SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Download to read offline
SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com68
Yuk, Suami
dan Istri Saling
Menguatkan
usrah
Oleh Abdul Ghofar*
Sabar dan syukur menjadi
kunci kebahagiaan keluarga.
Dengannya keluarga bisa
mengggapai pintu surga
kelak.
S
elama ini Nani merasa sudah
menjadi istri yang banyak
bersabar. Ia dijodohkan oleh
orangtuanya dengan suami
berwajah pas-pasan dan gaji
yang juga pas-pasan. Pokoknya semua
serba tak ideal menurut cita-citanya
semasa gadis dulu.
Suatu ketika, sang suami pulang
tergesa-gesa. Ia membawa uang yang
lumayan banyak sebagai bonus dari
kantornya. Uang tersebut masih utuh.
Hanya disimpan dalam amplop dan
berbungkus plastik hitam. Rupanya
suami Nani harus berkemas kembali,
ada urusan di luar kota yang hendak
diselesaikan. Beberapa hari kemudian,
suaminya pulang dan menanyakan
uang yang diberikan dulu.
“Dik, di mana uang yang ayah titip
kemarin?”
“Uang yang mana?”
“Uang dalam plastik hitam yang
ayah titip sebelum pergi.”
Sontak Nani tersadar. Ia segera
mencari ke setiap sudut rumah.
Usai seharian mencari, ia malah
kian bingung dan penat. Tiba-
tiba ia teringat sesuatu. Ia pernah
membersihkan rumah dan membuang
sampah-sampah dalam plastik.
“Ayah, aku minta maaf. Uang yang
ayah titipkan ikut terbuang ke tempat
sampah.”
Suasana hening sejenak. Suami Nani
memilih diam. Meski tersentak kaget
tapi ternyata ia tidak marah. “Berarti
uang itu belum rezeki keluarga kita,”
ujarnya datar sambil tersenyum.
Sejak itu, jika selama ini Nani
merasa hanya bisa bersabar dengan
kondisi pas-pasan suaminya, kini
ia bersyukur memiliki suami yang
penyayang dan tidak mudah marah.
Nani sadar, ia merasa layak dimarahi
atas keteledoran sikapnya menyimpan
duit. Sebaliknya, suami Nani kini harus
bersabar atas istri yang pelupa dan
teledor. Selama ini ia hanya bersyukur
karena mempunyai istri cantik dan suka
merawat tubuhnya.
Minta yang Sesuai, Bukan
Sempurna
Imam al-Ghazali berkata, sabar itu
separuh keimanan dan setengahnya
lagi adalah syukur. Keimanan seseorang
berbanding lurus dengan ujian
yang Allah Ta’ala berikan. Ujian bisa
berwujud kenikmatan yang sejalan
dengan kemauan, bisa pula berupa
musibah atau hal yang tidak disukai.
Inilah keajaiban orang beriman yang
mesti mampu mengelola dua “kepang
sayap”: bersyukur dan bersabar.
Nabi bersabda, “Sungguh ajaib
urusan orang beriman. Sesungguhnya
pada setiap urusannya, baginya
ada kebaikan dan perkara ini tidak
berlaku melainkan kepada orang
mukmin. Sekiranya dia diberi dengan
sesuatu yang menggembirakan lalu
dia bersyukur maka kebaikan baginya.
Dan sekiranya apabila dia ditimpa
kesusahan lalu dia bersabar maka
kebaikan baginya.” (Riwayat Muslim).
Dalam suatu anekdot, seorang
santri sedang berkonsultasi kepada
sang ustadz. Ia minta dicarikan jodoh
yang ideal menurut sangkaannya:
cantik, kulit putih, postur tinggi,
keturunan orang baik, dan hafizhah 30
juz (penghafal al-Qur’an).
Ustadz itu lalu menjawab,
“Alhamdulillah, ada seorang santri
putri yang persis sama dengan
kriteria idamanmu. Cuma satu saja
kekurangannya.”
“Apa satu kekurangan itu, Ustadz?”
“Eh, tapi jangan tersinggung ya!”
“Tidak Ustadz, insya Allah saya siap
menerima satu kekurangan tersebut.”
“Kekurangannya, santri putri itu
belum mau menerima kamu.”
“Kenapa Ustadz?” santri itu mulai
menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Karena kamu sendiri belum
seideal dia, sebagai penghafal 30 juz.”
Manusia cenderung mengejar
sesuatu yang disenangi dan bersyukur
jika hal itu sesuai dengan keinginannya.
Termasuk dalam perkara mencari calon
AGUSTUS 2015/SYAWAL 1436 69
Jendela keluarga
ketika ia beruntai dengan ragam
warna. Ada kalanya sang suami yang
mencintai istrinya dengan sepenuh hati
justru tiba-tiba jengkel dan tak suka
dengan perbuatan istrinya. Ada masa
ketika perbedaan bahkan konflik itu
menyeruak dalam keluarga. Tiba-tiba
something is error dan miss komunikasi
terjadi begitu saja tanpa ada yang
menginginkannya.
Dibanding yang lain, manusia
adalah makhluk Allah yang
paling sempurna. Namun tak seorang
pun yang sempurna perbuatannya,
kecuali Rasulullah yang telah
dijaga oleh Allah dari perbuatan dosa.
Kekurangan yang ada bukan untuk
dikeluhkan atau sebagai alasan tak mau
bersyukur kepada Allah. Ia adalah lahan
untuk menyempurnakan keimanan
dengan kesabaran. Sebab, terkadang
kekurangan itu bersifat bawaan
yang tak mudah mengubah atau
menghilangkannya.
Sabar dan syukur adalah sekepang
sayap yang memberi energi keteguhan,
optimisme dan keyakinan dalam
menghadapi berbagai persoalan hidup.
Keduanya menjadi kunci kebahagiaan
keluarga. Dengannya keluarga tersebut
bisa menggapai pintu surga kelak.
Sebaliknya, tanpa dua sayap tersebut,
keluarga itu hanya mampu mengeluh
dan mengeluh. Mereka merasa seolah
hidup ini hanya untuk mengeluh saja.
Ketua Lembaga Pendidikan dan
Pengkaderan Hidayatullah Balikpapan
suami atau istri. Selalu berharap yang
ideal terhadap pasangan hidupnya.
Bagi seorang Muslim, membangun
keluarga bermula dari doa dan harapan
terhadap jodoh yang diinginkan.
Sebenarnya, harapan di atas
terbilang wajar. Namun, itu belum
tentu ada atau mungkin tersedia tapi
tidak sesuai dengan kondisi kita sendiri.
Untuk itu, seorang Muslim harus selalu
membenahi diri, dan tidak melulu
menuntut hal yang sempurna dari
pasangan sedangkan dirinya luput dari
usaha menjadi sosok yang sempurna.
Sejatinya, pasangan yang ideal
adalah pasangan yang mampu
mensyukuri kelebihan pasangannya
dan sanggup menyabari kekurangan
pasangannya. Sebab, dua insan
bisa berpasangan ketika ada
simbiosis mutualisme atau saling
menguntungkan, kerja sama,
melengkapi dan memahami. Sehingga
ada harmonisasi dalam menjalin
hubungan dalam rumah tangga.
Sekepang Sayap
Ibarat seekor burung yang terbang
ke angkasa dengan nyaman dan indah,
karena dua sayapnya yang saling
menguatkan dan harmonis antara
sayap kanan dan kiri. Meski diterpa
angin kencang burung itu bisa bertahan
dengan kedua sayapnya yang kokoh.
Pun demikian bagi orang beriman,
sepatutnya “dua sayap”; sabar dan
syukur itu difungsikan secara maksimal
dalam mengarungi kehidupan di dunia,
khususnya di dalam sebuah keluarga.
Keseimbangan sayap burung di
atas menjadi pelajaran jalinan kerja
sama yang harmonis antara suami dan
istri. Pasangan suami atau istri bukan
malaikat atau bidadari yang sempurna
dan tidak memiliki cacat. Suami dan
istri adalah sepasang manusia biasa
yang masing-masing memiliki segudang
kelebihan dan kekurangan. Setali tiga
uang dengan kehidupan di dunia, ia
selalu menyisakan masalah dan ujian
yang tiada habisnya. Sebagaimana tak
ada keinginan yang langsung terkabul
semuanya. Sebab, kita semua masih di
dunia yang sarat dengan mujahadah
dan perjuangan.
Laksana pelangi yang indah,
kehidupan keluarga justru indah
foto:MUHABDUSSYAKUR/suarahidayatullah
Suami dan istri
adalah sepasang
manusia biasa
yang masing-
masing memiliki
segudang
kelebihan dan
kekurangan.
SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com70
Menjawab Gugatan
Kaum Feminis Soal
Nusyuz
mar’ah
Adanya istri yang nusyuz, karena
para suami tidak mempunyai
sifat qawwam (kepemimpinan).
A
n-Nisa, salah satu surat yang sering
digugat oleh kaum feminis. Lebih
spesifik lagi, mereka menggugat
salah satu ayat dalam surat ini, yaitu
ayat 34 (selain ayat tentang waris). Ayat ini,
kata mereka, mendukung kekerasan terhadap
perempuan, terutama pada ‘wadhribuu hunna’
(dan pukullah mereka) pada baris keempat. 
Ibnu Katsir memaparkan dalam tafsirnya,
nusyuz dalam surat an-Nisa artinya tinggi
diri; wanita yang nusyuz, ialah wanita yang
bersikap sombong terhadap suaminya, tidak
mau melakukan perintah suaminya, berpaling
darinya, dan membenci suaminya.
Pada ayat 34 sebelum kata wadhribuu
hunna, Allah telah menyuruh para suami untuk
memperlakukan istrinya yang nusyuz dengan
menasihatinya secara baik-baik terlebih dulu,
“Kita harus utamakan nasihat,” jelas dosen
Fahmu Nusus Qur`an dan Sunnah Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Dr Abdul Kholiq
Hasan El-Qudsy yang merupakan alumni Islamic
Science University, Sudan, belum lama ini.
Kemudian, apa indikasi dari nusyuz tersebut?
Yaitu adanya ketidaktaatan atau meninggalkan
kewajiban sebagai istri. Menurut Hasan, adanya
istri yang nusyuz karena para suami tidak
mempunyai sifat qawwam (kepemimpinan),
“Jika laki-laki punya sifat qawwam,  tidak ada
perempuan yang nusyuz,” terangnya lagi. Sifat
qawwam di sini dalam Miitsaq al-Usroh (Piagam
atau Tatanan Keluarga) yang ditulis oleh para
ulama di Timur Tengah dan Afrika, salah satunya
foto:MUHABDUSSYAKUR/suarahidayatullah
Oleh Sarah Larasati Mantovani*
AGUSTUS 2015/SYAWAL 1436 71
Jendela keluarga
memukul istrinya bagaikan unta,
yaitu dia memukulnya pada pagi hari,
tetapi kemudian pada malam harinya
mencampurinya.”
Apabila tujuan telah tercapai, tiga
tindakan tersebut harus dihentikan.
Karena tujuan yang berupa ketaatan
inilah yang memang diinginkan,
yaitu ketaatan yang positif, bukan
ketaatan karena tekanan. Karena
ketaatan semacam ini tidak layak
untuk membangun institusi rumah
tangga yang merupakan basis jamaah
masyarakat. Sayyid Quthb menafsirkan,
melakukan tiga tindakan tersebut
setelah terwujudnya ketaatan istri
kepada suami adalah perbuatan aniaya
dan melampaui batas, seperti mencari-
mencari cara untuk menyusahkan istri.
Harus Ada Pemimpin
Mengenai otoritas pemimpin
