SlideShare a Scribd company logo
1 of 60
SMF ILMU ANESTESIOLOGI
RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN
GA-ETT PADA TUMOR MAKSILA
ANESTESI
Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an- "tidak, tanpa" dan
aesthētos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu
tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan
berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Anestesi
yang sempurna harus memenuhi 3 syarat (Trias Anestesi) yaitu :
 Hipnotik, hilang kesadaran
 Analgetik, hilang perasaan sakit
 Relaksan, relaksasi otot-otot
ANESTESI UMUM
Anestesi umum atau general anestesi merupakan suatu keadaan
dimana hilangnya kesadaran disertai dengan hilangnya perasaan sakit di
seluruh tubuh akibat pemberian obat-obatan anestesi dan bersifat
reversible. Anestesi umum dapat diberikan secara intravena, inhalasi dan
intramuskular.
INDIKASI ANESTESI UMUM
 Pada bayi dan anak-anak
 Pembedahan pada orang dewasa dimana anestesi umum lebih disukai oleh
ahli bedah walaupun dapat dilakukan dengan anestesi lokal
 Operasi besar
 Pasien dengan gangguan mental
 Pembedahan yang lama
 Pembedahan yang dengan lokal anestesi tidak begitu praktis dan memuaskan
 Pasien dengan obat-obatan anestesi lokal pernah mengalami alergi.
PERSIAPAN PRE-ANESTESI
Anamnesis :
Riwayat tentang apakah pasien pernah mendapat anestesia sebelumnya, alergi, mual-muntah, nyeri
otot, gatal-gatal atau sesak nafas.
Pemeriksaan fisik :
Pemeriksaan keadaan gigi, tindakan buka mulut, lidah yang relatif besar sangat penting untuk
mengetahui apakah akan menyulitkan tindakan laringoskopi intubasi. Pemeriksaan rutin lain secara
sistematik tentang keadaan umum.
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin yang sebaiknya dilakukan adalah pemeriksaan darah lengkap (Hb,
leukosit, masa perdarahan dan masa pembekuan) dan urinalisis. Pada pasien yang berusia di atas 50
tahun sebaiknya dilakukan pemeriksaan foto toraks dan EKG.4,5
Puasa 6-8 jam sebelum operasi.
 Penilaian Mallampati
Dalam anestesi, skor Mallampati, digunakan untuk memprediksi kemudahan
intubasi. Hal ini ditentukan dengan melihat anatomi rongga mulut, khusus, itu didasarkan pada
visibilitas dasar uvula, pilar faucial.Klasifikasi tampakan faring pada saat mulut terbuka
maksimal dan lidah dijulurkan maksimal menurut Mallampati dibagi menjadi 4 grade :
 Grade I :Pilar faring, uvula, dan palatum mole terlihat jelas
 Grade II :Uvula dan palatum mole terlihat sedangkan pilarg faring tidak terlihat
 Grade III : Hanya palatum mole yang terlihat
 Grade IV : Pilar faring, uvula, dan palatum mole tidak terlihat
 Klasifikasi status fisik
Klasifikasi yang lazim digunakan untuk menilai kebugaran
fisik seseorang ialah yang berasal dari The American Society of
Anesthesiologists (ASA) :
ASA 1 : pasien sehat organik, fisiologik, psikiatrik, biokimia
ASA 2 : pasien dengan penyakit sistemik ringan atau sedang
ASA 3 : pasien dengan penyakit sistemik berat, sehingga aktivitas rutin
terbatas
ASA 4 : pasien dengan penyakit sistemik berat tak dapat melakukan aktivitas rutin dan penyakitnya
merupakan ancaman kehidupannya setiap saat
ASA 5 : pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa pembedahan kehidupannya tidak akan
lebih dari 24 jam.
ASA 6 : pasien telah dinyatakan mati batang otaknya yang mana organnya akan diangkat untuk
kemudian diberikan sebagai organ donor bagi yang membutuhkan.
Klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat
dengan mencantumkan tanda darurat (E = EMERGENCY),
misalnya ASA IE atau IIE
PERSIAPAN ALAT-ALAT ANESTESI
Persiapan induksi anestesi sebaiknya kita ingat kata STATICS :
S = Scope
Stetoskop, untuk mendengarkan suara paru dan jantung. Laringo-
Scope, pilih bilah atau daun (blade) yang sesuai dengan usia pasien.
Lampu harus cukup terang
T = Tubes
Pipa trakea, pilih sesuai usia. Usia < 5 tahun tanpa balon (cuffed)
dan > 5 tahun dengan balon (cuffed)
A = Airway
Pipa mulut-faring (Guedel, orotracheal airway) atau pipa hidung-faring (naso-tracheal
airway). Pipa ini untuk menahan lidah saat pasien tidak sadar untuk menjaga supaya lidah
tidak menyumbat jalan nafas
T = Tape
Plester untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau tercabut
I = Introducer
Mandrin atau stilet dari kawat dibungkus plastik (kabel) yang mudah dibengkokkan untuk
pemandu supaya pipa trakea mudah dimasukkan
C = Connector
Penyambung antara pipa dan peralatan anestesia
S = Suction
Penyedot lendir, ludah dan lain-lainnya
PREMEDIKASI ANESTESIA
Premedikasi ialah pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi anestesi. Tujuan
premedikasi:
◦ Meredakan kecemasan dan ketakutan
◦ Memperlancar induksi anestesi
◦ Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus
◦ Mengurangi refleks yang tidak diharapkan
◦ Mengurangi isi cairan lambung
◦ Mengurangi rasa sakit
◦ Menghilangkan efek samping dari obat sebelum dan selama anestesi
◦ Menurunkan basal metabolisme tubuh
OBAT-OBATAN PREMEDIKASI
Obat-obat premedikasi yang sering digunakan:
 Sulfas atropin
Dosis dewasa 0,025-0,5 mg, dosis anak < 3 tahun : 1/8 mg
 Midazolam
Dosis i.v 1-2,5 mg/kgBB
 Fentanil
Dosis i.v 1-2 mcg/kgBB
INDUKSI ANESTESIA
Induksi anestesi ialah tindakan untuk membuat pasien dari sadar
menjadi tidak sadar, sehingga memungkinkan dimulainya anestesia dan
pembedahan.
Induksi anestesi terbagi 3, yaitu induksi intramuscular, induksi
inhalasi, dan induksi intravena.
TEKNIK ANESTESI UMUM
 Teknik anestesi umum ada 3, yaitu :
Anestesi umum intravena merupakan salah satu teknik anestesia umum yang dilakukan
dengan jalan menyuntikkan obat anestesia parenteral langsung ke dalam pembuluh darah
vena.
Sampai sekarang hanya ketamin yang dapat diberikan secara intramuskular dengan dosis 5-7
mg/kgBB dan setelah 3-5 menit pasien tidur.
TEKNIK ANESTESI UMUM
 Anestesi umum inhalasi merupakan salah satu teknik anestesia umum yang dilakukan dengan
jalan memberikan kombinasi obat anestesia inhalasi yang berupa gas dan atau cairan yang mudah
menguap dengan obat-obat pilihan yaitu N2O, Halotan, Enfluran, Isofluran, Sevofluran,
Desfluran dengan kategori menggunakan sungkup muka, Endotrakeal Tube nafas spontan,
Endotrakeal tube nafas terkontrol.
OBAT-OBATAN ANESTESIA UMUM
 Gas Anestesia
◦ N2O
N2O merupakan salah satu gas anestetim yag tak berwarna, bau
manis, tak iritasi, tak terbakar, dan pemberian anestesia dengan
N2O harus disertai oksigen minimal 25%.
 Halotan
Halotan merupakan gas yang baunya enak dan tak merangsang
jalan napas, maka sering digunakan sebagai induksi anestesi
kombinasi dengan N2O.
 Isofluran
Isofluran berbau tajam, kadar obat yang tinggi dalam udara
inspirasi menyebabkan pasien menahan napas dan batuk. Setelah
premedikasi, induksi dicapai dalam kurang dari 10 menit, di mana
umumnya digunakan barbiturat intravena untuk mempercepat
induksi.
OBAT-OBATAN ANESTESIA UMUM
Desfluran
Merupakan cairan yang mudah terbakar tapi tidak mudah meledak,
bersifat absorben dan tidak korosif untuk logam.Karena sukar
menguap, dibutuhkan vaporiser khusus untuk desfluran.
Sevofluran
Sama halnya dengan desfluran, sevofluran terhalogenisasi dengan
fluorin. Peningkatan kadar alveolar yang cepat membuatnya
menajdi pilihan yang tepat untuk induksi inhalasi yang cepat dan
mulus untuk pasien anak maupun dewasa.
OBAT ANESTESIA INTRAVENA
1. Hipnosis
 Golongan barbiturat (pentotal)
 Suatu larutan alkali dengan kerja hipnotiknya kuat sekali dan induksinya cepat
(30-40 detik) dengan suntikan intravena tetapi dalam waktu singkat kerjanya
habis, Cara pemberiannya dimulai dengan test dose 25-75 mg, kemudian
sebagai induksi diteruskan dengan pemberian 150-300 mg selang waktu
pemberian 15-20 detik (untuk orang dewasa)
 Benzodiazepin
 Keunggulan benzodiazepine dari barbiturate yaitu rendahnya
tingkat toleransi obat, tidak menginduksi enzim mikrosom di hati.
Dosis : Diazepam : induksi 0,2 – 0,6 mg/kg IV, Midazolam : induksi : 0,15 –
0,45 mg/kg IV.
 Ketamin
 Ketamin mempunyai sifat analgesik, anestestik dan kataleptik dengan kerja
