SlideShare a Scribd company logo
1 of 97
ASKEP ANAK DENGAN
GANGGUAN SISTEM
NEUROLOGI
Oleh :
M. Askar, S.Kep, Ns.,M.Kes
NIP. 198002282007011006
MIELOMENINGOKEL
 Mielomeningokel adalah protrusi hernia dari kista
meninges seperti kantong, cairan spinal, dan
sebagian dari medulla spinalis dengan sarafnya
keluar melalui defek tulang pada kolumna
vertebralis
MIELODISPLASIA
 Semua istilah inklusif yang merujuk pada
perkembangan defektif bagian manapun dari
medula spinalis
 Spina bifina : defek pada penutupan kolumna
vertebralis dengan atau tanpa tingkatan protrusi
jaringan melalui celah tulang
SPINA BIFIDA
 Spina bifida okulta : kegagalan penyatuan arkus
vertebralis posterior tanpa menyertai herniasi
medula spinalis atau meninges, tidak dapat dilihat
secara eksternal
 Spina bifida kista : defek dalam penutupan dengan
protrusi sakular eksternal melalui spina tulang
dengan berbagai derajat keterlibatan saraf
MENINGOKEL
 Bentuk kista spina bifida, terdiri dari kista meninges
seperti kantong yang berisi cairan spina, tetapi
tidak melibatkan saraf atau defisit neurologis
PENGKAJIAN
 Lakukan pengkajian fisik
 Observasi adanya manifestasi mielomeningokel :
 Kantong yang dapat dilihat
 Gangguan sensori biasanya disfungsi motorik paralel
 Di bawah vertebra lumbal kedua :
 Flaksid, paralisis parsial arefleksik pada ekstremitas bawah;
 Berbagai derajat defisit sensori;
 Inkontinensia aliran berlebihan dengan penetesan urin konstan;
 Kurang kontrol defekasi,
 Prolapsus rektal (kadang-kadang),
PENGKAJIAN
 Gangguan sensori biasanya disfungsi motorik paralel
 Dibawah vertebra sakrum ketiga :
 Tidak ada kerusakan motorik
 Dapat berupa anestesia sadel dengan paralisis
 Sfingter kandung kemih dan sfingter anus
 Deformitas sendi
 Talipes valgus atau kontraktur varus
 Kifosis
 Skoliosis lumbosakral
 Dislokasi pinggul
PENGKAJIAN
 Lakukan atau bantu dengan pemeriksaan neurologis
untuk menentukan tingkat kerusakan motorik dan
sensorik
 Inspeksi mielomeningokel untuk adanya perubahan
pada penampilan, sebagai contoh, abrasi, robekan,
tanda-tanda infeksi
 Observasi adanya tanda-tanda yang menunjukkan
hidrosefalus
 Bantu dengan prosedur diagnostik dan pengujian mis,
radiografi, tomografi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Risiko tinggi infeksi b/d adanya organisme infektif,
kantong meningeal non-epitelialisasi, paralisis
 Sasaran 1 : Pasien mengalami penurunan risiko
terhadap infeksi sistem saraf pusat
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Intervensi :
1. Posisikan bayi untuk mencegah kontaminasi urin dan
feses
2. Bersihkan mielomeningokel dengan cermat
menggunakan salin normal steril bila bagian ini
menjadi kotor atau terkontaminasi
3. Berikan balutan steril dan lembab dengan larutan
steril sesuai instruksi (salin normal, antibiotik)
4. Berikan antibiotik sesuai resep
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Intervensi :
5. Pantau dengan cermat tanda-tanda infeksi
(peningkatan suhu, peka rangsang, letargi, kaku
kuduk)
6. Berikan perawatan serupa untuk sisi operatif pada
pascaoperasi
 Hasil yang diharapkan :
 Kantong meningeal tetap bersih, utuh, dan tidak
menunjukkan bukti-bukti infeksi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Sasaran pasien 2 : Pasien mengalami penurunan
risiko infeksi saluran kemih
 Intervensi keperawatan :
1. Hindari kontaminasi uretral dengan feses
2. Lakukan higiene perineal dengan sangat cermat
3. Pantau keluaran urin untuk mengetahui ada tidaknya
retensi
4. Berikan antibiotik sesuai resep
DIAGNOSA KEPERAWATAN
5. Berikan antiseptik saluran kemih bila ditentukan
6. Jamin masukan cairan yang adekuat
 Hasil yang diharapkan :
 Bayi tidak menunjukkan bukti-bukti infeksi saluran
kemih.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Risiko tinggi trauma b/d lesi spinal
 Sasaran pasien 1 : Pasien tidak mengalami trauma
pada sisi bedah/lesi spinal
 Intervensi keperawatan :
1. Rawat bayi dengan cermat untuk mencegah
kerusakan pada kantong meningeal atau sisi
pembedahan
2. Tempatkan bayi pada posisi telungkup, atau miring
bila diizinkan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
3. Gunakan alat pelindung di sekitar kantong (mis,
selimut plastik bedah, potong sesuai ukuran dan
tempelkan di bawah kantong di samping sakrum dan
selimuti dengan longgar
4. Modifikasi aktivitas keperawatan rutin (mis, memberi
makan, merapikan tempat tidur, aktivitas
kenyamanan)
 Hasil yang diharapkan :
 Kantong meningeal tetap utuh
 Sisi pembedahan sembuh tanpa trauma
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Risiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan paralisis, penetesan urin yang kontinyu,
dan feses
 Sasaran pasien 1 : Pasien tidak mengalami iritasi
kulit
 Intervensi keperawatan :
1. Bila anak memakai popok, ganti popok segera
setelah kotor
DIAGNOSA KEPERAWATAN
2. Jaga agar area perianal tetap bersih dan kering
3. Tempatkan anak pada permukaan pengurang
tekanan
4. Masase kulit dengan perlahan selama pembersihan
dan pemberian losion
 Hasil yang diharapkan :
 Kulit tetap bersih dan kering tanpa bukti-bukti iritasi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Risiko tinggi trauma berhubungan dengan
kerusakan sirkulasi cairan serebrospinal
 Sasaran pasien 1 : Pasien tidak mengalami
peningkatan tekanan intrakranial
 Intervensi keperawatan :
1. Ukur lingkar oksipitofrontal
2. Observasi adanya tanda-tanda peningkatan Tekanan
Intra Kranial
DIAGNOSA KEPERAWATAN
2. Observasi adanya tanda-tanda peningkatan Tekanan
Intra Kranial
 Peka rangsang
 Letargi
 Bayi
 Menangis bila diangkat atau digendong; diam bila tetap
berbaring
 Peningkatan lingkar oksipitofrontal
 Peregangan sutura
 Perubahan tingkat kesadaran
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Anak
 Sakit kepala (khususnya di pagi hari)
 Apatis
 Konfusi
 Hasil yang diharapkan :
 Bukti peningkatan tekanan intrakranial dari
hidrosefalus terdeteksi dini, dan intervensi yang tepat
diimplementasikan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Risiko tinggi cedera b/d pemajanan berulang
pada produk lateks dan terjadinya alergi lateks
 Sasaran pasien 1 : Pasien mengalami
pemajanan minimum pada lateks
 Intervensi keperawatan :
1. Identifikasi anak dengan alergi lateks
2. Jaga agar lingkungan bebas lateks
DIAGNOSA KEPERAWATAN
3. Ajari anggota keluarga dan pemberi perawatan lain
(mis, pekerja perawatan sehari, guru) tentang hal
berikut :
 Risiko alergi lateks dan hal-hal yang harus dihidari
 Tanda-tanda alergi (dari gatal-gatal, ruam, dan mengi pada
anafilaksis)
 Tindakan kedaruratan, termasuk penggunaan kit anafilaktik
dan memanggil pelayanan medis darurat
 Hasil yang diharapkan :
 Anak tidak mengalami reaksi alergi terhadap lateks
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Risiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan
kerusakan neuromuskular
 Sasaran pasien 1 : Pasien tidak mengalami
deformitas ekstremitas bawah dan panggul atau
risiko pasien terhadap hal tersebut minimal
 Intervensi keperawatan :
1. Lakukan latihan rentang gerak pasif
DIAGNOSA KEPERAWATAN
2. Lakukan peregangan otot bila diindikasikan
3. Pertahankan panggul pada abduksi ringan sampai
sedang, jaga agar kaki tetap berada pada posisi
netral
4. Gunakan gulungan popok, bantalan, bantal pasir
kecil, atau alat yang dirancang khusus
 Hasil yang diharapkan :
 Ekstremitas bawah mempertahankan fleksibilitasnya.
 Panggul dan ekstremitas bawah dipertahankan pada
artikulasi dan kesejajaran yang benar.
HYDROSEFALUS
 Hidrosefalus adalah akumulasi berlebihan dari
cairan serebrospinal (CSS) dalam sistem ventrikel,
yang mengakibatkan dilatasi positif pada ventrikel
 Hidrosefalus komunikans – absorpsi CSS dalam
ruang subaraknoid (ventrikel berhubungan)
 Hidrosefalus nonkomunikans – obstruksi aliran
CSS dalam ventrikel (ventrikel tidak berhubungan).
PENGKAJIAN
 Dapatkan riwayat kesehatan, khususnya mengenai
cedera kepala atau infeksi serebral
 Lakukan pengkajian fisik, khususnya untuk bukti-
bukti perbaikan mielomeningokel, pengukuran
lingkar oksipitofrontal
 Bantu dengan prosedur diagnostik, mis, tomografi,
MRI, ekoensefalografi, transimulasi, pungsi
ventrikel.
 Observasi adanya manifestasi hidrosefalus :
PADA BAYI MUDA :
 Pertumbuhan kepala dengan kecepatan yang tidak
normal
 Penonjolan fontanel (khususnya anterior) kadang
tanpa pembesaran kepala; tegang; tidak berdenyut
 Dilatasi vena kulit kepala
 Peregangan sutura
 Tanda Macewen (bunyi “cracked-pot” pada perkusi
 Penipisan tulang tengkorak
PADA BAYI LANJUT
 Pembesaran frontal atau “bossing”
 Depresi mata
 Tanda setting sun (sklera terlihat di atas iris)
 Pupil lambat dalam berespons, dan dengan
respons yang tidak sama terhadap cahaya
PADA BAYI UMUM
 Peka rangsang
 Letargi
 Bayi menangis bila diangkat atau diayun dan diam
bila dibiarkan berbaring
 Kerja refleks dini bayi menetap
 Respons normal tidak terlihat
 Dapat menunjukkan hal-hal berikut :
 Perubahan tingkat kesadaran
 Opistotonus (seringkali bersifat ekstrem)
 Spastisitas ekstremitas bawah
PADA BAYI UMUM
 Kasus-kasus parah :
 Sulit menghisap dan makan
 Menangis melengking, singkat dan bernada tinggi
 Kesulitan kardiopulmonal
MASA KANAK-KANAK
 Sakit kepala pada saat bangun, membaik setelah
muntah atau postur tegak
 Papiledema
 Strabismus
 Tanda-tanda saluran ekstrapiramidal (mis, ataksia)
 Peka rangsang
 Letargi
 Apatis
 Konfusi
 Sering bicara tidak logis
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Risiko tinggi cedera b/d peningkatan tekanan
intrakranial (TIK)
 Sasaran pasien 1 : Pasien tidak mengalami
peningkatan tekanan intrakranial
 Intervensi keperawatan :
1. Observasi dengan cermat adanya tanda-tanda
peningkatan TIK
2. Lakukan pengkajian neurologis dasar pada pra
operasi
3. Hindari pemasangan infus intravena di vena kulit
kepala bila pembedahan akan dilakukan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
4. Posisikan anak sesuai ketentuan
 Tempatkan pada sisi yang tidak dioperasi
 Tinggikan kepala tempat tidur, bila diinstruksikan
 Jaga agar anak tetap berbaring datar, bila diinstruksikan
5. Hindari sedasi
6. Jangan pernah memompa pirau untuk mengkaji fungsi
7. Lakukan perawatan pasca operasi terhadap pirau
sesuai ketentuan
8. Ajari keluarga tentang tanda-tanda peningkatan TIK
dan kapan harus memberitahu praktisi kesehatan
 Hasil yang diharapkan : Anak tidak menunjukkan
bukti-bukti peningkatan TIK
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan sistem
drainse mekanis, prosedur bedah
 Sasaran pasien 1 : Pasien tidak menunjukkan
bukti-bukti infeksi
 Intervensi keperawatan :
1. Kaji anak untuk tanda-tanda infeksi cairan
serebrospinal (CSS), yang mencakup peningkatan
tanda-tanda vital, makan buruk, muntah, penurunan
responsifitas, aktivitas kejang
2. Observasi adanya kemerahan, bengkak, pada sisi
operatif dan sepanjang jalur pirau
3. Berikan antibiotik sesuai resep
DIAGNOSA KEPERAWATAN
4. Bantu praktisi dengan instilasi antibiotik intraventrikel
sesuai kebutuhan
