,
BPJS Kesehatan bisa menggunakan sidik jari dan iris mata
yang telah terekam dalam e-KTP agar data benar-benar valid.
Bahkan data instansi mana pun yang tidak sesuai
dengan rekam data e-KTP menunjukkan bahwa dia tidak
meggunakan data resmi kependudukan. Kemendagri telah
mengintegrasikan e-KTP dengan 30 lembaga/instansi. Salah
satunya ada Bank Rakyat Indonesia. (BRI).
Pelayanan yang dilakukan BPJS Kesehatan selalu
mengutamakan kepentingan pesertanya. Pendaftaran
peserta melalui
9. Info BPJS Kesehatan Edisi IV Juli 2014 9
T
ak satu pun orang yang ingin sakit, tetapi kalau sakit
tiba-tiba datang menyerang juga tak satu pun mampu
menghindarinya. Oleh karena itu, bagi Ida Rina
Cahyani, seorang karyawan sekolah swasta di Kota Bekasi,
lebih baik menjaga daripada mengobati. Untuk menjaganya
kesehatannya, Ida rajin berolahraga.
“Selain berolahraga, mengkonsumsi makanan yang
sehat, kita juga perlu menjaga diri dengan memberikan
perlindungan kepada diri kita dengan jaminan kesehatan.
Saya adalah peserta Jamsostek, sekarang menjadi peserta
BPJS Kesehatan. Memang ada yang beda,” kata Ida.
Sekitar pertengahan bulan Juni 2014, akhirnya penantian
mendapatkan kartu baru BPJS Kesehatan sampai juga.
Ida yang semula peserta Jamsostek, kini telah mendapat
kartu BPJS Kesehatan. Sehingga dirinya lebih mudah untuk
berobat. “Begitu dapat kartu BPJS Kesehatan, saya langsung
periksa ke dokter spesialis THT (telinga hidung tenggorokan)
karena ada masalah dengan telinga bagian bawah,” ujarnya.
Namun, saat itu, Ida harus membayar tambahan biaya
Rp52.000 karena quotanya sudah di bawah limit. “Saya tidak
paham, limit itu seperti apa ya. Setahu saya BPJS Kesehatan
bisa membiayai pengobatan apa aja tanpa ada tambahan
biaya, kecuali obat tertentu yang memang tidak masuk
dalam skema jaminan kesehatan nasional.” Kata Ida.
Ida mengaku tenang memiliki jaminan kesehatan karena
sakit tak pernah diduga-duga datangnya. “Ya lumayanlah, ada
JKN, tak terasa kita iuran premi setiap bulan, tetapi kalau
sakit sudah tidak perlu bayar biaya lagi. Karena tenang, maka
hiduppun terasa lebih ringan. Untung ada JKN, untung ada
BPJS Kesehatan, karena tenang kita juga jadi sehat,” ujarnya.
Ida Rini Cahyani
Lumayan
Ringan Ada JKNDimohon melakukan pembayaran di Bank lain yang telah
bekerja sama dengan BPJS Kesehatan jika masih tidak
bisa segera menghubungi Kantor cabang BPJS Kesehatan
terdekat dengan no telp yang dapat diperoleh pada Website
BPJS Kesehatan.
Apa yang harus peserta lakukan, jika tiap bulan bayar di
ATM pesannya selalu “tidak terdaftar” atau besaran iuran
tiap bulan yang selalu berubah-ubah dan tiap bulan kami
harus bolak-balik untuk menghubungi BPJS Kesehatan
untuk pembayaran?
Question
Answer
Apa yang harus dilakukan oleh peserta apabila pada saat
mendaftarkan anggota keluarga secara online sampai
saat ini belum mendapatkan balasan via email?
Question
Answer
Dapat Dilakukan pengecekan pada email peserta pada fitur
Spam, Jika ada email dari Admin BPJS Kesehatan peserta
dapat memindahkan pesan tersebut ke dalam folder Inbox
Kenapa pendaftaran melalui website untuk pilihan
tambahan anggota keluarga selalu gagal, padahal sudah
dimasukan nomor registrasi BPJS Kesehatan dan alamat
email ?