sen­diri pun ada ketentuannya, yaitu
tidak merendahkan, tidak menzalimi,
dan tidak menyalahgunakan. Lebih
lanjut lagi dalam Miitsaq al-Usroh,
“Se­orang laki-laki adalah pemimpin
dalam keluarga, karena keluarga
me­rupakan unit sosial (gambaran
kecil sebuah masyarakat) yang terdiri
dari beberapa orang.  Maka harus
ada kepemimpinan agar keluarga
tidak rusak dan hancur. Seorang
laki-laki  layak untuk bertanggung
jawab terhadap berbagai per­ma­sa­la­
han­nya karena fitrahnya, ta­biat tubuh
dan jiwanya.  Bukan ke­pe­mim­pinan
yang menaklukan atau monopoli dan
pelampiasan, tapi ia adalah tanggung
jawab  dan  beban dalam memelihara
keluarga dan menjaganya.”
Sehingga laki-laki atau suami
yang saleh jika mendapati bidadari
dunianya berbuat ketaatan dan
dapat menyejukkan dirinya, ia akan
bersyukur. Namun jika ia mendapati
istrinya tidak melakukan ketaatan,
ia tidak akan berbuat zalim apalagi
sampai melakukan kekerasan yang
sesungguhnya sangat dilarang dalam
Islam. Peneliti Aliansi Cinta Keluarga
(AILA) Indonesia
bukanlah untuk meyakiti, menyiksa
apalagi memuaskan diri. Juga tidak
boleh dilakukan dengan keras dan
kasar. Pemukulan yang dilakukan
haruslah dalam rangka mendidik,
yang harus disertai dengan rasa kasih
sayang seorang pendidik, sebagaimana
yang dilakukan seorang ayah terhadap
anak-anaknya dan yang dilakukan guru
terhadap muridnya. Semua tindakan ini
juga tidak boleh dilakukan jika kedua
pasangan berada dalam kondisi rumah
tangga yang harmonis.
Begitu pun Ibnu Katsir dalam
tafsirnya, para suami boleh memukul
istri dengan pukulan yang tidak
melukai. Sebagaimana disebutkan di
dalam Kitab Shahih Muslim, Nabi
bersabda saat haji wada.
“Bertakwalah kepada Allah dalam
urusan wanita, karena sesungguhnya
mereka di sisi kalian merupakan
penolong, dan bagi kalian ada hak atas
diri mereka, yaitu mereka tidak boleh
mempersilakan seseorang yang tidak
kalian sukai menginjak hamparan
kalian. Dan jika mereka melakukannya,
maka pukullah mereka dengan pukulan
yang tidak melukakan, dan bagi mereka
ada hak mendapat rezeki (nafkah) dan
pakaiannya dengan cara yang makruf.”
Abu Dawud, Nasa’i, dan Ibnu Majah
meriwayatkan bahwa Rasulullah
bersabda, “Janganlah kamu memukul
hamba-hamba wanita Allah.” Lalu
datanglah Umar kepada Rasulullah
seraya berkata, “Kaum wanita
sudah berani menentang suaminya.”
Rasulullah kemudian memberikan
izin untuk memukul mereka. Setelah
itu, banyak wanita yang mengelilingi
keluarga Rasulullah dengan
mengeluhkan tindakan suami mereka.
Kemudian Rasulullah bersabda,
“Sesungguhnya keluarga Muhammad
telah dikelilingi oleh kaum wanita yang
banyak, yang mengeluhkan tindakan
suami mereka.” Maka, mereka (suami-
suami semacam itu) bukanlah orang-
orang yang baik di antara kamu.”
Rasulullah juga bersabda,
“Janganlah seseorang di antara kamu
Syaikh Yusuf Qaradhawi, menyebutkan
empat unsur sifat kepemimpinan,
yaitu syura (musyawarah), perawatan,
perlindungan, dan nafkah.
Ada Tiga Tahapan
Memberi nasihat kepada istri,
terang Sayyid Quthb dalam tafsirnya
Fii Zhilalil Qur`an merupakan tindakan
pertama yang harus dilakukan oleh
pemimpin dan kepala rumah tangga.
Nasihat adalah bagian dari pendidikan,
yang memang senantiasa dituntut
kepada suami dalam semua hal. Tetapi
dalam kondisi khusus ini, ia harus
memberikan pengarahan tertentu
untuk sasaran tertentu pula, yaitu
mengobati gejala-gejala nusyuz sebelum
menjadi genting dan berakibat fatal.
Namun jika nasihat yang diberikan
ti­dak mempan juga, maka dalam
kon­di­si seperti ini ditangani dengan
tin­da­kan kedua dengan memisahkan
tem­pat tidur mereka. Menurut Sayyid
Quthb, ada syarat-syarat tertentu yang
ha­rus dipenuhi suami apabila ingin
me­­mi­sahkan tempat tidur istrinya.
Per­­ta­­ma, pemisahan tidak dilakukan
se­cara terang-terangan di luar tempat
pa­sa­ngan suami-istri tersebut biasa
berduaan.
Kedua, tidak melakukan pemisahan
di depan anak-anak karena akan
me­nim­bul­kan dampak negatif bagi
mereka. Ketiga, tidak melakukan
pe­mi­sa­han dengan pindah ke orang
lain, menghinakan istri atau menjelek-
jelekkan kehormatannya dan harga diri­
nya karena yang seperti itu akan me­
nambah konflik. Tujuan dari pemisahan
tempat tidur ialah untuk mengobati
nusyuz, bukan untuk merendahkan istri
dan merusak anak-anak.
Jika tindakan kedua ini tidak ber­
hasil juga, masih ada tindakan terakhir
yang sering disalahpahami maksudnya.
Tindakan terakhir ini, terang Sayyid
Quthb, walaupun lebih keras tapi lebih
kecil dampaknya dibandingkan dengan
kehancuran institusi rumah tangga
yang disebabkan oleh nusyuz.
Pemukulan yang dilakukan
AGUSTUS 2015/SYAWAL 1436 67
Jendela
Keluarga
celah
kepercayaan diri anak, juga membangun keterampilan
sosialnya.
Apa yang perlu dilakukan jika akan kedatangan
tamu? Jika tamunya sudah memberi tahu, penting mem­
beri informasi pada anak bahwa akan kedatangan tamu.
Akan lebih baik lagi jika kita dapat memberi gambaran
ten­tang sosok tamu yang akan datang. Jika kita mampu
me­mancing rasa ingin tahu anak maka anak bukan saja
lebih siap namun juga lebih bersemangat menghadapi
tamu.
Sampaikan pada anak jika tamu datang maka ia akan
di­perkenalkan, lalu ibu atau ayah akan memerlukan wak­
tu untuk berbicara dengan tamu. Jika perlu sesuatu bisa
me­nunggu atau berbicara baik-baik.
Menarik apa yang diceritakan Anas yang men­dam­
pi­ngi Rasulullah sejak ia berusia sepuluh tahun. Dari
Anas, “Rasulullah mengunjungi sahabat-sahabat Anshar,
mengucapkan salam kepada anak-anak  mereka dan
mengusap-usap kepala mereka.”
Rasulullah mencontohkan saat bertamu se­ha­
rusnya anak mendapatkan perhatian dan sentuhan ter­­
lebih dahulu. Dengan demikian anak merasa bahwa diri­
nya juga orang yang penting dan layak dihormati. Jika
anak merasakan pengalaman berkesan saat ke­da­tangan
tamu, maka perilaku mereka akan baik selama ke­
da­
ta­­ngan tamu. Penulis buku serial catatan parenting
Mendidik Karakter dengan Karakter
foto:MUHABDUSSYAKUR/suarahidayatullah
“Bu,kenapa ya anak saya kalau sedang
ada tamu suka berulah. Yang bia­sa­
nya tidak naik-naik, tiba-tiba sudah
meng­gelantung di teralis jendela. Mereka bolak-balik
ambil kue buat tamu. Kadang minuman buat tamu di­
mi­­numnya. Atau mereka merengek meminta uang jajan.
Semakin dilarang semakin menjadi-jadi. Mengapa de­mi­
kian ya? Saya suka bingung dan rasanya malu sekali pada
tamu.”
Pertanyaan seperti itu seringkali muncul dari para
ibu. Lebih berbahaya lagi jika orangtua berkata pada
tamunya, “Aduh maaf Bu, anak saya ini kalau ada tamu
memang suka berperilaku aneh, tidak seperti biasanya.”
Keluhan semacam ini jika disampaikan di depan anak
akan semakin membuat anak menjadi-jadi dan me­
ngang­gap bahwa apa yang dilakukannya sebagai hal yang
wajar dan biasa.
Ada beberapa penyebab mengapa anak melakukan
aksinya saat ada tamu. Pertama, ia merasa diabaikan
sehingga ia mencari-cari perhatian. Ia tidak suka melihat
orangtuanya terlalu asik dengan orang lain, apalagi jika
tamu menyita waktu lama.
Kedua, ketika ditanyakan apakah sikap ibu pada anak
di depan tamu atau di belakang tamu sama? Ternyata
umumnya berbeda. Alasan orangtua kalau di depan
tamu biasanya malu bersikap tegas, takut dibilang ayah
atau ibu yang pemarah, tidak bersikap lembut pada
anak. Perbedaan sikap orangtua itulah sumbernya. Anak
adalah peneliti yang handal, ia sangat jeli. Ia memahami
perbedaan sikap orangtuanya. Ia tahu setiap ada tamu
maka ayah dan ibunya menjadi orangtua yang manis,
dan tak berdaya. Jangan sekali-kali menyuap anak untuk
berperilaku baik saat kedatangan tamu, hal ini akan jadi
pola. Setiap ada tamu anak akan menuntut imbalan.
Kehadiran tamu adalah hal positif bagi sebuah ke­
luarga. Anak belajar berkenalan dengan orang lain se­
lain anggota keluarganya. Iapun belajar mengenai adab
menerima tamu. Kehadiran tamu merupakan ke­sem­pa­
tan emas untuk meningkatkan ikatan emosional orang­
tua dengan anak, membangun konsep diri positif, dan
Ketika Ada Tamu
Oleh Ida S. Widayanti*
SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com72
Maka mereka mengingkari Rasulullah
Muhammad meskipun mereka
tahu betul dan sangat yakin dengan
tanda-tanda kenabian yang ada pada
diri Muhammad . Mereka yakin, tapi
tidak beriman.
Salah satu aspek penting iman
adalah kesediaan untuk mengakui,
menerima dan berserah diri kepada
Allah Ta’ala yang dinyatakan secara
lisan. Meyakini kebaikan Islam tanpa
bersedia mengucapkan kalimat sya­ha­
da­tain, maka keyakinan tersebut tidak
ada nilainya di hadapan Allah Ta’ala.
Aspek lainnya adalah mengikatkan diri
dengan Islam dan memiliki komitmen
kepadanya. Ini membawa konsekuensi
bahwa kita dituntut untuk memiliki
komitmen (iltizam) kepada al-Qur`an
dan as-Sunnah.
Apakah mungkin seseorang
memahami Islam tapi tidak
mengimaninya? Bukan hanya mungkin,
tapi bahkan telah banyak contohnya.
Kita pun mengingat sabda Rasulullah
dengan derajat hasan, “Kebanyakan
orang munafik dari umatku adalah
qurra’uha (penghafal al-Qur`an).”
(Riwayat Ahmad).
Siapakah yang dimaksud dengan
para penghafal al-Qur`an? Yang
Oleh Mohammad fauzil adhim
kolom parenting
dimaksud ialah orang-orang yang
menghafal tanpa memiliki komitmen
kepada al-Qur`an, tidak mengkaji
kandungannya, tidak menjaga adabnya
sebagai penghafal al-Qur`an dan lebih
parah lagi jika sedari awal niatnya
memang telah salah. Dari sinilah kita
perlu merenungi peringatan Ibnu
Mas’ud radhiyallahu ‘anhu tentang
tanda-tanda zaman fitnah yang
salah satunya adalah “wa katsurat
