1. KATA PENGATAR
“Syukur Alhamdulillah” ungkapan yang patutu dipanjatkan kehadirat Allah SWT
atas limpahan rahmat, kasih sayang dan pertolongan – Nya sehingga makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Strok Non Hemoragik” ini dapat terselesaikan sebagaimana yang
diharapkan. Shalawat dan Taslim kepada Rasulullah SAW, keluarga, dan pengikutnya
hingga hari kiamat.
Adalah penting bagi manasiswa memahami serta menginterprestaikan suatu
asuhan keperawatan sehingga nanti dilapangan dalam hal mempraktekan segala tindakan
yang berhubungan dengna penyakit ini dapat melakukannya dengan baik. Oleh karena itu,
penyusun merasa perlu penyajian makalah yang dapat mendukung salah satu indikator
pembelajaran Etika Keperawatan itu sendiri.
Dengan segala kerendahan hati, penyusun menyampaikan bahwa makalah ini
masih banyak kekurang sehingga diperlukan kritik dan saran yang sifatnya membangun
guna penyempurnaan makalah ini. Namun terlepas dari kekurangan yang ada, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para penggunanya “Mahasiswa AKPER PEMKAB
MUNA”.
Raha,
November 2012
Penyusun
ASUHAN KEPERAWATAN “STROK NON HEMORAGI”
1
2. DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR…..…………….............................................................................................................................
DAFTAR ISI……………………………………………………………….............................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………….……………………………..........................................................
B. Tujuan ……………………………….....…………………….........................................................................
C. Rumusan Masalah..................................................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Medis
Defenisi........................................………………………..............................................................................
Etiologi..................…………………….……………….......…………............................................................
Klasifikasi..................................................................................................................................................
Patofisiologi..........................................................…………………………...............................................
Manisfestasi Klinis................................................................................................................................
Pemeriksaan Penunjang......................................................................................................................
Pencegahan...............................................................................................................................................
Pemeriksaan Diagnosik.......................................................................................................................
B. Konsep Asuhan Keperawatan
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………...……………….........................................................................
B. Saran……………………………………………………..................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
ASUHAN KEPERAWATAN “STROK NON HEMORAGI”
2
3. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke dahulu dianggap sebagai penyakit yang tidak dapat diduga yang dapat terjadi
pada siapa saja, dan sekali terjadi tidak ada lagi tindakan efektif yang dapat dilakukan untuk
mengatasinya. Namun, data-data ilmiah terakhir secara meyakinkan telah membuktikan hal
yang sebaliknya. Selama dekade terakhir telah terjadi kemajuan besar dalam pemahaman
mengenai faktor risiko, pencegahan, pengobatan dan rehabilitasi stroke. Kita sekarang
mengetahui bahwa stroke dapat diperkirakan dan dapat dicegah pada hampir 85% orang.
Juga terdapat terapi efektif yang dapat secara substansial memperbaiki hasil akhir stroke.
Pada kenyatannya, sekitar sepertiga pasien stroke sekarang dapat pulih sempurna, dan
proporsi ini dapat meningkat jika pasien selalu mendapat terapi darurat dan rehabilitasi
yang memadai (Feigin, 2006).
Kata ”stroke” sebenarnya merupakan istilah Inggris yang berarti ”pukulan”, tapi
makna kedokterannya ternyata dikenal secara luas di kalangan kedokteran Internasional.
Stroke digunakan untuk menamakan sindrom ”hemiparesis” atau ”hemiparalisis” akibat lesi
vaskuler yang bisa bangkit dalam beberapa detik sampai hari, tergantung pada jenis
penyakit yang menjadi penyebabnya. Di mana daerah otak yang tidak berfungsi lagi, bisa
disebabkan karena secara tiba-tiba tidak menerima jatah darah lagi karena pembuluh
darah yang memperdarahi daerah itu putus atau tersumbat. Penyumbatan itu bisa terjadi
secara mendadak, secara berangsur-angsur ataupun tiba-tiba namun berlangsung hanya
sementara (Mardjono, 1989).