Dimohon melakukan cek Jaringan lokal peserta, Jika kondisi
jaringan sudah bagus dimohon melakukan cek ulang/refresh
dengan memasukan nomor registrasi dan alamat email.
Apa yang harus dilakukan oleh peserta yang mendaftar
melalui website, ketika ada data keluarganya yang telah
dientri lengkap, tetapi pada saat di print tidak muncul
tulisan apapun, hanya halaman kosong ?
Question
Answer
Question
Answer
perlu dilakukan pengecekan apakah sudah terinstal/terpasang
aplikasi pembuka file dengan format .PDF (adobe reader).
Apakah mendaftarkan anggota keluarga lain perorangan,
bisa dilakukan melalui website meskipun peserta
mendaftarkan dirinya melalui kantor cabang ?
Jika kepala keluarga telah melakukan pendaftaran sebagai
peserta di Kantor BPJS Kesehatan maka penambahan
anggota keluarga tetap dilakukan di kantor BPJS Kesehatan
Q&A
Question
Answer
Question & Answer
TESTIMONI
S
etiap bulan Intan Diasumantri, 17, warga Tangerang,
harus menjalani transfusi darah karena dia menderita
Thalasemia. Penyakit yang mengganggu produksi
hemoglobin ini membuat penderita thalasemia kekurangan
darah atau anemia, sehingga memerlukan tambahan darah
setiap bulan sesuai kebutuhannya.
“Saya sejak lima bulan sudah transfusi darah dan sampai
sekarang masih harus transfusi darah, kalau ngga ditambah
darah ya lemes dong,” kata Intan didampingi ibundanya,
Samsinar di RSUD Tangerang, Banten, belum lama ini.
Intan yang kini duduk di kelas 3 SMA Negeri di Tangerang,
tetap bisa beraktivitas seperti biasa, asalkan tidak
melelahkan atau pun terforsir. Intan bisa mengikuti pelajaran
dengan baik dan selalu tuntas dalam mengerjakan tugas-
tugas sekolahnya.
Ibunda Intan, Samsinar mengatakan, Intan baru beberapa
kali periksa dan transfusi darah di RSUD Tangerang,
sebelumnya dia transfusi darah dilakukan di RS Ibu dan Anak
Harapan Kita, Slipi, Jakarta Barat. “Dulu kan dia masih anak-
anak, setelah masuk usia dewasa, rujukan dipindah ke RSUD
Tangerang sesuai dengan domisili,” ujarnya.
Intan adalah peserta Jamkesmas yang kini masuk dalam
peserta BPJS Kesehatan penerima bantuan iuran (PBI). “Ya
untung punya jaminan kesehatan, kalau tidak ya repot sekali.
Setiap akan tranfusi harus cek darah dulu agar dokternya
bisa menghitung berapa volume darah yang dibutuhkan, jadi
harus pas,” ujarnya.
Samsinar mengatakan, ada perbedaan antara Jamkesmas
dan era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yaitu dalam hal
antrean, karena sekarang ini semua menjadi peserta BPJS
Kesehatan. “Sekarang kan semua menjadi peserta BPJS
Kesehatan ya, jadi loketnya jadi satu, yaa antreannya jadi
panjang. Ya memang harus sabar ya,” katanya.
Sejak Usia Lima
Bulan Transfusi
Darah
Intan Diasumatri
?
10. Info BPJS Kesehatan Edisi IV Juli 201410
SEHAT
B
anyak orang merasa kurang "Pede" (percaya diri),
memiliki kelebihan berat badan. Sehingga, sering
minder jika melihat kawannya terlihat ramping dan
bisa mengenakan busana yang rapi. Padahal, kelebihan berat
badan itu, bisa cepat diturunkan, baik melalui diet keras,
beroleh raga secara rutin. Meski sudah diberikan tips seperti
itu, banyak pula orang yang kelebihan berat badan (gemuk)
memprotes. Alasannya, diet sudah dilakukan dan olah raga
juga dilakukan rutin, namun berat badan masih saja tetap
dan malah terkesan bertambah.