singkat. Dosis ketamin adalah 1-2 mg/kgBB IV atau 3-10 mg/kgBB IM.
Meperidin
 Meperidin hanya digunakan untuk menimbulkan analgesia.
 Sediaan yang tersedia adalah tablet 50 dan 100 mg ; suntikan 10 mg/ml, 25 mg/ml, 50 mg/ml, 75
mg/ml, 100 mg/ml. ; larutan oral 50 mg/ml. Sebagian besar pasien tertolong dengan dosis parenteral
100 mg. Dosis untuk bayi dan anak : 1-1,8 mg/kg BB.
2. Analgetik
 Morfin
◦ Efek analgesi morfin timbul berdasarkan 3 mekanisme ; (1) morfin meninggikan ambang
rangsang nyeri ; (2) morfin dapat mempengaharui emosi, artinya morfin dapat mengubah
reaksi yang timbul dikorteks serebri pada waktu persepsi nyeri diterima oleh korteks serebri
dari thalamus ; (3) morfin memudahkan tidur dan pada waktu tidur ambang rangsang nyeri
meningkat.
◦ Dosis anjuran untuk menghilangkan atau mengurangi nyeri sedang adalah 0,1-0,2 mg/ kg BB.
Untuk nyeri hebat pada dewasa 1-2 mg intravena dan dapat diulang sesuai yamg diperlukan.
 Fentanil
◦ Dosis fentanyl adalah 2-5 mcg/kgBB IV. Fentanyl merupakan opioid sintetik dari kelompok
fenilpiperidin dan bekerja sebagai agonis reseptor μ. Fentanyl banyak digunakan untuk
anestetik karena waktu untuk mencapai puncak analgesia lebih singkat, efeknya cepat
berakhir setelah dosis kecil yang diberikan secara bolus, dan relatif kurang mempengaruhi
kardiovaskular.
3. Pelumpuh Otot (Muscle Relaxant)
 Obat pelumpuh otot adalah obat/ zat anestesi yang diberikan kepada pasien secara intramuskular
atau intravena yang bertujuan untuk mencapai relaksasi dari otot-otot rangka dan memudahkan
dilakukannya operasi.
INTUBASI ENDOTRAKEAL
Yang dimaksud dengan intubasi endotrakeal ialah memasukkan pipa
pernafasan yang terbuat dari portex ke dalam trakea guna membantu
pernafasan penderita atau waktu memberikan anestesi secara inhalasi.
INDIKASI INTUBASI ENDOTRAKEAL
◦ Menjaga jalan nafas yang bebas oleh sebab apapun
◦ Mempermudah ventilasi positif dan oksigenasi
◦ Pencegahan terhadap aspirasi dan regurgitasi
◦ Operasi-operasi pada kepala, leher, mulutm hidung dan tenggorokan
◦ Pada banyak operasi abdominal, untuk menjamin pernafasan yang tenang dan tak ada
ketegangan
◦ Pada operasi intrathorakal, supaya jalan nafas selalu terkontrol
◦ Untuk mencegah kontaminasi trakea
◦ Bila dipakai controlled ventilation maka tanpa pipa endotrakeal dengan pengisian cuffnya
dapat terjadi inflasi ke dalam gaster
◦ Pada pasien-pasien yang mudah timbul laringospasme
◦ Pada pasien-pasien dengan fiksasi vocal cord
Keberhasilan intubasi tergantung pada 3 hal penting yaitu :
 Anestesi yang adekuat dan relaksasi otot-otot kepala, leher dan laring yang cukup
 Posisi kepala dan leher yang tepat
 Penggunaan apparatus yang tepat untuk prosedur tersebut
Alat-alat intubasi endotrakeal
Pipa endotrakea
Berfungsi mengantar gas anestesik langsung ke dalam trakea dan biasanya dibuat dari
bahan standar polivinil-klorida.
Cara memilih pipa endotrakea untuk bayi dan anak kecil :
Diameter dalam pipa trakea (mm) = 4 + ¼ umur (thn)
Panjang pipa orotrakeal (cm) = 12 + ½ umur (thn)
Panjang pipa nasotrakeal (cm) = 12 + ½ umur (thn)
Laringoskop
 Fungsi laring ialah mencegah benda asing masuk paru. Laringoskop ialah alat yang digunakan
untuk melihat laring secara langsung supaya kita dapat memasukkan pipa trakea dengan baik
dan benar. Secara garis besar dikenal dua macam laringoskop :
 Bilah lurus (straight blades/ Magill/ Miller)
 Bilah lengkung (curved blades/ Macintosh)
KESULITAN DALAM TEKNIK INTUBASI
Otot-otot leher yang pendek dengan gigi geligi yang lengkap
Mulut yang panjang dan sempit dengan arcus palatum yang tinggi
Gigi incisivum atas yang menonjol (rabbit teeth)
Kesulitan membuka mulut
Uvula tidak terlihat (malapati 3 dan 4)
Abnormalitas pada daerah servikal
Kontraktur jaringan leher
KOMPLIKASI PADA INTUBASI
ENDOTRAKEAL
Memar & oedem laring
Strech injury
Non specific granuloma larynx
Stenosis trakea
Trauma gigi geligi
Laserasi bibir, gusi dan laring
Aspirasi
Spasme bronkus
PEMULIHAN PASCAANESTESIA
 Pemulihan Pasca Anestesi
observasi di ruang Recovery room (RR).4,7,8
 Nilai Warna
◦ Merah muda, 2
◦ Pucat, 1
◦ Sianosis, 0
 Pernapasan
◦ Dapat bernapas dalam dan batuk, 2
◦ Dangkal namun pertukaran udara adekuat, 1
◦ Apnoea atau obstruksi, 0
 Sirkulasi
◦ Tekanan darah menyimpang <20% dari normal, 2
◦ Tekanan darah menyimpang 20-50 % dari normal, 1
◦ Tekanan darah menyimpang >50% dari normal, 0
 Kesadaran
◦ Sadar, siaga dan orientasi, 2
◦ Bangun namun cepat kembali tertidur, 1
◦ Tidak berespons, 0
 Aktivitas
◦ Seluruh ekstremitas dapat digerakkan, 2
◦ Dua ekstremitas dapat digerakkan,1
◦ Tidak bergerak, 0
◦ Jika jumlahnya > 8, penderita dapat dipindahkan ke ruangan
TUMOR MAKSILA
DEFINISI
Tumor maksila adalah suatu perumbuhan jaringan baru yang
terjadi di sinus maksilaris cenderung menginvasi jaringan sekitarnya
dan bermetastase ke tempat- tempat jauh.
ETIOLOGI
1. Etiologi tumor ganas sinonasal belum diketahui dengan pasti,
tetapi diduga beberapa zat kimia atau bahan industri merupakan
penyebab.
2. Pejanan terhadap radio aktif thorostrast dalam waktu yang lama
mdningkatkan resiko tumor maksila.
3. Sinusitis kronis meningkatkan resiko terbentuknya tumor.
TANDA DAN GEJALA
1. Peninggian atau peningkatan tekanan intrakranial
2. Ataksia
3. Perubahan tingkah laku,
4. Paralisis saraf kranial
5. Adanya massa
6. Nyeri bila ada metastasis
7. Pertumbuhan polipoid
DIAGNOSA
Diangnosis dapat ditegakkan dengan anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Saat memeriksa pasien
2. Pemeriksaan dinding lateral cavum nasi
3. Palpasi gusi rahang atas dan palatum
4. Pemeriksaan naso endoskopi dan sinus kopi.
5. Pembesaran kelenjar leher
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. DIagnosis pasti ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histopatologis (Biopsi tumorsinus maksila).
2. Foto polos sinus paranasal .
3. CT Scan .
4. MRI (Magnetic resonance imaging).
PENATALAKASAAN
1. Pembedahan
2. Kemoterapi
3. Radiasi
LAPORAN ANESTESI
ANAMNESA PRIBADI
Nama : Tria Rahayu
Umur : 17 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Batak
BB :41 kg
No.RM : 01.03.05.52
ANAMNESA PENYAKIT
Keluhan Utama : Benjolan di dalam mulut
Telaah : Os merasakan hal ini ± 3 bulan ini, os mengeluh awalnya terdapat
benjolan kecil pada mulut bagian atas di sebelah kiri , lama kelamaan semakin besar. Os
juga mengeluhkan kesulitan membuka mulut. Tidak ada keluhan pada mata seperti melihat
ganda, mata kabur, atau penonjolan bola mata. Tidak ada keluhan nyeri pada rongga hidung.
Tidak ada keluhan rasa nyeri pada benjolan tersebut.
RPT : (-)
RPO : (-)
KEADAAN PRA BEDAH
Status Present
Sensorium : Compos Mentis
KU/KP/KG : baik/ sedang/ baik
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Frekuensi Nadi : 88 x/i
Frekuensi Napas : 20 x/i
Temperatur : 36,7 °C
Anemis : (-)
Ikterik : (-)
Sianosis : (-)
Dispnoe : (-)
Oedem : (-)
Kepala
Mata : RC (+/+), Ø 3mm, bentuk
bulat, isokor (+/+)
Hidung : DBN
Telinga : DBN
Mulut : tampak benjolan di
palatum kiri
Leher : pembesaran KBG (-)
Thorax
Inspeksi : simestris
fusiformis kiri = kanan
Palpasi : stem fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor di kedua lapangan
paru
Auskultasi: SP = vesikuler, ST = (-)
Abdomen
Inspeksi : Simestris
Palpasi : soepel, nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani
Auskultasi : peristaltik (+)
Ekstremitas
Ekstremitas Superior : DBN
Ektremitas Inferior : DBN
Genitalia Eksterna : tidak
tampak kelainan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM
Hb 12,0 gr/dl
Hct 32,20 %
Leukosit 15.000/ul
Trombosit 353.000/ul
KGD ad random 107 mg/dl
Natrium 142mmol/L
Kalium 3,80 mmol/L
Klorida 110,00 mmol/L
SGOT 14 mU/dl
SGPT 17 U/L
Ureum 18 mg/dL
Creatinin 0,8
Albumin -
Rontgen Thoraks :
Tidak tampak kelainan pada cor dan pulmo.
Rontgen schadel waters :
USG : ( Tidak dilakukan pemeriksaan)
EKG : sinus rythm, dbn
KEADAAN PRA BEDAH
(FOLLOW UP ANESTESI)
B1 (Breath)
Airway : clear
RR : 20 x/i
SP : vesikuler
ST : (-)
Riwayat asma (-), sesak (-), batuk
(-), alergi (-)
Pack : (+)
Malapati : II
B2 (Blood)
