2. Undang-undang nomor 20 tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional dan
peraturan pemerintah no 23 tahun 2013
tentang perubahan atas dasar PP no 19
tahun 2005 tentang standar pendidikan
nasional yang mencakup: standar isi,
standar proses, standar kompensi lulusan,
standar pendidik dan kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pembiyayan
dan standar penilaian.
3. Undang-nomor 20 tahun 2003 pasal 598
ayat 1 mengatakan bahwa evaluasi peserta
didik dilakukan oleh pendidik untuk
memantau peroses, kemajuan, dan
perbaikan hasil belajar peserta didik secara
berkesinambungan.
4. Landasan Pilosofis
Filosofi pendidikan dalam pengembangan Kurikulum 2013
didasarkan nilai-nilai luhur, nilai akademik, serta
kebutuhan peserta didik dan masyarakat . Pendidikan
bertujuan untuk membangun sumberdaya manusia
Indonesia yang beriman, berkemanusiaan,
berpengetahuan, dan berketerampilan dengan berbasis
pada nilai-nilai luhur, nilai akademik, kebutuhan peserta
didik dan masyarakat. Kerangka filosofis ini harus menjadi
kerangka berpikir (mindset)pendidik (guru) dalam
menyelenggarakan pendidikan (termasuk didalamnya
kurikulum, tujuan pendidikan, isi pendidikan dan penilaian
proses dan hasil pendidikan).
5. Kurikulum 2013 berorientasi pada
pengembangan kompetensi, pembelajaran
yang berpusat pada aktivitas belajar peserta
didik serta penilaian berbasis proses dan hasil
belajar
Implikasi dari penggunaan filosofi itu pada
praktik pembelajaran dan manajemen sekolah
adalah dalam rangka membangun kompetensi
peserta didik, yang menjadi bahan
pertimbangan adalah aspirasi dan keinginan
pemangku kepentingan (stakeholders) harus
diperhitungkan.
6. Landasan Yuridis
1. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 57 Ayat (1) dinyatakan bahwa evaluasi
dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara
nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
2. Dalam Pasal 58 Ayat (1) dinyatakan bahwa evaluasi hasil belajar
peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses,
kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara
berkesinambungan.
3. Dalam Pasal 58 ayat (2) dinyatakan bahwa evaluasi peserta didik,
satuan pendidikan, dan program pendidikan dilakukan oleh lembaga
mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistemik untuk
menilai pencapaian standar nasional pendidikan.
4. Dalam PP Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Standar
Nasional Pendidikan Pasal 63 Ayat (1) dinyatakan bahwa penilaian
pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:
(a) penilaian hasil belajar oleh pendidik (b) penilaian hasil belajar oleh
satuan pendidikan dan (c) penilaian hasil belajar oleh pemerintah.
5. Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan untuk memantau
proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik
secara berkesinambungan (Pasal 64 Ayat 1 PP 32 Tahun 2013).
7. Evaluasi merupakan salah satu sarana penting untuk
menilai keberhasilan proses pembelajaran melalui
penilaian pencapaian kompetensi yang menjadi tujuan
pembelajaran. Melalui evaluasi, guru sebagai pengelola
kegiatan pembelajaran dapat mengetahui kemampuan
yang dimiliki peserta didik, ketepatan metode
pembelajaran yang digunakan dan keberhasilan peserta
didik dalam mencapai kompetensi sebagai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
Penilaian merupakan pengumpulan informasi mengenai
perubahan kualitas dan kuantitas di dalam diri peserta
didik atau grup (Johnson and Johnson, 2002: 27).
Blaustein (dalam Ibrahim, 2001:5) mengatakan bahwa
penilaian (asesmen) adalah proses mengumpulkan
informasi dan membuat keputusan berdasarkan informasi
itu.
8. Pengukuran adalah kegiatan
membandingkan sesuatu dengan ukuran
tertentu dan bersifat kuantitatif.
Penilaian merupakan kegiatan mengambil
keputusan untuk menentukan sesuatu
berdasarkan kriteria baik buruk dan bersifat
kualitatif.
