SlideShare a Scribd company logo
1 of 46
TERAPI ANASTESI UMUM
Disampaikan pada : Kuliah Prodi Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Denpasar
MADE ARY SARASMITA, S.FARM, M.FARM.KLIN, APT
J U R U S A N F A R M A S I F A K U L T A S M I P A
U N I V E R S I T A S U D A Y A N A
ANASTESI
 Bhs Yunani  an = tanpa; aisthesis = perasaan
 Anastesi = obat yang dpt menimbulkan depresi
umum dr berbagai pusat di SSP yg REVERSIBEL,
dimana seluruh perasaan & kesadaran ditiadakan.
 Umumnya digunakan pd pembedahan :
 Mencapai keadaan tidak sadar
 Merintangan rangsangan nyeri
 Memblokir reaksi refleks thd pembedahan
 Pelemasan otot
Diberikan kombinasi  hipnotika, analgetika dan relaksan otot
Narkotika  sudah lama ditinggalkan karena efek
ketergantungan (dulu narkotikum = obat bius)
Tahapan Narkosa
 Menekan SSP scr bertingkat & berturut2
menghentikan aktivitas :
 Analgetik  kesadaran <<, euforia, nyaman, rasa nyeri hilang,
halusinasi. Cth : eter, nitrogen monoksida
 Eksitasi  kesadaran hilang & timbul kegelisahan (induksi)
 Anastesia  pernapasan dangkal, cepat dan teratur, spt tidur,
gerak & refleks mata hilang, otot lemas
 Kelumpuhan sutul  aktivitas jantung & nafas terhenti. Tahap
ini dihindari.
Premedikasi & Postmedikasi
 Analgetika ideal  mula kerja cepat, ESO <<, tdk merangsang
mukosa, pemulihan cepat tnp efek sisa, tdk meningkatkan
perdarahan
 Kombinasi anastesi + obat lain  premedikasi  kurang dr 1
jam pre induksi dimulai
 Tujuan :
 Meniadakan kegelisahan  morfin, petidin, sedatif klorpromazin,
diazepam, tiopental
 Menghentikan sekresi ludah & dahak  kejang & gg nafas. Cth: atropin,
skopolamin (bersama morfin)
 Memperkuat efek anastesi  bekerja lbh “dalam” / dosisnya dpt
diturunkan
 Memperkuat relaksasi otot slm narkosa dicapai  tubokurarin & galamin
 Postmedikasi  utk menghilangkan ESO spt gelisah, mual,
muntah post op/anastesi  misal klorpromazin, ondansentron,
metoklopramid, analgesik
Penggolongan Obat Anastesi
 Anastetika Inhalasi  halotan, enfluran, isofluran,
sevofluran
 Diberikan sbg uap pd saluran nafas  resorpsi cepat &
ekskresi di alveoli dlm bentuk utuh
 Mudah dipantau, setiap waktu dpt dihentikan
 Cth anastesi yg jarang digunakan: eter, kloroform, trikloretilen
dan siklopropan
 Anastetika I.V
 Juga dpt diberikan per rektal (suppos)  resorpsi kurang baik
 Digunakan utk mendahului (induksi) anastesi total/
pemeliharaan, anastesi pd pembedahan singkat
Mekanisme Kerja Anastesi Inhalasi
 Utk dpt efek cepat  dimulai dosis tinggi  diturunkan
perlahan sd memelihara keseimbangan pemberian &
pengeluaran (ekshalasi)
 Benefit : lbh cepat mengubah kedalaman anastesi dg
mengurangi konsentrasi uap/gas yg diinhalasi
 Tidak dimetabolisme tubuh  tdk bereaksi scr kimiawi
 Scr fisika : tek parsial dlm udara yg diinhalasi, daya
difusi, kelarutan dlm air, lemak & darah  semakin
besar kelarutan zat dlm lemak, difusi makin cepat ke jar.
Lemak & semakin cepat tercapai kadar yg diinginkan dlm
SSP
 Mekanisme : membentuk hidrat dg air yg bersifat stabil
di SSP  merintangi transmisi rangsangan di sinaps 
menimbulkan efek anastesi
ESO Anastesi Inhalasi
 Menekan pernapasan
 Menekan sistem kardiovaskular  ESO pd eter lebih
ringan drpd halotan, enfluran, isofluran
 Merusak hepar & ginjal  kloroform
 Oligouri (reversibel)  karena pengurangan aliran
darah di ginjal  pasien perlu dihidrasi
 Menekan sistem regulasi suhu  timbul rasa
menggigil / kedinginan pasca bedah
Teknik Pemberian Anastesi Inhalasi
 Insuflasi
 Gas/uap ditiupkan ke dlm mulut/tenggorok dg bantuan mesin.
 Digunakan pd pembedahan yg tdk memakai kap, misal tonsilektomia
 Sistem terbuka
 Cairan diteteskan tetes demi tetes ke atas sehelai kasa di bawah suatu kap dr
kawat yg menutupi mulut & hidung pasien.
 Ekshalasi berlangsung keluar  shg byk zat terbuang, kurang ekonomis,
menganggu lingkungan, risiko abortus pd org lain yg menghirup
 Sistem tertutup
 Mesin khusus menyalurkan campuran gas + O2 ke dlm kap  CO2 dr
ekshalasi dimasukkan kembali  cth: N2O, siklopropan, halotan
 Fungsi: mengisi kembali kebutuhan O2 basal, fungsi CO2 memperdalam
pernapasan & mencegah apnea.
 Utk mengurangi CO2 berlebih, diinstalasi dg soda-lime absorber (campuran
Ca(OH)2 + KOH atau KOH + NaOH)  Lebih tepat & mengawasi anestesi dg
baik.
Anestesi Inhalasi
Eter Trikloroetilen
Nitrogen
Oksida
Halotan Enfluran Isofluran
ETER
 Cairan bau khas, mudah menguap, eksplosif
 Efek analgetik dan anastesi kuat, relaksasi otot baik
 Sebagian besar diinhalasi  dikeluarkan mll paru,
metabolisme di hati
 Indeks terapi / batas keamanan lebar  namun mudah
melewati plasenta
 ESO: merangsang mukosa sal. Napas (sekret bronki dan
ludah)  (+) premed morfin-atropin 10-0,25 mg
 Kelarutan dlm darah baik
 Induksi berjalan lambat dan disertai ketegangan
 Pengeluaran urine berkurang saat menggunakan eter,
pemulihan lambat & disertai rasa tak enak
 Biasa digunakan campuran 6-7% dg udara mll sistem terbuka
/ tertutup
Trikloroetilen
 Cairan dg bau & rasa spt CHCl3 (kloroform), tdk
berwarna, tdk eksplosif
 Khasiat anastesi lemah & lbh ringan dr kloroform dan
kerja lbh lambat, tapi sifat analgetik lbh kuat & toksisitas
lbh ringan.
 Jarang digunakan lg, kec sbg anastesi bantuan pd
pembedahan singkat di ked.gigi & kebidanan
 Dikombinasi dg gas N2O & O2 dg sist. Terbuka krn CO2
bereaksi mjd fosgen yg sgt beracun
 ESO : bradikardi, penghambatan fungsi ginjal & hati, stlh
siuman, sering kali timbul mual, muntah, sakit kepala,
pikiran kacau
 Melewati plasenta
N2O
 Gas tdk berwarna dg bau khas, rasa manis, tdk bersifat
merangsang, tdk eksplosif
 Induksi cepat stlh melewati fase eksitasi, begitu juga pemulihannya
 Khasiat analgetik kuat, tapi anastesinya lemah, tdk merelaksasi otot
 hy digunakan utk anastesi singkat/lanjutan stlh induksi dg
anastesi injeksi
 Resorpsinya stlh inhalasi cepat & sebagian besar dieskresikan dg
cepat dlm keadaan utuh via paru
 Digunakan sbg campuran dg 30% oksigen & disimpan dlm silinder
hitam & biru
 ESO: timbul hipoksia, penggunaan lama timbul anemia
megaloblaster akibat oksidasi dari atom kobal & vit B12.
 Bekerja jauh lbh kurang depresif thd sist nafas & kardiovaskuler,
tidak mempengaruhi SSP
 Pasca bedah  15% kasus timbul mual dan muntah
 Dosis = tracheal v/v 50-66% bersama oksigen
Halotan = Fluothan
 Cairan dg sifat fisika spt kloroform
 Khasiat anastesi sgt kuat (2x CHCl3 & 4x eter) tp analgetis rendah &
daya relaksasi otot ringan, yg baru adekuat pd anastesi dalam
 Halotan digunakan dlm dosis rendah & dikombinasi dg relaksan
otot spt galamin, suksametonium
 Kelarutan dlm darah rendah  induksi lambat, mdh digunakan, tdk
merangsang mukus sal. Napas, menekan refleks dr faring & laring,,
melebarkan bronkioli & mengurangi sekresi ludah & bronki.
 Pemulihan lancar  byk digunakan sbg anastesi pokok & pembantu
pd narkosa dg obat yg bekerja lemah / short acting spt N20.
 Halotan digunakan dg sistem tertutup dg kadar 1,5-3% dlm
campuran O2, cairan mengandung thymol 0,01%
 Sebagian dimetabolisme di hepar jd bromida & klorida anorganik
serta trifluoacetic acid  diekskresi dlm keadaan utuh mll paru2
60-80% rata2 24 jam pasca pemberian
 ESO : menekan pernapasan & kegiatan jantung, hipotensi. Halotan
membuat jantung lbh peka dg adrenalin & toksik pd hepar
Enfluran = Enthrane, Alyrane
 Senyawa klor-pentafluor  anestesi-inhalasi kuat
 Digunakan pd byk pembedahan, analgetik pd persalinan
krn daya relaksasi otot & analgetik yg baik, efek tidur >>,
namun tdk menekan SSP spt halotan
 Resorpsi cepat dg waktu induksi 2-3 menit.
 Dieskresikan 80-90% via paru dlm kondisi utuh  hy
2,5-10% diubah jd ion florida bebas & metabolit organis
 ESO : hipotensi, aritmia, menekan nafas, hipotermia
pasca bedah, mual, muntah, melemaskan otot uterus
(meningkatkan perdarahan pd saat persalinan, s.c dan
abortus)
 Dosis = 0,5-4% v/v
Isofluran = Forane, Aerrane
 Isomer dari enfluren dg bau tdk enak, tdk eksplosif
 Efek anastesi-inhalasi kuat dg sifat analgesi & relaksasi
otot baik, daya kerja dan penekanan pd SSP = enfluran
 Biasa digunakan kombinasi dg anastesi iv utk induksi
 Tidak menimbulkan gangguan ginjal krn kadar fluorid
dlm ginjal rendah
 ESO: hipotensi, aritmia, menggigil, konstriksi bronki,
WBC meningkat, pasca bedah timbul mual, muntah,
keadaan tegang
 Dosis : tracheal v/v 0,5-3% dalam O2 atau bersama O2
dan N2O
Anastesi Golongan Non Inhalasi
Propofol Droperidol Ketamin
Tiopental Midazolam
Propofol = Diprivan
 Derivat isopropilfenol  utk induksi & pemeliharaan
anastesi umum
 Setelah injeksi iv, propofol cepat disalurkan ke otak,
jantung, hati, ginjal  redistribusi sgt cepat ke otot, kulit,
tulang, lemak  kadar dlm otak menurun cepat
 Dirombak jd metabolit inaktif di hati & diekskresi mll
urin
 ESO: sesak napas, depresi sistem kardiovaskular
(hipotensi, bradikardia), eksitasi ringan & tromboplebitis,
stlh siuman timbul mual, muntah, nyeri kepala
 Dosis : 2-12 mg/kg bobot badan (iv/infus)
Ketamin = Ketalar, special K, street K
 Derivat sikloheksanon  digunakan pd pembedahan singkat
yg menimbulkan rasa sakit & utk induksi.
 Metabolisme mll konjugasi di hati & ekskresi via urin
 Metabolit  efek analgetis (t1/2 2 jam) berlangsung lbh lama
drpd efek hipnotisnya
 Ketamin  efek analgesi dalam