Akral :hangat
TD : 120/80 mmHg
HR :88 x/i
T/V : cukup
Temp. : 36,7°C
Konjungtiva: pucat (-), hiperemis (-),
ikterik (-)
B3 (Brain)
Sensorium : Compos mentis
GCS : 15 E:4 V:5 M:6
RC : (+/+)
Isokor : (+/+)
Refleks fisiologis : (+)
Refleks patologis : (-)
Riwayat kejang (-), riwayat
muntah proyektil (-), nyeri kepala
(-), pandangan kabur (-).
B4 (Bladder)
Urine : (+)
Volume : ± 40cc
Warna : kuning
B5 (Bowel)
Abdomen : soepel (+), distensi (-), nyeri tekan (-),
Peristaltik : (+)
Mual : (-)
Muntah : (-)
NGT : (-)
Flatus : (+)
BAB : (+)
B6 (Bone)
Fraktur : -
Luka bakar : -
Oedem : -
DIAGNOSA : Tumor Maksila
STATUS FISIK : ASA I
RENCANA TINDAKAN : Resection Maksila
RENCANA ANASTESI: GA-ETT
Anestesi
SIA
Pasien puasa sejak pukul 00.00 WIB
Pemasangan IV-Line pada dorsum manus
sinistra,dengan abocath no.18, cairan RL.
(pastikan lancar)
Personal hygiene dan oral hygiene cukup
Berdoa.
Persiapan Alat Anestesi :
 Laringoskop
 Stetoskop
 ETT no.7
 Guedel (Oropharyngeal airway)
 Plester/Tape : Hypafix
 Suction
 Balon/pump
 Spuit 20 cc
 Gel lubricating
 Sarung tangan
 Face mask adult
 Pack
 Forcep Magill
 Mesin anestesi :
• Komponen I : Sumber gas,
flowmeter, dan vaporizer
• Komponen II : Sirkuit nafas /
system ventilasi yaitu
open,semiopen, semiclose.
• Komponen III : Alat
penghubung sistem ventilasi
dengan pasien yaitu sungkup
muka dan pipa ombak.
EKG monitor
Sfigmomanometer digital
Oksimeter/saturasi
Infuse set
• Infuse set dan cairan infus –
Ringer Laktat
• Abocath no.18 G
• Plester
• Alcohol swab
• Tourniquet
1.Premedikasi :
Fentanil 100 µg
Dosis : 1 – 2 µg/kgBB  41-82 µg
Pemberian : 80 µg
2.Induksi :
Propofol 100 mg
Dosis : 2 – 2,5 mg/kgBB 82 – 102,5
mg
Pemberian : 100 mg
3. Relaksan :
Atracurium50 mg
Dosis : 0,5 – 0,6 mg/kgBB  20,5-24,6
mg
Pemberian : 20 mg
4. Maintenance (rumatan) :
Isoflurane, N2O, O2
5. Antibiotik :
Ceftriaxone 1 gram
6. Steroid :
Dexamethason 10 mg
7. Anti emetic selama op :
Ondansetron 4 mg
8. Obat reverse :
Sulfas atropine 0,5 mg : Prostigmine 1 mg
9. Anti emetic post op :
Ondansetron 4 mg
10. Analgetik post op :
Keterolac 30 mg
11. Obat emergency:
Sulfas Atropin dosis 0,25 mg- 5 mg
IV
Epinephrine dosis 1 mg atau 0.02
mg/kg larutan 1:10.000
Urutan pelaksanaan anastesi
Cairan pre operasi :RL 500 ml
JAM : 09.20 WIB
Pasien dari ruang tunggu masuk ke ruang operasi
Pasang infus cairan ringer laktat 5% pada tangan kiri abocath
no. 18G, cairan RL sejumlah 500 cc
Memasang monitor EKG dan oksimeter pulse
Mengukur tekanan darah, nadi, saturasi prainduksi (TD:
120/80mmHg, Nadi : 88x/m, SPO2 : 100%)
JAM : 09.30 WIB
Pemberian obat analgesik fentanil 80 mcg iv (premedikasi).
Induksi dengan propofol 100 mg iv.
Memastikan pasien sudah tidak sadar dengan cara memeriksa
refleks bulu mata,
Dilakukan preoksigenasi dengan sungkup muka menggunakan
O2sebanyak6 liter/menit, kalau perlu nafas dibantu dengan
menekan balon nafas secara periodik ± 3 menit. kemudian
Setelah relaksasi pasien diintubasi dengan ETT no.7.0cuff(+),
pack(+), guedel (+), untuk memastikan ETT terpasang dengan benar
dengarkan suara nafas dengan stetoskop bahwa paru kanan dan kiri
sama dan dinding dada kanan dan kiri bergerak simetris pada setiap
inspirasi buatan.
Pasang pipa guedel dan difiksasi menggunakan plester. Tutup
mata pasien dengan plester. ETT dihubungkan dengan konektor ke
sirkuit nafas alat anestesi, kemudian N2O dibuka 2 liter/menit dan O2 2
liter/menit kemudian isofluran dibuka 2 vol%. Nafas pasien
dikendalikan denganrespirator. Inspirasi 400 ml dengan frekuensi 15
kali per menit. (Bila menggunakan respirator setiap inspirasi (volume
tidal) diusahakan kurang lebih 6-8 ml/kg BB dengan frekuensi 12-
20x/menit). Perhatikan apakah gerakan nafas pasien simetris antara
yang kanan dan kiri. TD: 120/80mmHg, Nadi : 90x/m, SPO2 : 100%.
Memindahkan pasien ke meja operasi dalam posisi pronasi.
JAM 10.25 WIB
Operasi selesai
Diberikan obat reverse Neostigmin 0,5mg dan Sulfas atropin
0,25mguntuk menghentikan efek pelumpuh otot dan membuat pasien
sadar lebih cepat.
Pemberian obat anastesi dihentikan, pemberian O2 dipertahankan
Nadi 80x/menit, TD 110/70 mmHg, SPO2 99 %, ETT dan guedel
dicabut setelah pasien dapat dibangunkan. Lendir dikeluarkan dengan
suction lalu pasien diberi oksigen murni selama 5 menit.
Setelah semua peralatan dilepaskan (EKG, manset tensimeter,
oksimeter) pasien dibawa ke ruang pemulihan (Recovery room)
DURANTE OPERASI
MEMPERTAHANKAN HEMODINAMIK STABIL DAN MONITORING
CAIRAN INFUSE.
MEMONITORING SATURASI O2, TEKANAN DARAH, NADI, DAN
NAPAS.
Jam TD
(mmHg)
Nadi
(x/menit)
RR
(x/menit)
SaO2
(%)
09.35 120/80 88 20 99%
10.00 130/80 80 18 99%
10.25 130/80 88 18 99%
Monitoring perdarahan
Perdarahan : (+) -> kasa Basah 15x10 : 150 cc
:kasa ½ basah 5x5 :25 cc, Suction :50 cc
Total 275 cc
Infuse RL o/t regio dorsum manus sinistra
Pre operasi : RL 500 ml
Durante operasi : RL 500 ml
Catatan
EBV : 65 X 41 = 2665
EBL :10%  266
20%  533
30%  799
KETERANGAN TAMBAHAN
Diagnosa pasca bedah : Resection Maksila a/i Tumor Maksila
Lama anastesi : 09.30 - 10.25
Lama operasi : 09.35 – 10.20
Instruksi Pasca Bedah
• Bed rest
• Inj. Ketorolac 30mg/8jam
• Inj. Ondansetron 4mg/12jam
• Antibiotik dan terapi lain sesuai TS Drg
• Pantau Vital Sign per 15 menit selama 2 jam di RR
• Pantau urine output.
DISKUSI
TEORI
Klasifikasi yang lazim digunakan untuk
menilai kebugaran fisik seseorang ialah
yang berasal dari The American Society
of Anesthesiologists (ASA) :2
ASA 1 : pasien sehat organik, fisiologik,
psikiatrik, biokimia
ASA 2 : pasien dengan penyakit sistemik
ringan atau sedang
ASA 3 : pasien dengan penyakit sistemik
berat, sehingga aktivitas rutin terbatas
ASA 4 : pasien dengan penyakit sistemik
berat tidak
STATUS
Pasien masuk kategori ASA 1
TEORI
dapat melakukan aktivitas rutin dan
penyakitnya merupakan ancaman
kehidupannya setiap saat
ASA 5 : pasien sekarat yang
diperkirakan dengan atau tanpa
pembedahan kehidupannya tidak akan
lebih dari 24 jam.
ASA 6 : pasien dengan kematian batang
otak dan organnya siap untuk
ditransplantasi.
TEORI STATUS
Indikasi premedikasi:
• Meredakan kecemasan dan ketakutan
• Memperlancar induksi anestesi
• Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan
bronkus
• Mengurangi refleks yang tidak
diharapkan
• Mengurangi isi cairan lambung
• Mengurangi rasa sakit
• Menghilangkan efek samping dari obat
sebelum dan selama anestesi
• Menurunkan basal metabolisme tubuh.
Pada pasien ini diberikan
premedikasi fentanyl 100 mcq.
TEORI STATUS
Faktor-faktor yang mempengaruhi :
• Posisi pasien
• Faktor Respirasi
• Faktor Jaringan
• Faktor zat anestetika
• Faktor lain
Indikasi ga-ett :
• Pada bayi dan anak-anak
• Pembedahan pada orang dewasa dimana
anestesi umum lebih disukai oleh ahli
bedah walaupun dapat dilakukan dengan
anestesi lokal
• Operasi besar
• Pasien dengan gangguan mental
• Pembedahan yang lama
• Pembedahan yang dengan lokal anestesi
tidak begitu praktis dan memuaskan
• Pasien dengan obat-obatan anestesi lokal
pernah mengalami alergi.
Pada pasien ini indikasi dilakukan
tindakan ga-ett adalah : karena untuk
menjaga airway / jalur nafas pada saat
operasi dilaksanakan.
KESIMPULAN
Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an- "tidak,
tanpa" dan aesthētos,"persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara
umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika
melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang
menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
Anestesi umum atau general anesthesia merupakan suatu
keadaan dimana hilangnya kesadaran disertai dengan hilangnya
perasaan sakit di seluruh tubuh akibat pemberian obat-obatan anestesi
dan bersifat reversible. Anestesi umum dapat diberikan secara
intravena, inhalasi dan intramuskular.
Tumor maksila adalah suatu perumbuhan jaringan baru yang
terjadi di sinus maksilaris cenderung menginvasi jaringan sekitarnya
dan bermetastase ke tempat- tempat jauh. Diangnosis dapat ditegakkan
dengan anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang.

