SlideShare a Scribd company logo
1 of 43
Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan aesthētos, "persepsi, kemampuan untuk
merasa"), secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai
prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
Anastesiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mendasri berbagai tindakan meliputi pemberian anastesi
maupun analgetik, pengawasan keselamatan pasien di operasi maupun tindakan lainnya, bantuan hidup (resusitasi),
perawatan intensif pasien gawat, pemberian terapi inhalasi dan penanggulangan nyeri menahun.
PENGERTIAN ANASTESI
SKALA RESIKO “ASA”
“American Society of Anaesthesiologists” (ASA) menetapkan sistem penilaian yang membagi status fisik penderita.
Golongan Status Fisik
I
Tidak ada gangguan organic, biokimia dan psikiatri, misalnya penderita dengan
hernia inguinalis tanpa kelainan lain, orang tua sehat dan bayi muda yang sehat.
II
Gangguan sistemik ringan sampai sedang yang bukan disebabkan oleh penyakit
yang akan dibedah, misalnya penderita dengan obesitas, penderita bronchitis dan
penderita DM ringan yang akan menjalani apendektomi
III
Penyakit sistemik berat, misalnya penderita DM dengan komplikasi pembuluh
darah dan datang dengan appendicitis akut
IV
Penyakit gangguan sistemik berat yang membahayakan jiwa yang tidak selalu dapat
diperbaiki dengan pembedahan, missal insufisiensi koroner atau MCI
V
Keadaan terminal dengan kemungkinan hidup kecil, pembedahan dilakukan sebagai
pilihan terakhir, missal penderita syok berat karena perdarahan akibat kehamilan di
luar uterus yang pecah.
VI Pasien dengan mati batang otak
1. ANASTESI UMUM
Adalah tindakan menghilangkan rasa nyeri/sakit secara sentral disertai hilangnya kesadaran dan dapat pulih kembali
(reversible). Komponen trias anastesi ideal terdiri dari hipnotik, analgesia dan relaksasi otot.
Cara pemberian anastesi umum:
a. Parenteral (intramuscular/intravena)
Digunakan untuk tindakan yang singkat atau induksi anastesi.
b. Perektal
Dapat dipakai pada anak untuk induksi anastesi atau tindakan singkat.
c. Anastesi Inhalasi
Yaitu anastesi dengan menggunakan gas atau cairan anastesi yang mudah menguap (volatile agent) sebagai zat
anestetik melalui udara pernapasan. Zat anestetik yang digunakan berupa campuran gas (denganO2) dan
konsentrasi zat anestetik tersebut tergantung dari tekanan parsialnya.
PEMBAGIAN ANASTESI
Stadium Anestesi
Guedel (1920) membagi anestesi umum dengan eter dalam 4 stadium (stadium III dibagi menjadi 4 plana), yaitu:
a. Stadium I
Stadium I (analgesi) dimulai dari saat pemberian zat anestetik sampai hilangnya kesadaran. Pada stadium ini pasien
masih dapat mengikuti perintah dan terdapat analgesi (hilangnya rasa sakit). Tindakan pembedahan ringan, seperti
pencabutan gigi dan biopsi kelenjar dapat dilakukan pada stadium ini
b. Stadium II
Stadium II (delirium/eksitasi, hiperrefleksi) dimulai dari hilangnya kesadaran dan refleks bulu mata sampai
pernapasan kembali teratur.
c. Stadium III
Stadium III (pembedahan) dimulai dengan tcraturnya pernapasan sampai pernapasan spontan hilang. Stadium III dibagi menjadi 4
plana yaitu:
1) Plana 1 : Pernapasan teratur, spontan, dada dan perut seimbang, terjadi gerakan bola mata yang tidak menurut kehendak, pupil
midriasis, refleks cahaya ada, lakrimasi meningkat, refleks faring dan muntah tidak ada, dan belum tercapai relaksasi otot lurik
yang sempurna. (tonus otot mulai menurun).
2) Plana 2 : Pernapasan teratur, spontan, perut-dada, volume tidak menurun, frekuensi meningkat, bola mata tidak bergerak,
terfiksasi di tengah, pupil midriasis, refleks cahaya mulai menurun, relaksasi otot sedang, dan refleks laring hilang sehingga
dikerjakan intubasi.
3) Plana 3 : Pernapasan teratur oleh perut karena otot interkostal mulai paralisis, lakrimasi tidak ada, pupil midriasis dan sentral,
refleks laring dan peritoneum tidak ada, relaksasi otot lurik hampir sempuma (tonus otot semakin menurun).
4) Plana 4 : Pernapasan tidak teratur oleh perut karena otot interkostal paralisis total, pupil sangat midriasis, refleks cahaya hilang,
refleks sfmgter ani dan kelenjar air mata tidak ada, relaksasi otot lurik sempuma (tonus otot sangat menurun).
d. Stadium IV
Stadium IV (paralisis medula oblongata) dimulai dengan melemahnya pernapasan perut dibanding stadium III
plana 4. pada stadium ini tekanan darah tak dapat diukur, denyut jantung berhenti, dan akhirnya terjadi
kematian. Kelumpuhan pernapasan pada stadium ini tidak dapat diatasi dengan pernapasan buatan.
2. ANASTESI LOKAL/REGIONAL
Adalah tindakan menghilangkan nyeri/sakit secara lokal tanpa disertai hilangnya kesadaran. Pemberian
anestetik lokal dapat dengan tekhnik:
a. Anastesi Permukaan
Yaitu pengolesan atu penyemprotan analgetik lokal diatas selaput mukosa, seperti mata, hidung atau faring.
b. Anastesi Infiltrasi
Yaitu penyuntikan larutan analgetik lokal langsung diarahkan disekitar tempat lesi, luka dan insisi.
c. Anastesi Blok
Penyuntikan analgetik lokal langsung ke saraf utama atau pleksus saraf. Hal ini bervariasi dari blokade pada
saraf tunggal, misal saraf oksipital dan pleksus brachialis, anastesi spinal, anastesi epidural, dan anestesi
kaudal. Pada anestesi spinal, anestesi lokal disuntikkan ke ruang subarakhnoid.
d. Anastesi Regional Intravena
Yaitu penyuntikan larutan analgetik lokal. Ekstremitas dieksanguinasi dan diisolasi bagian proksimalnya dari
sirkulasi sistemik dengan torniquet pneumatik.
1) Anastesi Spinal
Anestesi spinal merupakan tipe blok konduksi saraf yang luas dengan memasukkan anestesi local dalam
rung subarachnoid di tingkat lumbal (biasanya L4 dan L5). Cara ini menghasilkan anesthesia pada ekstermitas
bawah, perenium dan abdomen bawah. Untuk prosedur fungsi lumbal, pasien dibaringkan miring dalam posisi
lutut-dada. Teknik steril diterapkan saat melakukan fungsi lumbal dan medikasi disuntikkan melalui jarum. Segera
setelah penyuntikan, pasien dibaringkan terlentang. Jika diinginkan tingkat blok yang secara relative tinggi, maka
kepala dan bahu pasien diletakkan lebih rendah.
Anastesi Blok
2) Blok Epidural
Anestesia epidural dicapai dengan menyuntikkan anestetik local ke dalam kanalis spinalis dalam spasium
sekeliling durameter. Anestesia epidural memblok fungsi sensori, motor dan otonomik yang mirip, tetapi tempat
injeksinya yang membedakannya dari anestesi spinal. Dosis epidural lebih besar disbanding dosis yang diberikan
selama anestesi spinal karena anestesi epidural tidak membuat kontak langsung dengan medulla atau radiks saraf.
3) Blok Pleksus Brakialis
Blok pleksus brakialis menyebabkan anestesia pada lengan.
4) Anestesia Paravertebral
Anestesia paravertebral menyebabkan anestesia pada saraf yang mempersarafi dada, dindind abdomen dan
ekstremitas.
5) Blok Transakral (Kaudal)
Blok transakral menyebabkan anestesia pada perineum
Lokasi
 Mudah di jangkau
 Diketahui semua orang
 Dapat dijangkau dalam waktu kurang
dari 1 menit
Airway
Breathing
Circulation
DTT
Di Luar Troli
NO Epinefrin
NAMA GENERIK
HCl Phinev
NAMA DAGANG KEKUATAN
1 mg/ml
JUMLAH
10 ampul
1Heparin natrium Inviclot 25.000 IU/5ml 1 vial
2Natrium bikarbonat Meylon 84 mg/25ml 3 ampul
3Norepinefrin bitartrat Levophed/ Vascon/ Raivas 4 mg/4ml 1 ampul
4Adenosin Adenocor 20 mg/2ml 3 ampul
5Aminofilin Phaminov 24 mg/10ml 1 ampul
6Antalgin Novalgin 1g/2ml 1 ampul
7Aqua pro injeksi Otsu-WI 25 ml
8Asam Traneksamat Transamin/ Kalnex/ Tranexid 500 mg/5ml 2 flacon
3 ampul
9Atropin Sulfat Atropin Sulfat 0.25 mg/ml 10 ampul
10Deksametason natrium fosfat Oradexon/ Kalmethason 5 mg/ml 3 ampul
11Diazepam Valium/ Valdimex/ Stesolid 10 mg/2ml 2 ampul
12Difenhidramin HCl Decadryl 10 mg/ml 1 ampul
13Digoksin Lanoxin/ Fargoxin 0.5 mg/2ml 3 ampul
14Dobutamin Dobutamine Giulini/ Inotrop/ Dobuject 250 mg/5ml 1 ampul
15Dopamin HCl Dopamin Giulini/ Indop 200 mg/5ml 1 ampul
16Fentanil Fentanil 0.05 mg/ml 1 ampul
17Furosemid Lasix/ Furosix/ Farsix 20 mg/2ml 5 ampul
18Flumazenil Anexate 0.1 mg/ml 1 vial
19Glukosa Dextrose 40% 25 ml 3 flacon
20Glukosa Dextrose 5% 100 ml 1 kolf
21Isosorbid dinitrat Cedocard/ Farsorbid 5 mg 2 tablet
22Kalsium glukonat Calcium gluconate 100 mg/ml 2 ampul
23Ketamin HCl Ketalar/ Ketamin-Hameln/ Ivanes 10 mg/ml 1 vial
24Lidokain HCl Xylocard 20 mg/ml 3 ampul
25Lidokain HCl Xylocain gel 10 g 1 tube
26Midazolam Dormicum/ Midazolam-Hameln/ Sedacum 5 mg/ml 5 ampul
27Nalokson HCL Narcan/ Nokoba 0.4 mg/ml 1 ampul
28Vitamin K Vitamin K 10 mg/ml 3 ampul
29Vekuronium bromida Norcuron/ Ecron 10 mg 1 vial
30
 Obat dalam algoritma henti jantung/aritmia yang mengancam nyawa:
 Epinefrin
 Sulfas atropin
 Lidocaine
 Amiodaron
 Adenosin
 Obat untuk menopang tekanan darah
 Dobutamin
 Dopamin
 Norepinefrin
 Vasopresin
 Nitrat kerja cepat
 Elektrolit
 Calcium glukonas
 Magnesium Sulfat
 Natrium Chlorida
 Kalium Chlorida
 Lainnya
 Glukosa
 Heparin
 Furosemid
 Obat anestesi
 Untuk intubasi: hipnotik, analgetik, pelumpuh otot
 Reversal
OBAT PREMEDIKASI
Pemberian obat premedikasi bertujuan untuk:
1.Menimbulkan rasa nyaman pada pasien (menghilangkan kekhawatiran, memberikan ketenangan, membuat amnesia,
memberikan analgesi).
2. Memudahkan/memperlancar induksi, rumatan, dan sadar dari anastesi.
3.Mengurangi jumlah obat-obatan anastesi.
4. Mengurangi timbulnya hipersalivasi, bradikardi, mual dan muntah pascaanastesi.
5. Mengurangi stres fisiologis (takikardi, napas cepat, dan lain-lain).
6.Mengurangi keasaman lambung.
Obat-obat yang dapat diberikan sebagai premedikasi pada tindakan anestesi adalah sebagai berikut:
1. Analgetik narkotik
a. Morfin
Dosis premedikasi dewasa 5-10 mg (0,1-0,2 mg/kg BB) intramuskular diberikan untuk mengurangi kecemasan dan ketegangan pasien
menjelang operasi, menghindari takipnu pada pemberian trikloroetilen, dan agar anestesi berjalan dengan tenang dan dalam.
Kerugiannya adalah terjadi perpanjangan waktu pemulihan, timbul spasme serta kolik biliaris dan ureter.
b. Petidin
Dosis premedikasi dewasa 50-75 mg (1-1,5 mg/kg BB) intravena diberikan untuk menekan tekanan darah dan pernafasan serta
merangsang otol polos. Dosis induksi 1-2 mg/kg BB intravena.
2. Barbiturat
Penobarbital dan sekobarbital). Diberikan untuk menimbulkan sedasi. Dosis dewasa 100-200 mg, pada anak dan bayi 1 mg/kg BB
secara oral atau intramuslcular.
3. Antikolinergik
Atropin. Diberikan untuk mencegah hipersekresi kelenjar ludah dan dan bronkus selama 90 menit. Dosis 0,4-0,6 mg
intramuskular bekerja setelah 10-15 menit.
4. Obat penenang (tranquillizer)
a. Diazepam
Diazepam (valium) merupakan golongan benzodiazepin. Dosis premedikasi dewasa 10 mg intramuskular atau 5-10 mg oral
(0,2-0,5 mg/kgBB) dengan dosis maksimal 15 mg. Dosis sedasi pada analgesi regional 5-10 mg (0,04-0,2 mg/kgBB)
intravena. Dosis induksi 0,2-1 mg/kg BB intravena.
b. Midazolam
Mempunyai awal dan lama kerja lebih pendek dibandingkan dengan diazepam.
OBAT PELUMPUH OTOT
Obat golongan ini menghambat transmisi neuromuskular sehingga menimbulkan kelumpuhan pada otot rangka.
Menurut mekanisme kerjanya obat ini dibagi menjadi 2 golongan, yaitu obat penghambat secara depolarisasi
resisten dan obat penghambat kompetitif atau nondepolarisasi. Pada anestesi umum, obat ini memudahkan dan
mengurangi cedera tindakan laringoskopi dan intubasi trakhea, serta memberi relaksasi otot yang dibutuhkan dalam
pembedahan dan ventilasi kendali.
Depolarisasi Nondepolarisasi
Ada vasikulasi otot Tidak ada vasikulasi otot
Berpotensiasi dengan antikolinesterase Berpontisiasi dengan hipokalemia, hipotermia, obat
anestetik inhalasi, eter, halotan, enfluran dan isofluran
Tidak menunjukkan kelumpuhan yang bertahap pada
perangsangan tunggal atau tetanik
Menunjukkan kelumpuhan yang bertahap pada
perangsangan tunggal atau tetanik
Belum dapat diatasi dengan obat spesifik Dapat diantagonis oleh antikolin esterase
Kelumpuhan berkurang dengan pemberian obat
pelumpuh otot nondepolarisasi dan asidosis
Perbedaan Obat Pelumpuh Otot Depolarisasi dan Nondepolarisasi
1. Obat Pelumpuh Otot Nondepolarisasi
Pavulon (pankuronium bromida). Dosis awal untuk relaksasi otot 0,008 mg/kgBB intravena pada dewasa. Dosis rumatan setengah dosis
awal. Dosis intubasi trakhea 0,15 mg/kgBB intravena.
Trakrium (atrakurium besilat). Keunggulannya adalah metabolisme terjadi di dalam darah, tidak tergantung pada fungsi hati dan
ginjal. Dosis intubasi 0,5-0,6 mg/kgBB intravena. Dosis relaksasi otot 0,5-0,6 mg/kgBB intravena. Dosis rumatan 0,1-0,2 mg/kgBB
intravena.
Vekuronium (norkuron).
Rokuronium. Dosis intubasi 0,3-0,6 mg/kgBB. Dosis rumalan 0,1-2 mg/kgBB.
2. Obat Pelumpuh Otot Depolarisasi
Suksametonium (suksinil kolin). Mula kerja 1-2 menit dan lama kerja 3-5 menit. Dosis intubasi 1-1,5 mg/kgBB intravena.
3. Antagonis Pelumpuh Otot Nondepolarisasi
Prostigmin (neostigmin metilsulfat). Prostigmin mempunyai efek nikotik, muskarinik, dan merupakan stimulan otot langsung. Dosis 0,5 mg
bertahap sampai 5 mg, biasa diberikan bersama atropin dosis 1- 1,5mg.
Zat Keuntungan Kerugian
N2O Analgesik kuat, baunya manis, tidak iritasi,
tidak terbakar.
Jarang digunakan tunggal, harus disertai O2 minimal 25%,
anestetik lemah, memudahkan hipoksia difusi.
Halotan Baunya enak. Tidak merangsang jalan
nafas, anestesi kuat
Vasodilator serebral, meningkatkan aliran darah otak yang
sulit dikendalikan, analgesik lemah.
Kelebihan dosis akan menyebabkan depresi nafas,
menurunnya tonus simpatis, hipotensi, bradikardi,
vasodilator perifer, depresi vasomotor, depresi miokard.
Kontraindikasi gangguan hepar. Paska pemberian
menyebabkan menggigil.
Enfluran Induksi dan pemulihan lebih cepat dari
halotan. Efek relaksasi terhadap otot lebih
baik
Pada EEG, menunjukkan kondisi epileptik. Depresi nafas,
iritatif, depresi sirkulasi.
Isofluran Menurunkan laju meta-bolisme otak
terhadap O2
Meninggikan aliran darak otak dan TIK.
Desfluran Sangat mudah menguap, potensi rendah. Simpatomimetik,
depresi nafas, me-rangsang jalan nafas atas.
Sevofluran Bau tidak menyengat, tidak merangsang
jalan nafas, kardiovaskular stabil
Obat Anestesi Inhalasi
OBAT ANESTESI REGIONAL/LOKAL
Obat anestesi regional/lokal adalah obat yang menghambat hantaran saraf bila dikenakan secara lokal. Anestesi lokal
ideal adalah yang tidak mengiritasi atau merusak jaringan secara permanen, batas keamanan lebar, mula kerja singkat,
masa kerja cukup lama, larut dalam air, stabil dalam larutan, dapat disterilkan tanpa mengalami perubahan, dan efeknya
reversibel. Obat anestesianya yaitu lidokain dan bupivikain.
Skor Pemulihan Pasca-Anestesi
INTUBASI TRAKEA
Intubasi trakea adalah tindakan memasukkan pipa endotrakeal ke dalam trakea sehingga jalan napas bebas hambatan dan
napas mudah dibantu atau dikendalikan. Ekstubasi trakea adalah tindakan pengeluaran pipa endotrakeal.
1. Tujuan
Pembersihan saluran trakeobronkial, mempertahankan jalan napas agar tetap paten, mencegah aspirasi, serta
mempermudah pemberian ventilasi dan oksigenisasi.
2. Indikasi
Tindakan resusitasi, tindakan anestesi, pemeliharaan jalan napas, dan pemberian ventilasi mekanis jangka panjang.
3. Peralatan
Sebelum mengerjakan intubasi trakea, dapat diingat kata STATICS
S : scope, laringioskop dan stetoskop
T : tubes, pipa endotrakeal
A : airway tubes, pipa orofaring/nasofaring
T : tape, plester
I : introducer, stilet, mandrin
C: connector, sambungan-sambungan
S : suction, penghisap lendir
1. Morgan & Mikhail’s Clinical Anesthesiology Sixth Edition.
2. Stoelting Pharmacology and Physiology in Anesthetic Practice Fifth Edition.
3. Miller’s Anesthesia Ninth Edition.

More Related Content

Similar to Obat Emergensi dan Anestesi.pptx

162697358 case-anestesi
162697358 case-anestesi162697358 case-anestesi
162697358 case-anestesihomeworkping7
 
vdocuments.site_anestesi-umumppt.ppt
vdocuments.site_anestesi-umumppt.pptvdocuments.site_anestesi-umumppt.ppt
vdocuments.site_anestesi-umumppt.pptShakthyPillai1
 
general anestesi.ppt
general anestesi.pptgeneral anestesi.ppt
general anestesi.pptdrfauzulna
 
62749747 presus-tiva
62749747 presus-tiva62749747 presus-tiva
62749747 presus-tivaNaufal Naufal
 
Presentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis Akut
Presentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis AkutPresentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis Akut
Presentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis AkutTenri Ashari Wanahari
 
perioperatif anes aul.pptx
perioperatif anes aul.pptxperioperatif anes aul.pptx
perioperatif anes aul.pptxAuliaDwiJuanita
 
Penanganan cedera_tumpul_abdomen
Penanganan  cedera_tumpul_abdomenPenanganan  cedera_tumpul_abdomen
Penanganan cedera_tumpul_abdomenQumairy Lutfiyah
 
Askep stroke2
Askep stroke2Askep stroke2
Askep stroke2yonraen
 
Fisioterapi dada dan batuk efektif AKPER PEMKAB MUNA
Fisioterapi dada dan batuk efektif  AKPER PEMKAB MUNA Fisioterapi dada dan batuk efektif  AKPER PEMKAB MUNA
Fisioterapi dada dan batuk efektif AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Fisioterapi dada dan batuk efektif AKPER PEMKAB MUNA
Fisioterapi dada dan batuk efektif AKPER PEMKAB MUNA Fisioterapi dada dan batuk efektif AKPER PEMKAB MUNA
Fisioterapi dada dan batuk efektif AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
persiapan obat dan alat anestesi umum, lokal.pptx
persiapan obat dan alat anestesi umum, lokal.pptxpersiapan obat dan alat anestesi umum, lokal.pptx
persiapan obat dan alat anestesi umum, lokal.pptxsyukronchalim
 

Similar to Obat Emergensi dan Anestesi.pptx (20)

162697358 case-anestesi
162697358 case-anestesi162697358 case-anestesi
162697358 case-anestesi
 
vdocuments.site_anestesi-umumppt.ppt
vdocuments.site_anestesi-umumppt.pptvdocuments.site_anestesi-umumppt.ppt
vdocuments.site_anestesi-umumppt.ppt
 
Asuhan keperawatan angina pectoris
Asuhan keperawatan angina pectorisAsuhan keperawatan angina pectoris
Asuhan keperawatan angina pectoris
 
Asuhan keperawatan angina pectoris
Asuhan keperawatan angina pectorisAsuhan keperawatan angina pectoris
Asuhan keperawatan angina pectoris
 
general anestesi.ppt
general anestesi.pptgeneral anestesi.ppt
general anestesi.ppt
 
62749747 presus-tiva
62749747 presus-tiva62749747 presus-tiva
62749747 presus-tiva
 
Presentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis Akut
Presentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis AkutPresentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis Akut
Presentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis Akut
 
PPT_ANASTESI.ppt
PPT_ANASTESI.pptPPT_ANASTESI.ppt
PPT_ANASTESI.ppt
 
perioperatif anes aul.pptx
perioperatif anes aul.pptxperioperatif anes aul.pptx
perioperatif anes aul.pptx
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Penanganan cedera_tumpul_abdomen
Penanganan  cedera_tumpul_abdomenPenanganan  cedera_tumpul_abdomen
Penanganan cedera_tumpul_abdomen
 
Askep stroke2
Askep stroke2Askep stroke2
Askep stroke2
 
191269270 referat-anestesi-spinal
191269270 referat-anestesi-spinal191269270 referat-anestesi-spinal
191269270 referat-anestesi-spinal
 
Fisioterapi dada dan batuk efektif AKPER PEMKAB MUNA
Fisioterapi dada dan batuk efektif  AKPER PEMKAB MUNA Fisioterapi dada dan batuk efektif  AKPER PEMKAB MUNA
Fisioterapi dada dan batuk efektif AKPER PEMKAB MUNA
 
Fisioterapi dada dan batuk efektif AKPER PEMKAB MUNA
Fisioterapi dada dan batuk efektif AKPER PEMKAB MUNA Fisioterapi dada dan batuk efektif AKPER PEMKAB MUNA
Fisioterapi dada dan batuk efektif AKPER PEMKAB MUNA
 
persiapan obat dan alat anestesi umum, lokal.pptx
persiapan obat dan alat anestesi umum, lokal.pptxpersiapan obat dan alat anestesi umum, lokal.pptx
persiapan obat dan alat anestesi umum, lokal.pptx
 
Kgd trauma spinal
Kgd trauma spinalKgd trauma spinal
Kgd trauma spinal
 
Gadar ''trauma spinal'' AKPER PEMKAB MUNA
Gadar ''trauma spinal'' AKPER PEMKAB MUNA Gadar ''trauma spinal'' AKPER PEMKAB MUNA
Gadar ''trauma spinal'' AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep pada klien dengan penyakit tetanus
Askep pada klien dengan penyakit tetanusAskep pada klien dengan penyakit tetanus
Askep pada klien dengan penyakit tetanus
 

Recently uploaded

PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfAyundaHennaPelalawan
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptxAzwarArifkiSurg
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 

Recently uploaded (20)

PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 

Obat Emergensi dan Anestesi.pptx

  • 1.
  • 2. Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan aesthētos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Anastesiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mendasri berbagai tindakan meliputi pemberian anastesi maupun analgetik, pengawasan keselamatan pasien di operasi maupun tindakan lainnya, bantuan hidup (resusitasi), perawatan intensif pasien gawat, pemberian terapi inhalasi dan penanggulangan nyeri menahun. PENGERTIAN ANASTESI
  • 3. SKALA RESIKO “ASA” “American Society of Anaesthesiologists” (ASA) menetapkan sistem penilaian yang membagi status fisik penderita. Golongan Status Fisik I Tidak ada gangguan organic, biokimia dan psikiatri, misalnya penderita dengan hernia inguinalis tanpa kelainan lain, orang tua sehat dan bayi muda yang sehat. II Gangguan sistemik ringan sampai sedang yang bukan disebabkan oleh penyakit yang akan dibedah, misalnya penderita dengan obesitas, penderita bronchitis dan penderita DM ringan yang akan menjalani apendektomi III Penyakit sistemik berat, misalnya penderita DM dengan komplikasi pembuluh darah dan datang dengan appendicitis akut IV Penyakit gangguan sistemik berat yang membahayakan jiwa yang tidak selalu dapat diperbaiki dengan pembedahan, missal insufisiensi koroner atau MCI V Keadaan terminal dengan kemungkinan hidup kecil, pembedahan dilakukan sebagai pilihan terakhir, missal penderita syok berat karena perdarahan akibat kehamilan di luar uterus yang pecah. VI Pasien dengan mati batang otak
  • 4. 1. ANASTESI UMUM Adalah tindakan menghilangkan rasa nyeri/sakit secara sentral disertai hilangnya kesadaran dan dapat pulih kembali (reversible). Komponen trias anastesi ideal terdiri dari hipnotik, analgesia dan relaksasi otot. Cara pemberian anastesi umum: a. Parenteral (intramuscular/intravena) Digunakan untuk tindakan yang singkat atau induksi anastesi. b. Perektal Dapat dipakai pada anak untuk induksi anastesi atau tindakan singkat. c. Anastesi Inhalasi Yaitu anastesi dengan menggunakan gas atau cairan anastesi yang mudah menguap (volatile agent) sebagai zat anestetik melalui udara pernapasan. Zat anestetik yang digunakan berupa campuran gas (denganO2) dan konsentrasi zat anestetik tersebut tergantung dari tekanan parsialnya. PEMBAGIAN ANASTESI
  • 5. Stadium Anestesi Guedel (1920) membagi anestesi umum dengan eter dalam 4 stadium (stadium III dibagi menjadi 4 plana), yaitu: a. Stadium I Stadium I (analgesi) dimulai dari saat pemberian zat anestetik sampai hilangnya kesadaran. Pada stadium ini pasien masih dapat mengikuti perintah dan terdapat analgesi (hilangnya rasa sakit). Tindakan pembedahan ringan, seperti pencabutan gigi dan biopsi kelenjar dapat dilakukan pada stadium ini b. Stadium II Stadium II (delirium/eksitasi, hiperrefleksi) dimulai dari hilangnya kesadaran dan refleks bulu mata sampai pernapasan kembali teratur.
  • 6. c. Stadium III Stadium III (pembedahan) dimulai dengan tcraturnya pernapasan sampai pernapasan spontan hilang. Stadium III dibagi menjadi 4 plana yaitu: 1) Plana 1 : Pernapasan teratur, spontan, dada dan perut seimbang, terjadi gerakan bola mata yang tidak menurut kehendak, pupil midriasis, refleks cahaya ada, lakrimasi meningkat, refleks faring dan muntah tidak ada, dan belum tercapai relaksasi otot lurik yang sempurna. (tonus otot mulai menurun). 2) Plana 2 : Pernapasan teratur, spontan, perut-dada, volume tidak menurun, frekuensi meningkat, bola mata tidak bergerak, terfiksasi di tengah, pupil midriasis, refleks cahaya mulai menurun, relaksasi otot sedang, dan refleks laring hilang sehingga dikerjakan intubasi. 3) Plana 3 : Pernapasan teratur oleh perut karena otot interkostal mulai paralisis, lakrimasi tidak ada, pupil midriasis dan sentral, refleks laring dan peritoneum tidak ada, relaksasi otot lurik hampir sempuma (tonus otot semakin menurun). 4) Plana 4 : Pernapasan tidak teratur oleh perut karena otot interkostal paralisis total, pupil sangat midriasis, refleks cahaya hilang, refleks sfmgter ani dan kelenjar air mata tidak ada, relaksasi otot lurik sempuma (tonus otot sangat menurun).
  • 7. d. Stadium IV Stadium IV (paralisis medula oblongata) dimulai dengan melemahnya pernapasan perut dibanding stadium III plana 4. pada stadium ini tekanan darah tak dapat diukur, denyut jantung berhenti, dan akhirnya terjadi kematian. Kelumpuhan pernapasan pada stadium ini tidak dapat diatasi dengan pernapasan buatan.
  • 8. 2. ANASTESI LOKAL/REGIONAL Adalah tindakan menghilangkan nyeri/sakit secara lokal tanpa disertai hilangnya kesadaran. Pemberian anestetik lokal dapat dengan tekhnik: a. Anastesi Permukaan Yaitu pengolesan atu penyemprotan analgetik lokal diatas selaput mukosa, seperti mata, hidung atau faring. b. Anastesi Infiltrasi Yaitu penyuntikan larutan analgetik lokal langsung diarahkan disekitar tempat lesi, luka dan insisi. c. Anastesi Blok Penyuntikan analgetik lokal langsung ke saraf utama atau pleksus saraf. Hal ini bervariasi dari blokade pada saraf tunggal, misal saraf oksipital dan pleksus brachialis, anastesi spinal, anastesi epidural, dan anestesi kaudal. Pada anestesi spinal, anestesi lokal disuntikkan ke ruang subarakhnoid. d. Anastesi Regional Intravena Yaitu penyuntikan larutan analgetik lokal. Ekstremitas dieksanguinasi dan diisolasi bagian proksimalnya dari sirkulasi sistemik dengan torniquet pneumatik.
  • 9. 1) Anastesi Spinal Anestesi spinal merupakan tipe blok konduksi saraf yang luas dengan memasukkan anestesi local dalam rung subarachnoid di tingkat lumbal (biasanya L4 dan L5). Cara ini menghasilkan anesthesia pada ekstermitas bawah, perenium dan abdomen bawah. Untuk prosedur fungsi lumbal, pasien dibaringkan miring dalam posisi lutut-dada. Teknik steril diterapkan saat melakukan fungsi lumbal dan medikasi disuntikkan melalui jarum. Segera setelah penyuntikan, pasien dibaringkan terlentang. Jika diinginkan tingkat blok yang secara relative tinggi, maka kepala dan bahu pasien diletakkan lebih rendah. Anastesi Blok
  • 10. 2) Blok Epidural Anestesia epidural dicapai dengan menyuntikkan anestetik local ke dalam kanalis spinalis dalam spasium sekeliling durameter. Anestesia epidural memblok fungsi sensori, motor dan otonomik yang mirip, tetapi tempat injeksinya yang membedakannya dari anestesi spinal. Dosis epidural lebih besar disbanding dosis yang diberikan selama anestesi spinal karena anestesi epidural tidak membuat kontak langsung dengan medulla atau radiks saraf. 3) Blok Pleksus Brakialis Blok pleksus brakialis menyebabkan anestesia pada lengan. 4) Anestesia Paravertebral Anestesia paravertebral menyebabkan anestesia pada saraf yang mempersarafi dada, dindind abdomen dan ekstremitas. 5) Blok Transakral (Kaudal) Blok transakral menyebabkan anestesia pada perineum
  • 11.
  • 12. Lokasi  Mudah di jangkau  Diketahui semua orang  Dapat dijangkau dalam waktu kurang dari 1 menit
  • 13.
  • 14.
  • 19.
  • 20.
  • 21. NO Epinefrin NAMA GENERIK HCl Phinev NAMA DAGANG KEKUATAN 1 mg/ml JUMLAH 10 ampul 1Heparin natrium Inviclot 25.000 IU/5ml 1 vial 2Natrium bikarbonat Meylon 84 mg/25ml 3 ampul 3Norepinefrin bitartrat Levophed/ Vascon/ Raivas 4 mg/4ml 1 ampul 4Adenosin Adenocor 20 mg/2ml 3 ampul 5Aminofilin Phaminov 24 mg/10ml 1 ampul 6Antalgin Novalgin 1g/2ml 1 ampul 7Aqua pro injeksi Otsu-WI 25 ml 8Asam Traneksamat Transamin/ Kalnex/ Tranexid 500 mg/5ml 2 flacon 3 ampul 9Atropin Sulfat Atropin Sulfat 0.25 mg/ml 10 ampul 10Deksametason natrium fosfat Oradexon/ Kalmethason 5 mg/ml 3 ampul 11Diazepam Valium/ Valdimex/ Stesolid 10 mg/2ml 2 ampul 12Difenhidramin HCl Decadryl 10 mg/ml 1 ampul 13Digoksin Lanoxin/ Fargoxin 0.5 mg/2ml 3 ampul 14Dobutamin Dobutamine Giulini/ Inotrop/ Dobuject 250 mg/5ml 1 ampul 15Dopamin HCl Dopamin Giulini/ Indop 200 mg/5ml 1 ampul 16Fentanil Fentanil 0.05 mg/ml 1 ampul 17Furosemid Lasix/ Furosix/ Farsix 20 mg/2ml 5 ampul 18Flumazenil Anexate 0.1 mg/ml 1 vial 19Glukosa Dextrose 40% 25 ml 3 flacon 20Glukosa Dextrose 5% 100 ml 1 kolf 21Isosorbid dinitrat Cedocard/ Farsorbid 5 mg 2 tablet 22Kalsium glukonat Calcium gluconate 100 mg/ml 2 ampul 23Ketamin HCl Ketalar/ Ketamin-Hameln/ Ivanes 10 mg/ml 1 vial 24Lidokain HCl Xylocard 20 mg/ml 3 ampul 25Lidokain HCl Xylocain gel 10 g 1 tube 26Midazolam Dormicum/ Midazolam-Hameln/ Sedacum 5 mg/ml 5 ampul 27Nalokson HCL Narcan/ Nokoba 0.4 mg/ml 1 ampul 28Vitamin K Vitamin K 10 mg/ml 3 ampul 29Vekuronium bromida Norcuron/ Ecron 10 mg 1 vial 30
  • 22.  Obat dalam algoritma henti jantung/aritmia yang mengancam nyawa:  Epinefrin  Sulfas atropin  Lidocaine  Amiodaron  Adenosin  Obat untuk menopang tekanan darah  Dobutamin  Dopamin  Norepinefrin  Vasopresin  Nitrat kerja cepat
  • 23.  Elektrolit  Calcium glukonas  Magnesium Sulfat  Natrium Chlorida  Kalium Chlorida  Lainnya  Glukosa  Heparin  Furosemid  Obat anestesi  Untuk intubasi: hipnotik, analgetik, pelumpuh otot  Reversal
  • 24. OBAT PREMEDIKASI Pemberian obat premedikasi bertujuan untuk: 1.Menimbulkan rasa nyaman pada pasien (menghilangkan kekhawatiran, memberikan ketenangan, membuat amnesia, memberikan analgesi). 2. Memudahkan/memperlancar induksi, rumatan, dan sadar dari anastesi. 3.Mengurangi jumlah obat-obatan anastesi. 4. Mengurangi timbulnya hipersalivasi, bradikardi, mual dan muntah pascaanastesi. 5. Mengurangi stres fisiologis (takikardi, napas cepat, dan lain-lain). 6.Mengurangi keasaman lambung. Obat-obat yang dapat diberikan sebagai premedikasi pada tindakan anestesi adalah sebagai berikut:
  • 25. 1. Analgetik narkotik a. Morfin Dosis premedikasi dewasa 5-10 mg (0,1-0,2 mg/kg BB) intramuskular diberikan untuk mengurangi kecemasan dan ketegangan pasien menjelang operasi, menghindari takipnu pada pemberian trikloroetilen, dan agar anestesi berjalan dengan tenang dan dalam. Kerugiannya adalah terjadi perpanjangan waktu pemulihan, timbul spasme serta kolik biliaris dan ureter. b. Petidin Dosis premedikasi dewasa 50-75 mg (1-1,5 mg/kg BB) intravena diberikan untuk menekan tekanan darah dan pernafasan serta merangsang otol polos. Dosis induksi 1-2 mg/kg BB intravena. 2. Barbiturat Penobarbital dan sekobarbital). Diberikan untuk menimbulkan sedasi. Dosis dewasa 100-200 mg, pada anak dan bayi 1 mg/kg BB secara oral atau intramuslcular.
  • 26. 3. Antikolinergik Atropin. Diberikan untuk mencegah hipersekresi kelenjar ludah dan dan bronkus selama 90 menit. Dosis 0,4-0,6 mg intramuskular bekerja setelah 10-15 menit. 4. Obat penenang (tranquillizer) a. Diazepam Diazepam (valium) merupakan golongan benzodiazepin. Dosis premedikasi dewasa 10 mg intramuskular atau 5-10 mg oral (0,2-0,5 mg/kgBB) dengan dosis maksimal 15 mg. Dosis sedasi pada analgesi regional 5-10 mg (0,04-0,2 mg/kgBB) intravena. Dosis induksi 0,2-1 mg/kg BB intravena. b. Midazolam Mempunyai awal dan lama kerja lebih pendek dibandingkan dengan diazepam.
  • 27.
  • 28.
  • 29.
  • 30.
  • 31.
  • 32. OBAT PELUMPUH OTOT Obat golongan ini menghambat transmisi neuromuskular sehingga menimbulkan kelumpuhan pada otot rangka. Menurut mekanisme kerjanya obat ini dibagi menjadi 2 golongan, yaitu obat penghambat secara depolarisasi resisten dan obat penghambat kompetitif atau nondepolarisasi. Pada anestesi umum, obat ini memudahkan dan mengurangi cedera tindakan laringoskopi dan intubasi trakhea, serta memberi relaksasi otot yang dibutuhkan dalam pembedahan dan ventilasi kendali.
  • 33. Depolarisasi Nondepolarisasi Ada vasikulasi otot Tidak ada vasikulasi otot Berpotensiasi dengan antikolinesterase Berpontisiasi dengan hipokalemia, hipotermia, obat anestetik inhalasi, eter, halotan, enfluran dan isofluran Tidak menunjukkan kelumpuhan yang bertahap pada perangsangan tunggal atau tetanik Menunjukkan kelumpuhan yang bertahap pada perangsangan tunggal atau tetanik Belum dapat diatasi dengan obat spesifik Dapat diantagonis oleh antikolin esterase Kelumpuhan berkurang dengan pemberian obat pelumpuh otot nondepolarisasi dan asidosis Perbedaan Obat Pelumpuh Otot Depolarisasi dan Nondepolarisasi
  • 34. 1. Obat Pelumpuh Otot Nondepolarisasi Pavulon (pankuronium bromida). Dosis awal untuk relaksasi otot 0,008 mg/kgBB intravena pada dewasa. Dosis rumatan setengah dosis awal. Dosis intubasi trakhea 0,15 mg/kgBB intravena. Trakrium (atrakurium besilat). Keunggulannya adalah metabolisme terjadi di dalam darah, tidak tergantung pada fungsi hati dan ginjal. Dosis intubasi 0,5-0,6 mg/kgBB intravena. Dosis relaksasi otot 0,5-0,6 mg/kgBB intravena. Dosis rumatan 0,1-0,2 mg/kgBB intravena. Vekuronium (norkuron). Rokuronium. Dosis intubasi 0,3-0,6 mg/kgBB. Dosis rumalan 0,1-2 mg/kgBB. 2. Obat Pelumpuh Otot Depolarisasi Suksametonium (suksinil kolin). Mula kerja 1-2 menit dan lama kerja 3-5 menit. Dosis intubasi 1-1,5 mg/kgBB intravena. 3. Antagonis Pelumpuh Otot Nondepolarisasi Prostigmin (neostigmin metilsulfat). Prostigmin mempunyai efek nikotik, muskarinik, dan merupakan stimulan otot langsung. Dosis 0,5 mg bertahap sampai 5 mg, biasa diberikan bersama atropin dosis 1- 1,5mg.
  • 35.
  • 36.
  • 37.
  • 38. Zat Keuntungan Kerugian N2O Analgesik kuat, baunya manis, tidak iritasi, tidak terbakar. Jarang digunakan tunggal, harus disertai O2 minimal 25%, anestetik lemah, memudahkan hipoksia difusi. Halotan Baunya enak. Tidak merangsang jalan nafas, anestesi kuat Vasodilator serebral, meningkatkan aliran darah otak yang sulit dikendalikan, analgesik lemah. Kelebihan dosis akan menyebabkan depresi nafas, menurunnya tonus simpatis, hipotensi, bradikardi, vasodilator perifer, depresi vasomotor, depresi miokard. Kontraindikasi gangguan hepar. Paska pemberian menyebabkan menggigil. Enfluran Induksi dan pemulihan lebih cepat dari halotan. Efek relaksasi terhadap otot lebih baik Pada EEG, menunjukkan kondisi epileptik. Depresi nafas, iritatif, depresi sirkulasi. Isofluran Menurunkan laju meta-bolisme otak terhadap O2 Meninggikan aliran darak otak dan TIK. Desfluran Sangat mudah menguap, potensi rendah. Simpatomimetik, depresi nafas, me-rangsang jalan nafas atas. Sevofluran Bau tidak menyengat, tidak merangsang jalan nafas, kardiovaskular stabil Obat Anestesi Inhalasi
  • 39. OBAT ANESTESI REGIONAL/LOKAL Obat anestesi regional/lokal adalah obat yang menghambat hantaran saraf bila dikenakan secara lokal. Anestesi lokal ideal adalah yang tidak mengiritasi atau merusak jaringan secara permanen, batas keamanan lebar, mula kerja singkat, masa kerja cukup lama, larut dalam air, stabil dalam larutan, dapat disterilkan tanpa mengalami perubahan, dan efeknya reversibel. Obat anestesianya yaitu lidokain dan bupivikain.
  • 41. INTUBASI TRAKEA Intubasi trakea adalah tindakan memasukkan pipa endotrakeal ke dalam trakea sehingga jalan napas bebas hambatan dan napas mudah dibantu atau dikendalikan. Ekstubasi trakea adalah tindakan pengeluaran pipa endotrakeal. 1. Tujuan Pembersihan saluran trakeobronkial, mempertahankan jalan napas agar tetap paten, mencegah aspirasi, serta mempermudah pemberian ventilasi dan oksigenisasi. 2. Indikasi Tindakan resusitasi, tindakan anestesi, pemeliharaan jalan napas, dan pemberian ventilasi mekanis jangka panjang.
  • 42. 3. Peralatan Sebelum mengerjakan intubasi trakea, dapat diingat kata STATICS S : scope, laringioskop dan stetoskop T : tubes, pipa endotrakeal A : airway tubes, pipa orofaring/nasofaring T : tape, plester I : introducer, stilet, mandrin C: connector, sambungan-sambungan S : suction, penghisap lendir
  • 43. 1. Morgan & Mikhail’s Clinical Anesthesiology Sixth Edition. 2. Stoelting Pharmacology and Physiology in Anesthetic Practice Fifth Edition. 3. Miller’s Anesthesia Ninth Edition.