Stroke adalah suatu penyakit gangguan fungsi anatomi otak yang terjadi secara tibatiba dan cepat, disebabkan karena gangguan perdarahan otak. Insiden stroke meningkat
secara eksponensial dengan bertambahnya usia dan 1,25 kali lebih besar pada pria
dibanding wanita.
Kecenderungan pola penyakit neurologi terutama gangguan susunan saraf pusat
tampaknya mengalami peningkatan penyakit akibat gangguan pembuluh darah otak, akibat
kecelakaan serta karena proses degenerative system saraf tampaknya sedang merambah
naik di Indonesia. Walaupun belum didapat data secara konkrit mengenai hal ini.
Faktor penyebab munculnya masalah ini adalah adanya perkembangan ekonomi dan
perubahan gaya hidup terutama msayarakat perkotaan. Kemampuan masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan hidup terlihat semakin mudah sehingga meningkatkan hasratmereka
untuk terus berjuang mencapai tujuan dengan penuh persaingan dalam perjuangan
tersebut, benturan-benturan fisik maupun psikologis tidak pernah dipikirkan efek bagi
kesehatan jangka panjang. Usia harapan hidup di Indonesia kian meningkat sehingga
semakin banyak terdapat lansia. Dengan bertambahnya usia maka permasalahan kesehatan
yang terjadi akan semakin kompleks. Salah satu penyakit yang sering dialami oleh lansia
adalah stroke. Usia merupakan factor resiko yang paling penting bagi semua jenis stroke.
ASUHAN KEPERAWATAN “STROK NON HEMORAGI”
3
4. B. Tujuan
Dapat mengetahui pengertian dari strok non hemoragik
Dapat mengetahui klasifikasi,etilogi,gejala dan tandanya
Dapat mengetahui cara pengobatannya.
Dapat mengaplikasikan ilmunya dengan baik khususnya pada bidang
keperawatan
C. Batasan Masalah
Pengertian Dari Strok non hemoragik
Etiologi Dari Strok non hemoragik
Klasifikasi Dari Strok non hemoragik
Patofisiologi Dari Strok non hemoragik
Manifestasi Klinis Dari Strok non hemoragik
Komplikasi Dari Strok non hemoragik
Pemeriksaan Penunjang Dari Strok non hemoragik
Pencegahan Dari Strok non hemoragik
Penatalaksanaan Dari Strok non hemoragik
ASUHAN KEPERAWATAN “STROK NON HEMORAGI”
4
5. BAB II
TINJAUN TEORITIS
A. Konsep Dasar Medis
Pengertian
Menurut WHO, stroke adalah terjadinya gangguan fungsional otak fokal maupun global
secara mendadak dan akut yang berlangsung lebih dari 24 jam akibat gangguan aliran
darah otak.
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan
oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit
serebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer C. Suzanne, 2002 dalam ekspresikublogspot 2008)
Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun
menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau
berakhir dengan maut, tanpa ditemukannya penyebab selain daripada gangguan vascular,
Stroke non hemoragik atau yang disebut juga strok iskemik didefinisikan, secara
patologis, sebagai kematian jaringan otak karena pasokan darah yang tidak adekuat.
Stroke non hemoragik adalah sindroma klinis yang awalnya timbul mendadak, progresi
cepat berupa deficit neurologis fokal atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau
langsung menimbul kematian yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non
straumatik (Arif Mansjoer, 2000, hlm. 17)
Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli dan
trombosis serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di
pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia
dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. (Arif Muttaqin, 2008, hlm. 130)
Etiologi
Menurut Smeltzer (2001) stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat
kejadian yaitu:
Trombosis serebral
Arteriosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah penyebab utama
trombosis serebral, yang merupakan penyebab paling umum dari stroke. Tanda-tanda
trombosis serebral bervariasi. Sakit kepala adalah awitan yang tidak umum. Beberapa
pasien dapat mengalami pusing, perubahan kognitif, atau kejang, dan beberapa
mengalami awitan yang tidak dapat dibedakan dari haemorrhagi intracerebral atau
embolisme serebral. Secara umum, thrombosis serebral tidak terjadi dengan tiba-tiba,
dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia, atau parestesia pada setengah tubuh
dapat mendahului awitan paralisis berat pada beberapa jam atau hari
ASUHAN KEPERAWATAN “STROK NON HEMORAGI”
5
6. Embolisme serebral
Embolus biasanya menyumbat arteri serebral tengah atau cabang -cabangnya, yang
merusak sirkulasi serebral.