More Related Content

Similar to Teknik Anestesi Umum

REFLEKSI KASUS Anestesi.pptx
REFLEKSI KASUS Anestesi.pptxREFLEKSI KASUS Anestesi.pptx
REFLEKSI KASUS Anestesi.pptxAdnalKhemalPasha
 
Prinsip dan tehnik pemberian obat
Prinsip dan tehnik pemberian obatPrinsip dan tehnik pemberian obat
Prinsip dan tehnik pemberian obatSTIKES GRAHA MEDIKA
 
Analgesik antipiretik-anasthesi
Analgesik antipiretik-anasthesiAnalgesik antipiretik-anasthesi
Analgesik antipiretik-anasthesiNunung Ayu Novi
 
Presentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis Akut
Presentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis AkutPresentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis Akut
Presentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis AkutTenri Ashari Wanahari
 
prinsip dan teknik pemberian obat oral, sublingual, ic, sc dan im
prinsip dan teknik pemberian obat oral, sublingual, ic, sc dan imprinsip dan teknik pemberian obat oral, sublingual, ic, sc dan im
prinsip dan teknik pemberian obat oral, sublingual, ic, sc dan im4nakmans4
 
persiapan obat dan alat anestesi umum, lokal.pptx
persiapan obat dan alat anestesi umum, lokal.pptxpersiapan obat dan alat anestesi umum, lokal.pptx
persiapan obat dan alat anestesi umum, lokal.pptxsyukronchalim
 
POST OP.pptx
POST OP.pptxPOST OP.pptx
POST OP.pptxMariaFeni
 
Makalah kompetensi detal
Makalah kompetensi detalMakalah kompetensi detal
Makalah kompetensi detalWarnet Raha
 
konseling asma
konseling asmakonseling asma
konseling asmawitanurma
 
Pemberian obat dan cairanPemberian obat – obatan dan cairan yang digunakan da...
Pemberian obat dan cairanPemberian obat – obatan dan cairan yang digunakan da...Pemberian obat dan cairanPemberian obat – obatan dan cairan yang digunakan da...
Pemberian obat dan cairanPemberian obat – obatan dan cairan yang digunakan da...aulia rahmah
 
02. bantuan hidup dasar ns 2020 revisi
02. bantuan hidup dasar ns 2020 revisi02. bantuan hidup dasar ns 2020 revisi
02. bantuan hidup dasar ns 2020 revisirickygunawan84
 

Similar to Teknik Anestesi Umum (20)

PPT_ANASTESI.ppt
PPT_ANASTESI.pptPPT_ANASTESI.ppt
PPT_ANASTESI.ppt
 
REFLEKSI KASUS Anestesi.pptx
REFLEKSI KASUS Anestesi.pptxREFLEKSI KASUS Anestesi.pptx
REFLEKSI KASUS Anestesi.pptx
 
Makalah kompetensi detal
Makalah kompetensi detalMakalah kompetensi detal
Makalah kompetensi detal
 