 Tidak efektif thd nyeri perut & dada.
 Disalahgunakan sbg halusinogen  halusinasi & penglihatan
kacau  o.k blokade bbrp NT ttt di otak
 ESO: hipertensi, kejang, sekresi ludah >>, tekanan
intraokuler >>, mengurangi kerja jantung & paru, stlh pulih
dapat timbul halusinasi
 Dosis : im 10 mg/kgbb; iv 2 mg/kgbb
Tiopental = thiopentone, penthiobarbital, pentothal
 Gol barbital ultra-shortacting  sbg anastesi iv
 Efek baik tp sgt singkat (t1/2 5 menit), mula kerja cepat (tanpa fase
eksitasi), begitu pula pemulihan, tetapi efek analgetik & relaksasi otot
tdk cukup kuat
 Hy digunakan utk induksi & narkosa singkat pd pembedahan kecil
(mulut) & sbg anastesi pokok bersamaan dg suatu anastesi lanjutan &
relaksan otot
 Terikat pd prot plasma 80%  di hati dirombak sgt lambat jd 3-5%
pentobarbital, sisanya tdk aktif, diekskresi via urin
 Kadar pd jar lemak 6-12x lbh besar drpd kadar plasma
 ESO: depresi nafas (trtm injeksi yg sgt cepat & dosis tinggi)  tdk dpt
digunakan pd insufisiensi sirkulasi, jantung/ hipertensi
 ESO : sering menguap, batuk & kejang laring pd tahap awal anastesi,
dpt timbul hipotensi, tembus plasenta & ASI
 Dosis : iv 100-150 mg larutan 2,5-5% (perlahan), rektal 40 mg/kg
maksimal 2 g
Midazolam = dormicum
 Derivat benzodiazepin  efek: hipnotis, anxiolitis, relaksasi
otot & antikonvulsi, efek tidur
 Digunakan pd taraf induksi & utk memelihara anastesi
 Resorpsi agak cepat p.o, BA 40-50% krn mengalami
metabolisme lintas pertama di hati  injeksi im BA 90%,
terikat dg prot plasma 96%
 Perombakan di hati berjalan cepat & sempurna  60-80% jd
metabolit aktif 1-hidroksimetil-midazolam yg dikeluarkan via
urine dlm btk glukuronida
 T1/2 obat 1,5 – 2,5 jam, metabolit hidroksi 60-80 mnt
 ESO: dosis > 0,1-0,15 mg/kgbb  hambatan pernapasan yg
bisa fatal. Nyeri pd tempat injeksi, tromboflebitis
 Dosis : premedikasi oral 25 mg 45 menit pra bedah, iv 2,5 mg
Droperidol = thalamonal
 Derivat benzimidazolinon = antidopamin kuat &
antiserotonin lemah  digunakan sbg antipsikosis & utk
premedikasi / induksi anastesi.
 Biasa dikombinasi dg analgetik opioid fentanyl (thalamonal).
 Dlm darah sebagian besar terikat pd protein plasma
 Dirombak di hati dan dieskresi mll urine 10% dan feses dlm
keadaan utuh & metabolitnya
 ESO: eksitasi, hipotensi ringan, pd dosis tinggi timbul gejala
ekstrapiramidal syndrome dg kekakuan otot, melewati
plasenta
 Dosis : oral pd nyeri kronis 2,5 – 20 mg sehari, pd kondisi
eksitasi hebat iv 25-50 mg, utk induksi anastesi iv 15-20 mg
TERAPI ANASTESI LOKAL
Disampaikan pada : Kuliah Prodi Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Denpasar
MADE ARY SARASMITA, S.FARM, M.FARM.KLIN, APT
J U R U S A N F A R M A S I F A K U L T A S M I P A
U N I V E R S I T A S U D A Y A N A
ANASTESI LOKAL
 Penghilang rasa setempat = merintangi scr reversibel
penerusan impuls saraf ke SSP shg menghilangkan /
mengurangi rasa nyeri, gatal, panas, dingin.
 Byk senyawa pny efek dmkn, tp tdk reversibel & merusak
sel saraf  mematikan rasa dg pendinginan yg kuat atau
keracunan fenol
 Sejarah  anastesi lokal pertama: kokain  blokade
transmisi pd batang saraf  penghilang nyeri pd mata &
ked.gigi, pembedahan
 Dikembangkan anastesi lokal sintetis  prokain &
benzokain, tetrakain, cinchokain, lidokain, mepivakain,
prilokain, bupivakain
Persyaratan Anastesi Lokal
 Tidak merangsang jaringan
 Tidak merusak susunan saraf scr permanen
 Toksisitas sistemik rendah
 Efektif dg jalan injeksi / penggunaan setempat pd
selaput lendir
 Mula kerja sesingkat mungkin, tapi bertahan lama
 Dpt larut dlm air & menghasilkan larutan yg stabil,
jg stabil pd proses pemanasan (sterilisasi)
Penggolongan
 Berdasarkan struktur kimia :
 Gugus amino hidrofil (sekunder / tersier) yg dihubungkan dg
suatu ikatan alkohol (ester) atau amida dg gugus aromatis
lipofil  semakin panjang gugus alkohol, daya anastesi >>,
toksisitas >>>
Golongan (semuanya sintetis, kec. kokain) :
• Senyawa ester : kokain dan ester PABA (benzokain, prokain,
oksibuprokain, tetrakain)
• Senyawa amida : lidokain, prilokain, mepivakain, bupivakain,
cinchokain
• Lainnya : fenol, benzilalkohol, etilklorida
Mekanisme Kerja Anastesi Lokal
 Pusat mekanisme kerja tltk di membran sel
 Anestesi lokal  menghambat penerusan impuls dg
menurunkan permeabilitas membran sel saraf utk Ion Na
(bersaing dg ion Ca)  turunnya laju depolarisasi  ambang
kepekaan thd rangsangan listrik lambat laun meningkat, shg
tjd kehilangan rasa setempat scr reversibel.
 Pd proses stabilisasi membran, Ion Ca berperan  molekul
lipofil anestesi lokal mendesak ion Ca dlm membran sel tnp
mengambil alih fungsinya  shg membran sel jd lbh padat &
stabil  lbh baik dlm melawan sgl hal perubahan ttg
permeabilitas.
 Penghambatan penerusan impuls dpt dicapai dg pendinginan
kuat (etilklorida) atau meracuni protoplasma sel (fenol)
Efek Lain Penggunaan Anastesi Lokal
 Menekan SSP
 Stlh resorpsi pertama  stimulasi  eksitasi  gemetar  konvulsi 
depresi  terhambatnya nafas  koma  mati
 Dibandingkan kokain, anastesi lokal sintetis kurang kuat merangsang
pusat2 kegiatan di otak & tdk adiksi
 Menekan sist kardiovaskular
 Pemberian scr iv pd kadar tinggi mempengaruhi otot jantung 
penurunan kepekaan thd rangsang listrik, kecepatan penerusan impuls
& daya kontraksi jantung (spt kinidin)
 Cepat dirombak olh tubuh
 O.k efek kerja kardiodepresif, lidokain & prokainamid juga digunakan
sbg obat antiaritmia
 Vasodilatasi
 Pd dosis besar dmn anastesi mencapai sirkulasi  menimbulkan
vasodilatasi sbg akibat blokade langsung saraf adrenergik (prokain,
tetrakain, cinchokain, bupivakain)
 Meningkatkan risiko & efek toksik
 Kecuali kokain yg bersifat vasokonstriksi
Farmakokinetik Anastesi Lokal
 Resorpsinya dari kulit & selaput lendir sgt cepat & baik, cth:
kokain,lidokain, prilokain & tetrakain
 Distribusi berlangsung pesat ke semua organ & jaringan,
sebaliknya resorpsi prokain di kulit buruk  tdk digunakan
dlm sediaan lokal
 Kecepatan daya kerja & lama ditentukan lipofilisitas, pKa,
derajat pengikatan pd protein & derajat vasodilatasi
 Metabolisme kebanyakan gol ester di hati dg hidrolisa enzim
esterase & dlm plasma dg enzim kolinesterase
 Metabolisme gol amida di hati & diekskresi via urin
 Toksisitas tergantung pd keseimbangan kec. Resorpsi &
degradasi  toksisitas dpt diperkecil dg vasokonstriktor pd
saat bersamaan
 Benefit : daya kerja diperpanjang & berkurangnya kehilangan darah pd
luka tempat bedah, misal Norepinefrin 1:100.000 atau epinefrin
1:200.000 dg ESO lbh minimal.
 Kombinasi tdk boleh digunakan pd bagian tubuh tertentu spt jari
tangan/ kaki, hidung, telinga, penis krn bisa timbul iskemia dan jaringan
mati.
ESO Anastesi Lokal
 Selain efek depresi SSP dan kardiodepresif  ESO
lainnya :
 Reaksi hipersensitivitas : exantema, urtikaria,
bronkospasme, shock anafilaktik (letal)
 Cth : klp ester prokain & tetrakain  shg tdk
digunakan dlm sediaan lokal
 Reaksi disebabkan olh PABA (para-amino-benzoic
acid) yg terbentuk mll hidrolisa  meniadakan efek
antibakteri sulfonamid  o.k pasien dg terapi sulfa
tdk boleh dikombinasi dg penggunaan ester ini.
CARA PENGGUNAAN ANASTESI LOKAL
 Secara parenteral
 Infiltrasi  bbrp injeksi diberikan pd/sekitar jaringan yg dianestesi shg rasa
di kulit dan jar.lbh dlm hilang mis pd praktek THT & gigi/gusi (ekstraksi)
 Konduksi/blokade saraf perifer  injeksi di tulbel pd suatu tmp berkumpul
byk saraf  efek anastesi lbh luas misal operasi lengan/kaki,bahu,rasa nyeri
hebat
 Spinal (intratekal)  injeksi pd tulbel yg berisi cairan otak (liquor)  injeksi
melintasi selaput luar sutul (durameter) besarnya antara ruas lumbal L3-L4 
dicapai dlm bbrp menit  pembiusan dr bag bawah tubuh, dr kaki s/d tulang
dada  kesadaran pasien tdk dihilangkan & pasca bedah kurang timbul rasa
mual
 Epidural  disuntik di epidural (antara kedua selaput luar sutul)  dicapai
dlm ½ jam tgt efek yg dikehendaki  diberikan di lokasi yg berbeda2 misal
scr lumbal utk persalinan s.c, pembedahan perut bag bawah. Scr servical utk
mencapai bius pd daerah tengkuk, scr thoracal utk pemotongan di paru2 dan
perut again atas. Bila digunakan kateter  utk pembedahan yg waktunya lama
/ pasca bedah sbg antinyeri
 Permukaan  suntikan utk penghilang rasa nyeri o.k cabut gigi geraham atau
pembedahan kecil, jahit luka, prosedur diagnostik : bronkoskopi, gastroskopi,
sitoskopi
CARA PENGGUNAAN ANASTESI LOKAL
 Secara oral
 Anastesi lokal digunakan sbg larutan utk nyeri di mulut atau tablet
hisap, dalam btk tetes mata utk mengukur tekanan intraokuler /
mengeluarkan benda asing, dlm btk salep utk gatal2 atau nyeri luka
bakar, dan dlm btk pil taruh anti wasir.
 Senyawa ester  alergi di kulit  gunakan senyawa amida
 Anastesi lokal sering dianggap dopping  restriksi pemakaian
 Dipengaruhi PH  krn basa bebas sukar larut & tdk stabil 
umumnya digunakan garam Cl yg mudah larut dlm air  bersifat
asam, di dlm jar tdk aktif & stlh dinetralkan barulah basanya (lipofil)
dpt menembus jaringan & menimbulkan efek
 Penambahan vasokonstriktor  utk memperpanjang daya kerja spt
adrenalin 1: 2-400.000 , benefit : resorpsi anastesi diperlambat,
toksisitas turun, mula kerja cepat, kerja lbh kuat, lokasi pembedahan
tdk banyak berdarah
KOKAIN = benzoylmetilekgonin