5. Inspeksi sisi insisi untuk adanya kebocoran; uji
drainase untuk adanya glukosa
6. Berikan perawatan luka sesuai ketentuan, dengan
menggunakan teknik aseptik ketat
7. Jaga agar popok anak tidak menyentuh sisi balutan
peritoneal atau garis jahitan
 Hasil yang diharapkan : Anak tidak menunjukkan
bukti-bukti infeksi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Risiko tinggi kerusakan integritas kulit b/d area
tekanan, paralisis, sfingter ani yang terelaksasi
 Sasaran pasien 1 : Pasien mempertahankan
integritas kulit
 Intervensi keperawatan :
1. Berikan perawatan kulit yang cermat untuk mencegah
kerusakan jaringan karena kelembaban, tekanan.
2. Tempatkan anak pada permukaan yang menurunkan
tekanan
3. Ubah posisi dengan sering kecuali jika
dikontraindikasikan karena peningkatan TIK
DIAGNOSA KEPERAWATAN
4. Lindungi titik tekanan (mis, trokhanter, sakrum,
pergelangan kaki, tumit, bahu, oksiput)
5. Inspeksi permukaan kulit secara teratur untuk
adanya tanda-tanda iritasi, kemerahan, bukti
tekanan
6. Bersihkan kulit dengan teratur, sedikitnya sekali
sehari
7. Lindungi lipatan kulit dan permukaan yang
bergesekan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
8. Jaga agar pakaian dan linen tetap bersih, kering,
dan bebas dari lipatan
9. Lakukan perawatan perineal yang baik
10. Massase kulit dengan lembut menggunakan
losion atau bahan pelumas lain, hindari area
tekanan yang memerah
11. Lindungi bibir dengan krim atau salep
 Hasil yang diharapkan : Kulit tetap bersih, utuh,
dan bebas iritasi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Perubahan proses keluarga b/d krisis situasi
(anak dengan defek fisik)
 Sasaran pasien (keluarga) 1 : Pasien (keluarga)
menerima dukungan yang adekuat
 Intervensi keperawatan :
1. Hormati hak-hak orang tua
2. Tunjukkan sikap perhatian yang menghargai pada
anak dan keluarga
DIAGNOSA KEPERAWATAN
3. Dukung dan tekankan kekuatan dan kemampuan
keluarga
4. Berikan umpan balik dan pujian
5. Rujuk pada profesional lain untuk dukungan
interpersonal tambahan dan konkrit mis, pely sosial,
rohaniawan.
Hasil yang diharapkan :
 Keluarga menunjukkan perilaku yang
menunjukkan perasaan menghargai diri sendiri
 Keluarga menggunakan layanan pendukung.
MENINGITIS
 Meningitis adalah peradangan selaput otak,
sumsum tulang belakang, atau keduanya.
 Penyebabnya adalah bakteri atau virus, meningitis
sering didahului oleh infeksi pernapasan,
tenggorok, atau tanda dan gejala flulike.
 Sejumlah kuman Neisseria meningitidis merupakan
penyebab meningitis yang sering
 Penyakit ini mempunyai insiden tertinggi pada anak
di bawah usia 5 tahun, dengan puncak insidensi
pada anak usia 3 – 5 bulan
MENINGITIS
 Bentuk meningitis yang berat, yaitu
meningokoksemia yang memiliki serangan cepat
dan dapat menyebabkan kematian
 Tanda dan gejala meliputi demam tinggi, letargi,
menggigil, dan timbul ruam pada kulit
PENGKAJIAN
 Neurologis
 Kejang-kejang
 Peningkatan tekanan intrakranial (TIK)
 Mata terbenam (setting-sun sign)
 Kekakuan kuduk
 Tanda Kernig positif
 Tanda Brudzinski positif
 Reaktivitas pupil menurun
 Iritabilitas
 Opistotonus
 Sakit kepala
 Tangisan dengan nada tinggi
PENGKAJIAN
 Respirasi
 Baru saja mengalami riwayat infeksi, sakit tenggorok,
atau tanda dan gejala flulike
 Gastrointestinal
 Muntah
 Integumen
 Ubun-ubun menonjol
 Petekie
 Ekstremitas dingin
 Ruam
 Sianosis
 Demam
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Ganguan perfusi jaringan serebrum yang
berhubungan dengan peningkatan TIK
 Hasil yang diharapkan : Anak tidak menunjukkan
tanda peningkatan TIK
 Intervensi Keperawatan :
1. Kaji status neurologis anak setiap 2 – 4 jam, catat
tanda letargi, penonjolan ubun-ubun (pada bayi),
perubahan pupil, atau kejang-kejang
2. Pantau asupan dan haluaran cairan setiap pergantian
dinas
3. Pantau tanda vital setiap 2 – 4 jam
4. Catat kualitas dan nada tangisan anak
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Risiko cedera sekunder akibat kejang
 Hasil yang diharapkan : Anak tidak akan mengalami
cedera akibat kejang
 Intervensi :
1. Lakukan kewaspadaan kejang, seperti menggunakan
jalan napas buatan, dan peralatan pengisapan lendir,
dan pasang penghalang tempat tidur
2. Beri pengobatan antikonvulsan, sesuai program
3. Selama kejang, lakukan tindakan berikut :
 Bantu anak berbaring miring di tempat tidur atau di
lantai, singkirkan barang-barang yang ada di area
tempat tidur
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Jangan mengikat anak, tetapi tetap menemani di
sampingnya.
 Jangan meletakkan sesuatu di mulut anak
 Kaji status pernapasan anak
 Catat berbagai gerakan tubuh anak dan lamanya
kejang
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Hipertermia yang berhubungan dengan infeksi
 Hasil yang diharapkan : Suhu badan anak akan
tetap kurang dari 37,80 C
 Intervensi keperawatan :
1. Pantau suhu tubuh anak setiap 2 – 4 jam
2. Beri obat antipiretik sesuai program
3. Beri obat antimikroba sesuai program
4. Pertahankan lingkungan yang sejuk
5. Beri kompres dengan suhu 370C, sesuai program
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan
perawatan di rumah
 Hasil yang diharapkan : Orang tua akan
mengekspresikan pemahamannya tentang instruksi
perawatan di rumah
 Intervensi :
1. Ajarkan orang tua bagaimana dan kapan memberi
obat, termasuk uraian tentang dosis dan efek
samping
2. Ajarkan orang tua pentingnya memberi istirahat
yang adekuat pada anak
EPILEPSI
 Kejang adalah malfungsi singkat dari sistem listrik
otak yang terjadi karena muatan neuron kortikal.
 Kejang dapat bermanifestasi sebagai konvulsi
(kontraksi dan relaksasi otot involunter); perubahan
pada perilaku, sensasi, atau persepsi, halusinasi
visual dan auditorius; serta perubahan kesadaran
atau tidak sadar
 Epilepsi adalah gangguan kejang kronis dengan
kejang berulang yang terjadi dengan sendirinya,
yang membutuhkan pengobatan jangka panjang.
 Tidak setiap kejang adalah epileptik
PENGKAJIAN
 Dapatkan riwayat kesehatan, terutaman yang
berkaitan dengan kejadian pranatal, perinatal, dan
neonatal; adanya contoh infeksi, apnea kolik, atau
menyusu yang buruk; informasi mengenai
kecelakaan atau penyakit serius sebelumnya
 Dapatkan riwayat aktivitas kejang yang mencakup
hal-hal berikut :
 Gambaran perilaku anak selama kejang
 Usia awitan
 Waktu ketika kejang terjadi – waktu, ketika tidur atau
terjaga, hubungan dengan makanan
PENGKAJIAN
 Adanya faktor pencetus yang dapat menimbulkan
kejang (mis, demam, infeksi), jatuh yang
menyebabkan trauma kepala, ansietas, keletihan,
aktivitas (mis, hiperventilasi), kejadian-kejadian di
lingkungan (mis, pemajanan pada stimulus kuat
seperti sinar terang, sinar berkilau atau suara yang
keras)
 Durasi perkembangan, dan adanya perasaan atau
perilaku pasca-kejang
 Lakukan pengkajian fisik dan neurologi
PENGKAJIAN
 Observasi pengkajian fisik dan neurologis
 Bantu dalam prosedur diagnostik dan pengujian
mis, elektroensefalografi, tomografi, radiografi
tengkorak, ekoensefalografi, scan otak, kimia
darah, glukosa serum, nitrogen urea darah,
amonia, tes khusus untuk gangguan metabolik
PENGKAJIAN
 Observasi kejang
 Urutan kejadian (sebelum, selama, dan setelah kejang),
durasi kejang, tonik-klonik : dari tanda-tanda pertama
kejadian kejang sampai sentakan-sentakannya terhenti,
tanpa kejang : dari kehilangan kesadaran sampai
pasien sadar kembali; Parsial kompleks : dari aura
sampai berhenti secara otomatis atau menunjukkan
responsivitas pada lingkungan
MANIFESTASI KEJANG (KEJANG PARSIAL)
 Kejang parsial sederhana
 Dicirikan dengan : tetap sadar dan waspada, gejala
motorik terlokalisasi pada salah satu sisi tubuh, gejala
somatosensori, psikis, otonomik, atau gabungan dari
gejala-gejala tersebut
 Manifestasi :
 Kejang aversive (kejang motorik paling umum pada
anak) : Mata atau kedua mata dan kepala saling
menjauh dari sisi fokus; kesadaran terhadap gerakan
 Kejang Rolandic (sylvian) : Gerakan tonik-klonik yang
melibatkan wajah, salivasi, bicara berhenti, paling
umum selama tidur
MANIFESTASI KEJANG
 Gerakan Jacksonian (jarang pada anak) : Gerakan
klonik berkembang secara berurutan dari mulai
kaki, tangan, atau wajah dan bergerak atau
“gerakan” bagian-bagian tubuh yang berdekatan
MANIFESTASI KEJANG
 Kejang sensori khusus
 Dicirikan dengan berbagai sensasi
 Kebas, kesemutan, rasa tertusuk, parestesia, atau nyeri
yang berasal dari satu area (mis, wajah atau
ekstremitas) dan menyebar ke bagian tubuh lainnya.
 Sensasi penglihatan atau membentuk gambaran
 Fenomena motorik sesuai postur atau hipertonia
 Tidak umum pada anak-anak di bawah 8 tahun
MANIFESTASI KEJANG
 Parsial kompleks :
 Lebih sering terjadi pada anak usia 3 tahun sampai
remaja
 Aura – sensasi paling sering adalah perasaan kuat pada
dasar lambung yang naik ke tenggorok; juga bau aneh;
halusinasi rasa atau pendengaran serta penglihatan,
atau perasaan deja-vu
 Kerusakan kesadaran – mungkin tampak linglung dan
konfusi, tidak dapat berespons atau mengikuti instruksi.
MANIFESTASI KEJANG
 Automatisme – Aktivitas berulang tanpa tujuan
dilakukan dalam keadaan bermimpi, seperti
menatap langit, menjadi lemas atau kaku,
mengambil sikap, mengulang kata-kata, menarik-
narik pakaian, mengecap-ngecapkan bibir,
mengunyah, perilaku asosiasi atau tidak tepat,
seperti membuka pakaian di depan umum, atau
bertindak agresif (kurang umum pada anak-anak)
 Pasca kejang – setelah kejang anak dapat merasa
disorientasi, konfusi, dan tidak mempunyai ingatan
tentang fase kejang.
MANIFESTASI KEJANG (KEJANG UMUM)
 Kejang tonik-klonik (dahulu disebut grand mal)
 Paling umum dan paling dramatis dari semua
manifestasi kejang
 Terjadi tanpa peringatan
FASE TONIK
 Mata ke atas
 Kesadaran hilang dengan segera
 Bila berdiri, jatuh ke lantai atau tanah
 Kekakuan terjadi pada kontraksi tonik simetrik yang
umum pada seluruh otot tubuh
 Lengan biasanya fleksi
 Kaki, kepala, dan leher ekstensi
 Tangisan aneh, melengking (menangis epileptik)
 Apnea, dapat menjadi sianotik
 Peningkatan salivasi
FASE KLONIK
 Gerakan menyentak kasar pada saat tubuh dan
ekstremitas berada pada kontraksi dan relaksasi
yang berirama
 Berbusa pada mulut karena hipersalivasi
 Dapat mengalami inkontinensia urin dan feses
 Saat kejang berakhir, gerakan berkurang, terjadi
pada interval yang lebih panjang kemudian berhenti
secara keseluruhan
STATUS EPILEPTIKUS
 Urutan kejang pada interval yang terlalu singkat
untuk memungkinkan anak sadar kembali di antara
waktu berakhirnya satu episode dan dimulainya
episode berikutnya
 Memerlukan intervensi darurat
 Dapat menimbulkan kelelahan, gagal napas, dan
kematian
STATUS PASCA KEJANG
 Tampak rileks
 Dapat tetap semi-sadar dan sulit untuk bangun
 Dapat terbangun dalam beberapa menit
 Tetap mengalami konfusi selama beberapa jam
 Koordinasi buruk
 Kerusakan ringan pada gerakan motorik halus
 Dapat mengalami kesulitan penglihatan dan bicara
 Muntah atau mengeluh sakit kepala
STATUS PASCA KEJANG
 Tidak timbul refleks menelan selama beberapa
waktu