qurra’ukum wa qallat fuqaha’ukum.
Dan banyak penghafal al-Qur`an kalian,
tetapi sedikit fuqaha kalian (orang yang
sangat matang ilmu agamanya).”
Contoh mengenaskan di zaman
kita adalah Dr Salah Rashed, seorang
qurra’ (penghafal al-Qur`an) asal
Kuwait dan pernah menjadi imam di
sana, tetapi sekarang justru tenggelam
dalam berbagai cabang New Age
Movement, suatu gerakan paganisme
baru yang antara lain berpusat di
Esalen, California. Ia hafal al-Qur`an,
tetapi rusak imannya. Ini merupakan
tragedi yang memilukan sekaligus ada
pelajaran besar yang patut kita renungi.
Berkaitan dengan mendidik anak,
pe­lajaran pentingnya adalah betapa
per­lu kita menanamkan iman serta
iltizam kepada al-Qur`an dan as-
A
da sebuah buku
menarik bertajuk
Nurturing Eeman in
Children karya Dr Aisha
Hamdan terbitan IIPH,
Riyadh (2011). Terjemahan bebasnya
kurang-lebih Mendidikkan Iman Pada
Anak-anak. Dr Aisha Hamdan—begitu
penulisannya menurut transliterasi
kita—menggunakan kata iman
dan bukan faith, sebab iman dalam
pemahaman Islam tidak sepenuhnya
terwakili oleh kata faith maupun
belief (keyakinan, kepercayaan). Kita
mengenal kata tsiqah yang berarti
percaya, yaqin yang kita terjemahkan
dengan kata yakin, tetapi keduanya
tidak mencakup kedalaman dan
keluasan makna iman.
Orang-orang Yahudi bukan
hanya percaya, mereka bahkan
sangat yakin dengan apa yang Allah
Ta’ala firmankan. Mereka mengenali
Muhammad sebagai utusan Allah
Ta’ala sebagaimana mereka mengenali
anak kandungnya sendiri, tetapi
mereka mengingkarinya karena tidak
sesuai harapan. Mereka berharap
rasul terakhir dari kalangan mereka
(Bani Israil), tetapi yang diutus Allah
Ta’ala ternyata dari kaum Quraisy.
Karena Iman
Bukan Sekadar
Pengetahuan
AGUSTUS 2015/SYAWAL 1436 73
Jendela keluarga
73
Sunnah. Pengetahuan dan hafalan me­
mang sangat penting, tetapi jika iman
tidak kita tanamkan dengan sung­guh-
sung­guh sehingga mendorong anak
untuk belajar mengikatkan diri (or­
ga­nizing values) kepada agama, maka
pengetahuan dan hafalan ter­se­but
justru menjadi hujjah atas pe­mi­liknya.
Yang dimaksud hujjah atas pe­mi­liknya
ialah, pengetahuan tersebut jus­tru
menjauhkan seseorang dari agama.
Berkenaan dengan al-Qur`an, mari
sejenak kita ingat perkataan Jundub
ibn Abdillah radhiyallahu ‘anhu tatkala
menegur seseorang dari generasi
tabi’in. Kata Jundub ibn Abdillah RA,
“Kami belajar iman sebelum belajar
al-Qur`an, kemudian belajar al-Qur`an
sehingga dengannya bertambahlah
iman kami.”
Berapa banyak madrasah berdiri,
yang baik. Sekadar memperoleh
pembiasaan tanpa meyakini serta
merasa bangga dengan kebiasaan
baik tersebut, justru menjadikan anak
semakin berusaha menjauh.
Lalu apa yang perlu kita lakukan?
Mari kita pegangi sabda Nabi
bahwa sebaik-baik perkataan adalah
kitabullah dan sebaik-baik petunjuk
adalah petunjuk Rasulullah . Maka
berkenaan dengan menanamkan
iman ini, mari kita menelusuri kembali
bagaimana Allah Ta’ala menurunkan
ayat-ayat untuk menanamkan iman
serta bagaimana Rasulullah me­
na­namkannya di dada para sahabat
radhiyallahu ‘anhum ajma’in.
Gunakan Cara yang Tepat
Sesungguhnya ayat-ayat yang
memegang peranan penting
ke dalam hati jika caranya tepat.
Dan sebaik-baik pelajaran adalah
al-Qur`anul Kariim. Inilah perkataan
yang lebih menumbuhkan keyakinan
dan menggerakkan hati. Jika iman
sudah tertanam maka bertambahnya
pengetahuan tentang iman akan me­
nam­bah kuatnya iman. Tetapi jika iman
tidak ada, bertambahnya ilmu agama
justru menjadi anak dan bahkan orang
dewasa semakin menjauh dari agama.
Bagaimana dengan pendapat
sebagian orang yang mengatakan
perintah dan larangan tidak tepat
bagi anak? Jawaban saya sederhana:
marilah kita tidak menyibukkan
dengan berbagai pendapat yang masih
bersifat asumsi. Kita memegangi apa
yang Allah Ta’ala tuturkan dalam
al-Qur`anul Kariim. Kita mendapati
perintah maupun larangan banyak
memenuhi halaman al-Qur`an. Bahkan
nasihat terbaik yang Allah Ta’ala
abadikan dalam kitabullah pun, yakni
nasihat dari Luqman kepada putranya,
menggunakan larangan yang tegas
maupun perintah.
Kalimat yang bersifat berita hanya
memberikan informasi secara kognitif.
Bukan menghunjamkan keyakinan
dan membangkitkan perasaan, kecuali
bagi orang yang sudah ada iman
atau pun keyakinan dalam dirinya.
Kita perhatikan, kalimat bersifat
berita (narasi) ini ada pada ayat-ayat
Madaniyah. Itu pun diakhiri dengan
pertanyaan retoris maupun peringatan.
Jadi bukan semata naratif.
Pertanyaannya, sudahkah kita
mengakrabi tuntunan al-Qur`an
tentang bagaimana memerintah dan
melarang anak-anak kita? Sudahkah
kita mengambil pelajaran tentang
bagaimana berkomunikasi dengan
anak-anak dan keluarga kita?
Terakhir, yang harus kita tanamkan
pada diri anak sesudah iman adalah
adab. Inilah yang menjadi perhatian
besar Imam Malik rahimahullah ta’ala
maupun para ulama salaf lainnya.
Sesungguhnya iman dan adab itu
mendahului ilmu. Wallahu a’lam bish-
shawab.
tetapi murid-muridnya tidak bangga
kepada Islam dan tidak pula tampak
keyakinan yang kuat pada diri mereka.
Justru sebaliknya, kita mendapati
kenyataan betapa anak-anak itu
bahkan berusaha lari dari kebiasaan
yang ditanamkan oleh gurunya, baik
yang ditanamkan semata-mata karena
memang diharuskan oleh peraturan
sekolah atau karena guru sungguh-
sungguh ingin menanamkan kebiasaan
menanamkan iman adalah ayat-ayat
Makiyah, yakni ayat yang turun pada
periode Makkah. Di antara cirri-ciri
ayat Makiyyah ialah, kalimatnya
ringkas, banyak memuat peringatan
dan menggunakan ungkapan yang
menggugah berupa perintah dan
larangan tegas.
Kalimat yang bersifat imperatif,
baik berupa perintah maupun
larangan, akan lebih menghunjam
SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com74 SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com74 SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com74
Diasuh oleh : Ustadz Hamim Thohari
konsultasi keluarga
SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com74
Mengeraskan Zikir
di Masjid Setelah Shalat
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Disebagianmasjid,zikirsetelahshalatwajibadayang
dilakukan secara berjamaah dan dengan mengeraskan
suara, sedangkan di sebagian masjid yang lain dilakukan
sendiri-sendiri dan tidak mengeraskan suara, mana
yang lebih sesuai dengan sunnah? Atas perhatian dan
ja­wa­bannya, saya ucapkan te­rima­ kasih.
SH
Bogor
Jawab:
Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.
Berdoa dan berzikir sebaiknya dilakukan dengan
khu­syuk dan tidak mengganggu orang lain. Cukuplah
ber­doa dan berzikir itu dilakukan merendahkan suara,
bu­kan dengan mengeraskannya. Terdapat banyak dalil,
baik dari al-Qur`an, Hadits, dan qaul para salafus salih
yang menjelaskan hal tersebut. Di antaranya firman
Allah , “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan be­ren­
dah hati dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah
ti­dak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”
(Al-A’raf [7]: 55).
Ayat senada juga terdapat dalam surat yang sama.
“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hati dengan
me­rendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak me­
nge­raskan suara…” (Al-A’raf [7]: 205).
Pada ayat ini terdapat perintah dan larangan. Allah
memerintahkankitauntukberdoadengantadharru’
(me­rendahkan diri) dan rasa takut. Sebaliknya, Dia me­
la­rang kita untuk mengeraskan suara ketika berdo dan
ber­­
zikir.
Lalu bagaimana praktiknya di zaman Rasulullah
? Dalam kaitan ini terdapat sebuah Hadits yang ter­
da­pat dalam kitab Jawahirul Bukhari. Dari Abu Musa
Al-Asy’ari beliau berkata, “Kami bersama Rasulullah
ma­nakala melihat sebuah lembah di antara dua
gu­­nung, kami membaca tahlil dan takbir dengan
suara yang keras. Nabi bersabda, ‘Wahai se­ka­lian
manusia, rendahkanlah suaramu, karena kamu bu­
kan memanggil yang tuli dan bukan pula me­manggil
yang ghaib. Sesungguhnya Ia bersama kamu, se­
sung­­guhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha dekat.”
(Riwayat Imam Bukhari).
Mengomentari Hadits di atas, Imam Syihabuddin
Al-Qasthalani berkata, “Dalam Hadits itu dapat
dipahami berdoa dan berzkir dengan mengeraskan
suara itu hukumnya makruh.”
Meskipun demikian, terdapat juga beberapa
Hadits yang kuat dan shahih yang membolehkan
ja­maah untuk menjaharkan zikir dan doanya seusai
me­laksanakan shalat wajib.
Dari Ibnu Abbas, berkata, “Sesungguhnya me­
nge­raskan suara dikala berzikir seusai melaksanakan
shalat wajib pernah dilakukan pada masa Nabi .”
SelanjutnyaIbnuAbbasberkata,“Akumengetahuinya
dan mendengarnya apabila mereka (para sahabat)
telah selesai shalatnya dan hendak meninggalkan
masjid.” (Riwayat Bukhari dan Muslim).
Terhadap Hadits ini, Imam Syafi’i dalam fatwanya
bahwa berzikir dengan suara jahar hukumnya sunnah
jika ada motif mengajarkan kepada makmum. Jika
bu­kan karena motif tersebut, sunnah dibaca dengan
suara pelan (sirr). Imam Syafi’i menjelaskan dalam
kitab Al-Umm, “Saya memilih imam dan makmum
agar berzikir setelah shalat dan merendahkan sua­
ra­nya, kecuali bagi imam yang hendak me­ngajarkan
zikir hendaknya mengeraskan suara sehingga ia me­
nganggap cukup mengajarkannya. Setelah itu, hen­
dak­nya dibaca secara sirr.”
Dengan demikian, sesekali menjaharkan doa
dan zikir itu boleh, bahkan hukumnya sunnah jika
di­niatkan untuk mengajarkan kepada makmum agar
me­reka juga tahu materi dan cara berzikir dan ber­
doa yang benar. Wallahu a’lam.

More Related Content

What's hot

Aku tidak-lebih-dulu-ke-surga
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surgaAku tidak-lebih-dulu-ke-surga
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surgaTotok Darwoto
 
Aku tidak lebih dulu ke surga
Aku tidak lebih dulu ke surgaAku tidak lebih dulu ke surga
Aku tidak lebih dulu ke surgaedison1958
 
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surga
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surgaAku tidak-lebih-dulu-ke-surga
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surgaviendra84
 
Ice breaking reflektif aku tidak lebih dulu ke surga
Ice breaking reflektif aku tidak lebih dulu ke surgaIce breaking reflektif aku tidak lebih dulu ke surga
Ice breaking reflektif aku tidak lebih dulu ke surgaImtitsal Aulia
 
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surga
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surgaAku tidak-lebih-dulu-ke-surga
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surgatatautamiayu
 
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surga
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surgaAku tidak-lebih-dulu-ke-surga
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surgaRatna Maula
 
Ramadhan sepanjang tahun
Ramadhan sepanjang tahunRamadhan sepanjang tahun
Ramadhan sepanjang tahunforsilam
 
Lalu gilang rahmadi hamid l1 b021048_uas_PAI
Lalu gilang rahmadi hamid l1 b021048_uas_PAILalu gilang rahmadi hamid l1 b021048_uas_PAI
Lalu gilang rahmadi hamid l1 b021048_uas_PAILaluGilangRahmadiHam1
 
40 cara menyelesaikan masalah
40 cara menyelesaikan masalah40 cara menyelesaikan masalah
40 cara menyelesaikan masalahmr_haryono
 
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surga
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surgaAku tidak-lebih-dulu-ke-surga
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surgappaigandusari
 
Katakan kebenaran itu meskipun terasa pahit
Katakan kebenaran itu meskipun terasa pahitKatakan kebenaran itu meskipun terasa pahit
Katakan kebenaran itu meskipun terasa pahitRahmat Hidayat
 
Adab menuntut ilmu
Adab menuntut ilmuAdab menuntut ilmu
Adab menuntut ilmuncs7797
 
Nilai-Nilai pendidikan karakter dalam Al-Quran Surat Yusuf
Nilai-Nilai pendidikan karakter dalam Al-Quran Surat YusufNilai-Nilai pendidikan karakter dalam Al-Quran Surat Yusuf
Nilai-Nilai pendidikan karakter dalam Al-Quran Surat YusufRizkia Sabilla
 
Rukun bai’ah ke tujuh – thabat dalam dakwah
Rukun bai’ah ke tujuh – thabat dalam dakwahRukun bai’ah ke tujuh – thabat dalam dakwah
Rukun bai’ah ke tujuh – thabat dalam dakwahAsudi Hamdun
 

What's hot (20)

Aku tidak-lebih-dulu-ke-surga
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surgaAku tidak-lebih-dulu-ke-surga
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surga
 
Aku tidak lebih dulu ke surga
Aku tidak lebih dulu ke surgaAku tidak lebih dulu ke surga
Aku tidak lebih dulu ke surga
 
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surga
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surgaAku tidak-lebih-dulu-ke-surga
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surga
 
Aku dan surga
Aku dan surgaAku dan surga
Aku dan surga
 
Ice breaking reflektif aku tidak lebih dulu ke surga
Ice breaking reflektif aku tidak lebih dulu ke surgaIce breaking reflektif aku tidak lebih dulu ke surga
Ice breaking reflektif aku tidak lebih dulu ke surga
 
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surga
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surgaAku tidak-lebih-dulu-ke-surga
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surga
 
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surga
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surgaAku tidak-lebih-dulu-ke-surga
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surga
 
Ramadhan sepanjang tahun
Ramadhan sepanjang tahunRamadhan sepanjang tahun
Ramadhan sepanjang tahun
 
Quote
QuoteQuote
Quote
 
Never give up
Never give upNever give up
Never give up
 
Lalu gilang rahmadi hamid l1 b021048_uas_PAI
Lalu gilang rahmadi hamid l1 b021048_uas_PAILalu gilang rahmadi hamid l1 b021048_uas_PAI
Lalu gilang rahmadi hamid l1 b021048_uas_PAI
 
40 cara menyelesaikan masalah
40 cara menyelesaikan masalah40 cara menyelesaikan masalah
40 cara menyelesaikan masalah
 
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surga
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surgaAku tidak-lebih-dulu-ke-surga
Aku tidak-lebih-dulu-ke-surga
 
Katakan kebenaran itu meskipun terasa pahit
Katakan kebenaran itu meskipun terasa pahitKatakan kebenaran itu meskipun terasa pahit
Katakan kebenaran itu meskipun terasa pahit
 
Ceramah berbati kepada orang tua
Ceramah berbati kepada orang tuaCeramah berbati kepada orang tua
Ceramah berbati kepada orang tua
 
Aku dan surga
Aku dan surgaAku dan surga
Aku dan surga
 
Ice breaking reflektif_aku_
Ice breaking reflektif_aku_Ice breaking reflektif_aku_
Ice breaking reflektif_aku_
 
Adab menuntut ilmu
Adab menuntut ilmuAdab menuntut ilmu
Adab menuntut ilmu
 
Nilai-Nilai pendidikan karakter dalam Al-Quran Surat Yusuf
Nilai-Nilai pendidikan karakter dalam Al-Quran Surat YusufNilai-Nilai pendidikan karakter dalam Al-Quran Surat Yusuf
Nilai-Nilai pendidikan karakter dalam Al-Quran Surat Yusuf
 
Rukun bai’ah ke tujuh – thabat dalam dakwah
Rukun bai’ah ke tujuh – thabat dalam dakwahRukun bai’ah ke tujuh – thabat dalam dakwah
Rukun bai’ah ke tujuh – thabat dalam dakwah
 

Similar to SABAR DAN SYUKUR

Cinta sampai syurga Nik Raihan
Cinta sampai syurga Nik RaihanCinta sampai syurga Nik Raihan
Cinta sampai syurga Nik RaihanNik Raihan Rahman
 
Kamu sentiasa layak diuji
Kamu sentiasa layak diujiKamu sentiasa layak diuji
Kamu sentiasa layak diujimohdamirudin
 
Rubrik Parenting Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Parenting   Jendela Keluarga Majalah HidayatullahRubrik Parenting   Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Parenting Jendela Keluarga Majalah HidayatullahMAJALAH HIDAYATULLAH
 
Baitul Muslim seminar Bahasa Melayu 6
Baitul Muslim seminar Bahasa Melayu 6Baitul Muslim seminar Bahasa Melayu 6
Baitul Muslim seminar Bahasa Melayu 6Nurul Ashwad
 
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAHRUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAHMAJALAH HIDAYATULLAH
 
faktor pemilihan jodoh
faktor pemilihan jodohfaktor pemilihan jodoh
faktor pemilihan jodohMia Nad
 
Pembentukan keluarga dalam islam dan memilih jodoh
Pembentukan keluarga dalam islam dan memilih jodohPembentukan keluarga dalam islam dan memilih jodoh
Pembentukan keluarga dalam islam dan memilih jodohildahayati ilias
 
Rubrik Parenting - Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Parenting -  Jendela Keluarga Majalah HidayatullahRubrik Parenting -  Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Parenting - Jendela Keluarga Majalah HidayatullahMAJALAH HIDAYATULLAH
 
Cinta dan jodoh
Cinta dan jodohCinta dan jodoh
Cinta dan jodohrpengajian
 
MAJALAH HIDAYATULLAH - Rubrik Parenting
MAJALAH HIDAYATULLAH - Rubrik ParentingMAJALAH HIDAYATULLAH - Rubrik Parenting
MAJALAH HIDAYATULLAH - Rubrik ParentingMAJALAH HIDAYATULLAH
 
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH MAJALAH HIDAYATULLAH
 
Mencari cahaya ilahi
Mencari cahaya ilahiMencari cahaya ilahi
Mencari cahaya ilahiImran Ismail
 
Rubrik Parenting Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Parenting   Jendela Keluarga Majalah HidayatullahRubrik Parenting   Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Parenting Jendela Keluarga Majalah HidayatullahMAJALAH HIDAYATULLAH
 
Bagaimana hukum menjadi tkw
Bagaimana hukum menjadi tkw Bagaimana hukum menjadi tkw
Bagaimana hukum menjadi tkw Rizky Faisal
 

Similar to SABAR DAN SYUKUR (20)

Cinta sampai syurga
Cinta sampai syurga Cinta sampai syurga
Cinta sampai syurga
 
Cinta sampai syurga Nik Raihan
Cinta sampai syurga Nik RaihanCinta sampai syurga Nik Raihan
Cinta sampai syurga Nik Raihan
 
Kamu sentiasa layak diuji
Kamu sentiasa layak diujiKamu sentiasa layak diuji
Kamu sentiasa layak diuji
 
Rubrik Parenting Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Parenting   Jendela Keluarga Majalah HidayatullahRubrik Parenting   Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Parenting Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
 
Baitul Muslim seminar Bahasa Melayu 6
Baitul Muslim seminar Bahasa Melayu 6Baitul Muslim seminar Bahasa Melayu 6
Baitul Muslim seminar Bahasa Melayu 6
 
Jaim Itu Penting
Jaim Itu PentingJaim Itu Penting
Jaim Itu Penting
 
Ltm agama keluarga islami kampus bit
Ltm agama keluarga islami kampus bitLtm agama keluarga islami kampus bit
Ltm agama keluarga islami kampus bit
 
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAHRUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
 
Nora1powerpoint[1]
Nora1powerpoint[1]Nora1powerpoint[1]
Nora1powerpoint[1]
 
faktor pemilihan jodoh
faktor pemilihan jodohfaktor pemilihan jodoh
faktor pemilihan jodoh
 
Pembentukan keluarga dalam islam dan memilih jodoh
Pembentukan keluarga dalam islam dan memilih jodohPembentukan keluarga dalam islam dan memilih jodoh
Pembentukan keluarga dalam islam dan memilih jodoh
 
Rubrik Parenting - Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Parenting -  Jendela Keluarga Majalah HidayatullahRubrik Parenting -  Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Parenting - Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
 
Cinta dan jodoh
Cinta dan jodohCinta dan jodoh
Cinta dan jodoh
 
MAJALAH HIDAYATULLAH - Rubrik Parenting
MAJALAH HIDAYATULLAH - Rubrik ParentingMAJALAH HIDAYATULLAH - Rubrik Parenting
MAJALAH HIDAYATULLAH - Rubrik Parenting
 
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
 
Mudah cari jodoh
Mudah cari jodohMudah cari jodoh
Mudah cari jodoh
 
Mencari cahaya ilahi
Mencari cahaya ilahiMencari cahaya ilahi
Mencari cahaya ilahi
 
Unting
UntingUnting
Unting
 
Rubrik Parenting Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Parenting   Jendela Keluarga Majalah HidayatullahRubrik Parenting   Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Parenting Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
 
Bagaimana hukum menjadi tkw
Bagaimana hukum menjadi tkw Bagaimana hukum menjadi tkw
Bagaimana hukum menjadi tkw
 

More from MAJALAH HIDAYATULLAH

Rubrik JENDELA KELUARGA Majalah Hidayatullah
Rubrik JENDELA KELUARGA Majalah Hidayatullah Rubrik JENDELA KELUARGA Majalah Hidayatullah
Rubrik JENDELA KELUARGA Majalah Hidayatullah MAJALAH HIDAYATULLAH
 
RUBRIK CELAH - MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK CELAH - MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK CELAH - MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK CELAH - MAJALAH HIDAYATULLAH MAJALAH HIDAYATULLAH
 
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH MAJALAH HIDAYATULLAH
 
RUBRIK IHWAL MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK IHWAL MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK IHWAL MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK IHWAL MAJALAH HIDAYATULLAH MAJALAH HIDAYATULLAH
 
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016MAJALAH HIDAYATULLAH
 
RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH MAJALAH HIDAYATULLAH
 
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016MAJALAH HIDAYATULLAH
 
MITRA BISNIS MAJALAH HIDAYATULLAH Edisi Maret 2016
MITRA BISNIS MAJALAH HIDAYATULLAH Edisi Maret 2016 MITRA BISNIS MAJALAH HIDAYATULLAH Edisi Maret 2016
MITRA BISNIS MAJALAH HIDAYATULLAH Edisi Maret 2016 MAJALAH HIDAYATULLAH
 
Proposal iklan majalah karima 4 tahun 2016
Proposal iklan majalah karima 4 tahun 2016Proposal iklan majalah karima 4 tahun 2016
Proposal iklan majalah karima 4 tahun 2016MAJALAH HIDAYATULLAH
 
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI FEBRUARI 2016
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI FEBRUARI 2016IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI FEBRUARI 2016
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI FEBRUARI 2016MAJALAH HIDAYATULLAH
 
DR.UMMIAMIZAH Beautiy And Health Supplement
DR.UMMIAMIZAH Beautiy And Health Supplement DR.UMMIAMIZAH Beautiy And Health Supplement
DR.UMMIAMIZAH Beautiy And Health Supplement MAJALAH HIDAYATULLAH
 
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI JANUARI 2016
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI JANUARI 2016IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI JANUARI 2016
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI JANUARI 2016MAJALAH HIDAYATULLAH
 
MAJALAH HIDAYATULLAH - Iklan Desember 2015
MAJALAH HIDAYATULLAH - Iklan Desember 2015MAJALAH HIDAYATULLAH - Iklan Desember 2015
MAJALAH HIDAYATULLAH - Iklan Desember 2015MAJALAH HIDAYATULLAH
 
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK FIGUR SEORANG AYAH
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK FIGUR SEORANG AYAHMAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK FIGUR SEORANG AYAH
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK FIGUR SEORANG AYAHMAJALAH HIDAYATULLAH
 

More from MAJALAH HIDAYATULLAH (20)

Generari muslimah MILENIAL
Generari muslimah MILENIALGenerari muslimah MILENIAL
Generari muslimah MILENIAL
 
Rubrik JENDELA KELUARGA Majalah Hidayatullah
Rubrik JENDELA KELUARGA Majalah Hidayatullah Rubrik JENDELA KELUARGA Majalah Hidayatullah
Rubrik JENDELA KELUARGA Majalah Hidayatullah
 
RUBRIK CELAH - MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK CELAH - MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK CELAH - MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK CELAH - MAJALAH HIDAYATULLAH
 
RUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAHRUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAH
 
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
 
RUBRIK IHWAL MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK IHWAL MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK IHWAL MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK IHWAL MAJALAH HIDAYATULLAH
 
RUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAHRUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAH
 
PRICE LIST MAJALAH MULIA
PRICE LIST MAJALAH MULIA PRICE LIST MAJALAH MULIA
PRICE LIST MAJALAH MULIA
 
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
 
MAJALAH HIDAYATULLAH SURABAYA
MAJALAH HIDAYATULLAH SURABAYA MAJALAH HIDAYATULLAH SURABAYA
MAJALAH HIDAYATULLAH SURABAYA
 
RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH
 
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
 
MITRA BISNIS MAJALAH HIDAYATULLAH Edisi Maret 2016
MITRA BISNIS MAJALAH HIDAYATULLAH Edisi Maret 2016 MITRA BISNIS MAJALAH HIDAYATULLAH Edisi Maret 2016
MITRA BISNIS MAJALAH HIDAYATULLAH Edisi Maret 2016
 
Proposal iklan majalah karima 4 tahun 2016
Proposal iklan majalah karima 4 tahun 2016Proposal iklan majalah karima 4 tahun 2016
Proposal iklan majalah karima 4 tahun 2016
 
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI FEBRUARI 2016
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI FEBRUARI 2016IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI FEBRUARI 2016
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI FEBRUARI 2016
 
DR.UMMIAMIZAH Beautiy And Health Supplement
DR.UMMIAMIZAH Beautiy And Health Supplement DR.UMMIAMIZAH Beautiy And Health Supplement
DR.UMMIAMIZAH Beautiy And Health Supplement
 
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI JANUARI 2016
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI JANUARI 2016IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI JANUARI 2016
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI JANUARI 2016
 
MAJALAH HIDAYATULLAH - Iklan Desember 2015
MAJALAH HIDAYATULLAH - Iklan Desember 2015MAJALAH HIDAYATULLAH - Iklan Desember 2015
MAJALAH HIDAYATULLAH - Iklan Desember 2015
 
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK FIGUR SEORANG AYAH
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK FIGUR SEORANG AYAHMAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK FIGUR SEORANG AYAH
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK FIGUR SEORANG AYAH
 
KAJIAN UTAMA EDISI JULI 2015
KAJIAN UTAMA EDISI JULI 2015 KAJIAN UTAMA EDISI JULI 2015
KAJIAN UTAMA EDISI JULI 2015
 

Recently uploaded

Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 

Recently uploaded (20)

Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 

SABAR DAN SYUKUR

  • 1. SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com68 Yuk, Suami dan Istri Saling Menguatkan usrah Oleh Abdul Ghofar* Sabar dan syukur menjadi kunci kebahagiaan keluarga. Dengannya keluarga bisa mengggapai pintu surga kelak. S elama ini Nani merasa sudah menjadi istri yang banyak bersabar. Ia dijodohkan oleh orangtuanya dengan suami berwajah pas-pasan dan gaji yang juga pas-pasan. Pokoknya semua serba tak ideal menurut cita-citanya semasa gadis dulu. Suatu ketika, sang suami pulang tergesa-gesa. Ia membawa uang yang lumayan banyak sebagai bonus dari kantornya. Uang tersebut masih utuh. Hanya disimpan dalam amplop dan berbungkus plastik hitam. Rupanya suami Nani harus berkemas kembali, ada urusan di luar kota yang hendak diselesaikan. Beberapa hari kemudian, suaminya pulang dan menanyakan uang yang diberikan dulu. “Dik, di mana uang yang ayah titip kemarin?” “Uang yang mana?” “Uang dalam plastik hitam yang ayah titip sebelum pergi.” Sontak Nani tersadar. Ia segera mencari ke setiap sudut rumah. Usai seharian mencari, ia malah kian bingung dan penat. Tiba- tiba ia teringat sesuatu. Ia pernah membersihkan rumah dan membuang sampah-sampah dalam plastik. “Ayah, aku minta maaf. Uang yang ayah titipkan ikut terbuang ke tempat sampah.” Suasana hening sejenak. Suami Nani memilih diam. Meski tersentak kaget tapi ternyata ia tidak marah. “Berarti uang itu belum rezeki keluarga kita,” ujarnya datar sambil tersenyum. Sejak itu, jika selama ini Nani merasa hanya bisa bersabar dengan kondisi pas-pasan suaminya, kini ia bersyukur memiliki suami yang penyayang dan tidak mudah marah. Nani sadar, ia merasa layak dimarahi atas keteledoran sikapnya menyimpan duit. Sebaliknya, suami Nani kini harus bersabar atas istri yang pelupa dan teledor. Selama ini ia hanya bersyukur karena mempunyai istri cantik dan suka merawat tubuhnya. Minta yang Sesuai, Bukan Sempurna Imam al-Ghazali berkata, sabar itu separuh keimanan dan setengahnya lagi adalah syukur. Keimanan seseorang berbanding lurus dengan ujian yang Allah Ta’ala berikan. Ujian bisa berwujud kenikmatan yang sejalan dengan kemauan, bisa pula berupa musibah atau hal yang tidak disukai. Inilah keajaiban orang beriman yang mesti mampu mengelola dua “kepang sayap”: bersyukur dan bersabar. Nabi bersabda, “Sungguh ajaib urusan orang beriman. Sesungguhnya pada setiap urusannya, baginya ada kebaikan dan perkara ini tidak berlaku melainkan kepada orang mukmin. Sekiranya dia diberi dengan sesuatu yang menggembirakan lalu dia bersyukur maka kebaikan baginya. Dan sekiranya apabila dia ditimpa kesusahan lalu dia bersabar maka kebaikan baginya.” (Riwayat Muslim). Dalam suatu anekdot, seorang santri sedang berkonsultasi kepada sang ustadz. Ia minta dicarikan jodoh yang ideal menurut sangkaannya: cantik, kulit putih, postur tinggi, keturunan orang baik, dan hafizhah 30 juz (penghafal al-Qur’an). Ustadz itu lalu menjawab, “Alhamdulillah, ada seorang santri putri yang persis sama dengan kriteria idamanmu. Cuma satu saja kekurangannya.” “Apa satu kekurangan itu, Ustadz?” “Eh, tapi jangan tersinggung ya!” “Tidak Ustadz, insya Allah saya siap menerima satu kekurangan tersebut.” “Kekurangannya, santri putri itu belum mau menerima kamu.” “Kenapa Ustadz?” santri itu mulai menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Karena kamu sendiri belum seideal dia, sebagai penghafal 30 juz.” Manusia cenderung mengejar sesuatu yang disenangi dan bersyukur jika hal itu sesuai dengan keinginannya. Termasuk dalam perkara mencari calon
  • 2. AGUSTUS 2015/SYAWAL 1436 69 Jendela keluarga ketika ia beruntai dengan ragam warna. Ada kalanya sang suami yang mencintai istrinya dengan sepenuh hati justru tiba-tiba jengkel dan tak suka dengan perbuatan istrinya. Ada masa ketika perbedaan bahkan konflik itu menyeruak dalam keluarga. Tiba-tiba something is error dan miss komunikasi terjadi begitu saja tanpa ada yang menginginkannya. Dibanding yang lain, manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna. Namun tak seorang pun yang sempurna perbuatannya, kecuali Rasulullah yang telah dijaga oleh Allah dari perbuatan dosa. Kekurangan yang ada bukan untuk dikeluhkan atau sebagai alasan tak mau bersyukur kepada Allah. Ia adalah lahan untuk menyempurnakan keimanan dengan kesabaran. Sebab, terkadang kekurangan itu bersifat bawaan yang tak mudah mengubah atau menghilangkannya. Sabar dan syukur adalah sekepang sayap yang memberi energi keteguhan, optimisme dan keyakinan dalam menghadapi berbagai persoalan hidup. Keduanya menjadi kunci kebahagiaan keluarga. Dengannya keluarga tersebut bisa menggapai pintu surga kelak. Sebaliknya, tanpa dua sayap tersebut, keluarga itu hanya mampu mengeluh dan mengeluh. Mereka merasa seolah hidup ini hanya untuk mengeluh saja. Ketua Lembaga Pendidikan dan Pengkaderan Hidayatullah Balikpapan suami atau istri. Selalu berharap yang ideal terhadap pasangan hidupnya. Bagi seorang Muslim, membangun keluarga bermula dari doa dan harapan terhadap jodoh yang diinginkan. Sebenarnya, harapan di atas terbilang wajar. Namun, itu belum tentu ada atau mungkin tersedia tapi tidak sesuai dengan kondisi kita sendiri. Untuk itu, seorang Muslim harus selalu membenahi diri, dan tidak melulu menuntut hal yang sempurna dari pasangan sedangkan dirinya luput dari usaha menjadi sosok yang sempurna. Sejatinya, pasangan yang ideal adalah pasangan yang mampu mensyukuri kelebihan pasangannya dan sanggup menyabari kekurangan pasangannya. Sebab, dua insan bisa berpasangan ketika ada simbiosis mutualisme atau saling menguntungkan, kerja sama, melengkapi dan memahami. Sehingga ada harmonisasi dalam menjalin hubungan dalam rumah tangga. Sekepang Sayap Ibarat seekor burung yang terbang ke angkasa dengan nyaman dan indah, karena dua sayapnya yang saling menguatkan dan harmonis antara sayap kanan dan kiri. Meski diterpa angin kencang burung itu bisa bertahan dengan kedua sayapnya yang kokoh. Pun demikian bagi orang beriman, sepatutnya “dua sayap”; sabar dan syukur itu difungsikan secara maksimal dalam mengarungi kehidupan di dunia, khususnya di dalam sebuah keluarga. Keseimbangan sayap burung di atas menjadi pelajaran jalinan kerja sama yang harmonis antara suami dan istri. Pasangan suami atau istri bukan malaikat atau bidadari yang sempurna dan tidak memiliki cacat. Suami dan istri adalah sepasang manusia biasa yang masing-masing memiliki segudang kelebihan dan kekurangan. Setali tiga uang dengan kehidupan di dunia, ia selalu menyisakan masalah dan ujian yang tiada habisnya. Sebagaimana tak ada keinginan yang langsung terkabul semuanya. Sebab, kita semua masih di dunia yang sarat dengan mujahadah dan perjuangan. Laksana pelangi yang indah, kehidupan keluarga justru indah foto:MUHABDUSSYAKUR/suarahidayatullah Suami dan istri adalah sepasang manusia biasa yang masing- masing memiliki segudang kelebihan dan kekurangan.
  • 3. SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com70 Menjawab Gugatan Kaum Feminis Soal Nusyuz mar’ah Adanya istri yang nusyuz, karena para suami tidak mempunyai sifat qawwam (kepemimpinan). A n-Nisa, salah satu surat yang sering digugat oleh kaum feminis. Lebih spesifik lagi, mereka menggugat salah satu ayat dalam surat ini, yaitu ayat 34 (selain ayat tentang waris). Ayat ini, kata mereka, mendukung kekerasan terhadap perempuan, terutama pada ‘wadhribuu hunna’ (dan pukullah mereka) pada baris keempat.  Ibnu Katsir memaparkan dalam tafsirnya, nusyuz dalam surat an-Nisa artinya tinggi diri; wanita yang nusyuz, ialah wanita yang bersikap sombong terhadap suaminya, tidak mau melakukan perintah suaminya, berpaling darinya, dan membenci suaminya. Pada ayat 34 sebelum kata wadhribuu hunna, Allah telah menyuruh para suami untuk memperlakukan istrinya yang nusyuz dengan menasihatinya secara baik-baik terlebih dulu, “Kita harus utamakan nasihat,” jelas dosen Fahmu Nusus Qur`an dan Sunnah Universitas Muhammadiyah Surakarta, Dr Abdul Kholiq Hasan El-Qudsy yang merupakan alumni Islamic Science University, Sudan, belum lama ini. Kemudian, apa indikasi dari nusyuz tersebut? Yaitu adanya ketidaktaatan atau meninggalkan kewajiban sebagai istri. Menurut Hasan, adanya istri yang nusyuz karena para suami tidak mempunyai sifat qawwam (kepemimpinan), “Jika laki-laki punya sifat qawwam,  tidak ada perempuan yang nusyuz,” terangnya lagi. Sifat qawwam di sini dalam Miitsaq al-Usroh (Piagam atau Tatanan Keluarga) yang ditulis oleh para ulama di Timur Tengah dan Afrika, salah satunya foto:MUHABDUSSYAKUR/suarahidayatullah Oleh Sarah Larasati Mantovani*