 Derivat tropan dg struktur atropin  tdpt alami pd daun Erythroxylon coca
(Peru, Bolivia) dg kadar 0,8 – 1,5%.
 Efek vasokonstriksi & kerja lbh lama  mekanisme: merintangi re-uptake
noradrenalin di ujung neuron adrenergik shg kadarnya di reseptor
meningkat
 Efek simpatomimetik sentral & perifer  daya kerja stimulasinya thd SSP
(korteks) : gejala gelisah, ketegangan, konvulsi, euforia, meningkatnya
kapasitas & tenaga tanpa lelah, melebarkan pupil mata (midriasis).
 Banyak disalahgunakan  adiksi fisik & psikis  stimulasi sentral lalu
disusul dg depresi & berhenti nafas (pd dosis tinggi)
 Penggunaan : anastesi permukaan pd pembedahan THT/ mata  tdk
digunakan lg sbg tetes mata krn risiko cacat kornea & midriasis.
 Penggunaan sistemis : kokain toksik  menimbulkan angina pektoris &
infark otot jantung  penggunaan sering & dosis tinggi : nekrosis akibat
vasokonstriksi, cth mukosa hidung
 Resorpsi dr selaput lendir baik  efek nampak stlh 1 menit & bekerja
selama 1 jam, daya kerja relatif singkat dg t ½ = 50 menit.
 Dirombak oleh enzim kolinesterase di hati & dieskresikan via urine.
 Kehamilan : dpt meningkatkan abortus dan risiko cacat janin (trtm sal.
Kemih)
 Dosis : kedokteran mata : larutan (HCl) 1-4 %, anestesi THT 1 – 10%
BENZOKAIN = anastesin, etilaminobenzoat,
benzomid, rako
 Derivat PABA yg resorpsi lambat
 Khasiat anastetik lokal lemah, shg hy digunakan pd
anastesi permukaan utk menghilangkan nyeri & gatal
(pruritus)
 Digunakan dlm btk suppos (250-500 mg/rako) atau
salep 2% antiwasir (borraginol), juga dlm salep kulit,
bedak tabur 5-20% & lotion anti sunburn (benzomid
3%).
 Menimbulkan efek sensibilisasi  jangan digunakan
sembarangan
 Secara per oral dpt utk mematikan rasa di mukosa
lambung, pemakaian kombinasi dg antasida pada peptik
ulcer.
PROKAIN = novocain, etokain, gerovital
 Derivat benzoat  efek tdk setoksik kokain dg kerja singkat
dan tdk menimbulkan adiksi
 Dlm tubuh, dihidrolisis cepat olh enzim kolinesterase jd
dietilaminoetanol & PABA yg mengantagonis kerja sulfonamid.
 Resorpsi di kulit buruk, maka sering hanya digunakan sbg
injeksi & sering bersama dg adrenalin utk memperpanjang
daya kerja.
 Sbg anastetik lokal, prokain sdh byk digantikan dg lidokain dg
ESO lbh ringan.
 ESO serius: hipersensitivitas  dosis rendah bs timbul kolaps
& kematian, reaksi alergi thd sediaan kombinasi prokain-
penisilin
 Dosis : anastesi infiltrasi 0,25 – 0,5 %, blokade saraf 1 – 2%
OKSIBUPROKAIN = benoxinate, novesine
 Derivat oksibutil  tidak bersifat merangsang, trtm
digunakan pd THT & mata.
 Pemakaian harus hati-hati bila ada selaput lendir yg
rusak / peradangan setempat.
 Mula kerja cepat & kuat (dlm 1 menit) & bertahan 10
menit.
 Toksisitas ringan & tdk menimbulkan reaksi alergi
 Efeknya kurang merangsang (lemah) dibandingkan tetes
mata tetrakain
 Memiliki efek bakteriostatis lemah
 Dosis : tetes mata 0,1 – 0,4 %, untuk THT 10 mg/ml dan
dlm salep 1%
TETRAKAIN = ametokain
 Derivat benzoat dg gugus metil pd atom H  efek 10x lbh kuat dr
prokain, tp lbh toksik.
 Mulai kerja cepat & berlangsung lama, sdgkn resorpsinya dr
mukosa jauh lbh baik dr prokain.
 Terikat pd prot plasma 76%  stlh injeksi, efeknya timbul dlm
waktu 15 menit & berlangsung 2-3 jam, pd penggunaan lokal efek
bertahan slm 45 menit.
 Hidrolisisnya olh enzim kolinesterase lbh lambat dibandingkan
anastesi ester lain.
 Karena daya kerja kuat, jarang digunakan utk anastesi infiltrasi
/konduksi.
 Dosis : dlm tetes mata 0,5-1% dan bekerja lbh kuat drpd tetes mata
oksibuprokain, tp lbh merangsang.
 Tetes mata tetrakain kurang efektif krn perasaan nyeri berlokasi di
telinga bagian tengah (mid-ear) & tdk dicapai olh obat ini
 Campuran kokain, tetrakain & epinefrin (TAC) digunakan utk
anestesi permukaan pd kulit
 Tersedia dlm tablet hisap mengandung 60 mg tetrakain.
LIDOKAIN = lignokain, xylocaine, emla
 Derivat asetanilid  pilihan utama pd anestesi permukaan / infiltrasi
 Digunakan pd selaput lendir & kulit utk nyeri, rasa terbakar & gatal.
 Efek lbh kuat & lbh cepat kerja (cepat, bbrp menit efek lgsg muncul) & bertahan
lbh lama (t ½ 1,5-2jam, lama kerja 60-90 menit) dr prokain
 Penggunaan: tdk menyebabkan hipersensitasi  byk dipakai dlm sediaan topikal
 Digunakan stlh infark jantung sbg pencegahan aritmia ventrikular (antiaritmia)
 Resorpsi : melalui kulit ke dlm saraf berlangsung cepat.
 90% dirombak di hati jd metabolit aktif Monoetilglisin-xilidida (MEGX) & glisin-
xilidida (GX) dg t ½ @ 2 jam & 10 jam  ekskresi mll kemih dlm keadaan utuh
10% & sisanya sbg metabolit
 ESO : mengantuk, pusing, sukar bicara, hipotensi, konvulsi, semua efek SSP pd
dosis besar  hati2 pd pasien gangguan fungsi hati, gagal jantung, depresi
pernapasan & shock.
 Dosis: larutan injeksi 0,5 – 5% dengan atau tanpa adrenalin, dlm suppositoria
50-100 mg dan salep 2,5 – 5%, utk tenggorok 2 – 4 %, larutan semprot 100
mg/ml, tetes mata 4% dan tetes telinga 5 mg/g atau 6,3 mg/ml dlm gliserol
 Sebagai tetes telinga, obat jangan digunakan pd perforasi selaput gendang
PRILOKAIN = citanest, emla
 Mula kerja & kekuatan = lidokain, tapi toksisitas lbh
rendah dr lidokain, krn efek vasodilatasinya lbh ringan
shg resorpsinya jg lbh lambat & perombakan lbh cepat.
 Di dalam hati dirombak jd o-toluidin & metabolit lain 
ekskresi mll urine < 1%.
 Digunakan pd anastesi permukaan (4%) dan scr
parenteral 1 – 1,5% dg atau tanpa adrenalin
 ESO: methemoglobinemia & sianosis terutama pd dosis
besar o.k metabolit o-toluidin
 Dosis : maks 400 mg/kali pemakaian, 600 mg bersama
vasokonstriktor
 Emla cream mengandung lidokain 2,5% + prilokain 2,5%
MEPIVAKAIN = scandicaine, estradurin
 Derivat piperidin  mulai kerja & kekuatan mirip lidokain
tetapi bertahan sedikit lebih lama
 Tidak berefek vasodilatasi  shg tdk perlu (+)
vasokonstriktor.
 Digunakan sbg anastesi infiltrasi & jenis anestesi parenteral
lainnya sbg larutan 1-2% pd pembedahan mata, THT & gigi.
 Efek tampak setelah 4 menit & berlangsung 1-4 jam.
 Terikat prot plasma 60-85%  dimetabolisme mll N-
demetilasi jd pipekoloksilidin (PPX) utuh 5-10%, sisanya sbg
metabolit, 5% diekskresikan via paru sbg CO2
 Plasma t ½ mencapai 2-3 jam.
 Dosis: parenteral 350-400 mg, maks 1 g/24 jam sbg larutan 5-
30 mg/ml
BUPIVAKAIN = marcaine
 Derivat butil yg bersifat 3x lbh kuat dr lidokain & long
acting (5-8 jam)
 Digunakan utk anestesi daerah luas (larutan 0,25 –
0,5%) dikombinasi adrenalin 1:200.000  derajat
relaksasi otot tergantung pd kadarnya.
 Terikat dg prot plasma 82-96%
 Dimetabolisme melalui N-dealkilasi  pipekoloksilidin
(PPX)
 Ekskresinya mll kemih 5% dlm keadaan utuh, sebagian
kecil dlm PPX & sisanya metabolit lain dg waktu paruh
1,5 – 5,5 jam.
 Dapat digunakan pd kehamilan dg kadar 2,5 – 5 mg/ml
(paling sedikit melintasi plasenta)
SENYAWA AMIDA
 CINCHOKAIN = dibukain, proctosedyl, scheriproct
 Derivat kinolin  efek > kuat drpd lidokain tapi > toksik
 Kerjanya bertahan lbh lama dr lidokain & bersifat vasodilatasi
 banyak digunakan sbg anastesi permukaan  suppositoria
antiwasir (1-5 mg) atau dlm salep (0,5-1%) untuk nyeri & gatal.
 Tidak menimbulkan reaksi hipersensitivitas
 Efeknya tampak setelah 15 menit pasca pemakaian dan
berlangsung cukup lama, 2-4 jam.
SENYAWA AMIDA
 ARTIKAIN = carticaine, ultracain
 Derivat tiofen  masa kerja panjang
 Terikat pd protein plasma 95%  efek timbul setelah 3 menit
& berlangsung agak lama (45-90 menit).
 Digunakan pd pembedahan kecil di kedokteran gigi  karena
penetrasi ke tulang & gigi yg lebih baik dibandingkan lidokain
 ESO : pada orang yg alergi thd zat pengisi lubang gigi
(amalgam/tembelan) dan artikain  menyebabkan reaksi
hipersensitivitas.
 Dosis dewasa 400 mg/kali pemakaian.
SENYAWA LAIN
 ETIL KLORIDA = kloretan, kloretil
 Gas mudah menyala & eksplosif  tekanan ringan jd cair
 Bau spt eter, rasa pedas dan beredar dlm btk ampul gelas
besar / aerosol.
 Khasiat anastesi kuat tp singkat (1 menit)
 Toksik pd hati dan jantung  hy digunakan scr lokal utk
anastesi pembekuan cepat pd pembedahan kecil (spray kulit),
cth: operasi kutil.
 Mekanisme : menguapnya kloretil dg cepat berkat titik
didihnya yg rendah bila disemprotkan di atas kulit
 ESO : nyeri, kejang otot bila pendinginan terlalu kuat 
jangan digunakan pd kulit yg rusak/tdk utuh/luka, atau
selaput lendir.
SENYAWA LAIN
 FENOL = asam karbol, acidum carbolicum, calamine
lotion
 Khasiat anastetik & antigatal
 Berdaya bakterisid dan fungisid pd kadar > 1% dan > 1,3%
 Sering digunakan utk terapi gatal (urtikaria) e.c biang keringat
(prickly heat) dg kadar 1-2% dalam lotion kalamine
(caladine®).
 Larutan air dg kadar > 2% dpt merusak kulit e.c sifat kausatik
(membakar)
 Penggunaan lain: sbg konservans dlm larutan injeksi
SENYAWA LAIN
 BENZILALKOHOL
 Cairan ini melarut dlm air
 Efek anastetik & antigatal lemah, begitu pula efek
bakteriostatik thd kuman gram (+), virustatis dan fungistatis
lemah.
 Kerja optimal dlm suasana asam, tdk merangsang alergi, tdk
toksik  sering digunakan dlm bentuk krim 10% benzilalkohol
utk gatal-gatal (urtikaria) atau sunburn, juga pd sakit gigi
(dosis 1-2 tetes)
 Dalam larutan injeksi im atau sk, digunakan sbg konservan
dan anastetik (10 mg/ml)
CAPEK YA ??
PUCING PALA
BARBIE….
SUDAH DULU
YA…
MA’ACIEE...
arysarasmita@yahoo.com