 Bila ditinggal sendiri, biasanya tidur dalam
beberapa jam
 Pada saat sadar, biasanya sadar sepenuhnya
 Biasanya merasa lelah dan mengeluh sakit otot dan
sakit kepala
 Tidak ada ingatan mengenai seluruh kejadian
TIDAK ADA KEJANG (PETIT MAL/LAPSES)
 Kehilangan kesadaran yang singkat
 Perubahan yang minimal atau tidak ada pada tonus
otot
 Bisa saja tidak dikenali karena hanya sedikit
perubahan yang terjadi pada perilaku anak
 Awitan cepat : tiba-tiba mengalami 20 atau lebih
episode kejang setiap hari
TIDAK ADA KEJANG (PETIT MAL/LAPSES)
 Kejang sering disalahartikan dengan tidak
perhatian, mimpi di siang hari, atau gangguan
hiperaktivitas kurang perhatian
 Serangan dapat dicetuskan oleh hiperventilasi,
hipoglikemia, stres (emosional dan psikologis),
keletihan, atau kurang tidur
MANIFESTASI PETIT MAL
 Kehilangan kesadaran singkat
 Muncul tanpa peringatan atau aura
 Biasanya berakhir sekitar 5 – 10 detik
 Kehilangan sedikit tonus otot dapat menyebabkan
anak menjatuhkan objek
 Mampu mempertahankan kontrol postural; jarang
terjatuh
MANIFESTASI PETIT MAL
 Gerakan minor seperti mengecapkan bibir, kedutan
kelopak mata atau wajah, atau gerakan tangan
ringan
 Tidak disertai inkontinensia
 Amnesia terhadap episode
 Perlu reorientasi diri pada aktivitas sebelumnya
KEJANG ATONIK (SERANGAN DROP)
 Awitan biasanya antara usia 2 – 5 tahun
 Tiba-tiba, kehilangan tonus otot sementara dan kontrol
postur :
 Manifestasi :
1. Kehilangan tonus menyebabkan anak jatuh ke lantai
dengan keras
2. Tidak dapat mencegah jatuh dengan menyangga
tangan
3. Sering terjadi kulai kepala
4. Dapat menimbulkan cedera serius pada wajah, kepala,
atau bahu
5. Depat atau tidak dapat mengalami kehilangan
kesadaran sementara
KEJANG AKINETIK
 Gerakan kurang atau tanpa kehilangan tonus otot
 Anak kaku pada posisi tertentu dan tidak jatuh
 Gangguan atau hilangnya kesadaran
KEJANG MIOKLONIK
 Dapat diisolasi pada saat dimulainya mioklonus
esensial
 Dapat terjadi dalam hubungannya dengan bentuk
kejang lain
 Kontraktur tonik singkat dan tiba-tiba dari otot atau
sekelompok otot
 Terjadi sekali atau berulang
 Tidak ada kehilangan kesadaran atau status pasca-
kejang
 Mungkin simetrik, mungkin juga tidak simetrik
 Dapat dikacaukan dengan refleks kejut yang
berlebihan
SPASME INFANTIL (MIOKLONUS INFANTIL)
 Istilah lain : , spasme masif, hipsaritmia, kejang
saalam, jack-knife, sindrom West, spasme
mioklonik infantil
 Paling umum terjadi antara usia 3 – 12 bulan
 Dua kali lebih banyak pada pria dibandingkan
wanita
 Anak dapat mengalami banyak kejang di siang hari
tanpa mengantuk pasca kejang atau tidur
 Perhatikan adanya intelegensia normal yang
memburuk
SPASME INFANTIL (MIOKLONUS INFANTIL)
 Kemungkinan serangkaian kontraksi otot tiba-tiba,
singkat, dan simetris
 Kepala fleksi, lengan ekstensi, dan kaki tertarik ke
atas,
 Mata berputar ke atas atau ke dalam
 Dapat didahului atau diikuti dengan menangis atau
merengek
 Dapat kehilangan kesadaran, dapat juga tidak
 Kadang-kadang terjadi kemerahan di wajah, pucat,
atau sianosis
SPASME INFANTIL (MIOKLONUS INFANTIL)
 Bagi yang mampu duduk tetapi tidak mampu berdiri
:
 Tiba-tiba menjatuhkan kepala dan lehernya ke
depan dengan tubuh fleksi ke depan dan lutut
tertarik ke atas pada kejang saalam atau jack-knife
 Jarang : terobservasi bentuk klinis yang lain
 Spasme ekstensor bukan fleksi lengan, kaki, dan
tubuh serta menganggukkan kepala
 Serangan cepat melibatkan kontraksi seluruh tubuh
yang bersifat tunggal, seperti syok dan sementara.
PENGKAJIAN
 Awitan :
 Waktu awitan
 Kejadian pra kejang yang signifikan – sinar terang,
bising, kegirangan, emosi berlebihan
 Perilaku : perubahan pada ekspresi wajah, seperti rasa
takut, menangis atau bunyi lain, gerakan stereotip atau
otomatis, aktivitas acak (mengeluyur)
 Posisi kepala, tubuh, ekstremitas; postur unilateral atau
bilateral dari salah satu atau lebih ekstremitas; deviasi
tubuh ke samping
PENGKAJIAN
 Gerakan :
 Perubahan posisi bila ada
 Sisi permulaan – tangan, ibu jari, mulut, seluruh tubuh
 Fase tonik, bila ada – lama, melibatkan beberapa
bagian tubuh
 Fase klonik – kedutan atau gerakan menyentak,
melibatkan beberapa bagian tubuh, urutan bagian yang
terkena, umum, perubahan dalam karakteristik gerakan
 Kurang gerakan atau tonus otot pada bagian-bagian
tubuh atau seluruh tubuh
PENGKAJIAN
 Wajah
 Perubahan warna – pucat, sianosis, wajah kemerahan
 Keringat
 Mulut – posisi, menyimpang ke salah satu sisi, gigi
mengatup, lidah tergigit, mulut berbusa, flek darah atau
perdarahan
 Kurang dalam ekspresi
PENGKAJIAN
 Mata
 Posisi – lurus, menyimpang ke atas, menyimpang
keluar, konjugasi atau divergen
 Pupil (bila mampu untuk mengkaji) – perubahan pada
ukuran, kesamaan reaksi terhadap sinar dan akomodasi
 Upaya pernapasan
 Ada dan lamanya apnea
 Adanya stertor (mengorok)
 Lain-lain
 Berkemih involunter
 Defekasi involunter
PENGKAJIAN
 Observasi pasca-kejang
 Masa pasca kejang
 Metode terminasi
 Status kesadaran – tidak responsif, mengantuk, konfusi
 Orientasi terhadap waktu dan orang
 Tidur tetapi mampu untuk bangun
PENGKAJIAN
 Kemampuan motorik
 Adanya perubahan pada kekuatan motorik
 Kemampuan untuk menggerakkan semua ekstremitas
 Adanya paresis atau kelemahan
 Kemampuan untuk bersiul (bila sesuai dengan usia)
 Bicara – berubah, aneh, jenis dan luasnya kesulitan
PENGKAJIAN
 Sensasi
 Keluhan tidak nyaman atau nyeri
 Adanya kerusakan sensori dari pendengaran,
penglihatan
 Pengumpulan kembali sensasi pra-kejang, peringatan
serangan
 Kesadaran bahwa serangan sudah mulai terjadi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Risiko tinggi cedera b/d tipe kejang
 Sasaran pasien 1 : Pasien tidak mengalami kejang
 Intervensi keperawatan :
1. Berikan obat antiepilepsi
2. Ajari keluarga dan anak, bila tepat, tentang
pemberian obat-obatan
3. Tekankan pentingnya mematuhi program
terapeutik
4. Hindari situasi yang diketahui akan mencetuskan
kejang (mis, cahaya berkedip-kedip, keletihan)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Hasil yang diharapkan : Anak tetap bebas dari
aktivitas kejang
 Sasaran pasien 2 : Pasien tidak mengalami
komplikasi akibat obat-obatan
 Intervensi keperawatan :
1. Waspada dan ajari keluarga untuk mengenali
reaksi yang tidak sesuai dari obat-obatan
2. Dorong untuk pengkajian fisik dan laboratorium
secara periodik
3. Dorong perawatan gigi yang baik selama terapi
fenitoin
DIAGNOSA KEPERAWATAN
4. Dorong masukan vitamin D dan asam folat yang
adekuat selama terapi fenitoin dan fenobarbital
5. Hasil yang diharapkan : Anak dan keluarga
mendemonstrasikan pemahaman tentang
kemungkinan respons yang tidak baik terhadap
obat-obatan dan intervensi yang tepat
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Sasaran pasien 3 : Pasien tidak mengalami cedera
1. Didik orang tua dan anak mengenai aktivitas yang
tepat untuk anak (tergantung dari tipe, frekuensi,
dan beratnya kejang)
2. Gali modifikasi atau adaptasi yang tepat pada
situasi yang mencetuskan bahaya selama kejang
(memanjat pohon, memainkan alat)
3. Dampingi anak selama aktivitas yang diizinkan,
seperti berenang, bersepeda.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
4. Dianjurkan untuk mandi shower atau memberikan
pengawasan yang ketat selama mandi
5. Ajarkan guru dan orang lain yang berhubungan
dengan anak mengenai bantuan yang tepat
selama dan setelah kejang
 Hasil yang diharapkan :
1. Anak dan keluarga menyetujui aktivitas atau
modifikasi aktivitas yang tepat untuk anak
2. Individu yang berhubungan dengan anak
memberikan intervensi yang tepat selama dan
setelah kejang.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Risiko tinggi cedera, hipoksia, dan aspirasi b/d
aktivitas motorik dan hilangnya kesadaran (kejang
tonik-klonik)
 Sasaran pasien 1 : Pasien tidak mengalami cedera,
distres pernapasan, atau aspirasi
 Intervensi keperawatan :
1. Hitung lamanya kejang
2. Lindungi anak selama kejang
3. Jangan berusaha merestrain anak atau
menggunakan paksaan
4. Bila anak berdiri atau duduk di kursi roda pada
awal episode, bantu anak untuk mencapai lantai
DIAGNOSA KEPERAWATAN
5. Tempatkan selimut kecil atau tangan anda sendiri
di bawah kepala anak
6. Jangan menempatkan apapun di mulut anak,
seperti spatel lidah, makanan, atau cairan
7. Lepaskan kacamata
8. Longgarkan pakaian
9. Cegah anak dari membenturkan kepala pada
objek keras
10. Singkirkan benda-benda yang dapat menimbulkan
bahaya (perabot)
11. Bantali objek seperti keranjang bayi, penghalang
tempat tidur, atau kursi roda.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
12. Pertahankan agar penghalang tempat tidur tetap
terpasang ketika anak sedang tidur, istirahat, atau
mengalami kejang
13. Biarkan kejang berakhir tanpa pengaruh
14. Bila mungkin posisikan anak dengan kepala pada
garis tengah, bukan hiperekstensi
15. Bila anak mulai muntah, miringkan dengan hati-
hati
DIAGNOSA KEPERAWATAN
16. Lindungi anak setelah kejang (periode pasca-
kejang)
17. Pertahankan anak pada posisi miring
18. Hubungi pelayanan medis darurat
 Hasil yang diharapkan : Anak tidak menunjukkan
tanda-tanda cedera fisik atau mental atau aspirasi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Risiko tinggi cedera b/d kerusakan kesadaran dan
automatisme (kejang parsial kompleks)
 Sasaran pasien 1 : Pasien tidak mengalami cedera
dan tetap tenang
 Intervensi keperawatan :
1. Hitung lama kejang
2. Lindungi anak selama kejang
3. Jangan merestrein, kecuali anak dalam bahaya
4. Singkirkan bahaya dalam lingkungan
5. Arahkan anak ke area aman, khususnya jauh dari
jendela, tangga, alat pemanas, atau sumber air
DIAGNOSA KEPERAWATAN
6. Jangan membuat anak teragitasi, bicara dengan
suara lembut dan sikap tenang
7. Jangan mengharapkan anak untuk mengikuti
instruksi
8. Perhatikan apakah kejang tersebut menyebar
menjadi kejang tonik-klonik
9. Lindungi anak setelah kejang (postiktal)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Periode postiktal :
10. Tetaplah bersama anak dan tenangkan anak
sampai ia sadar
11. Hubungi pelayanan medis darurat
Hasil yang diharapkan :
 Anak tidak mengalami cedera fisik dan tetap
tenang
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Perubahan proses keluarga berhubungan dengan
anak yang menderita penyakit kronis
 Sasaran pasien (keluarga) 1 : Pasien (keluarga)
mendapat dukungan yang adekuat
 Intervensi Keperawatan :
1. Hormati hak-hak orang tua
2. Tunjukkan sikap perhatian yang menghargai pada
anak dan keluarga
3. Dukung dan tekankan kekuatan dan kemampuan
keluarga
4. Berikan umpan balik dan pujian
DIAGNOSA KEPERAWATAN
5. Rujuk pada profesional lain untuk dukungan
interpersonal tambahan dan konkrit mis, pely
sosial, rohaniawan.
Hasil yang diharapkan :
 Keluarga menunjukkan perilaku yang
menunjukkan perasaan menghargai diri sendiri
 Keluarga menggunakan layanan pendukung.
TUGAS :
 BUAT POWER POINT MASING-MASING
(INDIVIDU) YANG BERISI ASKEP PADA ANAK
DENGAN :
 CEREBRAL PALSY
 ENSEFALITIS
 TETANUS
 ABSES OTAK
 POLIOMYELITIS

