SlideShare a Scribd company logo
1 of 29
1
BAB 1
ADA APA DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER?
A. Realitas Pendidikan Kita dan Dampaknya
Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia melupakan
pendidikan karakter bangsa. Pendidikan karakter merupakan pondasi bangsa yang sangat
penting dan perlu ditanamkan sejak dini kepada anak-anak. Mantan Menteri Pendidikan
Nasional, Prof. Yahya Muhaimin mengatakan “Dari berbagai peristiwa saat ini, mulai dari
kasus Prita, Gayus Tambunan, hingga yang terakhir Makam Priok tentunya kita menjadi
sadar betapa pentingnya pendidikan karakter ditanamkan sejak dini”. Karena globalisasi
telah membawa kita pada “penuhanan” materi sehingga terjadi ketidakseimbangan antara
pembangunan ekonomi dan tradisi kebudayaan masyarakat.
Garin Nugroho, ketika memberikan orasi budaya bertema “Pendidikan Karakter Kunci
Kemajuan Bangsa,” di Jakarta, Sabtu (3/3/2010) mengatakan bahwa saat ini dunia
pendidikan di Indonesia dinilai belum mendorong membangun karakter bangsa. Hal ini
disebabkan oleh ukuran-ukuran dalam pendidikan tidak di kembalikan pada karakter peserta
didik, tetapi di kembalikan pada pasar. “Pasar tanpa karakter akan hancur dan akan
menghilangkan aspek-aspek manusia dan kemanusiaan, karena kehilangan karakter itu
sendiri,” ucapnya.
Banyak faktor yang menyebabkan runtuhnya potensi bangsa Indonesia pada saat ini.
Di antaranya adalah faktor pendidikan. Kita tentu sadar bahwa pendidikan merupakan
mekanisne institusional yang akan mengakselerasi pembinaan karakter dan juga berfungsi
sebagai arena mencapai tiga hal prinsipal dalam pembinaan karakter bangsa. Tiga hal
tersebut (menurut Rajasa, 2007) adalah:
1. Pendidikan sebagai arena untuk re-aktivasi karakter luhur bangsa Indonesia.
2. Pendidikan sebagai sarana untuk membangkitkan suatu karakter bangsa yang dapat
mengakselerasi pembangunan sekaligus memobilisasi potensi domestik untuk
meningkatkan daya saing bangsa.
3. Pendidikan sebagai sarana untuk menginternalisasikedua aspek diatas yakni re-
aktivasi sukses budaya masa lampau dan karakter inovatif serta kompetitif, kedalam
segenap sendi-sendi kehidupan bangsa dan program pemerintah.
2
Selain pendidikan, faktor yang mempengaruhi kamunduran bangsa Indonesia adalah
karena bobroknyamental pejabat di pemerintahan. Berdasarkan hasil survei PERC pada
tahun 2002 dan 2006.Skor korupsi Indonesia adalah yang tertinggi di Asia dengan skor 8.16
(dari total skor 10).
Gagasan pembangunan bangsa unggul sebenarnya telah ada semenjak Kemerdekaan
Republik Indonesia di proklamasikan pada 17 Agustus 1945. Presiden Soekarno telah
menyatakan perlunya nation and character building sebagai bagian integral dari
pembangunan bangsa. Beliau menyadari bahwa karakter suatu bangsa berperan besar dalam
mempertahankan eksistensi bangsa Indonesia.
Indonesia yang memiliki sumberdaya alam dan sumber daya manusia melimpah
seharusnya dapat menjadi salah satu bangsa yang unggul di kancah dunia. Namun, untuk
mencapai hal tersebut bangsa Indonesia haruslah berbenah diri terlebih dahulu dan harus
membangun bangsa ini dengan menumbuhkan karakter positif diri setiap bangsa Indonesia.
Pemerintah sebagai regulator bangsa harus menyiapkan langkah-langkah strategis, agar
dapat membangun karakter bansa Indonesia yang unggul dan siap bersaing dengan bangsa
lain di era globalisasi. Beberapa langkah yang dapat diambil pemerintah untuk membangun
karakter bangsa antara lain sebagai berikut.
Pertama,menginternalisasikan pendidikan karakter pada instansi pendidikan semenjak
tingkat dini. Sebagai contoh, penerapan pendidikan karakter milik Indonesia Heritage
Foundation. Penerapan model tersebut adalah sebagai berikut:
a) Memakai acuan nilai-nilai dari sembilan karakter, yaitu cinta tuhan dan
segenap ciptaan-Nya; kemandirian dan tanggung jawab; kejujuran dan
bijaksana; hormat dan santun; dermawa; suka menolong dan gotong royong;
percani diri, kreatif, dan pekerja keras; kepemimpinan dan keadilan; baik dan
rendah hati; serta toleransi, kedamaian dan kesatuan.
b) Mengajarkan pilar-pilar dalam kurun 2 tahun sekolah.
c) Menggunakan kurikulum karakter
d) Menggunakan sistem ”Pembelajaran Terpadu Berbasis Karakter”.
e) Menggunakan teori DAP (Development Appropriate Practices), Integrated
Learning Sytem, metode pembelajaran inquiry based learning, dan
cooperatice learning.
3
f) Menerapkan co- parenting.
Kedua, menanamkan sebuah koordinasi gerakan revitalisasi kebangsaan bersama
generasi muda, yang di arahkan terutama pada penguatan ketahanan masyarakat dan
bangsa terhada upaya nihilisasi pihak luar terhadap nilai-nilai budaya positif bangsa
Indonesia.Menurut Rajasa (2007), tiga peran penting generasi muda dalam upaya
pembangunan karakter bangsa adalah sebagai berikut.
a) Pemuda sebagai pembangun kembali karakter bangsa yang positif.
b) Pemuda sebagai pemberdayaan karakter.
c) Pemuda sebagai perekayasa karakter sejalan dengan perlunya adaptifitas
daya saing untuk memperkuat ketahanan bangsa.
Ketiga,meningkatkan daya saing bangsa dalam bentuk kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Peran teknologi informasi dan telekomunikasi, menurut Porter, hanya
sebatas mempercepat sekaligus memperbesar peran daya saing dalam menentukan
keunggulan suatu entitas dibandingkan entitas lainya.
Keempat,menggunakan media masa sebagai penyalur upaya pembangunan karakter
bangsa. Menurut Oetama (2006) peran media ada tiga, yaitu sebaga penyampai informasi,
edukasi, dan hiburan.
Masih banyak cara yang dapat ditempuh agar bangsa ini bangsa ini menjadi bangsa
yang memiliki kapasitas daya saing yang tinggi, agar mampu memberikankomplementasi
pada sistem sivilisasi global atau pada era globalisasi, dan dapat memberikan peran pada
sektor ekonomi dan sektor lain.
B. Pendidikan Berkarakter Merupakan Solusi
Tidak banyak yang menyadari bahwa sistem pendidikan di Indonesia sebetulnya
hanya menyiapkan para siswa untuk masuk ke jenjang perguruan tinggi atau hanya untuk
mereka yang memang mempunyai bakat pada potensi akademik saja. Padahal, banyak
potensi lainya yang perlu di kembangkan. Berdasarkan teori Howard Gardner tentang
kecerdasan majemuk, potensi akademik hanyalah sebagian saja dari potensi-potensi lainya.
Pada sisi lain, kenyataan menunjukkan bahwa dimanapun manusia di muka bumi ini,
yang memiliki IQ diatas angka 120 tidak lebih dari 10 persen jumlah penduduk.
Sebaliknya, sebagian besar mereka memiliki dimensi-dimensi lainya, misalnya pekerjaan
4
teknisi, musisi, manual, artis, atau hal-hal lain yang lebih “kongkret”. Apakah penduduk
mayoritas ini sudah dipersiapkan untuk dapat bekerja secara profesional sehingga dapat
menghasilkan kehidupan yang berkualitas?.
Bagaimana di Indonesia? Sistem pendidikan di Indonesia justru menyiapkan seluruh
siswa untuk menjadi ilmuwan dan pemikir. Seluruh mata pelajaran dirancang sedemikian
rupa sulitnya sehingga hanya dapat diikuti oleh 10 sampai 15 persensiswa terpandai saja.
Beberapa siswa Indonesia bisa berprestasi mendapatkan hadiah olimpiade, namun dapat
dipastikan mereka adalah bagian dari top 0.1 persen IQ tertinggi saja. Hal ini tentu
bukanlah cerminan dari kondisi seluruh siswa Indonesia.
C. Dampak Pedidikan Karakter Terhadap Keberhasilan Akademik
Sebuah buletin yang diterbitkan oleh character Education Partnership menguraikan
bahwa hasil studi Dr. Marvin Berkowitz dari University of Missouri-st menunjukan
peningkatan motifasi sekolahdalam meraih prestasi akademikpada sekolah-sekolah yang
menerapkan pendidikan karakter. Kelas-kelas yang secara komprehensif menerapkan
pendidikan karakter menunjukan penurunan drastis pada perilaku negatif siswa yang dapat
menghambat keberhasilan akademik.
Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan teori
pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut Thomas
Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif, dan
pelaksanaanyapun harus dilakukansecara sistematis dan berkelanjutan. Dengan pendidikan
karakter, seorang anak akan mejadi cerdas emosinya. Dengan kecerdasan emosi seorang
anak akan dapat berhasil dalam menghadapi segala macam tantangan, termasuk tantanga
untuk berhasil secara akademis.
Sebuah buku berjudul Emotional Intelligence and school sucsesA ( Joseph Zins,et.al,
2001) mengompilasikan berbagai hasil penelitiantentang pengaruh positif kecerdasan
emosi anak terhadap keberhasilan di sekolah. Dikatakan bahwa ada sederet faktor resiko
penyebab kegagalan anak di sekolah. Faktor tersebut tidak terdapat pada kecerdasan otak ,
tetapi pada karakter, yaitu rasa percaya diri, kemampuan bekerja sama, kemampuan
bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan berkomunikasi.
Anak-anak yang mempunyai masalah dalam kecerdasan emosinya akan kesulitan
belajar, kesulitan bergaul dan tidak dapat mengontrol emosinya. Pendidikan karakter di
sekolah sangat diperlukan, walaupun dasar pendidikan karakter adalah di dalam keluarga.
5
Namun, banyak orang tua yang mementingkan kecerdasan otak ketimbang pendidikan
karakter.kondisi ini dapat ditanggulangi dengan memberikan pendidikan karakter di
sekolah.
Permasalahan selanjutnya adalahkebijakan pendidikan di Indonesia juga lebih
mementingkan kecerdasan otak, walaupun belakangan ini pentingnya pendidikan budi
pekrti menjadi bahan pembicaraan hangat. Ada yang mengatakan bahwa kurikulum
pendidika di Indonesia dibuat hanya cocok untuk di berikan pada 10-20 persen otak-otak
terbaik. Artinya, sebabian besaranak sekolah (80-90 persen) tidak dapat mengikuti
kurikulum pelajaran di sekolah. Akibatnya sejak usua dini, sebagian besar anak-anak akan
merasa bodohkarena kesulitanmenyesuaikan dengab kurikulum yang ada.Sistem seperti ini
tentunya berpengaruh negatif terfadap usaha pembentukan karakter, dimana sejak dini
anak-anak justru sudah “dibunuh “rasa percaya dirinya.
D. Perlunya Kurikulum Holistik dalam Pendidikan Karakter
Untuk mencapai tujuan pendidikan karakter yang utuh perlu di tuanjang oleh
kurikulum yang mendukungnya, yaitu “Kurikulum Holistik”. kurikulum yang terkait, tidak
terkotak-kotak dan dapat merefleksikan dimensi, keterampilan dengan menampilkan tema-
tema yang menarik dan kontekstual.
Secara teknis, pembelajaran holistikterjadi apabila kurikulum dapat menampilkan
tema yang dapat mendorong terjadinya eksplorasi atau kejadian-kejadian secara autentik
dan alamiah. Pembelajaran holistik berlandaskan pada penidekatan inquiry, yaitu anak
dilibatkan dalam merencanakan, bereksplorasi, dan berbagi gagasan.
Tujuan pendidikan holistik berbasis karakter adalah memnentuk manusia secara
utuhyang berkarakter, yaitu mengembangkan aspek fisik, emosi, sosial, kreatifitas,
spiritual dan intelektual siswa secara optimal, serta membentuk manusia yang life long
learners. Strategi yang dapat dapat diterapkan antara lain:
1. Gurumenerapkan metode belajar yang melibatkan partisipasi aktif murid.
2. Guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
3. Guru memberikan pendidikan karaktersecara eksplisit, sistrmatis, dan
berkesinambungan dengan melibatkan knowing the good,loving the good,
and action the good.
4. Guru menerapkan metode pengajaranyang memperhatikan keunikan masing-
masing anak.
6
BAB 2
PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER
Mendiknas mengingatkan pentingnya pengembangan karakter pribadi sebagai basis
untuk mencapai sukses. Meski dianggap panting dan sering didengungkan, sampai sekarang
tidak ada wujud nyata berupa kebijakan dalam dunia pendidikan berkaitan dengan
pendidikan karakter.
A. Mengapa Pendidikan Karakter
Karakter bangsa merupakan aspek penting dari kualitas SDM karena kualitas
karakter bangsa menentukan kemajuan suatu bangsa. Usia dini merupakan masa kritis bagi
pembentukan karakter seseorang. Menurut Freud kegagalan penanaman kepribadian yang
baik di usia dini akan membentuk kepribadian bermasalah di masa dewasa kelak.
Thomas Lickona, mengungkapkan bahwa ada 10 tanda-tanda zaman yang harus
diwaspadai karena tanda-tanda ini menunjukan bahwa sebuah bangsa sedang menuju jurang
kehancuran.Tanda-tanda tersebut adalah (1) meningkatnya kekerasan di kalangan remaja,
(2) penggunaan bahasa dan kata-kata yang buruk, (3) pengaruh peer-group yang kuat dalam
tindak kekerasan, (4) meningkatnya perilaku merusak diri, (5) semakin kaburnya pedoman
moral baik dan buruk, (6) menurunya etos kerja, (7) semakin rendahnya rasa hormat kepada
orang tua dan guru, (8) rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, (9)
membudayanya ketidakjujuran, dan (10) adanya rasa saling curiga dan kebencian diantara
sesama.
Selain tanda-tanda zaman tersebut, masalah yang tengah dihadapi oleh bangsa
Indonesia adalah sistem pendidikan dini yang ada sekarang ini terlalu berorientasi pada
pengembangan otak kiri (kognitif) dan kurang memperhatikan otak kana (afektif, empati,
dan rasa). Padahal, pengembanga karakter lebih berkaitan dengan optimalisasi otak kanan.
Pembentukan karakter harus dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan
yang melibatkan aspek “knowledge, feeling,loving dan action”. Pendidikan karakter dapat
diibaratkan sebagai pembentukan seseorang menjadi body builder (binaragawan) yang
memerlikan “latihan otot-otot akhlak” secara terus menerus menjadi kokoh dan kiat.
Thomas Lickona mendevinisikan orang yang berkarakter bagai sifat alami seseorang
yang merespons situasi secara bermoral, yang dimanifestasikan dalam bentuk tindakan nyata
7
melalui tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati orang lain dan
karakter mulia lainya.
Menurut Berkowitz, kebiasaan berbuat baik tidak selalu menjamin bahwa manusia
yang telah terbiasa tersebut secara sadar (cognition) menghargai pentingnya nilai-nilai
karakter (valuing).
B. Bagaimana Pendidikan Karakter di Negara Lain?
Hill (2002) mengatakan, “pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir
dan perilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerja bersama sebagai keluarga,
masyarakat, dan bernegara dan membantu mereka untuk membuat keputusan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Berkaitan dengan itu, ada enam pilar-pilar karakter yang dapat menjadi acuan, yaitu:
a. Trustworthies, bentuk karakter yang membentuk seseorang berintegritas, jujur,
dan loyal.
b. Fairness, bentuk karakter yang membentuk seseorang memiliki pemikiran
terbuka serta tidak suka memanfaatkan orang lain.
c. Caring, bentuk karakter yang membentuk seseorang memiliki sikap peduli dan
perhatian terhadap orang lain maupun kondisi sosial lingkungan sekitar.
d. Respect, bentuk karakter yang membentuk seseorang selalu menghargai dan
menghormati orang lain.
e. Citizenship, bentuk karakter yang membentuk seseorang sadar hukum dan
peraturan serta peduli terhadap lingkungan alam.
f. Responsibility, bentuk karakter yang membentuk seseorang bertanggung jawab,
disiplin, dan selalu melakukan sesuatu dengan sebaik munngkin.
Di negara-negara lain pendidikan karakter menjadi skala prioritas. Sumber yang ada
menunjukan bahwa pendidikan karakter dimulai sejak pendidikan dasar, seperti di Amerika
Serikat, Jepang, Cina, dan Korea.
Pemerintah Amerika sangat mendukung program pendidikan karakter yang
diterapkan sejak pendidikan dasar. Hal ini terlihat pada kebijakan tiap-tiap negara bagian
yang memberikan porsi cukup besar dalam perancangan dan pelaksanaan pendidikan
karakter. Sebagian besar program-program dalam kurikulum pendidikan karakter tersebut
menekankan pada experiental study sebagai sarana pengembangan karakter siswa.
8
Dalam kurikulum yang lebih banyak mengajak siswa untuk berinteraksi dalam
kegiatan-kegiatan sosial dan mengembangkan kepekaan mereka, telah memberikan dampak
positif dalam perubahan cara belajar, kepedulian, dan rasa hormat terhadap para staf sekolah,
dan meningkatkannya keterlibatan para murid secara sukarela dalam proyek-proyek
kemanusiaan (brooks, 2005).
Di negara Cina., dalam program reformasi pendidikanyang diinginkan oleh Deng
Xiaoping pada tahun 1985, secara eksplisit diungkapkan tentang pentingnya pendidikan
karakter sebagai berikut.
Throughout the reform of the education system, it is imperative to bear in mind that
reform is for the fundamental purpose of turning every citizen in ti a men or woman of
character and cultivating more constructive members of society (Li, 2005).
Karena itu, program pendidikan karakter telah menjadi kegiatan yang menonjol di
Cina yang dijalankan sejak jenjang prasekolah sampai universitas. Li Lanqing menekankan
bahayanya pendidikan yang hanya menekankan hapalan, drilling, dan cara mengajar yang
kaku, termasuk sistem pendidikan yang berorientasi hanya untuk lulus dalam ujian. Sebagai
hasilnya, Cina yang relatif baru bangkit dari keterpurukan ekonomi, sosial, dan budaya
akibat Revolusi Kebudayaan yang dijalankan oleh Mao, bisa begitu cepat mengejar
ketertinggalannya dan menjadi negara yang maju.
C. Pendidikan Sebagai Medium Enkulturasi
Masyarakat adalah suatu kumpulan individu yang memiliki karakteristik yang khas
dengan aneka ragam etnik, ras, budaya, dan agama. Dalm proses interaksi, setuap kelompok
masyarakat saling, menyerap, dan mengadopsi budaya kelompok masyarakat lain yang
kemudian melahirkan sintesis budaya baru. Dalam kajian antropologi, ada tiga istilah untuk
menjelaskan peristiwa interaksi sosial budaya, yakni sosialisasi, akulturasi, dan enkulturasi.
Para ahli antropologi mengemukakan bahwa sosialisasi adalah suatu proses sosial
melalui manusia sebagai suatu organisme yang hidup dengan manusia lain membangun
suatu jalinan sosial dan interaksi satu sama lain, untuk belajar memainkan peran dan
menjelaskan fungsi, serta mengembangkan relasi sosial di dalam masyarakat. Akulturasi
adalah suatu proses perubahan budaya yang lahir melalui relasi sosial antar kelompok
masyarakat, yang ditandai oleh penyerapan dan pengadopsian suatu budaya baru, yang
berkonsekuensi hilangnya kekhasan kebudayaan lama. Enkulturasi adalah proses sosial
melalui manusia sebagai makhluk yang bernalar, punya daya refleksi dan intelegensia,
9
belajar memehami dan mengadaptasi pola pikir, pengetahuan, dan kebudayaan sekelompok
manusia yang lain.
Proses sosialisasi, akulturasi, dan engkulturasi selalu berlangsung secara dinamis.
Sekolah merupakan wahana strategis yang memungkinkan setiap anak didik, dengan latar
belakang sosial budaya yang beragam, untuk saling berinteraksi diantara sesama, saling
menyerap nilai-nilai budaya yang berlainan, dan beradaptasi sosial.
Ada tiga alasan pokok mengapa pendidikan dipandang tepat untuk trasformasi nilai-
nilai budaya. Pertama, melalui pendidikan, kemampoan kognitif dan daya intelektual
individu dapat ditumbuhkembangkan dengan baik. Kadua, melalui sistem persekolahan
setiap anak diperkenalkan sejak dini mengenai pentingnya membangun tatanan hidup
masyarakat, yang didalamnya terdapat berbagai macam entitas sosial. Ketiga, pendidikan
merupakan wahana paling efektif untuk memperkuat integrasi sosial politik.
D. Peranan Guru dalam Pendidikan Karakter
Guru adalah profesi yang mulia, mendidik dan mengajarkan pengalaman baru bagi
anak didiknya. Berikut adalah tips bagaimana menjadi guru yang berkarakter hebat.
1. Mencintai anak, cinta yang tulus kepada anak adalah modal awal mendidik
anak.
2. Bersahabat dengan anak dan menjadi teladan bagi anak.
3. Mencintai pekerjaan guru. Guru yang mencintai pekerjaanya akan senantiasa
bersemangat.
4. Luwes dan mudah beradaptasidengan perubahan.
5. Tidak pernah berhenti belajar.