More Related Content

Similar to ANASTESI

LAPKAS TUMOR MAKSILA ppt.pptx
LAPKAS TUMOR MAKSILA ppt.pptxLAPKAS TUMOR MAKSILA ppt.pptx
LAPKAS TUMOR MAKSILA ppt.pptxMRezkiZanuar
 
persiapan obat dan alat anestesi umum, lokal.pptx
persiapan obat dan alat anestesi umum, lokal.pptxpersiapan obat dan alat anestesi umum, lokal.pptx
persiapan obat dan alat anestesi umum, lokal.pptxsyukronchalim
 
PPT Kel 4 Farmakologi.pptx
PPT Kel 4 Farmakologi.pptxPPT Kel 4 Farmakologi.pptx
PPT Kel 4 Farmakologi.pptxAuliaPutri98
 
126990 penggolongan obat sistem pencernaan &amp; sistem saraf
126990 penggolongan obat sistem pencernaan &amp; sistem saraf126990 penggolongan obat sistem pencernaan &amp; sistem saraf
126990 penggolongan obat sistem pencernaan &amp; sistem sarafnataliaayp
 
Pengaturan pernafasan ok
Pengaturan pernafasan ok Pengaturan pernafasan ok
Pengaturan pernafasan ok fikri asyura
 
12878839-2-Terapi-Oksigen-Dan-Penatalaksanaan-Jalan-Napas.ppt
12878839-2-Terapi-Oksigen-Dan-Penatalaksanaan-Jalan-Napas.ppt12878839-2-Terapi-Oksigen-Dan-Penatalaksanaan-Jalan-Napas.ppt
12878839-2-Terapi-Oksigen-Dan-Penatalaksanaan-Jalan-Napas.pptErik Efendi
 
Anestesi umum-fk-ur
Anestesi umum-fk-urAnestesi umum-fk-ur
Anestesi umum-fk-urAldi Rauf
 
fdokumen.com_obat-sistem-saraf-otonom-ppt.pptx
fdokumen.com_obat-sistem-saraf-otonom-ppt.pptxfdokumen.com_obat-sistem-saraf-otonom-ppt.pptx
fdokumen.com_obat-sistem-saraf-otonom-ppt.pptxssuser861050
 
REFLEKSI KASUS Anestesi.pptx
REFLEKSI KASUS Anestesi.pptxREFLEKSI KASUS Anestesi.pptx
REFLEKSI KASUS Anestesi.pptxAdnalKhemalPasha
 
Salinan dari Pastel Blue Pink Yellow and Orange Illustrations and Doodles Hea...
Salinan dari Pastel Blue Pink Yellow and Orange Illustrations and Doodles Hea...Salinan dari Pastel Blue Pink Yellow and Orange Illustrations and Doodles Hea...
Salinan dari Pastel Blue Pink Yellow and Orange Illustrations and Doodles Hea...nadyahermawan
 
EKSPEKTORAN & MUKOLITIK
EKSPEKTORAN & MUKOLITIKEKSPEKTORAN & MUKOLITIK
EKSPEKTORAN & MUKOLITIKSapan Nada
 
Asfiksia neonatorum (high lights)
Asfiksia neonatorum (high lights)Asfiksia neonatorum (high lights)
Asfiksia neonatorum (high lights)mskosim
 
Morphin : PR dr Heru
Morphin : PR dr HeruMorphin : PR dr Heru
Morphin : PR dr HeruNur Hajriya
 
Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...
Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...
Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...pjj_kemenkes
 
Modul farmakologi 2 kb 3.-
Modul farmakologi 2 kb 3.-Modul farmakologi 2 kb 3.-
Modul farmakologi 2 kb 3.-pjj_kemenkes
 
Obat Emergensi dan Anestesi.pptx
Obat Emergensi dan Anestesi.pptxObat Emergensi dan Anestesi.pptx
Obat Emergensi dan Anestesi.pptxssuser11fe02
 

Similar to ANASTESI (20)

Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
LAPKAS TUMOR MAKSILA ppt.pptx
LAPKAS TUMOR MAKSILA ppt.pptxLAPKAS TUMOR MAKSILA ppt.pptx
LAPKAS TUMOR MAKSILA ppt.pptx
 
persiapan obat dan alat anestesi umum, lokal.pptx
persiapan obat dan alat anestesi umum, lokal.pptxpersiapan obat dan alat anestesi umum, lokal.pptx
persiapan obat dan alat anestesi umum, lokal.pptx
 
PPT Kel 4 Farmakologi.pptx
PPT Kel 4 Farmakologi.pptxPPT Kel 4 Farmakologi.pptx
PPT Kel 4 Farmakologi.pptx
 
126990 penggolongan obat sistem pencernaan &amp; sistem saraf
126990 penggolongan obat sistem pencernaan &amp; sistem saraf126990 penggolongan obat sistem pencernaan &amp; sistem saraf
126990 penggolongan obat sistem pencernaan &amp; sistem saraf
 
Pengaturan pernafasan ok
Pengaturan pernafasan ok Pengaturan pernafasan ok
Pengaturan pernafasan ok
 
Obat sistem respirasi
Obat sistem respirasiObat sistem respirasi
Obat sistem respirasi
 
TABEL OBAT LASA.docx
TABEL OBAT LASA.docxTABEL OBAT LASA.docx
TABEL OBAT LASA.docx
 
12878839-2-Terapi-Oksigen-Dan-Penatalaksanaan-Jalan-Napas.ppt
12878839-2-Terapi-Oksigen-Dan-Penatalaksanaan-Jalan-Napas.ppt12878839-2-Terapi-Oksigen-Dan-Penatalaksanaan-Jalan-Napas.ppt
12878839-2-Terapi-Oksigen-Dan-Penatalaksanaan-Jalan-Napas.ppt
 
BRONKODILATOR
BRONKODILATORBRONKODILATOR
BRONKODILATOR
 
Anestesi umum-fk-ur
Anestesi umum-fk-urAnestesi umum-fk-ur
Anestesi umum-fk-ur
 
fdokumen.com_obat-sistem-saraf-otonom-ppt.pptx
fdokumen.com_obat-sistem-saraf-otonom-ppt.pptxfdokumen.com_obat-sistem-saraf-otonom-ppt.pptx
fdokumen.com_obat-sistem-saraf-otonom-ppt.pptx
 
REFLEKSI KASUS Anestesi.pptx
REFLEKSI KASUS Anestesi.pptxREFLEKSI KASUS Anestesi.pptx
REFLEKSI KASUS Anestesi.pptx
 
Salinan dari Pastel Blue Pink Yellow and Orange Illustrations and Doodles Hea...
Salinan dari Pastel Blue Pink Yellow and Orange Illustrations and Doodles Hea...Salinan dari Pastel Blue Pink Yellow and Orange Illustrations and Doodles Hea...
Salinan dari Pastel Blue Pink Yellow and Orange Illustrations and Doodles Hea...
 
