Incorporating sustainable business practices into company strategy
1. TUGAS
MANAJEMEN STRATEGIK
Dosen : Prof. Dr. Agus Rahayu H. MSI.
Kajian Teori Manajemen Strategis
Incorporating Sustainable Business Practices into Company Strategy
(S. J. Fowler and C. Hope)
Maret 20, 2014
Oleh :
Arif Partono Prasetio - 1303193
Universitas Pendidikan Indonesia
Program Doktor Ilmu Manajemen
2014
2. Arif Partono - 1303193
1
Incorporating Sustainable Business Practices into Company Strategy
Pengantar
Kajian dari Fowler & Hope ini didasarkan pada teori sumberdaya alam yang dimiliki oleh perusahaan yang dikembangkan oleh Hart (1995). Pembahasan dilakukan dengan metode studi kasus terhadap perusahaan Patagonia, swasta dan belum terbuka yang bergerak dalam produksi perlengkapan dan pakaian outdoor. Sesuai dengan konsep yang dikenalkan oleh Hart, maka strategi yang akan digunakan mencakup keterkaitan antara pencegahan polusi, pengelolaan produk, dan perkembangan yang berkesinambungan/berkelanjutan. Riset ini akan meneliti apakah sumberdaya yang digunakan dalam setiap strategi tersebut harus digunakan secara akumulasi atau dapat digunakan secara paralel. Berdasarkan hasil riset diketahui bahwa Patagonia senantiasa mengalami kemajuan, dan kemajuan itu terjadi secara berkesinambungan di masing-masing dari tiga bagian tersebut. Temuan lain menyatakan bahwa kemajuan yang dialami oleh perusahaan pada satu bagian tidak tergantung dari kemajuan di lain.
Patagonia memiliki strategi diferensiasi yang menekankan pada kualitas, akan tetapi keunikan perusahaan ini adalah kualitas tersebut diwujudkan secara berbeda dibandingkan pesaingnya. Di Patagonia, proses produksi dan produk dirancang dengan mempertimbangkan dampak negatif terkecil bagi lingkungan (Wheelen & Hunger, 2012:188). Seluruh aspek bisnisnya dilakukan dengan kesadaran akan kepedulian terhadap lingkungan. Karyawan di Patagonia memiliki komitmen untuk melindungi keberlangsung lingkungan. Patagonia menggunakan aktivitas bisnis mereka sebagai sarana untuk memperbaiki kondisi lingkungan.
Dengan mengedepankan strategi hijau, pemilik Patagonia berharap perusahaan ini masih dapat bertahan untuk seratus tahun ke depan dan tetap menghasilkan keuntungan secara ekonomis, disamping keuntungan bagi lingkungan. Strategi bisnis memang seharusnya diarahkan bagi pengembangan perusahaan yang menguntungkan untuk masa depan.
Istilah sustainability (berkelanjutan) yang dikaji dalam makalah ini dapat diartikan sebagai bentuk perhatian kepada kelangsungan lingkungan. Akan tetapi pada penerapannya, juga memperhatikan faktor ekonomi dan sosial. Dow Jones (Wheelen & Hunger, 2012:76) mengembangkan konsep Indeks Sustainability yangmencakup tiga kepentingan; sosial, ekonomi, dan lingkungan. Masalah-masalah terkait sustainability ini belum banyak dibahas
3. Arif Partono - 1303193
2
sebelum tahun 1990. Hart (1995) yang mengkaji sumberdaya alam yang digunakan perusahaan merupakan salah satu tokoh yang memfokuskan pada kajian ini. Pembahasan makalah ini terbagi menjadi tiga bagian. Pertama, dijelaskan mengenai perkembangan teori manajemen strategis dan kontribusinya terhadap literatur strategi sustainability. Kedua, menyajikan hasil analisis kasus Patagonia, yang akhirny ditutup dengan kesimpulan dari hasil tersebut dan saran yang diharapkan dapat mengoptimalkan riset selanjutnya.
Kajian di dalam makalah ini didasarkan pada karya Fowler dan Hope (2007) sehingga sebagian besar tulisan yang ada di dalamnya adalah pandangan dari keduanya. Penulis hanya melakukan analisis terhadap tulisan ini dan pada beberapa bagian membandingkan serta menambahkan dari literatur lain.