Apabila ciri-ciri tersebut dimiliki oleh guru alih-alih tersebut sebagaiguru yang
berkarakter, tentu keresahan di dunia pendidikan tidak akan terjadi. Keresahan yang paling
menonjol akhir-akhir ini adalahkekerasan guru terhadap siswa. Beban guru yang berat,
kesejahteraan yang belum baik, dan rendahnya “kecerdasan”emosional merupakan salah
satu sebab mengapa guru bisa berbuat khilaf dengan menebarkan aroma kekerasan didalam
kelas. Disisi lain, pengaruh gaya hidup TV, rendahnya perhatian orang tua terhadap kelakuan
dan sopan santun anaknya, perilaku konsumtifisme, narkoba, minuman keras, dan perilaku
“ngoboy” lainya, merupakan sedertan sebab mengapa para siswa zaman sekarang juga susah
10
di atur. Banyak siswa yang stres dan mencoba bunuh diri, sementara yang lain berusaha
membakar dan merusak gedung sekolahanya ketika tidak lulus ujian.
Pendidikan akhirnya hanya menghasilkan manusia cerdas namun seperti robot di satu
sisi, dan manusia stres di sisi yang lain. Sistem rangking, sistem penilaian, kebijakan yang
tidak pernah konsisten, sistem dan proses pendidikan yang monoton searah dan instruktif
dari guru, menyebabkan anak-anak tidak lagi “at home” di sekolahnya.
Stres itu belum usai, di rumah sudah menenti “monster”yang bernama ambisi orsng
tua. Di teras sudah menunggu guru les, ada les bahasa inggris, piano, matematika, tari, dst,
dengan setumpuk buku dan latihan soal yang membosankan.
Untuk menjadi bangsa yang maju, harus ada kerja keras. Sikapkerja keras tidak bisa
dijalani dengan meniadakan rasa bahagia anak. Kerja keras bukan hanya sekedar
menghafalkan ratusan definisi dan latihan soal ala LKS, namun juga melibatkan kecerdasan
emosi anak. Pembinaan kecerdasan emosi perludilakukan oleh guru. Sebab pembinaan
kecerda san emosi dilakukan dalam rangka antara lain untuk tiga hal sebagai berikut.
1) Menemukan pribadi, yaitu guru memfasilitasi siswa untuk mengenali
kekuatan dan kelemahandirinya sendiri.
2) Mengenal lingkungan, yaitu guru memfasilitasi siswa agar mengenal
lingkungannya seperti lingkungan sosial, ekonomi, budaya, dan sebagainya
dan menerima sebagai berbagai kondisi lingkungan itu secara positif dan
dinamis.
3) Merencanakan masa depan, yakni guru memfasilitasi siswa agar mereka
dapat merencanakan masa depanya
Menurut Carl Witherington, .ada empat hal yang harus diketahui guru untuk
mengetahui emosi siswanya, yaitu:
a. Aspek emosi yang terlihat oleh mataseperti gemetar, takut, sehingga matanya
terbelalak, menggerretakkan gigi untuk mengekspresikan rasa marah dan
sebagainya;
b. Emosi yang ditunjukan dengan rasa kursng senang, senang, benci;
c. Ungkapan-ungkapan atau umpatan dari siswa; dan
11
d. Kecenderungan emosi yang bersifat kualitatif, misalnya dirangsang oleh
individu lain sehingga timbul rasa senang, benci, jijik, malu, marah, dan
sebagainya.
Pada umumnya, anak-anak dari golongan ekonomi lemahlahyang mudah tersulut
emosinya, meskipun anak dari keluarga mampu, juga memperlihatkan gejala serupa. Hasil
penelitian Silversteindan Krate di lingkungan “Ghetto”(dalam megawangi, 1993) juga
menunjukan bahwa anak-anak dari golongan ekonomi lemah harus rela mendapatkan
lingkungan sekolah yang jelek. Demikian pula lingkungan tempat tinggal yang kumuh
menyebabkan mereka memilikisifat ambivalen, terlalu cepat dewasa, pasrah, kurang percaya
diri, penghargaan pada diri rendah.
12
BAB 3
HAKIKAT DAN TUJUAN PENDIDIKAN KARAKTER
A. Hakikat Pendidikan dan Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter, alih-alih disebut pendidikan budi pekerti, sebagai nilai
moralitas manusia yang disadari dan dilakukan dalam tindakan nyata. Semua nilai
moralitas yang disadari dan dilakukan itu bertujuan untuk membantu manusia menjadi
manusia yang lebih utuh. Nilai itu adalah nilai yang membantu orang dapat lebih baik hidup
bersama dengan orang lain dan dunianya (learning to live together) untuk menuju
kesempurnaan.
Era globalisasi merupakan adalah proses yang mendorong umat manusia untuk
beranjak dari cara hidup dengan wawasan global. Dalam situasi kehidupan yang bersifat
global ini gejala-gejala serta masalah tertentu hanya dapat dipahami dan diselesaikan
dengan baikapabila diletakkan dalamkerangka yang bersifat globa, bukan dalam kerangka
lokal, nasional, maupun regional. Dalam zaman seperti ini suatu peristiwa lokal atau
nasional dapat mencuat menjadi peristiwa global. Tanpa kita kehendaki, peristiwa tertrntu
dapat menarik perhatian dunia luas dan menjadi peristiwa pentingyang dipandang
menyangkut kepentingan masyarakat dunia.
Ada ungkapan yang menyatakan bahwa harapan besar masyarakat terletak pada
karakter tiap individu. Maksudnya adalah bahwa setiap individu beroeran dalam
pembanguan peradaban. Karena masyarakat sendiri terdiri dari individu sehingga untuk
membangu masyarakat, peran individu sangat dibutuhkan.
Di dalam lingkunganya, individu dituntut untuk berdaptasi yang akan membentuk
peradaban, sesuatu yang membedakan manusia dengan makhluk yang lain. Jadi,
pendidikan adalah proses internalisasi budaya ke dalam diri seseorang dan masyarakat
sehingga membuat orang dan masyarakat menjadi beradab. Pendidikan bukan hanya
sebagai sarana transfer ilmu saja, tetapi juga sebagai sarana pembudayaan dan penyaluran
nilai (enkulturisasi dan sosialisasi). Anak harus mendapatkan pendidikan yang yang
menyentuh dimensi dasar kemanusiaan, yaitu (1) afektif yang tercermin pada kualitas
keimanan, ketaqwaan, akhlak mulia, dankompetensi estetis; (2) kognitif yang tercermin
pada kapasitas pikir dan daya intelektualitasnya untuk menggali dan mengembangkan serta
menguasai ilmu pengetahuan dan tegnologi; (3) psikomotorik yang tercermin pada
13
kemampuan mengembangkan ketrampilan teknis, kecakapan praktis, dan kompetensi
kinestetis.
Ki Hajar Dewantara dari taman siswa di Yogyakarta bulan oktober 1949 pernah
berkata bahwa ”Hidup haruslah diarahkan pada kemajuan, keberadaban, budaya dan
persatuan”. Pada dasarnya manusia baik secara individu maupun kelompok, memiliki apa
yang jadi penentu watak dan karakternya, yaitu dasar dan ajar. Dasar dapat dilihat sebagai
apa yang menjadi modal biologis (genetik), sedangkan ajar adalah kondisi yang
sifatnyadiperoleh dari rangkaian pendidika atau perubahan yang direncanakan.
Karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi
pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan. Menurut koesoema kepribadian
dianggap sebagai “ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang
bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkunganya, misalnya keluarga
pada masa kecil dan juga bawaan seseorang sejak lahir. Individu yang berkarakter baik
adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap
akibat dari keputusan yang dia buat.
Indonesia dingan kekayaan alamnya akan sulit dikuasai manakala bangsanya
memiliki karakter yang kuat. Oleh karena itu, kondisi bangsa kita dibuat semakin tajam
krisis karakternya. Menurut Raka (2007), krisis karakterbangsa kita disebabkan oleh hal-
hal sebagai berikut:
a. Terlampau terlena oleh Sumber Daya Alam yang melimpah.
b. Pembangunan ekonomi yang terlalu bertumpu pada modal fisik.
c. Surutnya idealisme, berkembangnya pragmatisme ’overdoses’.
d. Kurang berhasil belajar dari pengalaman bangsa sendiri.
Selain memperkecil resiko kehancuran, karakter juga menjadi modal yang sangat
penting untuk bersaing dan bekerja sama secara tangguh dan terhormat di tengah-tengah
bangsa lain. Pembangunan karakterlah yang membuat para pejuang kemerdekaan berhasil
menghantarkan bangsa Indonesia ke gerbang kemerdekaanya (Raka, 1997).
Pendidikan nilai mencakup kawasan budi pekerti,nilai, norma, dan moral. Budi
pekerti adalah buah dari budi nurani. Budi nurani bersumber pada moral. Moral bersumber
pada kesadaran hidup yang berpusat pada alam pikiran (BP-7,1993:25). Jelas
sekalihubungan antara budi pekerti, nilai, norma, dan moral. Nilai yang diambil adalah
nilai tinggi, luhur, mulia, suci, dan jujur. Norma yang diambil juga mendekatkan hidupnya
14
kepada yang memberi hidup agar selamat. Moral memberikan petunjuk. Pertimbangan, dan
tuntunan untuk berbuat dengan tanggung jawab sesuai dengan nilai, norma,dan moral.
Manusia menganggap sesuatu bernilai karena ia merasa memerlukanya atau
menghargainya. Dengan akal budinya manusia menilai dulia dan alam sekitarnya untuk
memperoleh bepuasan diri baik dalam arti memperoleh apa yang diperlukanya, apa yang
menguntungkanya atau apa yang menimbulkan kepuasan batinya. Manusia sebagai subyek
budaya maka dengan cipta, rasa, karsa, iman, dan karyanya menghasilkan dalam
masyarakat bentuk-bentuk budaya yang membuktikan keberadaan manusia, dalam
kebersamaan dan semua bentuk budaya itu mengandung nilai.
Bentuk kebudayaan sebagai pendukung nilai hidup itu ada tiga macam, yaitu (1)
sebagai suatu kompleks dari ide-ide, pemikiran-pemikiran, gagasan, nilai-nilai, norma-
norma, yang semua itu mencerminkan alam pikiran yang memancarkan nilai-nilai yang
diyakini oleh masyarakat pendukungnya; (2) sebagai suatu kompleks perilaku manusia
dalam masyarakat yang sudah berpola yang semua itu menunjukkan adanya suatunilai
yangdi pegangnya; (3) benda-benda dari hasil karya manusia dari suatu masyarakat yang
bersangkutan.
Norma adalah kaidah, ketentuan, aturan, kriteria, atau syarat yang mengandung
nilai tertentu yang harus dipatuhi oleh warga masyarakat di dakam berbuat, bertingkah laku
agar masyarakat tertib, teratur dan aman (BP-7, 1993:23). Norma selalu berpasangan
dengan sanksi, yaitu suatu keadaan yang dikenakan pada orang yang melanggar norma.
Kata “moral” dalam bahass yunani sama dengan ethos yang menjadi etika. secara
etmologis, etika adalah ajaran tentang baik-buruk yang diterima umum tentang sikap,
perbuatan, kewajiban dan sebagainya. Pada hakikatnya, moral menunjuk pada ukuran-
ukuran yang telah diterima oleh suatu komunitas, sementara etika umumnya lebih dikaitkan
dengan prinsip-prinsip yang dikembangkan di berbagai wacana etika, atau dalam aturan-
aturan yang diberlakukan bagi suatu profesi.
Berbicara tentang karakter maka kita berbicara tentang manusia. Manusia yang layak
dijadikan teladan adalah sosok tokoh yang selama ini dijadikan panutan, seperti para
pahlawan, tokoh pendidikan dll.karakter yang paling ideal adalah intelektual profetik.
Karakter yang dimiliki oleh seorang intelektual profetik adalah sadar sebagai makhluk
ciptaan tuhan, cinta tuhan, bermoral, bijaksana, pembelajar sejati, mandiri.
Dalam mewujudkan pendidikan karakter, tidak dapat dilakukan tanpa menanamkan
nilai-nilai (Azra, 2002:175).terdapat sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai
15
luhur universal, yaitu: pertama,karakter cinta tuhan dan segenap cinta-Nya; kedua,
kemandirian dan tanggung jawab; ketiga, kejujuran, diplomatis; keempat, hormat dan
santun; kelima, dermawan, suka menolong dan gotong royong; keenam, percaya diri dan
pekerja keras; ketujuh, kepemimpinan dan keadilan; kedelapan, baik dan rendah hati;
kesembilan, karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan. Kesembilam karakter itu,
diajarkan secara sistematis dalam model pendidikan holistikmenggunakan metode knowing
the good, feeling the good, acting the good.
Di Indonesia ada lima jenis karakter yang sangat penting dan mendesak di bangun
dan dikuatkan sekarang ini yaitu kejujuran, kepercayaan diri, apresiasi terhadap
kebhinekaan, semangat belajar dan semangat kerja. Karakter ini diperlukan sebagai modal
dasar untuk memecahkan masalah besar yang menjadi akar dari kemuduran bangsa
Indonesia selama ini, yaitu korupsi, konflik horizontal yang berkepanjangan, perasaan
sebagai bangsa kelas dua, semangat kerja dan semangat belajar yang rendah.
Dr. Soekamto mengemukakan bahwa untuk melakukan pendidikan karakterperlu
adanya powerfull ideas, yang menjadi pintu masuk pendidikan karakter, yang meliputi:
a. Gagasan tentang tuhan, dunia, dan saya
b. Memahami diri sendiri
c. Menjadi manusia bermoral
d. Memahami dan dipahami
e. Bekerja sama dengan orang lain
f. Sense of belonging
g. Mengambil kekuatan di masa lalu
h. Dien for all times and places
i. Kepedulian terhadap makhluk
j. Membuat perbedaan
k. Taking the Llead
Adapun nilai-nilai yang perlu diajarkan pada anak-anak menurut Dr. Soekamto
meliputi kejujuran, loyalitas dan dapat diandalkan, hormat,cinta, ketidak egoisan dan
sensitifitas, baik hati dan pertemanan, keberanian, kedamaian, mandiri dan potensial,
disiplin diri dan moderasi, kesetiaan dan kemurnian, keadilan dan kasih sayang.
Bangsa Indonesia menyepakati nilai-nilai yang diusung menjadi pandangan
filosofis bangsanya. Nilai-nilai itu adalah ketuhanan yang maha Esa, kemanusiaan yang
adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
16
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, keadilan sosial bagi seluruh rakya
Indonesia.
Tujuan pendidikan karakter adalah untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan
hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia
peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang.
B. Pendidikan Karakter di Sekolah
Sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada
pasal 3,berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di
setiap jenjang harus di selenggarakan secara sistematisguna mencapai tujuan tersebut.
Dalam pendidikan karakter di sekolah semua komponen harus dilibatkan, termasuk
komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan
penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan
sekolah, pelaksanaan kegiatan kokurikuler, pemberdayaan sarana dan prasarana,
pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu media yang potensial untuk
pembinaan karakter. Melalui kegiatan ekstrakurikuler diharapkan dapat mengembangkan
kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial, serta potensi dan prestasi peserta didik.
C. Pendidikan Budi Pekerti dalam Keluarga
Masalah degradasi moral perlu dalam keluarga perlu segera mendapat penanganan
khusus. Salah satu upaya tersebut adalah pendidikan budi pekerti. Jika seseorang telah
memiliki dasar budi pekerti yang luhur xdalam keluarga, pastilah ia akan mampu mengatasi
pengaruh yang tidak baik dari lingkungan sekitar.
Terkait dengan itu setidaknya ada empat nilai yang dapat ditanamkan dalam
keluarga. Pertama, nilai kerukunan. Orang yang memiliki budi pekerti luhur akan lebih
menghargai kerukunan dan kebersamaan dari pada perpecahan. Kedua, nilai ketakwaan
dan keimanan. Seseorang yang memiliki ketakwaan dan keimanan yang benar dan
mendasar terlepas dari apa agamanya tentu akan mewujudkanya dalam perilakunya.
Ketiga, nilai toleransi,dalam keluarga nilai toleransi dapat diterapkan melalui proses saling
memperhatikan dan saling memperhatikan antaranggota keluarga. Keempat, nilai
kebiasaan sehat maksudnya adalah kebiasaan-kebiasaan hidup yang sehat dan mengarah
pada pembangunan diri lebih baik dari sekarang.
17
BAB 4
ANEKA PENDEKATAN PENDIDIKAN KARAKTER
A. Pendekatan Penanaman Nilai
Suatu pendekatan yang memberi penekanan pada penanaman nilai-nilai sosial
dalam diri siswa. Tujuan pendidikan ini adalah diterimanya nilai-nilai sosial tertentu oleh
siswa dan berubahnya nilai-nilai siswa yang tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial yang
tidak diinginkan. Metode yng digunakan dalam proses pembelajarannya antara lain
keteladanan, penguatan positif dan negatif, simulasi, permainan peranan, dan lain-lain.
B. Pendekatan Perkembangan Kognitif
Pendekatan ini mendorong siswa untuk berpikir aktif tentang masalah-masalah moral
dan dalam membuat keputusan-keputusan moral. Tujuan pendekatan ini adalah pertama,
membantu siswa dalam membuat pertimbangan moral yang lebih kompleks berdasarkan
pada nilai yang lebih tinggi. Kedua, mendorong siswa untuk mendiskusikan alasan-
alasanya ketika memilih nilai dan posisinya dalam suatu masalah moral. Proses pengajaran
nilai didasarkan pada dilema moral, dengan menggunakan metode diskusi kelompok.
Pendekatan kognitif pertama kali dikemukakan oleh Dewey (kohlberg 1971, 1977).
Dewey membagi perkembangan moral anak menjadi tiga tahap, yaitu:
1. Tahap premoral, dalam tahap ini tingkah laku seseorang didorong oleh desakan
yang bersifat fisikal atau sosial.
2. Tahap conventional, dalam tahap ini seseorang mulai menerima nilai dengan
sedikit kritis, berdasarkan kriteria kelompoknya.
3. Tahap autonomous, dalan tahap ini seseorang berbuat atau bertingkah laku
sesuai dengan akal pikiran dan pertimbangan dirinya sendiri, tidak sepenuhnya
menerima kriteria kelompoknya.
C. Pendekatan Analisis Nilai
Pendekatan ini memberikan penekana pada perkembangan kemampuan siswa
untuk berpikir logis, dengan cara menganalisis masalah yang berhubungan dengan nilai-
nilai sosial. Tujuan pendidikan moral menurut pendekatan ini adalah pertama, membantu
siswa untuk menggunakan kemampuan berpikir logis dan penemuan ilmiah dalam
menganalisis masalah-masalah sosial, yang berhubungan dengan nilai moral tertentu.
18
Kedua, membantu siswa untuk menggunakan proses berpikir rasional dan analitik, dalam
menghubung-hubungkan dan merumuskan konseptentang nilai-nilai mereka.
Metode pengajaran yang sering digunakan adalah pembelajaran secara individu
atau kelompok tentang masalah-masalah sosial yang memuat nilai moral, penyelidikan
kepustakaan, penyelidikan lapangan, dan diskusi kelas berdasarkan kepada pemikiran
rasional.
Ada enam langkah analisis nilai yang perlu diperhatikan dalam proses pendidikan
karakter.
Langkah analisis nilai Tugas penyelesaian masalah
1 Mengidentifikasi dan menjelaskan
nilai yang terkait.
1 Mengurangi perbedaan penafsiran
tentang nilai yang terkait.
2 Mengumpulkan fakta yang
berhubungan.
2 Mengurang perbedaan dalam fakta yang
berhubungan.
3 Menguji kebenaran fakta yang
berkaitan.
3 Mengurangi perbedaan kebenaran
tentang fakta yang berkaitan.
4 Menjelaskan antara fakta yang
bersangkutan.
4 Mengurangi perbedaan tentangkaitan
antara fakta yang bersangkutan.
5 Merumuskan keputusan moral
sementara.
5 Mengurangi perbedaan dalam rumusan
keputusan sementara.
6 Menguji prinsip moral yang
digunakan dalam pengambilan
keputusan
6 Mengurangi perbedaan dalam pengujian
prinsip moral yang diterima.
D. Pendekatan Klarifikasi Nilai
Pendekatan ini memberi penekanan pada usaha membantu siswa dalam mengkaji
perasaan dan perbuatanya sendiri, untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang nilai-
nilai mereka sendiri. Tujuan pendidikan karakter menurut pendekatan ini adalah pertama,
membantu siswa agar menyadari dan mengidentifikasi nilai-nilai mereka sendiri dan orang
lain. Kedua, membantu siswa agar mampu berkomunikasi secara terbuka dan jujur kepada
orang lain. Ketiga, membantu siswa agar mampu menggunakan secara bersama-sama
kemampuan berfikir rasional dan kesadaran emosional, mampu memahami perasaan, nilai-
19
nilai, dan pola tingkah laku mereka sendiri. Proses pengajaranya pendekatan ini
menggunakan metode dialog, menulis, diskusi.
Proses klarifikasi nilai
proses Subproses
Pertama, memilih 1. Dengan bebas,
2. Dari berbagai alternatif,
3. Setelah mengadakan pertimbangan tentang berbagai
akibatnya.
Ketiga, bertindak 4. Berbuat sesuatu sesuai dengan pilihanya,
5. Diulang-ulang sebagai suatu pola tingkah laku dalam
hidup.
E. Pendekatan Pembelajaran Berbuat
Pendekatan ini menekankan pada usaha memberikan kesempatan siswa untuk
melakukan perbuatan-perbuatan moral, baik secara perorangan maupun bersamaan-sama
dalam suatu kelompok. Tujuan pendidikan moral menurut pendekatan ini adalah pertama,
memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan prbuatan moral, baik secara perorangan