Adakah cara yang tepat dan mudahmenurunkan berat badan.
Pertanyan itu, sering dimunculkan orang yang merasa dirinya
gemuk. "Ini yang belum banyak diketahui masyarakat. Tidur
di sebuah kamar yang suhunya dingin, bisa menurunkan
berat badan," kata dr Irma Hikmatin.
Dokter yang setiap hari bertemu dengan banyak orang
karena kegiatan utamanya memberikan advise tentang
keluhan kesehatan di sebuah lembaga pemerintah ini,
menegaskan, apa yang diutarakan sudah melalui penelitian.
Banyak pula studi, lanjutnya, telah membuktikan bahwa tidur
yang berkualitas bisa membantu penurunan berat badan.
Sebaliknya, kurang tidur dapat memicu menumpuknya lemak
di tubuh.
Penelitian yang dilakukan National Institues of Health, kata
Irma, menunjukkan bahwa suhu kamar dapat berpengaruh
pada proses pembakaran lemak. Alasannya, seseorang
yang tidur di kamar yang dingin, maka jumlah lemak cokelat
(pembakar lemak) akan membakar lemak putih dengan
jumlah yang lebih banyak.
Hal ini, tentu berbeda dengan jika tidur dengan suhu
kamar yang hangat atau memakai selimut tebal saat tidur.
Jumlah lemak cokelat dalam tubuh akan berkurang sebab,
pembakaran lemak putih menjadi tidak optimal. Penelitian
ini, melibatkan ribuan relawan yang kondisinya sangat prima.
Hasilnya, hanya dengan tidur di kamar yang dingin para
relawan memiliki metabolisme baik.
Bahkan, kebiasaan tidur di dalam kamat yang dingin, tidak
hanya menurunkan berat badan, namun badan akan memiliki
metabolisme yang baik. Itu artinya juga bisa menurunkan
risiko diabetes. Sementara, ada penelitian lain yang dilakukan
The University od Parma, Italia, lebih dahsyat. Peneliti,
menemukan cara menurunkan berat badan tanpa harus
mengurangi makan. Peneliti, menemukan bahwa warna
piring dan kekontrasannya dengan makanan yang disantap
bisa memperngaruhi selera makan.
Para responden, dalam penelitian itu, dipersilahkan
memakan makanan diatas piring yang berwarna-warni.
Setelah menikmati hidangan, ditemukan hasil bahwa para
responden kurang menikmati makanan yang disajikan pada
piring berwarna merah.
Dalam sebuah pesta prasmanan, ditemukan orang
yang menggunakan piring berwarna warni, lebih sedikit
mengambil makanan dibandingkan dengan orang yang
menggunakan piring polos. Artinya, responden, yang
menggunakan piring yang berwarna, mereka mengambil
makanan lebih sedikit dibanding jika menggunakan piring
putih.
Peneliti kemudian menyimpulkan bahwa makanan yang
diambil akan lebih sedikit jika orang melihat warna yang
kontras. Ternyata, warna yang memberi efek hanya warna
merah. Menurut para peneliti, warna bisa mempengaruhi
emosi dan memicu reaksi dan perilaku seseorang. Meski
begitu, studi ini masih mengalami keterbatasan. Responden
tidak diberi tahu terlebih dahulu apa efek dari warna piring
terhadap konsumsi makanan mereka, sebab, penelitian
masih terus dilakukan untuk mendapatkan hasil optimal.
Jadi, kata dr Irma, tidur yang berkualitas bisa membantu
penurunan berat badan. Seperti, penelitian yang dilakukan
Universitas Federal Sao Paolo. Peneliti, memanfaatkan 14
pria sehat yang terbaring di tempat tidur dengan skala built-
in selama 16 jam. Ternyata, subyek tidak buang air kecil atau
buang air besar selama periode penilaian.Setelah ditimbang,
subyek telah kehilangan 1,9 gram per menit selama delapan
jam tidur selama seminggu.
