SlideShare a Scribd company logo
1 of 43
PROTEKSI SISTEM DISTRIBUSI
Sistem Distribusi
Secara garis besar pengusahaan Sistem Tenaga
Listrik dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu
Sistem Pembangkitan, Sistem Penyaluran
(Transmisi & Gardu Induk), dan Sistem Distribusi.
Dengan demikian Sistem Distribusi merupakan
bagian akhir dari rangkaian komponen pada sistem
tenaga listrik (Gambar 2-1).
Gambar 2-1 : Sistem Tenaga Listrik
Sistem Distribusi merupakan rangkaian komponen
listrik mulai dari sisi sekunder trafo gardu induk (sisi
tegangan Menengah) hingga sisi tegangan rendah
di pelanggan/ konsumen (gambar 2-2).
Gambar 2-1 : Sistem Tenaga Listrik
Jaringan Tegangan Menengah (JTM)




Gardu Induk
                                            Sekering T.M.


                                           Trafo Distribusi




                                                              Rel T.R.

                                                              Sekering T.R.
                                                              Jaringan Tegangan Rendah (JTR)
                Gardu Distribusi                                                               Tiang
                                    Sambungan Rumah




                                                                                               Pelanggan




              Gambar 2-2 : Sistem Distribusi
Sesuai dengan gambar 2-2 maka bagian-bagian utama sistem
distribusi adalah :

         Jaringan Tegangan Menengah (JTM 20 KV)
         Gardu Hubung
         Gardu Distribusi (Trafo)
         Jaringan Tegangan Rendah (JTR 220/380 V)

Selanjutnya berdasarkan konfigurasinya, jaringan distribusi tegangan
menengah dibedakan dalam tiga macam, yaitu:
Gambar 2-3 : Jaringan Distribusi Radial
         1. Sistem Radial.


                                   GI




                        Gambar 2-3 : Jaringan Distribusi Radial
2. Sistem Loop

                      GI




                 Gambar 2-4: Jaringan Distribusi Loop
3. Sistem Spindle.




                                                                Gardu hubung
    Gardu induk




                                Saluran cadangan




                                         Gardu distribusi


                     Gambar 2-5 : Jaringan Distribusi Spindle
2.2. Pengaman sistem distribusi

   2.2.1. Pentanahan Sistem Distribusi

   Ada empat pola pengaman sistem distribusi yang telah diterapkan di
    lingkungan PLN. Perbedaan pola-pola tersebut didasarkan atas jenis
    pentanahan sistem (pentanahan titik netral trafonya). Pada dasarnya
    ada 4 macam macam pentanahan titik netral trafo yang dapat
    dijelaskan sebagai berikut :

   Pentanahan dengan Tahanan Tinggi (High Resistance),
    mengutamakan keselamatan umum, sehingga meskipun dengan
    saluran udara masih layak memasuki daerah perkotaan.

   Pentanahan Langsung (Solid Grounding) yaitu sistem distribusi
    dengan pentanahan secara langsung, mengutamakan faktor ekonomi,
    sehingga dengan saluran udara elektrifikasi dapat dilaksanakan di luar
    kota sampai ke daerah yang terpencil.
   Pentanahan dengan Tahanan Rendah (Low Resistance),
    dimaksudkan untuk memperoleh hasil optimum dari kombinasi
    antara faktor ekonomi dan keselamatan umum, dan jaringan
    dapat mempergunakan saluran udara bagi daerah luar kota
    maupun kabel bagi daerah padat dalam kota.

   Pentanahan Mengambang / tidak ditanahkan /Floating, untuk saat
    ini sudah tidak digunakan di PLN karena ketika terjadi gangguan
    tanah arus gangguan terlalu kecil sehingga tidak terdeteksi oleh
    relai proteksi.
Pola Pengaman Sistem Distribusi

    Pola I , untuk sistem distribusi dengan pentanahan
    tahanan tinggi :
   Sistem distribusi 20 KV fasa tiga , 3 kawat dengan
    pentanahan Netral melalui tahanan tinggi 500 ohm.
   Karena tahanannya tinggi, maka arus gangguannya
    rendah.
   Diperlukan rele yang sensitif untuk dapat
    mendeteksi arus gangguan yang kecil.
   Pola ini diterapkan di Jawa Timur.
Proteksi terpasang:

   PMT dipasang di pangkal penyulang (feeder) dilengkapi dengan :


     - OCR untuk membebaskan gangguan antar fasa.
    - Directional Ground Fault Relay (DGFR) untuk
      membebaskan gangguan fasa-tanah.

   PBO dikoordinasikan dengan SSO dan Pengaman Lebur (PL)
    jenis Fuse Cut Out (FCO).
PMT                    PBO           SSO

                                           SSO
                                PL                     PL
OCR
GFR


      Gambar 2-6 : Pengaman Sistem Distribusi Pola I
Pola II , untuk sistem distribusi dengan
    Pentanahan Langsung :
   Sistem distribusi 20 KV fasa tiga , 4 kawat dengan
    pentanahan Netral secara langsung.
   Kawat Netral ditanahkan di setiap tiang sepanjang
    JTM dan JTR, dipergunakan sebagai netral
    bersama TM & TR (Common Neutral).
   Karena tahanannya sangat kecil, maka arus
    gangguannya besar, sehingga diperlukan rele yang
    dapat bekerja dengan cepat.
   Pola ini diterapkan di Jawa Tengah dan DIY.
R


                                                 S

                                                 N




                                                 T


Gambar 2-7 : Pentanahan Langsung pada Sistem Distribusi
Proteksi terpasang :

   PMT dipasang di pangkal penyulang (feeder) dilengkapi dengan :

       OCR untuk membebaskan gangguan antar fasa.
       GFR untuk membebaskan gangguan fasa-tanah.