maupu secara bersama-sama, berdasarkan nilai-nilai mereka sendiri. Kedua, mendorong
siswa untuk melihat diri mereka sebagai makhluk individu dan mahkluk sosial dalam
pergaulan dengan sesama.
Metobe pembelajaran yang digunakan adalah menggunakan metode yang digunakan
dalam pendekatan analisis nilai dan klarifikasi nilai. Metode lain yang digunakan adalah
projek-projek tertentu untuk dilakukan di sekolah atau dalam masyarakat, dan praktek
ketrampilan dalam berorganisasi atau berhubungan antar sesama.
20
BAB 5
CIRI DASAR, SASARAN,BASIS DESAIN PENDIDIKAN KARAKTER
A. Ciri DasarPendidikan Karakter
Menurut foester, pencetus pendidikan karakter dan pedagog Jerman, ada empat ciri
dasar dalam pendidikan karakter.pertama, keteraturan interior dimana setiap tindakan
diukur berdasarkan hierarki nilai. Kedua, koherensi yang memberi keberanian, membuat
seseorang teguh pada prinsip,tidak mudah terombang-ambingpada situasi baru. Ketiga,
otonomi. Seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi
pribadi.keempat, keteguhan dan kesetiaan.
Dalam prakteknya, Lickona dkk (2007) menemukan sebelas prinsip agar pendidikan
karakter dapat berjalan efektif.
1. Kembangkan nilai-nilaietika inti dan nilai-nilai kinerja pendukungnya sebagai
fondasi karakter yang baik.
2. Definisikan “karakter” secara komprehensif yang mencakup pikiran, perasaan dan
perilaku.
3. Gunahan pendekatan yang komprehensif, disengaja, dan proaktif dalam
pengembangan karakter.
4. Ciptakan komunikasi sekolah yang penuh perhatian.
5. Beri siswa kesempatan untuk melakukan tindakan moral.
6. Buat kurikulum akademik yang bermakna dan menantang yang menghormati semua
peserta didik, mengembangkan karakter, dan membantu siswa untuk berhasil.
7. Usahakan mendorong motifasi diri siswa.
8. Libatkan staf sekolah sebagaikomunitas pembelajaran dan moral yang berbagi
tanggung jawab dalam pendidikan karakter dan upaya mematuhi nilai-nilai inti yang
sama yang membimbing pendidikan siswa.
9. Tumbuhkan kebersamaan dalam kepemimpinan moral dan dukungan jangka panjang
bagi inisiatif pendidikan karakter.
10. Libatkan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam upaya pembangunan
karakter.
11. Evaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai pendidik karakter, dan sejauh
man siswa memanifestasikan karakter yang baik.
21
Di tengah kebobrokan dan kebrangkutan moral bangsa, maraknya tindak kekerasan,
inkoherensi politis atas retotika politik, dan perilakukeseharian yang tanpa peduli sesama,
pendidikan karakter yang menekankan dimensi etis religius menjadi relevan untuk
diterapkan.
Yang perlu diyakini adalah manusia yang memiliki religiusitas kuat akan semakin
termotivasiuntuk menjadi agen perubahan dalam masyarakat. Mereka juga akan langsung
bertanggung jawab atas penghargaan hidup orang lain dan mampu berbagi nilai-nilai
kerohanian bersama.
B. Pendidilan Karakter:Keseimbangan Antara Moral Knowing, Moral Feeling,
dan Moral Action
Dalam pendidikan karaktet, Lickona (1992) menekankan tiga komponen karakter
yang baik yaitiu moral knowing, moral feeling, dan moral action. Hal ini diperlukan agar
anak mampu memahami, merasakan dan mengerjakan sekaligus nilai-nilai kebajikan.
Moral Knowing terdiri dari enam hal: kesadaran moral, mengetahui nilai-nilai
moral, perspektive taking, moral reasoning, decision making, dan self knowledge.
Moral Feeling adalah aspek lain yang harus ditanamkan kepada anak yang
merupakan sumber energidari diri manusia untuk bertindak sesuai dengan nilai-nilai
moral.enam hal aspek emosi yang harus dirasakan oleh seseorang untukmenjadi manusia
berkarakter, yaitu: nurani, percaya diri, empati, mencintai kebenaran, mampu mengontrol
diri, rendah hati.
Moral Action adalah bagaimana membuat pengetahuan moral dapat diwujudkan
menjaditindakan nyata. untuk mengetahui apa yang mendorong seseorang dalam perbuatan
yang baik maka harus dilihat aspek lain dari karakter, yaitu kompetensi, keinginan dan
kebiasaan.
Anak yang terbiasa berbuat baik belum tentu menghargai pentingnya nilai-nilai
moral. Pada sisi lain, keinginan untuk berbuat baikbersumber dari kecintaan berbuat
baik.aspek kecintaan inilah yang disebut piaget sebagai sumber energai yang secara efektif
membuat seseorangmempunyai karakter yang konsisten antara pengetahuan dan
tindakannya.
Salah satu cara untuk menumbuhkan aspek moral feeling adalah dengan cara
membangkitkan kesadaran anak akan pentingnya memberikan komitmen terhadap nilai-
nilai moral.
22
C. Pendidikan Karakter dalam Ranah Pendidikan Nilai
Gambaran tentang orang Indonesia yang ramah, berbudaya, dan berbudi pekerti
luhur telah memudar. Kesan yang muncul adalah kekerasan, dan tindakan tidak manusiawi
terjadi hampir di seluruh pelosok negeri dan berlangsung dalam waktu yang lama.
Pendidikan sebagai proses alih nilai mempunyaitiga sasaran. Pertama, pemdidikan
bertujuan untuk membentuk manusia yangmempunyai keseimbangan antara kemampuan
kognitif dan psikomotorik di satu pihak serta mempunyai kemampuan afektif dipihak lain.
Kedua, dalam sistem nilai yang “dialihkan” juga termasuk nilai-nilai keimanan dan
ketakwaan, yang terpancar pada ketundukan manusia untuk melaksanakan ibadah menurut
keyakinan dan kepercayaan masing-masing, berakhlak mulia, serta senantiasa menjaga
harmoni hibungan dengan Tuhan dengan sesama manusia, dan dengan alam sekitarnya.
Ketiga, dalam alih nilai juga dapat ditransformasikan tata nilai yang mendukung
proses industrialisasi dan penerapan tegnologi, seperti penghargaan atas waktu, etos kerja
tinggi, disiplin, kemandirian, kewirausahaan, dan sebagainya.
Menykapi begitu pentingnya menumbuh kembangkan pendidikan nilai, pendidikan
budi pekerti pun perlu dikembangka atau diperkokoh sedemikian rupa karena merupakan
konsekuensi logis dari keberadaa serta hakikat manusia sebagai makhluk sosial dan
makhluk berbudaya.
Pendidikan budi pekerti tidak bisa lepas dari sistem nilai yang dimiliki oleh
masyarakat serta proses internalisasi nilai untuk melestarikan sistem nilai tersebut. Perlu
juga disadari bahwa pembinaan imtak dan pembudayaan pada dasarnya meliputi
pembinaan terhadap keyakinan, sikap, perilaku dan budi pekerti dan nilai-nilai luhur
budaya bangsa. Dalam lingkungan keluarga dan masyarakat, proses alih nilai terjadi secara
berkesinambungan sehingga interaksi berlangsung secara lebih efektif dibandingkan
dengan yang terjadi di kelas.
Dalam pembinaan budi pekerti di sekolah, sering ditemukan dua model pendekatan
dalam penanaman nilai-nilai imtak dan pembudayaan. Pertama, pendekatan sruktur-
kuantitatif, yaitu pendekatan tang menitikberatkan pada satuan subjek dan jam belajar.
Kedua, pendekatan fungsional-kualitatif, yaitu pendekatan yang menitikberatkan pada
substansi kegiatan pembelajaran sebagai wahana proses alih nilai.
Dalam pelaksanaan pendidikan nilai di sekolah, sekolah perlu situasi pendidikan dan
kegiatan-kegiatan yang terprogram yang membawa pendidikan nilai yang mengandung
nilai-nilai luhur budaya bangsa.
23
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pembinaan karakter harus menjadi perhatian
kita. Faktor tersebut adalah guru, selebriti, pejabat birokrasi, tokoh masyarakat, teman
sejawat, kedua orangtua, media cetak, media elektronik.
Pendidikan karakter pada dasarnya terdiri atas dua pijakan. Pertama, keyakinan
bahwa pada diri manusia telahterdapat benih-benih karakter dan alat pertimbangan untuk
menentukan tindakan kebaikan. Kedua, pendidikan berlangsung sebagai upaya pengenalan
kembali sekaligus mengkonfirmasi apa yang sudah dikenal dalam aktualisasi tertentu.
D. Kecerdasan Emosi Bekal Terpenting Anak
Kecerdasan emosi adalah bekal terpenting dalam mempersiapkan anak
menyongsong masa depan karena denganya seseoran akan dapat berhasil dalam
menghadapi berbagai tantangan. Termasuk tantangan untuk berhasil dalam akademis.
Kecerdasan emosi juga pentinag dalam hubungan pola asuh anak dengan orang tua.
Anak-anak yang mempunyai masalah dengan kecerdasan emosinya, akan mengalami
kesulitan belajar, bergaul dan tidak dapat mengontrol emosinya. Pararemaja yang
berkarakter atau mempunyai kecerdasan emosi tinggi akan terhindar dari masalah-masalah
umum yang dihadapi remaja seperti kenakalan, tawuran, narkoba, miras, seks bebas, dan
lain sebagainya.
Banyak orang tua yang lebih mementingkan kecerdasan otak ketimbang pendidikan
karakter. Kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan emosinya.
Dengan indicator rasa empati, kemampuan mengekspresikan dan memahami diri,
beradaptasi, bekerja dalam tim, berbagi dan sebagainya.
E. Pendidikan Karakter yang Integral
Pendidikan karakter hanya akan menjadi sekedar wacana jika tidak dipahami secara
utuh dan menyeluruh dalam konteks pendidikannasinal kita. Contoh, banyak sekolah
beramai-ramai membuat kantin kejujuran. Anak diajak untuk jujur dalam membeli dan
membayar barang yang dibeli tanpa ada yang mengontrolnya. Namun sayang, gagasan
yang nampaknya relevan dalam memngembangkan nilai kejujuran ini mengabaikan prinsip
dasar pedagogi pendidikan berupa kedisiplinan social yang mampu mengarahkan dan
membentuk pribadi anak didik.
24
Pendidikan karakter seharusnya terarah pada pengembangan kultur edukatif, yang
mengarahkan anak didik untuk menjadi pribadi yang integral. Dalam konteks kantin
kejujuran, bantuan social ini tidak berfungsi sebab anak malah tergoda menjadi pencuri.
Kegagalan kantin kejujuran adalah sebuah indikasi bahwa para pendidik memiliki
kesalahan pemahaman tantang makna kejujuran dalam konteks pendidikan. Kejujuran
semestinya tidak dipahami sekedar anak jujur membeli barang di toko. Padaha, didepan
mata, nilai kejujuran dalam konteks pendidikan telah di injak-injak , seperti mencontek,
menjiplak karya orang lain, dll.
Tiga Basis Desain Pendidikan Karakter, yaitu:
1. Desain pendidikan berbasis kelas. Desain ini berbasis pada relasi guru sebagai
pendidik dan siswa sebagai pembelajar. Di dalam kelas. Konteks pendidikan karakter
adalah proses relasional komunitas kelas dalam konteks pembelajaran. Relasi guru-
pembelajar bukan monolog, melainkan dialog dengan banyak arah sebab komunitas
kelas terdiri dari guru dan siswa yang sama-sama berinteraksi dengan materi.
2. Desain pendidikan karakter berbasis kultur sekolah. Desain ini mencoba
membangun kultur sekolah yang mampu membentuk karakter anak didik dengan
bantuan pranata social sekolah agar nilai tertentuk dan terbatinkan dalam diri siswa.
Sekolah mulai dari TK sampai dengan perguruan tinggi memiliki peran penting
sebagai agen penyebar virus positif terhadap karakter dan budaya bangsa.
3. Desain pendidikan karakter berbasis komunitas. Dalam mendidik, komunitas
sekolah tidak berjuang sendirian. Masyarakat diluar lembaga pendidikan, seperti
keluarga, masyarakat umum, dan Negara, juga memiliki tanggung jawab moral untuk
mengintegrasikan pembentukan karakter dalam konteks kehidupan mereka.
Pendidikan hanya akan bias efektifjika desain pendidikan karakter ini dilaksanakan
secara simultan dan sinergis. Mengabaikan tiga desain tersebut, pendidikan kita hanya akan
bersifat parsial, inkonsisten, dan tidak efektif.
25
BAB 6
STRATEGI PENDIDIKAN KARAKTER: BEBERAPA KASUS
PENERAPAN
A. Strategi Pendidikan Karakter ( cq Pendidikan Budi Pekerti )
Pengertian budi pekerti dapat ditinjau secara konsepsional dan operasional. Secara
konsepsional pengertian budi pekerti mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik menjadi manusia seutuhnya yang
berbudi pekerti luhur dalam segenap peranannya sekarang dan masa yang akan
datang.
b. Upaya pembentukan, pengembangan, peningkatan, pemeliharaan dan perbaikan
perilaku peserta didik agar mereka mau dan mampu melaksanakan tugas-tugas
hidupnya secara selaras, serasi dan seimbang.
c. Upaya pendidikan untuk membentuk peserta didik menjadi pribadi seutuhnya
yang berbudi pekerti luhur melalui kegiatan bimbingan, pembiasaan, pengajaran
dan latihan, serta keteladanan.
Secara operasional, pendidikan budi pekerti adalah upaya untuk membekali peserta
didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan selama pertumbuhan dan
perkembangan dirinya sebagai bekal masa depanya.
Penerapan pendidikan budi pekerti dapat dilakukan dengan berbagai strategi, yaitu:
1. Penngitegrasian dalam kegiatan sehari-hari
a. keteladanan bisa dilakukan oleh pengawas, kepala sekolah, staf
administrasi di sekolah yang dapat dijadikan model bagi peserta didik.
b. Kegiatan spontan, biasanya dilakukan ketika guru mengetahui perilaku
peserta didik yang kurang baik.
c. Teguran, guru perlu menegur peserta didik yang berperilaku kurang baik.
d. Pengkondisian lingkungan, contoh: penyediaan sarana dan belajar
mengajar.
e. Kegiatan rutin, contoh: berdoa sebelum dan sesudah kegiatan.
2. Pengitegrasian pada kegiatan yang diprogramkan
26
Strategi ini dilakukan setelah terlebih dahulu guru membuat perencanaan atas nilai-
nilai yang akan diintegrasikan dalam kegiatan tertentu. Contoh, nilai yang akan
diintegrasikan adalah tentang toleransi, maka kegiatan sasaran integrasinya adalah pada
saat kegiatan yang menggunakan metode tanya jawab, diskusi kelompok.
B. Cara Menjadikan Anak Lebih Bertanggung Jawab
1. Memulai pada saat anak masih kecil.
2. Jangan memberi hadiah sebagai pengganti pertolongan.
3. Biarkan konsekuensi alamiah menyelesaikan kesalahan anak.
4. Akuilah ketika anak berperilaku bertanggung jawab.
5. Jadikan tanggung jawab sebagai sebuah nilai dalam keluarga.
6. Berikan anak izin dalam mengambil keputusan.
7. Berikan kepercayaan pada anak.
C. Implementasi Pendidikan Budi Pekerti dalam Agama Hindu
Dalam agama Hindu, budi pekerti dirangkum dalam ajaran Trikaya Parisuddha ,
yaitu Kayika Parisuddha, Wacika Parisuddha, Manacika Parisuddha. Manasika
Parisuddha (pikiran yang baik) dinyatakan dalam Wacika Parisudda (kata-kata yang baik)
dan Kayika Parisuddha. Nilai-nilai budi pekerti dan sikap negatif sudah tersebar dalam
ajaran agama Hindu.
1. Nilai budi pekerti, meliputi Tri Marga, Tri Warga, Catur Paramitha, Rwawelas Brta
Sang Brahma, Dasa Yama Brat.
2. Sikap Negatif, meliputi Sad Ripu (Enam Musuh), Sapta Timira (Tujuh Kegelapan),
Dana Mala (Sepuluh Kecemaran)
Nilai-nilai budi pekerti itu dalam pengembangannya diterapkan secara adaptif yaitu
setiap mata pelajaran yang akan menjadi wahana pendidikan budi pekerti perlu (1)
meyeleksi dan mengorganisasikan butir-butir nilai mana yangsecara koheren dapat
diintegrasikan ke dalam instumen dan praksi mata pelajaran itu, (2) menyeleksi dan
mengorganisasikan pengalaman belajar yang secara koheren layak dan bermakna dalam
praksis mata pelajaran itu.
27
D. Parkour Sebagai Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter sudah mulai menunjukkan peranya di berbagai institusi
pendidikan, khususnya yang bersifat formal di beberapa tahun terakhir. SD, SMP, SMA
bahkan perguruan tinggi mulai menerapkan penilaian karakter individu berdampingan
dengan evaluasi nilai mata pelajaran di sekolah. Tujuannya adalah mencetak generasi muda
yang berhasil dalam akademis juga bibit-bibit yang mampu bersaing di kancah kompetisi
dunia.
Program ini tentu saja berjalan tidak hanya dalam teori dengan memberikan filosofi
dalam Parkour, tapi murid juga dituntut terlibat langsung dalam prakteknya. Program
tersebut mengajarkan banyak hal. Pertama, memberikan pemahaman bahwa sebelum
memecahkan masalah hendaknya mempersiapkan diri dulu. Kedua, sebelum memecahkan
masalah yang kebih besar, mereka harus melewati masalah yang lebih kecil dulu. Ketiga,
murid diajarkan mengenal teknik atau cara menyelesaikan mesalah dengan simbol
rintangan. Keempat, murid dituntut melewati rintangan dalam waktu cepat.
E. Pendidikan Holistik Berbasis Karakter Untuk TK dan SD
Kurikulum Holistik Berbasis Karakter berdasarkan ruh KTSP dan diterapkan dengan
menggunakan pendekatan Student Active Learning, Integrated Learning, Developmentally
Appropriate Practices, Contextual Learning, Collaborative Learning, dan Multiple
Inteligences yang semuanya dapat menciptakan suasana belajar yang efektif dan
menyenangkan, serta dapat mengembangkan seluruh aspek dimensi manusia secara
holistik.
Karakter bangsa sangat tergantung pada kualitas karakter sunber daya manusianya.
Karenanya karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak dini. Kesuksesan
orang tua membimbing anaknya dalam menghadapi konflik kepribadian di usia dini sangat
menentukan kesuksesan anak dalam kehidupan sosial di masa dewasanya kelak.
Thomas Lickona, mengungkapkan bahwa ada sepuluh tanda-tanda yang harus
diwaspadai karena jika sepuluh tanda-tanda ini sudah ada maka itu berarti sebuah bangsa
sedang menuju kehancuran.tanda-tanda tersebut adalah (1) meningkatnya kekerasan di
kalangan remaja, (2) penggunaan bahasa dan kata-kat yang memburuk, (3) pengaruh peer-
group yang kuat dalam tindak kekerasan, (4) meningkatnya perilaku merusak diri, (5)
semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk, (6) menurunnya etos kerja, (7) semakin
rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, (8) rendahnya rasa tanggung jawab
28
individu dan warga negara, (9) membudayanya ketidakjujuran, (10) adanya rasa saling
curiga dan kebencian di antara sesama.
F. PLH dan Pendidikan Karakter Anak Didik Kita
Muatan lokal (mulok) wajib menjadi alternatif bagi pengembangan kurikulum di
sekolah. Konsep ini identik dengan konsep green education yang jauh hari telah
dikembangkan di negara maju, seperti Jerman. Konsepnya berangkat dari sebuah
kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan sebagai aset berharga.
Konsep lingkungan hiduphendaknya dimaknai bukan hanya sebagai wacana
kurikulum yang pada akhirnya akan terjebak menjadi konsep hapalan atau kognisi, tak jauh
beda dengan pelajaran PKPS/PPKn atau pelajaran agama yang tidak membentuk nilai dan
karakter siswa.
PLH, seharusnya menjadi implementasi dari bentuk kepedulian terhadap lingkungan
sebagai bentuk manifestasi atas rasa syukur atas karunia yang diberikan Allah SWT melalui
alam semesta sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Wujud sekolah dengan konsep lingkungan hidup yang nyata akan tercermin
dalam beberapa hal, diantaranya sekolah memiliki kurikulum yang bermuatan wawasan
lingkungan, sekolah mempunyai rancang bangun, dan penggunaan bahan/ pemeliharaan
sarana serta prasarana berdasarkan prinsip-prinsip ramah lingkungan. Sekolah memiliki
manajemen yang efektif dan efisien, serta warga sekolah memiliki kepedulian lingkungan
sebagai manifestasi rasa syukur kapada Allah SWT.
G. Pengajaran Sastra Berdimensi Moral
Dimensi moral erat kaitanya dengan dimensi watak. Setiap individu memiliki
penilaian moral yang berbeda-beda. Tergantung watak dari tiap-tiap individu. Krisis moral
bisa diatasi dangan pembinaan watak. Dalam lingkungan sekolah, pembinaan watak dapat
diterapkan melalui pengajaran Bahasa dan Sastra Imdonesia.
Sejatnya, pengajaran sastra mampu dijadikan pintu masuk dalam penanaman nilai
moral. Nilai-nilai moral, seperti kejujuran, pengorbanan, demokrasi, santun, dan
sebagainya, benyak ditemukan dalam karya-karya sastra.
Pembinaan watak siswa menjadi tanggung jawab semua elemen sekolah. Kita pun
butuh waktu yang lama guna mengubah watak siswa yang mulanya amoral menjadi
bermoral.
29
Pengajaran sastra memiliki peran bagi pemupukan kecerdasan siswa dalam semua
aspek, termasuk moral. Karena itu, apresiasi sastra yang baik seyogianya relevan dengan
empat ketrampilan berbahasa, yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

