2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
Makalah korosi alim abror (13504241062)
1. MAKALAH TENTANG KOROSI
MATKUL : MATERIAL TEKNIK
DISUSUN OLEH:
NAMA
: A’LIM ABROR
NIM
: 13504241062
KELAS : C2
PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF-S1
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2013
2. A. Pengertian Korosi
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara
suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawasenyawa yang tidak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan.
Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi.
Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara)
mengalami reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida atau karbonat. Rumus
kimia karat besi adalah Fe2O3.nH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-merah.
Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena
logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain
yang mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari
bijihmineralnya. Contohnya, bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk
senyawabesi oksida atau besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan
besi yang digunakan untuk pembuatan baja atau baja paduan. Selama pemakaian, baja
tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali menjadi
senyawa besi oksida).
Kecepatan korosi sangat tergantung pada banyak faktor, seperti ada atau
tidaknya lapisan oksida, karena lapisan oksida dapat menghalangi beda potensial
terhadap elektroda lainnya yang akan sangat berbeda bila masih bersih dari oksida.
B. Proses Terjadinya Korosi
Korosi atau pengkaratan merupakan fenomena kimia pada bahan – bahan
logam yang pada dasarnya merupakan reaksi logam menjadi ion pada permukaan
logam yang kontak langsung dengan lingkungan berair dan oksigen. Contoh yang
paling umum, yaitu kerusakan logam besi dengan terbentuknya karat oksida. Dengan
demikian, korosi menimbulkan banyak kerugian.
Korosi logam melibatkan proses anodik, yaitu oksidasi logam menjadi ion
dengan melepaskan elektron ke dalam (permukaan) logam dan proses katodik yang
mengkonsumsi electron tersebut dengan laju yang sama : proses katodik biasanya
merupakan reduksi ion hidrogen atau oksigen dari lingkungan sekitarnya. Untuk contoh
korosi logam besi dalam udara lembab,misalnya proses reaksinya dapat dinyatakan
sebagai berikut :
3. Proses reaksinya :
Anode {Fe(s)→ Fe2(aq)+ 2 e}
x2
Katode O2(g)+ 4H(aq)+ 4 e → 2 H2O(l)
+
Redoks 2 Fe(s) + O2 (g)+ 4 H(aq)→ 2 Fe2++ 2 H2O(l)
Dari data potensial elektrode dapat dihitung bahwa emf standar untuk proses
korosi ini, ,yaituE0sel = +1,67 V ; reaksi ini terjadi pada lingkungan asam dimana ion H+
sebagian dapat diperoleh dari reaksi karbon dioksida atmosfer dengan air membentuk
H2CO3. Ion Fe+2 yang terbentuk, di anode kemudian teroksidasi lebih lanjut oleh
oksigen membentuk besi (III) oksida :
4 Fe+2(aq)+ O2 (g) + (4 + 2x) H2O(l) → 2 Fe2O3x H2O + 8 H+(aq)
Hidrat besi (III) oksida inilah yang dikenal sebagai karat besi. Sirkuit listrik dipacu
oleh migrasi elektron dan ion, itulah sebabnya korosi cepat terjadi dalam air garam.
Jika proses korosi terjadi dalam lingkungan basa, maka reaksi katodik yang
terjadi, yaitu :
O2 (g) + 2 H2O(l)+ 4e → 4 OH-(aq)
Oksidasi lanjut ion Fe2+ tidak berlangsung karena lambatnya gerak ion ini
sehingga sulit berhubungan dengan oksigen udara luar, tambahan pula ion ini segera
ditangkap oleh garam kompleks hexasianoferat (II) membentuk senyawa kompleks
stabil biru. Lingkungan basa tersedia karena kompleks kalium heksasianoferat (III).
Korosi besi realatif cepat terjadi dan berlangsung terus, sebab lapisan senyawa
besi (III) oksida yang terjadi bersifat porous sehingga mudah ditembus oleh udara
maupun air. Tetapi meskipun alumunium mempunyai potensial reduksi jauh lebih
negatif ketimbang besi, namun proses korosi lanjut menjadi terhambatkarena hasil
oksidasi Al2O3, yang melapisinya tidak bersifat porous sehingga melindungi logam
yang dilapisi dari kontak dengan udara luar.