   PBO dikoordinasikan dengan SSO dan Pengaman Lebur (PL)
    jenis FCO
PMT    PBO        SSO

                                          SSO
                               PL               PL
   Y              OCR
                  GFR




Solid Grounding




   Gambar 2-8 : Pengaman Sistem Distribusi Pola II
Pola III, untuk sistem distribusi dengan
    Pentanahan Tahanan Rendah
   Sistem distribusi 20 KV fasa tiga , 3 kawat dengan
    pentanahan Netral melalui tahanan rendah 40 ohm
    untuk SUTM atau 12 Ohm untuk SKTM.
   Pola ini diterapkan di Jawa Barat, DKI dan Luar
    Jawa.
   Karena tahanannya relatif rendah, maka arus
    gangguannya relatif tinggi, sehingga diperlukan rele
    yang dapat bekerja dengan cepat.
Proteksi terpasang:

   PMT dipasang di pangkal penyulang (feeder)
    dilengkapi dengan :
     OCR untuk membebaskan gangguan antar fasa.

     GFR untuk membebaskan gangguan fasa-tanah.

   PBO dikoordinasikan dengan SSO dan Pengaman
    Lebur (PL) jenis Fuse Cut Out (FCO).
   Pada sistem Spindle dengan saluran kabel,
    pengamannya dengan rele arus lebih tanpa penutup
    balik (atau di blok) dan atau pelebur.
PMT               PBO         SSO

                                                    SSO
         Y
                                         PL               PL
 NGR
40 Ohm
               OCR
               GFR


             Gambar 2-9 : Pengaman Sistem Distribusi Pola III
   Pola IV , untuk sistem distribusi dengan
    Pentanahan Mengambang
   Sistem distribusi 6 KV fasa tiga , 3 kawat dengan
    pentanahan mengambang atau netral tidak
    ditanahkan (Floating).
   Pola ini pernah ada dan terakhir diterapkan di
    Sulawesi dan Sumatera Selatan/ Jambi. Karena
    sistem 6 KV telah diganti menjadi 20 KV, maka pola
    IV ini sudah tidak dikembangkan lagi.
Fuse / pengaman lebur.
   Fuse atau Pengaman Lebur (PL) berfungsi sebagai
    pengaman pada sistem distribusi terhadap arus
    gangguan yang terjadi pada jaringan distribusi atau
    trafo distribusi.
   Letak pemasangan Fuse / Pengaman Lebur :
   Percabangan JTM / Branch Line
   Sisi primer trafo pada Gardu Distribusi Tiang /
    Tembok.
    Prinsip Kerja Pengaman Lebur
   Jika arus yang melewati Pengaman Lebur melebihi
    nilai arus rating nominal dari Pengaman Lebur maka
    elemen lebur akan panas dan terus meningkat jika
    telah mencapai titik leburnya maka elemen akan
    melebur.
Konstruksi Pengaman Lebur
   Pengaman Lebur yang banyak digunakan
    pada jaringan distribusi adalah jenis letupan
    dengan konstruksi type Fuse Cut Out (FCO),
    seperti gambar 2-10.
   Fuse tersebut tidak dilengkapi dengan alat
    peredam busur api, sehingga bila digunakan
    untuk daya yang besar maka fuse tidak
    mampu meredam busur api yang timbul pada
    saat terjadi gangguan akibatnya timbul
    ledakan. Karena itu fuse ini dikategorikan
    sebagai pengaman jenis letupan.
Karakteristik Fuse / Pengaman Lebur
   Ada dua tipe Karakteristik fuse yang banyak
    digunakan yaitu :
   Fuse Link tipe pemutusan cepat ( K )
   Fuse Link tipe pemutusan lambat ( T ).
   Perbedaan antara kedua tipe ini terletak pada
    kecepatan pemutusannya. Gambar 2-11.a
    dan 2-11.b menunjukkan contoh karakteristik
    fuse.
Gambar 2-10 : Konstruksi Fuse Cut Out
Gambar 2-11 a : Karakteristik Fuse Link Tipe K.
Gambar 2-11 b : Karakteristik Fuse Link Tipe T.
TERIMA KASIH
SELAMAT BEKERJA
PBO dan SSO
    Penutup balik otomatis (PBO)
   PBO (Recloser) adalah PMT yang dilengkapi dengan peralatan
    kontrol dan relai penutup balik. Relai penutup balik adalah relai
    yang dapat mendeteksi arus gangguan dan memerintahkan PMT
    membuka (trip) dan menutup kembali. PBO dipasang pada
    SUTM yang sering mengalami gangguan hubung singkat fasa ke
    tanah yang bersifat temporer. Fungsi PBO adalah :
   Menormalkan kembali SUTM yang trip akibat gangguan
    temporer.
   Pengaman seksi pada SUTM agar dapat melokalisir daerah
    yang terganggu.
   Jenis-jenis Reclosing relay.
   Berdasarkan tipe perintahnya, reclosing relay
    dibedakan dalam dua jenis, yaitu :
   1. Single-shot Reclosing Relay
   Relai hanya dapat memberikan perintah reclosing
    ke PMT satu kali dan baru dapat melakukan
    reclosing setelah blocking time terakhir.
   Bila terjadi gangguan pada periode blocking time,
    PMT trip dan tidak bisa reclose lagi (lock –
    out ).CloseTripDead TimeBloking TimeWaktu
    Relai Lock Out
Waktu Relai