More Related Content

What's hot

Makalah (permasalahan pendidikan)
Makalah (permasalahan pendidikan)Makalah (permasalahan pendidikan)
Makalah (permasalahan pendidikan)e pai
 
Problematika pendidikan
Problematika pendidikanProblematika pendidikan
Problematika pendidikanDwi Halimasari
 
Permasalahan Pendidikan Bab V
Permasalahan Pendidikan Bab VPermasalahan Pendidikan Bab V
Permasalahan Pendidikan Bab VSusi Novita
 
141621285 makalah-manajemen-pendidikan
141621285 makalah-manajemen-pendidikan141621285 makalah-manajemen-pendidikan
141621285 makalah-manajemen-pendidikanMar Tunis
 
Cabaran Dan Harapan Dalam Pendidikan Menghadapi Alaf Baru
Cabaran Dan Harapan Dalam Pendidikan  Menghadapi Alaf BaruCabaran Dan Harapan Dalam Pendidikan  Menghadapi Alaf Baru
Cabaran Dan Harapan Dalam Pendidikan Menghadapi Alaf BaruTinagaran Magisparan
 
Makalah permasalahan pendidikan di indonesia dan solusinya
Makalah permasalahan pendidikan di  indonesia dan solusinyaMakalah permasalahan pendidikan di  indonesia dan solusinya
Makalah permasalahan pendidikan di indonesia dan solusinyaSeptian Muna Barakati
 
Pembelajaran Abad Ke-21
Pembelajaran Abad Ke-21Pembelajaran Abad Ke-21
Pembelajaran Abad Ke-21Farish Farisha
 
Makalah mahalnya pendidikan di indonesia
Makalah mahalnya pendidikan di indonesiaMakalah mahalnya pendidikan di indonesia
Makalah mahalnya pendidikan di indonesiasuyono fis
 
Makalah permasalahan pendidikan di indonesia dan solusinya
Makalah permasalahan pendidikan di  indonesia dan solusinyaMakalah permasalahan pendidikan di  indonesia dan solusinya
Makalah permasalahan pendidikan di indonesia dan solusinyaOperator Warnet Vast Raha
 
Perkembangan pendidikan indonesia
Perkembangan pendidikan indonesiaPerkembangan pendidikan indonesia
Perkembangan pendidikan indonesiaAdy Setiawan
 
Pendidikan terbaik melahirkan generasi terbaik
Pendidikan terbaik melahirkan generasi terbaikPendidikan terbaik melahirkan generasi terbaik
Pendidikan terbaik melahirkan generasi terbaikLilis Holisah
 
Makalah pengertian pendidikan dan tujuannya
Makalah pengertian pendidikan dan tujuannyaMakalah pengertian pendidikan dan tujuannya
Makalah pengertian pendidikan dan tujuannyaMara Sutan Siregar
 
Globalisasi dalam pendidikan
Globalisasi dalam pendidikanGlobalisasi dalam pendidikan
Globalisasi dalam pendidikanHelman Talib
 

What's hot (14)

Makalah (permasalahan pendidikan)
Makalah (permasalahan pendidikan)Makalah (permasalahan pendidikan)
Makalah (permasalahan pendidikan)
 
Problematika pendidikan
Problematika pendidikanProblematika pendidikan
Problematika pendidikan
 
Permasalahan Pendidikan Bab V
Permasalahan Pendidikan Bab VPermasalahan Pendidikan Bab V
Permasalahan Pendidikan Bab V
 
141621285 makalah-manajemen-pendidikan
141621285 makalah-manajemen-pendidikan141621285 makalah-manajemen-pendidikan
141621285 makalah-manajemen-pendidikan
 
Cabaran Dan Harapan Dalam Pendidikan Menghadapi Alaf Baru
Cabaran Dan Harapan Dalam Pendidikan  Menghadapi Alaf BaruCabaran Dan Harapan Dalam Pendidikan  Menghadapi Alaf Baru
Cabaran Dan Harapan Dalam Pendidikan Menghadapi Alaf Baru
 
Makalah permasalahan pendidikan di indonesia dan solusinya
Makalah permasalahan pendidikan di  indonesia dan solusinyaMakalah permasalahan pendidikan di  indonesia dan solusinya
Makalah permasalahan pendidikan di indonesia dan solusinya
 
Pembelajaran Abad Ke-21
Pembelajaran Abad Ke-21Pembelajaran Abad Ke-21
Pembelajaran Abad Ke-21
 
Makalah mahalnya pendidikan di indonesia
Makalah mahalnya pendidikan di indonesiaMakalah mahalnya pendidikan di indonesia
Makalah mahalnya pendidikan di indonesia
 
Makalah permasalahan pendidikan di indonesia dan solusinya
Makalah permasalahan pendidikan di  indonesia dan solusinyaMakalah permasalahan pendidikan di  indonesia dan solusinya
Makalah permasalahan pendidikan di indonesia dan solusinya
 
Perkembangan pendidikan indonesia
Perkembangan pendidikan indonesiaPerkembangan pendidikan indonesia
Perkembangan pendidikan indonesia
 
Pendidikan terbaik melahirkan generasi terbaik
Pendidikan terbaik melahirkan generasi terbaikPendidikan terbaik melahirkan generasi terbaik
Pendidikan terbaik melahirkan generasi terbaik
 
Makalah pengertian pendidikan dan tujuannya
Makalah pengertian pendidikan dan tujuannyaMakalah pengertian pendidikan dan tujuannya
Makalah pengertian pendidikan dan tujuannya
 
Bab i pendahuluan
Bab i pendahuluanBab i pendahuluan
Bab i pendahuluan
 
Globalisasi dalam pendidikan
Globalisasi dalam pendidikanGlobalisasi dalam pendidikan
Globalisasi dalam pendidikan
 

Similar to PENDIDIKAN KARAKTER

pendidikan yang berkarakter akan menciptakan intelektual terpelajar bukan int...
pendidikan yang berkarakter akan menciptakan intelektual terpelajar bukan int...pendidikan yang berkarakter akan menciptakan intelektual terpelajar bukan int...
pendidikan yang berkarakter akan menciptakan intelektual terpelajar bukan int...anis_mh
 
Makalah pendidikan di indonesia
Makalah pendidikan di  indonesiaMakalah pendidikan di  indonesia
Makalah pendidikan di indonesiaWarnet Raha
 
MAKALAH_PENDIDIKAN_DI_INDONESIA.docx
MAKALAH_PENDIDIKAN_DI_INDONESIA.docxMAKALAH_PENDIDIKAN_DI_INDONESIA.docx
MAKALAH_PENDIDIKAN_DI_INDONESIA.docxam7946604
 
PENDIDIKAN SEBAGAI TOLAK UKUR KEMAJUAN BANGSA.docx
PENDIDIKAN SEBAGAI TOLAK UKUR KEMAJUAN BANGSA.docxPENDIDIKAN SEBAGAI TOLAK UKUR KEMAJUAN BANGSA.docx
PENDIDIKAN SEBAGAI TOLAK UKUR KEMAJUAN BANGSA.docxsriwhyn2
 
Tugas Pendidikan Karakter
Tugas Pendidikan KarakterTugas Pendidikan Karakter
Tugas Pendidikan KarakterBoy Hilman
 
Artikel Konseptual
Artikel Konseptual Artikel Konseptual
Artikel Konseptual Aziz Zindani
 
Makalah masalah pendidikan
Makalah masalah pendidikanMakalah masalah pendidikan
Makalah masalah pendidikanMurnila_Wati
 
Makalah pendidikan
Makalah pendidikanMakalah pendidikan
Makalah pendidikanWarnet Raha
 
Faktor yang Mempengaruhi Permasalahan Pendidikan
Faktor yang Mempengaruhi Permasalahan PendidikanFaktor yang Mempengaruhi Permasalahan Pendidikan
Faktor yang Mempengaruhi Permasalahan PendidikanHariyatunnisa Ahmad
 
Pendidikan karakter dan tantangan guru masa kini
Pendidikan karakter dan tantangan guru masa kiniPendidikan karakter dan tantangan guru masa kini
Pendidikan karakter dan tantangan guru masa kiniNovitaDelimaPutri
 
PENDIDIKAN SEBAGAI TOLAK UKUR KEMAJUAN BANGSA-1.docx
PENDIDIKAN SEBAGAI TOLAK UKUR KEMAJUAN BANGSA-1.docxPENDIDIKAN SEBAGAI TOLAK UKUR KEMAJUAN BANGSA-1.docx
PENDIDIKAN SEBAGAI TOLAK UKUR KEMAJUAN BANGSA-1.docxEkiTurnando1
 

Similar to PENDIDIKAN KARAKTER (20)

Makalah pendidikan di indonesia
Makalah pendidikan di  indonesiaMakalah pendidikan di  indonesia
Makalah pendidikan di indonesia
 
pendidikan yang berkarakter akan menciptakan intelektual terpelajar bukan int...
pendidikan yang berkarakter akan menciptakan intelektual terpelajar bukan int...pendidikan yang berkarakter akan menciptakan intelektual terpelajar bukan int...
pendidikan yang berkarakter akan menciptakan intelektual terpelajar bukan int...
 
Makalah pendidikan di indonesia
Makalah pendidikan di  indonesiaMakalah pendidikan di  indonesia
Makalah pendidikan di indonesia
 
MAKALAH_PENDIDIKAN_DI_INDONESIA.docx
MAKALAH_PENDIDIKAN_DI_INDONESIA.docxMAKALAH_PENDIDIKAN_DI_INDONESIA.docx
MAKALAH_PENDIDIKAN_DI_INDONESIA.docx
 
Makalah pendidikan di indonesia
Makalah pendidikan di  indonesiaMakalah pendidikan di  indonesia
Makalah pendidikan di indonesia
 
Makalah pendidikan di indonesia
Makalah pendidikan di  indonesiaMakalah pendidikan di  indonesia
Makalah pendidikan di indonesia
 
Ppd
PpdPpd
Ppd
 
PENDIDIKAN SEBAGAI TOLAK UKUR KEMAJUAN BANGSA.docx
PENDIDIKAN SEBAGAI TOLAK UKUR KEMAJUAN BANGSA.docxPENDIDIKAN SEBAGAI TOLAK UKUR KEMAJUAN BANGSA.docx
PENDIDIKAN SEBAGAI TOLAK UKUR KEMAJUAN BANGSA.docx
 
Tugas Pendidikan Karakter
Tugas Pendidikan KarakterTugas Pendidikan Karakter
Tugas Pendidikan Karakter
 
Artikel Konseptual
Artikel Konseptual Artikel Konseptual
Artikel Konseptual
 
Makalah masalah pendidikan
Makalah masalah pendidikanMakalah masalah pendidikan
Makalah masalah pendidikan
 
BAB I.docx
BAB I.docxBAB I.docx
BAB I.docx
 
Makalah pendidikan
Makalah pendidikanMakalah pendidikan
Makalah pendidikan
 
Makalah pendidikan
Makalah pendidikanMakalah pendidikan
Makalah pendidikan
 
Urgensi Inovasi Pendidikan
Urgensi Inovasi PendidikanUrgensi Inovasi Pendidikan
Urgensi Inovasi Pendidikan
 
Faktor yang Mempengaruhi Permasalahan Pendidikan
Faktor yang Mempengaruhi Permasalahan PendidikanFaktor yang Mempengaruhi Permasalahan Pendidikan
Faktor yang Mempengaruhi Permasalahan Pendidikan
 
Makalah pendidikan di indonesia2
Makalah pendidikan di indonesia2Makalah pendidikan di indonesia2
Makalah pendidikan di indonesia2
 
Pendidikan karakter dan tantangan guru masa kini
Pendidikan karakter dan tantangan guru masa kiniPendidikan karakter dan tantangan guru masa kini
Pendidikan karakter dan tantangan guru masa kini
 
PENDIDIKAN SEBAGAI TOLAK UKUR KEMAJUAN BANGSA-1.docx
PENDIDIKAN SEBAGAI TOLAK UKUR KEMAJUAN BANGSA-1.docxPENDIDIKAN SEBAGAI TOLAK UKUR KEMAJUAN BANGSA-1.docx
PENDIDIKAN SEBAGAI TOLAK UKUR KEMAJUAN BANGSA-1.docx
 
Tugas kus
Tugas kusTugas kus
Tugas kus
 

More from muslih muslihah

More from muslih muslihah (6)

Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Presentasi filsafat pendidikan islam
Presentasi filsafat pendidikan islamPresentasi filsafat pendidikan islam
Presentasi filsafat pendidikan islam
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantar
 
Cover
CoverCover
Cover
 
Ringkasan buku
Ringkasan bukuRingkasan buku
Ringkasan buku
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantar
 