EKSPEKTORAN & MUKOLITIK
EKSPEKTORAN & MUKOLITIKEKSPEKTORAN & MUKOLITIK
EKSPEKTORAN & MUKOLITIK
 
Asfiksia neonatorum (high lights)
Asfiksia neonatorum (high lights)Asfiksia neonatorum (high lights)
Asfiksia neonatorum (high lights)
 
Morphin : PR dr Heru
Morphin : PR dr HeruMorphin : PR dr Heru
Morphin : PR dr Heru
 
Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...
Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...
Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...
 
Modul farmakologi 2 kb 3.-
Modul farmakologi 2 kb 3.-Modul farmakologi 2 kb 3.-
Modul farmakologi 2 kb 3.-
 
Obat Emergensi dan Anestesi.pptx
Obat Emergensi dan Anestesi.pptxObat Emergensi dan Anestesi.pptx
Obat Emergensi dan Anestesi.pptx
 

More from UDAYANA UNIVERSITY

Peran Apoteker dalam Interpretasi Data Klinik dan Laboratorium.pptx
Peran Apoteker dalam Interpretasi Data Klinik dan Laboratorium.pptxPeran Apoteker dalam Interpretasi Data Klinik dan Laboratorium.pptx
Peran Apoteker dalam Interpretasi Data Klinik dan Laboratorium.pptxUDAYANA UNIVERSITY
 
UTEROTONIK DAN ANTIPERDARAHAN.pptx
UTEROTONIK DAN ANTIPERDARAHAN.pptxUTEROTONIK DAN ANTIPERDARAHAN.pptx
UTEROTONIK DAN ANTIPERDARAHAN.pptxUDAYANA UNIVERSITY
 
RESEP DAN BENTUK SEDIAAN OBAT.ppt
RESEP DAN BENTUK SEDIAAN OBAT.pptRESEP DAN BENTUK SEDIAAN OBAT.ppt
RESEP DAN BENTUK SEDIAAN OBAT.pptUDAYANA UNIVERSITY
 
Innovation on Global Pathway Care for Allergic Rhinitis and Its Impact to Asthma
Innovation on Global Pathway Care for Allergic Rhinitis and Its Impact to AsthmaInnovation on Global Pathway Care for Allergic Rhinitis and Its Impact to Asthma
Innovation on Global Pathway Care for Allergic Rhinitis and Its Impact to AsthmaUDAYANA UNIVERSITY
 
KULIAH ANTIBIOTIKA FARMASI DAN KEBIDANAN
KULIAH ANTIBIOTIKA FARMASI DAN KEBIDANANKULIAH ANTIBIOTIKA FARMASI DAN KEBIDANAN
KULIAH ANTIBIOTIKA FARMASI DAN KEBIDANANUDAYANA UNIVERSITY
 

More from UDAYANA UNIVERSITY (10)

Peran Apoteker dalam Interpretasi Data Klinik dan Laboratorium.pptx
Peran Apoteker dalam Interpretasi Data Klinik dan Laboratorium.pptxPeran Apoteker dalam Interpretasi Data Klinik dan Laboratorium.pptx
Peran Apoteker dalam Interpretasi Data Klinik dan Laboratorium.pptx
 
UTEROTONIK DAN ANTIPERDARAHAN.pptx
UTEROTONIK DAN ANTIPERDARAHAN.pptxUTEROTONIK DAN ANTIPERDARAHAN.pptx
UTEROTONIK DAN ANTIPERDARAHAN.pptx
 
PENGELOLAAN OBAT.ppt
PENGELOLAAN OBAT.pptPENGELOLAAN OBAT.ppt
PENGELOLAAN OBAT.ppt
 
RESEP DAN BENTUK SEDIAAN OBAT.ppt
RESEP DAN BENTUK SEDIAAN OBAT.pptRESEP DAN BENTUK SEDIAAN OBAT.ppt
RESEP DAN BENTUK SEDIAAN OBAT.ppt
 
OBAT PADA BAYI DAN ANAK.pptx
OBAT PADA BAYI DAN ANAK.pptxOBAT PADA BAYI DAN ANAK.pptx
OBAT PADA BAYI DAN ANAK.pptx
 
HORMON PADA WANITA.pptx
HORMON PADA WANITA.pptxHORMON PADA WANITA.pptx
HORMON PADA WANITA.pptx
 
Innovation on Global Pathway Care for Allergic Rhinitis and Its Impact to Asthma
Innovation on Global Pathway Care for Allergic Rhinitis and Its Impact to AsthmaInnovation on Global Pathway Care for Allergic Rhinitis and Its Impact to Asthma
Innovation on Global Pathway Care for Allergic Rhinitis and Its Impact to Asthma
 
VITAMIN MINERAL
VITAMIN MINERALVITAMIN MINERAL
VITAMIN MINERAL
 
Dosage form of drug
Dosage form of drugDosage form of drug
Dosage form of drug
 
KULIAH ANTIBIOTIKA FARMASI DAN KEBIDANAN
KULIAH ANTIBIOTIKA FARMASI DAN KEBIDANANKULIAH ANTIBIOTIKA FARMASI DAN KEBIDANAN
KULIAH ANTIBIOTIKA FARMASI DAN KEBIDANAN
 

Recently uploaded

TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptxssuser1f6caf1
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien DewasaUpdate 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien DewasaErdinataKusuma1
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 

Recently uploaded (20)

TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien DewasaUpdate 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 

ANASTESI

  • 1. TERAPI ANASTESI UMUM Disampaikan pada : Kuliah Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Denpasar MADE ARY SARASMITA, S.FARM, M.FARM.KLIN, APT J U R U S A N F A R M A S I F A K U L T A S M I P A U N I V E R S I T A S U D A Y A N A
  • 2. ANASTESI  Bhs Yunani  an = tanpa; aisthesis = perasaan  Anastesi = obat yang dpt menimbulkan depresi umum dr berbagai pusat di SSP yg REVERSIBEL, dimana seluruh perasaan & kesadaran ditiadakan.  Umumnya digunakan pd pembedahan :  Mencapai keadaan tidak sadar  Merintangan rangsangan nyeri  Memblokir reaksi refleks thd pembedahan  Pelemasan otot Diberikan kombinasi  hipnotika, analgetika dan relaksan otot Narkotika  sudah lama ditinggalkan karena efek ketergantungan (dulu narkotikum = obat bius)
  • 3. Tahapan Narkosa  Menekan SSP scr bertingkat & berturut2 menghentikan aktivitas :  Analgetik  kesadaran <<, euforia, nyaman, rasa nyeri hilang, halusinasi. Cth : eter, nitrogen monoksida  Eksitasi  kesadaran hilang & timbul kegelisahan (induksi)  Anastesia  pernapasan dangkal, cepat dan teratur, spt tidur, gerak & refleks mata hilang, otot lemas  Kelumpuhan sutul  aktivitas jantung & nafas terhenti. Tahap ini dihindari.
  • 4. Premedikasi & Postmedikasi  Analgetika ideal  mula kerja cepat, ESO <<, tdk merangsang mukosa, pemulihan cepat tnp efek sisa, tdk meningkatkan perdarahan  Kombinasi anastesi + obat lain  premedikasi  kurang dr 1 jam pre induksi dimulai  Tujuan :  Meniadakan kegelisahan  morfin, petidin, sedatif klorpromazin, diazepam, tiopental  Menghentikan sekresi ludah & dahak  kejang & gg nafas. Cth: atropin, skopolamin (bersama morfin)  Memperkuat efek anastesi  bekerja lbh “dalam” / dosisnya dpt diturunkan  Memperkuat relaksasi otot slm narkosa dicapai  tubokurarin & galamin  Postmedikasi  utk menghilangkan ESO spt gelisah, mual, muntah post op/anastesi  misal klorpromazin, ondansentron, metoklopramid, analgesik
  • 5. Penggolongan Obat Anastesi  Anastetika Inhalasi  halotan, enfluran, isofluran, sevofluran  Diberikan sbg uap pd saluran nafas  resorpsi cepat & ekskresi di alveoli dlm bentuk utuh  Mudah dipantau, setiap waktu dpt dihentikan  Cth anastesi yg jarang digunakan: eter, kloroform, trikloretilen dan siklopropan  Anastetika I.V  Juga dpt diberikan per rektal (suppos)  resorpsi kurang baik  Digunakan utk mendahului (induksi) anastesi total/ pemeliharaan, anastesi pd pembedahan singkat
  • 6. Mekanisme Kerja Anastesi Inhalasi  Utk dpt efek cepat  dimulai dosis tinggi  diturunkan perlahan sd memelihara keseimbangan pemberian & pengeluaran (ekshalasi)  Benefit : lbh cepat mengubah kedalaman anastesi dg mengurangi konsentrasi uap/gas yg diinhalasi  Tidak dimetabolisme tubuh  tdk bereaksi scr kimiawi  Scr fisika : tek parsial dlm udara yg diinhalasi, daya difusi, kelarutan dlm air, lemak & darah  semakin besar kelarutan zat dlm lemak, difusi makin cepat ke jar. Lemak & semakin cepat tercapai kadar yg diinginkan dlm SSP  Mekanisme : membentuk hidrat dg air yg bersifat stabil di SSP  merintangi transmisi rangsangan di sinaps  menimbulkan efek anastesi
  • 7. ESO Anastesi Inhalasi  Menekan pernapasan  Menekan sistem kardiovaskular  ESO pd eter lebih ringan drpd halotan, enfluran, isofluran  Merusak hepar & ginjal  kloroform  Oligouri (reversibel)  karena pengurangan aliran darah di ginjal  pasien perlu dihidrasi  Menekan sistem regulasi suhu  timbul rasa menggigil / kedinginan pasca bedah
  • 8. Teknik Pemberian Anastesi Inhalasi  Insuflasi  Gas/uap ditiupkan ke dlm mulut/tenggorok dg bantuan mesin.  Digunakan pd pembedahan yg tdk memakai kap, misal tonsilektomia  Sistem terbuka  Cairan diteteskan tetes demi tetes ke atas sehelai kasa di bawah suatu kap dr kawat yg menutupi mulut & hidung pasien.  Ekshalasi berlangsung keluar  shg byk zat terbuang, kurang ekonomis, menganggu lingkungan, risiko abortus pd org lain yg menghirup  Sistem tertutup  Mesin khusus menyalurkan campuran gas + O2 ke dlm kap  CO2 dr ekshalasi dimasukkan kembali  cth: N2O, siklopropan, halotan  Fungsi: mengisi kembali kebutuhan O2 basal, fungsi CO2 memperdalam pernapasan & mencegah apnea.  Utk mengurangi CO2 berlebih, diinstalasi dg soda-lime absorber (campuran Ca(OH)2 + KOH atau KOH + NaOH)  Lebih tepat & mengawasi anestesi dg baik.
  • 10. ETER  Cairan bau khas, mudah menguap, eksplosif  Efek analgetik dan anastesi kuat, relaksasi otot baik  Sebagian besar diinhalasi  dikeluarkan mll paru, metabolisme di hati  Indeks terapi / batas keamanan lebar  namun mudah melewati plasenta  ESO: merangsang mukosa sal. Napas (sekret bronki dan ludah)  (+) premed morfin-atropin 10-0,25 mg  Kelarutan dlm darah baik  Induksi berjalan lambat dan disertai ketegangan  Pengeluaran urine berkurang saat menggunakan eter, pemulihan lambat & disertai rasa tak enak  Biasa digunakan campuran 6-7% dg udara mll sistem terbuka / tertutup
  • 11. Trikloroetilen  Cairan dg bau & rasa spt CHCl3 (kloroform), tdk berwarna, tdk eksplosif  Khasiat anastesi lemah & lbh ringan dr kloroform dan kerja lbh lambat, tapi sifat analgetik lbh kuat & toksisitas lbh ringan.  Jarang digunakan lg, kec sbg anastesi bantuan pd pembedahan singkat di ked.gigi & kebidanan  Dikombinasi dg gas N2O & O2 dg sist. Terbuka krn CO2 bereaksi mjd fosgen yg sgt beracun  ESO : bradikardi, penghambatan fungsi ginjal & hati, stlh siuman, sering kali timbul mual, muntah, sakit kepala, pikiran kacau  Melewati plasenta
  • 12. N2O  Gas tdk berwarna dg bau khas, rasa manis, tdk bersifat merangsang, tdk eksplosif  Induksi cepat stlh melewati fase eksitasi, begitu juga pemulihannya  Khasiat analgetik kuat, tapi anastesinya lemah, tdk merelaksasi otot  hy digunakan utk anastesi singkat/lanjutan stlh induksi dg anastesi injeksi  Resorpsinya stlh inhalasi cepat & sebagian besar dieskresikan dg cepat dlm keadaan utuh via paru  Digunakan sbg campuran dg 30% oksigen & disimpan dlm silinder hitam & biru  ESO: timbul hipoksia, penggunaan lama timbul anemia megaloblaster akibat oksidasi dari atom kobal & vit B12.  Bekerja jauh lbh kurang depresif thd sist nafas & kardiovaskuler, tidak mempengaruhi SSP  Pasca bedah  15% kasus timbul mual dan muntah  Dosis = tracheal v/v 50-66% bersama oksigen
  • 13. Halotan = Fluothan  Cairan dg sifat fisika spt kloroform  Khasiat anastesi sgt kuat (2x CHCl3 & 4x eter) tp analgetis rendah & daya relaksasi otot ringan, yg baru adekuat pd anastesi dalam  Halotan digunakan dlm dosis rendah & dikombinasi dg relaksan otot spt galamin, suksametonium  Kelarutan dlm darah rendah  induksi lambat, mdh digunakan, tdk merangsang mukus sal. Napas, menekan refleks dr faring & laring,, melebarkan bronkioli & mengurangi sekresi ludah & bronki.  Pemulihan lancar  byk digunakan sbg anastesi pokok & pembantu pd narkosa dg obat yg bekerja lemah / short acting spt N20.  Halotan digunakan dg sistem tertutup dg kadar 1,5-3% dlm campuran O2, cairan mengandung thymol 0,01%  Sebagian dimetabolisme di hepar jd bromida & klorida anorganik serta trifluoacetic acid  diekskresi dlm keadaan utuh mll paru2 60-80% rata2 24 jam pasca pemberian  ESO : menekan pernapasan & kegiatan jantung, hipotensi. Halotan membuat jantung lbh peka dg adrenalin & toksik pd hepar
  • 14. Enfluran = Enthrane, Alyrane  Senyawa klor-pentafluor  anestesi-inhalasi kuat  Digunakan pd byk pembedahan, analgetik pd persalinan krn daya relaksasi otot & analgetik yg baik, efek tidur >>, namun tdk menekan SSP spt halotan  Resorpsi cepat dg waktu induksi 2-3 menit.  Dieskresikan 80-90% via paru dlm kondisi utuh  hy 2,5-10% diubah jd ion florida bebas & metabolit organis  ESO : hipotensi, aritmia, menekan nafas, hipotermia pasca bedah, mual, muntah, melemaskan otot uterus (meningkatkan perdarahan pd saat persalinan, s.c dan abortus)  Dosis = 0,5-4% v/v
  • 15. Isofluran = Forane, Aerrane  Isomer dari enfluren dg bau tdk enak, tdk eksplosif  Efek anastesi-inhalasi kuat dg sifat analgesi & relaksasi otot baik, daya kerja dan penekanan pd SSP = enfluran  Biasa digunakan kombinasi dg anastesi iv utk induksi  Tidak menimbulkan gangguan ginjal krn kadar fluorid dlm ginjal rendah  ESO: hipotensi, aritmia, menggigil, konstriksi bronki, WBC meningkat, pasca bedah timbul mual, muntah, keadaan tegang  Dosis : tracheal v/v 0,5-3% dalam O2 atau bersama O2 dan N2O
  • 16. Anastesi Golongan Non Inhalasi Propofol Droperidol Ketamin Tiopental Midazolam
  • 17. Propofol = Diprivan  Derivat isopropilfenol  utk induksi & pemeliharaan anastesi umum  Setelah injeksi iv, propofol cepat disalurkan ke otak, jantung, hati, ginjal  redistribusi sgt cepat ke otot, kulit, tulang, lemak  kadar dlm otak menurun cepat  Dirombak jd metabolit inaktif di hati & diekskresi mll urin  ESO: sesak napas, depresi sistem kardiovaskular (hipotensi, bradikardia), eksitasi ringan & tromboplebitis, stlh siuman timbul mual, muntah, nyeri kepala  Dosis : 2-12 mg/kg bobot badan (iv/infus)
  • 18. Ketamin = Ketalar, special K, street K  Derivat sikloheksanon  digunakan pd pembedahan singkat yg menimbulkan rasa sakit & utk induksi.  Metabolisme mll konjugasi di hati & ekskresi via urin  Metabolit  efek analgetis (t1/2 2 jam) berlangsung lbh lama drpd efek hipnotisnya  Ketamin  efek analgesi dalam  Tidak efektif thd nyeri perut & dada.  Disalahgunakan sbg halusinogen  halusinasi & penglihatan kacau  o.k blokade bbrp NT ttt di otak  ESO: hipertensi, kejang, sekresi ludah >>, tekanan intraokuler >>, mengurangi kerja jantung & paru, stlh pulih dapat timbul halusinasi  Dosis : im 10 mg/kgbb; iv 2 mg/kgbb