Hal senada pernah dilakukan peneliti University of Chicago
dan Stanford University. Peneliti, telah menghubungkan
kurang tidur dengan meningkatkan berat badan. Pertama
yang dilakukan, meneliti kadar leptin dan ghrelin pada 12
pria sehat, serta hubungannya dengan tingkat nafsu makan
mereka. Hasilnya, ditemukan bahwa kurang tidur dapat
memicu kenaikan berat badan, sementara pola tidur yang
normal dapat memastikan berat subyek tetap sama.
Tidur yang baik dapat menurunkan berat badan.Berat
badan yang hilang selama tidur adalah berat air yang hilang
melalui pernapasan dan keringat. Paru-paru seseorang
membutuhkan kelembaban untuk melaksanakan fungsi
tubuh, sehingga udara yang dikeluarkan melalui napas berisi
air yang menyebabkan penurunan berat badan. Tapi berat
badan biasanya akan kembali naik setelah minum di pagi dan
siang hari.
Pertama, kurang gerak. Saat bekerja, Anda pun bisa
sedikit berolahraga, misalnya dengan melakukan
peregangan kaki dan tangan. Silang-silangkan atau
ayun-ayunkan kaki dan tangan sambil duduk di
kursi 2-5 menit setiap selang satu jam. Aktivitas ini
mampu memberi tambahan pembakaran energi
ketimbang Anda hanya duduk rapi di kursi.
Kedua, hindari minum alkohol. Alkohol
memperlambat proses metabolisme tubuh
dengan menekan sistem saraf pusat. Alkohol juga
dapat meningkatkan kortisol, hormon stres yang
membantu penumpukan lemak di perut.
Ketiga, hindari susu. Mengkonsumsi yoghurt bebas
lemak, keju, atau susu rendah lemak 3-4 kali sehari
mampu mengusir 70 persen lemak dari tubuhnya.
Kalsium dari susu berperan sebagai tombol yang
memerintahkan tubuh membakar kelebihan lemak.
Minumlah segelas susu bebas lemak saat sarapan,
segelas yoghurt rendah lemak di siang hari, dan
segelas susu bebas lemak di sore hari.
Keempat, diet. Pengalaman membuktikan, orang
yang sukses menurunkan berat badan adalah orang
yang disiplin menjalani program. Meski ada pesta
makan enak, mereka tak tergoda untuk mengatakan,
”Tak apalah sehari ini makan enak. Besok mulai diet
lagi.” Sekali Anda memberi kesempatan, akan sulit
untuk kembali berdiet.
Kelima, icip-icip plus. Memang, tak dipungkiri, saat
melihat orang menikmati cheesecake atau puding
bersimbah saus cokelat, air liur Anda menetes.
Daripada penasaran dan terus-terusan mengkhayal,
boleh, kok, Anda juga mencicipinya, asalkan berbagi
dengan orang lain. Anda cukup mencicip satu gigitan
kecil saja, supaya rasa penasaran terbayar.
Keenam, panik. Setelah program dijalani lebih
dari setengah jalan, hal biasa bila penurunan berat
badan mulai melambat atau malah jalan di tempat.
Melakukan latihan yang sama setiap hari akan
membuat tubuh beradaptasi sehingga pembakaran
lemak juga menjadi lebih lambat. Bila selama ini
Anda hanya berjalan kaki, hari berikutnya cobalah
berenang, selanjutnya naik sepeda, kemudian sit up
atau push up, agar kalori kembali mudah dibakar.
Ketujuh, konsumsi makanan asin. Bukan hanya
makanan berlemak dan makanan manis yang
perlu Anda kurangi, makanan yang banyak
mengandung garam juga perlu diredam. Selain bisa
mengakibatkan hipertensi, terlalu banyak garam
di dalam tubuh membuat cairan tubuh tertahan.
Akibatnya, berat badan Anda tidak turun-turun.