PENDIDIKAN KARAKTER

  • 1. 1 BAB 1 ADA APA DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER? A. Realitas Pendidikan Kita dan Dampaknya Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia melupakan pendidikan karakter bangsa. Pendidikan karakter merupakan pondasi bangsa yang sangat penting dan perlu ditanamkan sejak dini kepada anak-anak. Mantan Menteri Pendidikan Nasional, Prof. Yahya Muhaimin mengatakan “Dari berbagai peristiwa saat ini, mulai dari kasus Prita, Gayus Tambunan, hingga yang terakhir Makam Priok tentunya kita menjadi sadar betapa pentingnya pendidikan karakter ditanamkan sejak dini”. Karena globalisasi telah membawa kita pada “penuhanan” materi sehingga terjadi ketidakseimbangan antara pembangunan ekonomi dan tradisi kebudayaan masyarakat. Garin Nugroho, ketika memberikan orasi budaya bertema “Pendidikan Karakter Kunci Kemajuan Bangsa,” di Jakarta, Sabtu (3/3/2010) mengatakan bahwa saat ini dunia pendidikan di Indonesia dinilai belum mendorong membangun karakter bangsa. Hal ini disebabkan oleh ukuran-ukuran dalam pendidikan tidak di kembalikan pada karakter peserta didik, tetapi di kembalikan pada pasar. “Pasar tanpa karakter akan hancur dan akan menghilangkan aspek-aspek manusia dan kemanusiaan, karena kehilangan karakter itu sendiri,” ucapnya. Banyak faktor yang menyebabkan runtuhnya potensi bangsa Indonesia pada saat ini. Di antaranya adalah faktor pendidikan. Kita tentu sadar bahwa pendidikan merupakan mekanisne institusional yang akan mengakselerasi pembinaan karakter dan juga berfungsi sebagai arena mencapai tiga hal prinsipal dalam pembinaan karakter bangsa. Tiga hal tersebut (menurut Rajasa, 2007) adalah: 1. Pendidikan sebagai arena untuk re-aktivasi karakter luhur bangsa Indonesia. 2. Pendidikan sebagai sarana untuk membangkitkan suatu karakter bangsa yang dapat mengakselerasi pembangunan sekaligus memobilisasi potensi domestik untuk meningkatkan daya saing bangsa. 3. Pendidikan sebagai sarana untuk menginternalisasikedua aspek diatas yakni re- aktivasi sukses budaya masa lampau dan karakter inovatif serta kompetitif, kedalam segenap sendi-sendi kehidupan bangsa dan program pemerintah.
  • 2. 2 Selain pendidikan, faktor yang mempengaruhi kamunduran bangsa Indonesia adalah karena bobroknyamental pejabat di pemerintahan. Berdasarkan hasil survei PERC pada tahun 2002 dan 2006.Skor korupsi Indonesia adalah yang tertinggi di Asia dengan skor 8.16 (dari total skor 10). Gagasan pembangunan bangsa unggul sebenarnya telah ada semenjak Kemerdekaan Republik Indonesia di proklamasikan pada 17 Agustus 1945. Presiden Soekarno telah menyatakan perlunya nation and character building sebagai bagian integral dari pembangunan bangsa. Beliau menyadari bahwa karakter suatu bangsa berperan besar dalam mempertahankan eksistensi bangsa Indonesia. Indonesia yang memiliki sumberdaya alam dan sumber daya manusia melimpah seharusnya dapat menjadi salah satu bangsa yang unggul di kancah dunia. Namun, untuk mencapai hal tersebut bangsa Indonesia haruslah berbenah diri terlebih dahulu dan harus membangun bangsa ini dengan menumbuhkan karakter positif diri setiap bangsa Indonesia. Pemerintah sebagai regulator bangsa harus menyiapkan langkah-langkah strategis, agar dapat membangun karakter bansa Indonesia yang unggul dan siap bersaing dengan bangsa lain di era globalisasi. Beberapa langkah yang dapat diambil pemerintah untuk membangun karakter bangsa antara lain sebagai berikut. Pertama,menginternalisasikan pendidikan karakter pada instansi pendidikan semenjak tingkat dini. Sebagai contoh, penerapan pendidikan karakter milik Indonesia Heritage Foundation. Penerapan model tersebut adalah sebagai berikut: a) Memakai acuan nilai-nilai dari sembilan karakter, yaitu cinta tuhan dan segenap ciptaan-Nya; kemandirian dan tanggung jawab; kejujuran dan bijaksana; hormat dan santun; dermawa; suka menolong dan gotong royong; percani diri, kreatif, dan pekerja keras; kepemimpinan dan keadilan; baik dan rendah hati; serta toleransi, kedamaian dan kesatuan. b) Mengajarkan pilar-pilar dalam kurun 2 tahun sekolah. c) Menggunakan kurikulum karakter d) Menggunakan sistem ”Pembelajaran Terpadu Berbasis Karakter”. e) Menggunakan teori DAP (Development Appropriate Practices), Integrated Learning Sytem, metode pembelajaran inquiry based learning, dan cooperatice learning.
  • 3. 3 f) Menerapkan co- parenting. Kedua, menanamkan sebuah koordinasi gerakan revitalisasi kebangsaan bersama generasi muda, yang di arahkan terutama pada penguatan ketahanan masyarakat dan bangsa terhada upaya nihilisasi pihak luar terhadap nilai-nilai budaya positif bangsa Indonesia.Menurut Rajasa (2007), tiga peran penting generasi muda dalam upaya pembangunan karakter bangsa adalah sebagai berikut. a) Pemuda sebagai pembangun kembali karakter bangsa yang positif. b) Pemuda sebagai pemberdayaan karakter. c) Pemuda sebagai perekayasa karakter sejalan dengan perlunya adaptifitas daya saing untuk memperkuat ketahanan bangsa. Ketiga,meningkatkan daya saing bangsa dalam bentuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Peran teknologi informasi dan telekomunikasi, menurut Porter, hanya sebatas mempercepat sekaligus memperbesar peran daya saing dalam menentukan keunggulan suatu entitas dibandingkan entitas lainya. Keempat,menggunakan media masa sebagai penyalur upaya pembangunan karakter bangsa. Menurut Oetama (2006) peran media ada tiga, yaitu sebaga penyampai informasi, edukasi, dan hiburan. Masih banyak cara yang dapat ditempuh agar bangsa ini bangsa ini menjadi bangsa yang memiliki kapasitas daya saing yang tinggi, agar mampu memberikankomplementasi pada sistem sivilisasi global atau pada era globalisasi, dan dapat memberikan peran pada sektor ekonomi dan sektor lain. B. Pendidikan Berkarakter Merupakan Solusi Tidak banyak yang menyadari bahwa sistem pendidikan di Indonesia sebetulnya hanya menyiapkan para siswa untuk masuk ke jenjang perguruan tinggi atau hanya untuk mereka yang memang mempunyai bakat pada potensi akademik saja. Padahal, banyak potensi lainya yang perlu di kembangkan. Berdasarkan teori Howard Gardner tentang kecerdasan majemuk, potensi akademik hanyalah sebagian saja dari potensi-potensi lainya. Pada sisi lain, kenyataan menunjukkan bahwa dimanapun manusia di muka bumi ini, yang memiliki IQ diatas angka 120 tidak lebih dari 10 persen jumlah penduduk. Sebaliknya, sebagian besar mereka memiliki dimensi-dimensi lainya, misalnya pekerjaan
  • 4. 4 teknisi, musisi, manual, artis, atau hal-hal lain yang lebih “kongkret”. Apakah penduduk mayoritas ini sudah dipersiapkan untuk dapat bekerja secara profesional sehingga dapat menghasilkan kehidupan yang berkualitas?. Bagaimana di Indonesia? Sistem pendidikan di Indonesia justru menyiapkan seluruh siswa untuk menjadi ilmuwan dan pemikir. Seluruh mata pelajaran dirancang sedemikian rupa sulitnya sehingga hanya dapat diikuti oleh 10 sampai 15 persensiswa terpandai saja. Beberapa siswa Indonesia bisa berprestasi mendapatkan hadiah olimpiade, namun dapat dipastikan mereka adalah bagian dari top 0.1 persen IQ tertinggi saja. Hal ini tentu bukanlah cerminan dari kondisi seluruh siswa Indonesia. C. Dampak Pedidikan Karakter Terhadap Keberhasilan Akademik Sebuah buletin yang diterbitkan oleh character Education Partnership menguraikan bahwa hasil studi Dr. Marvin Berkowitz dari University of Missouri-st menunjukan peningkatan motifasi sekolahdalam meraih prestasi akademikpada sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan karakter. Kelas-kelas yang secara komprehensif menerapkan pendidikan karakter menunjukan penurunan drastis pada perilaku negatif siswa yang dapat menghambat keberhasilan akademik. Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan teori pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif, dan pelaksanaanyapun harus dilakukansecara sistematis dan berkelanjutan. Dengan pendidikan karakter, seorang anak akan mejadi cerdas emosinya. Dengan kecerdasan emosi seorang anak akan dapat berhasil dalam menghadapi segala macam tantangan, termasuk tantanga untuk berhasil secara akademis. Sebuah buku berjudul Emotional Intelligence and school sucsesA ( Joseph Zins,et.al, 2001) mengompilasikan berbagai hasil penelitiantentang pengaruh positif kecerdasan emosi anak terhadap keberhasilan di sekolah. Dikatakan bahwa ada sederet faktor resiko penyebab kegagalan anak di sekolah. Faktor tersebut tidak terdapat pada kecerdasan otak , tetapi pada karakter, yaitu rasa percaya diri, kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan berkomunikasi. Anak-anak yang mempunyai masalah dalam kecerdasan emosinya akan kesulitan belajar, kesulitan bergaul dan tidak dapat mengontrol emosinya. Pendidikan karakter di sekolah sangat diperlukan, walaupun dasar pendidikan karakter adalah di dalam keluarga.
  • 5. 5 Namun, banyak orang tua yang mementingkan kecerdasan otak ketimbang pendidikan karakter.kondisi ini dapat ditanggulangi dengan memberikan pendidikan karakter di sekolah. Permasalahan selanjutnya adalahkebijakan pendidikan di Indonesia juga lebih mementingkan kecerdasan otak, walaupun belakangan ini pentingnya pendidikan budi pekrti menjadi bahan pembicaraan hangat. Ada yang mengatakan bahwa kurikulum pendidika di Indonesia dibuat hanya cocok untuk di berikan pada 10-20 persen otak-otak terbaik. Artinya, sebabian besaranak sekolah (80-90 persen) tidak dapat mengikuti kurikulum pelajaran di sekolah. Akibatnya sejak usua dini, sebagian besar anak-anak akan merasa bodohkarena kesulitanmenyesuaikan dengab kurikulum yang ada.Sistem seperti ini tentunya berpengaruh negatif terfadap usaha pembentukan karakter, dimana sejak dini anak-anak justru sudah “dibunuh “rasa percaya dirinya. D. Perlunya Kurikulum Holistik dalam Pendidikan Karakter Untuk mencapai tujuan pendidikan karakter yang utuh perlu di tuanjang oleh kurikulum yang mendukungnya, yaitu “Kurikulum Holistik”. kurikulum yang terkait, tidak terkotak-kotak dan dapat merefleksikan dimensi, keterampilan dengan menampilkan tema- tema yang menarik dan kontekstual. Secara teknis, pembelajaran holistikterjadi apabila kurikulum dapat menampilkan tema yang dapat mendorong terjadinya eksplorasi atau kejadian-kejadian secara autentik dan alamiah. Pembelajaran holistik berlandaskan pada penidekatan inquiry, yaitu anak dilibatkan dalam merencanakan, bereksplorasi, dan berbagi gagasan. Tujuan pendidikan holistik berbasis karakter adalah memnentuk manusia secara utuhyang berkarakter, yaitu mengembangkan aspek fisik, emosi, sosial, kreatifitas, spiritual dan intelektual siswa secara optimal, serta membentuk manusia yang life long learners. Strategi yang dapat dapat diterapkan antara lain: 1. Gurumenerapkan metode belajar yang melibatkan partisipasi aktif murid. 2. Guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. 3. Guru memberikan pendidikan karaktersecara eksplisit, sistrmatis, dan berkesinambungan dengan melibatkan knowing the good,loving the good, and action the good. 4. Guru menerapkan metode pengajaranyang memperhatikan keunikan masing- masing anak.
  • 6. 6 BAB 2 PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER Mendiknas mengingatkan pentingnya pengembangan karakter pribadi sebagai basis untuk mencapai sukses. Meski dianggap panting dan sering didengungkan, sampai sekarang tidak ada wujud nyata berupa kebijakan dalam dunia pendidikan berkaitan dengan pendidikan karakter. A. Mengapa Pendidikan Karakter Karakter bangsa merupakan aspek penting dari kualitas SDM karena kualitas karakter bangsa menentukan kemajuan suatu bangsa. Usia dini merupakan masa kritis bagi pembentukan karakter seseorang. Menurut Freud kegagalan penanaman kepribadian yang baik di usia dini akan membentuk kepribadian bermasalah di masa dewasa kelak. Thomas Lickona, mengungkapkan bahwa ada 10 tanda-tanda zaman yang harus diwaspadai karena tanda-tanda ini menunjukan bahwa sebuah bangsa sedang menuju jurang kehancuran.Tanda-tanda tersebut adalah (1) meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, (2) penggunaan bahasa dan kata-kata yang buruk, (3) pengaruh peer-group yang kuat dalam tindak kekerasan, (4) meningkatnya perilaku merusak diri, (5) semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk, (6) menurunya etos kerja, (7) semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, (8) rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, (9) membudayanya ketidakjujuran, dan (10) adanya rasa saling curiga dan kebencian diantara sesama. Selain tanda-tanda zaman tersebut, masalah yang tengah dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah sistem pendidikan dini yang ada sekarang ini terlalu berorientasi pada pengembangan otak kiri (kognitif) dan kurang memperhatikan otak kana (afektif, empati, dan rasa). Padahal, pengembanga karakter lebih berkaitan dengan optimalisasi otak kanan. Pembentukan karakter harus dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan yang melibatkan aspek “knowledge, feeling,loving dan action”. Pendidikan karakter dapat diibaratkan sebagai pembentukan seseorang menjadi body builder (binaragawan) yang memerlikan “latihan otot-otot akhlak” secara terus menerus menjadi kokoh dan kiat. Thomas Lickona mendevinisikan orang yang berkarakter bagai sifat alami seseorang yang merespons situasi secara bermoral, yang dimanifestasikan dalam bentuk tindakan nyata
  • 7. 7 melalui tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati orang lain dan karakter mulia lainya. Menurut Berkowitz, kebiasaan berbuat baik tidak selalu menjamin bahwa manusia yang telah terbiasa tersebut secara sadar (cognition) menghargai pentingnya nilai-nilai karakter (valuing). B. Bagaimana Pendidikan Karakter di Negara Lain? Hill (2002) mengatakan, “pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan perilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerja bersama sebagai keluarga, masyarakat, dan bernegara dan membantu mereka untuk membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan. Berkaitan dengan itu, ada enam pilar-pilar karakter yang dapat menjadi acuan, yaitu: a. Trustworthies, bentuk karakter yang membentuk seseorang berintegritas, jujur, dan loyal. b. Fairness, bentuk karakter yang membentuk seseorang memiliki pemikiran terbuka serta tidak suka memanfaatkan orang lain. c. Caring, bentuk karakter yang membentuk seseorang memiliki sikap peduli dan perhatian terhadap orang lain maupun kondisi sosial lingkungan sekitar. d. Respect, bentuk karakter yang membentuk seseorang selalu menghargai dan menghormati orang lain. e. Citizenship, bentuk karakter yang membentuk seseorang sadar hukum dan peraturan serta peduli terhadap lingkungan alam. f. Responsibility, bentuk karakter yang membentuk seseorang bertanggung jawab, disiplin, dan selalu melakukan sesuatu dengan sebaik munngkin. Di negara-negara lain pendidikan karakter menjadi skala prioritas. Sumber yang ada menunjukan bahwa pendidikan karakter dimulai sejak pendidikan dasar, seperti di Amerika Serikat, Jepang, Cina, dan Korea. Pemerintah Amerika sangat mendukung program pendidikan karakter yang diterapkan sejak pendidikan dasar. Hal ini terlihat pada kebijakan tiap-tiap negara bagian yang memberikan porsi cukup besar dalam perancangan dan pelaksanaan pendidikan karakter. Sebagian besar program-program dalam kurikulum pendidikan karakter tersebut menekankan pada experiental study sebagai sarana pengembangan karakter siswa.
  • 8. 8 Dalam kurikulum yang lebih banyak mengajak siswa untuk berinteraksi dalam kegiatan-kegiatan sosial dan mengembangkan kepekaan mereka, telah memberikan dampak positif dalam perubahan cara belajar, kepedulian, dan rasa hormat terhadap para staf sekolah, dan meningkatkannya keterlibatan para murid secara sukarela dalam proyek-proyek kemanusiaan (brooks, 2005). Di negara Cina., dalam program reformasi pendidikanyang diinginkan oleh Deng Xiaoping pada tahun 1985, secara eksplisit diungkapkan tentang pentingnya pendidikan karakter sebagai berikut. Throughout the reform of the education system, it is imperative to bear in mind that reform is for the fundamental purpose of turning every citizen in ti a men or woman of character and cultivating more constructive members of society (Li, 2005). Karena itu, program pendidikan karakter telah menjadi kegiatan yang menonjol di Cina yang dijalankan sejak jenjang prasekolah sampai universitas. Li Lanqing menekankan bahayanya pendidikan yang hanya menekankan hapalan, drilling, dan cara mengajar yang kaku, termasuk sistem pendidikan yang berorientasi hanya untuk lulus dalam ujian. Sebagai hasilnya, Cina yang relatif baru bangkit dari keterpurukan ekonomi, sosial, dan budaya akibat Revolusi Kebudayaan yang dijalankan oleh Mao, bisa begitu cepat mengejar ketertinggalannya dan menjadi negara yang maju. C. Pendidikan Sebagai Medium Enkulturasi Masyarakat adalah suatu kumpulan individu yang memiliki karakteristik yang khas dengan aneka ragam etnik, ras, budaya, dan agama. Dalm proses interaksi, setuap kelompok masyarakat saling, menyerap, dan mengadopsi budaya kelompok masyarakat lain yang kemudian melahirkan sintesis budaya baru. Dalam kajian antropologi, ada tiga istilah untuk menjelaskan peristiwa interaksi sosial budaya, yakni sosialisasi, akulturasi, dan enkulturasi. Para ahli antropologi mengemukakan bahwa sosialisasi adalah suatu proses sosial melalui manusia sebagai suatu organisme yang hidup dengan manusia lain membangun suatu jalinan sosial dan interaksi satu sama lain, untuk belajar memainkan peran dan menjelaskan fungsi, serta mengembangkan relasi sosial di dalam masyarakat. Akulturasi adalah suatu proses perubahan budaya yang lahir melalui relasi sosial antar kelompok masyarakat, yang ditandai oleh penyerapan dan pengadopsian suatu budaya baru, yang berkonsekuensi hilangnya kekhasan kebudayaan lama. Enkulturasi adalah proses sosial melalui manusia sebagai makhluk yang bernalar, punya daya refleksi dan intelegensia,
  • 9. 9 belajar memehami dan mengadaptasi pola pikir, pengetahuan, dan kebudayaan sekelompok manusia yang lain. Proses sosialisasi, akulturasi, dan engkulturasi selalu berlangsung secara dinamis. Sekolah merupakan wahana strategis yang memungkinkan setiap anak didik, dengan latar belakang sosial budaya yang beragam, untuk saling berinteraksi diantara sesama, saling menyerap nilai-nilai budaya yang berlainan, dan beradaptasi sosial. Ada tiga alasan pokok mengapa pendidikan dipandang tepat untuk trasformasi nilai- nilai budaya. Pertama, melalui pendidikan, kemampoan kognitif dan daya intelektual individu dapat ditumbuhkembangkan dengan baik. Kadua, melalui sistem persekolahan setiap anak diperkenalkan sejak dini mengenai pentingnya membangun tatanan hidup masyarakat, yang didalamnya terdapat berbagai macam entitas sosial. Ketiga, pendidikan merupakan wahana paling efektif untuk memperkuat integrasi sosial politik. D. Peranan Guru dalam Pendidikan Karakter Guru adalah profesi yang mulia, mendidik dan mengajarkan pengalaman baru bagi anak didiknya. Berikut adalah tips bagaimana menjadi guru yang berkarakter hebat. 1. Mencintai anak, cinta yang tulus kepada anak adalah modal awal mendidik anak. 2. Bersahabat dengan anak dan menjadi teladan bagi anak. 3. Mencintai pekerjaan guru. Guru yang mencintai pekerjaanya akan senantiasa bersemangat. 4. Luwes dan mudah beradaptasidengan perubahan. 5. Tidak pernah berhenti belajar. Apabila ciri-ciri tersebut dimiliki oleh guru alih-alih tersebut sebagaiguru yang berkarakter, tentu keresahan di dunia pendidikan tidak akan terjadi. Keresahan yang paling menonjol akhir-akhir ini adalahkekerasan guru terhadap siswa. Beban guru yang berat, kesejahteraan yang belum baik, dan rendahnya “kecerdasan”emosional merupakan salah satu sebab mengapa guru bisa berbuat khilaf dengan menebarkan aroma kekerasan didalam kelas. Disisi lain, pengaruh gaya hidup TV, rendahnya perhatian orang tua terhadap kelakuan dan sopan santun anaknya, perilaku konsumtifisme, narkoba, minuman keras, dan perilaku “ngoboy” lainya, merupakan sedertan sebab mengapa para siswa zaman sekarang juga susah