Close




                                                   Look Out
                      Bloking Time
 Trip



          Dead Time




        Gambar 2-15 : Single shot reclosing relay
   Multi Shot Reclosing Relay.
   Relai ini dapat memberikan perintah reclosing ke
    PMT lebih dari satu kali. Dead time antar reclosing
    dapat diatur sama atau berbeda..
   Bila terjadi gangguan , relai OCR/GFR memberikan
    perintah trip ke PMT. Pada saat yang sama juga
    mengerjakan (mengenergizing) Reclosing relay.
   Setelah dead time t 1 yang sangat pendek ( kurang
    dari 0,6 detik), relai memberi perintah reclose ke
    PMT .
   Jika gangguan masih ada , PMT akan trip kembali
    dan reclosing relai akan melakukan reclose yang
    kedua setelah dead time t 2 yang cukup lama
    (antara 15- 60 detik).
   Jika gangguan masih ada, maka PMT akan trip
    kembali dan reclosing relai akan melakukan reclose
    yang ke tiga setelah dead time t 3 .
   Bila gangguannya juga masih ada dalam periode
    blocking tR, maka PMT akan trip dan lock out.
    Penggunaan multi shot reclosing harus disesuaikan
    dengan siklus kerja (duty cycle) dari PMT.
Gambar 2-16 : Diagram waktu kerja Multi Shot Reclosing Relai


Keterangan gambar : t1 = dead time dari reclosing pertama
               t2         = dead time dari reclosing kedua
                t3        = dead time dari reclosing ketiga
                tR 1 = blocking time dari reclosing pertama
                 tR 2 = blocking time dari reclosing kedua
                 tR 3 = blocking time dari reclosing ketiga
   Sifat-sifat PBO
   PBO mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
   Operasi cepat (fast tripping): untuk antisipasi
    gangguan temporer.
   Operasi lambat (delayed tripping) : untuk koordinasi
    dengan pengaman di hilir.
   Bila gangguan telah hilang pada operasi cepat
    maka PBO akan reset kembali ke status awal. Bila
    muncul gangguan setelah waktu reset, PBO mulai
    menghitung dari awal.
   Repetitive : reset otomatis setelah recloser success.
   Non repetitive : memerlukan reset manual
    (bila terjadi gangguan permanen dan bila
    gangguan sudah dibebaskan).
   PBO atau Recloser adalah relai arus lebih
    sehingga karakteristik PBO dan OCR adalah
    sama (lihat karakteristik OCR).
Saklar seksi otomatis (SSO)
   Pengertian dan Fungsi SSO
   SSO atau Auto Seksionalizer adalah saklar yang
    dilengkapi dengan kontrol elektronik/ mekanik yang
    digunakan sebagai pengaman seksi Jaringan
    Tegangan Menengah.
   SSO sebagai alat pemutus rangkaian/beban untuk
    memisah-misahkan saluran utama dalam beberapa
    seksi, agar pada keadaan gangguan permanen,
    luas daerah (jaringan) yang harus dibebaskan di
    sekitar lokasi gangguan sekecil mungkin.
   Bila tidak ada PBO atau relai recloser di sisi sumber
    maka SSO tidak berfungsi otomatis (sebagai saklar
    biasa).
Klasifikasi SSO
   Penginderaan : berdasarkan tegangan (AVS)
    atau berdasarkan Arus (Sectionalizer).
   Media Pemutus : Minyak, Vacum, Gas SF6.
   Kontrol : Hidraulik atau Elektronik
   Phase : Fasa tunggal atau Fasa tiga
Prinsip Kerja SSO
   SSO bekerjanya dokoordinasikan dengan pengaman di sisi
    sumber (relai recloser atau PBO) untuk mengisolir secara
    otomatis seksi SUTM yang terganggu.
   SSO pada pola ini membuka pada saat rangkaian tidak ada
    tegangan tetapi dalam keadaan bertegangan harus mampu
    menutup rangkaian dalam keadaan hubung singkat.
   SSO ini dapat juga dipakai untuk membuka dan menutup
    rangkaian berbeban. Saklar ini bekerja atas dasar penginderaan
    tegangan.
   SSO dilengkapi dengan alat pengatur dan trafo tegangan
    sebagai sumber tenaga penggerak dan pengindera.
   Prinsip kerja SSO dengan sensor tegangan dijelaskan pada AVS
    di bawah.
   Prinsip Kerja AVS
    Gambar 2-17 di bawah sebagai ilustrasi
    Sistem Distribusi yang terbagi dalam 3 seksi
    dengan pengaman penyulang sebuah PMT
    dan dua buah AVS.
Gambar 2-17: Sistem Pengaman JTM dengan PMT dan AVS
Prinsip operasi AVS :
    Dalam hal terjadi gangguan pada seksi III maka PMT penyulang trip,
      tegangan hilang. Setelah t3, semua AVS trip.
    PMT masuk kembali (reclose pertama), seksi I bertegangan.
    Setelah t1 menerima tegangan, AVS1 masuk, seksi II bertegangan.
    Setelah t2 menerima tegangan, AVS2 masuk, seksi III bertegangan.
    Apabila gangguan masih ada maka PMT trip kembali, AVS1 dan AVS2
      lepas setelah t3.
    PMT reclose yang kedua. AVS1 masuk setelah t1 sedangkan AVS2
      sudah lock-out (karena pada saat masuk pertama AVS2 hanya
      merasakan tegangan sebentar atau lebih kecil dari t2, sehingga
      menyimpulkan gangguan ada pada seksi berikutnya atau seksi III).
TERIMA KASIH SELAMAT
      BEKERJA

More Related Content

What's hot

Teknik Tegangan Tinggi - Kabel tenaga listrik teori dan aplikasi prof,ir. sya...
Teknik Tegangan Tinggi - Kabel tenaga listrik teori dan aplikasi prof,ir. sya...Teknik Tegangan Tinggi - Kabel tenaga listrik teori dan aplikasi prof,ir. sya...
Teknik Tegangan Tinggi - Kabel tenaga listrik teori dan aplikasi prof,ir. sya...Fiqi Mutiah
 
Teori dan model kepemimpinan
Teori dan model kepemimpinanTeori dan model kepemimpinan
Teori dan model kepemimpinanFrans Dione
 
Kuliah 9 psikologi konsumen-2
Kuliah 9   psikologi  konsumen-2Kuliah 9   psikologi  konsumen-2
Kuliah 9 psikologi konsumen-2Zuzu Aja
 
Kuliah 1 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Pengantar, Kelistrikan di Indonesia, P...
Kuliah 1 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Pengantar, Kelistrikan di Indonesia, P...Kuliah 1 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Pengantar, Kelistrikan di Indonesia, P...
Kuliah 1 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Pengantar, Kelistrikan di Indonesia, P...Fathan Hakim
 
Sensor dan transduser
Sensor dan transduserSensor dan transduser
Sensor dan transduserAssa Rohana
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Pembangkit Listrik Tenaga NuklirPembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Pembangkit Listrik Tenaga NuklirVia Sofia
 
Parameter saluran transmisi 3 fasa
Parameter saluran transmisi 3 fasaParameter saluran transmisi 3 fasa
Parameter saluran transmisi 3 fasaDiana Fauziyah
 
Bab 2 sistem komunikasi
Bab 2 sistem komunikasiBab 2 sistem komunikasi
Bab 2 sistem komunikasiEKO SUPRIYADI
 
Pltg pdf
Pltg pdfPltg pdf
Pltg pdftchakap
 

What's hot (20)

Generator arus searah (utilitas)
Generator arus searah (utilitas)Generator arus searah (utilitas)
Generator arus searah (utilitas)
 
GARDU DISTRIBUSI
GARDU DISTRIBUSI GARDU DISTRIBUSI
GARDU DISTRIBUSI
 
Teknik Tegangan Tinggi - Kabel tenaga listrik teori dan aplikasi prof,ir. sya...
Teknik Tegangan Tinggi - Kabel tenaga listrik teori dan aplikasi prof,ir. sya...Teknik Tegangan Tinggi - Kabel tenaga listrik teori dan aplikasi prof,ir. sya...
Teknik Tegangan Tinggi - Kabel tenaga listrik teori dan aplikasi prof,ir. sya...
 
GARDU INDUK KONVENSIONAL
GARDU INDUK  KONVENSIONALGARDU INDUK  KONVENSIONAL
GARDU INDUK KONVENSIONAL
 
GARDU DISTRIBUSI
 GARDU DISTRIBUSI  GARDU DISTRIBUSI
GARDU DISTRIBUSI
 
Teori dan model kepemimpinan
Teori dan model kepemimpinanTeori dan model kepemimpinan
Teori dan model kepemimpinan
 
Kuliah 9 psikologi konsumen-2
Kuliah 9   psikologi  konsumen-2Kuliah 9   psikologi  konsumen-2
Kuliah 9 psikologi konsumen-2
 
JARINGAN TEGANGAN MENENGAH (JTM)
JARINGAN TEGANGAN MENENGAH (JTM)JARINGAN TEGANGAN MENENGAH (JTM)
JARINGAN TEGANGAN MENENGAH (JTM)
 
Kuliah 1 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Pengantar, Kelistrikan di Indonesia, P...
Kuliah 1 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Pengantar, Kelistrikan di Indonesia, P...Kuliah 1 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Pengantar, Kelistrikan di Indonesia, P...
Kuliah 1 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Pengantar, Kelistrikan di Indonesia, P...
 
SISTEM OPERASI TENAGA LISTRIK
SISTEM  OPERASI  TENAGA  LISTRIKSISTEM  OPERASI  TENAGA  LISTRIK
SISTEM OPERASI TENAGA LISTRIK
 
Sensor dan transduser
Sensor dan transduserSensor dan transduser
Sensor dan transduser
 
Energi surya
Energi suryaEnergi surya
Energi surya
 
Motor Listrik
Motor ListrikMotor Listrik
Motor Listrik
 
Termo1bab2
Termo1bab2Termo1bab2
Termo1bab2
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Pembangkit Listrik Tenaga NuklirPembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
 
Parameter saluran transmisi 3 fasa
Parameter saluran transmisi 3 fasaParameter saluran transmisi 3 fasa
Parameter saluran transmisi 3 fasa
 
Bab 2 sistem komunikasi
Bab 2 sistem komunikasiBab 2 sistem komunikasi
Bab 2 sistem komunikasi
 
Arus listrik
Arus listrikArus listrik
Arus listrik
 
Dasar-dasar sinyal audio
Dasar-dasar sinyal audioDasar-dasar sinyal audio
Dasar-dasar sinyal audio
 
Pltg pdf
Pltg pdfPltg pdf
Pltg pdf
 

Similar to 111280125 sistem-dan-pola-pengaman-distribusi

PPT jtm 1221 PENERAPAN (1).pptx
PPT jtm 1221 PENERAPAN (1).pptxPPT jtm 1221 PENERAPAN (1).pptx
PPT jtm 1221 PENERAPAN (1).pptxIlhamDanal
 