Kedelapan, stres. Hormon kortisol yang keluar saat
stres akan merangsang nasfu makan, memperlambat
metabolisme, dan meningkatkan penumpukan lemak
di perut. Relaksasi, seperti mendengarkan musik,
tertawa bareng teman-teman, beryoga, pijat, atau
jalan-jalan di alam terbuka, dapat mereduksi stres.
Lakukan salah satu aktivitas ini minimal 10 –15 menit
setiap hari.
Kesembilan, begadang. Sebuah penelitian di AS
menyatakan, kurang tidur akan meningkatkan
hormon rasa lapar dan menurunkan hormon rasa
kenyang. Studi yang lain menambahkan, orang
yang tidurnya kurang dari 4 jam sehari punya
peluang menderita obesitas 73 persen lebih tinggi
dibandingkan orang yang tidur 7-9 jam per hari.
Kesepuluh, makan tidak di meja makan. Makan
sambil menonton teve, membaca buku, atau
mengetik di komputer membuat Anda tak dapat
menikmati makanan. Akhirnya, Anda mudah tergoda
untuk mengais sesuatu yang nikmat dikunyah.
Kalori yang masuk dalam tubuh pun akhirnya
sulit dikendalikan. Agar makanan bisa dinikmati,
usahakanlah selalu makan di meja makan
Tidur Berkualitas
Turunkan Berat Badan
dan Diabetes
Orang yang merasa dirinya kelebihan berat badan,
tidak perlu risau karena banyak cara dilakukan agar
bisa berkurang. malahan, banyak orang berpendapat,
kegemukan tidak masalah asal sehat daripada kurus
tetapi dirundung sakit. Meski demikian, ada tips agar
menghindari berbagai acara untuk membuat berat
badan tidak bertambah.
TIPS !
11. Info BPJS Kesehatan Edisi IV Juli 2014 11
Rayakan HUT ke-46, BPJS Kesehatan Gandeng Dompet
Dhuafa
BPJS Kesehatan Perkuat Komitmen dengan Tiga Bank Pemerintah
BPJS Kesehatan Buka Posko Mudik di Tiga Pelabuhan Penyeberangan
Jakarta: Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, BPJS Kesehatan
terus memperkuat komitmen dan mengembangkan ruang lingkup kerjasama dengan tiga bank
pemerintah, yaitu Bank Mandiri, BNI, dan BRI. Melalui hal ini, ketiga bank tersebut diharapkan dapat
mengoptimalkan fungsinya dalam melayani masyarakat peserta BPJS Kesehatan.
“Dari awal sudah kita sosialisasikan, selain melalui Kantor Cabang BPJS Kesehatan dan secara
online, masyarakat juga dapat mendaftar secara individu maupun mendaftarkan badan usahanya
di kantor cabang tertentu Bank Mandiri, BNI, dan BRI. Dengan begitu, diharapkan tidak terjadi
penumpukan pendaftaran di Kantor Cabang BPJS Kesehatan,” kata Direktur Keuangan dan Investasi
BPJS Kesehatan Riduan, usai acara Penandatanganan Komitmen Dukungan Mitra Perbankan BPJS
Kesehatan dalam Mendukung Operasional BPJS Kesehatan sekaligus Buka Puasa Bersama di Hotel
Le Meridien, Senin (21/7).
Masyarakat dapat membayar iuran bulanan BPJS Kesehatan menggunakan Virtual Account secara
manual melalui teller, atau bisa pula melalui auto debet, ATM, internet banking, mobile banking,
EDC, serta LLG/TGS. Dalam pengelolaan iuran peserta BPJS Kesehatan, pihak bank memiliki
layanan Cash Management System yang memudahkan Kantor Cabang BPJS Kesehatan melakukan
pembayaran klaim kepada sebuah fasilitas kesehatan tanpa harus menunggu dropping dana dari
kantor pusat. Selain itu, ada pula layanan Cash Pooling System yang berguna untuk mempermudah
pengumpulan dana secara terpusat, sehingga dana dapat dioptimalkan untuk pembayaran klaim dan
investasi.