  • 19. Tiopental = thiopentone, penthiobarbital, pentothal  Gol barbital ultra-shortacting  sbg anastesi iv  Efek baik tp sgt singkat (t1/2 5 menit), mula kerja cepat (tanpa fase eksitasi), begitu pula pemulihan, tetapi efek analgetik & relaksasi otot tdk cukup kuat  Hy digunakan utk induksi & narkosa singkat pd pembedahan kecil (mulut) & sbg anastesi pokok bersamaan dg suatu anastesi lanjutan & relaksan otot  Terikat pd prot plasma 80%  di hati dirombak sgt lambat jd 3-5% pentobarbital, sisanya tdk aktif, diekskresi via urin  Kadar pd jar lemak 6-12x lbh besar drpd kadar plasma  ESO: depresi nafas (trtm injeksi yg sgt cepat & dosis tinggi)  tdk dpt digunakan pd insufisiensi sirkulasi, jantung/ hipertensi  ESO : sering menguap, batuk & kejang laring pd tahap awal anastesi, dpt timbul hipotensi, tembus plasenta & ASI  Dosis : iv 100-150 mg larutan 2,5-5% (perlahan), rektal 40 mg/kg maksimal 2 g
  • 20. Midazolam = dormicum  Derivat benzodiazepin  efek: hipnotis, anxiolitis, relaksasi otot & antikonvulsi, efek tidur  Digunakan pd taraf induksi & utk memelihara anastesi  Resorpsi agak cepat p.o, BA 40-50% krn mengalami metabolisme lintas pertama di hati  injeksi im BA 90%, terikat dg prot plasma 96%  Perombakan di hati berjalan cepat & sempurna  60-80% jd metabolit aktif 1-hidroksimetil-midazolam yg dikeluarkan via urine dlm btk glukuronida  T1/2 obat 1,5 – 2,5 jam, metabolit hidroksi 60-80 mnt  ESO: dosis > 0,1-0,15 mg/kgbb  hambatan pernapasan yg bisa fatal. Nyeri pd tempat injeksi, tromboflebitis  Dosis : premedikasi oral 25 mg 45 menit pra bedah, iv 2,5 mg
  • 21. Droperidol = thalamonal  Derivat benzimidazolinon = antidopamin kuat & antiserotonin lemah  digunakan sbg antipsikosis & utk premedikasi / induksi anastesi.  Biasa dikombinasi dg analgetik opioid fentanyl (thalamonal).  Dlm darah sebagian besar terikat pd protein plasma  Dirombak di hati dan dieskresi mll urine 10% dan feses dlm keadaan utuh & metabolitnya  ESO: eksitasi, hipotensi ringan, pd dosis tinggi timbul gejala ekstrapiramidal syndrome dg kekakuan otot, melewati plasenta  Dosis : oral pd nyeri kronis 2,5 – 20 mg sehari, pd kondisi eksitasi hebat iv 25-50 mg, utk induksi anastesi iv 15-20 mg
  • 22. TERAPI ANASTESI LOKAL Disampaikan pada : Kuliah Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Denpasar MADE ARY SARASMITA, S.FARM, M.FARM.KLIN, APT J U R U S A N F A R M A S I F A K U L T A S M I P A U N I V E R S I T A S U D A Y A N A
  • 23. ANASTESI LOKAL  Penghilang rasa setempat = merintangi scr reversibel penerusan impuls saraf ke SSP shg menghilangkan / mengurangi rasa nyeri, gatal, panas, dingin.  Byk senyawa pny efek dmkn, tp tdk reversibel & merusak sel saraf  mematikan rasa dg pendinginan yg kuat atau keracunan fenol  Sejarah  anastesi lokal pertama: kokain  blokade transmisi pd batang saraf  penghilang nyeri pd mata & ked.gigi, pembedahan  Dikembangkan anastesi lokal sintetis  prokain & benzokain, tetrakain, cinchokain, lidokain, mepivakain, prilokain, bupivakain
  • 24. Persyaratan Anastesi Lokal  Tidak merangsang jaringan  Tidak merusak susunan saraf scr permanen  Toksisitas sistemik rendah  Efektif dg jalan injeksi / penggunaan setempat pd selaput lendir  Mula kerja sesingkat mungkin, tapi bertahan lama  Dpt larut dlm air & menghasilkan larutan yg stabil, jg stabil pd proses pemanasan (sterilisasi)
  • 25. Penggolongan  Berdasarkan struktur kimia :  Gugus amino hidrofil (sekunder / tersier) yg dihubungkan dg suatu ikatan alkohol (ester) atau amida dg gugus aromatis lipofil  semakin panjang gugus alkohol, daya anastesi >>, toksisitas >>> Golongan (semuanya sintetis, kec. kokain) : • Senyawa ester : kokain dan ester PABA (benzokain, prokain, oksibuprokain, tetrakain) • Senyawa amida : lidokain, prilokain, mepivakain, bupivakain, cinchokain • Lainnya : fenol, benzilalkohol, etilklorida
  • 26. Mekanisme Kerja Anastesi Lokal  Pusat mekanisme kerja tltk di membran sel  Anestesi lokal  menghambat penerusan impuls dg menurunkan permeabilitas membran sel saraf utk Ion Na (bersaing dg ion Ca)  turunnya laju depolarisasi  ambang kepekaan thd rangsangan listrik lambat laun meningkat, shg tjd kehilangan rasa setempat scr reversibel.  Pd proses stabilisasi membran, Ion Ca berperan  molekul lipofil anestesi lokal mendesak ion Ca dlm membran sel tnp mengambil alih fungsinya  shg membran sel jd lbh padat & stabil  lbh baik dlm melawan sgl hal perubahan ttg permeabilitas.  Penghambatan penerusan impuls dpt dicapai dg pendinginan kuat (etilklorida) atau meracuni protoplasma sel (fenol)
  • 27. Efek Lain Penggunaan Anastesi Lokal  Menekan SSP  Stlh resorpsi pertama  stimulasi  eksitasi  gemetar  konvulsi  depresi  terhambatnya nafas  koma  mati  Dibandingkan kokain, anastesi lokal sintetis kurang kuat merangsang pusat2 kegiatan di otak & tdk adiksi  Menekan sist kardiovaskular  Pemberian scr iv pd kadar tinggi mempengaruhi otot jantung  penurunan kepekaan thd rangsang listrik, kecepatan penerusan impuls & daya kontraksi jantung (spt kinidin)  Cepat dirombak olh tubuh  O.k efek kerja kardiodepresif, lidokain & prokainamid juga digunakan sbg obat antiaritmia  Vasodilatasi  Pd dosis besar dmn anastesi mencapai sirkulasi  menimbulkan vasodilatasi sbg akibat blokade langsung saraf adrenergik (prokain, tetrakain, cinchokain, bupivakain)  Meningkatkan risiko & efek toksik  Kecuali kokain yg bersifat vasokonstriksi
  • 28. Farmakokinetik Anastesi Lokal  Resorpsinya dari kulit & selaput lendir sgt cepat & baik, cth: kokain,lidokain, prilokain & tetrakain  Distribusi berlangsung pesat ke semua organ & jaringan, sebaliknya resorpsi prokain di kulit buruk  tdk digunakan dlm sediaan lokal  Kecepatan daya kerja & lama ditentukan lipofilisitas, pKa, derajat pengikatan pd protein & derajat vasodilatasi  Metabolisme kebanyakan gol ester di hati dg hidrolisa enzim esterase & dlm plasma dg enzim kolinesterase  Metabolisme gol amida di hati & diekskresi via urin  Toksisitas tergantung pd keseimbangan kec. Resorpsi & degradasi  toksisitas dpt diperkecil dg vasokonstriktor pd saat bersamaan  Benefit : daya kerja diperpanjang & berkurangnya kehilangan darah pd luka tempat bedah, misal Norepinefrin 1:100.000 atau epinefrin 1:200.000 dg ESO lbh minimal.  Kombinasi tdk boleh digunakan pd bagian tubuh tertentu spt jari tangan/ kaki, hidung, telinga, penis krn bisa timbul iskemia dan jaringan mati.
  • 29. ESO Anastesi Lokal  Selain efek depresi SSP dan kardiodepresif  ESO lainnya :  Reaksi hipersensitivitas : exantema, urtikaria, bronkospasme, shock anafilaktik (letal)  Cth : klp ester prokain & tetrakain  shg tdk digunakan dlm sediaan lokal  Reaksi disebabkan olh PABA (para-amino-benzoic acid) yg terbentuk mll hidrolisa  meniadakan efek antibakteri sulfonamid  o.k pasien dg terapi sulfa tdk boleh dikombinasi dg penggunaan ester ini.
  • 30. CARA PENGGUNAAN ANASTESI LOKAL  Secara parenteral  Infiltrasi  bbrp injeksi diberikan pd/sekitar jaringan yg dianestesi shg rasa di kulit dan jar.lbh dlm hilang mis pd praktek THT & gigi/gusi (ekstraksi)  Konduksi/blokade saraf perifer  injeksi di tulbel pd suatu tmp berkumpul byk saraf  efek anastesi lbh luas misal operasi lengan/kaki,bahu,rasa nyeri hebat  Spinal (intratekal)  injeksi pd tulbel yg berisi cairan otak (liquor)  injeksi melintasi selaput luar sutul (durameter) besarnya antara ruas lumbal L3-L4  dicapai dlm bbrp menit  pembiusan dr bag bawah tubuh, dr kaki s/d tulang dada  kesadaran pasien tdk dihilangkan & pasca bedah kurang timbul rasa mual  Epidural  disuntik di epidural (antara kedua selaput luar sutul)  dicapai dlm ½ jam tgt efek yg dikehendaki  diberikan di lokasi yg berbeda2 misal scr lumbal utk persalinan s.c, pembedahan perut bag bawah. Scr servical utk mencapai bius pd daerah tengkuk, scr thoracal utk pemotongan di paru2 dan perut again atas. Bila digunakan kateter  utk pembedahan yg waktunya lama / pasca bedah sbg antinyeri  Permukaan  suntikan utk penghilang rasa nyeri o.k cabut gigi geraham atau pembedahan kecil, jahit luka, prosedur diagnostik : bronkoskopi, gastroskopi, sitoskopi
  • 31. CARA PENGGUNAAN ANASTESI LOKAL  Secara oral  Anastesi lokal digunakan sbg larutan utk nyeri di mulut atau tablet hisap, dalam btk tetes mata utk mengukur tekanan intraokuler / mengeluarkan benda asing, dlm btk salep utk gatal2 atau nyeri luka bakar, dan dlm btk pil taruh anti wasir.  Senyawa ester  alergi di kulit  gunakan senyawa amida  Anastesi lokal sering dianggap dopping  restriksi pemakaian  Dipengaruhi PH  krn basa bebas sukar larut & tdk stabil  umumnya digunakan garam Cl yg mudah larut dlm air  bersifat asam, di dlm jar tdk aktif & stlh dinetralkan barulah basanya (lipofil) dpt menembus jaringan & menimbulkan efek  Penambahan vasokonstriktor  utk memperpanjang daya kerja spt adrenalin 1: 2-400.000 , benefit : resorpsi anastesi diperlambat, toksisitas turun, mula kerja cepat, kerja lbh kuat, lokasi pembedahan tdk banyak berdarah