  • 10. 10 di atur. Banyak siswa yang stres dan mencoba bunuh diri, sementara yang lain berusaha membakar dan merusak gedung sekolahanya ketika tidak lulus ujian. Pendidikan akhirnya hanya menghasilkan manusia cerdas namun seperti robot di satu sisi, dan manusia stres di sisi yang lain. Sistem rangking, sistem penilaian, kebijakan yang tidak pernah konsisten, sistem dan proses pendidikan yang monoton searah dan instruktif dari guru, menyebabkan anak-anak tidak lagi “at home” di sekolahnya. Stres itu belum usai, di rumah sudah menenti “monster”yang bernama ambisi orsng tua. Di teras sudah menunggu guru les, ada les bahasa inggris, piano, matematika, tari, dst, dengan setumpuk buku dan latihan soal yang membosankan. Untuk menjadi bangsa yang maju, harus ada kerja keras. Sikapkerja keras tidak bisa dijalani dengan meniadakan rasa bahagia anak. Kerja keras bukan hanya sekedar menghafalkan ratusan definisi dan latihan soal ala LKS, namun juga melibatkan kecerdasan emosi anak. Pembinaan kecerdasan emosi perludilakukan oleh guru. Sebab pembinaan kecerda san emosi dilakukan dalam rangka antara lain untuk tiga hal sebagai berikut. 1) Menemukan pribadi, yaitu guru memfasilitasi siswa untuk mengenali kekuatan dan kelemahandirinya sendiri. 2) Mengenal lingkungan, yaitu guru memfasilitasi siswa agar mengenal lingkungannya seperti lingkungan sosial, ekonomi, budaya, dan sebagainya dan menerima sebagai berbagai kondisi lingkungan itu secara positif dan dinamis. 3) Merencanakan masa depan, yakni guru memfasilitasi siswa agar mereka dapat merencanakan masa depanya Menurut Carl Witherington, .ada empat hal yang harus diketahui guru untuk mengetahui emosi siswanya, yaitu: a. Aspek emosi yang terlihat oleh mataseperti gemetar, takut, sehingga matanya terbelalak, menggerretakkan gigi untuk mengekspresikan rasa marah dan sebagainya; b. Emosi yang ditunjukan dengan rasa kursng senang, senang, benci; c. Ungkapan-ungkapan atau umpatan dari siswa; dan
  • 11. 11 d. Kecenderungan emosi yang bersifat kualitatif, misalnya dirangsang oleh individu lain sehingga timbul rasa senang, benci, jijik, malu, marah, dan sebagainya. Pada umumnya, anak-anak dari golongan ekonomi lemahlahyang mudah tersulut emosinya, meskipun anak dari keluarga mampu, juga memperlihatkan gejala serupa. Hasil penelitian Silversteindan Krate di lingkungan “Ghetto”(dalam megawangi, 1993) juga menunjukan bahwa anak-anak dari golongan ekonomi lemah harus rela mendapatkan lingkungan sekolah yang jelek. Demikian pula lingkungan tempat tinggal yang kumuh menyebabkan mereka memilikisifat ambivalen, terlalu cepat dewasa, pasrah, kurang percaya diri, penghargaan pada diri rendah.
  • 12. 12 BAB 3 HAKIKAT DAN TUJUAN PENDIDIKAN KARAKTER A. Hakikat Pendidikan dan Pendidikan Karakter Pendidikan karakter, alih-alih disebut pendidikan budi pekerti, sebagai nilai moralitas manusia yang disadari dan dilakukan dalam tindakan nyata. Semua nilai moralitas yang disadari dan dilakukan itu bertujuan untuk membantu manusia menjadi manusia yang lebih utuh. Nilai itu adalah nilai yang membantu orang dapat lebih baik hidup bersama dengan orang lain dan dunianya (learning to live together) untuk menuju kesempurnaan. Era globalisasi merupakan adalah proses yang mendorong umat manusia untuk beranjak dari cara hidup dengan wawasan global. Dalam situasi kehidupan yang bersifat global ini gejala-gejala serta masalah tertentu hanya dapat dipahami dan diselesaikan dengan baikapabila diletakkan dalamkerangka yang bersifat globa, bukan dalam kerangka lokal, nasional, maupun regional. Dalam zaman seperti ini suatu peristiwa lokal atau nasional dapat mencuat menjadi peristiwa global. Tanpa kita kehendaki, peristiwa tertrntu dapat menarik perhatian dunia luas dan menjadi peristiwa pentingyang dipandang menyangkut kepentingan masyarakat dunia. Ada ungkapan yang menyatakan bahwa harapan besar masyarakat terletak pada karakter tiap individu. Maksudnya adalah bahwa setiap individu beroeran dalam pembanguan peradaban. Karena masyarakat sendiri terdiri dari individu sehingga untuk membangu masyarakat, peran individu sangat dibutuhkan. Di dalam lingkunganya, individu dituntut untuk berdaptasi yang akan membentuk peradaban, sesuatu yang membedakan manusia dengan makhluk yang lain. Jadi, pendidikan adalah proses internalisasi budaya ke dalam diri seseorang dan masyarakat sehingga membuat orang dan masyarakat menjadi beradab. Pendidikan bukan hanya sebagai sarana transfer ilmu saja, tetapi juga sebagai sarana pembudayaan dan penyaluran nilai (enkulturisasi dan sosialisasi). Anak harus mendapatkan pendidikan yang yang menyentuh dimensi dasar kemanusiaan, yaitu (1) afektif yang tercermin pada kualitas keimanan, ketaqwaan, akhlak mulia, dankompetensi estetis; (2) kognitif yang tercermin pada kapasitas pikir dan daya intelektualitasnya untuk menggali dan mengembangkan serta menguasai ilmu pengetahuan dan tegnologi; (3) psikomotorik yang tercermin pada
  • 13. 13 kemampuan mengembangkan ketrampilan teknis, kecakapan praktis, dan kompetensi kinestetis. Ki Hajar Dewantara dari taman siswa di Yogyakarta bulan oktober 1949 pernah berkata bahwa ”Hidup haruslah diarahkan pada kemajuan, keberadaban, budaya dan persatuan”. Pada dasarnya manusia baik secara individu maupun kelompok, memiliki apa yang jadi penentu watak dan karakternya, yaitu dasar dan ajar. Dasar dapat dilihat sebagai apa yang menjadi modal biologis (genetik), sedangkan ajar adalah kondisi yang sifatnyadiperoleh dari rangkaian pendidika atau perubahan yang direncanakan. Karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan. Menurut koesoema kepribadian dianggap sebagai “ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkunganya, misalnya keluarga pada masa kecil dan juga bawaan seseorang sejak lahir. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang dia buat. Indonesia dingan kekayaan alamnya akan sulit dikuasai manakala bangsanya memiliki karakter yang kuat. Oleh karena itu, kondisi bangsa kita dibuat semakin tajam krisis karakternya. Menurut Raka (2007), krisis karakterbangsa kita disebabkan oleh hal- hal sebagai berikut: a. Terlampau terlena oleh Sumber Daya Alam yang melimpah. b. Pembangunan ekonomi yang terlalu bertumpu pada modal fisik. c. Surutnya idealisme, berkembangnya pragmatisme ’overdoses’. d. Kurang berhasil belajar dari pengalaman bangsa sendiri. Selain memperkecil resiko kehancuran, karakter juga menjadi modal yang sangat penting untuk bersaing dan bekerja sama secara tangguh dan terhormat di tengah-tengah bangsa lain. Pembangunan karakterlah yang membuat para pejuang kemerdekaan berhasil menghantarkan bangsa Indonesia ke gerbang kemerdekaanya (Raka, 1997). Pendidikan nilai mencakup kawasan budi pekerti,nilai, norma, dan moral. Budi pekerti adalah buah dari budi nurani. Budi nurani bersumber pada moral. Moral bersumber pada kesadaran hidup yang berpusat pada alam pikiran (BP-7,1993:25). Jelas sekalihubungan antara budi pekerti, nilai, norma, dan moral. Nilai yang diambil adalah nilai tinggi, luhur, mulia, suci, dan jujur. Norma yang diambil juga mendekatkan hidupnya
  • 14. 14 kepada yang memberi hidup agar selamat. Moral memberikan petunjuk. Pertimbangan, dan tuntunan untuk berbuat dengan tanggung jawab sesuai dengan nilai, norma,dan moral. Manusia menganggap sesuatu bernilai karena ia merasa memerlukanya atau menghargainya. Dengan akal budinya manusia menilai dulia dan alam sekitarnya untuk memperoleh bepuasan diri baik dalam arti memperoleh apa yang diperlukanya, apa yang menguntungkanya atau apa yang menimbulkan kepuasan batinya. Manusia sebagai subyek budaya maka dengan cipta, rasa, karsa, iman, dan karyanya menghasilkan dalam masyarakat bentuk-bentuk budaya yang membuktikan keberadaan manusia, dalam kebersamaan dan semua bentuk budaya itu mengandung nilai. Bentuk kebudayaan sebagai pendukung nilai hidup itu ada tiga macam, yaitu (1) sebagai suatu kompleks dari ide-ide, pemikiran-pemikiran, gagasan, nilai-nilai, norma- norma, yang semua itu mencerminkan alam pikiran yang memancarkan nilai-nilai yang diyakini oleh masyarakat pendukungnya; (2) sebagai suatu kompleks perilaku manusia dalam masyarakat yang sudah berpola yang semua itu menunjukkan adanya suatunilai yangdi pegangnya; (3) benda-benda dari hasil karya manusia dari suatu masyarakat yang bersangkutan. Norma adalah kaidah, ketentuan, aturan, kriteria, atau syarat yang mengandung nilai tertentu yang harus dipatuhi oleh warga masyarakat di dakam berbuat, bertingkah laku agar masyarakat tertib, teratur dan aman (BP-7, 1993:23). Norma selalu berpasangan dengan sanksi, yaitu suatu keadaan yang dikenakan pada orang yang melanggar norma. Kata “moral” dalam bahass yunani sama dengan ethos yang menjadi etika. secara etmologis, etika adalah ajaran tentang baik-buruk yang diterima umum tentang sikap, perbuatan, kewajiban dan sebagainya. Pada hakikatnya, moral menunjuk pada ukuran- ukuran yang telah diterima oleh suatu komunitas, sementara etika umumnya lebih dikaitkan dengan prinsip-prinsip yang dikembangkan di berbagai wacana etika, atau dalam aturan- aturan yang diberlakukan bagi suatu profesi. Berbicara tentang karakter maka kita berbicara tentang manusia. Manusia yang layak dijadikan teladan adalah sosok tokoh yang selama ini dijadikan panutan, seperti para pahlawan, tokoh pendidikan dll.karakter yang paling ideal adalah intelektual profetik. Karakter yang dimiliki oleh seorang intelektual profetik adalah sadar sebagai makhluk ciptaan tuhan, cinta tuhan, bermoral, bijaksana, pembelajar sejati, mandiri. Dalam mewujudkan pendidikan karakter, tidak dapat dilakukan tanpa menanamkan nilai-nilai (Azra, 2002:175).terdapat sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai
  • 15. 15 luhur universal, yaitu: pertama,karakter cinta tuhan dan segenap cinta-Nya; kedua, kemandirian dan tanggung jawab; ketiga, kejujuran, diplomatis; keempat, hormat dan santun; kelima, dermawan, suka menolong dan gotong royong; keenam, percaya diri dan pekerja keras; ketujuh, kepemimpinan dan keadilan; kedelapan, baik dan rendah hati; kesembilan, karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan. Kesembilam karakter itu, diajarkan secara sistematis dalam model pendidikan holistikmenggunakan metode knowing the good, feeling the good, acting the good. Di Indonesia ada lima jenis karakter yang sangat penting dan mendesak di bangun dan dikuatkan sekarang ini yaitu kejujuran, kepercayaan diri, apresiasi terhadap kebhinekaan, semangat belajar dan semangat kerja. Karakter ini diperlukan sebagai modal dasar untuk memecahkan masalah besar yang menjadi akar dari kemuduran bangsa Indonesia selama ini, yaitu korupsi, konflik horizontal yang berkepanjangan, perasaan sebagai bangsa kelas dua, semangat kerja dan semangat belajar yang rendah. Dr. Soekamto mengemukakan bahwa untuk melakukan pendidikan karakterperlu adanya powerfull ideas, yang menjadi pintu masuk pendidikan karakter, yang meliputi: a. Gagasan tentang tuhan, dunia, dan saya b. Memahami diri sendiri c. Menjadi manusia bermoral d. Memahami dan dipahami e. Bekerja sama dengan orang lain f. Sense of belonging g. Mengambil kekuatan di masa lalu h. Dien for all times and places i. Kepedulian terhadap makhluk j. Membuat perbedaan k. Taking the Llead Adapun nilai-nilai yang perlu diajarkan pada anak-anak menurut Dr. Soekamto meliputi kejujuran, loyalitas dan dapat diandalkan, hormat,cinta, ketidak egoisan dan sensitifitas, baik hati dan pertemanan, keberanian, kedamaian, mandiri dan potensial, disiplin diri dan moderasi, kesetiaan dan kemurnian, keadilan dan kasih sayang. Bangsa Indonesia menyepakati nilai-nilai yang diusung menjadi pandangan filosofis bangsanya. Nilai-nilai itu adalah ketuhanan yang maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
  • 16. 16 kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, keadilan sosial bagi seluruh rakya Indonesia. Tujuan pendidikan karakter adalah untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang. B. Pendidikan Karakter di Sekolah Sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 3,berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang harus di selenggarakan secara sistematisguna mencapai tujuan tersebut. Dalam pendidikan karakter di sekolah semua komponen harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan kegiatan kokurikuler, pemberdayaan sarana dan prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu media yang potensial untuk pembinaan karakter. Melalui kegiatan ekstrakurikuler diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial, serta potensi dan prestasi peserta didik. C. Pendidikan Budi Pekerti dalam Keluarga Masalah degradasi moral perlu dalam keluarga perlu segera mendapat penanganan khusus. Salah satu upaya tersebut adalah pendidikan budi pekerti. Jika seseorang telah memiliki dasar budi pekerti yang luhur xdalam keluarga, pastilah ia akan mampu mengatasi pengaruh yang tidak baik dari lingkungan sekitar. Terkait dengan itu setidaknya ada empat nilai yang dapat ditanamkan dalam keluarga. Pertama, nilai kerukunan. Orang yang memiliki budi pekerti luhur akan lebih menghargai kerukunan dan kebersamaan dari pada perpecahan. Kedua, nilai ketakwaan dan keimanan. Seseorang yang memiliki ketakwaan dan keimanan yang benar dan mendasar terlepas dari apa agamanya tentu akan mewujudkanya dalam perilakunya. Ketiga, nilai toleransi,dalam keluarga nilai toleransi dapat diterapkan melalui proses saling memperhatikan dan saling memperhatikan antaranggota keluarga. Keempat, nilai kebiasaan sehat maksudnya adalah kebiasaan-kebiasaan hidup yang sehat dan mengarah pada pembangunan diri lebih baik dari sekarang.
  • 17. 17 BAB 4 ANEKA PENDEKATAN PENDIDIKAN KARAKTER A. Pendekatan Penanaman Nilai Suatu pendekatan yang memberi penekanan pada penanaman nilai-nilai sosial dalam diri siswa. Tujuan pendidikan ini adalah diterimanya nilai-nilai sosial tertentu oleh siswa dan berubahnya nilai-nilai siswa yang tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial yang tidak diinginkan. Metode yng digunakan dalam proses pembelajarannya antara lain keteladanan, penguatan positif dan negatif, simulasi, permainan peranan, dan lain-lain. B. Pendekatan Perkembangan Kognitif Pendekatan ini mendorong siswa untuk berpikir aktif tentang masalah-masalah moral dan dalam membuat keputusan-keputusan moral. Tujuan pendekatan ini adalah pertama, membantu siswa dalam membuat pertimbangan moral yang lebih kompleks berdasarkan pada nilai yang lebih tinggi. Kedua, mendorong siswa untuk mendiskusikan alasan- alasanya ketika memilih nilai dan posisinya dalam suatu masalah moral. Proses pengajaran nilai didasarkan pada dilema moral, dengan menggunakan metode diskusi kelompok. Pendekatan kognitif pertama kali dikemukakan oleh Dewey (kohlberg 1971, 1977). Dewey membagi perkembangan moral anak menjadi tiga tahap, yaitu: 1. Tahap premoral, dalam tahap ini tingkah laku seseorang didorong oleh desakan yang bersifat fisikal atau sosial. 2. Tahap conventional, dalam tahap ini seseorang mulai menerima nilai dengan sedikit kritis, berdasarkan kriteria kelompoknya. 3. Tahap autonomous, dalan tahap ini seseorang berbuat atau bertingkah laku sesuai dengan akal pikiran dan pertimbangan dirinya sendiri, tidak sepenuhnya menerima kriteria kelompoknya. C. Pendekatan Analisis Nilai Pendekatan ini memberikan penekana pada perkembangan kemampuan siswa untuk berpikir logis, dengan cara menganalisis masalah yang berhubungan dengan nilai- nilai sosial. Tujuan pendidikan moral menurut pendekatan ini adalah pertama, membantu siswa untuk menggunakan kemampuan berpikir logis dan penemuan ilmiah dalam menganalisis masalah-masalah sosial, yang berhubungan dengan nilai moral tertentu.
  • 18. 18 Kedua, membantu siswa untuk menggunakan proses berpikir rasional dan analitik, dalam menghubung-hubungkan dan merumuskan konseptentang nilai-nilai mereka. Metode pengajaran yang sering digunakan adalah pembelajaran secara individu atau kelompok tentang masalah-masalah sosial yang memuat nilai moral, penyelidikan kepustakaan, penyelidikan lapangan, dan diskusi kelas berdasarkan kepada pemikiran rasional. Ada enam langkah analisis nilai yang perlu diperhatikan dalam proses pendidikan karakter. Langkah analisis nilai Tugas penyelesaian masalah 1 Mengidentifikasi dan menjelaskan nilai yang terkait. 1 Mengurangi perbedaan penafsiran tentang nilai yang terkait. 2 Mengumpulkan fakta yang berhubungan. 2 Mengurang perbedaan dalam fakta yang berhubungan. 3 Menguji kebenaran fakta yang berkaitan. 3 Mengurangi perbedaan kebenaran tentang fakta yang berkaitan. 4 Menjelaskan antara fakta yang bersangkutan. 4 Mengurangi perbedaan tentangkaitan antara fakta yang bersangkutan. 5 Merumuskan keputusan moral sementara. 5 Mengurangi perbedaan dalam rumusan keputusan sementara. 6 Menguji prinsip moral yang digunakan dalam pengambilan keputusan 6 Mengurangi perbedaan dalam pengujian prinsip moral yang diterima. D. Pendekatan Klarifikasi Nilai Pendekatan ini memberi penekanan pada usaha membantu siswa dalam mengkaji perasaan dan perbuatanya sendiri, untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang nilai- nilai mereka sendiri. Tujuan pendidikan karakter menurut pendekatan ini adalah pertama, membantu siswa agar menyadari dan mengidentifikasi nilai-nilai mereka sendiri dan orang lain. Kedua, membantu siswa agar mampu berkomunikasi secara terbuka dan jujur kepada orang lain. Ketiga, membantu siswa agar mampu menggunakan secara bersama-sama kemampuan berfikir rasional dan kesadaran emosional, mampu memahami perasaan, nilai-
  • 19. 19 nilai, dan pola tingkah laku mereka sendiri. Proses pengajaranya pendekatan ini menggunakan metode dialog, menulis, diskusi. Proses klarifikasi nilai proses Subproses Pertama, memilih 1. Dengan bebas, 2. Dari berbagai alternatif, 3. Setelah mengadakan pertimbangan tentang berbagai akibatnya. Ketiga, bertindak 4. Berbuat sesuatu sesuai dengan pilihanya, 5. Diulang-ulang sebagai suatu pola tingkah laku dalam hidup. E. Pendekatan Pembelajaran Berbuat Pendekatan ini menekankan pada usaha memberikan kesempatan siswa untuk melakukan perbuatan-perbuatan moral, baik secara perorangan maupun bersamaan-sama dalam suatu kelompok. Tujuan pendidikan moral menurut pendekatan ini adalah pertama, memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan prbuatan moral, baik secara perorangan maupu secara bersama-sama, berdasarkan nilai-nilai mereka sendiri. Kedua, mendorong siswa untuk melihat diri mereka sebagai makhluk individu dan mahkluk sosial dalam pergaulan dengan sesama. Metobe pembelajaran yang digunakan adalah menggunakan metode yang digunakan dalam pendekatan analisis nilai dan klarifikasi nilai. Metode lain yang digunakan adalah projek-projek tertentu untuk dilakukan di sekolah atau dalam masyarakat, dan praktek ketrampilan dalam berorganisasi atau berhubungan antar sesama.