4 nad sat
4 nad sat4 nad sat
4 nad satliesyn
 
Electrical Engineering PLTU.pptx
Electrical Engineering PLTU.pptxElectrical Engineering PLTU.pptx
Electrical Engineering PLTU.pptxJokoSusilo678534
 

Similar to 111280125 sistem-dan-pola-pengaman-distribusi (20)

JTM (JARINGAN TEGANGAN MENENGAH)
JTM (JARINGAN TEGANGAN MENENGAH)JTM (JARINGAN TEGANGAN MENENGAH)
JTM (JARINGAN TEGANGAN MENENGAH)
 
Listrik
ListrikListrik
Listrik
 
8814 Pertemuan Ke 10
8814 Pertemuan Ke 108814 Pertemuan Ke 10
8814 Pertemuan Ke 10
 
PPT jtm 1221 PENERAPAN (1).pptx
PPT jtm 1221 PENERAPAN (1).pptxPPT jtm 1221 PENERAPAN (1).pptx
PPT jtm 1221 PENERAPAN (1).pptx
 
Jaringan tegangan menengah
Jaringan tegangan menengahJaringan tegangan menengah
Jaringan tegangan menengah
 
Switchgear Tenaga Listrik
Switchgear  Tenaga Listrik Switchgear  Tenaga Listrik
Switchgear Tenaga Listrik
 
GARDU_DISTRIBUSI
GARDU_DISTRIBUSIGARDU_DISTRIBUSI
GARDU_DISTRIBUSI
 
GARDU DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
GARDU  DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK GARDU  DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
GARDU DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
 
JARINGAN TEGANGAN PRIMER TENAGA LISTRIK 20 KV
JARINGAN TEGANGAN PRIMER  TENAGA LISTRIK 20 KVJARINGAN TEGANGAN PRIMER  TENAGA LISTRIK 20 KV
JARINGAN TEGANGAN PRIMER TENAGA LISTRIK 20 KV
 
Jaringan distribusi tegangan rendah
Jaringan distribusi tegangan rendahJaringan distribusi tegangan rendah
Jaringan distribusi tegangan rendah
 
4 nad sat
4 nad sat4 nad sat
4 nad sat
 
Sistem Proteksi SISTEM TENAGA LISTRIK
Sistem Proteksi SISTEM TENAGA LISTRIK Sistem Proteksi SISTEM TENAGA LISTRIK
Sistem Proteksi SISTEM TENAGA LISTRIK
 
JARINGAN DISTRIBUSI PRIMER (JTM ) SISTEM TENAGA LISTRIK
JARINGAN DISTRIBUSI PRIMER (JTM ) SISTEM TENAGA LISTRIKJARINGAN DISTRIBUSI PRIMER (JTM ) SISTEM TENAGA LISTRIK
JARINGAN DISTRIBUSI PRIMER (JTM ) SISTEM TENAGA LISTRIK
 
GARDU DISTRIBUSI
GARDU DISTRIBUSI GARDU DISTRIBUSI
GARDU DISTRIBUSI
 
SISTEM PENGAMAN ( PROTEKSI) TENAGA LISTRIK
SISTEM PENGAMAN ( PROTEKSI) TENAGA LISTRIKSISTEM PENGAMAN ( PROTEKSI) TENAGA LISTRIK
SISTEM PENGAMAN ( PROTEKSI) TENAGA LISTRIK
 
Listrik
ListrikListrik
Listrik
 
Bab iv
Bab ivBab iv
Bab iv
 
Electrical Engineering PLTU.pptx
Electrical Engineering PLTU.pptxElectrical Engineering PLTU.pptx
Electrical Engineering PLTU.pptx
 
GARDU DISTRIBUSI SISTEM TENAGA LISTRIK 20 Kv/380 V
GARDU DISTRIBUSI SISTEM TENAGA LISTRIK 20 Kv/380 VGARDU DISTRIBUSI SISTEM TENAGA LISTRIK 20 Kv/380 V
GARDU DISTRIBUSI SISTEM TENAGA LISTRIK 20 Kv/380 V
 
Modul ii-sistem-distribusi
Modul ii-sistem-distribusiModul ii-sistem-distribusi
Modul ii-sistem-distribusi
 

More from Azis Nurrochma Wardana (20)

Materi 9-gardu-distribusi
Materi 9-gardu-distribusiMateri 9-gardu-distribusi
Materi 9-gardu-distribusi
 
Jbptunikompp gdl-ferifirdia-21037-7-babivp-r
Jbptunikompp gdl-ferifirdia-21037-7-babivp-rJbptunikompp gdl-ferifirdia-21037-7-babivp-r
Jbptunikompp gdl-ferifirdia-21037-7-babivp-r
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
 
100295174 jtm
100295174 jtm100295174 jtm
100295174 jtm
 
83138841 1-1-komponen-jtm
83138841 1-1-komponen-jtm83138841 1-1-komponen-jtm
83138841 1-1-komponen-jtm
 
82192446 gardu-distribusi
82192446 gardu-distribusi82192446 gardu-distribusi
82192446 gardu-distribusi
 
73964016 sop-langkah-kerja
73964016 sop-langkah-kerja73964016 sop-langkah-kerja
73964016 sop-langkah-kerja
 
38624866 gardu-distribusi
38624866 gardu-distribusi38624866 gardu-distribusi
38624866 gardu-distribusi
 
Chapter ii 2
Chapter ii 2Chapter ii 2
Chapter ii 2
 
10
1010
10
 
9
99
9
 
8
88
8
 
7
77
7
 
6
66
6
 
5
55
5
 
4
44
4
 
3
33
3
 
2
22
2
 
1
11
1
 
111280125 sistem-dan-pola-pengaman-distribusi
111280125 sistem-dan-pola-pengaman-distribusi111280125 sistem-dan-pola-pengaman-distribusi
111280125 sistem-dan-pola-pengaman-distribusi
 

Recently uploaded

bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptxSirlyPutri1
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASbilqisizzati
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaafarmasipejatentimur
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)PUNGKYBUDIPANGESTU1
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...Kanaidi ken
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...Kanaidi ken
 

Recently uploaded (20)

bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
 

111280125 sistem-dan-pola-pengaman-distribusi

  • 1. PROTEKSI SISTEM DISTRIBUSI Sistem Distribusi Secara garis besar pengusahaan Sistem Tenaga Listrik dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu Sistem Pembangkitan, Sistem Penyaluran (Transmisi & Gardu Induk), dan Sistem Distribusi. Dengan demikian Sistem Distribusi merupakan bagian akhir dari rangkaian komponen pada sistem tenaga listrik (Gambar 2-1). Gambar 2-1 : Sistem Tenaga Listrik Sistem Distribusi merupakan rangkaian komponen listrik mulai dari sisi sekunder trafo gardu induk (sisi tegangan Menengah) hingga sisi tegangan rendah di pelanggan/ konsumen (gambar 2-2).
  • 2. Gambar 2-1 : Sistem Tenaga Listrik
  • 3. Jaringan Tegangan Menengah (JTM) Gardu Induk Sekering T.M. Trafo Distribusi Rel T.R. Sekering T.R. Jaringan Tegangan Rendah (JTR) Gardu Distribusi Tiang Sambungan Rumah Pelanggan Gambar 2-2 : Sistem Distribusi
  • 4. Sesuai dengan gambar 2-2 maka bagian-bagian utama sistem distribusi adalah :  Jaringan Tegangan Menengah (JTM 20 KV)  Gardu Hubung  Gardu Distribusi (Trafo)  Jaringan Tegangan Rendah (JTR 220/380 V) Selanjutnya berdasarkan konfigurasinya, jaringan distribusi tegangan menengah dibedakan dalam tiga macam, yaitu:
  • 5. Gambar 2-3 : Jaringan Distribusi Radial 1. Sistem Radial. GI Gambar 2-3 : Jaringan Distribusi Radial
  • 6. 2. Sistem Loop GI Gambar 2-4: Jaringan Distribusi Loop
  • 7. 3. Sistem Spindle. Gardu hubung Gardu induk Saluran cadangan Gardu distribusi Gambar 2-5 : Jaringan Distribusi Spindle
  • 8.
  • 9. 2.2. Pengaman sistem distribusi  2.2.1. Pentanahan Sistem Distribusi  Ada empat pola pengaman sistem distribusi yang telah diterapkan di lingkungan PLN. Perbedaan pola-pola tersebut didasarkan atas jenis pentanahan sistem (pentanahan titik netral trafonya). Pada dasarnya ada 4 macam macam pentanahan titik netral trafo yang dapat dijelaskan sebagai berikut :  Pentanahan dengan Tahanan Tinggi (High Resistance), mengutamakan keselamatan umum, sehingga meskipun dengan saluran udara masih layak memasuki daerah perkotaan.  Pentanahan Langsung (Solid Grounding) yaitu sistem distribusi dengan pentanahan secara langsung, mengutamakan faktor ekonomi, sehingga dengan saluran udara elektrifikasi dapat dilaksanakan di luar kota sampai ke daerah yang terpencil.
  • 10. Pentanahan dengan Tahanan Rendah (Low Resistance), dimaksudkan untuk memperoleh hasil optimum dari kombinasi antara faktor ekonomi dan keselamatan umum, dan jaringan dapat mempergunakan saluran udara bagi daerah luar kota maupun kabel bagi daerah padat dalam kota.  Pentanahan Mengambang / tidak ditanahkan /Floating, untuk saat ini sudah tidak digunakan di PLN karena ketika terjadi gangguan tanah arus gangguan terlalu kecil sehingga tidak terdeteksi oleh relai proteksi.
  • 11. Pola Pengaman Sistem Distribusi Pola I , untuk sistem distribusi dengan pentanahan tahanan tinggi :  Sistem distribusi 20 KV fasa tiga , 3 kawat dengan pentanahan Netral melalui tahanan tinggi 500 ohm.  Karena tahanannya tinggi, maka arus gangguannya rendah.  Diperlukan rele yang sensitif untuk dapat mendeteksi arus gangguan yang kecil.  Pola ini diterapkan di Jawa Timur.
  • 12. Proteksi terpasang:  PMT dipasang di pangkal penyulang (feeder) dilengkapi dengan : - OCR untuk membebaskan gangguan antar fasa. - Directional Ground Fault Relay (DGFR) untuk membebaskan gangguan fasa-tanah.  PBO dikoordinasikan dengan SSO dan Pengaman Lebur (PL) jenis Fuse Cut Out (FCO).
  • 13. PMT PBO SSO SSO PL PL OCR GFR Gambar 2-6 : Pengaman Sistem Distribusi Pola I
  • 14. Pola II , untuk sistem distribusi dengan Pentanahan Langsung :  Sistem distribusi 20 KV fasa tiga , 4 kawat dengan pentanahan Netral secara langsung.  Kawat Netral ditanahkan di setiap tiang sepanjang JTM dan JTR, dipergunakan sebagai netral bersama TM & TR (Common Neutral).  Karena tahanannya sangat kecil, maka arus gangguannya besar, sehingga diperlukan rele yang dapat bekerja dengan cepat.  Pola ini diterapkan di Jawa Tengah dan DIY.
  • 15. R S N T Gambar 2-7 : Pentanahan Langsung pada Sistem Distribusi
  • 16. Proteksi terpasang :  PMT dipasang di pangkal penyulang (feeder) dilengkapi dengan :  OCR untuk membebaskan gangguan antar fasa.  GFR untuk membebaskan gangguan fasa-tanah.  PBO dikoordinasikan dengan SSO dan Pengaman Lebur (PL) jenis FCO
  • 17. PMT PBO SSO SSO PL PL Y OCR GFR Solid Grounding Gambar 2-8 : Pengaman Sistem Distribusi Pola II
  • 18. Pola III, untuk sistem distribusi dengan Pentanahan Tahanan Rendah  Sistem distribusi 20 KV fasa tiga , 3 kawat dengan pentanahan Netral melalui tahanan rendah 40 ohm untuk SUTM atau 12 Ohm untuk SKTM.  Pola ini diterapkan di Jawa Barat, DKI dan Luar Jawa.  Karena tahanannya relatif rendah, maka arus gangguannya relatif tinggi, sehingga diperlukan rele yang dapat bekerja dengan cepat.
  • 19. Proteksi terpasang:  PMT dipasang di pangkal penyulang (feeder) dilengkapi dengan :  OCR untuk membebaskan gangguan antar fasa.  GFR untuk membebaskan gangguan fasa-tanah.  PBO dikoordinasikan dengan SSO dan Pengaman Lebur (PL) jenis Fuse Cut Out (FCO).  Pada sistem Spindle dengan saluran kabel, pengamannya dengan rele arus lebih tanpa penutup balik (atau di blok) dan atau pelebur.
  • 20. PMT PBO SSO SSO Y PL PL NGR 40 Ohm OCR GFR Gambar 2-9 : Pengaman Sistem Distribusi Pola III
  • 21. Pola IV , untuk sistem distribusi dengan Pentanahan Mengambang  Sistem distribusi 6 KV fasa tiga , 3 kawat dengan pentanahan mengambang atau netral tidak ditanahkan (Floating).  Pola ini pernah ada dan terakhir diterapkan di Sulawesi dan Sumatera Selatan/ Jambi. Karena sistem 6 KV telah diganti menjadi 20 KV, maka pola IV ini sudah tidak dikembangkan lagi.
  • 22. Fuse / pengaman lebur.  Fuse atau Pengaman Lebur (PL) berfungsi sebagai pengaman pada sistem distribusi terhadap arus gangguan yang terjadi pada jaringan distribusi atau trafo distribusi.  Letak pemasangan Fuse / Pengaman Lebur :  Percabangan JTM / Branch Line  Sisi primer trafo pada Gardu Distribusi Tiang / Tembok. Prinsip Kerja Pengaman Lebur  Jika arus yang melewati Pengaman Lebur melebihi nilai arus rating nominal dari Pengaman Lebur maka elemen lebur akan panas dan terus meningkat jika telah mencapai titik leburnya maka elemen akan melebur.
  • 23. Konstruksi Pengaman Lebur  Pengaman Lebur yang banyak digunakan pada jaringan distribusi adalah jenis letupan dengan konstruksi type Fuse Cut Out (FCO), seperti gambar 2-10.  Fuse tersebut tidak dilengkapi dengan alat peredam busur api, sehingga bila digunakan untuk daya yang besar maka fuse tidak mampu meredam busur api yang timbul pada saat terjadi gangguan akibatnya timbul ledakan. Karena itu fuse ini dikategorikan sebagai pengaman jenis letupan.
  • 24. Karakteristik Fuse / Pengaman Lebur  Ada dua tipe Karakteristik fuse yang banyak digunakan yaitu :  Fuse Link tipe pemutusan cepat ( K )  Fuse Link tipe pemutusan lambat ( T ).  Perbedaan antara kedua tipe ini terletak pada kecepatan pemutusannya. Gambar 2-11.a dan 2-11.b menunjukkan contoh karakteristik fuse.
  • 25. Gambar 2-10 : Konstruksi Fuse Cut Out
  • 26. Gambar 2-11 a : Karakteristik Fuse Link Tipe K.
  • 27. Gambar 2-11 b : Karakteristik Fuse Link Tipe T.
  • 29. PBO dan SSO Penutup balik otomatis (PBO)  PBO (Recloser) adalah PMT yang dilengkapi dengan peralatan kontrol dan relai penutup balik. Relai penutup balik adalah relai yang dapat mendeteksi arus gangguan dan memerintahkan PMT membuka (trip) dan menutup kembali. PBO dipasang pada SUTM yang sering mengalami gangguan hubung singkat fasa ke tanah yang bersifat temporer. Fungsi PBO adalah :  Menormalkan kembali SUTM yang trip akibat gangguan temporer.  Pengaman seksi pada SUTM agar dapat melokalisir daerah yang terganggu.
  • 30. Jenis-jenis Reclosing relay.  Berdasarkan tipe perintahnya, reclosing relay dibedakan dalam dua jenis, yaitu :  1. Single-shot Reclosing Relay  Relai hanya dapat memberikan perintah reclosing ke PMT satu kali dan baru dapat melakukan reclosing setelah blocking time terakhir.  Bila terjadi gangguan pada periode blocking time, PMT trip dan tidak bisa reclose lagi (lock – out ).CloseTripDead TimeBloking TimeWaktu Relai Lock Out