Tren dan isu terkait gangguan persyarapan
Tren dan isu terkait gangguan persyarapanTren dan isu terkait gangguan persyarapan
Tren dan isu terkait gangguan persyarapan
 
Prinsip dan tehnik pemberian obat
Prinsip dan tehnik pemberian obatPrinsip dan tehnik pemberian obat
Prinsip dan tehnik pemberian obat
 
Analgesik antipiretik-anasthesi
Analgesik antipiretik-anasthesiAnalgesik antipiretik-anasthesi
Analgesik antipiretik-anasthesi
 
Presentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis Akut
Presentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis AkutPresentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis Akut
Presentasi Kasus Anastesiologi : Anastesi Umum pada Apendisitis Akut
 
prinsip dan teknik pemberian obat oral, sublingual, ic, sc dan im
prinsip dan teknik pemberian obat oral, sublingual, ic, sc dan imprinsip dan teknik pemberian obat oral, sublingual, ic, sc dan im
prinsip dan teknik pemberian obat oral, sublingual, ic, sc dan im
 
persiapan obat dan alat anestesi umum, lokal.pptx
persiapan obat dan alat anestesi umum, lokal.pptxpersiapan obat dan alat anestesi umum, lokal.pptx
persiapan obat dan alat anestesi umum, lokal.pptx
 
POST OP.pptx
POST OP.pptxPOST OP.pptx
POST OP.pptx
 
TERAPI OBAT ANASTESI.pptx
TERAPI OBAT ANASTESI.pptxTERAPI OBAT ANASTESI.pptx
TERAPI OBAT ANASTESI.pptx
 
Makalah kompetensi detal
Makalah kompetensi detalMakalah kompetensi detal
Makalah kompetensi detal
 
konseling asma
konseling asmakonseling asma
konseling asma
 
Pemberian obat dan cairanPemberian obat – obatan dan cairan yang digunakan da...
Pemberian obat dan cairanPemberian obat – obatan dan cairan yang digunakan da...Pemberian obat dan cairanPemberian obat – obatan dan cairan yang digunakan da...
Pemberian obat dan cairanPemberian obat – obatan dan cairan yang digunakan da...
 
02. bantuan hidup dasar ns 2020 revisi
02. bantuan hidup dasar ns 2020 revisi02. bantuan hidup dasar ns 2020 revisi
02. bantuan hidup dasar ns 2020 revisi
 
Makalah kompetensi detal
Makalah kompetensi detalMakalah kompetensi detal
Makalah kompetensi detal
 
Pengsan
PengsanPengsan
Pengsan
 
Patient Controlled Analgesia for Pain Management - dr. Arif H.M. Marsaban
Patient Controlled Analgesia for Pain Management - dr. Arif H.M. MarsabanPatient Controlled Analgesia for Pain Management - dr. Arif H.M. Marsaban
Patient Controlled Analgesia for Pain Management - dr. Arif H.M. Marsaban
 
Makalah kompetensi detal
Makalah kompetensi detalMakalah kompetensi detal
Makalah kompetensi detal
 
Bantuan Hidup Dasar
Bantuan Hidup DasarBantuan Hidup Dasar
Bantuan Hidup Dasar
 

Recently uploaded

UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxzidanlbs25
 
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxImahMagwa
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxmariaboisala21
 
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfAuliaAulia63
 
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptxPENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptxheru687292
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxrikosyahputra0173
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Shary Armonitha
 

Recently uploaded (7)

UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
 
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
 
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
 
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptxPENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
 