  • 4. AGUSTUS 2015/SYAWAL 1436 71 Jendela keluarga memukul istrinya bagaikan unta, yaitu dia memukulnya pada pagi hari, tetapi kemudian pada malam harinya mencampurinya.” Apabila tujuan telah tercapai, tiga tindakan tersebut harus dihentikan. Karena tujuan yang berupa ketaatan inilah yang memang diinginkan, yaitu ketaatan yang positif, bukan ketaatan karena tekanan. Karena ketaatan semacam ini tidak layak untuk membangun institusi rumah tangga yang merupakan basis jamaah masyarakat. Sayyid Quthb menafsirkan, melakukan tiga tindakan tersebut setelah terwujudnya ketaatan istri kepada suami adalah perbuatan aniaya dan melampaui batas, seperti mencari- mencari cara untuk menyusahkan istri. Harus Ada Pemimpin Mengenai otoritas pemimpin sen­diri pun ada ketentuannya, yaitu tidak merendahkan, tidak menzalimi, dan tidak menyalahgunakan. Lebih lanjut lagi dalam Miitsaq al-Usroh, “Se­orang laki-laki adalah pemimpin dalam keluarga, karena keluarga me­rupakan unit sosial (gambaran kecil sebuah masyarakat) yang terdiri dari beberapa orang.  Maka harus ada kepemimpinan agar keluarga tidak rusak dan hancur. Seorang laki-laki  layak untuk bertanggung jawab terhadap berbagai per­ma­sa­la­ han­nya karena fitrahnya, ta­biat tubuh dan jiwanya.  Bukan ke­pe­mim­pinan yang menaklukan atau monopoli dan pelampiasan, tapi ia adalah tanggung jawab  dan  beban dalam memelihara keluarga dan menjaganya.” Sehingga laki-laki atau suami yang saleh jika mendapati bidadari dunianya berbuat ketaatan dan dapat menyejukkan dirinya, ia akan bersyukur. Namun jika ia mendapati istrinya tidak melakukan ketaatan, ia tidak akan berbuat zalim apalagi sampai melakukan kekerasan yang sesungguhnya sangat dilarang dalam Islam. Peneliti Aliansi Cinta Keluarga (AILA) Indonesia bukanlah untuk meyakiti, menyiksa apalagi memuaskan diri. Juga tidak boleh dilakukan dengan keras dan kasar. Pemukulan yang dilakukan haruslah dalam rangka mendidik, yang harus disertai dengan rasa kasih sayang seorang pendidik, sebagaimana yang dilakukan seorang ayah terhadap anak-anaknya dan yang dilakukan guru terhadap muridnya. Semua tindakan ini juga tidak boleh dilakukan jika kedua pasangan berada dalam kondisi rumah tangga yang harmonis. Begitu pun Ibnu Katsir dalam tafsirnya, para suami boleh memukul istri dengan pukulan yang tidak melukai. Sebagaimana disebutkan di dalam Kitab Shahih Muslim, Nabi bersabda saat haji wada. “Bertakwalah kepada Allah dalam urusan wanita, karena sesungguhnya mereka di sisi kalian merupakan penolong, dan bagi kalian ada hak atas diri mereka, yaitu mereka tidak boleh mempersilakan seseorang yang tidak kalian sukai menginjak hamparan kalian. Dan jika mereka melakukannya, maka pukullah mereka dengan pukulan yang tidak melukakan, dan bagi mereka ada hak mendapat rezeki (nafkah) dan pakaiannya dengan cara yang makruf.” Abu Dawud, Nasa’i, dan Ibnu Majah meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Janganlah kamu memukul hamba-hamba wanita Allah.” Lalu datanglah Umar kepada Rasulullah seraya berkata, “Kaum wanita sudah berani menentang suaminya.” Rasulullah kemudian memberikan izin untuk memukul mereka. Setelah itu, banyak wanita yang mengelilingi keluarga Rasulullah dengan mengeluhkan tindakan suami mereka. Kemudian Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya keluarga Muhammad telah dikelilingi oleh kaum wanita yang banyak, yang mengeluhkan tindakan suami mereka.” Maka, mereka (suami- suami semacam itu) bukanlah orang- orang yang baik di antara kamu.” Rasulullah juga bersabda, “Janganlah seseorang di antara kamu Syaikh Yusuf Qaradhawi, menyebutkan empat unsur sifat kepemimpinan, yaitu syura (musyawarah), perawatan, perlindungan, dan nafkah. Ada Tiga Tahapan Memberi nasihat kepada istri, terang Sayyid Quthb dalam tafsirnya Fii Zhilalil Qur`an merupakan tindakan pertama yang harus dilakukan oleh pemimpin dan kepala rumah tangga. Nasihat adalah bagian dari pendidikan, yang memang senantiasa dituntut kepada suami dalam semua hal. Tetapi dalam kondisi khusus ini, ia harus memberikan pengarahan tertentu untuk sasaran tertentu pula, yaitu mengobati gejala-gejala nusyuz sebelum menjadi genting dan berakibat fatal. Namun jika nasihat yang diberikan ti­dak mempan juga, maka dalam kon­di­si seperti ini ditangani dengan tin­da­kan kedua dengan memisahkan tem­pat tidur mereka. Menurut Sayyid Quthb, ada syarat-syarat tertentu yang ha­rus dipenuhi suami apabila ingin me­­mi­sahkan tempat tidur istrinya. Per­­ta­­ma, pemisahan tidak dilakukan se­cara terang-terangan di luar tempat pa­sa­ngan suami-istri tersebut biasa berduaan. Kedua, tidak melakukan pemisahan di depan anak-anak karena akan me­nim­bul­kan dampak negatif bagi mereka. Ketiga, tidak melakukan pe­mi­sa­han dengan pindah ke orang lain, menghinakan istri atau menjelek- jelekkan kehormatannya dan harga diri­ nya karena yang seperti itu akan me­ nambah konflik. Tujuan dari pemisahan tempat tidur ialah untuk mengobati nusyuz, bukan untuk merendahkan istri dan merusak anak-anak. Jika tindakan kedua ini tidak ber­ hasil juga, masih ada tindakan terakhir yang sering disalahpahami maksudnya. Tindakan terakhir ini, terang Sayyid Quthb, walaupun lebih keras tapi lebih kecil dampaknya dibandingkan dengan kehancuran institusi rumah tangga yang disebabkan oleh nusyuz. Pemukulan yang dilakukan
  • 5. AGUSTUS 2015/SYAWAL 1436 67 Jendela Keluarga celah kepercayaan diri anak, juga membangun keterampilan sosialnya. Apa yang perlu dilakukan jika akan kedatangan tamu? Jika tamunya sudah memberi tahu, penting mem­ beri informasi pada anak bahwa akan kedatangan tamu. Akan lebih baik lagi jika kita dapat memberi gambaran ten­tang sosok tamu yang akan datang. Jika kita mampu me­mancing rasa ingin tahu anak maka anak bukan saja lebih siap namun juga lebih bersemangat menghadapi tamu. Sampaikan pada anak jika tamu datang maka ia akan di­perkenalkan, lalu ibu atau ayah akan memerlukan wak­ tu untuk berbicara dengan tamu. Jika perlu sesuatu bisa me­nunggu atau berbicara baik-baik. Menarik apa yang diceritakan Anas yang men­dam­ pi­ngi Rasulullah sejak ia berusia sepuluh tahun. Dari Anas, “Rasulullah mengunjungi sahabat-sahabat Anshar, mengucapkan salam kepada anak-anak  mereka dan mengusap-usap kepala mereka.” Rasulullah mencontohkan saat bertamu se­ha­ rusnya anak mendapatkan perhatian dan sentuhan ter­­ lebih dahulu. Dengan demikian anak merasa bahwa diri­ nya juga orang yang penting dan layak dihormati. Jika anak merasakan pengalaman berkesan saat ke­da­tangan tamu, maka perilaku mereka akan baik selama ke­ da­ ta­­ngan tamu. Penulis buku serial catatan parenting Mendidik Karakter dengan Karakter foto:MUHABDUSSYAKUR/suarahidayatullah “Bu,kenapa ya anak saya kalau sedang ada tamu suka berulah. Yang bia­sa­ nya tidak naik-naik, tiba-tiba sudah meng­gelantung di teralis jendela. Mereka bolak-balik ambil kue buat tamu. Kadang minuman buat tamu di­ mi­­numnya. Atau mereka merengek meminta uang jajan. Semakin dilarang semakin menjadi-jadi. Mengapa de­mi­ kian ya? Saya suka bingung dan rasanya malu sekali pada tamu.” Pertanyaan seperti itu seringkali muncul dari para ibu. Lebih berbahaya lagi jika orangtua berkata pada tamunya, “Aduh maaf Bu, anak saya ini kalau ada tamu memang suka berperilaku aneh, tidak seperti biasanya.” Keluhan semacam ini jika disampaikan di depan anak akan semakin membuat anak menjadi-jadi dan me­ ngang­gap bahwa apa yang dilakukannya sebagai hal yang wajar dan biasa. Ada beberapa penyebab mengapa anak melakukan aksinya saat ada tamu. Pertama, ia merasa diabaikan sehingga ia mencari-cari perhatian. Ia tidak suka melihat orangtuanya terlalu asik dengan orang lain, apalagi jika tamu menyita waktu lama. Kedua, ketika ditanyakan apakah sikap ibu pada anak di depan tamu atau di belakang tamu sama? Ternyata umumnya berbeda. Alasan orangtua kalau di depan tamu biasanya malu bersikap tegas, takut dibilang ayah atau ibu yang pemarah, tidak bersikap lembut pada anak. Perbedaan sikap orangtua itulah sumbernya. Anak adalah peneliti yang handal, ia sangat jeli. Ia memahami perbedaan sikap orangtuanya. Ia tahu setiap ada tamu maka ayah dan ibunya menjadi orangtua yang manis, dan tak berdaya. Jangan sekali-kali menyuap anak untuk berperilaku baik saat kedatangan tamu, hal ini akan jadi pola. Setiap ada tamu anak akan menuntut imbalan. Kehadiran tamu adalah hal positif bagi sebuah ke­ luarga. Anak belajar berkenalan dengan orang lain se­ lain anggota keluarganya. Iapun belajar mengenai adab menerima tamu. Kehadiran tamu merupakan ke­sem­pa­ tan emas untuk meningkatkan ikatan emosional orang­ tua dengan anak, membangun konsep diri positif, dan Ketika Ada Tamu Oleh Ida S. Widayanti*
  • 6. SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com72 Maka mereka mengingkari Rasulullah Muhammad meskipun mereka tahu betul dan sangat yakin dengan tanda-tanda kenabian yang ada pada diri Muhammad . Mereka yakin, tapi tidak beriman. Salah satu aspek penting iman adalah kesediaan untuk mengakui, menerima dan berserah diri kepada Allah Ta’ala yang dinyatakan secara lisan. Meyakini kebaikan Islam tanpa bersedia mengucapkan kalimat sya­ha­ da­tain, maka keyakinan tersebut tidak ada nilainya di hadapan Allah Ta’ala. Aspek lainnya adalah mengikatkan diri dengan Islam dan memiliki komitmen kepadanya. Ini membawa konsekuensi bahwa kita dituntut untuk memiliki komitmen (iltizam) kepada al-Qur`an dan as-Sunnah. Apakah mungkin seseorang memahami Islam tapi tidak mengimaninya? Bukan hanya mungkin, tapi bahkan telah banyak contohnya. Kita pun mengingat sabda Rasulullah dengan derajat hasan, “Kebanyakan orang munafik dari umatku adalah qurra’uha (penghafal al-Qur`an).” (Riwayat Ahmad). Siapakah yang dimaksud dengan para penghafal al-Qur`an? Yang Oleh Mohammad fauzil adhim kolom parenting dimaksud ialah orang-orang yang menghafal tanpa memiliki komitmen kepada al-Qur`an, tidak mengkaji kandungannya, tidak menjaga adabnya sebagai penghafal al-Qur`an dan lebih parah lagi jika sedari awal niatnya memang telah salah. Dari sinilah kita perlu merenungi peringatan Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu tentang