More Related Content

Viewers also liked

Asuhan keperawatan pada klien tn. b dengan gangguan sistem persarafan modera...
Asuhan keperawatan pada klien tn. b dengan gangguan sistem persarafan  modera...Asuhan keperawatan pada klien tn. b dengan gangguan sistem persarafan  modera...
Asuhan keperawatan pada klien tn. b dengan gangguan sistem persarafan modera...Operator Warnet Vast Raha
 
Kelompok 4 sosiologi pelecehan seksual
Kelompok 4 sosiologi pelecehan seksualKelompok 4 sosiologi pelecehan seksual
Kelompok 4 sosiologi pelecehan seksualnabilahputrin
 
Instrumen Internasional Tentang Hak dan Perlindungan Anak dari Bahaya Eksploi...
Instrumen Internasional Tentang Hak dan Perlindungan Anak dari Bahaya Eksploi...Instrumen Internasional Tentang Hak dan Perlindungan Anak dari Bahaya Eksploi...
Instrumen Internasional Tentang Hak dan Perlindungan Anak dari Bahaya Eksploi...ECPAT Indonesia
 
Penyimpangan seksual
Penyimpangan seksualPenyimpangan seksual
Penyimpangan seksualCahya
 
Toilet training for children with asd presentation
Toilet training for children with asd presentationToilet training for children with asd presentation
Toilet training for children with asd presentationSpalding University
 
Ppt kekerasan seksual
Ppt kekerasan seksualPpt kekerasan seksual
Ppt kekerasan seksualbkupstegal
 
gangguan tumbuh kembang anak - disusun oleh : GCA
gangguan tumbuh kembang anak - disusun oleh : GCAgangguan tumbuh kembang anak - disusun oleh : GCA
gangguan tumbuh kembang anak - disusun oleh : GCAGabriella Cereira Angelina
 
D:\PPT\PPT KEP. ANAK D IV KEPERAWATAN
D:\PPT\PPT KEP. ANAK D IV KEPERAWATAND:\PPT\PPT KEP. ANAK D IV KEPERAWATAN
D:\PPT\PPT KEP. ANAK D IV KEPERAWATANNyoman Rahayu
 
Membantu Anak Mencegah Kekerasan Seksual
Membantu Anak Mencegah Kekerasan Seksual Membantu Anak Mencegah Kekerasan Seksual
Membantu Anak Mencegah Kekerasan Seksual 24hourparenting
 
Ppt bu tumbuh kembang anak
Ppt bu tumbuh kembang anakPpt bu tumbuh kembang anak
Ppt bu tumbuh kembang anakresiy
 
Ppt Konsep Tumbuh Kembang Anak
Ppt Konsep Tumbuh Kembang AnakPpt Konsep Tumbuh Kembang Anak
Ppt Konsep Tumbuh Kembang AnakEliShofana
 
KEKERASAN TERHADAP ANAK.ppt
KEKERASAN TERHADAP ANAK.pptKEKERASAN TERHADAP ANAK.ppt
KEKERASAN TERHADAP ANAK.pptmasriani mahmud
 
Ppt deteksi dini gangguan tumbuh kembang
Ppt deteksi dini gangguan tumbuh kembangPpt deteksi dini gangguan tumbuh kembang
Ppt deteksi dini gangguan tumbuh kembangSiti Nurhayati
 
Perlindungan anak berkebutuhan khusus
Perlindungan anak berkebutuhan khususPerlindungan anak berkebutuhan khusus
Perlindungan anak berkebutuhan khususRita Pranawati
 
Kekerasan pada anak dan aspek kuratif 2
Kekerasan pada anak dan aspek kuratif  2Kekerasan pada anak dan aspek kuratif  2
Kekerasan pada anak dan aspek kuratif 2Rita Pranawati
 
Pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita
Pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balitaPertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita
Pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balitaVia Dewi Syahara
 
Konsep tumbuh kembang bayi, balita dan anak prasekolah
Konsep tumbuh kembang bayi, balita dan anak prasekolahKonsep tumbuh kembang bayi, balita dan anak prasekolah
Konsep tumbuh kembang bayi, balita dan anak prasekolahGita Kostania
 

Viewers also liked (19)

Asuhan keperawatan pada klien tn. b dengan gangguan sistem persarafan modera...
Asuhan keperawatan pada klien tn. b dengan gangguan sistem persarafan  modera...Asuhan keperawatan pada klien tn. b dengan gangguan sistem persarafan  modera...
Asuhan keperawatan pada klien tn. b dengan gangguan sistem persarafan modera...
 
Kelompok 4 sosiologi pelecehan seksual
Kelompok 4 sosiologi pelecehan seksualKelompok 4 sosiologi pelecehan seksual
Kelompok 4 sosiologi pelecehan seksual
 
Instrumen Internasional Tentang Hak dan Perlindungan Anak dari Bahaya Eksploi...
Instrumen Internasional Tentang Hak dan Perlindungan Anak dari Bahaya Eksploi...Instrumen Internasional Tentang Hak dan Perlindungan Anak dari Bahaya Eksploi...
Instrumen Internasional Tentang Hak dan Perlindungan Anak dari Bahaya Eksploi...
 
Penyimpangan seksual
Penyimpangan seksualPenyimpangan seksual
Penyimpangan seksual
 
Toilet training for children with asd presentation
Toilet training for children with asd presentationToilet training for children with asd presentation
Toilet training for children with asd presentation
 
Ppt kekerasan seksual
Ppt kekerasan seksualPpt kekerasan seksual
Ppt kekerasan seksual
 
kejang-demam-terbaru-presentasi-ppt
kejang-demam-terbaru-presentasi-pptkejang-demam-terbaru-presentasi-ppt
kejang-demam-terbaru-presentasi-ppt
 
gangguan tumbuh kembang anak - disusun oleh : GCA
gangguan tumbuh kembang anak - disusun oleh : GCAgangguan tumbuh kembang anak - disusun oleh : GCA
gangguan tumbuh kembang anak - disusun oleh : GCA
 
D:\PPT\PPT KEP. ANAK D IV KEPERAWATAN
D:\PPT\PPT KEP. ANAK D IV KEPERAWATAND:\PPT\PPT KEP. ANAK D IV KEPERAWATAN
D:\PPT\PPT KEP. ANAK D IV KEPERAWATAN
 
Membantu Anak Mencegah Kekerasan Seksual
Membantu Anak Mencegah Kekerasan Seksual Membantu Anak Mencegah Kekerasan Seksual
Membantu Anak Mencegah Kekerasan Seksual
 
Kekerasan anak
Kekerasan anakKekerasan anak
Kekerasan anak
 
Ppt bu tumbuh kembang anak
Ppt bu tumbuh kembang anakPpt bu tumbuh kembang anak
Ppt bu tumbuh kembang anak
 
Ppt Konsep Tumbuh Kembang Anak
Ppt Konsep Tumbuh Kembang AnakPpt Konsep Tumbuh Kembang Anak
Ppt Konsep Tumbuh Kembang Anak
 
KEKERASAN TERHADAP ANAK.ppt
KEKERASAN TERHADAP ANAK.pptKEKERASAN TERHADAP ANAK.ppt
KEKERASAN TERHADAP ANAK.ppt
 
Ppt deteksi dini gangguan tumbuh kembang
Ppt deteksi dini gangguan tumbuh kembangPpt deteksi dini gangguan tumbuh kembang
Ppt deteksi dini gangguan tumbuh kembang
 
Perlindungan anak berkebutuhan khusus
Perlindungan anak berkebutuhan khususPerlindungan anak berkebutuhan khusus
Perlindungan anak berkebutuhan khusus
 
Kekerasan pada anak dan aspek kuratif 2
Kekerasan pada anak dan aspek kuratif  2Kekerasan pada anak dan aspek kuratif  2
Kekerasan pada anak dan aspek kuratif 2
 
Pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita
Pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balitaPertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita
Pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita
 