Teknik Anestesi Umum

  • 1. SMF ILMU ANESTESIOLOGI RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN GA-ETT PADA TUMOR MAKSILA
  • 2. ANESTESI Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an- "tidak, tanpa" dan aesthētos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Anestesi yang sempurna harus memenuhi 3 syarat (Trias Anestesi) yaitu :  Hipnotik, hilang kesadaran  Analgetik, hilang perasaan sakit  Relaksan, relaksasi otot-otot
  • 3. ANESTESI UMUM Anestesi umum atau general anestesi merupakan suatu keadaan dimana hilangnya kesadaran disertai dengan hilangnya perasaan sakit di seluruh tubuh akibat pemberian obat-obatan anestesi dan bersifat reversible. Anestesi umum dapat diberikan secara intravena, inhalasi dan intramuskular.
  • 4. INDIKASI ANESTESI UMUM  Pada bayi dan anak-anak  Pembedahan pada orang dewasa dimana anestesi umum lebih disukai oleh ahli bedah walaupun dapat dilakukan dengan anestesi lokal  Operasi besar  Pasien dengan gangguan mental  Pembedahan yang lama  Pembedahan yang dengan lokal anestesi tidak begitu praktis dan memuaskan  Pasien dengan obat-obatan anestesi lokal pernah mengalami alergi.
  • 5. PERSIAPAN PRE-ANESTESI Anamnesis : Riwayat tentang apakah pasien pernah mendapat anestesia sebelumnya, alergi, mual-muntah, nyeri otot, gatal-gatal atau sesak nafas. Pemeriksaan fisik : Pemeriksaan keadaan gigi, tindakan buka mulut, lidah yang relatif besar sangat penting untuk mengetahui apakah akan menyulitkan tindakan laringoskopi intubasi. Pemeriksaan rutin lain secara sistematik tentang keadaan umum. Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan laboratorium rutin yang sebaiknya dilakukan adalah pemeriksaan darah lengkap (Hb, leukosit, masa perdarahan dan masa pembekuan) dan urinalisis. Pada pasien yang berusia di atas 50 tahun sebaiknya dilakukan pemeriksaan foto toraks dan EKG.4,5 Puasa 6-8 jam sebelum operasi.
  • 6.  Penilaian Mallampati Dalam anestesi, skor Mallampati, digunakan untuk memprediksi kemudahan intubasi. Hal ini ditentukan dengan melihat anatomi rongga mulut, khusus, itu didasarkan pada visibilitas dasar uvula, pilar faucial.Klasifikasi tampakan faring pada saat mulut terbuka maksimal dan lidah dijulurkan maksimal menurut Mallampati dibagi menjadi 4 grade :  Grade I :Pilar faring, uvula, dan palatum mole terlihat jelas  Grade II :Uvula dan palatum mole terlihat sedangkan pilarg faring tidak terlihat  Grade III : Hanya palatum mole yang terlihat  Grade IV : Pilar faring, uvula, dan palatum mole tidak terlihat
  • 7.
  • 8.  Klasifikasi status fisik Klasifikasi yang lazim digunakan untuk menilai kebugaran fisik seseorang ialah yang berasal dari The American Society of Anesthesiologists (ASA) : ASA 1 : pasien sehat organik, fisiologik, psikiatrik, biokimia ASA 2 : pasien dengan penyakit sistemik ringan atau sedang ASA 3 : pasien dengan penyakit sistemik berat, sehingga aktivitas rutin terbatas
  • 9. ASA 4 : pasien dengan penyakit sistemik berat tak dapat melakukan aktivitas rutin dan penyakitnya merupakan ancaman kehidupannya setiap saat ASA 5 : pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa pembedahan kehidupannya tidak akan lebih dari 24 jam. ASA 6 : pasien telah dinyatakan mati batang otaknya yang mana organnya akan diangkat untuk kemudian diberikan sebagai organ donor bagi yang membutuhkan. Klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan mencantumkan tanda darurat (E = EMERGENCY), misalnya ASA IE atau IIE
  • 10. PERSIAPAN ALAT-ALAT ANESTESI Persiapan induksi anestesi sebaiknya kita ingat kata STATICS : S = Scope Stetoskop, untuk mendengarkan suara paru dan jantung. Laringo- Scope, pilih bilah atau daun (blade) yang sesuai dengan usia pasien. Lampu harus cukup terang T = Tubes Pipa trakea, pilih sesuai usia. Usia < 5 tahun tanpa balon (cuffed) dan > 5 tahun dengan balon (cuffed)
  • 11. A = Airway Pipa mulut-faring (Guedel, orotracheal airway) atau pipa hidung-faring (naso-tracheal airway). Pipa ini untuk menahan lidah saat pasien tidak sadar untuk menjaga supaya lidah tidak menyumbat jalan nafas T = Tape Plester untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau tercabut I = Introducer Mandrin atau stilet dari kawat dibungkus plastik (kabel) yang mudah dibengkokkan untuk pemandu supaya pipa trakea mudah dimasukkan C = Connector Penyambung antara pipa dan peralatan anestesia S = Suction Penyedot lendir, ludah dan lain-lainnya
  • 12. PREMEDIKASI ANESTESIA Premedikasi ialah pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi anestesi. Tujuan premedikasi: ◦ Meredakan kecemasan dan ketakutan ◦ Memperlancar induksi anestesi ◦ Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus ◦ Mengurangi refleks yang tidak diharapkan ◦ Mengurangi isi cairan lambung ◦ Mengurangi rasa sakit ◦ Menghilangkan efek samping dari obat sebelum dan selama anestesi ◦ Menurunkan basal metabolisme tubuh
  • 13. OBAT-OBATAN PREMEDIKASI Obat-obat premedikasi yang sering digunakan:  Sulfas atropin Dosis dewasa 0,025-0,5 mg, dosis anak < 3 tahun : 1/8 mg  Midazolam Dosis i.v 1-2,5 mg/kgBB  Fentanil Dosis i.v 1-2 mcg/kgBB
  • 14. INDUKSI ANESTESIA Induksi anestesi ialah tindakan untuk membuat pasien dari sadar menjadi tidak sadar, sehingga memungkinkan dimulainya anestesia dan pembedahan. Induksi anestesi terbagi 3, yaitu induksi intramuscular, induksi inhalasi, dan induksi intravena.
  • 15. TEKNIK ANESTESI UMUM  Teknik anestesi umum ada 3, yaitu : Anestesi umum intravena merupakan salah satu teknik anestesia umum yang dilakukan dengan jalan menyuntikkan obat anestesia parenteral langsung ke dalam pembuluh darah vena. Sampai sekarang hanya ketamin yang dapat diberikan secara intramuskular dengan dosis 5-7 mg/kgBB dan setelah 3-5 menit pasien tidur.
  • 16. TEKNIK ANESTESI UMUM  Anestesi umum inhalasi merupakan salah satu teknik anestesia umum yang dilakukan dengan jalan memberikan kombinasi obat anestesia inhalasi yang berupa gas dan atau cairan yang mudah menguap dengan obat-obat pilihan yaitu N2O, Halotan, Enfluran, Isofluran, Sevofluran, Desfluran dengan kategori menggunakan sungkup muka, Endotrakeal Tube nafas spontan, Endotrakeal tube nafas terkontrol.
  • 17. OBAT-OBATAN ANESTESIA UMUM  Gas Anestesia ◦ N2O N2O merupakan salah satu gas anestetim yag tak berwarna, bau manis, tak iritasi, tak terbakar, dan pemberian anestesia dengan N2O harus disertai oksigen minimal 25%.  Halotan Halotan merupakan gas yang baunya enak dan tak merangsang jalan napas, maka sering digunakan sebagai induksi anestesi kombinasi dengan N2O.  Isofluran Isofluran berbau tajam, kadar obat yang tinggi dalam udara inspirasi menyebabkan pasien menahan napas dan batuk. Setelah premedikasi, induksi dicapai dalam kurang dari 10 menit, di mana umumnya digunakan barbiturat intravena untuk mempercepat induksi.
  • 18. OBAT-OBATAN ANESTESIA UMUM Desfluran Merupakan cairan yang mudah terbakar tapi tidak mudah meledak, bersifat absorben dan tidak korosif untuk logam.Karena sukar menguap, dibutuhkan vaporiser khusus untuk desfluran. Sevofluran Sama halnya dengan desfluran, sevofluran terhalogenisasi dengan fluorin. Peningkatan kadar alveolar yang cepat membuatnya menajdi pilihan yang tepat untuk induksi inhalasi yang cepat dan mulus untuk pasien anak maupun dewasa.
  • 19. OBAT ANESTESIA INTRAVENA 1. Hipnosis  Golongan barbiturat (pentotal)  Suatu larutan alkali dengan kerja hipnotiknya kuat sekali dan induksinya cepat (30-40 detik) dengan suntikan intravena tetapi dalam waktu singkat kerjanya habis, Cara pemberiannya dimulai dengan test dose 25-75 mg, kemudian sebagai induksi diteruskan dengan pemberian 150-300 mg selang waktu pemberian 15-20 detik (untuk orang dewasa)  Benzodiazepin  Keunggulan benzodiazepine dari barbiturate yaitu rendahnya tingkat toleransi obat, tidak menginduksi enzim mikrosom di hati. Dosis : Diazepam : induksi 0,2 – 0,6 mg/kg IV, Midazolam : induksi : 0,15 – 0,45 mg/kg IV.  Ketamin  Ketamin mempunyai sifat analgesik, anestestik dan kataleptik dengan kerja singkat. Dosis ketamin adalah 1-2 mg/kgBB IV atau 3-10 mg/kgBB IM.