  • 31. Waktu Relai Close Look Out Bloking Time Trip Dead Time Gambar 2-15 : Single shot reclosing relay
  • 32. Multi Shot Reclosing Relay.  Relai ini dapat memberikan perintah reclosing ke PMT lebih dari satu kali. Dead time antar reclosing dapat diatur sama atau berbeda..  Bila terjadi gangguan , relai OCR/GFR memberikan perintah trip ke PMT. Pada saat yang sama juga mengerjakan (mengenergizing) Reclosing relay.  Setelah dead time t 1 yang sangat pendek ( kurang dari 0,6 detik), relai memberi perintah reclose ke PMT .
  • 33. Jika gangguan masih ada , PMT akan trip kembali dan reclosing relai akan melakukan reclose yang kedua setelah dead time t 2 yang cukup lama (antara 15- 60 detik).  Jika gangguan masih ada, maka PMT akan trip kembali dan reclosing relai akan melakukan reclose yang ke tiga setelah dead time t 3 .  Bila gangguannya juga masih ada dalam periode blocking tR, maka PMT akan trip dan lock out. Penggunaan multi shot reclosing harus disesuaikan dengan siklus kerja (duty cycle) dari PMT.
  • 34. Gambar 2-16 : Diagram waktu kerja Multi Shot Reclosing Relai Keterangan gambar : t1 = dead time dari reclosing pertama t2 = dead time dari reclosing kedua t3 = dead time dari reclosing ketiga tR 1 = blocking time dari reclosing pertama tR 2 = blocking time dari reclosing kedua tR 3 = blocking time dari reclosing ketiga
  • 35. Sifat-sifat PBO  PBO mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :  Operasi cepat (fast tripping): untuk antisipasi gangguan temporer.  Operasi lambat (delayed tripping) : untuk koordinasi dengan pengaman di hilir.  Bila gangguan telah hilang pada operasi cepat maka PBO akan reset kembali ke status awal. Bila muncul gangguan setelah waktu reset, PBO mulai menghitung dari awal.  Repetitive : reset otomatis setelah recloser success.
  • 36. Non repetitive : memerlukan reset manual (bila terjadi gangguan permanen dan bila gangguan sudah dibebaskan).  PBO atau Recloser adalah relai arus lebih sehingga karakteristik PBO dan OCR adalah sama (lihat karakteristik OCR).
  • 37. Saklar seksi otomatis (SSO)  Pengertian dan Fungsi SSO  SSO atau Auto Seksionalizer adalah saklar yang dilengkapi dengan kontrol elektronik/ mekanik yang digunakan sebagai pengaman seksi Jaringan Tegangan Menengah.  SSO sebagai alat pemutus rangkaian/beban untuk memisah-misahkan saluran utama dalam beberapa seksi, agar pada keadaan gangguan permanen, luas daerah (jaringan) yang harus dibebaskan di sekitar lokasi gangguan sekecil mungkin.  Bila tidak ada PBO atau relai recloser di sisi sumber maka SSO tidak berfungsi otomatis (sebagai saklar biasa).
  • 38. Klasifikasi SSO  Penginderaan : berdasarkan tegangan (AVS) atau berdasarkan Arus (Sectionalizer).  Media Pemutus : Minyak, Vacum, Gas SF6.  Kontrol : Hidraulik atau Elektronik  Phase : Fasa tunggal atau Fasa tiga
  • 39. Prinsip Kerja SSO  SSO bekerjanya dokoordinasikan dengan pengaman di sisi sumber (relai recloser atau PBO) untuk mengisolir secara otomatis seksi SUTM yang terganggu.  SSO pada pola ini membuka pada saat rangkaian tidak ada tegangan tetapi dalam keadaan bertegangan harus mampu menutup rangkaian dalam keadaan hubung singkat.  SSO ini dapat juga dipakai untuk membuka dan menutup rangkaian berbeban. Saklar ini bekerja atas dasar penginderaan tegangan.  SSO dilengkapi dengan alat pengatur dan trafo tegangan sebagai sumber tenaga penggerak dan pengindera.  Prinsip kerja SSO dengan sensor tegangan dijelaskan pada AVS di bawah.
  • 40. Prinsip Kerja AVS Gambar 2-17 di bawah sebagai ilustrasi Sistem Distribusi yang terbagi dalam 3 seksi dengan pengaman penyulang sebuah PMT dan dua buah AVS.
  • 41. Gambar 2-17: Sistem Pengaman JTM dengan PMT dan AVS
  • 42. Prinsip operasi AVS :  Dalam hal terjadi gangguan pada seksi III maka PMT penyulang trip, tegangan hilang. Setelah t3, semua AVS trip.  PMT masuk kembali (reclose pertama), seksi I bertegangan.  Setelah t1 menerima tegangan, AVS1 masuk, seksi II bertegangan.  Setelah t2 menerima tegangan, AVS2 masuk, seksi III bertegangan.  Apabila gangguan masih ada maka PMT trip kembali, AVS1 dan AVS2 lepas setelah t3.  PMT reclose yang kedua. AVS1 masuk setelah t1 sedangkan AVS2 sudah lock-out (karena pada saat masuk pertama AVS2 hanya merasakan tegangan sebentar atau lebih kecil dari t2, sehingga menyimpulkan gangguan ada pada seksi berikutnya atau seksi III).