4. C. Dampak Dari Korosi
Karatan adalah istilah yang diberikan masyarakat terhadap logam yang
mengalami kerusakan berbentuk keropos. Sedangkan bagian logam yang rusak dan
berwarna hitam kecoklatan pada baja disebut Karat. Secara teoritis karat adalah istilah
yang diberikan terhadap satu jenis logam saja yaitu baja, sedangkan secara umum
istilah karat lebih tepat disebut korosi. Korosi didefenisikan sebagai degradasi material
(khususnya logam dan paduannya) atau sifatnya akibat berinteraksi dengan
lingkungannya.
Korosi merupakan proses atau reaksi elektrokimia yang bersifat alamiah dan
berlangsung dengan sendirinya, oleh karena itu korosi tidak dapat dicegah atau
dihentikan sama sekali. Korosi hanya bisa dikendalikan atau diperlambat lajunya
sehingga memperlambat proses perusakannya.
ilihat dari aspek elektrokimia, korosi merupakan proses terjadinya transfer
elektron dari logam ke lingkungannya. Logam berlaku sebagai sel yang memberikan
elektron (anoda) dan lingkungannya sebagai penerima elektron (katoda). Reaksi yang
terjadi pada logam yang mengalami korosi adalah reaksi oksidasi, dimana atom-atom
logam larut kelingkungannya menjadi ion-ion dengan melepaskan elektron pada logam
tersebut. Sedangkan dari katoda terjadi reaksi, dimana ion-ion dari lingkungan
mendekati logam dan menangkap elektron- elektron yang tertinggal pada logam.
Dampak yang ditimbulkan korosi sungguh luar biasa. Berdasarkan pengalaman
pada tahun-tahun sebelumnya, Amerika Serikat mengalokasikan biaya pengendalian
korosi sebesar 80 hingga 126 milyar dollar per tahun. Di Indonesia, dua puluh tahun lalu
saja biaya yang ditimbulkan akibat korosi dalam bidang indusri mencapai 5 trilyun
rupiah. Nilai tersebut memberi gambaran kepada kita betapa besarnya dampak yang
ditimbulkan korosi dan nilai ini semakin meningkat setiap tahunnya karena belum
terlaksananya pengendalian korosi secara baik bidang indusri. Dampak yang
ditimbulkan korosi dapat berupa kerugian langsung dan kerugian tidak langsung.
Kerugian langsung adalah berupa terjadinya kerusakan pada peralatan, permesinan
atau stuktur bangunan. Sedangkan kerugian tidak langsung berupa terhentinya aktifitas
produksi karena terjadinya penggantian peralatan yang rusak akibat korosi, terjadinya
kehilangan produk akibat adanya kerusakan pada kontainer, tanki bahan bakar atau
jaringan pemipaan air bersih atau minyak mentah, terakumulasinya produk korosi pada
alat penukar panas dan jaringan pemipaannya akan menurunkan efisiensi perpindahan
panasnya, dan lain sebagainya.
5. D. Bentuk-Bentuk Korosi
Bentuk-bentuk korosi dapat berupa korosi merata, korosi galvanik, korosi
sumuran, korosi celah, korosi retak tegang (stress corrosion cracking), korosi retak
fatik (corrosion fatique cracking) dan korosi akibat pengaruh hidogen (corrosion
induced hydrogen), korosi intergranular, selective leaching, dan korosi erosi.
1. Korosi merata
Korosi merata adalah korosi yang terjadi secara serentak diseluruh permukaan
logam, oleh karena itu pada logam yang mengalami korosi merata akan terjadi
pengurangan dimensi yang relatif besar per satuan waktu. Kerugian langsung akibat
korosi merata berupa kehilangan material konstruksi, keselamatan kerja dan
pencemaran lingkungan akibat produk korosi dalam bentuk senyawa yang
mencemarkan lingkungan. Sedangkan kerugian tidak langsung, antara lain berupa
penurunan kapasitas dan peningkatan biaya perawatan (preventive maintenance).