  • 20. Meperidin  Meperidin hanya digunakan untuk menimbulkan analgesia.  Sediaan yang tersedia adalah tablet 50 dan 100 mg ; suntikan 10 mg/ml, 25 mg/ml, 50 mg/ml, 75 mg/ml, 100 mg/ml. ; larutan oral 50 mg/ml. Sebagian besar pasien tertolong dengan dosis parenteral 100 mg. Dosis untuk bayi dan anak : 1-1,8 mg/kg BB.
  • 21. 2. Analgetik  Morfin ◦ Efek analgesi morfin timbul berdasarkan 3 mekanisme ; (1) morfin meninggikan ambang rangsang nyeri ; (2) morfin dapat mempengaharui emosi, artinya morfin dapat mengubah reaksi yang timbul dikorteks serebri pada waktu persepsi nyeri diterima oleh korteks serebri dari thalamus ; (3) morfin memudahkan tidur dan pada waktu tidur ambang rangsang nyeri meningkat. ◦ Dosis anjuran untuk menghilangkan atau mengurangi nyeri sedang adalah 0,1-0,2 mg/ kg BB. Untuk nyeri hebat pada dewasa 1-2 mg intravena dan dapat diulang sesuai yamg diperlukan.  Fentanil ◦ Dosis fentanyl adalah 2-5 mcg/kgBB IV. Fentanyl merupakan opioid sintetik dari kelompok fenilpiperidin dan bekerja sebagai agonis reseptor μ. Fentanyl banyak digunakan untuk anestetik karena waktu untuk mencapai puncak analgesia lebih singkat, efeknya cepat berakhir setelah dosis kecil yang diberikan secara bolus, dan relatif kurang mempengaruhi kardiovaskular.
  • 22. 3. Pelumpuh Otot (Muscle Relaxant)  Obat pelumpuh otot adalah obat/ zat anestesi yang diberikan kepada pasien secara intramuskular atau intravena yang bertujuan untuk mencapai relaksasi dari otot-otot rangka dan memudahkan dilakukannya operasi.
  • 23.
  • 24. INTUBASI ENDOTRAKEAL Yang dimaksud dengan intubasi endotrakeal ialah memasukkan pipa pernafasan yang terbuat dari portex ke dalam trakea guna membantu pernafasan penderita atau waktu memberikan anestesi secara inhalasi.
  • 25. INDIKASI INTUBASI ENDOTRAKEAL ◦ Menjaga jalan nafas yang bebas oleh sebab apapun ◦ Mempermudah ventilasi positif dan oksigenasi ◦ Pencegahan terhadap aspirasi dan regurgitasi ◦ Operasi-operasi pada kepala, leher, mulutm hidung dan tenggorokan ◦ Pada banyak operasi abdominal, untuk menjamin pernafasan yang tenang dan tak ada ketegangan ◦ Pada operasi intrathorakal, supaya jalan nafas selalu terkontrol ◦ Untuk mencegah kontaminasi trakea ◦ Bila dipakai controlled ventilation maka tanpa pipa endotrakeal dengan pengisian cuffnya dapat terjadi inflasi ke dalam gaster ◦ Pada pasien-pasien yang mudah timbul laringospasme ◦ Pada pasien-pasien dengan fiksasi vocal cord
  • 26. Keberhasilan intubasi tergantung pada 3 hal penting yaitu :  Anestesi yang adekuat dan relaksasi otot-otot kepala, leher dan laring yang cukup  Posisi kepala dan leher yang tepat  Penggunaan apparatus yang tepat untuk prosedur tersebut
  • 27. Alat-alat intubasi endotrakeal Pipa endotrakea Berfungsi mengantar gas anestesik langsung ke dalam trakea dan biasanya dibuat dari bahan standar polivinil-klorida. Cara memilih pipa endotrakea untuk bayi dan anak kecil : Diameter dalam pipa trakea (mm) = 4 + ¼ umur (thn) Panjang pipa orotrakeal (cm) = 12 + ½ umur (thn) Panjang pipa nasotrakeal (cm) = 12 + ½ umur (thn)
  • 28. Laringoskop  Fungsi laring ialah mencegah benda asing masuk paru. Laringoskop ialah alat yang digunakan untuk melihat laring secara langsung supaya kita dapat memasukkan pipa trakea dengan baik dan benar. Secara garis besar dikenal dua macam laringoskop :  Bilah lurus (straight blades/ Magill/ Miller)  Bilah lengkung (curved blades/ Macintosh)
  • 29. KESULITAN DALAM TEKNIK INTUBASI Otot-otot leher yang pendek dengan gigi geligi yang lengkap Mulut yang panjang dan sempit dengan arcus palatum yang tinggi Gigi incisivum atas yang menonjol (rabbit teeth) Kesulitan membuka mulut Uvula tidak terlihat (malapati 3 dan 4) Abnormalitas pada daerah servikal Kontraktur jaringan leher
  • 30. KOMPLIKASI PADA INTUBASI ENDOTRAKEAL Memar & oedem laring Strech injury Non specific granuloma larynx Stenosis trakea Trauma gigi geligi Laserasi bibir, gusi dan laring Aspirasi Spasme bronkus
  • 31. PEMULIHAN PASCAANESTESIA  Pemulihan Pasca Anestesi observasi di ruang Recovery room (RR).4,7,8  Nilai Warna ◦ Merah muda, 2 ◦ Pucat, 1 ◦ Sianosis, 0  Pernapasan ◦ Dapat bernapas dalam dan batuk, 2 ◦ Dangkal namun pertukaran udara adekuat, 1 ◦ Apnoea atau obstruksi, 0
  • 32.  Sirkulasi ◦ Tekanan darah menyimpang <20% dari normal, 2 ◦ Tekanan darah menyimpang 20-50 % dari normal, 1 ◦ Tekanan darah menyimpang >50% dari normal, 0  Kesadaran ◦ Sadar, siaga dan orientasi, 2 ◦ Bangun namun cepat kembali tertidur, 1 ◦ Tidak berespons, 0  Aktivitas ◦ Seluruh ekstremitas dapat digerakkan, 2 ◦ Dua ekstremitas dapat digerakkan,1 ◦ Tidak bergerak, 0 ◦ Jika jumlahnya > 8, penderita dapat dipindahkan ke ruangan
  • 33. TUMOR MAKSILA DEFINISI Tumor maksila adalah suatu perumbuhan jaringan baru yang terjadi di sinus maksilaris cenderung menginvasi jaringan sekitarnya dan bermetastase ke tempat- tempat jauh.
  • 34. ETIOLOGI 1. Etiologi tumor ganas sinonasal belum diketahui dengan pasti, tetapi diduga beberapa zat kimia atau bahan industri merupakan penyebab. 2. Pejanan terhadap radio aktif thorostrast dalam waktu yang lama mdningkatkan resiko tumor maksila. 3. Sinusitis kronis meningkatkan resiko terbentuknya tumor.
  • 35. TANDA DAN GEJALA 1. Peninggian atau peningkatan tekanan intrakranial 2. Ataksia 3. Perubahan tingkah laku, 4. Paralisis saraf kranial 5. Adanya massa 6. Nyeri bila ada metastasis 7. Pertumbuhan polipoid
  • 36. DIAGNOSA Diangnosis dapat ditegakkan dengan anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang. PEMERIKSAAN FISIK 1. Saat memeriksa pasien 2. Pemeriksaan dinding lateral cavum nasi 3. Palpasi gusi rahang atas dan palatum 4. Pemeriksaan naso endoskopi dan sinus kopi. 5. Pembesaran kelenjar leher
  • 37. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. DIagnosis pasti ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histopatologis (Biopsi tumorsinus maksila). 2. Foto polos sinus paranasal . 3. CT Scan . 4. MRI (Magnetic resonance imaging).
  • 39. LAPORAN ANESTESI ANAMNESA PRIBADI Nama : Tria Rahayu Umur : 17 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Suku : Batak BB :41 kg No.RM : 01.03.05.52
  • 40. ANAMNESA PENYAKIT Keluhan Utama : Benjolan di dalam mulut Telaah : Os merasakan hal ini ± 3 bulan ini, os mengeluh awalnya terdapat benjolan kecil pada mulut bagian atas di sebelah kiri , lama kelamaan semakin besar. Os juga mengeluhkan kesulitan membuka mulut. Tidak ada keluhan pada mata seperti melihat ganda, mata kabur, atau penonjolan bola mata. Tidak ada keluhan nyeri pada rongga hidung. Tidak ada keluhan rasa nyeri pada benjolan tersebut. RPT : (-) RPO : (-)
  • 41. KEADAAN PRA BEDAH Status Present Sensorium : Compos Mentis KU/KP/KG : baik/ sedang/ baik Tekanan Darah : 120/80 mmHg Frekuensi Nadi : 88 x/i Frekuensi Napas : 20 x/i Temperatur : 36,7 °C Anemis : (-) Ikterik : (-) Sianosis : (-) Dispnoe : (-) Oedem : (-)
  • 42. Kepala Mata : RC (+/+), Ø 3mm, bentuk bulat, isokor (+/+) Hidung : DBN Telinga : DBN Mulut : tampak benjolan di palatum kiri Leher : pembesaran KBG (-) Thorax Inspeksi : simestris fusiformis kiri = kanan Palpasi : stem fremitus kiri = kanan Perkusi : sonor di kedua lapangan paru Auskultasi: SP = vesikuler, ST = (-) Abdomen Inspeksi : Simestris Palpasi : soepel, nyeri tekan (-) Perkusi : timpani Auskultasi : peristaltik (+) Ekstremitas Ekstremitas Superior : DBN Ektremitas Inferior : DBN Genitalia Eksterna : tidak tampak kelainan
  • 43. PEMERIKSAAN PENUNJANG LABORATORIUM Hb 12,0 gr/dl Hct 32,20 % Leukosit 15.000/ul Trombosit 353.000/ul KGD ad random 107 mg/dl Natrium 142mmol/L Kalium 3,80 mmol/L Klorida 110,00 mmol/L SGOT 14 mU/dl SGPT 17 U/L Ureum 18 mg/dL Creatinin 0,8 Albumin -
  • 44. Rontgen Thoraks : Tidak tampak kelainan pada cor dan pulmo. Rontgen schadel waters : USG : ( Tidak dilakukan pemeriksaan) EKG : sinus rythm, dbn