Awitan hemiparesis atau hemiplegia tiba-tiba dengan afasia atau tanpa afasia atau
kehilangan kesadaran pada pasien dengan penyakit jantung atau pulmonal adalah
karakteristik dari embolisme serebral.
Iskemia serebral
Iskemia serebral (insufisiensi suplai darah ke otak) terutama karena konstriksi ateroma
pada arteri yang menyuplai darah ke otak.
Haemorhagi serebral
a) Haemorhagi ekstradural (haemorrhagi epidural) adalah kedaruratan bedah
neuro yang memerlukan perawatan segera. Keadaan ini biasanya mengikuti
fraktur tengkorak dengan robekan arteri tengah arteri meninges lain, dan pasien
harus diatasi dalam beberapa jam cedera untuk mempertahankan hidup.
b) Haemorhagi subdural pada dasarnya sama dengan haemorrhagi epidu ral,
kecuali bahwa hematoma subdural biasanya jembatan vena robek. Karenanya
periode pembentukan hematoma lebih lama dan menyebabkan tekanan pada
otak. Beberapa pasien mungkin mengalami haemorrhagi subdural kronik tanpa
menunjukkan tanda atau gejala.
c) Haemorrhagi subarakhnoid dapat terjadi sebagai akibat trauma atau hipertensi,
tetapi penyebab paling sering adalah kebocoran aneurisme pada area sirkulus
Willisi dan malformasi arteri vena kongenital pada otak.
d) Haemorrhagi intracerebral adalah perdarahan di substansi dalam otak paling
umum pada pasien dengan hipertensi dan aterosklerosis serebral, karena
perubahan degeneratif karena penyakit ini biasanya menyebabkan rupture
pembuluh darah. Biasanya awitan tiba -tiba, dengan sakit kepala berat. Bila
haemorrhagi membesar, makin jelas deficit neurologik yang terjadi dalam bentuk
penurunan kesadaran dan abnormalitas pada tanda vital.
Klasifikasi
Stroke non hemoragik dapat diklasifikasikan berdasarkan perjalanan penyakitnya,
yaitu:
Non Haemorrhagi/Iskemik/Infark
a) Transient Ischemic Attack (TIA)/Serangan Iskemi Sepintas TIA merupakan
tampilan peristiwa berupa episode-episode serangan sesaat dari suatu
disfungsi serebral fokal akibat gangguan vaskuler, dengan lama serangan
sekitar 2 -15 menit sampai paling lama 24 jam.
ASUHAN KEPERAWATAN “STROK NON HEMORAGI”
6
7. b) Defisit Neurologis Iskemik Sepintas/Reversible Ischemic NeurologiDefisit
(RIND) Gejala dan tanda gangguan neurologis setempat yang berlangsung lebih
lama dari 24 jam dan kemudian pulih kembali (dalam jangka waktu kurang dari
tiga minggu).
c) In Evolutional atau Progressing Stroke merupakan Gejala gangguan neurologis
yang progresif dalam waktu enam jam atau lebih. Perkembangan stroke terjadi
perlahan – lahan sampai akut, munculnya gejala makin memburuk
d) Stroke Komplit (Completed Stroke / Permanent Stroke ) merupakan Gejala
gangguan neurologis dengan lesi -lesi yang stabil selama periode waktu 18-24
jam, tanpa adanya progesifitas lanjut. Gangguan neurologist yang timbul
bersifat menetap atau permanent, dari sejak awal serangan dan sedikit tidak
ada perbaikan.