Kajian Literatur Strategi
Pendekatan Organisasi Industrial
Tahap awal perkembangan literatur manajemen strategis didominasi oleh kajian mengenai organisasi industrial yang memandang bahwa sektor industri dimana perusahaan beroperasi adalah faktor penentu keberhasilan perusahaan. Pembahasan oleh Bain (1950, 1954, 1956), Porter (1980, 1981) mengedepankan pentingnya unsur industri sebagai kunci utama mendapatkan keunggulan bersaing. Pandangan ini banyak menuaik kritik karena dianggap tidak memperhatikan kemampuan perusahaan (Foss, 1996).
Asumsi dari teori ini adalah perusahaan di dalam satu industri mengendalikan sumberdaya yang sama dan sumberdaya tersebut bersifat bergerak. Penelitian empiris dari Schmalensee (1985) dan Rumelt (1991) menjelaskan variasi dalam keuntungan unit bisnis tidak berhubungan dengan faktor industri. Hal ini juga dikuatkan oleh McGahan dan Porter (1997). Pandangan tersebut menjadi masukan bagi perkembangan teori RBV.
Resource Base View
RVD menekankan pentingnya sumberdaya yang dimiliki perusahaan melalui pernyataan bahwa dengan mengidentifikasi sumberdaya yang memiliki kepentingan strategis serta mengelolanya dengan efektif, perusahaan dapat memperoleh keunggulan bersaing dari pesiangnya (Barney, 1986a; Amit dan Schoemaker, 1993).
RBV dipopulerkan oleh Wernerfelt (1984) yang dengan mengutip dari Caves (1980), mendefinisikan sumberdaya sebagai aset dalam bentuk nyata dan tidak nyata (tangible and intangible) yang terikat di dalam organisasi secara semi permanen. Beberapa contohnya adalah; merek, teknologi, karyawan yang memiliki ketrampilan khas, perjanjian dagang,
4. Arif Partono - 1303193
3
mesin, prosedur, dan modal. Wernerfelt juga mengenalkan istilah ‘resource position barrier’, suatu kondisi dimana perusahaan dapat mempertahankan posisi relatifnya terhadap pesaing berdasarkan banyaknya atau pentingnya sumberdaya yang dimiliki.
Barney (1991) mengasumsikan (a) perusahaan dalam suatu industri bersifat heterogen (beragam) terkait sumberdaya yang dimiliki, dan (b) sumberdaya tersebut mungkin tidak bersifat bergerak (mudah berpindah). Berdasar asumsi tersebut teridentifikasi 4 karakteristik yang terkandung dalam suatu sumberdaya agar bisa dianggap bernilai atau memberikan keunggulan bersaing; memiliki nilai, jarang tersedia, sulit sitiru, dan tidak tergantikan.
Terdapat beragam pendekatan mengenai mana sumberdaya yang memberikan keunggulan. Kepemilikan sumberdaya strategis, faktor strategis dari suatu pasar, kompetensi kunci (Prahalad dan Hamel, 1990), kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan sumberdaya dalam menghadapi perubahan (Teece dan Pisano, 1994), budaya organisasi, keberagaman (Richard, 2000), dan kapabilitas dalam menjaga keberlangsungan lingkungan (Hart, 1995).
Teori Manajemen Strategis dan Sustainability
Pendekatan organisasi industrial dan RBV dikembangkan pada tahun 1980 dimana ketika itu belum ada kepentingan untuk menjadikan faktor lingkungan dan keberlangsungan praltel bisnis sebagai salah satu keunggulan. Kondisi ini sesuai dengan pandangan neoklasik bahwa tugas utama manajemen adalah memaksimalkan tingkat pengembalian kepada pemegang saham (Friedman, 1962, 1970). Manajemen hanya membatasi tindakannya terhadap lingkungan pada praktek yang tidak melanggar hukum dan tetap memberikan nilai bagi pemegang saham (Walley dan Whitehead, 1994).