tanda-tanda zaman fitnah yang salah satunya adalah “wa katsurat qurra’ukum wa qallat fuqaha’ukum. Dan banyak penghafal al-Qur`an kalian, tetapi sedikit fuqaha kalian (orang yang sangat matang ilmu agamanya).” Contoh mengenaskan di zaman kita adalah Dr Salah Rashed, seorang qurra’ (penghafal al-Qur`an) asal Kuwait dan pernah menjadi imam di sana, tetapi sekarang justru tenggelam dalam berbagai cabang New Age Movement, suatu gerakan paganisme baru yang antara lain berpusat di Esalen, California. Ia hafal al-Qur`an, tetapi rusak imannya. Ini merupakan tragedi yang memilukan sekaligus ada pelajaran besar yang patut kita renungi. Berkaitan dengan mendidik anak, pe­lajaran pentingnya adalah betapa per­lu kita menanamkan iman serta iltizam kepada al-Qur`an dan as- A da sebuah buku menarik bertajuk Nurturing Eeman in Children karya Dr Aisha Hamdan terbitan IIPH, Riyadh (2011). Terjemahan bebasnya kurang-lebih Mendidikkan Iman Pada Anak-anak. Dr Aisha Hamdan—begitu penulisannya menurut transliterasi kita—menggunakan kata iman dan bukan faith, sebab iman dalam pemahaman Islam tidak sepenuhnya terwakili oleh kata faith maupun belief (keyakinan, kepercayaan). Kita mengenal kata tsiqah yang berarti percaya, yaqin yang kita terjemahkan dengan kata yakin, tetapi keduanya tidak mencakup kedalaman dan keluasan makna iman. Orang-orang Yahudi bukan hanya percaya, mereka bahkan sangat yakin dengan apa yang Allah Ta’ala firmankan. Mereka mengenali Muhammad sebagai utusan Allah Ta’ala sebagaimana mereka mengenali anak kandungnya sendiri, tetapi mereka mengingkarinya karena tidak sesuai harapan. Mereka berharap rasul terakhir dari kalangan mereka (Bani Israil), tetapi yang diutus Allah Ta’ala ternyata dari kaum Quraisy. Karena Iman Bukan Sekadar Pengetahuan
  • 7. AGUSTUS 2015/SYAWAL 1436 73 Jendela keluarga 73 Sunnah. Pengetahuan dan hafalan me­ mang sangat penting, tetapi jika iman tidak kita tanamkan dengan sung­guh- sung­guh sehingga mendorong anak untuk belajar mengikatkan diri (or­ ga­nizing values) kepada agama, maka pengetahuan dan hafalan ter­se­but justru menjadi hujjah atas pe­mi­liknya. Yang dimaksud hujjah atas pe­mi­liknya ialah, pengetahuan tersebut jus­tru menjauhkan seseorang dari agama. Berkenaan dengan al-Qur`an, mari sejenak kita ingat perkataan Jundub ibn Abdillah radhiyallahu ‘anhu tatkala menegur seseorang dari generasi tabi’in. Kata Jundub ibn Abdillah RA, “Kami belajar iman sebelum belajar al-Qur`an, kemudian belajar al-Qur`an sehingga dengannya bertambahlah iman kami.” Berapa banyak madrasah berdiri, yang baik. Sekadar memperoleh pembiasaan tanpa meyakini serta merasa bangga dengan kebiasaan baik tersebut, justru menjadikan anak semakin berusaha menjauh. Lalu apa yang perlu kita lakukan? Mari kita pegangi sabda Nabi bahwa sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah . Maka berkenaan dengan menanamkan iman ini, mari kita menelusuri kembali bagaimana Allah Ta’ala menurunkan ayat-ayat untuk menanamkan iman serta bagaimana Rasulullah me­ na­namkannya di dada para sahabat radhiyallahu ‘anhum ajma’in. Gunakan Cara yang Tepat Sesungguhnya ayat-ayat yang memegang peranan penting ke dalam hati jika caranya tepat. Dan sebaik-baik pelajaran adalah al-Qur`anul Kariim. Inilah perkataan yang lebih menumbuhkan keyakinan dan menggerakkan hati. Jika iman sudah tertanam maka bertambahnya pengetahuan tentang iman akan me­ nam­bah kuatnya iman. Tetapi jika iman tidak ada, bertambahnya ilmu agama justru menjadi anak dan bahkan orang dewasa semakin menjauh dari agama. Bagaimana dengan pendapat sebagian orang yang mengatakan perintah dan larangan tidak tepat bagi anak? Jawaban saya sederhana: marilah kita tidak menyibukkan dengan berbagai pendapat yang masih bersifat asumsi. Kita memegangi apa yang Allah Ta’ala tuturkan dalam al-Qur`anul Kariim. Kita mendapati perintah maupun larangan banyak memenuhi halaman al-Qur`an. Bahkan nasihat terbaik yang Allah Ta’ala abadikan dalam kitabullah pun, yakni nasihat dari Luqman kepada putranya, menggunakan larangan yang tegas maupun perintah. Kalimat yang bersifat berita hanya memberikan informasi secara kognitif. Bukan menghunjamkan keyakinan dan membangkitkan perasaan, kecuali bagi orang yang sudah ada iman atau pun keyakinan dalam dirinya. Kita perhatikan, kalimat bersifat berita (narasi) ini ada pada ayat-ayat Madaniyah. Itu pun diakhiri dengan pertanyaan retoris maupun peringatan. Jadi bukan semata naratif. Pertanyaannya, sudahkah kita mengakrabi tuntunan al-Qur`an tentang bagaimana memerintah dan melarang anak-anak kita? Sudahkah kita mengambil pelajaran tentang bagaimana berkomunikasi dengan anak-anak dan keluarga kita? Terakhir, yang harus kita tanamkan pada diri anak sesudah iman adalah adab. Inilah yang menjadi perhatian besar Imam Malik rahimahullah ta’ala maupun para ulama salaf lainnya. Sesungguhnya iman dan adab itu mendahului ilmu. Wallahu a’lam bish- shawab. tetapi murid-muridnya tidak bangga kepada Islam dan tidak pula tampak keyakinan yang kuat pada diri mereka. Justru sebaliknya, kita mendapati kenyataan betapa anak-anak itu bahkan berusaha lari dari kebiasaan yang ditanamkan oleh gurunya, baik yang ditanamkan semata-mata karena memang diharuskan oleh peraturan sekolah atau karena guru sungguh- sungguh ingin menanamkan kebiasaan menanamkan iman adalah ayat-ayat Makiyah, yakni ayat yang turun pada periode Makkah. Di antara cirri-ciri ayat Makiyyah ialah, kalimatnya ringkas, banyak memuat peringatan dan menggunakan ungkapan yang menggugah berupa perintah dan larangan tegas. Kalimat yang bersifat imperatif, baik berupa perintah maupun larangan, akan lebih menghunjam
  • 8. SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com74 SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com74 SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com74 Diasuh oleh : Ustadz Hamim Thohari konsultasi keluarga SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com74 Mengeraskan Zikir di Masjid Setelah Shalat Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Disebagianmasjid,zikirsetelahshalatwajibadayang dilakukan secara berjamaah dan dengan mengeraskan suara, sedangkan di sebagian masjid yang lain dilakukan sendiri-sendiri dan tidak mengeraskan suara, mana yang lebih sesuai dengan sunnah? Atas perhatian dan ja­wa­bannya, saya ucapkan te­rima­ kasih. SH Bogor Jawab: Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Berdoa dan berzikir sebaiknya dilakukan dengan khu­syuk dan tidak mengganggu orang lain. Cukuplah ber­doa dan berzikir itu dilakukan merendahkan suara, bu­kan dengan mengeraskannya. Terdapat banyak dalil, baik dari al-Qur`an, Hadits, dan qaul para salafus salih yang menjelaskan hal tersebut. Di antaranya firman Allah , “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan be­ren­ dah hati dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah ti­dak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (Al-A’raf [7]: 55). Ayat senada juga terdapat dalam surat yang sama. “Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hati dengan me­rendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak me­ nge­raskan suara…” (Al-A’raf [7]: 205). Pada ayat ini terdapat perintah dan larangan. Allah memerintahkankitauntukberdoadengantadharru’ (me­rendahkan diri) dan rasa takut. Sebaliknya, Dia me­ la­rang kita untuk mengeraskan suara ketika berdo dan ber­­ zikir. Lalu bagaimana praktiknya di zaman Rasulullah ? Dalam kaitan ini terdapat sebuah Hadits yang ter­ da­pat dalam kitab Jawahirul Bukhari. Dari Abu Musa Al-Asy’ari beliau berkata, “Kami bersama Rasulullah ma­nakala melihat sebuah lembah di antara dua gu­­nung, kami membaca tahlil dan takbir dengan suara yang keras. Nabi bersabda, ‘Wahai se­ka­lian manusia, rendahkanlah suaramu, karena kamu bu­ kan memanggil yang tuli dan bukan pula me­manggil yang ghaib. Sesungguhnya Ia bersama kamu, se­ sung­­guhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha dekat.” (Riwayat Imam Bukhari). Mengomentari Hadits di atas, Imam Syihabuddin Al-Qasthalani berkata, “Dalam Hadits itu dapat dipahami berdoa dan berzkir dengan mengeraskan suara itu hukumnya makruh.” Meskipun demikian, terdapat juga beberapa Hadits yang kuat dan shahih yang membolehkan ja­maah untuk menjaharkan zikir dan doanya seusai me­laksanakan shalat wajib. Dari Ibnu Abbas, berkata, “Sesungguhnya me­ nge­raskan suara dikala berzikir seusai melaksanakan shalat wajib pernah dilakukan pada masa Nabi .” SelanjutnyaIbnuAbbasberkata,“Akumengetahuinya dan mendengarnya apabila mereka (para sahabat) telah selesai shalatnya dan hendak meninggalkan masjid.” (Riwayat Bukhari dan Muslim). Terhadap Hadits ini, Imam Syafi’i dalam fatwanya bahwa berzikir dengan suara jahar hukumnya sunnah jika ada motif mengajarkan kepada makmum. Jika bu­kan karena motif tersebut, sunnah dibaca dengan suara pelan (sirr). Imam Syafi’i menjelaskan dalam kitab Al-Umm, “Saya memilih imam dan makmum agar berzikir setelah shalat dan merendahkan sua­ ra­nya, kecuali bagi imam yang hendak me­ngajarkan zikir hendaknya mengeraskan suara sehingga ia me­ nganggap cukup mengajarkannya. Setelah itu, hen­ dak­nya dibaca secara sirr.” Dengan demikian, sesekali menjaharkan doa dan zikir itu boleh, bahkan hukumnya sunnah jika di­niatkan untuk mengajarkan kepada makmum agar me­reka juga tahu materi dan cara berzikir dan ber­ doa yang benar. Wallahu a’lam.