Patofisiologi
Hipertensi kronik menyebabkan pembuluh arteriola mengalami perubahan patologik
pada dinding pembuluh darah tersebut berupa hipohialinosis, nekrosis fibrinoid serta
timbulnya aneurisma tipe Bouchard. Arteriol-arteriol dari cabang-cabang lentikulostriata,
cabang tembus arteriotalamus dan cabang-cabang paramedian arteria vertebro-basilar
mengalami perubahan-perubahan degeneratif yang sama . Kenaikan darah yang “abrupt”
atau kenaikan dalam jumlah yang secara mencolok dapat menginduksi pecahnya pembuluh
darah terutama pada pagi hari dan sore hari. Jika pembuluh darah tersebut pecah, maka
perdarahan dapat berlanjut sampai dengan 6 jam dan jika volumenya besar akan merusak
struktur anatomi otak dan menimbulkan gejala klinik
Jika perdarahan yang timbul kecil ukurannya, maka massa darah hanya dapat merasuk
dan menyela di antara selaput akson massa putih tanpa merusaknya. Pada keadaan ini
absorbsi darah akan diikuti oleh pulihnya fungsi-fungsi neurologi. Sedangkan pada
perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peninggian tekanan intrakranial dan
yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak pada falk serebri atau lewat foramen
magnum. Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak, dan
perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak. Perembesan
darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus,
talamus dan pons. Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relatif
banyak akan mengakibatkan peningian tekanan intrakranial dan menebabkan menurunnya
tekanan perfusi otak serta terganggunya drainase otak.
Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade iskemik akibat menurunnya
tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron di daerah yang terkena darah dan
sekitarnya tertekan lagi. Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis. Apabila volume
darah lebih dari 60 cc maka resiko kematian sebesar 93 % pada perdarahan dalam dan 71
% pada perdarahan lobar.
ASUHAN KEPERAWATAN “STROK NON HEMORAGI”
7
8. Sedangkan bila terjadi perdarahan serebelar dengan volume antara 30-60 cc
diperkirakan kemungkinan kematian sebesar 75 % tetapi volume darah 5 cc dan terdapat
di pons sudah berakibat fatal. (Jusuf Misbach, 1999).
Manifestasi Klinis
Menurut Smeltzer (2001) manifestasi klinis stroke terdiri atas:
Defisit Lapang Penglihatan
a) Homonimus hemianopsia (kehilangan setengah lapang penglihatan), sisi visual
yang terkena berkaitan dengan sisi tubuh yang paralisis yaitu kesulitan menilai
jarak, tidak menyadari orang atau objek ditempat kehilangan penglihatan,
mengabaikan salah satu sisi tubuh.
b) Kehilangan penglihatan perifer, Kesulitan melihat pada malam hari, tidak
menyadari objek atau batas objek.
c) Diplopia (Penglihatan ganda).
Defisit Motorik
Stroke adalah penyakit neuron atas dan mengakibatkan kehilangan kontrol
volunter. Gangguan kontrol volunter pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukan
kerusakan pada neuron atas pada sisi yang belawanan dari otak.
a) Hemiplegi (paralisis pada salah satu sisi tubuh)
b) Hemiparesis yakni Kelemahan wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama.
Paralisis wajah (karena lesi pada hemisfer yang berlawanan).
c) Ataksia yakni Berjalan tidak mantap atau tegak, Tidak mampu menyatukan
kaki, perlu dasar berdiri yang luas.
d) Disartria (kesulitan berbicara) yakni Kesulitan dalam membentuk kata,
ditunjukan dengan bicara yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis
otot yang bertanggung jawab menghasilkan bicara.
e) Disfagia yakni Kesulitan dalam menelan.
Defisit Verbal
Fungsi otak lain yang yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan komunikasi.
Stroke adalah penyebab afasia paling umum. Disfungsi bahasa dan komunikasi
dapat dimanifestasikan oleh hal berikut :
1. Disfasia atau afasia (kehilangan bicara), yang terutama ekspresif atau reseptif :
Disfasia atau afasia (kehilangan bicara), yang terutama ekspresif atau reseptif :
Afasia Ekspresif yakni Tidak mampu membentuk kata yang dapat dipahami,
mungkin mampu bicara dalam respon kata tunggal.
Afasia Reseptif yakni Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan, mampu
bicara tetapi tidak masuk akal.
2. Afasia Global
Kombinasi baik afasia reseptif dan ekspresif.