Pada perkembangannya ternyata perhatian yang seimbang terhadap kedua hal tersebut (maksimalisasi profit dan perhatian pada lingkungan) dapat dilakukan (Florida, 1996; Judge dan Douglas, 1998; Klassen dan McLaughlin, 1996; Porter dan van der Linde, 1995). Pernyataan ini juga didukung oleh studi yang menyimpulkan bahwa strategi perusahaan yang berbasis lingkungan dapat mengarah pada terbentuknya suatu kapabilitas perusahaan yang dapat meningkatkan daya saingnya (Aragon-Correa dan Sharma, 2003; Berry dan Rondinelli, 1998; Sharma dan Vredenberg, 1998). Hal ini menyebabkan muncul pandangan bahwa perusahaan perlu mempertimbangkan masalah keberlangsungan lingkungan di dalam strateginya agar bisa tetap memiliki daya saing (Christmann, 2000; McGee, 1998).
5. Arif Partono - 1303193
4
RBV berbasis Lingkungan (Natural)
Konsep ini dikenalkan oleh Hart (1995) dan menjadi teori penting dalam manajemen sustainability. Hart yakin bahwa meski RBV penting bagi perusahaan akan tetapi masih kurang berhasil jika dikaitan dengan masalah-masalah lingkungan, oleh karenaya dia merasa perlu mengembangkan teori RBV yang berbasis lingkungan. Perusahaan akan selalau bergantung dan dibatasi oleh suatu ekosistem (lingkungan). Oleh karenanya, keunggulan bersaing merupkan fungsi atau perwujudan bagaimana perusahaan dapat mengelola sumberdaya dan kapabilitasnya untuk menghadapi perubahan lingkungan. Hart mengembangkan teori ini didasarkan pada teori RBV dan mengemukakan tiga strategi yang saling terkait;
- pencegahan polusi, suatu konsep yang mengutamakan pengurangan emisi dan limbah melalui inovasi proses produksi, bukan berdasarkan pandangan tradisional dalam mengendalikan polusi pada titik akhir produksi atau setelah keduanya terjadi.
- Pengelolaan produk, penggunaan proses seperti analisis siklus hidup untuk mengukur dampak dari suatu produk selama masa fungsionalitasnya, proses untuk mengurangi dampak tersebut, dan melibatkan pihak yang berkepentingan terhadap lingkungan dalam pengembangan produk dan proses yang terkait.
- Pengembangan berkelanjutan, pengembangan teknologi baru yang memberikan dampak minimal terhadap lingkungan, pertimbangan terhadap dampak sosial dari kegiatan perusahaan, dan keterlibatan dalam mengembangkan lingkungan yang lebih baik.
Di samping mengemukakan tiga strategi tersebut, Hart juga memberikan dua alternatif saran penerapannya;
- Path Defence. Pengelolaan produk dari suatu perusahaan ditentukan oleh kemampuannya dalam menjalankan strategi pencegahan polusi, dan upaya untuk mencapai pengembangan berkelanjutan ditentukan oleh kemampuannya dalam menjalankan pengelolaan produk dan pencegahan polusi.
- Embeddedness (kesatuan). Pada cara ini Hart menyatakan bahwa masing-masing strategi tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain, dan masing-masing secara otomatis sudah dilakukan ketika perusahaan menjalankan satu strategi. Hal tersebut dapat diartikan bahwa strategi pengembangan yang berkelanjutan mendorong perusahaan untuk menerapkan strategi pengurangan polusi dan pengelolaan produk
6. Arif Partono - 1303193
5
yang baik, dan hal tersebut berlaku pula ketika perusahaan memilih untuk menjalankan strategi pengurangan polusi sebagai alteratif pertama.
Hart selanjutnya mengemukakan pertanyaan apakah ketiga strategi tersebut harus dilakukan secara bertahap atau dapat dilakukan secara paralel.
Kasus Patagonia
Latar Belakang Patagonia
Latar belakang pemilihan Patagonia, perusahaan yang berbasis di Californai sebagai bahan studi kasus disebabkan beberapa hal:
- Patagonia dinyatakan sebagai perusahaan yang mempelopori perhatian terhadap lingkungan (Elkington, 1997; Reinhardt, 2000; Roddick, 1992) dan sudah beberapa kali memperoleh penghargaan terkait kepedulian lingkungan (Business Ethics, 2004; Fortune Magazine, 2004).
- Patagonia mengoperasikan manajemen supply chain sehingga banyak menghadapi masalah pencegahan polusi dan pengelolaan produk.
- Patagonia menggunakan bahan baku dari negara maju dan berkembang, satu faktor yang bisa dijadikan analisis mengenai masalah pengembangan berkelanjutan.