Evaluasi adalah kegiatan yang meliputi
pengukuran dan penilaian, (Putra, 2013:14)
9. Assessment dihubungkan dengan kemampuan
seseorang, seperti kecerdasan, keterampilan,
kecepatan, ketepatan, dan lain sebagainya
yang terkait dengan pekerjaan dan tugasnya.
Apprasial merupakan pernyataan sesuatu yang
tidak dapat dinyatakan dengan angka atau
huruf karena di dalamnya terdapat unsur
pertimbangan yang sangat terbatas.
Evaluasi merupakan proses dimana informasi
dan pertimbangan diolah untuk membuat suatu
kebijaksanaan yang akan datang.
10. Makna bagi siswa: siswa dapat mengetahui
sejauh mana keberhasilannya mengikuti
pelajaran yang diberikan oleh guru
11. 1. Tujuan pembelajaran
2. Kegiatan pembelajaran
3. Evaluasasi (Dr. Basrowi, 2012)
14. 1. Menentukan tujuan evaluasi
2. Menyusun kisi-kisi soal
3. Telaah (Review) dan revisi soal
4. Uji coba (Try Out)
5. Penyusunan Soal
6. Penyajian Tes
7. Scoring
8. Pengelolaan hasil tes
9. Pelaporan hasil tes
10. Pemamfaatan hasil tes
15. Subejek adalah orang yang melakukan
evaluasi, Contoh:
1. Untuk melaksanakan evaluasi prestasi belajar
atau pencapaian maka sebagai subjek adalag
guru.
2. Untuk melaksanakan evaluasi sikap yang
menggunakan skala maka subjeknya dapat
meminta petugas.
3. Untuk melaksanakan evaluasi terhadap
keperibadian maka subjek adalah ahli
psikologi.
16. Sasran penilaian adalah segala sesuatu
yang menjadi objek pengamatan karena
penilai menginginkan informasi tentang
sesuatu tersebut.
Unsur-unsur dalam sasaran penilaian
meliputi: input, transpormasi, output.
17. Sebuah tes dikatakan valid apabila tes
tersebut mengukur apa yang hendak diukur.
Dasar pengelompokan validitas tes yakni
validitas logis dan validitas empiris.
Contoh: skor yang diperoleh dari kemampuan
menulis cerpen akan menunjukkan
kemampuan seseorang dalam menyusun
dan menulis cerpen. Bukan pengetahuan
tentang menulis cerpen.
18. Validitas yang berdasarkan penalaran. Suatu
tes dikatakan valid apabila berdasarkan hasil
penalaran.
Contoh: seseorang membuat karangan, jika
penulis sudah mengikuti aturan mengarang
tentu secara logis karangannya sudah
dikatakan baik.
Instrument yang sudah disusun berdasarkan
teori penyususn instrumen secara logis
sudah dikatakan valid.
19. Validitas isi yaitu bagi sebuah instrumen
menunjuk kepada suatu kondiri sebuah
instrumen yang disusun berdasarkan isi materi
pelajaran yang dievaluasi.
Sebuah tes dikatakan valid apabila mengukur
tujuan khusus tertentu sejajar dengan materi
atau isi pelajaran yang diberikan.
Validitas isi dapat tercapai sejak menyusun
dengan cara merinci materi kurikulum atau
materi buku pelajaran.
20. Sebuah tes dikatakan valid apabila butir-butir
soal yang membangun tes tersebut
mengukur setiap aspek berpikir seperti yang
ada dalam tujaun instruksional khusus.
Contoh: Jika rumusan tujuan instruksioalnya
khususnya “Siswa dapat membandingkan
psikologis tokoh A dan tokoh”, maka butir
soal pada tes merupakan perintah agar
siswa membedakan antara dua efek
tersebut.
21. Sebuah instrument dapat dikatakan memiliki
validitas apablia sudah diuji dari
pengalaman.
Validitas Concurrent Validity: Dikatakan valid
apabila disesuaikan atau dibandingkan
dengan masa lalu.
Validitas Prediksi: Instrumen dikatakan valid
apabila mempunyai kemampuan untuk
meramalkan apa yang akan terjadi pada
masa yang akan datang.