ASUHAN KEPERAWATAN “STROK NON HEMORAGI”
8
9. 3. Apraksia
Ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya.
4. Defisit Kognitif dan efek psikologis
Pada penderita stroke akan kehilangan memori jangka pendek dan panjang,
penurunan lapang perhatian, kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi ,
alasan abstrak buruk, perubahan penilaian dan kurang motivasi
5. Defisit Emosional
Penderita akan mengalami kehilangan kontrol diri, labilitas emosional,
penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stress, depresi, menarik
diri, rasa takut, bermusuhan dan marah, perasaan isolasi
Defisit sensori, terjadi pada sisi berlawanan dari lesi yaitu kehilangan kemampuan
untuk merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh.
Disfungsi kandung kemih, setelah stroke pasien mungkin mengalami inkontenensia
urinarius karena kerusakan kontrol motorik
Komplikasi
Komplikasi stroke menurut Smeltzer (2002,hal 2131):
Komplikasi Dini (0-48 jam pertama)
a. Edema serebri: defisit neurologis cenderung memberat, dapat mengakibatkan
peningkatan tekanan intrakranial, herniasi, dan akhirnya menimbulkan
kematian.
b. Infark miokard: penyebab kematian mendadak pada stroke stadium awal.
Komplikasi Jangka pendek (1-14 hari pertama)
a. Pneumonia: Akibat immobilisasi lama
b. Infark miokard
c. Emboli paru: Cenderung terjadi 7 -14 hari pasca stroke, seringkali pada saat
penderita mulai mobilisasi.
d. Stroke rekuren: Dapat terjadi pada setiap saat.
Komplikasi Jangka panjang
Stroke rekuren, infark miokard, gangguan vaskular lain: penyakit vaskular perifer.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostic
a. CT scan (Computer Tomografi Scan) : Pembidaian ini memperlihatkan secara
spesifik letak edema, posisi hematoma adanya jaringan otak yang infark atau
iskemia, dan posisinya secara pasti. Hasil pemerikasaan biasanya didapatkan
hiperdens fokal, kadang-kadang pemadatan terlihat di ventrikel, atau menyebar
ke permukaan otak.
ASUHAN KEPERAWATAN “STROK NON HEMORAGI”
9
10. b. MRI (Magnatik Resonan Imaging) untuk menunjukkan area yang mengalami
infark, hemoragik.
c. Angiografi serebral: Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik
seperti perdarahan atau obstruksi arteri.
d. Pemeriksaan foto thorax dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah
terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi
kronis pada penderita stroke
e. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal.
f. Elektro Encephalografi (EEG)
Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak dan mungkin
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
Pemeriksaan laboratorium
a. Fungsi lumbal: Menunjukan adanya tekanan normal dan cairan tidak
mengandung darah atau jernih.
b. Pemeriksaan darah rutin
c. Pemeriksaan kimia darah: pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. (Gula
darah dapat mencapai 250 mg dalam serum dan kemudian berangsur-angsur
turun kembali.)
d. Pemeriksaan darah lengkap : untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.
Pencegahan
Pencegahan stroke yang efektif dengan cara menghindari faktor resikonya, banyak
faktor resiko stroke yang bisa di modifikasi. Sebagian dari pencegahan stroke caranya:
Kontrol tekanan darah. hipertensi merupakan penyebab serangan stroke.
Kurangi atau hentikan merokok. Karena nikotin dapat menempel di pembuluh
darah dan menjadi plak, jika plaknya menumpuk bisa menyumbat pembuluh darah.
Olahraga teratur. Olahraga teratur bisa meningkatkan ketahanan jantung dan
menurunkan berat badan
Perbanyak makan sayur dan buah. Sayur dan buah mengandung banyak antioksidan
yang bisa menangkal radikal bebas, selain itu sayur dan buah rendah kolesterol.
Suplai Vitamin E yang cukup. Para peneliti dari Columbia Presbyterian Medical
Center melaporkan bahwa konsumsi vitamin E tiap hari menurunkan resiko stroke
sampai 50% vitamin E juga menghaluskan kulit.
ASUHAN KEPERAWATAN “STROK NON HEMORAGI”
10
11. Penatalaksanaan
Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai berikut:
1. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan:
Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendir yang
sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.
Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk usaha
memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.
Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter.
Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin
pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
Pengobatan Konservatif
Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan, tetapi
maknanya pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.
Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi
pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
Pengobatan Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral:
Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan membuka
arteri karotis di leher.
Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya paling
dirasakan oleh pasien TIA.
Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut.
Ligasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.
ASUHAN KEPERAWATAN “STROK NON HEMORAGI”
11
12. B. Konsep Asuhan Keperawatan
Contoh Kasus
PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
Nama
: Tn J.W
Umur
: 60 Tahun
Kelamin
: Laki-laki
Status
: Kawin
Pendidikan Terakhir
: SMA
Pekerjaan
: Swasta
Agama
: Kristen Protestan
Suku/Bangsa
: Minahasa/Indonesia
Alamat
: Jln. Abdul Kudus
Tgl. MRS
: 05 Agustus 2012
Tgl. Pengkajian
: 12 Agustus 20012
B. Identitas Penanggung Jawab
Nama
Umur
: 38 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: IRT
Alamat
: jl. Abdul Kudus
Hubungan dengan klien
I.
: Ny. M.W
: Anak
RIWAYAT KESEHATAN
Keluhan utama
Tangan kiri dan kaki kiri lemah, lidah kaku
Riwayat penyakit sekarang
Tangan kiri dan kaki kiri lemah dan sulit untuk digerakan. Yang dirasakan penderita
kurang lebih 3 jam sebelum masuk rumah sakit dan juga lidah terasa kaku, sulit
untuk berbicara dan mulut moncong baru pertama kali dirasakan oleh penderita dan
bibir miring ke kiri, kejang tidak ada, pusing tidak ada, sakit kepala tidak ada. Oleh
keluarga, penderita di bawah ke RSUD Kab .Muna
Riwayat penyakit dahulu
Penderita pernah mengalami penyakit hipertensi kurang lebih 6 tahun yang lalu,
obat terkontrol.
ASUHAN KEPERAWATAN “STROK NON HEMORAGI”
12
13. Riwayat penyakit keluarga
Berdasarkan pengkajian, dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit stroke
dan hipertensi.
Keluhan saat pendataan
Saat pendataan, penderita mengeluh tangan kiri dan kaki kiri masih lemah, sulit
untuk digerakan, sulit untuk berbicara dengan jelas, pasien nampak cemas.
II. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
1. Nutrisi / cairan
Sebelum sakit
: Makan
; frekuensi 3x /hari, jenis : nasi, ikan, buah,
nafsu makan baik
Minum
; 5-6 gelas/hari kurang lebih 1000 ml, jenis :
air putih, kopi, teh.
Saat kaji
: Makan
; frekuensi 3x /hari, jenis : nasi, ikan, sayur,
buah atau bubur, nafsu makan baik, porsi
makan yang disajikan dapat dihabiskan.
Minum
; 5-6 gelas/hari kurang lebih 1000 ml, jenis :
air putih.
2. Istirahat dan tidur
Sebelum sakit
: Tidur Malam
Tidur Siang
Saat kaji
: Tidur Malam
Tidur siang
; 7-8 jam (jam 21.00-06.00)
; 1-2 jam
; 6-7 jam, tidak ada gangguan tidur.
; ½ - 1 jam.
3. Eliminasi
Sebelum sakit
: BAB
; 1x /hari, konsistensi lembek, warna
kuning kecoklatan.
BAK
; 4-5x /hari, warna kuning, jernih, bau khas
amoniak.
Saat kaji
: BAB
; 1x /hari, konsistensi lembek, warna
kuning, bau khas.
BAK
; 3-4x /hari, warna kuning jernih, bau khas
amoniak, volume kurang lebih 200 cc tiap
kali BAK.
ASUHAN KEPERAWATAN “STROK NON HEMORAGI”
13
14. 4. Personal hygiene
Sebelum sakit
: Mandi 1-2x /hari, sikat gigi, cuci rambut, ganti baju sesuai
kebutuhan.
Saat kaji
: Pasien hanya di lap dengan kain basah dan ganti baju
dibantu oleh perawat dan keluarga.
5. Aktivitas dan olahraga
Sebelum sakit
: Di rumah pasien tidak mengalami gangguan aktivitas dan
bekerja dengan baik.
Saat kaji
: Aktivitas pasien terbatas, pasien merasa lemah saat akan
beraktivitas.
6. Ketergantungan
Merokok
Alkohol
: Kadang-kadang
Obat-obatan
III.
: Pasien merokok 3-4 batang / hari
: Obat darah tinggi (Captopril)
PEMERIKSAAN FISIK
Penampilan Umum
Keadaan umum
: Pasien tampak lemah.
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda-tanda vital
Tekanan Darah
: 130/80 mmHg
Nadi
: 88 x/m
Respirasi
: 22 x/m
Suhu Badan
: 36,8 0C
Kulit
: Warna kulit albino, lembab, teraba hangat, turgor kulit baik
tidak adanya lesi.
Kepala
Inspeksi
: Bentuk kepala bulat, simetris, warna rambut kuning
keemasan bersih dan terpelihara.
Palpasi
: Kulit kepala licin, tidak ada nyeri tekan dan tidak ada lesi
kulit.
ASUHAN KEPERAWATAN “STROK NON HEMORAGI”
14
15. Mata
: Simetrsi kiri dan kanan, konjungtiva tidak anemis, sclera
Tidak icterus, tidak terdapat secret, tidak menggunakan alat
Bantu
penglihatan.
Telinga
: Bentuk simetris, pendengaran baik, tidak ada serumen.
Hidung
: Mukosa hidung baik, warna merah muda, tidak ada nyeri
tekan daerah sinus.
Mulut
: Bibir agak miring ke kiri, mukosa oral warna merah muda,
kemampuan berbicara terganggu, kata-kata yang diucapkan
oleh pasien kurang jelas.
Leher
: Tidak terdapat pembengkakan kelenjar getah bening, vena
jugularis tidak ada kelainan.
Dada
Inspeksi
: Pernapasan tenang, bentuk toraks sedikit cembung, gerakan
Toraks simetris, saat bernapas usaha minimal.
Palpasi
: Trakea terletak digaris tengah, tidak ada nyeri tekan pada
toraks, tidak teraba massa.
Perkusi
: Resonansi (intensitas keras, nada rendah, durasi panjang).
Auskultasi
: Suara normal.
Jantung
Inspeksi
: Tampak denyutan apeks jantung, sternum dan iga tidak
terangkat.
Palpasi
: Tidak teraba pukulan jantung atau getaran “vibrasi” denyut
apeks teraba.
Perkusi
: Dari batas resonansi paru sampai jantung terdengar suara
redup pada garis midklavikular.
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
: Ritme reguler, bunyi S1-S2 normal, irama teratur.
:
: Umbilikus terletak di garis tengah, sedikit di bawah pusat
abdomen, menonjol keluar. Bentuk simetris agak cembung,
tidak terlihat massa.
ASUHAN KEPERAWATAN “STROK NON HEMORAGI”
15
16. Palpasi
: Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, denyutan nada aorta
abdominal teraba, di daerah abdomen atas.
Perkusi
: Tidak ada acites.
Auskultasi
: Tidak ada bising usus.
Genetalia
: Bersih, tidak ada kelainan
Anus
: Tidak ada kelainan
Ekstremitas
: Ekstremitas atas
Tangan kiri lemah, sulit untuk digerakan, pada tangan kanan
terpasang Infus RL 20 tetes/menit.
Ekstermitas bawah
Kaki kiri lemah dan sulit untuk digerakan, akral hangat.
IV. DATA SOSIAL
Hubungan dengan lingkungan keluarga dan orang lain baik, tidak ada masalah.
Peran dalam keluarga sebagai kepala keluarga.
Individu pendukung lain : istri dan anak-anak
Bahasa yang digunakan sehari-hari : bahasa Melayu Manado atau bahasa
Indonesia.
V. DATA PSIKOLOGIS
Status emosional
: Pasien adalah orang yang dapat mengendalikan
emosinya.