Konsep tumbuh kembang bayi, balita dan anak prasekolah
Konsep tumbuh kembang bayi, balita dan anak prasekolahKonsep tumbuh kembang bayi, balita dan anak prasekolah
Konsep tumbuh kembang bayi, balita dan anak prasekolah
 

Similar to ASKEP ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM NEUROLOGI

Meningokel dan Ensefalokel Poltekkes Surakarta
Meningokel dan Ensefalokel Poltekkes SurakartaMeningokel dan Ensefalokel Poltekkes Surakarta
Meningokel dan Ensefalokel Poltekkes SurakartaNindi Yulianti
 
4. BAYI RESIKO TINGGI - PERDARAHAN, KEJANG, TETANUS OK.pdf
4. BAYI RESIKO TINGGI - PERDARAHAN, KEJANG, TETANUS OK.pdf4. BAYI RESIKO TINGGI - PERDARAHAN, KEJANG, TETANUS OK.pdf
4. BAYI RESIKO TINGGI - PERDARAHAN, KEJANG, TETANUS OK.pdfanichya
 
Askep bayi resiko tinggi
Askep bayi resiko tinggiAskep bayi resiko tinggi
Askep bayi resiko tinggiYudha Satrya
 
DISMENORE PPT.pptx
DISMENORE PPT.pptxDISMENORE PPT.pptx
DISMENORE PPT.pptxkistiarita
 
Asuhan Keperawatan Hirschprung
Asuhan Keperawatan HirschprungAsuhan Keperawatan Hirschprung
Asuhan Keperawatan HirschprungNida Sitorus
 
Abses perianal
Abses perianalAbses perianal
Abses perianaljawamate
 
bvkjvkjbjvhjvhvkjjkbjkbkbkbnklnklnknknklnmkn
bvkjvkjbjvhjvhvkjjkbjkbkbkbnklnklnknknklnmknbvkjvkjbjvhjvhvkjjkbjkbkbkbnklnklnknknklnmkn
bvkjvkjbjvhjvhvkjjkbjkbkbkbnklnklnknknklnmknCyntiaAndrina1
 
Krem dan Coklat Lucu Estetik Makalah Presentasi.pdf
Krem dan Coklat Lucu Estetik Makalah Presentasi.pdfKrem dan Coklat Lucu Estetik Makalah Presentasi.pdf
Krem dan Coklat Lucu Estetik Makalah Presentasi.pdfSitinuraeniHamzah
 
Asuhan keperawatan anak dengan masalah penyakit hisprung.pptx
Asuhan keperawatan anak dengan masalah penyakit hisprung.pptxAsuhan keperawatan anak dengan masalah penyakit hisprung.pptx
Asuhan keperawatan anak dengan masalah penyakit hisprung.pptxUungKuriyah
 
Askep asfiksia mekonium
Askep asfiksia mekoniumAskep asfiksia mekonium
Askep asfiksia mekoniumHome Care
 
Hirschsprung Disease.pptx
Hirschsprung Disease.pptxHirschsprung Disease.pptx
Hirschsprung Disease.pptxAnestesi21FKUB
 
52183717 fraktur-servikal (1)
52183717 fraktur-servikal (1)52183717 fraktur-servikal (1)
52183717 fraktur-servikal (1)Ayhu Shartiekha
 
2. askep anak dengan meningitis
2. askep anak dengan meningitis2. askep anak dengan meningitis
2. askep anak dengan meningitisEllyeUtami
 
Pneumonia 131028101758-phpapp01
Pneumonia 131028101758-phpapp01Pneumonia 131028101758-phpapp01
Pneumonia 131028101758-phpapp01Egla Aliu
 

Similar to ASKEP ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM NEUROLOGI (20)

Meningokel dan Ensefalokel Poltekkes Surakarta
Meningokel dan Ensefalokel Poltekkes SurakartaMeningokel dan Ensefalokel Poltekkes Surakarta
Meningokel dan Ensefalokel Poltekkes Surakarta
 
askep intususepsi
askep intususepsiaskep intususepsi
askep intususepsi
 
4. BAYI RESIKO TINGGI - PERDARAHAN, KEJANG, TETANUS OK.pdf
4. BAYI RESIKO TINGGI - PERDARAHAN, KEJANG, TETANUS OK.pdf4. BAYI RESIKO TINGGI - PERDARAHAN, KEJANG, TETANUS OK.pdf
4. BAYI RESIKO TINGGI - PERDARAHAN, KEJANG, TETANUS OK.pdf
 
Askep bayi resiko tinggi
Askep bayi resiko tinggiAskep bayi resiko tinggi
Askep bayi resiko tinggi
 
DISMENORE PPT.pptx
DISMENORE PPT.pptxDISMENORE PPT.pptx
DISMENORE PPT.pptx
 
Asuhan Keperawatan Hirschprung
Asuhan Keperawatan HirschprungAsuhan Keperawatan Hirschprung
Asuhan Keperawatan Hirschprung
 
Abses perianal
Abses perianalAbses perianal
Abses perianal
 
bvkjvkjbjvhjvhvkjjkbjkbkbkbnklnklnknknklnmkn
bvkjvkjbjvhjvhvkjjkbjkbkbkbnklnklnknknklnmknbvkjvkjbjvhjvhvkjjkbjkbkbkbnklnklnknknklnmkn
bvkjvkjbjvhjvhvkjjkbjkbkbkbnklnklnknknklnmkn
 
Krem dan Coklat Lucu Estetik Makalah Presentasi.pdf
Krem dan Coklat Lucu Estetik Makalah Presentasi.pdfKrem dan Coklat Lucu Estetik Makalah Presentasi.pdf
Krem dan Coklat Lucu Estetik Makalah Presentasi.pdf
 
Peny bawaan ii
Peny bawaan iiPeny bawaan ii
Peny bawaan ii
 
Asuhan keperawatan anak dengan masalah penyakit hisprung.pptx
Asuhan keperawatan anak dengan masalah penyakit hisprung.pptxAsuhan keperawatan anak dengan masalah penyakit hisprung.pptx
Asuhan keperawatan anak dengan masalah penyakit hisprung.pptx
 
Kejan demam AKPER PEMKAB MUNA
Kejan demam AKPER PEMKAB MUNAKejan demam AKPER PEMKAB MUNA
Kejan demam AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep asfiksia mekonium
Askep asfiksia mekoniumAskep asfiksia mekonium
Askep asfiksia mekonium
 
Lp appendisitis
Lp appendisitisLp appendisitis
Lp appendisitis
 
Hirschsprung Disease.pptx
Hirschsprung Disease.pptxHirschsprung Disease.pptx
Hirschsprung Disease.pptx
 
52183717 fraktur-servikal (1)
52183717 fraktur-servikal (1)52183717 fraktur-servikal (1)
52183717 fraktur-servikal (1)
 
2. askep anak dengan meningitis
2. askep anak dengan meningitis2. askep anak dengan meningitis
2. askep anak dengan meningitis
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Pneumonia 131028101758-phpapp01
Pneumonia 131028101758-phpapp01Pneumonia 131028101758-phpapp01
Pneumonia 131028101758-phpapp01
 

Recently uploaded

Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptxssuser1f6caf1
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien DewasaUpdate 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien DewasaErdinataKusuma1
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 

Recently uploaded (20)

Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien DewasaUpdate 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 