- Patagonia merupakan perusahaan indenpenden dan memiliki hanya satu jenis pasar, outdoor apparel market. Faktor in idipertimbangkan karena alasan kemudahan analisis hanya pada hubungan kantor pusat dan cabang.
- Patagonia merupakan perusahaan keluarga, sehingga analisis ini dapat dilakukan tanpa dipengaruhi kondisi pasar saham.
Pendekatan Studi Kasus
Analisis terhadap Patagonia ini dirancang untuk menguji kesesuaian praktek di perusahaan dengan konsep Hart, serta untuk mengetahui apakah proses pengembangan berkelanjutan di Patagonia berlangsung secara bertahap atau bersamaan. Kajian kualitatif ini memperhatikan prinsip triangulasi (Yin, 2003), dengan menggunakan beberapa sumber. Peneliti berkunjung ke kantor pusat dan toko. Pada kunjungan tersebut dilakukan wawancara dengan manajemen senior dan eksekutif, di samping itu peneliti juga melakukan observasi terhadap proses produksi dan operasional yang berlangsung. Wawancara untuk masing-masing nara sumber berlangsung antara 30 – 60 menit dan hasilnya disimpan dalam rekaman audio. Pendekatan yang dilakukan dalam wawancara ini
7. Arif Partono - 1303193
6
adalah semi terstruktur, dimana sudah dipersiapkan pertanyaan terlebih dahulu (disesuaikan dengan konsep Hart), dan pada pelaksanaannya dikembangkan sesuai kebutuhan dan dari jawaban yang diterima. Bahan baku yang digunakan oleh Patagonia juga diambil sebagian sebagai bagian dari contoh produk. Sumber informasi lain yang juga dikumpulkan adalah dokumen-dokumen terkait perusahaan dan industry outdoor apparel.
Temuan Analisis
Analisis Perusahaan
Patagonia memiliki 20 toko di Amerika (1 di antaranya bukan dimiliki pelh Patagonia) dan 19 toko di luar negeri serta 600 jaringan distribusi sekelas riteler. Patagonia juga melakukan penjualan melalui internet. Total penjualannya mencapai $330 juta (Ball, 2010). Perusahaan ini memiliki pesaing utama Arc Teryx, Columbia Sportswear, Marmot Mountain, Mountain Hardware dan North Face. Di samping itu Patagonia juga bersaing dengan Adidas, Nike, Reebok and produsen perlengkapan olahraga lainnya.
Menguji Kerangka Hart
Pencegahan Polusi
Strategi pencegahan polusi akan beralih dari proses internal (untuk persaingan) menjadi suatu kegiatan eksternal (kewajiban hukum).
Konsep Hart menyatakan bahwa ketika strategi pencegahan polusi dilakukan, maka tujuan untuk memenuhi keinginan pihak yang berkepentingan (pemerintah, pelanggan, investor, pemasok, masyarakat, karyawan) akan memotivasi perusahaan untuk lebih terbuka. Stakeholder memiliki harapan terkait kinerja perusahaan, perilaku perusahaan yang berdampak pada lingkungan, pengaruh dari perilaku tersebut bagi kepentingan mereka, dan kemudian bersikap dan bertindak sesuai dengan hasil penilaian atas harapan tersebut. Hal ini berarti keterbukaan perusahaan dapat meningkatkan kepercayaan dan legitimasi mereka. Banyaknya publikasi dari perusahaan mengenai kepedulian terhadap lingkungan dapat menjadi ukuran akan hal ini. Perusahaan juga dapat bekerja sama dengan tokoh masyarakat dan kelompok kepentingan lain (Henriques dan Sadorsky, 1999), suatu praktek yang sudah dilakukan Patagonia. Salah satunya adalah keikutsertaan dalam Eco Partner yang mengkaji potensi polusi dari bisnis yang dijalankan. Patagonia juga merupakan pelopor penggunaan kapas organik dan membuka diri bahkan mendorong pesaing untuk mengikuti cara mereka dalam menggunakan kapas organik. Pendek kata, aktivitas Patagonia menunjukkan kepedulian terhadap tindakan pencegahan polusi yang sesuai dengan harapan stakeholders.