“Terkait laporan pengelolaan iuran peserta BPJS Kesehatan, juga bisa dilakukan melalui sarana
perbankan, sehingga datanya jelas dan transparan,” tegas Riduan.
Di samping berfungsi mengelola dana iuran peserta BPJS Kesehatan, tambahnya, Bank Mandiri,
BNI, dan BRI juga diharapkan mampu menjadi perpanjangan tangan BPJS Kesehatan sebagai media
infomasi bagi masyarakat mengenai manfaat terdaftar dalam program Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN). Selain itu, ketiga bank tersebut diharapkan pula dapat menyosialisasikan layanan pengaduan
informasi untuk peserta BPJS Kesehatan.
Kilas&Peristiwa
Jakarta: Dalam rangka memperingati HUT ke-46, BPJS Kesehatan
menyelenggarakan acara sarasehan dan buka puasa bersama. Adapun acara
tersebut dilaksanakan di dua tempat, yaitu di Pusat Pendidikan dan Pelatihan
BPJS Kesehatan Cisarua, Bogor, Selasa (15/7), serta di Hotel Bidakara, Jakarta
Selatan, Kamis (17/7).
Dalam pidatonya Selasa lalu, Direktur Utama BPJS Kesehatan Fachmi Idris
menyatakan puas atas tercapainya kesempurnaan target kinerja dalam Annual
Management Contract antara jajaran manajemen PT. Askes (Persero) dengan
Kementerian BUMN. Pihaknya berhasil meraih angka 101,70% yang mana lebih
tinggi dari target yang ditetapkan Kementerian BUMN waktu itu.
“Alhamdulillah, nilai kepuasan pelanggan yang ditargetkan naik sebesar 3,64
poin, kita lampaui menjadi 4,88 poin. Tingkat Kesehatan Perusahaan tercapai
sesuai target dan menggolongkan institusi ini dalam Kategori Sehat A. Tingkat
kesiapan transformasi dari PT. Askes (Persero) menjadi BPJS Kesehatan sesuai
pasal 58, UU No 24 Tahun 2011, juga mencapai 100%. Tak hanya itu, kita juga
mencapai tingkatan Emerging Industry Leader, yaitu kelompok industri yang
dinilai pada level teratas dari kategori industri di lingkungan Kementerian BUMN,
dengan skor sebesar 583,25. Tidak banyak BUMN yang bisa mencapai level ini,”
tutur Fachmi.
Ia menambahkan, PT. Askes (Persero) juga menutup laporan keuangan per 31
Desember 2013 dengan penilaian Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari auditor
independen. Kemudian 7 Juli 2014 lalu, BPJS Kesehatan mendapat penilaian
audit tertinggi, yaitu Wajar Tanpa Modifikasi (WTM), atas laporan posisi keuangan
pembukaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dan Dana Jaminan Sosial per 1
Januari 2014.
Sebagai upaya peningkatan pelayanan BPJS Kesehatan kepada masyarakat
Indonesia, khususnya bagi masyarakat miskin dan tidak mampu, BPJS
Kesehatan bekerjasama dengan Dompet Dhuafa untuk menjaminan kesehatan
masyarakat yang belum terdaftar sebagai peserta Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) kategori Penerima Bantuan Iuran (PBI).
“Premi masyarakat miskin dan tidak mampu yang belum masuk PBI APBN
atau APBD (Jamkesda) akan ditanggung oleh lembaga zakat. Lembaga zakat
ini juga akan memvalidasi kembali calon-calon peserta mana saja yang benar-
benar berhak ditanggung oleh dana zakat,” jelas Fachmi, usai melakukan
Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama Jaminan Kesehatan Kaum Dhuafa Non
PBI dengan Dompet Dhuafa di Hotel Bidakara, Kamis (17/5). Acara tersebut
dihadiri pula oleh Menkokesra dan Dewan Pembina Dompet Dhuafa.
Sebelumnya, BPJS Kesehatan juga telah menggandeng Lembaga Amil Zakat
yang dipelopori oleh Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) untuk
menanggung jaminan kesehatan masyarakat miskin dan tidak mampu yang
belum masuk ke dalam program JKN.