ASKEP ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM NEUROLOGI

  • 1. ASKEP ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM NEUROLOGI Oleh : M. Askar, S.Kep, Ns.,M.Kes NIP. 198002282007011006
  • 2. MIELOMENINGOKEL  Mielomeningokel adalah protrusi hernia dari kista meninges seperti kantong, cairan spinal, dan sebagian dari medulla spinalis dengan sarafnya keluar melalui defek tulang pada kolumna vertebralis
  • 3. MIELODISPLASIA  Semua istilah inklusif yang merujuk pada perkembangan defektif bagian manapun dari medula spinalis  Spina bifina : defek pada penutupan kolumna vertebralis dengan atau tanpa tingkatan protrusi jaringan melalui celah tulang
  • 4. SPINA BIFIDA  Spina bifida okulta : kegagalan penyatuan arkus vertebralis posterior tanpa menyertai herniasi medula spinalis atau meninges, tidak dapat dilihat secara eksternal  Spina bifida kista : defek dalam penutupan dengan protrusi sakular eksternal melalui spina tulang dengan berbagai derajat keterlibatan saraf
  • 5. MENINGOKEL  Bentuk kista spina bifida, terdiri dari kista meninges seperti kantong yang berisi cairan spina, tetapi tidak melibatkan saraf atau defisit neurologis
  • 6. PENGKAJIAN  Lakukan pengkajian fisik  Observasi adanya manifestasi mielomeningokel :  Kantong yang dapat dilihat  Gangguan sensori biasanya disfungsi motorik paralel  Di bawah vertebra lumbal kedua :  Flaksid, paralisis parsial arefleksik pada ekstremitas bawah;  Berbagai derajat defisit sensori;  Inkontinensia aliran berlebihan dengan penetesan urin konstan;  Kurang kontrol defekasi,  Prolapsus rektal (kadang-kadang),
  • 7. PENGKAJIAN  Gangguan sensori biasanya disfungsi motorik paralel  Dibawah vertebra sakrum ketiga :  Tidak ada kerusakan motorik  Dapat berupa anestesia sadel dengan paralisis  Sfingter kandung kemih dan sfingter anus  Deformitas sendi  Talipes valgus atau kontraktur varus  Kifosis  Skoliosis lumbosakral  Dislokasi pinggul
  • 8. PENGKAJIAN  Lakukan atau bantu dengan pemeriksaan neurologis untuk menentukan tingkat kerusakan motorik dan sensorik  Inspeksi mielomeningokel untuk adanya perubahan pada penampilan, sebagai contoh, abrasi, robekan, tanda-tanda infeksi  Observasi adanya tanda-tanda yang menunjukkan hidrosefalus  Bantu dengan prosedur diagnostik dan pengujian mis, radiografi, tomografi.
  • 9. DIAGNOSA KEPERAWATAN  Risiko tinggi infeksi b/d adanya organisme infektif, kantong meningeal non-epitelialisasi, paralisis  Sasaran 1 : Pasien mengalami penurunan risiko terhadap infeksi sistem saraf pusat
  • 10. DIAGNOSA KEPERAWATAN  Intervensi : 1. Posisikan bayi untuk mencegah kontaminasi urin dan feses 2. Bersihkan mielomeningokel dengan cermat menggunakan salin normal steril bila bagian ini menjadi kotor atau terkontaminasi 3. Berikan balutan steril dan lembab dengan larutan steril sesuai instruksi (salin normal, antibiotik) 4. Berikan antibiotik sesuai resep
  • 11. DIAGNOSA KEPERAWATAN  Intervensi : 5. Pantau dengan cermat tanda-tanda infeksi (peningkatan suhu, peka rangsang, letargi, kaku kuduk) 6. Berikan perawatan serupa untuk sisi operatif pada pascaoperasi  Hasil yang diharapkan :  Kantong meningeal tetap bersih, utuh, dan tidak menunjukkan bukti-bukti infeksi.
  • 12. DIAGNOSA KEPERAWATAN  Sasaran pasien 2 : Pasien mengalami penurunan risiko infeksi saluran kemih  Intervensi keperawatan : 1. Hindari kontaminasi uretral dengan feses 2. Lakukan higiene perineal dengan sangat cermat 3. Pantau keluaran urin untuk mengetahui ada tidaknya retensi 4. Berikan antibiotik sesuai resep
  • 13. DIAGNOSA KEPERAWATAN 5. Berikan antiseptik saluran kemih bila ditentukan 6. Jamin masukan cairan yang adekuat  Hasil yang diharapkan :  Bayi tidak menunjukkan bukti-bukti infeksi saluran kemih.
  • 14. DIAGNOSA KEPERAWATAN  Risiko tinggi trauma b/d lesi spinal  Sasaran pasien 1 : Pasien tidak mengalami trauma pada sisi bedah/lesi spinal  Intervensi keperawatan : 1. Rawat bayi dengan cermat untuk mencegah kerusakan pada kantong meningeal atau sisi pembedahan 2. Tempatkan bayi pada posisi telungkup, atau miring bila diizinkan.
  • 15. DIAGNOSA KEPERAWATAN 3. Gunakan alat pelindung di sekitar kantong (mis, selimut plastik bedah, potong sesuai ukuran dan tempelkan di bawah kantong di samping sakrum dan selimuti dengan longgar 4. Modifikasi aktivitas keperawatan rutin (mis, memberi makan, merapikan tempat tidur, aktivitas kenyamanan)  Hasil yang diharapkan :  Kantong meningeal tetap utuh  Sisi pembedahan sembuh tanpa trauma
  • 16. DIAGNOSA KEPERAWATAN  Risiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan paralisis, penetesan urin yang kontinyu, dan feses  Sasaran pasien 1 : Pasien tidak mengalami iritasi kulit  Intervensi keperawatan : 1. Bila anak memakai popok, ganti popok segera setelah kotor
  • 17. DIAGNOSA KEPERAWATAN 2. Jaga agar area perianal tetap bersih dan kering 3. Tempatkan anak pada permukaan pengurang tekanan 4. Masase kulit dengan perlahan selama pembersihan dan pemberian losion  Hasil yang diharapkan :  Kulit tetap bersih dan kering tanpa bukti-bukti iritasi.
  • 18. DIAGNOSA KEPERAWATAN  Risiko tinggi trauma berhubungan dengan kerusakan sirkulasi cairan serebrospinal  Sasaran pasien 1 : Pasien tidak mengalami peningkatan tekanan intrakranial  Intervensi keperawatan : 1. Ukur lingkar oksipitofrontal 2. Observasi adanya tanda-tanda peningkatan Tekanan Intra Kranial
  • 19. DIAGNOSA KEPERAWATAN 2. Observasi adanya tanda-tanda peningkatan Tekanan Intra Kranial  Peka rangsang  Letargi  Bayi  Menangis bila diangkat atau digendong; diam bila tetap berbaring  Peningkatan lingkar oksipitofrontal  Peregangan sutura  Perubahan tingkat kesadaran
  • 20. DIAGNOSA KEPERAWATAN  Anak  Sakit kepala (khususnya di pagi hari)  Apatis  Konfusi  Hasil yang diharapkan :  Bukti peningkatan tekanan intrakranial dari hidrosefalus terdeteksi dini, dan intervensi yang tepat diimplementasikan.
  • 21. DIAGNOSA KEPERAWATAN  Risiko tinggi cedera b/d pemajanan berulang pada produk lateks dan terjadinya alergi lateks  Sasaran pasien 1 : Pasien mengalami pemajanan minimum pada lateks  Intervensi keperawatan : 1. Identifikasi anak dengan alergi lateks 2. Jaga agar lingkungan bebas lateks
  • 22. DIAGNOSA KEPERAWATAN 3. Ajari anggota keluarga dan pemberi perawatan lain (mis, pekerja perawatan sehari, guru) tentang hal berikut :  Risiko alergi lateks dan hal-hal yang harus dihidari  Tanda-tanda alergi (dari gatal-gatal, ruam, dan mengi pada anafilaksis)  Tindakan kedaruratan, termasuk penggunaan kit anafilaktik dan memanggil pelayanan medis darurat  Hasil yang diharapkan :  Anak tidak mengalami reaksi alergi terhadap lateks
  • 23. DIAGNOSA KEPERAWATAN  Risiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kerusakan neuromuskular  Sasaran pasien 1 : Pasien tidak mengalami deformitas ekstremitas bawah dan panggul atau risiko pasien terhadap hal tersebut minimal  Intervensi keperawatan : 1. Lakukan latihan rentang gerak pasif
  • 24. DIAGNOSA KEPERAWATAN 2. Lakukan peregangan otot bila diindikasikan 3. Pertahankan panggul pada abduksi ringan sampai sedang, jaga agar kaki tetap berada pada posisi netral 4. Gunakan gulungan popok, bantalan, bantal pasir kecil, atau alat yang dirancang khusus  Hasil yang diharapkan :  Ekstremitas bawah mempertahankan fleksibilitasnya.  Panggul dan ekstremitas bawah dipertahankan pada artikulasi dan kesejajaran yang benar.
  • 25. HYDROSEFALUS  Hidrosefalus adalah akumulasi berlebihan dari cairan serebrospinal (CSS) dalam sistem ventrikel, yang mengakibatkan dilatasi positif pada ventrikel  Hidrosefalus komunikans – absorpsi CSS dalam ruang subaraknoid (ventrikel berhubungan)  Hidrosefalus nonkomunikans – obstruksi aliran CSS dalam ventrikel (ventrikel tidak berhubungan).
  • 26. PENGKAJIAN  Dapatkan riwayat kesehatan, khususnya mengenai cedera kepala atau infeksi serebral  Lakukan pengkajian fisik, khususnya untuk bukti- bukti perbaikan mielomeningokel, pengukuran lingkar oksipitofrontal  Bantu dengan prosedur diagnostik, mis, tomografi, MRI, ekoensefalografi, transimulasi, pungsi ventrikel.  Observasi adanya manifestasi hidrosefalus :
  • 27. PADA BAYI MUDA :  Pertumbuhan kepala dengan kecepatan yang tidak normal  Penonjolan fontanel (khususnya anterior) kadang tanpa pembesaran kepala; tegang; tidak berdenyut  Dilatasi vena kulit kepala  Peregangan sutura  Tanda Macewen (bunyi “cracked-pot” pada perkusi  Penipisan tulang tengkorak
  • 28. PADA BAYI LANJUT  Pembesaran frontal atau “bossing”  Depresi mata  Tanda setting sun (sklera terlihat di atas iris)  Pupil lambat dalam berespons, dan dengan respons yang tidak sama terhadap cahaya
  • 29. PADA BAYI UMUM  Peka rangsang  Letargi  Bayi menangis bila diangkat atau diayun dan diam bila dibiarkan berbaring  Kerja refleks dini bayi menetap  Respons normal tidak terlihat  Dapat menunjukkan hal-hal berikut :  Perubahan tingkat kesadaran  Opistotonus (seringkali bersifat ekstrem)  Spastisitas ekstremitas bawah
  • 30. PADA BAYI UMUM  Kasus-kasus parah :  Sulit menghisap dan makan  Menangis melengking, singkat dan bernada tinggi  Kesulitan kardiopulmonal
  • 31. MASA KANAK-KANAK  Sakit kepala pada saat bangun, membaik setelah muntah atau postur tegak  Papiledema  Strabismus  Tanda-tanda saluran ekstrapiramidal (mis, ataksia)  Peka rangsang  Letargi  Apatis  Konfusi  Sering bicara tidak logis
  • 32. DIAGNOSA KEPERAWATAN  Risiko tinggi cedera b/d peningkatan tekanan intrakranial (TIK)  Sasaran pasien 1 : Pasien tidak mengalami peningkatan tekanan intrakranial  Intervensi keperawatan : 1. Observasi dengan cermat adanya tanda-tanda peningkatan TIK 2. Lakukan pengkajian neurologis dasar pada pra operasi 3. Hindari pemasangan infus intravena di vena kulit kepala bila pembedahan akan dilakukan
  • 33. DIAGNOSA KEPERAWATAN 4. Posisikan anak sesuai ketentuan  Tempatkan pada sisi yang tidak dioperasi  Tinggikan kepala tempat tidur, bila diinstruksikan  Jaga agar anak tetap berbaring datar, bila diinstruksikan 5. Hindari sedasi 6. Jangan pernah memompa pirau untuk mengkaji fungsi 7. Lakukan perawatan pasca operasi terhadap pirau sesuai ketentuan 8. Ajari keluarga tentang tanda-tanda peningkatan TIK dan kapan harus memberitahu praktisi kesehatan  Hasil yang diharapkan : Anak tidak menunjukkan bukti-bukti peningkatan TIK
  • 34. DIAGNOSA KEPERAWATAN  Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan sistem drainse mekanis, prosedur bedah  Sasaran pasien 1 : Pasien tidak menunjukkan bukti-bukti infeksi  Intervensi keperawatan : 1. Kaji anak untuk tanda-tanda infeksi cairan serebrospinal (CSS), yang mencakup peningkatan tanda-tanda vital, makan buruk, muntah, penurunan responsifitas, aktivitas kejang 2. Observasi adanya kemerahan, bengkak, pada sisi operatif dan sepanjang jalur pirau 3. Berikan antibiotik sesuai resep
  • 35. DIAGNOSA KEPERAWATAN 4. Bantu praktisi dengan instilasi antibiotik intraventrikel sesuai kebutuhan 5. Inspeksi sisi insisi untuk adanya kebocoran; uji drainase untuk adanya glukosa 6. Berikan perawatan luka sesuai ketentuan, dengan menggunakan teknik aseptik ketat 7. Jaga agar popok anak tidak menyentuh sisi balutan peritoneal atau garis jahitan  Hasil yang diharapkan : Anak tidak menunjukkan bukti-bukti infeksi.
  • 36. DIAGNOSA KEPERAWATAN  Risiko tinggi kerusakan integritas kulit b/d area tekanan, paralisis, sfingter ani yang terelaksasi  Sasaran pasien 1 : Pasien mempertahankan integritas kulit  Intervensi keperawatan : 1. Berikan perawatan kulit yang cermat untuk mencegah kerusakan jaringan karena kelembaban, tekanan. 2. Tempatkan anak pada permukaan yang menurunkan tekanan 3. Ubah posisi dengan sering kecuali jika dikontraindikasikan karena peningkatan TIK
  • 37. DIAGNOSA KEPERAWATAN 4. Lindungi titik tekanan (mis, trokhanter, sakrum, pergelangan kaki, tumit, bahu, oksiput) 5. Inspeksi permukaan kulit secara teratur untuk adanya tanda-tanda iritasi, kemerahan, bukti tekanan 6. Bersihkan kulit dengan teratur, sedikitnya sekali sehari 7. Lindungi lipatan kulit dan permukaan yang bergesekan
  • 38. DIAGNOSA KEPERAWATAN 8. Jaga agar pakaian dan linen tetap bersih, kering, dan bebas dari lipatan 9. Lakukan perawatan perineal yang baik 10. Massase kulit dengan lembut menggunakan losion atau bahan pelumas lain, hindari area tekanan yang memerah 11. Lindungi bibir dengan krim atau salep  Hasil yang diharapkan : Kulit tetap bersih, utuh, dan bebas iritasi.
  • 39. DIAGNOSA KEPERAWATAN  Perubahan proses keluarga b/d krisis situasi (anak dengan defek fisik)  Sasaran pasien (keluarga) 1 : Pasien (keluarga) menerima dukungan yang adekuat  Intervensi keperawatan : 1. Hormati hak-hak orang tua 2. Tunjukkan sikap perhatian yang menghargai pada anak dan keluarga
  • 40. DIAGNOSA KEPERAWATAN 3. Dukung dan tekankan kekuatan dan kemampuan keluarga 4. Berikan umpan balik dan pujian 5. Rujuk pada profesional lain untuk dukungan interpersonal tambahan dan konkrit mis, pely sosial, rohaniawan. Hasil yang diharapkan :  Keluarga menunjukkan perilaku yang menunjukkan perasaan menghargai diri sendiri  Keluarga menggunakan layanan pendukung.
  • 41. MENINGITIS  Meningitis adalah peradangan selaput otak, sumsum tulang belakang, atau keduanya.  Penyebabnya adalah bakteri atau virus, meningitis sering didahului oleh infeksi pernapasan, tenggorok, atau tanda dan gejala flulike.  Sejumlah kuman Neisseria meningitidis merupakan penyebab meningitis yang sering  Penyakit ini mempunyai insiden tertinggi pada anak di bawah usia 5 tahun, dengan puncak insidensi pada anak usia 3 – 5 bulan
  • 42. MENINGITIS  Bentuk meningitis yang berat, yaitu meningokoksemia yang memiliki serangan cepat dan dapat menyebabkan kematian  Tanda dan gejala meliputi demam tinggi, letargi, menggigil, dan timbul ruam pada kulit
  • 43. PENGKAJIAN  Neurologis  Kejang-kejang  Peningkatan tekanan intrakranial (TIK)  Mata terbenam (setting-sun sign)  Kekakuan kuduk  Tanda Kernig positif  Tanda Brudzinski positif  Reaktivitas pupil menurun  Iritabilitas  Opistotonus  Sakit kepala  Tangisan dengan nada tinggi
  • 44. PENGKAJIAN  Respirasi  Baru saja mengalami riwayat infeksi, sakit tenggorok, atau tanda dan gejala flulike  Gastrointestinal  Muntah  Integumen  Ubun-ubun menonjol  Petekie  Ekstremitas dingin  Ruam  Sianosis  Demam
  • 45. DIAGNOSA KEPERAWATAN  Ganguan perfusi jaringan serebrum yang berhubungan dengan peningkatan TIK  Hasil yang diharapkan : Anak tidak menunjukkan tanda peningkatan TIK  Intervensi Keperawatan : 1. Kaji status neurologis anak setiap 2 – 4 jam, catat tanda letargi, penonjolan ubun-ubun (pada bayi), perubahan pupil, atau kejang-kejang 2. Pantau asupan dan haluaran cairan setiap pergantian dinas 3. Pantau tanda vital setiap 2 – 4 jam 4. Catat kualitas dan nada tangisan anak
  • 46. DIAGNOSA KEPERAWATAN  Risiko cedera sekunder akibat kejang  Hasil yang diharapkan : Anak tidak akan mengalami cedera akibat kejang  Intervensi : 1. Lakukan kewaspadaan kejang, seperti menggunakan jalan napas buatan, dan peralatan pengisapan lendir, dan pasang penghalang tempat tidur 2. Beri pengobatan antikonvulsan, sesuai program 3. Selama kejang, lakukan tindakan berikut :  Bantu anak berbaring miring di tempat tidur atau di lantai, singkirkan barang-barang yang ada di area tempat tidur
  • 47. DIAGNOSA KEPERAWATAN  Jangan mengikat anak, tetapi tetap menemani di sampingnya.  Jangan meletakkan sesuatu di mulut anak  Kaji status pernapasan anak  Catat berbagai gerakan tubuh anak dan lamanya kejang
  • 48. DIAGNOSA KEPERAWATAN  Hipertermia yang berhubungan dengan infeksi  Hasil yang diharapkan : Suhu badan anak akan tetap kurang dari 37,80 C  Intervensi keperawatan : 1. Pantau suhu tubuh anak setiap 2 – 4 jam 2. Beri obat antipiretik sesuai program 3. Beri obat antimikroba sesuai program 4. Pertahankan lingkungan yang sejuk 5. Beri kompres dengan suhu 370C, sesuai program
  • 49. DIAGNOSA KEPERAWATAN  Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan perawatan di rumah  Hasil yang diharapkan : Orang tua akan mengekspresikan pemahamannya tentang instruksi perawatan di rumah  Intervensi : 1. Ajarkan orang tua bagaimana dan kapan memberi obat, termasuk uraian tentang dosis dan efek samping 2. Ajarkan orang tua pentingnya memberi istirahat yang adekuat pada anak
  • 50. EPILEPSI  Kejang adalah malfungsi singkat dari sistem listrik otak yang terjadi karena muatan neuron kortikal.  Kejang dapat bermanifestasi sebagai konvulsi (kontraksi dan relaksasi otot involunter); perubahan pada perilaku, sensasi, atau persepsi, halusinasi visual dan auditorius; serta perubahan kesadaran atau tidak sadar  Epilepsi adalah gangguan kejang kronis dengan kejang berulang yang terjadi dengan sendirinya, yang membutuhkan pengobatan jangka panjang.  Tidak setiap kejang adalah epileptik
  • 51. PENGKAJIAN  Dapatkan riwayat kesehatan, terutaman yang berkaitan dengan kejadian pranatal, perinatal, dan neonatal; adanya contoh infeksi, apnea kolik, atau menyusu yang buruk; informasi mengenai kecelakaan atau penyakit serius sebelumnya  Dapatkan riwayat aktivitas kejang yang mencakup hal-hal berikut :  Gambaran perilaku anak selama kejang  Usia awitan  Waktu ketika kejang terjadi – waktu, ketika tidur atau terjaga, hubungan dengan makanan
  • 52. PENGKAJIAN  Adanya faktor pencetus yang dapat menimbulkan kejang (mis, demam, infeksi), jatuh yang menyebabkan trauma kepala, ansietas, keletihan, aktivitas (mis, hiperventilasi), kejadian-kejadian di lingkungan (mis, pemajanan pada stimulus kuat seperti sinar terang, sinar berkilau atau suara yang keras)  Durasi perkembangan, dan adanya perasaan atau perilaku pasca-kejang  Lakukan pengkajian fisik dan neurologi
  • 53. PENGKAJIAN  Observasi pengkajian fisik dan neurologis  Bantu dalam prosedur diagnostik dan pengujian mis, elektroensefalografi, tomografi, radiografi tengkorak, ekoensefalografi, scan otak, kimia darah, glukosa serum, nitrogen urea darah, amonia, tes khusus untuk gangguan metabolik
  • 54. PENGKAJIAN  Observasi kejang  Urutan kejadian (sebelum, selama, dan setelah kejang), durasi kejang, tonik-klonik : dari tanda-tanda pertama kejadian kejang sampai sentakan-sentakannya terhenti, tanpa kejang : dari kehilangan kesadaran sampai pasien sadar kembali; Parsial kompleks : dari aura sampai berhenti secara otomatis atau menunjukkan responsivitas pada lingkungan
  • 55. MANIFESTASI KEJANG (KEJANG PARSIAL)  Kejang parsial sederhana  Dicirikan dengan : tetap sadar dan waspada, gejala motorik terlokalisasi pada salah satu sisi tubuh, gejala somatosensori, psikis, otonomik, atau gabungan dari gejala-gejala tersebut  Manifestasi :  Kejang aversive (kejang motorik paling umum pada anak) : Mata atau kedua mata dan kepala saling menjauh dari sisi fokus; kesadaran terhadap gerakan  Kejang Rolandic (sylvian) : Gerakan tonik-klonik yang melibatkan wajah, salivasi, bicara berhenti, paling umum selama tidur
  • 56. MANIFESTASI KEJANG  Gerakan Jacksonian (jarang pada anak) : Gerakan klonik berkembang secara berurutan dari mulai kaki, tangan, atau wajah dan bergerak atau “gerakan” bagian-bagian tubuh yang berdekatan
  • 57. MANIFESTASI KEJANG  Kejang sensori khusus  Dicirikan dengan berbagai sensasi  Kebas, kesemutan, rasa tertusuk, parestesia, atau nyeri yang berasal dari satu area (mis, wajah atau ekstremitas) dan menyebar ke bagian tubuh lainnya.  Sensasi penglihatan atau membentuk gambaran  Fenomena motorik sesuai postur atau hipertonia  Tidak umum pada anak-anak di bawah 8 tahun
  • 58. MANIFESTASI KEJANG  Parsial kompleks :  Lebih sering terjadi pada anak usia 3 tahun sampai remaja  Aura – sensasi paling sering adalah perasaan kuat pada dasar lambung yang naik ke tenggorok; juga bau aneh; halusinasi rasa atau pendengaran serta penglihatan, atau perasaan deja-vu  Kerusakan kesadaran – mungkin tampak linglung dan konfusi, tidak dapat berespons atau mengikuti instruksi.
  • 59. MANIFESTASI KEJANG  Automatisme – Aktivitas berulang tanpa tujuan dilakukan dalam keadaan bermimpi, seperti menatap langit, menjadi lemas atau kaku, mengambil sikap, mengulang kata-kata, menarik- narik pakaian, mengecap-ngecapkan bibir, mengunyah, perilaku asosiasi atau tidak tepat, seperti membuka pakaian di depan umum, atau bertindak agresif (kurang umum pada anak-anak)  Pasca kejang – setelah kejang anak dapat merasa disorientasi, konfusi, dan tidak mempunyai ingatan tentang fase kejang.
  • 60. MANIFESTASI KEJANG (KEJANG UMUM)  Kejang tonik-klonik (dahulu disebut grand mal)  Paling umum dan paling dramatis dari semua manifestasi kejang  Terjadi tanpa peringatan
  • 61. FASE TONIK  Mata ke atas  Kesadaran hilang dengan segera  Bila berdiri, jatuh ke lantai atau tanah  Kekakuan terjadi pada kontraksi tonik simetrik yang umum pada seluruh otot tubuh  Lengan biasanya fleksi  Kaki, kepala, dan leher ekstensi  Tangisan aneh, melengking (menangis epileptik)  Apnea, dapat menjadi sianotik  Peningkatan salivasi
  • 62. FASE KLONIK  Gerakan menyentak kasar pada saat tubuh dan ekstremitas berada pada kontraksi dan relaksasi yang berirama  Berbusa pada mulut karena hipersalivasi  Dapat mengalami inkontinensia urin dan feses  Saat kejang berakhir, gerakan berkurang, terjadi pada interval yang lebih panjang kemudian berhenti secara keseluruhan
  • 63. STATUS EPILEPTIKUS  Urutan kejang pada interval yang terlalu singkat untuk memungkinkan anak sadar kembali di antara waktu berakhirnya satu episode dan dimulainya episode berikutnya  Memerlukan intervensi darurat  Dapat menimbulkan kelelahan, gagal napas, dan kematian
  • 64. STATUS PASCA KEJANG  Tampak rileks  Dapat tetap semi-sadar dan sulit untuk bangun  Dapat terbangun dalam beberapa menit  Tetap mengalami konfusi selama beberapa jam  Koordinasi buruk  Kerusakan ringan pada gerakan motorik halus  Dapat mengalami kesulitan penglihatan dan bicara  Muntah atau mengeluh sakit kepala