  • 45. KEADAAN PRA BEDAH (FOLLOW UP ANESTESI) B1 (Breath) Airway : clear RR : 20 x/i SP : vesikuler ST : (-) Riwayat asma (-), sesak (-), batuk (-), alergi (-) Pack : (+) Malapati : II B2 (Blood) Akral :hangat TD : 120/80 mmHg HR :88 x/i T/V : cukup Temp. : 36,7°C Konjungtiva: pucat (-), hiperemis (-), ikterik (-) B3 (Brain) Sensorium : Compos mentis GCS : 15 E:4 V:5 M:6 RC : (+/+) Isokor : (+/+) Refleks fisiologis : (+) Refleks patologis : (-) Riwayat kejang (-), riwayat muntah proyektil (-), nyeri kepala (-), pandangan kabur (-). B4 (Bladder) Urine : (+) Volume : ± 40cc Warna : kuning
  • 46. B5 (Bowel) Abdomen : soepel (+), distensi (-), nyeri tekan (-), Peristaltik : (+) Mual : (-) Muntah : (-) NGT : (-) Flatus : (+) BAB : (+) B6 (Bone) Fraktur : - Luka bakar : - Oedem : -
  • 47. DIAGNOSA : Tumor Maksila STATUS FISIK : ASA I RENCANA TINDAKAN : Resection Maksila RENCANA ANASTESI: GA-ETT
  • 48. Anestesi SIA Pasien puasa sejak pukul 00.00 WIB Pemasangan IV-Line pada dorsum manus sinistra,dengan abocath no.18, cairan RL. (pastikan lancar) Personal hygiene dan oral hygiene cukup Berdoa. Persiapan Alat Anestesi :  Laringoskop  Stetoskop  ETT no.7  Guedel (Oropharyngeal airway)  Plester/Tape : Hypafix  Suction  Balon/pump  Spuit 20 cc  Gel lubricating  Sarung tangan  Face mask adult  Pack  Forcep Magill  Mesin anestesi : • Komponen I : Sumber gas, flowmeter, dan vaporizer • Komponen II : Sirkuit nafas / system ventilasi yaitu open,semiopen, semiclose. • Komponen III : Alat penghubung sistem ventilasi dengan pasien yaitu sungkup muka dan pipa ombak. EKG monitor Sfigmomanometer digital Oksimeter/saturasi Infuse set • Infuse set dan cairan infus – Ringer Laktat • Abocath no.18 G • Plester • Alcohol swab • Tourniquet
  • 49. 1.Premedikasi : Fentanil 100 µg Dosis : 1 – 2 µg/kgBB  41-82 µg Pemberian : 80 µg 2.Induksi : Propofol 100 mg Dosis : 2 – 2,5 mg/kgBB 82 – 102,5 mg Pemberian : 100 mg 3. Relaksan : Atracurium50 mg Dosis : 0,5 – 0,6 mg/kgBB  20,5-24,6 mg Pemberian : 20 mg 4. Maintenance (rumatan) : Isoflurane, N2O, O2 5. Antibiotik : Ceftriaxone 1 gram 6. Steroid : Dexamethason 10 mg 7. Anti emetic selama op : Ondansetron 4 mg 8. Obat reverse : Sulfas atropine 0,5 mg : Prostigmine 1 mg 9. Anti emetic post op : Ondansetron 4 mg 10. Analgetik post op : Keterolac 30 mg 11. Obat emergency: Sulfas Atropin dosis 0,25 mg- 5 mg IV Epinephrine dosis 1 mg atau 0.02 mg/kg larutan 1:10.000
  • 50. Urutan pelaksanaan anastesi Cairan pre operasi :RL 500 ml JAM : 09.20 WIB Pasien dari ruang tunggu masuk ke ruang operasi Pasang infus cairan ringer laktat 5% pada tangan kiri abocath no. 18G, cairan RL sejumlah 500 cc Memasang monitor EKG dan oksimeter pulse Mengukur tekanan darah, nadi, saturasi prainduksi (TD: 120/80mmHg, Nadi : 88x/m, SPO2 : 100%) JAM : 09.30 WIB Pemberian obat analgesik fentanil 80 mcg iv (premedikasi). Induksi dengan propofol 100 mg iv. Memastikan pasien sudah tidak sadar dengan cara memeriksa refleks bulu mata, Dilakukan preoksigenasi dengan sungkup muka menggunakan O2sebanyak6 liter/menit, kalau perlu nafas dibantu dengan menekan balon nafas secara periodik ± 3 menit. kemudian
  • 51. Setelah relaksasi pasien diintubasi dengan ETT no.7.0cuff(+), pack(+), guedel (+), untuk memastikan ETT terpasang dengan benar dengarkan suara nafas dengan stetoskop bahwa paru kanan dan kiri sama dan dinding dada kanan dan kiri bergerak simetris pada setiap inspirasi buatan. Pasang pipa guedel dan difiksasi menggunakan plester. Tutup mata pasien dengan plester. ETT dihubungkan dengan konektor ke sirkuit nafas alat anestesi, kemudian N2O dibuka 2 liter/menit dan O2 2 liter/menit kemudian isofluran dibuka 2 vol%. Nafas pasien dikendalikan denganrespirator. Inspirasi 400 ml dengan frekuensi 15 kali per menit. (Bila menggunakan respirator setiap inspirasi (volume tidal) diusahakan kurang lebih 6-8 ml/kg BB dengan frekuensi 12- 20x/menit). Perhatikan apakah gerakan nafas pasien simetris antara yang kanan dan kiri. TD: 120/80mmHg, Nadi : 90x/m, SPO2 : 100%. Memindahkan pasien ke meja operasi dalam posisi pronasi.
  • 52. JAM 10.25 WIB Operasi selesai Diberikan obat reverse Neostigmin 0,5mg dan Sulfas atropin 0,25mguntuk menghentikan efek pelumpuh otot dan membuat pasien sadar lebih cepat. Pemberian obat anastesi dihentikan, pemberian O2 dipertahankan Nadi 80x/menit, TD 110/70 mmHg, SPO2 99 %, ETT dan guedel dicabut setelah pasien dapat dibangunkan. Lendir dikeluarkan dengan suction lalu pasien diberi oksigen murni selama 5 menit. Setelah semua peralatan dilepaskan (EKG, manset tensimeter, oksimeter) pasien dibawa ke ruang pemulihan (Recovery room)
  • 53. DURANTE OPERASI MEMPERTAHANKAN HEMODINAMIK STABIL DAN MONITORING CAIRAN INFUSE. MEMONITORING SATURASI O2, TEKANAN DARAH, NADI, DAN NAPAS. Jam TD (mmHg) Nadi (x/menit) RR (x/menit) SaO2 (%) 09.35 120/80 88 20 99% 10.00 130/80 80 18 99% 10.25 130/80 88 18 99%
  • 54. Monitoring perdarahan Perdarahan : (+) -> kasa Basah 15x10 : 150 cc :kasa ½ basah 5x5 :25 cc, Suction :50 cc Total 275 cc Infuse RL o/t regio dorsum manus sinistra Pre operasi : RL 500 ml Durante operasi : RL 500 ml Catatan EBV : 65 X 41 = 2665 EBL :10%  266 20%  533 30%  799 KETERANGAN TAMBAHAN Diagnosa pasca bedah : Resection Maksila a/i Tumor Maksila Lama anastesi : 09.30 - 10.25 Lama operasi : 09.35 – 10.20
  • 55. Instruksi Pasca Bedah • Bed rest • Inj. Ketorolac 30mg/8jam • Inj. Ondansetron 4mg/12jam • Antibiotik dan terapi lain sesuai TS Drg • Pantau Vital Sign per 15 menit selama 2 jam di RR • Pantau urine output.
  • 56. DISKUSI TEORI Klasifikasi yang lazim digunakan untuk menilai kebugaran fisik seseorang ialah yang berasal dari The American Society of Anesthesiologists (ASA) :2 ASA 1 : pasien sehat organik, fisiologik, psikiatrik, biokimia ASA 2 : pasien dengan penyakit sistemik ringan atau sedang ASA 3 : pasien dengan penyakit sistemik berat, sehingga aktivitas rutin terbatas ASA 4 : pasien dengan penyakit sistemik berat tidak STATUS Pasien masuk kategori ASA 1
  • 57. TEORI dapat melakukan aktivitas rutin dan penyakitnya merupakan ancaman kehidupannya setiap saat ASA 5 : pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa pembedahan kehidupannya tidak akan lebih dari 24 jam. ASA 6 : pasien dengan kematian batang otak dan organnya siap untuk ditransplantasi.
  • 58. TEORI STATUS Indikasi premedikasi: • Meredakan kecemasan dan ketakutan • Memperlancar induksi anestesi • Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus • Mengurangi refleks yang tidak diharapkan • Mengurangi isi cairan lambung • Mengurangi rasa sakit • Menghilangkan efek samping dari obat sebelum dan selama anestesi • Menurunkan basal metabolisme tubuh. Pada pasien ini diberikan premedikasi fentanyl 100 mcq.
  • 59. TEORI STATUS Faktor-faktor yang mempengaruhi : • Posisi pasien • Faktor Respirasi • Faktor Jaringan • Faktor zat anestetika • Faktor lain Indikasi ga-ett : • Pada bayi dan anak-anak • Pembedahan pada orang dewasa dimana anestesi umum lebih disukai oleh ahli bedah walaupun dapat dilakukan dengan anestesi lokal • Operasi besar • Pasien dengan gangguan mental • Pembedahan yang lama • Pembedahan yang dengan lokal anestesi tidak begitu praktis dan memuaskan • Pasien dengan obat-obatan anestesi lokal pernah mengalami alergi. Pada pasien ini indikasi dilakukan tindakan ga-ett adalah : karena untuk menjaga airway / jalur nafas pada saat operasi dilaksanakan.
  • 60. KESIMPULAN Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an- "tidak, tanpa" dan aesthētos,"persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Anestesi umum atau general anesthesia merupakan suatu keadaan dimana hilangnya kesadaran disertai dengan hilangnya perasaan sakit di seluruh tubuh akibat pemberian obat-obatan anestesi dan bersifat reversible. Anestesi umum dapat diberikan secara intravena, inhalasi dan intramuskular. Tumor maksila adalah suatu perumbuhan jaringan baru yang terjadi di sinus maksilaris cenderung menginvasi jaringan sekitarnya dan bermetastase ke tempat- tempat jauh. Diangnosis dapat ditegakkan dengan anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang.