1. Diterjemahkan oleh Bagus Utomo
Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia
Mendengarkan dengan empati(Empathic
Listening)
2. Bagi keluarga ODGJ segeralah bawa keluarganya yang mengalami
gangguan jiwa sedini mungkin, jangan sampai terlambat. Kenapa?
Sebab kalau sudah terlambat, gangguan yg dialami sudah makin
berat.
Kemudian energi, keuangan, waktu kita terbuang, dan kita
seringkali merasa malu dengan stigma yg kita terima dari
masyarakat atau self stigma yg kita alami sendiri.
3. Ketika kita sudah lelah, sulit bagi kita untuk bisa menjadi pendengar
yang baik bagi ODGJ yg kita dampingi. Bawaannya akan kesal terus.
Tapi kalau sedini mungkin kita bawa berobat, kita masih diliputi
kepedulian dan punya banyak energi untuk mendengarkan dan
menggali apa yg sesungguhnya dialami atau dipikirkan orang yang kita
dampingi. Kita bisa lebih mudah berempati terhadap penderitaannya.
Di sisi lain dengan menjalani pengobatan, gejala yang dialami juga
dapat mereda dan ia lebih mampu mengungkapkan perasaan dan
pikirannya, serta menerima pembicaraan orang lain.
4. Dengan menjadi pendengar yg empatik, kita dapat memenangkan
kepercayaan darinya. Karena kita telah berusaha menempatkan
kita pada posisi yang ia alami. Sehingga di kemudian hari bisa
bekerjasama dengan baik bersama psikiater untuk membantu
pemulihan.
5. Saya akan menuliskan tips yg saya ambil dari website
CrisisIntervention.com. Kreatiflah dalam menerapkan tips ini baik
strateginya maupun momennya dan kondisi ODGJnya.
6.
Ini sungguh tidak mudah, namun melupakan sejenak pendapat
pribadimu atas orang yg kamu dengarkan dapat membebaskan
dirimu untuk lebih fokus pada sudut pandang orang tersebut.
Menerima sudut pandang dan emosi seseorang akan
membantumu menolong mereka. Hal ini tidak berarti kamu setuju
semua hal yang dikatakannya; tujuan dari sikap ini adalah hanya
untuk menunjukkan bahwa kamu eduli padanya bahwa mereka
layak didengarkan. Bahwa ia penting.
1. Tidak menghakimi
7. Abaikan gangguan/distraksi. Pastikan waktumu saat ini
sepenuhnya didedikasikan untuk mendengar apa yang dia
ungkapkan, dan pastikan bahwa tidak ada komputer, handphone
atau benda lain diantara dirimu dan dirinya. Berikan fokus
sepenuhnya dan tunjukkan respek/sikap menghargai, dan
biasanya seseorang akan lebih bersikap tenang bila ia tau bahwa
dirinya merasa dihargai.
2. Pusatkan perhatianmu
8. Cermati kata demi kata atau lihat dalam pandangan kontekstual
yang lebih luas dari orang itu dalam situasi spesifik. Perjatikan
nada biscara, bahasa tubuh, dan petunjuk lainnya dibalik kata-kata
yang diucapkan untuk dapat melihat ke nilai perasaan di
dalamnya. Kim Warchol menggambarkan Empathic Listening
dengan mengatakan, “Dengar dengan kuping, mata dan hatimu.”
3. Dengarkan dengan cermat (pada perasaan dan
fakta-fakta)
9. Pikirkan baik-baik sikap tubuhmu dan pesan non verbal lainnya.
Bumbui dengan bahasa tubuh yang menunjukkan dukungan
melalui kontak mata, anggukan, dan sinyal lain yang layak untuk
menunjukkan perhatianmu pada apa yang ia ucapkan tanpa ada
jeda yang berarti.
4. Tunjukkan bahwa kamu mendengarkan dengan
penuh perhatian
10. Kadang yang dibutuhkan seseorang adalah untuk didengarkan
atau dia hanya ingin ditemani, bahwa kamu tetap
mendampinginya. Perhatikan baik-baik pada konteks dan kualitas
sikap diamnya sebelum kamu memberikan respon. Orang tersebut
mungkin sedang memikirkan apa yang akan dibicarakan
berikutnya atau butuh diam sejenak beberapa waktu untuk
menguasai emosinya.
5. Jangan takut pada diam
11. Ketika kamu berbicara, kutip kata-kata orang yang kamu
dengarkan, ajukan pertanyaan, dan buat komentar klarifikasi bila
diperlukan. Jaga terus prinsip menghargai dan tidak menghakimi,
berikan wkatu yang cukup bagi orang itu untuk merespon. Ingat,
tidak ada skrip skenario untuk melakukan mendengarkan dengan
empati (Empathic Listening). Respon lah berdasarkan orang itu,
situasinya dan momennya.
6. Beri penekanan ulang dan gunakan parafrase
12. Tanyakan kembali pada orang itu bila ia masih ada pertanyaan,
komentar atau hal yang masih ingin diceritakan. Bila perlu
sediakan waktu di lain kesempatan bila ia masih membutuhkan
untuk didengarkan.
7. Tindak lanjut
13. Kegunaan empatik listening ini antara lain untuk mengedukasi
kepatuhan minum obat. Kenapa ODS tidak mau minum obat.
Misalnya karena ia tidak merasa sakit. Dengarkan alasan2nya
kemudian jelaskan bagaimana gangguan fungsi otak yang
dialaminya dan bagaimana obat bekerja. Atau untuk berbagai hal
lainnya dalam dinamika pendampingan sehari-hari.
14. Teknik Empathic Listening ini yang dipromosikan oleh Xavier
Amador, seorang Psikolog klinis yang kakaknya penderita
skizofrenia dan bertahun-tahun sulit diyakinkan minum obat.
Sehingga berkali-kali kambuh dan berurusan dengan polisi. Ia
seringkali putus asa dan marah besar pada kakaknya.
Hingga suatu saat ia berusaha menerapkan Empathic Listening
dan berhasil. Xavier Amador kemudian mendirikan LEAP Institut
yang kepanjangannya adalah Listen–Empathize–Agree–Partner.
Dengarkan - Berempati - Sepakat - Bermitra.
16. Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia
Jl. Jatinegara Timur 99 Balimester, Kampung Melayu
Jakarta Timur, Indonesia
6221 8579618
info.kpsi@gmail.com
Twitter @kpsi_pusat
http://www.skizofrenia.org
Terima kasih