8. Arif Partono - 1303193
7
Pengelolaan Produk
Strategi pengelolaan produk ini merupakan strategi untuk mempertimbangkan dampak dari produk terhadap lingkungan selama masa fungsionalitasnya. Perusahaan harus meminimalkan dampak negatif dari produk yang dihasilkannya, dan ini diawali dari sejak proses perancangan hingga produksi, distribusi, penggunaan, dan ketika sudah tidak digunakan lagi (Dutton, 1998).
Patagonia telah menerapkan prinsip ini dan melibatkan pemasoknya untuk mendukung strateginya. Patagonia selalu terbuka akan setiap pengembangan dan pengelolaan produk yang akan dilakukan. Reputasi ini benar-benar dijaga sehingga sekecil apapun aspek dari produk barunya yang ternyata tidak sesuai dengan konsep kepedulian lingkungannya maka akan ditolak. Hal ini mendukung gagasan bahwa strategi pengelolaan produk akan membawa manfaat baik bagi lingkungan internal maupun eksternal. Keterbukaan kepada semua pihak akan meningkatkan citra perusahaan.
Pengembangan Berkelanjutan
Strategi pengembangan berkelanjutan harus dilakukan dengan mempertimbangkan faktor seperti kemiskinan di negara dunia ketiga, keseimbangan pendapatan negara di belahan utara dan selatan, dan persamaan antar generasi. Pada tingkat perusahaan strategi ini dikembangkan dengan pemikiran kepedulian sosial dan lingkungan Hart (1995) dan menjadi bagian dari komitmen akhir keuntungan, lingkungan, dan sosial (Elkington, 1997).
Hart menyatakan bahwa pengembangan berkelanjutan berarti bekerja sama dengan pemerintah dan perusahaan di negara yang dituju dan membangun infrastruktur yang tepat, mengembangkan sumberdaya manusia, dan mendukung iklim persaingan. Salah satu yang dilakukan Patagonia adalah mengadopsi penggunaan kapas organic. Setelah mendapatkan penjelasan dari seorang aktivis, dampak negatif kapas konvensional, maka Patagoina memutuskan untuk menghapus bahan baku tersebut dari produknya (Chouinard dan Brown, 1997).
Pengembangan berkelanjutan juga berarti penggunaan teknologi yang memberikan dampak minimal serta mampu mengurangi dampak negatif bagi lingkungan dan sosial. Salah satu kesulitan yang dihadapi Patagonia adalah mengelola jaringan pemasok dari berbagai negara. Hal ini dilakukan dengan mewajibkan setiap pemasok untuk mengikuti standar yang ditentukan dan bersedia di periksa secara berkala. Patagonia juga ingin menanamkan konsep berbisnis yang bukan terfokus pada pencarian keuntungan semata,
9. Arif Partono - 1303193
8
tetpi juga peduli akan lingkungan. Meski dengan penerapannya, Patagonia relatif sulit mendapatkan pemasok, akan tetapi prinsip utama dalam menjalankan strategi sustainability ini tetap dipertahankan. Di samping menjalankan bisnis Patagonia juga berfungsi menjadi agen perubahan bagi perusahaan yang terkait untuk mulai memikirkan lingkungan.
Beberapa pandangan yang mendukung gagasan tersebut adalah;
- Pentingnya sustainability terbentuk menjadi nilai perusahaan, yang tercermin dari kepedulian akan lingkungan, bekerja sama dengan mitra untuk mewujudkannya, keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan, serta mendukung pengembangan pribadi
- Nilai-nilai yang mendasari Patagonia bukan sekedar tagline iklan saja, tetapi sudah menjadi bagian integral dari aktivitas perusahaan.
- Perusahaan telah melakukan langkah maju dalam hal pengembangan berkesinambungan, bukan sekedar pada pencegahan polusi dan pengelolaan produk.
Patagonia merupakan perusahaan yang sennatiasa memperhatikan ketiga strategi lingkunan tersebut secara paralel dan bersama-sama. Tidak ada unsur saling menggantungkan atau mendahulukan salah satu strategi.
Kesimpulan
Memperhatikan makalah yang dibahas, penulis mengidentifikasi bahwa langkah atau kebijakan perusahaan untuk fokus pada kepedulian terhadap lingkungan dapat menjadi salah satu keunggulan bersaing yang sulit ditiru oleh pesaing. Konsistensi Patagonia untuk senantiasa mengedepankan bisnis berbasis lingkungan relatif sulit untuk ditiru. Mereka menjalankannya secara tegas.
Hal tersebut juga didukung dengan bukti keberhasilan Patagonia dalam menjalankan bisnisnya hingga saat ini. Fokus pada produk yang berorientasi lingkungan memang membutuhkan modal yang tidak sedikit. Akan tetapi dengan perkembangan saat ini dimana konsumen ingin berbuat sesuatu bagi perbaikan lingkungan, bisnis yang berorientasi lingkungan akan mendapatkan perhatian dan jika produknya memang sesuai dengan yang dijanjikan tentu akan membentuk pasar konsmen tersendiri. Disini Patagonia secara tidak langsung juga telah mempraktekkan strategi berbasis keunikan dan membentuk pasar yang berbeda. Patagonia menyasar konsumen yang peduli akan lingkungan dan kualitas produk,
10. Arif Partono - 1303193
9
bukan konsumen yang peduli akan harga.
Dari penjelasan di atas juga disimpulkan bahwa penerapan strategi lingkungan berbasis konsep Hart, dapat dilakukan secara paralel, tidak harus bertahap satu per satu. Hal ini dapat dilakukan karena masing-masing strategi tersebut tidak tergantung pada pencapaian strategi lainnya. Mereka sebaliknya malah harus dilakukan secara simultan agar meningkatkan dampak positifnya dan bisa terwujud dalam waktu relatif lebih cepat.
Kajian dengan menggunakan perusahaan keluarga ini memiliki sedikit kelemahan, karena mungkin akan sulit diterapkan pada perusahaan publik, yang kepentingan pemagang saham akan hasil investasi lebih berpengaruh. Patagonia, mudah menerapkan kebijakan ini karena memang visi dari pendiri dan pemiliknya masih asli tidak terpengaruh oleh pemegang saham. Stakeholder yag dilayani oleh Patagonia memang cenderung mendukung kebijakan perusahaan untuk mempromosikan produk dan cara memproduksi yang berbasis lingkungan. Perhatian akan kepentingan negara dan masyarakat dimana mereka berinvstasi juga merupakan faktor yang relatif sulit jika dilakukan oleh perusahaan publik.
Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah apakah sejalan dengan waktu Patagonia akan selalu menerapkan strategi ini atau ketika dihadapkan pada kondisi persaingan yang lebih ketat, mereka juga akan mengubah strateginya. Untuk menganalisis hal ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada periode waktu yang berbeda. Di samping itu juga perlu dilakukan pengukuran apakah tingkat keuntungan secara bisnis yang dimiliki Patagonia masih berpotensi besar di masa mendatang.
Meski terdapat beberapa kekurangan, akan tetapi kajian ini telah menunjukkan bahwa pilihan strategi berbasis lingkungan tidak membuat perusahaan kehilangan konsumen dan pemasok, sebaliknya mereka memperoleh keunikan yagng tidak dimiliki perusahaan lain. Atau jika ingin meniru strategi ini maka perusahaan lain membutuhkan waktu lama dan upaya yang tidak mudah. Menutup kesimpulan ini penulis menilai bahwa perusahaan dengan strategi lingkungan yang mengedepankan sustainability dapat memperoleh keunggulan bersaing yang unik, sulit ditiru, tergantikan, dan memiliki dan memberikan nilai lebih bagi perusahaan dan lingkungan.
Daftar Pustaka
Ball, Jena. (2010). Patagonia Clothing: Making a Profit and Meeting Environmental
11. Arif Partono - 1303193
10
Challenges. http://www.motherearthnews.com/nature-and-environment/patagonia- clothing-zmaz09djzraw.aspx?PageId=5. Di akses 17 Maret 2014.
Fowler, S.J. & Hope, C. (2007). Incorporating Sustainable Business Practices into Company Strategy. Business Strategy and the Environment 16, 26–38 (2007). Published online 10 July 2006 in Wiley InterScience.
Hart. S.L. (1995). A Natural-Resource-Based View of the Firm. The Academy Management Review, Vol. 20, No. 4. (Oct., 1995), pp. 986-1014.
Wheelen, T.L. & Hunger J.D. (2012). Strategic Management and Business Policy: TOWARD GLOBAL SUSTAINABILITY. New Jersey: Pearson Education.