Perilaku koping
: Pasien biasanya mendiskusikan masalahnya dengan
istrinya.
Saat pengkajian
: Pasien kooperatif, pasien menerima setiap tindakan yang
diberikan, dan mau menjawab setiap pertanyaan yang
diberikan, meskipun terkadang apa yang diucapkan
pasien kurang jelas.
VI. DATA SPIRITUAL
Agama
: Pasien menganut agama Kristen Protestan.
Keyakinan
: Pasien yakin dengan agama yang
dianutnya.
Ketaatan beribadah
: Pasien aktif dalam kegiatan ibadah kolom
dan ibadah pada hari Minggu.
ASUHAN KEPERAWATAN “STROK NON HEMORAGI”
16
17. Keyakinan tentang penyakit
: Pasien yakin bahwa penyakit adalah
gangguan kesehatan.
Keyakinan tentang penyembuhan
: Pasien yakin bahwa kesembuhan berasal
dari Tuhan.
VII. DATA PENUNJANG
Diagnosa medik
: Stroke Non Hemoragik
Terapi medik
: Infus RL 20 tetes/menit
Neurotam 4 x 3 gram/IV
Brainact 1 x 500 mg / IV
Ranitidin 2 x 1 ampul/IV
PENGELOMPOKKAN DATA
Data Subjektif :
-
Pasien mengeluh tangan kiri dan kaki kiri lemah serta sulit digerakan.
-
Pasien mengeluh sulit untuk berbicara.
-
Pasien mengeluh lemah untuk beraktivitas.
-
Pasien mengatakan lidah kaku.
Data Objektif :
-
Keadaan umum lemah
-
Kemampuan berbicara pasien terganggu, kata-kata yang diucapkan kurang jelas.
-
Tangan kiri dan kaki kiri lemah.
-
Terpasang Infus RL 20 tetes/m pada tangan kiri.
-
Tanda-tanda Vital :
TD
N
: 88 x/m
R
: 22 x/m
SB
-
: 130/80 mmHg
: 36,8 0C
Kebutuhan ADL (makan, minum, BAK/BAB, mandi, ganti pakaian) dibantu oleh perawat
dan keluarga.
ASUHAN KEPERAWATAN “STROK NON HEMORAGI”
17
18. ANALISIS DATA
DATA
PENYEBAB
Interupsi aliran darah ke
Data Subjektif :
Pasien mengeluh tangan kiri
MASALAH
Kerusakan mobilitas
otak
fisik
dan kaki kiri lemah, sulit untuk
digerakan.
Gangguan/kerusakan
neuromuskuler
Data Objektif :
- Tangan kiri dan kaki kiri
lemah.
Kelemahan/kelumpuhan
sebagian atau seluruh
anggota badan
Data Subjektif :
Emboli vaskuler serebri
- Pasien mengeluh sulit untuk
berbicara
Gangguan komunikasi
Kerusakan traktus
- Pasien mengatakan lidah kaku
verbal
kortikospinalis
Gangguan fungsi nervus VII
Data Objektif :
- Kemampuan berbicara pasien
dan nervus vagus
terganggu
- Kata-kata
yang
diucapkan
Afasia
kurang jelas.
ASUHAN KEPERAWATAN “STROK NON HEMORAGI”
18
19. DATA
PENYEBAB
Pemasangan alat infasif
Data Subjektif :
MASALAH
Gangguan pemenuhan
ADL
- Pasien mengeluh tangan kiri
dan kaki kiri masih lemah
- Pasien mengeluh lemah untuk
beraktivitas.
Keterbatasn aktivitas
Data Objektif :
- Kebutuhan
minum,
ADL
(makan,
BAB/BAK,
mandi,
ganti pakaian) dibantu oleh
perawat dan keluarga.
- Terpasang
Infus
RL
20
Kelemahan/kelumpuhan sebagian badan
tetes/m pada tangan kiri
TD
: 130/80 mmHg
N
: 88 x/m
R
: 22 x/m
Ketidakmampuan
melakukan aktivitas
SB
: 36,8
0C
Pemenuhan ADL terganggu
ASUHAN KEPERAWATAN “STROK NON HEMORAGI”
19