  • 65. STATUS PASCA KEJANG  Tidak timbul refleks menelan selama beberapa waktu  Bila ditinggal sendiri, biasanya tidur dalam beberapa jam  Pada saat sadar, biasanya sadar sepenuhnya  Biasanya merasa lelah dan mengeluh sakit otot dan sakit kepala  Tidak ada ingatan mengenai seluruh kejadian
  • 66. TIDAK ADA KEJANG (PETIT MAL/LAPSES)  Kehilangan kesadaran yang singkat  Perubahan yang minimal atau tidak ada pada tonus otot  Bisa saja tidak dikenali karena hanya sedikit perubahan yang terjadi pada perilaku anak  Awitan cepat : tiba-tiba mengalami 20 atau lebih episode kejang setiap hari
  • 67. TIDAK ADA KEJANG (PETIT MAL/LAPSES)  Kejang sering disalahartikan dengan tidak perhatian, mimpi di siang hari, atau gangguan hiperaktivitas kurang perhatian  Serangan dapat dicetuskan oleh hiperventilasi, hipoglikemia, stres (emosional dan psikologis), keletihan, atau kurang tidur
  • 68. MANIFESTASI PETIT MAL  Kehilangan kesadaran singkat  Muncul tanpa peringatan atau aura  Biasanya berakhir sekitar 5 – 10 detik  Kehilangan sedikit tonus otot dapat menyebabkan anak menjatuhkan objek  Mampu mempertahankan kontrol postural; jarang terjatuh
  • 69. MANIFESTASI PETIT MAL  Gerakan minor seperti mengecapkan bibir, kedutan kelopak mata atau wajah, atau gerakan tangan ringan  Tidak disertai inkontinensia  Amnesia terhadap episode  Perlu reorientasi diri pada aktivitas sebelumnya
  • 70. KEJANG ATONIK (SERANGAN DROP)  Awitan biasanya antara usia 2 – 5 tahun  Tiba-tiba, kehilangan tonus otot sementara dan kontrol postur :  Manifestasi : 1. Kehilangan tonus menyebabkan anak jatuh ke lantai dengan keras 2. Tidak dapat mencegah jatuh dengan menyangga tangan 3. Sering terjadi kulai kepala 4. Dapat menimbulkan cedera serius pada wajah, kepala, atau bahu 5. Depat atau tidak dapat mengalami kehilangan kesadaran sementara
  • 71. KEJANG AKINETIK  Gerakan kurang atau tanpa kehilangan tonus otot  Anak kaku pada posisi tertentu dan tidak jatuh  Gangguan atau hilangnya kesadaran
  • 72. KEJANG MIOKLONIK  Dapat diisolasi pada saat dimulainya mioklonus esensial  Dapat terjadi dalam hubungannya dengan bentuk kejang lain  Kontraktur tonik singkat dan tiba-tiba dari otot atau sekelompok otot  Terjadi sekali atau berulang  Tidak ada kehilangan kesadaran atau status pasca- kejang  Mungkin simetrik, mungkin juga tidak simetrik  Dapat dikacaukan dengan refleks kejut yang berlebihan
  • 73. SPASME INFANTIL (MIOKLONUS INFANTIL)  Istilah lain : , spasme masif, hipsaritmia, kejang saalam, jack-knife, sindrom West, spasme mioklonik infantil  Paling umum terjadi antara usia 3 – 12 bulan  Dua kali lebih banyak pada pria dibandingkan wanita  Anak dapat mengalami banyak kejang di siang hari tanpa mengantuk pasca kejang atau tidur  Perhatikan adanya intelegensia normal yang memburuk
  • 74. SPASME INFANTIL (MIOKLONUS INFANTIL)  Kemungkinan serangkaian kontraksi otot tiba-tiba, singkat, dan simetris  Kepala fleksi, lengan ekstensi, dan kaki tertarik ke atas,  Mata berputar ke atas atau ke dalam  Dapat didahului atau diikuti dengan menangis atau merengek  Dapat kehilangan kesadaran, dapat juga tidak  Kadang-kadang terjadi kemerahan di wajah, pucat, atau sianosis
  • 75. SPASME INFANTIL (MIOKLONUS INFANTIL)  Bagi yang mampu duduk tetapi tidak mampu berdiri :  Tiba-tiba menjatuhkan kepala dan lehernya ke depan dengan tubuh fleksi ke depan dan lutut tertarik ke atas pada kejang saalam atau jack-knife  Jarang : terobservasi bentuk klinis yang lain  Spasme ekstensor bukan fleksi lengan, kaki, dan tubuh serta menganggukkan kepala  Serangan cepat melibatkan kontraksi seluruh tubuh yang bersifat tunggal, seperti syok dan sementara.
  • 76. PENGKAJIAN  Awitan :  Waktu awitan  Kejadian pra kejang yang signifikan – sinar terang, bising, kegirangan, emosi berlebihan  Perilaku : perubahan pada ekspresi wajah, seperti rasa takut, menangis atau bunyi lain, gerakan stereotip atau otomatis, aktivitas acak (mengeluyur)  Posisi kepala, tubuh, ekstremitas; postur unilateral atau bilateral dari salah satu atau lebih ekstremitas; deviasi tubuh ke samping
  • 77. PENGKAJIAN  Gerakan :  Perubahan posisi bila ada  Sisi permulaan – tangan, ibu jari, mulut, seluruh tubuh  Fase tonik, bila ada – lama, melibatkan beberapa bagian tubuh  Fase klonik – kedutan atau gerakan menyentak, melibatkan beberapa bagian tubuh, urutan bagian yang terkena, umum, perubahan dalam karakteristik gerakan  Kurang gerakan atau tonus otot pada bagian-bagian tubuh atau seluruh tubuh
  • 78. PENGKAJIAN  Wajah  Perubahan warna – pucat, sianosis, wajah kemerahan  Keringat  Mulut – posisi, menyimpang ke salah satu sisi, gigi mengatup, lidah tergigit, mulut berbusa, flek darah atau perdarahan  Kurang dalam ekspresi
  • 79. PENGKAJIAN  Mata  Posisi – lurus, menyimpang ke atas, menyimpang keluar, konjugasi atau divergen  Pupil (bila mampu untuk mengkaji) – perubahan pada ukuran, kesamaan reaksi terhadap sinar dan akomodasi  Upaya pernapasan  Ada dan lamanya apnea  Adanya stertor (mengorok)  Lain-lain  Berkemih involunter  Defekasi involunter
  • 80. PENGKAJIAN  Observasi pasca-kejang  Masa pasca kejang  Metode terminasi  Status kesadaran – tidak responsif, mengantuk, konfusi  Orientasi terhadap waktu dan orang  Tidur tetapi mampu untuk bangun
  • 81. PENGKAJIAN  Kemampuan motorik  Adanya perubahan pada kekuatan motorik  Kemampuan untuk menggerakkan semua ekstremitas  Adanya paresis atau kelemahan  Kemampuan untuk bersiul (bila sesuai dengan usia)  Bicara – berubah, aneh, jenis dan luasnya kesulitan
  • 82. PENGKAJIAN  Sensasi  Keluhan tidak nyaman atau nyeri  Adanya kerusakan sensori dari pendengaran, penglihatan  Pengumpulan kembali sensasi pra-kejang, peringatan serangan  Kesadaran bahwa serangan sudah mulai terjadi
  • 83. DIAGNOSA KEPERAWATAN  Risiko tinggi cedera b/d tipe kejang  Sasaran pasien 1 : Pasien tidak mengalami kejang  Intervensi keperawatan : 1. Berikan obat antiepilepsi 2. Ajari keluarga dan anak, bila tepat, tentang pemberian obat-obatan 3. Tekankan pentingnya mematuhi program terapeutik 4. Hindari situasi yang diketahui akan mencetuskan kejang (mis, cahaya berkedip-kedip, keletihan)
  • 84. DIAGNOSA KEPERAWATAN  Hasil yang diharapkan : Anak tetap bebas dari aktivitas kejang  Sasaran pasien 2 : Pasien tidak mengalami komplikasi akibat obat-obatan  Intervensi keperawatan : 1. Waspada dan ajari keluarga untuk mengenali reaksi yang tidak sesuai dari obat-obatan 2. Dorong untuk pengkajian fisik dan laboratorium secara periodik 3. Dorong perawatan gigi yang baik selama terapi fenitoin
  • 85. DIAGNOSA KEPERAWATAN 4. Dorong masukan vitamin D dan asam folat yang adekuat selama terapi fenitoin dan fenobarbital 5. Hasil yang diharapkan : Anak dan keluarga mendemonstrasikan pemahaman tentang kemungkinan respons yang tidak baik terhadap obat-obatan dan intervensi yang tepat
  • 86. DIAGNOSA KEPERAWATAN  Sasaran pasien 3 : Pasien tidak mengalami cedera 1. Didik orang tua dan anak mengenai aktivitas yang tepat untuk anak (tergantung dari tipe, frekuensi, dan beratnya kejang) 2. Gali modifikasi atau adaptasi yang tepat pada situasi yang mencetuskan bahaya selama kejang (memanjat pohon, memainkan alat) 3. Dampingi anak selama aktivitas yang diizinkan, seperti berenang, bersepeda.
  • 87. DIAGNOSA KEPERAWATAN 4. Dianjurkan untuk mandi shower atau memberikan pengawasan yang ketat selama mandi 5. Ajarkan guru dan orang lain yang berhubungan dengan anak mengenai bantuan yang tepat selama dan setelah kejang  Hasil yang diharapkan : 1. Anak dan keluarga menyetujui aktivitas atau modifikasi aktivitas yang tepat untuk anak 2. Individu yang berhubungan dengan anak memberikan intervensi yang tepat selama dan setelah kejang.
  • 88. DIAGNOSA KEPERAWATAN  Risiko tinggi cedera, hipoksia, dan aspirasi b/d aktivitas motorik dan hilangnya kesadaran (kejang tonik-klonik)  Sasaran pasien 1 : Pasien tidak mengalami cedera, distres pernapasan, atau aspirasi  Intervensi keperawatan : 1. Hitung lamanya kejang 2. Lindungi anak selama kejang 3. Jangan berusaha merestrain anak atau menggunakan paksaan 4. Bila anak berdiri atau duduk di kursi roda pada awal episode, bantu anak untuk mencapai lantai
  • 89. DIAGNOSA KEPERAWATAN 5. Tempatkan selimut kecil atau tangan anda sendiri di bawah kepala anak 6. Jangan menempatkan apapun di mulut anak, seperti spatel lidah, makanan, atau cairan 7. Lepaskan kacamata 8. Longgarkan pakaian 9. Cegah anak dari membenturkan kepala pada objek keras 10. Singkirkan benda-benda yang dapat menimbulkan bahaya (perabot) 11. Bantali objek seperti keranjang bayi, penghalang tempat tidur, atau kursi roda.
  • 90. DIAGNOSA KEPERAWATAN 12. Pertahankan agar penghalang tempat tidur tetap terpasang ketika anak sedang tidur, istirahat, atau mengalami kejang 13. Biarkan kejang berakhir tanpa pengaruh 14. Bila mungkin posisikan anak dengan kepala pada garis tengah, bukan hiperekstensi 15. Bila anak mulai muntah, miringkan dengan hati- hati
  • 91. DIAGNOSA KEPERAWATAN 16. Lindungi anak setelah kejang (periode pasca- kejang) 17. Pertahankan anak pada posisi miring 18. Hubungi pelayanan medis darurat  Hasil yang diharapkan : Anak tidak menunjukkan tanda-tanda cedera fisik atau mental atau aspirasi
  • 92. DIAGNOSA KEPERAWATAN  Risiko tinggi cedera b/d kerusakan kesadaran dan automatisme (kejang parsial kompleks)  Sasaran pasien 1 : Pasien tidak mengalami cedera dan tetap tenang  Intervensi keperawatan : 1. Hitung lama kejang 2. Lindungi anak selama kejang 3. Jangan merestrein, kecuali anak dalam bahaya 4. Singkirkan bahaya dalam lingkungan 5. Arahkan anak ke area aman, khususnya jauh dari jendela, tangga, alat pemanas, atau sumber air
  • 93. DIAGNOSA KEPERAWATAN 6. Jangan membuat anak teragitasi, bicara dengan suara lembut dan sikap tenang 7. Jangan mengharapkan anak untuk mengikuti instruksi 8. Perhatikan apakah kejang tersebut menyebar menjadi kejang tonik-klonik 9. Lindungi anak setelah kejang (postiktal)
  • 94. DIAGNOSA KEPERAWATAN Periode postiktal : 10. Tetaplah bersama anak dan tenangkan anak sampai ia sadar 11. Hubungi pelayanan medis darurat Hasil yang diharapkan :  Anak tidak mengalami cedera fisik dan tetap tenang
  • 95. DIAGNOSA KEPERAWATAN  Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita penyakit kronis  Sasaran pasien (keluarga) 1 : Pasien (keluarga) mendapat dukungan yang adekuat  Intervensi Keperawatan : 1. Hormati hak-hak orang tua 2. Tunjukkan sikap perhatian yang menghargai pada anak dan keluarga 3. Dukung dan tekankan kekuatan dan kemampuan keluarga 4. Berikan umpan balik dan pujian
  • 96. DIAGNOSA KEPERAWATAN 5. Rujuk pada profesional lain untuk dukungan interpersonal tambahan dan konkrit mis, pely sosial, rohaniawan. Hasil yang diharapkan :  Keluarga menunjukkan perilaku yang menunjukkan perasaan menghargai diri sendiri  Keluarga menggunakan layanan pendukung.
  • 97. TUGAS :  BUAT POWER POINT MASING-MASING (INDIVIDU) YANG BERISI ASKEP PADA ANAK DENGAN :  CEREBRAL PALSY  ENSEFALITIS  TETANUS  ABSES OTAK  POLIOMYELITIS