2. Korosi galvanik
Korosi galvanik terjadi apabila dua logam yang tidak sama dihubungkan dan
berada di lingkungan korosif. Salah satu dari logam tersebut akan mengalami korosi,
sementara logam lainnya akan terlindung dari serangan korosi. Logam yang
mengalami korosi adalah logam yang memiliki potensial yang lebih rendah dan logam
yang tidak mengalami korosi adalah logam yang memiliki potensial lebih tinggi.
3. Korosi sumuran
Korosi sumuran adalah korosi lokal yang terjadi pada permukaan yang terbuka
akibat pecahnya lapisan pasif. Terjadinya korosi sumuran ini diawali dengan
pembentukan lapisan pasif dipermukaannya, pada antarmuka lapisan pasif dan
elektrolit terjadi penurunan pH, sehingga terjadi pelarutan lapisan pasif secara
perlahan-lahan dan menyebabkan lapisan pasif pecah sehingga terjadi korosi
sumuran. Korosi sumuran ini sangat berbahaya karena lokasi terjadinya sangat kecil
tetapi dalam, sehingga dapat menyebabkan peralatan atau struktur patah mendadak.
4. Korosi celah
Korosi celah adalah korosi lokal yang terjadi pada celah diantara dua
komponen. Mekanisme terjadinya korosi celah ini diawali dengan terjadi korosi merata
diluar dan didalam celah, sehingga terjadi oksidasi logam dan reduksi oksigen. Pada
6. suatu saat oksigen (O2) di dalam celah habis, sedangkan oksigen (O2) diluar celah
masih banyak, akibatnya permukaan logam yang berhubungan dengan bagian luar
menjadi katoda dan permukaan logam yang didalam celah menjadi anoda sehingga
terbentuk celah yang terkorosi.
5. Korosi retak tegang (stress corrosion cracking), korosi retak fatik (corrosionfatique
cracking) dan korosi akibat pengaruh hidogen (corrosion inducedhydrogen)
Korosi retak tegang (stress corrosion cracking), korosi retak fatik (corrosionfatique
cracking) dan korosi akibat pengaruh hidogen (corrosion inducedhydrogen) adalah
bentuk korosi dimana material mengalami keretakan akibatpengaruh lingkungannya.
Korosi retak tegang terjadi pada paduan logam yang mengalami tegangan tarik statis
dilingkungan tertentu, seperti : baja tahan karat sangat rentan terhadap lingkungan
klorida panas, tembaga rentan dilarutan amonia dan baja karbon rentan terhadap
nitrat. Korosi retak fatk terjadi akibat tegangan berulang dilingkungan korosif.
Sedangkan korosi akibat pengaruh hidogen terjadi karena berlangsungnya difusi
hidrogen kedalam kisi paduan.
6. Korosi intergranular
Korosi intergranular adalah bentuk korosi yang terjadi pada paduan logam
akibat terjadinya reaksi antar unsur logam tersebut di batas butirnya. Seperti yang
terjadi pada baja tahan karat austenitik apabila diberi perlakuan panas. Pada
temperatur 425 – 815oC karbida krom (Cr23C6) akan mengendap di batas butir.
Dengan kandungan krom dibawah 10 %, didaerah pengendapan tersebut akan
mengalami korosi dan menurunkan kekuatan baja tahan karat tersebut.
7. Selective leaching
Selective leaching adalah korosi yang terjadi pada paduan logam karena
pelarutan salah satu unsur paduan yang lebih aktif, seperti yang biasa terjadi pada
paduan tembaga-seng. Mekanisme terjadinya korosi selective leaching diawali dengan
terjadi pelarutan total terhadap semua unsur. Salah satu unsur pemadu yang
potensialnya lebih tinggi akan terdeposisi, sedangkan unsur yang potensialnya lebih
rendah akan larut ke elektrolit. Akibatnya terjadi keropos pada logam paduan tersebut.
Contoh lain selective leaching terjadi pada besi tuang kelabu yang digunakan sebagai
pipa pembakaran. Berkurangnya besi dalam paduan besi tuang akan menyebabkan
paduan tersebut menjadi porous dan lemah, sehingga dapat menyebabkan terjadinya
pecah pada pipa.
7. E.
Bakteri Penyebab Korosi
Fenomena korosi yang terjadi dapat disebabkan adanya keberadaan dari
bakteri. Jenis-jenis bakteri yang berkembang yaitu :
1.