  • 20. 20 BAB 5 CIRI DASAR, SASARAN,BASIS DESAIN PENDIDIKAN KARAKTER A. Ciri DasarPendidikan Karakter Menurut foester, pencetus pendidikan karakter dan pedagog Jerman, ada empat ciri dasar dalam pendidikan karakter.pertama, keteraturan interior dimana setiap tindakan diukur berdasarkan hierarki nilai. Kedua, koherensi yang memberi keberanian, membuat seseorang teguh pada prinsip,tidak mudah terombang-ambingpada situasi baru. Ketiga, otonomi. Seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadi.keempat, keteguhan dan kesetiaan. Dalam prakteknya, Lickona dkk (2007) menemukan sebelas prinsip agar pendidikan karakter dapat berjalan efektif. 1. Kembangkan nilai-nilaietika inti dan nilai-nilai kinerja pendukungnya sebagai fondasi karakter yang baik. 2. Definisikan “karakter” secara komprehensif yang mencakup pikiran, perasaan dan perilaku. 3. Gunahan pendekatan yang komprehensif, disengaja, dan proaktif dalam pengembangan karakter. 4. Ciptakan komunikasi sekolah yang penuh perhatian. 5. Beri siswa kesempatan untuk melakukan tindakan moral. 6. Buat kurikulum akademik yang bermakna dan menantang yang menghormati semua peserta didik, mengembangkan karakter, dan membantu siswa untuk berhasil. 7. Usahakan mendorong motifasi diri siswa. 8. Libatkan staf sekolah sebagaikomunitas pembelajaran dan moral yang berbagi tanggung jawab dalam pendidikan karakter dan upaya mematuhi nilai-nilai inti yang sama yang membimbing pendidikan siswa. 9. Tumbuhkan kebersamaan dalam kepemimpinan moral dan dukungan jangka panjang bagi inisiatif pendidikan karakter. 10. Libatkan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam upaya pembangunan karakter. 11. Evaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai pendidik karakter, dan sejauh man siswa memanifestasikan karakter yang baik.
  • 21. 21 Di tengah kebobrokan dan kebrangkutan moral bangsa, maraknya tindak kekerasan, inkoherensi politis atas retotika politik, dan perilakukeseharian yang tanpa peduli sesama, pendidikan karakter yang menekankan dimensi etis religius menjadi relevan untuk diterapkan. Yang perlu diyakini adalah manusia yang memiliki religiusitas kuat akan semakin termotivasiuntuk menjadi agen perubahan dalam masyarakat. Mereka juga akan langsung bertanggung jawab atas penghargaan hidup orang lain dan mampu berbagi nilai-nilai kerohanian bersama. B. Pendidilan Karakter:Keseimbangan Antara Moral Knowing, Moral Feeling, dan Moral Action Dalam pendidikan karaktet, Lickona (1992) menekankan tiga komponen karakter yang baik yaitiu moral knowing, moral feeling, dan moral action. Hal ini diperlukan agar anak mampu memahami, merasakan dan mengerjakan sekaligus nilai-nilai kebajikan. Moral Knowing terdiri dari enam hal: kesadaran moral, mengetahui nilai-nilai moral, perspektive taking, moral reasoning, decision making, dan self knowledge. Moral Feeling adalah aspek lain yang harus ditanamkan kepada anak yang merupakan sumber energidari diri manusia untuk bertindak sesuai dengan nilai-nilai moral.enam hal aspek emosi yang harus dirasakan oleh seseorang untukmenjadi manusia berkarakter, yaitu: nurani, percaya diri, empati, mencintai kebenaran, mampu mengontrol diri, rendah hati. Moral Action adalah bagaimana membuat pengetahuan moral dapat diwujudkan menjaditindakan nyata. untuk mengetahui apa yang mendorong seseorang dalam perbuatan yang baik maka harus dilihat aspek lain dari karakter, yaitu kompetensi, keinginan dan kebiasaan. Anak yang terbiasa berbuat baik belum tentu menghargai pentingnya nilai-nilai moral. Pada sisi lain, keinginan untuk berbuat baikbersumber dari kecintaan berbuat baik.aspek kecintaan inilah yang disebut piaget sebagai sumber energai yang secara efektif membuat seseorangmempunyai karakter yang konsisten antara pengetahuan dan tindakannya. Salah satu cara untuk menumbuhkan aspek moral feeling adalah dengan cara membangkitkan kesadaran anak akan pentingnya memberikan komitmen terhadap nilai- nilai moral.
  • 22. 22 C. Pendidikan Karakter dalam Ranah Pendidikan Nilai Gambaran tentang orang Indonesia yang ramah, berbudaya, dan berbudi pekerti luhur telah memudar. Kesan yang muncul adalah kekerasan, dan tindakan tidak manusiawi terjadi hampir di seluruh pelosok negeri dan berlangsung dalam waktu yang lama. Pendidikan sebagai proses alih nilai mempunyaitiga sasaran. Pertama, pemdidikan bertujuan untuk membentuk manusia yangmempunyai keseimbangan antara kemampuan kognitif dan psikomotorik di satu pihak serta mempunyai kemampuan afektif dipihak lain. Kedua, dalam sistem nilai yang “dialihkan” juga termasuk nilai-nilai keimanan dan ketakwaan, yang terpancar pada ketundukan manusia untuk melaksanakan ibadah menurut keyakinan dan kepercayaan masing-masing, berakhlak mulia, serta senantiasa menjaga harmoni hibungan dengan Tuhan dengan sesama manusia, dan dengan alam sekitarnya. Ketiga, dalam alih nilai juga dapat ditransformasikan tata nilai yang mendukung proses industrialisasi dan penerapan tegnologi, seperti penghargaan atas waktu, etos kerja tinggi, disiplin, kemandirian, kewirausahaan, dan sebagainya. Menykapi begitu pentingnya menumbuh kembangkan pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti pun perlu dikembangka atau diperkokoh sedemikian rupa karena merupakan konsekuensi logis dari keberadaa serta hakikat manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk berbudaya. Pendidikan budi pekerti tidak bisa lepas dari sistem nilai yang dimiliki oleh masyarakat serta proses internalisasi nilai untuk melestarikan sistem nilai tersebut. Perlu juga disadari bahwa pembinaan imtak dan pembudayaan pada dasarnya meliputi pembinaan terhadap keyakinan, sikap, perilaku dan budi pekerti dan nilai-nilai luhur budaya bangsa. Dalam lingkungan keluarga dan masyarakat, proses alih nilai terjadi secara berkesinambungan sehingga interaksi berlangsung secara lebih efektif dibandingkan dengan yang terjadi di kelas. Dalam pembinaan budi pekerti di sekolah, sering ditemukan dua model pendekatan dalam penanaman nilai-nilai imtak dan pembudayaan. Pertama, pendekatan sruktur- kuantitatif, yaitu pendekatan tang menitikberatkan pada satuan subjek dan jam belajar. Kedua, pendekatan fungsional-kualitatif, yaitu pendekatan yang menitikberatkan pada substansi kegiatan pembelajaran sebagai wahana proses alih nilai. Dalam pelaksanaan pendidikan nilai di sekolah, sekolah perlu situasi pendidikan dan kegiatan-kegiatan yang terprogram yang membawa pendidikan nilai yang mengandung nilai-nilai luhur budaya bangsa.
  • 23. 23 Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pembinaan karakter harus menjadi perhatian kita. Faktor tersebut adalah guru, selebriti, pejabat birokrasi, tokoh masyarakat, teman sejawat, kedua orangtua, media cetak, media elektronik. Pendidikan karakter pada dasarnya terdiri atas dua pijakan. Pertama, keyakinan bahwa pada diri manusia telahterdapat benih-benih karakter dan alat pertimbangan untuk menentukan tindakan kebaikan. Kedua, pendidikan berlangsung sebagai upaya pengenalan kembali sekaligus mengkonfirmasi apa yang sudah dikenal dalam aktualisasi tertentu. D. Kecerdasan Emosi Bekal Terpenting Anak Kecerdasan emosi adalah bekal terpenting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan karena denganya seseoran akan dapat berhasil dalam menghadapi berbagai tantangan. Termasuk tantangan untuk berhasil dalam akademis. Kecerdasan emosi juga pentinag dalam hubungan pola asuh anak dengan orang tua. Anak-anak yang mempunyai masalah dengan kecerdasan emosinya, akan mengalami kesulitan belajar, bergaul dan tidak dapat mengontrol emosinya. Pararemaja yang berkarakter atau mempunyai kecerdasan emosi tinggi akan terhindar dari masalah-masalah umum yang dihadapi remaja seperti kenakalan, tawuran, narkoba, miras, seks bebas, dan lain sebagainya. Banyak orang tua yang lebih mementingkan kecerdasan otak ketimbang pendidikan karakter. Kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan emosinya. Dengan indicator rasa empati, kemampuan mengekspresikan dan memahami diri, beradaptasi, bekerja dalam tim, berbagi dan sebagainya. E. Pendidikan Karakter yang Integral Pendidikan karakter hanya akan menjadi sekedar wacana jika tidak dipahami secara utuh dan menyeluruh dalam konteks pendidikannasinal kita. Contoh, banyak sekolah beramai-ramai membuat kantin kejujuran. Anak diajak untuk jujur dalam membeli dan membayar barang yang dibeli tanpa ada yang mengontrolnya. Namun sayang, gagasan yang nampaknya relevan dalam memngembangkan nilai kejujuran ini mengabaikan prinsip dasar pedagogi pendidikan berupa kedisiplinan social yang mampu mengarahkan dan membentuk pribadi anak didik.
  • 24. 24 Pendidikan karakter seharusnya terarah pada pengembangan kultur edukatif, yang mengarahkan anak didik untuk menjadi pribadi yang integral. Dalam konteks kantin kejujuran, bantuan social ini tidak berfungsi sebab anak malah tergoda menjadi pencuri. Kegagalan kantin kejujuran adalah sebuah indikasi bahwa para pendidik memiliki kesalahan pemahaman tantang makna kejujuran dalam konteks pendidikan. Kejujuran semestinya tidak dipahami sekedar anak jujur membeli barang di toko. Padaha, didepan mata, nilai kejujuran dalam konteks pendidikan telah di injak-injak , seperti mencontek, menjiplak karya orang lain, dll. Tiga Basis Desain Pendidikan Karakter, yaitu: 1. Desain pendidikan berbasis kelas. Desain ini berbasis pada relasi guru sebagai pendidik dan siswa sebagai pembelajar. Di dalam kelas. Konteks pendidikan karakter adalah proses relasional komunitas kelas dalam konteks pembelajaran. Relasi guru- pembelajar bukan monolog, melainkan dialog dengan banyak arah sebab komunitas kelas terdiri dari guru dan siswa yang sama-sama berinteraksi dengan materi. 2. Desain pendidikan karakter berbasis kultur sekolah. Desain ini mencoba membangun kultur sekolah yang mampu membentuk karakter anak didik dengan bantuan pranata social sekolah agar nilai tertentuk dan terbatinkan dalam diri siswa. Sekolah mulai dari TK sampai dengan perguruan tinggi memiliki peran penting sebagai agen penyebar virus positif terhadap karakter dan budaya bangsa. 3. Desain pendidikan karakter berbasis komunitas. Dalam mendidik, komunitas sekolah tidak berjuang sendirian. Masyarakat diluar lembaga pendidikan, seperti keluarga, masyarakat umum, dan Negara, juga memiliki tanggung jawab moral untuk mengintegrasikan pembentukan karakter dalam konteks kehidupan mereka. Pendidikan hanya akan bias efektifjika desain pendidikan karakter ini dilaksanakan secara simultan dan sinergis. Mengabaikan tiga desain tersebut, pendidikan kita hanya akan bersifat parsial, inkonsisten, dan tidak efektif.
  • 25. 25 BAB 6 STRATEGI PENDIDIKAN KARAKTER: BEBERAPA KASUS PENERAPAN A. Strategi Pendidikan Karakter ( cq Pendidikan Budi Pekerti ) Pengertian budi pekerti dapat ditinjau secara konsepsional dan operasional. Secara konsepsional pengertian budi pekerti mencakup hal-hal sebagai berikut: a. Usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik menjadi manusia seutuhnya yang berbudi pekerti luhur dalam segenap peranannya sekarang dan masa yang akan datang. b. Upaya pembentukan, pengembangan, peningkatan, pemeliharaan dan perbaikan perilaku peserta didik agar mereka mau dan mampu melaksanakan tugas-tugas hidupnya secara selaras, serasi dan seimbang. c. Upaya pendidikan untuk membentuk peserta didik menjadi pribadi seutuhnya yang berbudi pekerti luhur melalui kegiatan bimbingan, pembiasaan, pengajaran dan latihan, serta keteladanan. Secara operasional, pendidikan budi pekerti adalah upaya untuk membekali peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan selama pertumbuhan dan perkembangan dirinya sebagai bekal masa depanya. Penerapan pendidikan budi pekerti dapat dilakukan dengan berbagai strategi, yaitu: 1. Penngitegrasian dalam kegiatan sehari-hari a. keteladanan bisa dilakukan oleh pengawas, kepala sekolah, staf administrasi di sekolah yang dapat dijadikan model bagi peserta didik. b. Kegiatan spontan, biasanya dilakukan ketika guru mengetahui perilaku peserta didik yang kurang baik. c. Teguran, guru perlu menegur peserta didik yang berperilaku kurang baik. d. Pengkondisian lingkungan, contoh: penyediaan sarana dan belajar mengajar. e. Kegiatan rutin, contoh: berdoa sebelum dan sesudah kegiatan. 2. Pengitegrasian pada kegiatan yang diprogramkan
  • 26. 26 Strategi ini dilakukan setelah terlebih dahulu guru membuat perencanaan atas nilai- nilai yang akan diintegrasikan dalam kegiatan tertentu. Contoh, nilai yang akan diintegrasikan adalah tentang toleransi, maka kegiatan sasaran integrasinya adalah pada saat kegiatan yang menggunakan metode tanya jawab, diskusi kelompok. B. Cara Menjadikan Anak Lebih Bertanggung Jawab 1. Memulai pada saat anak masih kecil. 2. Jangan memberi hadiah sebagai pengganti pertolongan. 3. Biarkan konsekuensi alamiah menyelesaikan kesalahan anak. 4. Akuilah ketika anak berperilaku bertanggung jawab. 5. Jadikan tanggung jawab sebagai sebuah nilai dalam keluarga. 6. Berikan anak izin dalam mengambil keputusan. 7. Berikan kepercayaan pada anak. C. Implementasi Pendidikan Budi Pekerti dalam Agama Hindu Dalam agama Hindu, budi pekerti dirangkum dalam ajaran Trikaya Parisuddha , yaitu Kayika Parisuddha, Wacika Parisuddha, Manacika Parisuddha. Manasika Parisuddha (pikiran yang baik) dinyatakan dalam Wacika Parisudda (kata-kata yang baik) dan Kayika Parisuddha. Nilai-nilai budi pekerti dan sikap negatif sudah tersebar dalam ajaran agama Hindu. 1. Nilai budi pekerti, meliputi Tri Marga, Tri Warga, Catur Paramitha, Rwawelas Brta Sang Brahma, Dasa Yama Brat. 2. Sikap Negatif, meliputi Sad Ripu (Enam Musuh), Sapta Timira (Tujuh Kegelapan), Dana Mala (Sepuluh Kecemaran) Nilai-nilai budi pekerti itu dalam pengembangannya diterapkan secara adaptif yaitu setiap mata pelajaran yang akan menjadi wahana pendidikan budi pekerti perlu (1) meyeleksi dan mengorganisasikan butir-butir nilai mana yangsecara koheren dapat diintegrasikan ke dalam instumen dan praksi mata pelajaran itu, (2) menyeleksi dan mengorganisasikan pengalaman belajar yang secara koheren layak dan bermakna dalam praksis mata pelajaran itu.
  • 27. 27 D. Parkour Sebagai Pendidikan Karakter Pendidikan karakter sudah mulai menunjukkan peranya di berbagai institusi pendidikan, khususnya yang bersifat formal di beberapa tahun terakhir. SD, SMP, SMA bahkan perguruan tinggi mulai menerapkan penilaian karakter individu berdampingan dengan evaluasi nilai mata pelajaran di sekolah. Tujuannya adalah mencetak generasi muda yang berhasil dalam akademis juga bibit-bibit yang mampu bersaing di kancah kompetisi dunia. Program ini tentu saja berjalan tidak hanya dalam teori dengan memberikan filosofi dalam Parkour, tapi murid juga dituntut terlibat langsung dalam prakteknya. Program tersebut mengajarkan banyak hal. Pertama, memberikan pemahaman bahwa sebelum memecahkan masalah hendaknya mempersiapkan diri dulu. Kedua, sebelum memecahkan masalah yang kebih besar, mereka harus melewati masalah yang lebih kecil dulu. Ketiga, murid diajarkan mengenal teknik atau cara menyelesaikan mesalah dengan simbol rintangan. Keempat, murid dituntut melewati rintangan dalam waktu cepat. E. Pendidikan Holistik Berbasis Karakter Untuk TK dan SD Kurikulum Holistik Berbasis Karakter berdasarkan ruh KTSP dan diterapkan dengan menggunakan pendekatan Student Active Learning, Integrated Learning, Developmentally Appropriate Practices, Contextual Learning, Collaborative Learning, dan Multiple Inteligences yang semuanya dapat menciptakan suasana belajar yang efektif dan menyenangkan, serta dapat mengembangkan seluruh aspek dimensi manusia secara holistik. Karakter bangsa sangat tergantung pada kualitas karakter sunber daya manusianya. Karenanya karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak dini. Kesuksesan orang tua membimbing anaknya dalam menghadapi konflik kepribadian di usia dini sangat menentukan kesuksesan anak dalam kehidupan sosial di masa dewasanya kelak. Thomas Lickona, mengungkapkan bahwa ada sepuluh tanda-tanda yang harus diwaspadai karena jika sepuluh tanda-tanda ini sudah ada maka itu berarti sebuah bangsa sedang menuju kehancuran.tanda-tanda tersebut adalah (1) meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, (2) penggunaan bahasa dan kata-kat yang memburuk, (3) pengaruh peer- group yang kuat dalam tindak kekerasan, (4) meningkatnya perilaku merusak diri, (5) semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk, (6) menurunnya etos kerja, (7) semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, (8) rendahnya rasa tanggung jawab
  • 28. 28 individu dan warga negara, (9) membudayanya ketidakjujuran, (10) adanya rasa saling curiga dan kebencian di antara sesama. F. PLH dan Pendidikan Karakter Anak Didik Kita Muatan lokal (mulok) wajib menjadi alternatif bagi pengembangan kurikulum di sekolah. Konsep ini identik dengan konsep green education yang jauh hari telah dikembangkan di negara maju, seperti Jerman. Konsepnya berangkat dari sebuah kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan sebagai aset berharga. Konsep lingkungan hiduphendaknya dimaknai bukan hanya sebagai wacana kurikulum yang pada akhirnya akan terjebak menjadi konsep hapalan atau kognisi, tak jauh beda dengan pelajaran PKPS/PPKn atau pelajaran agama yang tidak membentuk nilai dan karakter siswa. PLH, seharusnya menjadi implementasi dari bentuk kepedulian terhadap lingkungan sebagai bentuk manifestasi atas rasa syukur atas karunia yang diberikan Allah SWT melalui alam semesta sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Wujud sekolah dengan konsep lingkungan hidup yang nyata akan tercermin dalam beberapa hal, diantaranya sekolah memiliki kurikulum yang bermuatan wawasan lingkungan, sekolah mempunyai rancang bangun, dan penggunaan bahan/ pemeliharaan sarana serta prasarana berdasarkan prinsip-prinsip ramah lingkungan. Sekolah memiliki manajemen yang efektif dan efisien, serta warga sekolah memiliki kepedulian lingkungan sebagai manifestasi rasa syukur kapada Allah SWT. G. Pengajaran Sastra Berdimensi Moral Dimensi moral erat kaitanya dengan dimensi watak. Setiap individu memiliki penilaian moral yang berbeda-beda. Tergantung watak dari tiap-tiap individu. Krisis moral bisa diatasi dangan pembinaan watak. Dalam lingkungan sekolah, pembinaan watak dapat diterapkan melalui pengajaran Bahasa dan Sastra Imdonesia. Sejatnya, pengajaran sastra mampu dijadikan pintu masuk dalam penanaman nilai moral. Nilai-nilai moral, seperti kejujuran, pengorbanan, demokrasi, santun, dan sebagainya, benyak ditemukan dalam karya-karya sastra. Pembinaan watak siswa menjadi tanggung jawab semua elemen sekolah. Kita pun butuh waktu yang lama guna mengubah watak siswa yang mulanya amoral menjadi bermoral.
  • 29. 29 Pengajaran sastra memiliki peran bagi pemupukan kecerdasan siswa dalam semua aspek, termasuk moral. Karena itu, apresiasi sastra yang baik seyogianya relevan dengan empat ketrampilan berbahasa, yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.