SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
Download to read offline
JANUARI 2014/SHAFAR 1435 67
Jendela
Keluarga
celah
S
epasang suami-istri membawa anak laki-lakinya
ke sebuah klinik khitan. Karena dokternya belum
datang,ma­kayangmenerimapendaftarankhi­­tan
adalah seorang laki-laki tua. Ter­nyata la­ki-laki tua
itu ayahnya sang dokter. Ka­ta­nya, dok­ter belum
pulang. Dia mengambil spe­sialis bedah uro­logi. Klinik khi­
tannya ber­se­belahan dengan rumah orangtuanya.
Di ruang tamu keluarga tersebut, berderet foto-foto
wisuda anaknya yang berjumlah se­puluh orang. Se­mua
anaknya lulusan dari perguruan ting­gi, dan sudah be­
ker­ja. Dua di antaranya dokter spe­sialis. Sebagian besar
anak­nya sudah berkeluarga, tinggal dua anak yang belum
me­
nikah. Adapun pe­ker­jaan orang­tua sang dokter
adalah penjual bakso di se­buah pasar tradisional.
Penasaran dengan kenyataan tersebut, suami-istri
itu bertanya-tanya kepada laki-laki tua itu, bagaimana
perjalanan membesarkan kesepuluh anak-anaknya.
Menurutnya, sebagai penjual bakso tentu tak mu­
dah mengurus banyak anak. Tujuh tahun pertama per­
ni­kahan, ia dikaruniai lima anak. Katanya, sejak jam tiga
pagi sudah harus ke pasar. “Saya dorong gerobak se­­
belum subuh dengan membawa anak-anak. Ada yang
kami taruh di kardus dan ada yang di dalam baskom,”
ujar laki-laki itu.
Mereka tak pernah mengeluh. Mereka punya ke­ya­
kinan bahwa Allah telah memberi banyak anak ada­
lah takdir hidupnya. Itu adalah kehendak-Nya, berarti
Allah juga memberi kepercayaan kepadanya untuk
mem­­be­sarkan dan mendidiknya.
“Alhamdulillah, kesepuluh anak kami baik-baik. Ba­
nyak anak bukanlah beban dan masalah. Kuncinya, ha­rus
ridha dan ikhlas. Soal biaya yang besar untuk pen­di­­di­kan,
kami yakin karena Allah Maha Kaya. Berdoalah ke­pa­da
Allah dan mintalah kepada-Nya. Kami hanya ber­
ikh­tiar dengan cara bekerja. Semoga me­reka bukan saja
sukses di dunia tapi juga sukses juga di akhirat.”
Menurut laki-laki itu, ia tidak pernah me­ngungkit-
ungkit jasanya, karena hal itu me­mang sudah kewajiban
sebagai orangtua. “Jika orangtua ridha, ikhlas dan ber­
sung­guh-sung­guh, maka anak-anak pun akan ridha,
ikhlas dan bersungguh-sungguh dalam men­ca­pai ke­suk­
se­san dirinya.”
Yang menarik, meski semua anaknya sudah sukses,
suami-istri tersebut masih tetap berjualan bakso. Me­nu­
rut­nya, mencari nafkah adalah kewajiban dan pantang
untuk membebani siapapun.
Kisah nyata tersebut mengingatkan kita akan pro­
blematika anak-anak dewasa ini, yang kualitas dan
kuantitasnya semakin meningkat. Hal ini juga mem­buat
kita teringat akan teori-teori pendidikan yang me­nge­
muka, serta polemik di antara para ahli tentang rumusan
yang paling tepat bagaimana menghantar anak-anak
agar sukses di dunia dan di akhirat. Bercermin pada kisah
di atas, ternyata rumusnya sederhana, ridha dan ikhlas
dalam mendidik anak-anak, maka mereka pun akan ri­
dha dan ikhlas dalam belajar.
Sikap ridha dan ikhlas adalah amalan yang tersulit.
Ridha adalah kunci kebahagiaan. Ridha atas ketentuan
Allah bukannya berarti diam, tetapi aktif: berusaha
dan bekerja. Sedangkan ikhlas, apapun yang kita kerjakan
ada­lah semata-mata hanya untuk Allah Ta’ala.
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada
orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah,
se­dang dia pun mengerjakan kebaikan….” (An-Nisa [4]:
125). Penulis buku Mendidik Karakter dengan Karakter.
Ridha dan Ikhlas
dalam Mendidik
Oleh Ida S. Widayanti*
foto:muhabdussyakur/suarahidayatullah
SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com68
Berhias untuk
Menggairahkan Suami
usrah
“Perempuan adalah
perhiasan yang sempurna.
Selain indah dari
kelembutannya, ia juga
indah dari fisiknya.”
 	
S
uatu ketika Farhan, seorang
aktivis dakwah, mengeluh
tentang istrinya. Padahal,
selama 15 tahun hidup
berumah tangga, sang istri
dikenal baik.  Bahkan ia sangat menjaga
diri dengan memakai cadar sebagai
kesempurnaan hijabnya. Beberapa
teman Farhan justru iri melihat
keharmonisan yang tampak dari
keluarga Farhan.
“Mestinya saat di rumah dia berhias
dan menampakkan kecantikannya
untuk suami. Selama ini, jika di luar
rumah tidak tampak kecantikannya
karena aturan berhijab. Tapi di rumah
sekalipun, kecantikan itu juga tak
terlihat karena istri jarang berhias,” kata
Farhan berkisah.
“Jadi kapan saya bisa menikmati
kecantikan seorang istri?” gugat Farhan.
Perempuan Suka Berhias
Kebanyakan orang sepakat, hampir
seluruh perempuan suka berhias.
Berbeda dengan dandan seorang laki-
laki, lebih praktis. Selesai mandi lalu
ganti baju, bercermin, lalu bersisir
sebentar. Beres.
Dari Abdullah bin Amr Rasulullah
bersabda, “Dunia ini adalah
perhiasan (kesenangan) dan sebaik-baik
perhiasan (kesenangan) dunia adalah
wanita yang salehah.” (Riwayat Muslim)
Perempuan adalah perhiasan yang
paling indah, baik di bumi maupun
di surga nanti. Demikian Nabi
menjelaskan. Sehingga wajar jika
perempuan suka berhias sebab diri
perempuan adalah perhiasan itu
sendiri. Layaknya sebuah perhiasan,
agar terlihat indah berkilau dan
memukau, ia perlu selalu dibersihkan
dan dipelihara agar tidak rusak dan
lusuh.
“ Perempuan adalah perhiasan
yang sempurna. Selain indah dari
kelembutannya, ia juga indah dari
fisiknya.” Tak heran, setiap perempuan
selalu berusaha tampil indah dan
cantik sepanjang hari.
Sayang, tak sedikit di antara
kaum perempuan yang keliru dalam
mempersepsikan keindahan tubuh.
Mereka menafsirkan kecantikan dengan
memperlihatkan aurat dan lekukan
keindahan bentuk tubuh. Terlebih di
zaman modern ini, para perempuan
seolah berlomba mempercantik diri
di depan umum. Akibatnya, istri-istri
menuntut berbagai macam perhiasan
yang mencolok, aksesoris yang serba
mewah, serta sejumlah pakaian mewah
kepada sang suami. Mereka terjebak
dengan propaganda iklan yang selalu
menonjolkan tubuh perempuan di
berbagai media.
Penyakit Pengantin Lama
 Kisah Farhan di atas merupakan
hal yang kerap terjadi pada pasangan
suami istri yang telah menikah lama.
Di ruang kamar lebih akrab dan kental
dengan bau minyak angin atau minyak
oles, bukan lagi parfum atau minyak
wangi-wangian. Ketika tidur agak dekat
dengan pasangan, ia merasa risih dan
panas. Kayak naik angkot aja, katanya.
Padahal saat pengantin baru, maunya
ia dipeluk dan didekap terus oleh
pasangannya.
Istri tidak lagi memperhatikan
penampilan saat di rumah. Jika
diingatkan, ia langsung berdalih,
“Bukan zamannya lagi untuk berhias.”
Istri juga biasa khawatir diolok dengan
istilah puber kedua.  Padahal sejatinya
untuk menjaga keharmonisan rumah
tangga, makin hari istri harus kian
kreatif menjaga penampilan diri. Salah
satu faktor sang suami berpaling atau
selingkuh karena mengalami kejenuhan
dengan pasangannya di rumah.
 
Perhiasan bagi Suami di
Rumah
Suatu ketika Nabi ditanya,
“Siapakah perempuan yang paling
baik?” Nabi menjawab, “Sebaik-
baik perempuan adalah yang
menyenangkan jika suami melihatnya,
taat jika suami memerintahnya, dan
ia tidak menyelisihi dalam hal yang
dibenci suami pada dirinya dan harta
suaminya.” (Riwayat Ahmad)
Salah satu cara menyenangkan
suami adalah dengan berhias. Di sini­lah
berlaku tuntunan Nabi bagi kaum
wanita berhias, yaitu berhias di dalam
rumah untuk sang suami. Laki-laki
siapa yang tidak tertarik de­ngan istri
yang punya tubuh harum me­wangi,
berpakaian indah dan me­narik?
Tentunya semua itu menjadi ke­ba­ha­
giaan tersendiri bagi suami di rumah.
Baitiy jannati, rumahku adalah
surgaku.  Ibarat taman surga,  Nabi
SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com
Oleh Abdul Ghofar Hadi
JANUARI 2014/SHAFAR 1435 69
Jendela keluarga
dengan warna yang dominan cerah.
Selain itu, harum-haruman dan
make up juga menjadi penunjang
penampilan yang romantis. Niatkan
semua itu untuk ibadah karena
perintah Allah memberi pelayanan
terbaik kepada suami.
Olehnya, tidak perlu kecewa, ma­
rah, atau tersinggung hanya gara-gara
suami tidak memuji penampilan
dan­­da­nan istri. Sebaliknya, istri tetap
me­­ya­ki­ni dengan perantara mujahadah
men­ja­ga penampilan di rumah, Allah
berkenan menjadikan suami se­
ma­kin mencintai istrinya. Sebab, ada
beberapa tipe suami yang tak biasa
memuji istrinya secara langsung de­
ngan bahasa verbal. Namun dalam
diam dan senyumnya, suami senantiasa
ber­syu­kur memiliki istri yang menjaga
penampilannya di rumah.
Tidak Harus dengan
Perhiasan
Penampilan prima tidak harus
mahal. Ia tidak mesti rutin berkunjung
ke salon kecantikan, spa atau terapi-
terapi kecantikan modern. Cukup rajin
menyisir rambut agar tetap tertata
indah, memakai kosmetik natural
agar tetap fresh dan tidak keriput dini,
menjaga kesucian dengan berwudhu
sehingga wajah cerah bercahaya.
Menyambut suami datang dan melepas
suami bepergian dengan mencium
tangannya atau sesekali cium mesra.
Itu adalah “doping” positif menjalin 
kebahagiaan rumah tangga.
Bagi istri salehah, berhias tidak ha­rus
memakai gelang, kalung atau cin­cin dari
emas, permata atau berlian. Mes­kipun
perhiasan tersebut  juga pen­ting bagi
seorang istri, tapi bukan uku­ran pokok
bagi kemuliaan seorang istri.
Istri salehah bisa menghiasi diri
dengan akhlak mulia, meningkatkan
ketaatan kepada suami, menerima
pemberian suami dengan qanaah, dan
menjaga rahasia keluarga. Perhiasan
akhlak lebih mulia dan mahal nilainya
dibandingkan perhiasan emas permata
berapapun kandungan karatnya.
Penulis buku ‘Belajar dari Masalah’
foto:muhabdussyakur/suarahidayatullah
69
mengajari umatnya menjadikan rumah
sebagai tempat bersenang-senang dan
menikmati kesenangan. Untuk itu,
tentu seorang suami dan istri harus
berkarakter seperti bidadari di surga
bagi pasangannya. Allah berfirman,
“Penuh cinta lagi sebaya umurnya.”
(al-Waqi’ah [56]: 37). Yaitu, senantiasa
menampakkan kasih sayang dan
kedekatan kepada suaminya.
Sesekali, tidak mengapa istri
memperlihatkan anggota tubuh
yang merangsang suami. Sedang di
lain waktu, ia bisa menutup rapat
tubuhnya agar suami penasaran.
Saat di luar rumah hendaknya sang
istri berhijab dan menjaga diri serta
pandangan. Sedang saat dalam
rumah, istri dianjurkan memakai
baju-baju indah agar menyenangkan
dan menggairahkan suaminya. Tidak
melulu memakai baju gamis panjang
dan berjilbab besar atau malah pakai
baju tidur.
Pemilihan warna baju juga berbeda
untuk keseharian dalam rumah yaitu
SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com70
Sarjana Ibu
Rumah Tangga
mar’ah
Perempuan bisa sukses jadi
bos di kantor, tapi belum
tentu sukses sebagai istri
atau ibu.
A
pa yang terbayang dalam
benak para Muslimah
ketika membaca judul
di atas? Bisa jadi mereka
membayangkan seorang
ibu berbaju toga dengan alat rumah
tangga atau seorang wanita akademisi
yang lebih memilih untuk mengurus
anak.
Menjadi sarjana lalu berprofesi
sebagai ibu rumah tangga, atau ibu
rumah tangga yang bergelar sarjana
sepertinya kurang keren di telinga kita.
Aneh dan rasanya mustahil. Alasannya,
buat apa belajar dan menghabiskan
biaya begitu mahal, tapi akhirnya
menjadi ibu rumah tangga. Orang
berpikir untuk apa sekolah tinggi
hingga mencapai gelar doktor, namun
akhirnya hanya bekerja di rumah.
Bukankah itu sama dengan menyia­
nyiakan ilmu yang telah kita dapatkan?
Muslimah yang lulus kuliah
kemudian bekerja, silakan. Asalkan
pekerjaan tersebut tidak melanggar
syariat dan bersifat fardhu kifayah,
seperti menjadi tenaga pendidik,
dokter atau berwirausaha sebagai
mompreneur, dan sebagainya. Namun
menjadi ibu rumah tangga setelah kita
mendapat gelar sarjana juga bukan
merupakan pekerjaan yang hina.
Banyak yang beranggapan profesi
sebagai ibu rumah tangga adalah
pekerjaan sepele yang tidak ada
istimewanya, dibanding para wanita
karir yang pergi pagi pulang sore untuk
bekerja di kantoran.
Padahal menurut Islam, profesi ibu
rumah tangga ibarat seorang ratu. Ia
menjadi pemimpin di rumah suaminya.
SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com
Oleh Sarah Larasati Mantovani
Kalau sang
ibu terdidik
dan mampu
mendidik anak-
anaknya menjadi
anak yang kuat
agamanya serta
cerdas, ia akan
berperan dalam
pembangunan, sa-
lah satunya ikut
menyumbangkan
generasi penerus
bangsa yang
cerdas
Sarjana Ibu
Rumah Tangga
Sarjana Ibu
Rumah Tangga
Sarjana Ibu
Kalau sang
dan mampu
mendidik anak-
anaknya menjadi
anak yang kuat
anaknya menjadi
anak yang kuat
anaknya menjadi
agamanya serta
anak yang kuat
agamanya serta
anak yang kuat
cerdas, ia akan
agamanya serta
cerdas, ia akan
agamanya serta
FOTO:MUHABDUSSYAKUR/SUARAHIDAYATULLAH
JANUARI 2014/SHAFAR 1435 71
Jendela keluarga
juga harus berpendidikan. Karenanya,
sebagaimana yang dituliskan Tamar
Djaja dalam bukunya Rohana Kudus
Srikandi Indonesia: Riwayat Hidup
dan Perjuangannya, Rohana sengaja
mendirikan Kerajinan Amai Setia, yang
bertujuan agar ada sekolah lengkap
dengan berbagai macam daftar
pelajaran yang meliputi kepentingan
perempuan. Rohana ingin mendirikan
sekolah yang mengajarkan semua ilmu
pengetahuan mengenai perempuan,
seperti memasak, menjahit, menyulam,
di samping pengetahuan sekolah biasa.
Tentu, Rohana sebagai perempuan
amat menyadari betapa pentingnya
pen­didikan yang layak untuk pe­rem­
puan. Bukan maksud agar perempuan
bisa setara kemudian mengalahkan
laki-laki. Tapi karena perempuan akan
menjadi sekolah atau pendidik pertama
bagi anak-anaknya kelak. Dan hal ini
be­lum sepenuhnya disadari oleh semua
perempuan, terlebih bagi mereka yang
mem­prioritaskan dirinya pada karier
dan lebih memilih orang lain untuk
me­ngasuh anak daripada mengasuh
sendiri.
Kalau sang ibu terdidik dan mampu
mendidik anak-anaknya menjadi anak
yang kuat agamanya serta cerdas, ia
akan berperan dalam pembangunan,
sa­lah satunya ikut menyumbangkan
generasi penerus bangsa yang cerdas.
Lihat saja Imam Syafi’i, di bawah asuhan
ibunya dan pengajaran para ulama. Ia
yang saat itu masih berusia 9 tahun su­
dah hafal al-Qur’an dan banyak Hadits.
Karenanya, kaum Muslimah tidak
usah minder selepas tamat kuliah lalu
menikah dan kemudian menjadi ibu
rumah tangga.
Ada sebuah pernyataan menarik
di facebook yang ditulis oleh seorang
ibu. “Perempuan bisa sukses jadi bos di
kan­tor, tapi belum tentu sukses sebagai
istri atau ibu. Sebab, menjadi ibu rumah
tang­ga itu berat dan office hour-nya 24
jam.”
Karena itu, jangan minder, apalagi
merasa terhina menjadi sarjana ibu
rumah tangga. Mahasiswa Pasca
Sarjana UMS bidang Pemikiran Islam.
71
Hal itu merupakan pekerjaan dan karir
terberat dibanding segala profesi yang
ada. Balasannya pun tidak main-main,
yaitu surga, sesuatu yang lebih baik dari
dunia dan segala isinya.
Rasulullah SAW bersabda, “Dunia
ini adalah perhiasan. Dan sebaik-
baik perhiasan ialah wanita salihah
–wanita yang baik dalam agamanya,
rumah tangganya, serta pergaulannya.”
(Riwayat Muslim)
Sesungguhnya, pemikiran bahwa
menjadi ibu rumah tangga sebuah
pekerjaan rendahan, berasal dari piki­
ran feminis. Bagi kaum feminis, menjadi
ibu rumah tangga itu merendahkan
martabat perempuan, karena
dianggap membebani dan melakukan
perbudakan terhadap kaum Hawa.
Pola berpikir seperti itu karena
standar kesuksesan menurut
mereka diukur dari unsur materi.
Seseorang dikatakan sukses jika punya
penghasilan tinggi, gelar seabrek, mobil
mewah, meski harus buka aurat.
Untungnya, tidak semua wanita
terpengaruh oleh pemikiran tersebut.
Masih banyak kaum Muslimah yang
mempunyai iman yang kuat sehingga
tidak terpengaruh.
Jangan Berhenti Belajar
Saya punya seorang teman yang
cerdas, sebut saja namanya Shofi. Ia
lulusan jurusan Teknik Industri di
perguruan tinggi negeri di Bandung.
Namun tidak disangka, selepas
menamatkan pendidikan S1-nya, ia
menikah. Setelah anak perempuannya
lahir, ia menjadi ibu rumah tangga
penuh atau bahasa kerennya, full time
mommy.
Tapi bukan berarti setelah
menjadi ibu rumah tangga ia menjadi
kuper dan tidak up-to-date sama
sekali. Buktinya, ia terus mengikuti
perkembangan dunia pemikiran.
Misalnya, ia mengajak saya ke acara
konferensi ilmuwan Muslim.
Atau juga kita bisa melihat
wanita-wanita di Gaza, Palestina.
Ketika selepas sekolah menengah atau
SMA, mereka menikah dan selama
itu mereka berkonsentrasi mengurus
dan mendidik anak hingga sang anak
dewasa. Ketika sang anak telah dewasa
dan ingin masuk perguruan tinggi, sang
ibu juga ikut kuliah dan mendaftar
di perguruan tinggi yang sama. Bagi
wanita Gaza, fisik boleh saja menua
namun semangat belajar dan mencari
ilmu harus tetap muda. Mereka sadar
bahwa pendidikan tinggi dibutuhkan.
Salah satu tokoh pendidikan
Melayu asal Kelantan, Malaysia, Prof.
Wan Mohd Nor Wan Daud, dalam
bukunya Budaya Ilmu dan Gagasan
Malaysia: Membina Negara Maju dan
Bahagia mengakui bahwa golongan
lulusan perguruan tinggi memainkan
peran yang penting dalam kemajuan,
kesejahteraan dan kebahagiaan
bangsa dan negara. Karena pemimpin
semua lapisan dan bidang kehidupan
masyarakat dan negara datang dari
golongan ini.
Malah, lanjutnya, kesuksesan di
peringkat menengah dan rendah
bergantung pada kesuksesan di
peringkat institusi perguruan tinggi.
Sebab, semua pembuat dasar,
perancang kurikulum, guru-guru dan
pentadbir penting di peringkat ini
terdidik dan terlatih oleh mereka yang
berasal dari perguruan tinggi.
Jadi menurutnya, pendidikan usia
dini memang penting, jika kualitas
pendidiknya tinggi dan memenuhi
harapan tujuan pendidikan. Namun
sekarang realitanya, yang menjadi
penentu bagus tidaknya kualitas
pendidikan ditentukan oleh perguruan
tinggi yang diibaratkan seperti pelentur
buluh.
“Jangan berpikir menjadi ibu rumah
tangga itu pendidikannya mesti rendah,
justru pendidikannya harus tinggi,”
katanya, saat saya berdiskusi awal
November lalu di Bogor.
Tidak Usah Minder
Tidak hanya itu, jauh sebelum
Indonesia merdeka, tokoh Nasional,
Rohana Kudus sudah memikirkan
bagaimana seorang ibu selain harus
pintar dalam urusan rumah tangga,
SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com72
Tanpa Ta`dib,
Boarding School
Ibarat Rumah Kost Belaka
K
ita dapat lebih mudah
memacu prestasi anak
di sekolah berasrama
karena lingkungan yang
terkendali sepenuhnya.
Tetapi jika tidak memperoleh perhatian
memadai, anak akan lebih mudah
merasa bosan. Dia merasa tidak
nyaman. Feel bad. Merasa sekolah
berasrama sebagai tempat yang buruk.
Lebih-lebih jika iklim yang berkembang
di kamar asrama maupun kelas tidak
baik. Berprestasi terbebani, sedikit
berkekurangan terpojokkan.
Sebaik apa pun fasilitas yang
tersedia, jika faktor yang paling
menentukan kenyamanan emosi itu
terabaikan, anak tidak betah di asrama.
Lebih buruk lagi jika terdapat dua
penguat; bullying oleh senior maupun
sebaya, terutama secara emosi, serta
penguatan kebosanan berasrama.
Kerapkali, bullying secara emosi “lebih
melumpuhkan” daripada gangguan
secara fisik.
Yang saya maksud penguatan
kebosanan berasrama ini adalah
kecenderungan pembicaraan yang
merangsang anak semakin tidak betah
di pondok. Ini dapat kita ketahui dari
pembicaraan langsung antar anak,
maupun ungkapan anak di status
facebook mereka. Sampai ada istilah
penjara suci atau istilah yang lebih
buruk daripada itu.
Jika ini terjadi, sulit berharap
anak akan menghayati dan bangga
dengan prinsip-prinsip dien yang
mereka terima. Paham, tapi tak
menghayati. Inilah yang justru perlu
kita khawatiri. Berpengetahuan luas
tak meyakini dengan kuat justru dapat
menjadi benih nifaq (kemunafikan).
Na`uzubillahi min zaalik.
Maka, sekolah berasrama (pondok
pesantren) harus benar-benar mem­per­
hatikan hal ini. Salah satu pilar pen­­ting
mewujudkannya adalah ta`dib (pen­di­
di­kan adab). Ta`dib di awal ma­suk pe­
san­tren (sekolah berasrama) dan dikuati
hingga lulus, menjadi landasan penting
menumbuhkan iklim positif santri. 
Ta`dib inilah hal penting yang perlu
kita perhatikan saat mencari se­kolah
berasrama (pesantren). Bukan se­ma­ta
prestasi akademik. Tanpa ta`dib yang
kuat, pesantren atau sekolah berasrama
(boarding school) tak ubah­nya sekadar
tempat kost sangat besar yang
dilengkapi sarana belajar. Tidak lebih.
Salah kesalahan asumsi umum
yang belakangan muncul adalah,
pemahaman itu penanda keyakinan.
Padahal, kita telah melihat sangat
banyak contoh, betapa pemahaman
yang baik tidak sama dengan keimanan
dan ketundukan kepada agama Allah
Subhanahu Wa Ta`ala. Tidakkah kita
lupa bahwa mereka yang liberal dan
menginjak-injak agama ini justru
banyak yang memiliki pengetahuan
luas tentang agama? Mereka fasih
membaca kitab, luas pengetahuannya,
tapi hampir-hampir tak ada iman di
Oleh fauzil adhim
kolom parenting
hatinya atau bahkan telah hilang sama
sekali.
Menekankan pendidikan agama
kepada pembelajaran secara kognitif
dan menjadikannya sebagai tolok
ukur penting, justru sangat tidak
bersesuaian dengan tradisi keilmuan
Islam. Menegakkan adab dulu sebelum
memacu kemampuan kognitif murid.
Contoh heroik tentang pendidikan
adab (ta`dib) adalah pengalaman
Imam Ibnu Qasim rahimahullah, salah
satu murid senior Imam Malik bin Anas
rahimahullah. Mari renungi perkataan
Imam Ibnu Qasim sebagaimana
termaktub dalam Tanbihul Mughtarrin
seraya memikirkan ulang arah
pendidikan kita, ”Aku telah mengabdi
kepada Imam Malik bin Anas selama
20 tahun. Dari masa itu, 18 tahun aku
mempelajari adab sedangkan sisanya 2
tahun untuk belajar ilmu.”
Inilah tradisi generasi awal Islam
yang cemerlang; tradisi yang berakar
pada bagusnya keyakinan dan ketaatan
kepada dienul Islam ini. Inilah generasi
yang tidak tergesa-gesa menjadikan
anak segera tampak pandai, lalu fasih
bertutur, padahal iman belum berakar
di hati. Inilah masa ketika para ulama
sangat berhati-hati. Mereka menguati
fondasi terlebih dahulu sehingga saat
belia, anak-anak justru haus ilmu.
Sungguh, tanpa pendidikan
adab (ta`dib) yang baik, terlebih
perhatian dan kedekatan hubungan
guru-murid rendah, akan mudah
JANUARI 2014/SHAFAR 1435 73
berontak dari pesantren. Mereka
merasa sekolah berasrama sebagai
tempat pembuangan yang tidak
menyenangkan, sehingga mencari
pelarian-pelarian. Inilah yang
mengkhawatirkan.
Meski demikian, yang paling perlu
kita khawatiri bukanlah larinya mereka
dari pesantren atau boarding school;
baik secara fisik maupun pikiran serta
hatinya saja yang lari dari pesantren.
Yang lebih mengkhawatirkan justru
jika mereka fasih bicara, bagus tutur
katanya, tapi jelek amalnya, kosong
imannya.
Apa yang perlu kita renungkan
masa berikutnya.
Menghafal tanpa memahami
kan­du­ngan al-Qur’an, memahami
tan­pa meyakini dan meletakkan
peng­hor­matan yang sangat tinggi
ter­ha­dap ayat-ayat Allah Ta’ala, dapat
menggelincirkan mereka ke dalam
kerusakan yang sangat besar. Boleh
jadi mereka hafal al-Qur’an, tetapi
yang mereka yakini dengan sebenar-
benar keyakinan bukanlah al-Qur’an
dan as-Sunnah ash-Shahihah. Dan ini
merupakan petaka besar. Na’uzubillahi
min zaalik.
Sebagai penutup, mari kita ingat
firman Allah Ta’ala, “Apabila kamu
pemahaman saja telah cukup untuk
menjadikan anak-anak kita di sekolah
berasrama (boarding school) bagus
wataknya serta kokoh imannya?
Tidak cukup. Sungguh tidak cukup.
Penentunya bukan pada luasnya
pengetahuan kognitif. Apalagi jika
pengetahuan pun pas-pasan.
Cobalah tengok sejenak anak-
anak kita. Adakah mereka membawa
se­­­ma­­ngat dan idealisme saat pulang?
Atau­kah masa dua minggu saja telah
cukup untuk meruntuhkan apa yang
di­sangkakan sebagai idealisme dan adab
yang dibangun sekolah selama ber­­bulan-
bulan bahkan bertahun-tahun?
Jendela keluarga
73
Betapa pentingnya
meletakkan landasan
iman dan adab
yang kuat sebelum
mengajarkan
al-Qur’an kepada anak
dan menghafalkannya.
Iman dan adab
merupakan dua hal yang
tidak dapat ditawar-
tawar.
terkait pembicaraan kita saat ini?
Betapa pentingnya meletakkan
landasan iman dan adab yang kuat
sebelum mengajarkan al-Qur’an
kepada anak dan menghafalkannya.
Iman dan adab merupakan dua hal
yang tidak dapat ditawar-tawar. Ia
mendahului sekaligus tetap menyertai
pembelajaran al-Qur’an hingga masa-
membaca al-Qur’an, hendaklah kamu
meminta perlindungan kepada Allah
dari setan yang terkutuk.” (An-Nahl
[16]: 98).
Bahkan membaca al-Qur’an pun,
kita diperintahkan untuk memohon
perlindungan kepada Allah Ta’ala
(isti’adzah) dari godaan setan. Maka,
apakah kita mengira hafalan dan
Ini anak kita; anak kandung atau
pun anak-anak ideologis pelanjut
perjuangan dakwah ini. Pikirkan!
Setiap anak yang diamanahkan
kepada kita, di rumah maupun sekolah,
menjadi tanggung jawab kita untuk
mendidik mereka dengan sungguh-
sungguh, membekali jiwa mereka
dengan iman yang kuat dan berusaha
sekuat tenaga menutup pintu-pintu
kemunafikan agar kepandaian mereka
tidak justru membawa kepada
kekhawatiran Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa Sallam,” Sesungguhnya yang
paling aku khawatirkan atas umatku
adalah setiap munafik yang pandai
bersilat lidah.” (Riwayat Ahmad).
Nah. Wallahu a’lam.
SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com74 SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com74 SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com74
Diasuh oleh : Ustadz Hamim Thohari
konsultasi keluarga
SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com74
Shalat Jamaah
di Saat Hujan
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.
Bulan-bulan ini di Indonesia sudah memasuki
musim hujan. Tak sedikit di beberapa daerah se­
cara rutin diguyur hujan, baik hujan ringan, se­
dang, maupun hujan lebat. Saya telah mendengar
dari beberapa ustadz yang menjelaskan bahwa di
saat hujan, Rasulullah memberi rukhshah (ke­
ringanan), yaitu melaksanakan shalat di rumah ma­
sing-masing tanpa berjamaah pada saat hujan. Yang
saya tanyakan, apakah pada setiap hujan atau hanya
pada hujan deras saja?
Atas penjelasan Ustadz saya sampaikan jazaku­
mul­lah.
AR
Di Samarinda
Jawab
Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakaatuh.
Pendapat yang kuat dari beberapa ulama salaf
menyebutkan bahwa shalat berjamaah bagi laki-
laki yang mampu dan tidak ada uzur hukumnya
wa­jib. Pendapat ini diperkuat oleh Hadits yang
di­ri­wa­yatkan oleh Abu Hurairah, bahwa Nabi
bersabda, “Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-
Nya, ingin kiranya aku memerintahkan orang-
orang untuk mengumpulkan kayu bakar, kemudian
aku perintahkan mereka untuk menegakkan shalat
yang telah dikumadangkan azannya, lalu aku me­
me­rintahkan salah seorang untuk menjadi imam,
lalu aku menuju orang-orang yang tidak mengikuti
shalat jamaah, kemudian aku bakar rumah-rumah
mereka.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Pendapat ini kemudian diperkuat Hadits lain
yang juga diriwayatkan oleh Abu Hurairah, ia
berkata, “Seorang buta mendatangi Nabi dan
berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku tidak mem­pu­­
nyai seorang yang menuntunku ke masjid’, lalu aku
minta keringanan kepada Rasulullah agar di­per­­
bo­leh­kan shalat di rumahnya. Beliaupun mem­­
be­rikan keringanan kepadanya. Ketika ia me­
ning­­gal­kan Nabi , langsung Rasulullah
me­manggilnya dan bertanya, ‘Apakah eng­kau
men­dengar panggilan azan shalat?” Dia men­
jawab, “Ya”. Lalu berkata, “Penuhilah!” (tu­nai­kan
shalat berjamaah).” (Riwayat Muslim)
Dua Hadits tersebut cukup menjelaskan
kepada kita tentang wajibnya shalat berjamaah di
masjid, sekalipun ada di antara beberapa ulama
menyebutnya sebagai sunah mu’akkadah, sunnah
yang hampir-hampir mendekati wajib. Sekalipun
ada yang berpendapat sunnah mu’akkadah, se­
mua ulama berpendapat tentang pentingnya
sha­lat berjamaah. Seorang laki-laki Muslim, tak
se­pa­tutnya meninggalkan shalat berjamaah tan­
pa alasan syar’i.
Kebolehan meninggalkan shalat berjamaah
sesuai syariat Islam, salah satunya karena tu­
run­nya hujan yang membasahkan pakaian. Ini­
lah kelebihan syariat yang tidak memaksakan
ke­­pada umatnya untuk melakukan sesuatu yang
memberatkan. Hujan merupakan suatu uzur
syar’i yang membolehkan seseorang mening­gal­
kan shalat berjamaah.
Berkaitan rukhshah shalat di rumah ma­sing-
masing tanpa berjamaah ini, Ibnu Quda­mah
dalam kitab al-Mughni menjelaskan, “Dibo­leh­
kan untuk meninggalkan shalat Jumat dan sha­lat
berjamaah di masjid karena hujan yang me­nye­
bab­kan pakaian basah kuyup dan lumpur yang
membuat susah pada diri dan pakaiannya.
Tentangkondisihujanyangmenjadirukhshah
berjamaah, para ulama tidak menjelaskan lebih
rinci, apakah hujan ringan, sedang, atau hujan
lebat. Kalau hujan tersebut tidak menjadikan
diri dan pakaiannya basah, sebaiknya tetap me­
lak­sa­nakan shalat berjamaah. Kalau bisa di­ce­
gah sekadar dengan memakai payung, maka
sebaiknya shalat berjamaah tetap dilaksanakan di
masjid. Wallahu a’lam bish-shawab.*

More Related Content

Viewers also liked

Moja mała szkoła
Moja mała szkołaMoja mała szkoła
Moja mała szkołaAnna Fornal
 
Psp4 żagań 112 numer alarmowy
Psp4 żagań  112 numer alarmowyPsp4 żagań  112 numer alarmowy
Psp4 żagań 112 numer alarmowyAnna Fornal
 
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK KAJIAN UTAMA
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK KAJIAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK KAJIAN UTAMA
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK KAJIAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH
 
Rubrik Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Jendela Keluarga Majalah HidayatullahRubrik Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Jendela Keluarga Majalah HidayatullahMAJALAH HIDAYATULLAH
 
Rubrik Parenting - Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Parenting -  Jendela Keluarga Majalah HidayatullahRubrik Parenting -  Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Parenting - Jendela Keluarga Majalah HidayatullahMAJALAH HIDAYATULLAH
 
Rubrik Parenting Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Parenting   Jendela Keluarga Majalah HidayatullahRubrik Parenting   Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Parenting Jendela Keluarga Majalah HidayatullahMAJALAH HIDAYATULLAH
 
MAJALAH HIDAYATULLAH - Rubrik Parenting
MAJALAH HIDAYATULLAH - Rubrik ParentingMAJALAH HIDAYATULLAH - Rubrik Parenting
MAJALAH HIDAYATULLAH - Rubrik ParentingMAJALAH HIDAYATULLAH
 
Rubrik Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Jendela Keluarga Majalah HidayatullahRubrik Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Jendela Keluarga Majalah HidayatullahMAJALAH HIDAYATULLAH
 
Rubrik jendela keluarga majalah hidayatullah
Rubrik jendela keluarga majalah hidayatullahRubrik jendela keluarga majalah hidayatullah
Rubrik jendela keluarga majalah hidayatullahMAJALAH HIDAYATULLAH
 

Viewers also liked (10)

Moja mała szkoła
Moja mała szkołaMoja mała szkoła
Moja mała szkoła
 
Psp4 żagań 112 numer alarmowy
Psp4 żagań  112 numer alarmowyPsp4 żagań  112 numer alarmowy
Psp4 żagań 112 numer alarmowy
 
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK KAJIAN UTAMA
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK KAJIAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK KAJIAN UTAMA
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK KAJIAN UTAMA
 
Rubrik Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Jendela Keluarga Majalah HidayatullahRubrik Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
 
Rubrik Parenting - Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Parenting -  Jendela Keluarga Majalah HidayatullahRubrik Parenting -  Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Parenting - Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
 
Rubrik Parenting Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Parenting   Jendela Keluarga Majalah HidayatullahRubrik Parenting   Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Parenting Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
 
MAJALAH HIDAYATULLAH SURABAYA
MAJALAH HIDAYATULLAH SURABAYA MAJALAH HIDAYATULLAH SURABAYA
MAJALAH HIDAYATULLAH SURABAYA
 
MAJALAH HIDAYATULLAH - Rubrik Parenting
MAJALAH HIDAYATULLAH - Rubrik ParentingMAJALAH HIDAYATULLAH - Rubrik Parenting
MAJALAH HIDAYATULLAH - Rubrik Parenting
 
Rubrik Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Jendela Keluarga Majalah HidayatullahRubrik Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
 
Rubrik jendela keluarga majalah hidayatullah
Rubrik jendela keluarga majalah hidayatullahRubrik jendela keluarga majalah hidayatullah
Rubrik jendela keluarga majalah hidayatullah
 

Similar to Ridha dan Ikhlas dalam Mendidik

50 tips suami dan isteri
50 tips suami dan isteri50 tips suami dan isteri
50 tips suami dan isteripitaza
 
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH MAJALAH HIDAYATULLAH
 
Cinta sampai syurga Nik Raihan
Cinta sampai syurga Nik RaihanCinta sampai syurga Nik Raihan
Cinta sampai syurga Nik RaihanNik Raihan Rahman
 
50 langkah menjadi suami mithali
50 langkah menjadi suami mithali50 langkah menjadi suami mithali
50 langkah menjadi suami mithaliwell881
 
Rubrik Parenting Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Parenting  Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah Rubrik Parenting  Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Parenting Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah MAJALAH HIDAYATULLAH
 
Agar suami tambah sayang
Agar suami tambah sayangAgar suami tambah sayang
Agar suami tambah sayangrofieq
 
Nasihat Buat Isteri
Nasihat Buat IsteriNasihat Buat Isteri
Nasihat Buat IsteriNurul Zuhada
 
Pendidikan islam Nusyuz Suami dan Isteri
Pendidikan islam Nusyuz Suami dan IsteriPendidikan islam Nusyuz Suami dan Isteri
Pendidikan islam Nusyuz Suami dan IsteriSiti Nur Rabiah
 

Similar to Ridha dan Ikhlas dalam Mendidik (14)

50 tips suami dan isteri
50 tips suami dan isteri50 tips suami dan isteri
50 tips suami dan isteri
 
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
 
Rumah tangga muslim
Rumah tangga muslimRumah tangga muslim
Rumah tangga muslim
 
Cinta sampai syurga
Cinta sampai syurga Cinta sampai syurga
Cinta sampai syurga
 
Cinta sampai syurga Nik Raihan
Cinta sampai syurga Nik RaihanCinta sampai syurga Nik Raihan
Cinta sampai syurga Nik Raihan
 
50 langkah menjadi suami mithali
50 langkah menjadi suami mithali50 langkah menjadi suami mithali
50 langkah menjadi suami mithali
 
Rubrik Parenting Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Parenting  Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah Rubrik Parenting  Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Parenting Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
 
Agar suami tambah sayang
Agar suami tambah sayangAgar suami tambah sayang
Agar suami tambah sayang
 
Pakaian bagi wanita
Pakaian bagi wanitaPakaian bagi wanita
Pakaian bagi wanita
 
Ltm agama keluarga islami kampus bit
Ltm agama keluarga islami kampus bitLtm agama keluarga islami kampus bit
Ltm agama keluarga islami kampus bit
 
Nora1powerpoint[1]
Nora1powerpoint[1]Nora1powerpoint[1]
Nora1powerpoint[1]
 
8 cara menjadi suami yang hebat
8 cara menjadi suami yang hebat8 cara menjadi suami yang hebat
8 cara menjadi suami yang hebat
 
Nasihat Buat Isteri
Nasihat Buat IsteriNasihat Buat Isteri
Nasihat Buat Isteri
 
Pendidikan islam Nusyuz Suami dan Isteri
Pendidikan islam Nusyuz Suami dan IsteriPendidikan islam Nusyuz Suami dan Isteri
Pendidikan islam Nusyuz Suami dan Isteri
 

More from MAJALAH HIDAYATULLAH

Rubrik JENDELA KELUARGA Majalah Hidayatullah
Rubrik JENDELA KELUARGA Majalah Hidayatullah Rubrik JENDELA KELUARGA Majalah Hidayatullah
Rubrik JENDELA KELUARGA Majalah Hidayatullah MAJALAH HIDAYATULLAH
 
RUBRIK CELAH - MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK CELAH - MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK CELAH - MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK CELAH - MAJALAH HIDAYATULLAH MAJALAH HIDAYATULLAH
 
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH MAJALAH HIDAYATULLAH
 
RUBRIK IHWAL MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK IHWAL MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK IHWAL MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK IHWAL MAJALAH HIDAYATULLAH MAJALAH HIDAYATULLAH
 
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016MAJALAH HIDAYATULLAH
 
RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH MAJALAH HIDAYATULLAH
 
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016MAJALAH HIDAYATULLAH
 
MITRA BISNIS MAJALAH HIDAYATULLAH Edisi Maret 2016
MITRA BISNIS MAJALAH HIDAYATULLAH Edisi Maret 2016 MITRA BISNIS MAJALAH HIDAYATULLAH Edisi Maret 2016
MITRA BISNIS MAJALAH HIDAYATULLAH Edisi Maret 2016 MAJALAH HIDAYATULLAH
 
Proposal iklan majalah karima 4 tahun 2016
Proposal iklan majalah karima 4 tahun 2016Proposal iklan majalah karima 4 tahun 2016
Proposal iklan majalah karima 4 tahun 2016MAJALAH HIDAYATULLAH
 
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI FEBRUARI 2016
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI FEBRUARI 2016IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI FEBRUARI 2016
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI FEBRUARI 2016MAJALAH HIDAYATULLAH
 
DR.UMMIAMIZAH Beautiy And Health Supplement
DR.UMMIAMIZAH Beautiy And Health Supplement DR.UMMIAMIZAH Beautiy And Health Supplement
DR.UMMIAMIZAH Beautiy And Health Supplement MAJALAH HIDAYATULLAH
 
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI JANUARI 2016
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI JANUARI 2016IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI JANUARI 2016
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI JANUARI 2016MAJALAH HIDAYATULLAH
 
MAJALAH HIDAYATULLAH - Iklan Desember 2015
MAJALAH HIDAYATULLAH - Iklan Desember 2015MAJALAH HIDAYATULLAH - Iklan Desember 2015
MAJALAH HIDAYATULLAH - Iklan Desember 2015MAJALAH HIDAYATULLAH
 
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI SEPTEMBER 2015
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI SEPTEMBER 2015IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI SEPTEMBER 2015
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI SEPTEMBER 2015MAJALAH HIDAYATULLAH
 
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK SEJARAH
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK SEJARAHMAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK SEJARAH
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK SEJARAHMAJALAH HIDAYATULLAH
 
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAHRUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAHMAJALAH HIDAYATULLAH
 

More from MAJALAH HIDAYATULLAH (20)

Generari muslimah MILENIAL
Generari muslimah MILENIALGenerari muslimah MILENIAL
Generari muslimah MILENIAL
 
Rubrik JENDELA KELUARGA Majalah Hidayatullah
Rubrik JENDELA KELUARGA Majalah Hidayatullah Rubrik JENDELA KELUARGA Majalah Hidayatullah
Rubrik JENDELA KELUARGA Majalah Hidayatullah
 
RUBRIK CELAH - MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK CELAH - MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK CELAH - MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK CELAH - MAJALAH HIDAYATULLAH
 
RUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAHRUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAH
 
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
 
RUBRIK IHWAL MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK IHWAL MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK IHWAL MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK IHWAL MAJALAH HIDAYATULLAH
 
PRICE LIST MAJALAH MULIA
PRICE LIST MAJALAH MULIA PRICE LIST MAJALAH MULIA
PRICE LIST MAJALAH MULIA
 
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
 
RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH
 
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
 
MITRA BISNIS MAJALAH HIDAYATULLAH Edisi Maret 2016
MITRA BISNIS MAJALAH HIDAYATULLAH Edisi Maret 2016 MITRA BISNIS MAJALAH HIDAYATULLAH Edisi Maret 2016
MITRA BISNIS MAJALAH HIDAYATULLAH Edisi Maret 2016
 
Proposal iklan majalah karima 4 tahun 2016
Proposal iklan majalah karima 4 tahun 2016Proposal iklan majalah karima 4 tahun 2016
Proposal iklan majalah karima 4 tahun 2016
 
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI FEBRUARI 2016
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI FEBRUARI 2016IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI FEBRUARI 2016
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI FEBRUARI 2016
 
DR.UMMIAMIZAH Beautiy And Health Supplement
DR.UMMIAMIZAH Beautiy And Health Supplement DR.UMMIAMIZAH Beautiy And Health Supplement
DR.UMMIAMIZAH Beautiy And Health Supplement
 
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI JANUARI 2016
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI JANUARI 2016IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI JANUARI 2016
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI JANUARI 2016
 
MAJALAH HIDAYATULLAH - Iklan Desember 2015
MAJALAH HIDAYATULLAH - Iklan Desember 2015MAJALAH HIDAYATULLAH - Iklan Desember 2015
MAJALAH HIDAYATULLAH - Iklan Desember 2015
 
KAJIAN UTAMA EDISI JULI 2015
KAJIAN UTAMA EDISI JULI 2015 KAJIAN UTAMA EDISI JULI 2015
KAJIAN UTAMA EDISI JULI 2015
 
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI SEPTEMBER 2015
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI SEPTEMBER 2015IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI SEPTEMBER 2015
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI SEPTEMBER 2015
 
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK SEJARAH
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK SEJARAHMAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK SEJARAH
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK SEJARAH
 
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAHRUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
 

Recently uploaded

Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajarHafidRanggasi
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptxSirlyPutri1
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptAgusRahmat39
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)PUNGKYBUDIPANGESTU1
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasarrenihartanti
 

Recently uploaded (20)

Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
 

Ridha dan Ikhlas dalam Mendidik

  • 1.
  • 2. JANUARI 2014/SHAFAR 1435 67 Jendela Keluarga celah S epasang suami-istri membawa anak laki-lakinya ke sebuah klinik khitan. Karena dokternya belum datang,ma­kayangmenerimapendaftarankhi­­tan adalah seorang laki-laki tua. Ter­nyata la­ki-laki tua itu ayahnya sang dokter. Ka­ta­nya, dok­ter belum pulang. Dia mengambil spe­sialis bedah uro­logi. Klinik khi­ tannya ber­se­belahan dengan rumah orangtuanya. Di ruang tamu keluarga tersebut, berderet foto-foto wisuda anaknya yang berjumlah se­puluh orang. Se­mua anaknya lulusan dari perguruan ting­gi, dan sudah be­ ker­ja. Dua di antaranya dokter spe­sialis. Sebagian besar anak­nya sudah berkeluarga, tinggal dua anak yang belum me­ nikah. Adapun pe­ker­jaan orang­tua sang dokter adalah penjual bakso di se­buah pasar tradisional. Penasaran dengan kenyataan tersebut, suami-istri itu bertanya-tanya kepada laki-laki tua itu, bagaimana perjalanan membesarkan kesepuluh anak-anaknya. Menurutnya, sebagai penjual bakso tentu tak mu­ dah mengurus banyak anak. Tujuh tahun pertama per­ ni­kahan, ia dikaruniai lima anak. Katanya, sejak jam tiga pagi sudah harus ke pasar. “Saya dorong gerobak se­­ belum subuh dengan membawa anak-anak. Ada yang kami taruh di kardus dan ada yang di dalam baskom,” ujar laki-laki itu. Mereka tak pernah mengeluh. Mereka punya ke­ya­ kinan bahwa Allah telah memberi banyak anak ada­ lah takdir hidupnya. Itu adalah kehendak-Nya, berarti Allah juga memberi kepercayaan kepadanya untuk mem­­be­sarkan dan mendidiknya. “Alhamdulillah, kesepuluh anak kami baik-baik. Ba­ nyak anak bukanlah beban dan masalah. Kuncinya, ha­rus ridha dan ikhlas. Soal biaya yang besar untuk pen­di­­di­kan, kami yakin karena Allah Maha Kaya. Berdoalah ke­pa­da Allah dan mintalah kepada-Nya. Kami hanya ber­ ikh­tiar dengan cara bekerja. Semoga me­reka bukan saja sukses di dunia tapi juga sukses juga di akhirat.” Menurut laki-laki itu, ia tidak pernah me­ngungkit- ungkit jasanya, karena hal itu me­mang sudah kewajiban sebagai orangtua. “Jika orangtua ridha, ikhlas dan ber­ sung­guh-sung­guh, maka anak-anak pun akan ridha, ikhlas dan bersungguh-sungguh dalam men­ca­pai ke­suk­ se­san dirinya.” Yang menarik, meski semua anaknya sudah sukses, suami-istri tersebut masih tetap berjualan bakso. Me­nu­ rut­nya, mencari nafkah adalah kewajiban dan pantang untuk membebani siapapun. Kisah nyata tersebut mengingatkan kita akan pro­ blematika anak-anak dewasa ini, yang kualitas dan kuantitasnya semakin meningkat. Hal ini juga mem­buat kita teringat akan teori-teori pendidikan yang me­nge­ muka, serta polemik di antara para ahli tentang rumusan yang paling tepat bagaimana menghantar anak-anak agar sukses di dunia dan di akhirat. Bercermin pada kisah di atas, ternyata rumusnya sederhana, ridha dan ikhlas dalam mendidik anak-anak, maka mereka pun akan ri­ dha dan ikhlas dalam belajar. Sikap ridha dan ikhlas adalah amalan yang tersulit. Ridha adalah kunci kebahagiaan. Ridha atas ketentuan Allah bukannya berarti diam, tetapi aktif: berusaha dan bekerja. Sedangkan ikhlas, apapun yang kita kerjakan ada­lah semata-mata hanya untuk Allah Ta’ala. “Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, se­dang dia pun mengerjakan kebaikan….” (An-Nisa [4]: 125). Penulis buku Mendidik Karakter dengan Karakter. Ridha dan Ikhlas dalam Mendidik Oleh Ida S. Widayanti* foto:muhabdussyakur/suarahidayatullah
  • 3. SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com68 Berhias untuk Menggairahkan Suami usrah “Perempuan adalah perhiasan yang sempurna. Selain indah dari kelembutannya, ia juga indah dari fisiknya.”   S uatu ketika Farhan, seorang aktivis dakwah, mengeluh tentang istrinya. Padahal, selama 15 tahun hidup berumah tangga, sang istri dikenal baik.  Bahkan ia sangat menjaga diri dengan memakai cadar sebagai kesempurnaan hijabnya. Beberapa teman Farhan justru iri melihat keharmonisan yang tampak dari keluarga Farhan. “Mestinya saat di rumah dia berhias dan menampakkan kecantikannya untuk suami. Selama ini, jika di luar rumah tidak tampak kecantikannya karena aturan berhijab. Tapi di rumah sekalipun, kecantikan itu juga tak terlihat karena istri jarang berhias,” kata Farhan berkisah. “Jadi kapan saya bisa menikmati kecantikan seorang istri?” gugat Farhan. Perempuan Suka Berhias Kebanyakan orang sepakat, hampir seluruh perempuan suka berhias. Berbeda dengan dandan seorang laki- laki, lebih praktis. Selesai mandi lalu ganti baju, bercermin, lalu bersisir sebentar. Beres. Dari Abdullah bin Amr Rasulullah bersabda, “Dunia ini adalah perhiasan (kesenangan) dan sebaik-baik perhiasan (kesenangan) dunia adalah wanita yang salehah.” (Riwayat Muslim) Perempuan adalah perhiasan yang paling indah, baik di bumi maupun di surga nanti. Demikian Nabi menjelaskan. Sehingga wajar jika perempuan suka berhias sebab diri perempuan adalah perhiasan itu sendiri. Layaknya sebuah perhiasan, agar terlihat indah berkilau dan memukau, ia perlu selalu dibersihkan dan dipelihara agar tidak rusak dan lusuh. “ Perempuan adalah perhiasan yang sempurna. Selain indah dari kelembutannya, ia juga indah dari fisiknya.” Tak heran, setiap perempuan selalu berusaha tampil indah dan cantik sepanjang hari. Sayang, tak sedikit di antara kaum perempuan yang keliru dalam mempersepsikan keindahan tubuh. Mereka menafsirkan kecantikan dengan memperlihatkan aurat dan lekukan keindahan bentuk tubuh. Terlebih di zaman modern ini, para perempuan seolah berlomba mempercantik diri di depan umum. Akibatnya, istri-istri menuntut berbagai macam perhiasan yang mencolok, aksesoris yang serba mewah, serta sejumlah pakaian mewah kepada sang suami. Mereka terjebak dengan propaganda iklan yang selalu menonjolkan tubuh perempuan di berbagai media. Penyakit Pengantin Lama  Kisah Farhan di atas merupakan hal yang kerap terjadi pada pasangan suami istri yang telah menikah lama. Di ruang kamar lebih akrab dan kental dengan bau minyak angin atau minyak oles, bukan lagi parfum atau minyak wangi-wangian. Ketika tidur agak dekat dengan pasangan, ia merasa risih dan panas. Kayak naik angkot aja, katanya. Padahal saat pengantin baru, maunya ia dipeluk dan didekap terus oleh pasangannya. Istri tidak lagi memperhatikan penampilan saat di rumah. Jika diingatkan, ia langsung berdalih, “Bukan zamannya lagi untuk berhias.” Istri juga biasa khawatir diolok dengan istilah puber kedua.  Padahal sejatinya untuk menjaga keharmonisan rumah tangga, makin hari istri harus kian kreatif menjaga penampilan diri. Salah satu faktor sang suami berpaling atau selingkuh karena mengalami kejenuhan dengan pasangannya di rumah.   Perhiasan bagi Suami di Rumah Suatu ketika Nabi ditanya, “Siapakah perempuan yang paling baik?” Nabi menjawab, “Sebaik- baik perempuan adalah yang menyenangkan jika suami melihatnya, taat jika suami memerintahnya, dan ia tidak menyelisihi dalam hal yang dibenci suami pada dirinya dan harta suaminya.” (Riwayat Ahmad) Salah satu cara menyenangkan suami adalah dengan berhias. Di sini­lah berlaku tuntunan Nabi bagi kaum wanita berhias, yaitu berhias di dalam rumah untuk sang suami. Laki-laki siapa yang tidak tertarik de­ngan istri yang punya tubuh harum me­wangi, berpakaian indah dan me­narik? Tentunya semua itu menjadi ke­ba­ha­ giaan tersendiri bagi suami di rumah. Baitiy jannati, rumahku adalah surgaku.  Ibarat taman surga,  Nabi SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com Oleh Abdul Ghofar Hadi
  • 4. JANUARI 2014/SHAFAR 1435 69 Jendela keluarga dengan warna yang dominan cerah. Selain itu, harum-haruman dan make up juga menjadi penunjang penampilan yang romantis. Niatkan semua itu untuk ibadah karena perintah Allah memberi pelayanan terbaik kepada suami. Olehnya, tidak perlu kecewa, ma­ rah, atau tersinggung hanya gara-gara suami tidak memuji penampilan dan­­da­nan istri. Sebaliknya, istri tetap me­­ya­ki­ni dengan perantara mujahadah men­ja­ga penampilan di rumah, Allah berkenan menjadikan suami se­ ma­kin mencintai istrinya. Sebab, ada beberapa tipe suami yang tak biasa memuji istrinya secara langsung de­ ngan bahasa verbal. Namun dalam diam dan senyumnya, suami senantiasa ber­syu­kur memiliki istri yang menjaga penampilannya di rumah. Tidak Harus dengan Perhiasan Penampilan prima tidak harus mahal. Ia tidak mesti rutin berkunjung ke salon kecantikan, spa atau terapi- terapi kecantikan modern. Cukup rajin menyisir rambut agar tetap tertata indah, memakai kosmetik natural agar tetap fresh dan tidak keriput dini, menjaga kesucian dengan berwudhu sehingga wajah cerah bercahaya. Menyambut suami datang dan melepas suami bepergian dengan mencium tangannya atau sesekali cium mesra. Itu adalah “doping” positif menjalin  kebahagiaan rumah tangga. Bagi istri salehah, berhias tidak ha­rus memakai gelang, kalung atau cin­cin dari emas, permata atau berlian. Mes­kipun perhiasan tersebut  juga pen­ting bagi seorang istri, tapi bukan uku­ran pokok bagi kemuliaan seorang istri. Istri salehah bisa menghiasi diri dengan akhlak mulia, meningkatkan ketaatan kepada suami, menerima pemberian suami dengan qanaah, dan menjaga rahasia keluarga. Perhiasan akhlak lebih mulia dan mahal nilainya dibandingkan perhiasan emas permata berapapun kandungan karatnya. Penulis buku ‘Belajar dari Masalah’ foto:muhabdussyakur/suarahidayatullah 69 mengajari umatnya menjadikan rumah sebagai tempat bersenang-senang dan menikmati kesenangan. Untuk itu, tentu seorang suami dan istri harus berkarakter seperti bidadari di surga bagi pasangannya. Allah berfirman, “Penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (al-Waqi’ah [56]: 37). Yaitu, senantiasa menampakkan kasih sayang dan kedekatan kepada suaminya. Sesekali, tidak mengapa istri memperlihatkan anggota tubuh yang merangsang suami. Sedang di lain waktu, ia bisa menutup rapat tubuhnya agar suami penasaran. Saat di luar rumah hendaknya sang istri berhijab dan menjaga diri serta pandangan. Sedang saat dalam rumah, istri dianjurkan memakai baju-baju indah agar menyenangkan dan menggairahkan suaminya. Tidak melulu memakai baju gamis panjang dan berjilbab besar atau malah pakai baju tidur. Pemilihan warna baju juga berbeda untuk keseharian dalam rumah yaitu
  • 5. SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com70 Sarjana Ibu Rumah Tangga mar’ah Perempuan bisa sukses jadi bos di kantor, tapi belum tentu sukses sebagai istri atau ibu. A pa yang terbayang dalam benak para Muslimah ketika membaca judul di atas? Bisa jadi mereka membayangkan seorang ibu berbaju toga dengan alat rumah tangga atau seorang wanita akademisi yang lebih memilih untuk mengurus anak. Menjadi sarjana lalu berprofesi sebagai ibu rumah tangga, atau ibu rumah tangga yang bergelar sarjana sepertinya kurang keren di telinga kita. Aneh dan rasanya mustahil. Alasannya, buat apa belajar dan menghabiskan biaya begitu mahal, tapi akhirnya menjadi ibu rumah tangga. Orang berpikir untuk apa sekolah tinggi hingga mencapai gelar doktor, namun akhirnya hanya bekerja di rumah. Bukankah itu sama dengan menyia­ nyiakan ilmu yang telah kita dapatkan? Muslimah yang lulus kuliah kemudian bekerja, silakan. Asalkan pekerjaan tersebut tidak melanggar syariat dan bersifat fardhu kifayah, seperti menjadi tenaga pendidik, dokter atau berwirausaha sebagai mompreneur, dan sebagainya. Namun menjadi ibu rumah tangga setelah kita mendapat gelar sarjana juga bukan merupakan pekerjaan yang hina. Banyak yang beranggapan profesi sebagai ibu rumah tangga adalah pekerjaan sepele yang tidak ada istimewanya, dibanding para wanita karir yang pergi pagi pulang sore untuk bekerja di kantoran. Padahal menurut Islam, profesi ibu rumah tangga ibarat seorang ratu. Ia menjadi pemimpin di rumah suaminya. SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com Oleh Sarah Larasati Mantovani Kalau sang ibu terdidik dan mampu mendidik anak- anaknya menjadi anak yang kuat agamanya serta cerdas, ia akan berperan dalam pembangunan, sa- lah satunya ikut menyumbangkan generasi penerus bangsa yang cerdas Sarjana Ibu Rumah Tangga Sarjana Ibu Rumah Tangga Sarjana Ibu Kalau sang dan mampu mendidik anak- anaknya menjadi anak yang kuat anaknya menjadi anak yang kuat anaknya menjadi agamanya serta anak yang kuat agamanya serta anak yang kuat cerdas, ia akan agamanya serta cerdas, ia akan agamanya serta FOTO:MUHABDUSSYAKUR/SUARAHIDAYATULLAH
  • 6. JANUARI 2014/SHAFAR 1435 71 Jendela keluarga juga harus berpendidikan. Karenanya, sebagaimana yang dituliskan Tamar Djaja dalam bukunya Rohana Kudus Srikandi Indonesia: Riwayat Hidup dan Perjuangannya, Rohana sengaja mendirikan Kerajinan Amai Setia, yang bertujuan agar ada sekolah lengkap dengan berbagai macam daftar pelajaran yang meliputi kepentingan perempuan. Rohana ingin mendirikan sekolah yang mengajarkan semua ilmu pengetahuan mengenai perempuan, seperti memasak, menjahit, menyulam, di samping pengetahuan sekolah biasa. Tentu, Rohana sebagai perempuan amat menyadari betapa pentingnya pen­didikan yang layak untuk pe­rem­ puan. Bukan maksud agar perempuan bisa setara kemudian mengalahkan laki-laki. Tapi karena perempuan akan menjadi sekolah atau pendidik pertama bagi anak-anaknya kelak. Dan hal ini be­lum sepenuhnya disadari oleh semua perempuan, terlebih bagi mereka yang mem­prioritaskan dirinya pada karier dan lebih memilih orang lain untuk me­ngasuh anak daripada mengasuh sendiri. Kalau sang ibu terdidik dan mampu mendidik anak-anaknya menjadi anak yang kuat agamanya serta cerdas, ia akan berperan dalam pembangunan, sa­lah satunya ikut menyumbangkan generasi penerus bangsa yang cerdas. Lihat saja Imam Syafi’i, di bawah asuhan ibunya dan pengajaran para ulama. Ia yang saat itu masih berusia 9 tahun su­ dah hafal al-Qur’an dan banyak Hadits. Karenanya, kaum Muslimah tidak usah minder selepas tamat kuliah lalu menikah dan kemudian menjadi ibu rumah tangga. Ada sebuah pernyataan menarik di facebook yang ditulis oleh seorang ibu. “Perempuan bisa sukses jadi bos di kan­tor, tapi belum tentu sukses sebagai istri atau ibu. Sebab, menjadi ibu rumah tang­ga itu berat dan office hour-nya 24 jam.” Karena itu, jangan minder, apalagi merasa terhina menjadi sarjana ibu rumah tangga. Mahasiswa Pasca Sarjana UMS bidang Pemikiran Islam. 71 Hal itu merupakan pekerjaan dan karir terberat dibanding segala profesi yang ada. Balasannya pun tidak main-main, yaitu surga, sesuatu yang lebih baik dari dunia dan segala isinya. Rasulullah SAW bersabda, “Dunia ini adalah perhiasan. Dan sebaik- baik perhiasan ialah wanita salihah –wanita yang baik dalam agamanya, rumah tangganya, serta pergaulannya.” (Riwayat Muslim) Sesungguhnya, pemikiran bahwa menjadi ibu rumah tangga sebuah pekerjaan rendahan, berasal dari piki­ ran feminis. Bagi kaum feminis, menjadi ibu rumah tangga itu merendahkan martabat perempuan, karena dianggap membebani dan melakukan perbudakan terhadap kaum Hawa. Pola berpikir seperti itu karena standar kesuksesan menurut mereka diukur dari unsur materi. Seseorang dikatakan sukses jika punya penghasilan tinggi, gelar seabrek, mobil mewah, meski harus buka aurat. Untungnya, tidak semua wanita terpengaruh oleh pemikiran tersebut. Masih banyak kaum Muslimah yang mempunyai iman yang kuat sehingga tidak terpengaruh. Jangan Berhenti Belajar Saya punya seorang teman yang cerdas, sebut saja namanya Shofi. Ia lulusan jurusan Teknik Industri di perguruan tinggi negeri di Bandung. Namun tidak disangka, selepas menamatkan pendidikan S1-nya, ia menikah. Setelah anak perempuannya lahir, ia menjadi ibu rumah tangga penuh atau bahasa kerennya, full time mommy. Tapi bukan berarti setelah menjadi ibu rumah tangga ia menjadi kuper dan tidak up-to-date sama sekali. Buktinya, ia terus mengikuti perkembangan dunia pemikiran. Misalnya, ia mengajak saya ke acara konferensi ilmuwan Muslim. Atau juga kita bisa melihat wanita-wanita di Gaza, Palestina. Ketika selepas sekolah menengah atau SMA, mereka menikah dan selama itu mereka berkonsentrasi mengurus dan mendidik anak hingga sang anak dewasa. Ketika sang anak telah dewasa dan ingin masuk perguruan tinggi, sang ibu juga ikut kuliah dan mendaftar di perguruan tinggi yang sama. Bagi wanita Gaza, fisik boleh saja menua namun semangat belajar dan mencari ilmu harus tetap muda. Mereka sadar bahwa pendidikan tinggi dibutuhkan. Salah satu tokoh pendidikan Melayu asal Kelantan, Malaysia, Prof. Wan Mohd Nor Wan Daud, dalam bukunya Budaya Ilmu dan Gagasan Malaysia: Membina Negara Maju dan Bahagia mengakui bahwa golongan lulusan perguruan tinggi memainkan peran yang penting dalam kemajuan, kesejahteraan dan kebahagiaan bangsa dan negara. Karena pemimpin semua lapisan dan bidang kehidupan masyarakat dan negara datang dari golongan ini. Malah, lanjutnya, kesuksesan di peringkat menengah dan rendah bergantung pada kesuksesan di peringkat institusi perguruan tinggi. Sebab, semua pembuat dasar, perancang kurikulum, guru-guru dan pentadbir penting di peringkat ini terdidik dan terlatih oleh mereka yang berasal dari perguruan tinggi. Jadi menurutnya, pendidikan usia dini memang penting, jika kualitas pendidiknya tinggi dan memenuhi harapan tujuan pendidikan. Namun sekarang realitanya, yang menjadi penentu bagus tidaknya kualitas pendidikan ditentukan oleh perguruan tinggi yang diibaratkan seperti pelentur buluh. “Jangan berpikir menjadi ibu rumah tangga itu pendidikannya mesti rendah, justru pendidikannya harus tinggi,” katanya, saat saya berdiskusi awal November lalu di Bogor. Tidak Usah Minder Tidak hanya itu, jauh sebelum Indonesia merdeka, tokoh Nasional, Rohana Kudus sudah memikirkan bagaimana seorang ibu selain harus pintar dalam urusan rumah tangga,
  • 7. SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com72 Tanpa Ta`dib, Boarding School Ibarat Rumah Kost Belaka K ita dapat lebih mudah memacu prestasi anak di sekolah berasrama karena lingkungan yang terkendali sepenuhnya. Tetapi jika tidak memperoleh perhatian memadai, anak akan lebih mudah merasa bosan. Dia merasa tidak nyaman. Feel bad. Merasa sekolah berasrama sebagai tempat yang buruk. Lebih-lebih jika iklim yang berkembang di kamar asrama maupun kelas tidak baik. Berprestasi terbebani, sedikit berkekurangan terpojokkan. Sebaik apa pun fasilitas yang tersedia, jika faktor yang paling menentukan kenyamanan emosi itu terabaikan, anak tidak betah di asrama. Lebih buruk lagi jika terdapat dua penguat; bullying oleh senior maupun sebaya, terutama secara emosi, serta penguatan kebosanan berasrama. Kerapkali, bullying secara emosi “lebih melumpuhkan” daripada gangguan secara fisik. Yang saya maksud penguatan kebosanan berasrama ini adalah kecenderungan pembicaraan yang merangsang anak semakin tidak betah di pondok. Ini dapat kita ketahui dari pembicaraan langsung antar anak, maupun ungkapan anak di status facebook mereka. Sampai ada istilah penjara suci atau istilah yang lebih buruk daripada itu. Jika ini terjadi, sulit berharap anak akan menghayati dan bangga dengan prinsip-prinsip dien yang mereka terima. Paham, tapi tak menghayati. Inilah yang justru perlu kita khawatiri. Berpengetahuan luas tak meyakini dengan kuat justru dapat menjadi benih nifaq (kemunafikan). Na`uzubillahi min zaalik. Maka, sekolah berasrama (pondok pesantren) harus benar-benar mem­per­ hatikan hal ini. Salah satu pilar pen­­ting mewujudkannya adalah ta`dib (pen­di­ di­kan adab). Ta`dib di awal ma­suk pe­ san­tren (sekolah berasrama) dan dikuati hingga lulus, menjadi landasan penting menumbuhkan iklim positif santri.  Ta`dib inilah hal penting yang perlu kita perhatikan saat mencari se­kolah berasrama (pesantren). Bukan se­ma­ta prestasi akademik. Tanpa ta`dib yang kuat, pesantren atau sekolah berasrama (boarding school) tak ubah­nya sekadar tempat kost sangat besar yang dilengkapi sarana belajar. Tidak lebih. Salah kesalahan asumsi umum yang belakangan muncul adalah, pemahaman itu penanda keyakinan. Padahal, kita telah melihat sangat banyak contoh, betapa pemahaman yang baik tidak sama dengan keimanan dan ketundukan kepada agama Allah Subhanahu Wa Ta`ala. Tidakkah kita lupa bahwa mereka yang liberal dan menginjak-injak agama ini justru banyak yang memiliki pengetahuan luas tentang agama? Mereka fasih membaca kitab, luas pengetahuannya, tapi hampir-hampir tak ada iman di Oleh fauzil adhim kolom parenting hatinya atau bahkan telah hilang sama sekali. Menekankan pendidikan agama kepada pembelajaran secara kognitif dan menjadikannya sebagai tolok ukur penting, justru sangat tidak bersesuaian dengan tradisi keilmuan Islam. Menegakkan adab dulu sebelum memacu kemampuan kognitif murid. Contoh heroik tentang pendidikan adab (ta`dib) adalah pengalaman Imam Ibnu Qasim rahimahullah, salah satu murid senior Imam Malik bin Anas rahimahullah. Mari renungi perkataan Imam Ibnu Qasim sebagaimana termaktub dalam Tanbihul Mughtarrin seraya memikirkan ulang arah pendidikan kita, ”Aku telah mengabdi kepada Imam Malik bin Anas selama 20 tahun. Dari masa itu, 18 tahun aku mempelajari adab sedangkan sisanya 2 tahun untuk belajar ilmu.” Inilah tradisi generasi awal Islam yang cemerlang; tradisi yang berakar pada bagusnya keyakinan dan ketaatan kepada dienul Islam ini. Inilah generasi yang tidak tergesa-gesa menjadikan anak segera tampak pandai, lalu fasih bertutur, padahal iman belum berakar di hati. Inilah masa ketika para ulama sangat berhati-hati. Mereka menguati fondasi terlebih dahulu sehingga saat belia, anak-anak justru haus ilmu. Sungguh, tanpa pendidikan adab (ta`dib) yang baik, terlebih perhatian dan kedekatan hubungan guru-murid rendah, akan mudah
  • 8. JANUARI 2014/SHAFAR 1435 73 berontak dari pesantren. Mereka merasa sekolah berasrama sebagai tempat pembuangan yang tidak menyenangkan, sehingga mencari pelarian-pelarian. Inilah yang mengkhawatirkan. Meski demikian, yang paling perlu kita khawatiri bukanlah larinya mereka dari pesantren atau boarding school; baik secara fisik maupun pikiran serta hatinya saja yang lari dari pesantren. Yang lebih mengkhawatirkan justru jika mereka fasih bicara, bagus tutur katanya, tapi jelek amalnya, kosong imannya. Apa yang perlu kita renungkan masa berikutnya. Menghafal tanpa memahami kan­du­ngan al-Qur’an, memahami tan­pa meyakini dan meletakkan peng­hor­matan yang sangat tinggi ter­ha­dap ayat-ayat Allah Ta’ala, dapat menggelincirkan mereka ke dalam kerusakan yang sangat besar. Boleh jadi mereka hafal al-Qur’an, tetapi yang mereka yakini dengan sebenar- benar keyakinan bukanlah al-Qur’an dan as-Sunnah ash-Shahihah. Dan ini merupakan petaka besar. Na’uzubillahi min zaalik. Sebagai penutup, mari kita ingat firman Allah Ta’ala, “Apabila kamu pemahaman saja telah cukup untuk menjadikan anak-anak kita di sekolah berasrama (boarding school) bagus wataknya serta kokoh imannya? Tidak cukup. Sungguh tidak cukup. Penentunya bukan pada luasnya pengetahuan kognitif. Apalagi jika pengetahuan pun pas-pasan. Cobalah tengok sejenak anak- anak kita. Adakah mereka membawa se­­­ma­­ngat dan idealisme saat pulang? Atau­kah masa dua minggu saja telah cukup untuk meruntuhkan apa yang di­sangkakan sebagai idealisme dan adab yang dibangun sekolah selama ber­­bulan- bulan bahkan bertahun-tahun? Jendela keluarga 73 Betapa pentingnya meletakkan landasan iman dan adab yang kuat sebelum mengajarkan al-Qur’an kepada anak dan menghafalkannya. Iman dan adab merupakan dua hal yang tidak dapat ditawar- tawar. terkait pembicaraan kita saat ini? Betapa pentingnya meletakkan landasan iman dan adab yang kuat sebelum mengajarkan al-Qur’an kepada anak dan menghafalkannya. Iman dan adab merupakan dua hal yang tidak dapat ditawar-tawar. Ia mendahului sekaligus tetap menyertai pembelajaran al-Qur’an hingga masa- membaca al-Qur’an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.” (An-Nahl [16]: 98). Bahkan membaca al-Qur’an pun, kita diperintahkan untuk memohon perlindungan kepada Allah Ta’ala (isti’adzah) dari godaan setan. Maka, apakah kita mengira hafalan dan Ini anak kita; anak kandung atau pun anak-anak ideologis pelanjut perjuangan dakwah ini. Pikirkan! Setiap anak yang diamanahkan kepada kita, di rumah maupun sekolah, menjadi tanggung jawab kita untuk mendidik mereka dengan sungguh- sungguh, membekali jiwa mereka dengan iman yang kuat dan berusaha sekuat tenaga menutup pintu-pintu kemunafikan agar kepandaian mereka tidak justru membawa kepada kekhawatiran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam,” Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas umatku adalah setiap munafik yang pandai bersilat lidah.” (Riwayat Ahmad). Nah. Wallahu a’lam.
  • 9. SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com74 SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com74 SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com74 Diasuh oleh : Ustadz Hamim Thohari konsultasi keluarga SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com74 Shalat Jamaah di Saat Hujan Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh. Bulan-bulan ini di Indonesia sudah memasuki musim hujan. Tak sedikit di beberapa daerah se­ cara rutin diguyur hujan, baik hujan ringan, se­ dang, maupun hujan lebat. Saya telah mendengar dari beberapa ustadz yang menjelaskan bahwa di saat hujan, Rasulullah memberi rukhshah (ke­ ringanan), yaitu melaksanakan shalat di rumah ma­ sing-masing tanpa berjamaah pada saat hujan. Yang saya tanyakan, apakah pada setiap hujan atau hanya pada hujan deras saja? Atas penjelasan Ustadz saya sampaikan jazaku­ mul­lah. AR Di Samarinda Jawab Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakaatuh. Pendapat yang kuat dari beberapa ulama salaf menyebutkan bahwa shalat berjamaah bagi laki- laki yang mampu dan tidak ada uzur hukumnya wa­jib. Pendapat ini diperkuat oleh Hadits yang di­ri­wa­yatkan oleh Abu Hurairah, bahwa Nabi bersabda, “Demi Zat yang jiwaku berada di tangan- Nya, ingin kiranya aku memerintahkan orang- orang untuk mengumpulkan kayu bakar, kemudian aku perintahkan mereka untuk menegakkan shalat yang telah dikumadangkan azannya, lalu aku me­ me­rintahkan salah seorang untuk menjadi imam, lalu aku menuju orang-orang yang tidak mengikuti shalat jamaah, kemudian aku bakar rumah-rumah mereka.” (Riwayat Bukhari dan Muslim) Pendapat ini kemudian diperkuat Hadits lain yang juga diriwayatkan oleh Abu Hurairah, ia berkata, “Seorang buta mendatangi Nabi dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku tidak mem­pu­­ nyai seorang yang menuntunku ke masjid’, lalu aku minta keringanan kepada Rasulullah agar di­per­­ bo­leh­kan shalat di rumahnya. Beliaupun mem­­ be­rikan keringanan kepadanya. Ketika ia me­ ning­­gal­kan Nabi , langsung Rasulullah me­manggilnya dan bertanya, ‘Apakah eng­kau men­dengar panggilan azan shalat?” Dia men­ jawab, “Ya”. Lalu berkata, “Penuhilah!” (tu­nai­kan shalat berjamaah).” (Riwayat Muslim) Dua Hadits tersebut cukup menjelaskan kepada kita tentang wajibnya shalat berjamaah di masjid, sekalipun ada di antara beberapa ulama menyebutnya sebagai sunah mu’akkadah, sunnah yang hampir-hampir mendekati wajib. Sekalipun ada yang berpendapat sunnah mu’akkadah, se­ mua ulama berpendapat tentang pentingnya sha­lat berjamaah. Seorang laki-laki Muslim, tak se­pa­tutnya meninggalkan shalat berjamaah tan­ pa alasan syar’i. Kebolehan meninggalkan shalat berjamaah sesuai syariat Islam, salah satunya karena tu­ run­nya hujan yang membasahkan pakaian. Ini­ lah kelebihan syariat yang tidak memaksakan ke­­pada umatnya untuk melakukan sesuatu yang memberatkan. Hujan merupakan suatu uzur syar’i yang membolehkan seseorang mening­gal­ kan shalat berjamaah. Berkaitan rukhshah shalat di rumah ma­sing- masing tanpa berjamaah ini, Ibnu Quda­mah dalam kitab al-Mughni menjelaskan, “Dibo­leh­ kan untuk meninggalkan shalat Jumat dan sha­lat berjamaah di masjid karena hujan yang me­nye­ bab­kan pakaian basah kuyup dan lumpur yang membuat susah pada diri dan pakaiannya. Tentangkondisihujanyangmenjadirukhshah berjamaah, para ulama tidak menjelaskan lebih rinci, apakah hujan ringan, sedang, atau hujan lebat. Kalau hujan tersebut tidak menjadikan diri dan pakaiannya basah, sebaiknya tetap me­ lak­sa­nakan shalat berjamaah. Kalau bisa di­ce­ gah sekadar dengan memakai payung, maka sebaiknya shalat berjamaah tetap dilaksanakan di masjid. Wallahu a’lam bish-shawab.*