Bakteri reduksi sulfat
Bakteri ini merupakan bakteri jenis anaerob membutuhkan lingkungan bebas
oksigen atau lingkungan reduksi, bakteri ini bersirkulasi di dalam air aerasi termasuk
larutan klorin dan oksidiser lainnya, hingga mencapai kondisi ideal untuk mendukung
metabolisme. Bakteri ini tumbuh pada oksigen rendah. Bakteri ini tumbuh pada
daerah-daerah kanal, pelabuhan, daerah air tenang tergantung pada lingkungannya.
Bakteri ini mereduksi sulfat menjadi sulfit, biasanya terlihat dari meningkatnya
kadar H2S atau Besi sulfida.Tidak adanya sulfat, beberapa turunan dapat berfungsi
sebagai fermenter menggunakan campuran organik seperti pyruvnate untuk
memproduksi asetat, hidrogen dan CO2, banyak bakteri jenis ini berisi enzim
hidrogenase yang mengkonsumsi hidrogen.
2.
Bakteri oksidasi sulfur-sulfida
Bakteri jenis ini merupakan bakteri aerob yang mendapatkan energi dari
oksidasi sulfit atau sulfur. Bebarapa tipe bakteri aerob dapat teroksidasi sulfur menjadi
asam sulfurik dan nilai pH menjadi 1. bakteriThiobaccilus umumnya ditemukan di
deposit mineral dan menyebabkan drainase tambang menjadi asam.
3.
Bakteri besi mangan oksida
Bakteri memperoleh energi dari osidasi Fe2+ Fe3+ dimana deposit
berhubungan dengan bakteri korosi. Bakteri ini hampir selalu ditemukan di Tubercle
(gundukan Hemispherikal berlainan ) di atas lubang pit pada permukaan baja.
Umumnya oksidaser besi ditemukan di lingkungan dengan filamen yang panjang.
8. F.
Masalah-masalah di lapangan
Banyak sekali di dunia industri dan fasilitas umum terjadi proses korosi
disebabkan oleh fenomena biokorosi akibat adanya bakteri. Kasus-kasus tersebut yaitu
:
1.
Pipa-pipa bawah tanah di Industri minyak dan gas bumi
Dalam suatu contoh kasus dari perusahaan Korea Gas Corporation (KOGAS)
menggunakan pipa-pipa gas yang dilapis denganpolyethy lene (APL 5L X-65). Selama
instalasi, pipa dilas tiap 12 meter dan diproteksi denganim pr es s ed current proteksi
katodik dengan potensial proteksi –850 mV (vs saturated Cu/CuSO4). Kemudian
beberapa tahun dicek kondisi lapis lindung maupun korosi aktif menggunakan pengujian
potensial gardien5, hasilnya berupa letak-letak coating defect di sepanjang pipa.
Kegagalan selanjutnya yaitu adanya disbonded coating area di permukaan pipa yang
disebabkan adanya arus proteksi katodik yang berlebihan terekspos. Coating defect dan
daerah disbonded coating sangat baik untuk perkembangan mikroba anaerob. Pada
disbonded coating area terjadi korosi local (pitting), lubang pit berbentuk hemisspherikal
dalam tiap-tiap kelompok.
Kedalaman pit 5-7 mm (0,22 – 0,47 mm/year)4, bentuk pit ini menindikasikan
karakter bakteri reduksi sulfat terlihat pada Gambar di bawah ini:
Lubang korosi 1. Kerusakan pada pipa akibat korosi (karat) secara mikrobiologis
2.
Peralatan sistem pemyemprot pemadam kebakaran.
Di kota Kalifornia Amerika serikat, departemen pemadam kebakaran mengalami
masalah cukup sulit dimana debit air alat system penyemprot turun walau tekanan
cukup besar, setelah diselidiki maka di dalam alat penyemprot terjadi suatu korosi yang
disebabkan oleh aktifitas mikroba dipermukaan dinding bagian dalam yang terbuat dari
baja karbon dan tembaga saat beberapa bulan pembelian.
Hal ini disebabkan adanya biodeposit (turbucle) yang tumbuh di di dinding
bagian dalam, kemudian di dalam biodeposit tersebut terjadi aktifitas degradasi lokal
berupa korosi pitting sehingga mengurangi tebal pipa dan aktifitas ini menghasilkan
senyawa H2S di lubang pit yang mengakibatkan keadaan asam dan mempercepat
kelarutan logam.
9. G. Korosi dan Cara Pencegahannya
Korosi atau perkaratan sangat lazim terjadi pada besi. Besi merupakan logam
yang mudah berkarat. Karat besi merupakan zat yang dihasilkan pada peristiwa korosi,
yaitu berupa zat padat berwarna coklat kemerahan yang bersifat rapuh serta berpori.
Rumus kimia dari karat besi adalah Fe2O3.xH2O. Bila dibiarkan, lama kelamaan besi
akan habis menjadi karat.
Dampak dari peristiwa korosi bersifat sangat merugikan. Contoh nyata adalah
keroposnya jembatan, bodi mobil, ataupun berbagai konstruksi dari besi lainnya.Siapa
di antara kita tidak kecewa bila bodi mobil kesayangannya tahu-tahu sudah keropos
karena korosi. Pasti tidak ada. Karena itu, sangat penting bila kita sedikit tahu tentang
apa korosi itu, sehingga bisa diambil langkah-langkah antisipasi.
Peristiwa korosi sendiri merupakan proses elektrokimia, yaitu proses (perubahan
/ reaksi kimia) yang melibatkan adanya aliran listrik. Bagian tertentu dari besi berlaku
sebagai kutub negatif (elektroda negatif, anoda), sementara bagian yang lain sebagai
kutub positif (elektroda positif, katoda).
Elektron mengalir dari anoda ke katoda,
sehingga terjadilah peristiwa korosi
Ion besi (II)yang terbentuk pada anoda selanjutnya teroksidasi menjadi ion besi
(III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi (karat besi), Fe2O3.xH2O.
Dari reaksi terlihat bahwa korosi melibatkan adanya gas oksigen dan air.
Karena itu, besi yang disimpan dalam udara yang kering akan lebih awet bila
dibandingkan ditempat yang lembab.
Korosi pada besi ternyata dipercepat oleh
beberapa faktor, seperti tingkat keasaman, kontak dengan elektrolit, kontak dengan
pengotor, kontak dengan logam lain yang kurang aktif (logam nikel, timah, tembaga),
serta keadaan logam besi itu sendiri (kerapatan atau kasar halusnya permukaan).
H. Pencegahan korosi
Pencegahan korosi didasarkan pada dua prinsip berikut :
1.
Mencegah kontak dengan oksigen dan/atau air
Korosi besi memerlukan oksigen dan air. Bila salah satu tidak ada, maka
peristiwa korosi tidak dapat terjadi. Korosi dapat dicegah dengan melapisi besi dengan
cat, oli, logam lain yang tahan korosi (logam yang lebih aktif seperti seg dan krom).
Penggunaan logam lain yang kurang aktif (timah dan tembaga) sebagai pelapis pada
10. kaleng bertujuan agar kaleng cepat hancur di tanah. Timah atau tembaga bersifat
mampercepat proses korosi.
2.
Perlindungan katoda (pengorbanan anoda)
Besi yang dilapisi atau dihubugkan dengan logam lain yang lebih aktif akan
membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai katoda. Di sini, besi berfungsi hanya
sebagai tempat terjadinya reduksi oksigen. Logam lain berperan sebagai anoda, dan
mengalami reaksi oksidasi. Dalam hal ini besi, sebagai katoda, terlindungi oleh logam
lain (sebagai anoda, dikorbankan).
Besi akan aman terlindungi selama logam
pelindungnya masih ada / belum habis.
Untuk perlindungan katoda pada sistem
jaringan pipa bawah tanah lazim digunakan logam magnesium, Mg. Logam ini secara
berkala harus dikontrol dan diganti.
3.
Membuat alloy atau paduan logam yang bersifat tahan karat, misalnya besi
dicampur dengan logam Ni dan Cr menjadi baja stainless (72% Fe, 19%Cr, 9%Ni).
I.Daftar Pustaka
Di kutip dari http://kimia-korosiku.blogspot.com/2012/05/korosi.html?m=1 pada tanggal
22-12- 2013 pukul 15.00