Ada dua mekanisme pembiayaan kelompok masyarakat tersebut. Pertama,
lembaga zakat akan membiayai langsung peserta tersebut. Kedua, lembaga
zakat akan mencarikan pemberi zakat (muzaki) kepada peserta yang belum
terdaftar sebagai PBI. Adapun premi yang dibayar adalah minimal Rp 25.500,-
atau setara dengan premi kelas III peserta mandiri (Peserta Bukan Penerima
Upah).
Melalui kerjasama dengan berbagai lembaga zakat di Indonesia, Fachmi
berharap, penyaluran zakat yang dikumpulkan dapat dipergunakan secara
tepat guna dan tepat sasaran untuk membantu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat miskin dan tidak mampu.
Jakarta : Telah menjadi suatu tradisi
dan budaya setiap tahunnya bagi umat
muslim dalam menyambut hari raya
Idul Fitri dengan melakukan perjalanan
pulang kampung atau mudik
lebaran. BPJS Kesehatan melihat hal
tersebut sebagai sesuatu hal yang
sangat penting dalam mewujudkan
pengabdian dan kepedulian
perusahaan terhadap lingkungan
sosial budaya dan agama. Hal tersebut
diwujudkan sebagai salah satu
bentuk kepedulian berupa pendirian
Posko Kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan gratis bagi
masyarakat umum di tiga pelabuhan
penyeberangan.
Tiga pelabuhan penyeberangan tersebut di antaranya, Pelabuhan Penyeberangan Kapal Ferry-Merak,
Banten yang bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Provinsi banten dan Kantor Kesehatan Pelabuhan
Kelas II Banten, Pelabuhan Gilimanuk, Bali yang bekerja sama dengan PT ASDP Gilimanuk, dan
Pelabuhan Soekarno Hatta, Makassar yang bekerjasama dengan PT Pelabuhan Indonesia, Kantor
Kesehatan Pelabuhan Soekarno Hatta dan puskesmas terdekat.
Posko ini ditunjukan bagi pemudik yang membutuhkan konsultasi kesehatan, fasilitas relaksasi atau
istirahat, pemeriksaan kesehatan sederhana, obat-obatan, tindakan sederhana yang bersifat emergency,
dan pemberian rujukan bilamana sangat diperlukan serta sosialisasi kepada masyarakat. Semua
pelayanan yang diberikan di posko ini gratis atau tidak dipungut biaya. Posko BPJS Kesehatan Peduli
Mudik Lebaran akan dilakukan serentak di tiga pelabuhan mulai 25 Juli 2014 sampai dengan 2 Agustus
2014.
“Kami memilih posko di pelabuhan karena pelabuhan masih perlu perhatian. Lokasi seperti di stasiun
kereta api atau di titik-titik jalan raya, sudah banyak perusahaan yang mendirikan posko kesehatan,” ujar
Direktur Kepesertaan dan Pemasaran, Sri Endang Tidarwati.
Posko Kesehatan Mudik Lebaran beroperasi selama 24 jam, dimana di dalamnya terdapat 2 tim yang
bertugas secara bergantian, terdiri dari 1 (satu) dokter dibantu oleh 2 (dua) orang paramedis yang
merupakan mitra kerja BPJS Kesehatan dan 1 (satu) orang koordinator dari BPJS Kesehatan. Setiap shift
terdapat satu dokter, dua paramedis, dan dibantu dua petugas jaga posko dari BPJS Kesehatan.
"Dalam kegiatan ini, kami bekerjasama dengan pihak Kementerian Kesehatan menyediakan sekitar
30 ambulans yang siap melayani pemudik jika terjadi situasi emergency. Selain itu, kami juga siap
memberikan rujukan ke rumah sakit terdekat jika sangat diperlukan," pungkas Endang.
12. * Perpres 111 Tahun 2013 Pasal 6
w w w. b p j s - k e s e h a t a n . g o . i d