  • 32. KOKAIN = benzoylmetilekgonin  Derivat tropan dg struktur atropin  tdpt alami pd daun Erythroxylon coca (Peru, Bolivia) dg kadar 0,8 – 1,5%.  Efek vasokonstriksi & kerja lbh lama  mekanisme: merintangi re-uptake noradrenalin di ujung neuron adrenergik shg kadarnya di reseptor meningkat  Efek simpatomimetik sentral & perifer  daya kerja stimulasinya thd SSP (korteks) : gejala gelisah, ketegangan, konvulsi, euforia, meningkatnya kapasitas & tenaga tanpa lelah, melebarkan pupil mata (midriasis).  Banyak disalahgunakan  adiksi fisik & psikis  stimulasi sentral lalu disusul dg depresi & berhenti nafas (pd dosis tinggi)  Penggunaan : anastesi permukaan pd pembedahan THT/ mata  tdk digunakan lg sbg tetes mata krn risiko cacat kornea & midriasis.  Penggunaan sistemis : kokain toksik  menimbulkan angina pektoris & infark otot jantung  penggunaan sering & dosis tinggi : nekrosis akibat vasokonstriksi, cth mukosa hidung  Resorpsi dr selaput lendir baik  efek nampak stlh 1 menit & bekerja selama 1 jam, daya kerja relatif singkat dg t ½ = 50 menit.  Dirombak oleh enzim kolinesterase di hati & dieskresikan via urine.  Kehamilan : dpt meningkatkan abortus dan risiko cacat janin (trtm sal. Kemih)  Dosis : kedokteran mata : larutan (HCl) 1-4 %, anestesi THT 1 – 10%
  • 33. BENZOKAIN = anastesin, etilaminobenzoat, benzomid, rako  Derivat PABA yg resorpsi lambat  Khasiat anastetik lokal lemah, shg hy digunakan pd anastesi permukaan utk menghilangkan nyeri & gatal (pruritus)  Digunakan dlm btk suppos (250-500 mg/rako) atau salep 2% antiwasir (borraginol), juga dlm salep kulit, bedak tabur 5-20% & lotion anti sunburn (benzomid 3%).  Menimbulkan efek sensibilisasi  jangan digunakan sembarangan  Secara per oral dpt utk mematikan rasa di mukosa lambung, pemakaian kombinasi dg antasida pada peptik ulcer.
  • 34. PROKAIN = novocain, etokain, gerovital  Derivat benzoat  efek tdk setoksik kokain dg kerja singkat dan tdk menimbulkan adiksi  Dlm tubuh, dihidrolisis cepat olh enzim kolinesterase jd dietilaminoetanol & PABA yg mengantagonis kerja sulfonamid.  Resorpsi di kulit buruk, maka sering hanya digunakan sbg injeksi & sering bersama dg adrenalin utk memperpanjang daya kerja.  Sbg anastetik lokal, prokain sdh byk digantikan dg lidokain dg ESO lbh ringan.  ESO serius: hipersensitivitas  dosis rendah bs timbul kolaps & kematian, reaksi alergi thd sediaan kombinasi prokain- penisilin  Dosis : anastesi infiltrasi 0,25 – 0,5 %, blokade saraf 1 – 2%
  • 35. OKSIBUPROKAIN = benoxinate, novesine  Derivat oksibutil  tidak bersifat merangsang, trtm digunakan pd THT & mata.  Pemakaian harus hati-hati bila ada selaput lendir yg rusak / peradangan setempat.  Mula kerja cepat & kuat (dlm 1 menit) & bertahan 10 menit.  Toksisitas ringan & tdk menimbulkan reaksi alergi  Efeknya kurang merangsang (lemah) dibandingkan tetes mata tetrakain  Memiliki efek bakteriostatis lemah  Dosis : tetes mata 0,1 – 0,4 %, untuk THT 10 mg/ml dan dlm salep 1%
  • 36. TETRAKAIN = ametokain  Derivat benzoat dg gugus metil pd atom H  efek 10x lbh kuat dr prokain, tp lbh toksik.  Mulai kerja cepat & berlangsung lama, sdgkn resorpsinya dr mukosa jauh lbh baik dr prokain.  Terikat pd prot plasma 76%  stlh injeksi, efeknya timbul dlm waktu 15 menit & berlangsung 2-3 jam, pd penggunaan lokal efek bertahan slm 45 menit.  Hidrolisisnya olh enzim kolinesterase lbh lambat dibandingkan anastesi ester lain.  Karena daya kerja kuat, jarang digunakan utk anastesi infiltrasi /konduksi.  Dosis : dlm tetes mata 0,5-1% dan bekerja lbh kuat drpd tetes mata oksibuprokain, tp lbh merangsang.  Tetes mata tetrakain kurang efektif krn perasaan nyeri berlokasi di telinga bagian tengah (mid-ear) & tdk dicapai olh obat ini  Campuran kokain, tetrakain & epinefrin (TAC) digunakan utk anestesi permukaan pd kulit  Tersedia dlm tablet hisap mengandung 60 mg tetrakain.
  • 37. LIDOKAIN = lignokain, xylocaine, emla  Derivat asetanilid  pilihan utama pd anestesi permukaan / infiltrasi  Digunakan pd selaput lendir & kulit utk nyeri, rasa terbakar & gatal.  Efek lbh kuat & lbh cepat kerja (cepat, bbrp menit efek lgsg muncul) & bertahan lbh lama (t ½ 1,5-2jam, lama kerja 60-90 menit) dr prokain  Penggunaan: tdk menyebabkan hipersensitasi  byk dipakai dlm sediaan topikal  Digunakan stlh infark jantung sbg pencegahan aritmia ventrikular (antiaritmia)  Resorpsi : melalui kulit ke dlm saraf berlangsung cepat.  90% dirombak di hati jd metabolit aktif Monoetilglisin-xilidida (MEGX) & glisin- xilidida (GX) dg t ½ @ 2 jam & 10 jam  ekskresi mll kemih dlm keadaan utuh 10% & sisanya sbg metabolit  ESO : mengantuk, pusing, sukar bicara, hipotensi, konvulsi, semua efek SSP pd dosis besar  hati2 pd pasien gangguan fungsi hati, gagal jantung, depresi pernapasan & shock.  Dosis: larutan injeksi 0,5 – 5% dengan atau tanpa adrenalin, dlm suppositoria 50-100 mg dan salep 2,5 – 5%, utk tenggorok 2 – 4 %, larutan semprot 100 mg/ml, tetes mata 4% dan tetes telinga 5 mg/g atau 6,3 mg/ml dlm gliserol  Sebagai tetes telinga, obat jangan digunakan pd perforasi selaput gendang
  • 38. PRILOKAIN = citanest, emla  Mula kerja & kekuatan = lidokain, tapi toksisitas lbh rendah dr lidokain, krn efek vasodilatasinya lbh ringan shg resorpsinya jg lbh lambat & perombakan lbh cepat.  Di dalam hati dirombak jd o-toluidin & metabolit lain  ekskresi mll urine < 1%.  Digunakan pd anastesi permukaan (4%) dan scr parenteral 1 – 1,5% dg atau tanpa adrenalin  ESO: methemoglobinemia & sianosis terutama pd dosis besar o.k metabolit o-toluidin  Dosis : maks 400 mg/kali pemakaian, 600 mg bersama vasokonstriktor  Emla cream mengandung lidokain 2,5% + prilokain 2,5%
  • 39. MEPIVAKAIN = scandicaine, estradurin  Derivat piperidin  mulai kerja & kekuatan mirip lidokain tetapi bertahan sedikit lebih lama  Tidak berefek vasodilatasi  shg tdk perlu (+) vasokonstriktor.  Digunakan sbg anastesi infiltrasi & jenis anestesi parenteral lainnya sbg larutan 1-2% pd pembedahan mata, THT & gigi.  Efek tampak setelah 4 menit & berlangsung 1-4 jam.  Terikat prot plasma 60-85%  dimetabolisme mll N- demetilasi jd pipekoloksilidin (PPX) utuh 5-10%, sisanya sbg metabolit, 5% diekskresikan via paru sbg CO2  Plasma t ½ mencapai 2-3 jam.  Dosis: parenteral 350-400 mg, maks 1 g/24 jam sbg larutan 5- 30 mg/ml
  • 40. BUPIVAKAIN = marcaine  Derivat butil yg bersifat 3x lbh kuat dr lidokain & long acting (5-8 jam)  Digunakan utk anestesi daerah luas (larutan 0,25 – 0,5%) dikombinasi adrenalin 1:200.000  derajat relaksasi otot tergantung pd kadarnya.  Terikat dg prot plasma 82-96%  Dimetabolisme melalui N-dealkilasi  pipekoloksilidin (PPX)  Ekskresinya mll kemih 5% dlm keadaan utuh, sebagian kecil dlm PPX & sisanya metabolit lain dg waktu paruh 1,5 – 5,5 jam.  Dapat digunakan pd kehamilan dg kadar 2,5 – 5 mg/ml (paling sedikit melintasi plasenta)
  • 41. SENYAWA AMIDA  CINCHOKAIN = dibukain, proctosedyl, scheriproct  Derivat kinolin  efek > kuat drpd lidokain tapi > toksik  Kerjanya bertahan lbh lama dr lidokain & bersifat vasodilatasi  banyak digunakan sbg anastesi permukaan  suppositoria antiwasir (1-5 mg) atau dlm salep (0,5-1%) untuk nyeri & gatal.  Tidak menimbulkan reaksi hipersensitivitas  Efeknya tampak setelah 15 menit pasca pemakaian dan berlangsung cukup lama, 2-4 jam.
  • 42. SENYAWA AMIDA  ARTIKAIN = carticaine, ultracain  Derivat tiofen  masa kerja panjang  Terikat pd protein plasma 95%  efek timbul setelah 3 menit & berlangsung agak lama (45-90 menit).  Digunakan pd pembedahan kecil di kedokteran gigi  karena penetrasi ke tulang & gigi yg lebih baik dibandingkan lidokain  ESO : pada orang yg alergi thd zat pengisi lubang gigi (amalgam/tembelan) dan artikain  menyebabkan reaksi hipersensitivitas.  Dosis dewasa 400 mg/kali pemakaian.
  • 43. SENYAWA LAIN  ETIL KLORIDA = kloretan, kloretil  Gas mudah menyala & eksplosif  tekanan ringan jd cair  Bau spt eter, rasa pedas dan beredar dlm btk ampul gelas besar / aerosol.  Khasiat anastesi kuat tp singkat (1 menit)  Toksik pd hati dan jantung  hy digunakan scr lokal utk anastesi pembekuan cepat pd pembedahan kecil (spray kulit), cth: operasi kutil.  Mekanisme : menguapnya kloretil dg cepat berkat titik didihnya yg rendah bila disemprotkan di atas kulit  ESO : nyeri, kejang otot bila pendinginan terlalu kuat  jangan digunakan pd kulit yg rusak/tdk utuh/luka, atau selaput lendir.
  • 44. SENYAWA LAIN  FENOL = asam karbol, acidum carbolicum, calamine lotion  Khasiat anastetik & antigatal  Berdaya bakterisid dan fungisid pd kadar > 1% dan > 1,3%  Sering digunakan utk terapi gatal (urtikaria) e.c biang keringat (prickly heat) dg kadar 1-2% dalam lotion kalamine (caladine®).  Larutan air dg kadar > 2% dpt merusak kulit e.c sifat kausatik (membakar)  Penggunaan lain: sbg konservans dlm larutan injeksi
  • 45. SENYAWA LAIN  BENZILALKOHOL  Cairan ini melarut dlm air  Efek anastetik & antigatal lemah, begitu pula efek bakteriostatik thd kuman gram (+), virustatis dan fungistatis lemah.  Kerja optimal dlm suasana asam, tdk merangsang alergi, tdk toksik  sering digunakan dlm bentuk krim 10% benzilalkohol utk gatal-gatal (urtikaria) atau sunburn, juga pd sakit gigi (dosis 1-2 tetes)  Dalam larutan injeksi im atau sk, digunakan sbg konservan dan anastetik (10 mg/ml)
  • 46. CAPEK YA ?? PUCING PALA BARBIE…. SUDAH DULU YA… MA’ACIEE... arysarasmita@yahoo.com